Anda di halaman 1dari 41

Blog Kesehatan

Blog kesehatan Dan Ilmu Keperawatan

Wednesday, 25 February 2015


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “NY. B” DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
PADA KASUS CA. SERVIKS STADIUM II/B DI RUANG LONTARA IV ATAS GYNEKOLOGI PERJAN
RS DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “NY. B” DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
PADA KASUS CA. SERVIKS STADIUM II/B
DI RUANG LONTARA IV ATAS GYNEKOLOGI
PERJAN RS DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR
TANGGAL 23 S.D 24 AGUSTUS 2002

Karya Tulis Ilmiah


DisusunSebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Program Studi Keperawatan Tidung
http://asmanurs3.blogspot.com

OLEH:
NURHAYATI NURDIN
NIM. 24/23/01/2000 80

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TIDUNG
MAKASSAR
2002

LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBIMBING KARYA TULIS

(H A R I A N I, SKp)
NIP. 140 302 124

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TIDUNG
MAKASSAR

(HJ. NANI RUSSA, SKM, MSi)


NIP. 140 060 352

HALAMAN PENGESAHAN

TELAH DIPERTAHANKAN DAN DISETUJUI OLEH TIM PENGUJI


KARYA TULIS POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN TIDUNG MAKASSAR
PADA HARI ……….., ….SEPTEMBER 2002

TIM PENGUJI :
1. H A R I A N I, SKp (………………………….. )
NIP. 140 302 124

2. HJ. NURAENI MUSTARI, S.Sit (…………………………...)


NIP. 140 122 482

3. SUHARTI HARDJO, AMK (…………………………...)


NIP. 140 148 424

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TIDUNG MAKASAR

HJ. NANI RUSSA, SKM. MSi


NIP : 140 060 352

ABSTRAK
Kanker leher rahim adalah suatu keganasan yang timbul dan berkembang dalam epitel
serviks, dan ini merupakan tumor ganas gynekologik yang paling sering ditemukan dengan
tumor ganas lainnya, pada wanita. Kasus leher rahim ini ditemukan pada wanita yang
berusia 31 – 60 tahun.
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk mendapatkan gambaran sekaligus
memahami tentang pelaksanaan asuhan keperawatan kepada klien dengan kanker leher
rahim melalui pendekatan proses keperawatan.
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. B dengan Ca. Cerviks di ruang
perawatan Gynekologi Lontara IV Atas Perjan RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar
didapatkan diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Ca.
cerviks, resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
pemberian sitostatika, kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
Kesenjangan yang ditemukan diantaranya, penulis menemukan 1 diagnosa yang ada dalam
teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus Ny. B yaitu Anemi berhubungan dengan
pengeluaran darah yang kronis karena belum ditemukan data yang menunjang diagnosa
tersebut, hal ini disebabkan karena respon manusia terhadap suatu penyakit berbeda
terhadap penyimpangan dan dampak kebutuhan dasar manusia.
Dalam penanganan klien dengan Ca. cerviks, penerapan proses keperawatan harus
dilakukan secara sistematis dan komprehensif dengan memandang manusia sebagai
makhluk bio-psiko-sosial spiritual sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Untuk mencapai tujuan dalam penerapan asuhan keperawatan pda kasus Ca. cerviks
sebaiknya menggunakan pendekatan proses keperawatan, dan dilakukan sesuai dengan
tahapan-tahapan kesinambungan serta didukung oleh alat-alat perawatan yang memadai.

RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
Nama : Nurhayati Nurdin
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Palopo, 1 Desember 1967
Agama : Islam
Alamat : Jl. M. Aya No. 20 Poli I Sudiang
Makassar
B. PENDIDIKAN
1. Tamat SD : SD Negeri VII Makassar tahun 1980
2. Tamat SMP : SMP Negeri VII Makassar tahun 1983
3. Tamat SPK : SPK Muhammadiyah Makassar tahun 1986
4. Politeknik Kesehatan Makassar Program Studi Keperawatan Tidung 2000 – 2002.
C. PEKERJAAN
Bekerja sebagai staf perawatan pada Perjan RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar sejak
tahun 1989 sampai sekarang.
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ini yang berjudul Carsinoma
Serviks.
Karya tulis ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan program
studi keperawatan Tidung. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun isinya. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati penulis akan menerima saran-saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan karya
tulis ini. Dengan terselesainya karya tulis ini tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :
1. Hj. Nani Russa, SKM. MSi, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Makassar yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi pada penulis selama
mengikuti pendidikan.
2. Direktur Perjan RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk mengikuti pendidikan pada Politeknik Kesehatan Makassar
Program Studi Keperawatan Tidung.
3. Hariani, Skp, selaku pembimbing yang telah begitu banyak memberikan perhatiannya
dalam membimbing, mendidik, mengarahkan dan memotivasi penulis mulai dari awal
sampai akhir penulisan.
4. Nuraeni Mustari, S.Sit, selaku dosen pembimbing tehnik dan materi penyusunan karya
tulis yang telah mengorbankan waktu dan tenaga kepada penulis dalam membimbing dan
memberikan saran-saran dalam penyusunan karya tulis ini.
5. Suharti Hardjo, AMK, selaku clinical instruktur yang telah banyak membantu penulis
dalam melakukan studi kasus asuhan keperawatan klien dengan diagnosa medis “Ca.
Serviks”.
6. Bapak dan Ibu dosen Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Keperawatan Tidung, yang
telah banyak memberikan bantuan dan bimbingannya selama penulis mengikuti pendidikan
di Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Keperawatan Tidung Makassar.
7. Suami, Ayahanda serta saudara tercinta yang telah memberikan bantuan baik secara
moril, materi serta doa restu kepada penulis hingga terselesainya karya tulis ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa seprofesi dan seperjuangan atas bantuan dan segala
dukungannya selama mengikuti pendidikan.
Akhir kata penulis doakan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat
imbalan yang berlipat ganda dari Allah, SWT, Amin

Makassar, Agustus 2002

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
RIWAYAT HIDUP v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Batasan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
D. Manfaat Penulisan 4
E. Metode Penulisan 4
F. Sistematika Penulisan 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7


A. Konsep Dasar Medis 7
1. Pengertian 7
2. Anatomi dan fisiologi 7
3. Etiologi 9
4. Patofisiologi 9
5. Manifestasi klinik 10
6. Test diagnostik 12
7. Penanganan 15
B. Konsep Dasar Keperawatan 16
1. Pengkajian data keperawatan 16
2. Diagnosa keperawatan 20
3. Perencanaan keperawatan 21
4. Pelaksanaan 29
5. Evaluasi 30

BAB III TINJAUAN KASUS 33


A. Pengkajian 33
B. Klasifikasi Data 47
C. Analisa Data 48
D. Diagnosa keperawatan dan prioritas Masalah 50
E. Asuhan Keperawatan 52
F. Catatan Keperawatan 55

BAB IV PEMBAHASAN 61
A. Pengkajian 61
B. Diagnosa Keperawatan 62
C. Perencanaan 63
D. Pelaksanaan 63
E. Evaluasi 63

BAB V PENUTUP 65
A. Kesimpulan 65
B. Saran – saran 66

DAFTAR PUSTAKA 68
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dikemukakan bahwa tujuan kesehatan nasional
adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum
dari tujuan pembangunan nasional.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut, maka berbagai upaya kesehatan
telah ditentukan dan disusun secara menyeluruh dan terpadu dan sangat diperlukan
adanya tenaga kesehatan yang bermutu termasuk tenaga keperawatan.
Kanker leher rahim adalah suatu keganasan yang timbul dan berkembang dalam epitel
serviks, dan ini merupakan tumor ganas gynekologik yang paling sering ditemukan dengan
tumor ganas lainnya, pada wanita. Kasus leher rahim ini ditemukan pada wanita yang
berusia 31 – 60 tahun (Sarwono Prawirohardjo, 1999).
Berdasarkan data yang ditemukan di Perjan RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar, insiden
penyakit Ca. Serviks yang dirawat di Lontara IV Ruang Gynekologi pada tahun 2001 sebanyak
50 kasus dari 180 pasien yang dirawat di ruangan tersebut. (Batasan, register pasien lantai
IV Gynekologi).
Untuk mendiagnosa penyakit ini tidaklah terlalu sulit sebab letak serviks yang cukup dekat
dunia luar. Yang menjadi masalah adalah bagaimana caranya agar diagnosa dibuat sedini
mungkin, yaitu tumor masih pra invasif atau mikro invasif. Jika diagnosa dibuat sesudah
terjadi invasif ke stroma serviks umumnya hasil penanganannya tidak memuaskan atau
mengecewakan sebaiknya sebelum fase displasia sudah diketahui sehingga pengobatan
yang dilakukan merupakan pencegahan terjadinya keganasan pada serviks.
Hal ini diperlukan gabungan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Test pap smear (pemeriksaan sitologi).
2. Biopsi (pemeriksaan histologi).
3. Pemeriksaan kalposkop dan pemeriksaan lainnya.
Kanker leher rahim umumnya terlihat lebih banyak pada masyarakat dengan tingkat sosio
ekonomi rendah, pada wanita kawin muda, pada wanita yang sering melahirkan dan wanita
yang bebas berganti pasangan dan juga pada tingkat pendidikan yang sangat rendah, karena
tinggi rendah pendidikan berkaitan dengan tingkat sosio ekonomi, kehidupan seks dan
kebersihan.
Dengan uraian atau kenyataan di atas maka penulis berkeinginan untuk mempelajarinya
lebih mendalam atau secara intensif agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif kepada penderita dengan kasus kanker leher rahim ini. Karena asuhan
keperawatan adalah suatu model proses pemecahan masalah yang sistematis.

B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan juga mengingat luasnya masalah yang timbul pada
kanker leher rahim maka dalam penyusunan karya tulis ini penulis membatasi permasalahan
yang akan dibahas yaitu pada “Asuhan keperawatan pada klien dengan kanker leher rahim
di Perjan RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran sekaligus memahami tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan kepada klien dengan kanker leher rahim melalui pendekatan proses
keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan untuk menemukan kebutuhan
keperawatan klien.
b. Dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
klien.
c. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien.
d. Dapat melaksanakan evaluasi keperawatan terhadap klien.
e. Dapat melakukan pendokumentasian keperawatan terhadap klien.

D. Manfaat Penulisan
1. Untuk mahasiswa, sebagai masukan dan menambah pengalaman tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien dengan kanker leher rahim.
2. Untuk pelaksanaan perawatan sebagai masukan untuk mengembangkan teori
keperawatan dan sistem akreditas yang digunakan untuk peningkatan karier.
3. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Ahli Madya
Keperawatan Politeknik Kesehatan Jurusan Keperawatan Program Studi Keperawatan
Tidung Makassar.

E. Metode Penulisan
Pada penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa pendekatan untuk
mengumpulkan data mengenai pembahasan asuhan keperawatan klien Ca serviks yaitu :
1. Studi kepustakaan
Dalam metode ini penulis memperoleh informasi dari beberapa buku yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam penyusunan karya tulis
ini.
2. Studi kasus
Dalam mengumpulkan data, penulis mengamati secara langsung di perawatan lontara IV
ruang gynekologi lantai II Perjan RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan
menggunakan beberapa tahapan yakni : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
Untuk mencapai tahapan tersebut di atas dalam pengumpulan data penulis menggunakan
beberapa cara yaitu :
a. Interview
Yaitu mengadakan wawancara dengan melibatkan beberapa pihak yang berkompeten
seperti : klien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya untuk memperoleh data yang
diperlukan.
b. Observasi
Selain menggunakan wawancara penulis juga memakai cara pengamatan agar penulis dapat
mengetahui dan melihat langsung segala kegiatan keperawatan yang dilaksanakan di
ruangan serta mengetahui keadaan klien selama perawatan.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara umum yaitu :
Pengkajian secara menyeluruh tentang semua sistem tubuh yang meliputi pemeriksaan
secara : inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
3. Mengadakan diskusi dengan dosen pembimbing dan CI di ruangan.
4. Mempelajari status klien dan catatan medik/studi dokumentasi.

F. Sistematika Penulisan
Penulisan karya tulis ini, penulis bagi dalam beberapa bab dan sub bab yang disusun sebagai
berikut :
Bab I : Pendahuluan, yang menguraikan latar belakang, batasan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan pustaka, meliputi konsep dasar medis meliputi : pengertian, anatomi
dan fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, tes diagnostik, dan penanganan.
Konsep dasar keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Bab III : Laporan kasus, meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
Bab IV : Pembahasan, menguraikan tentang kesenjangan antara tinjauan pustakan dan
tinjauan kasus yang ditemukan dan diuraikan secara sistematis sesuai dengan tahapan
proses keperawatan dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Bab V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu untuk
diperhatikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis.
1. Pengertian
Carsinoma atau kanker adalah pertumbuhan ganas berasal dari jaringan epitel sedangkan
serviks itu merupakan bagian dari rahim sebagai jalan lahir yang berbentuk silinder. Serviks
uteri : leher rahum. Carsinoma serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada
serviks, dimana pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang abnormal yang terbentuk oleh
jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi, tidak
berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi
sebagaimana mestinya dan penyakit ini dapat terjadi berulang (Sarwono Prawirohardjo,
1999).

2. Anatomi dan fisiologi


Serviks merupakan segmen uterus berada bagian bawah yang dilapisi epitel torak
pensekresi mukus dalam kesinambungan langsung dengan epitel vagina, yang befungsi
sebagai jalan lahir.
Ekstoserviks merupakan epitel berlapis yang gepeng serupa dengan vagina, dengan
peralihan agak mendadak diantara keduanya, sambungan skuamakolumnar. Serviks
mengalami perubahan/dramatis selama masa usia reproduktif maupun dalam siklus
menstruasi. Sambungan skuamokolumnar normalnya terletak dalam kanalis endoservikalis,
tetapi dapat berada jauh di luar pada ektoserviks, baik pasca persalinan atau atas dasar
kongenital.
Mukus serviks dihasilkan sebagai respon terhadap estrogen dan dengan eversi sel torak
pensekresi mucus pada ektoserviks, suatu sekret mukoid dan kadang-kadang purulen bisa
dialami. Walaupun ini bisa menyebabkan secret yang berbau busuk, tetapi tidak ada makna
patologi dan tampaknya tidak mengubah kapasitas reproduksi.
Mukus memberikan sawar bakteri diantara traktus genitalis atas yang steril dan vagina yang
mengandung bakteri dan memudahkan sperma berjalan pada saat ovulasi. Arsitektur
endoserviks mempunyai beberapa kripta yang memberikan penampungan untuk sperma,
tempat sperma bertahan sampai beberapa hari setelah koitus.
Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai saluran
lonjongan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-
sel toraks bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah
dalam disebut ostium uteri internum (OUI) dan pintu vagina (OUE) Ostium Oteri Eksternum.
Kedua pintu ini penting dalam klinik misalnya pada penilaian jalannya persalinan, abortus
dan sebagainya.

3. Etiologi
Penyebab kanker serviks tidak diketahui secara pasti, namun beberapa faktor diyakini
terkait dalam proses timbulnya penyakit ini. Faktor resiko diantara meliputi riwayat coitus
usia dini (kurang dari 20 tahun). riwayat penyakit menular seksual khususnya (HPV) Human
Papilloma Virus, Herpes, Virus dan mungkin juga Cytomegalovirus : pasangan seksual
multiple (lebih dari 2) : pap smear – abnormal, parner seksual yang mengidap penyakit
menular seksual, ketergantungan pada rokok, eksposure DES (Diethyistribestrol) pada
uterus dan kelompok sosial ekonomi rendah.

4. Patofisiologi
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali dengan adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia tidak melibatkan
seluruh lapisan epitel serviks, yang dibagi menjadi displasia ringan, sedang dan berat.
Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regresi epitel yang meningkat misalnya akibat
trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan
hormon. Displasia adalah neoplasma serviks intraepitel (CIN). Tingkatan adalah CIN 1
(displasia ringan), CIN 2 (displasia sedang), CIN 3 (displasia berat dan insitu).
Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun, perkembangan tersebut menjadi bentuk invasi pada
stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif, carsinoma insitu
yang diawali fase statis dalam waktu 10 – 12 bulan berkembang menjadi bentuk invasi pada
stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofilik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks.
Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks. Para metrium dan pada akhirnya dapat
meluas ke arah segmen bawah uterus dan cavum uterus. Penyebab kanker ditentukan oleh
stadium dan ukuran tumor, jenis histologik dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah,
anemis, hipertensi dan adanya demam.

5. Manifestasi klinik
Pada tahap awal terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul
gejala berupa ketidakteraturan siklus haid (irregularitas), amenorrhe, hiperamenorrhe, juga
adanya pengeluaran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual dan pada
post koitus dan latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit yaitu darah yang
keluar berbentuk makoid.
Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstremitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada
tahap lanjut gejala yang mungkin dan bisa timbul lebih bervariasi. Sekret dari vagina
berwarna kuning, berbau, dan terjadinya instansi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan
pervagina akan semakin sering terjadi pada nyeri semakin progresif.
Pada tahap yang lebih lanjut dapat terjadi komplikasi vistulvesika vagina. Sehingga urine dan
faeces dapat keluar melalui vagina. Gejala lain yang dapat terjadi adalah nausea, muntah,
demam, dan anemia.

Tahap klinis
Penentuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit, membantu
prognosis dan rencana tindakan dan memberikan arti perbandingan dan metode therapy.
Tahapan stadium klinik yang dipakai sekarang ialah pembagian yang ditentukan oleh
International Federation of Gynecologi and Obstetrics (FIGO) tahun 1976. pembagian ini
didasarkan atas pemeriksaan klinik, radiology, kinetase endoserviks, dan biopsy.
Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
- Karsinoma pre invasive.
Karsinoma insitu, karsinoma intra epitel.
- Karsinoma invasive
Stadium I Karsinoma terbatas pada serviks
I. a. Karsinoma mikro invasive (invasi stoma awal).
I. b Stadium I lainnya, karsinoma invasive yang terbatas pada serviks.
Stadium II Karsinoma meluas keluar serviks, tetapi tidak mencapai dinding
panggul
II. a. Para metrium masih bebas.
II. b. Para metrium sudah terkena.
Stadium III Karsinoma sudah mencapai dinding panggul pada pemeriksaan
rectal tidak ada celah antara tumor mencapai 1/3 distal vagina, dengan komplikasi
hidronefrosis dan afungsi ginjal.
III. a. Belum mencapai dinding panggul.
III. b. Sudah mencapai dinding panggul dan atau ada hidronefrosis atau afungsi ginjal.
Stadium IV Karsinoma sudah meluas keluar pelvik kecil (true pelvic atau secara klinik sudah
mengenai mukosa veksika urinaria dan rectum).
IV. a. Menyebar ke organ sekitarnya.
IV. b. Menyebar ke organ yang jauh.

6. Test diagnostik
a. Sitologi
Keuntungan :
- Murah.
- Dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat kelemahan.
- Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
Kelemahan :
- Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
b. Sciller Test
Dasarnya :
Epitel Ca. tidak mengandung glikogen, karena itu dapat mengikat jodium.
Kalau portio diberi jodium, maka epitel yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang
Ca tidak berwarna, sayangnya bahwa trauma dan infeksi juga dapat memberikan tes positif.
c. Kolposkopi
Kolposkop : Alat untuk melihat cerviks dengan lampu dan dibesarkan 10 – 40 kali.
Serviks mula – mula dibersihkan dengan kapas, kemudian dengan acidum aceticum 3 % hasil
pemeriksaan kalposkopi dapat sebagai berikut :
a. Benigna
1. Epitel gepeng yang normal.
2. Ectodi
3. Zone transforman
4. Perubahan peradangan
b. Suspek
1. Lekoplakia
2. Punctation : Daerah bertitik merah
3. Papillary punctation
4. Mozaik
5. Transformasi yang atypis
Keuntungan : Dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah melakukan
biopsi.
Kelemahan : Hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu portio, selain
kelainan pada skuamous columner dan intraservikal tidak terlihat.
c. Kolpomikroskopi
Pembesaran 200 kali.
Sebelum dilihat dengan kolpokop diwarnai dulu dengan Maiyer emaktocylin atau tolvidine
blue.
Dykaryose dan sel-sel atypis dari carcinoma dapat dilihat tidak begitu populer.
d. Biopsi
Sebagai suplemen terhadap sitologi. Daerah tempat diadakan biopsi, berdasarkan hasil
pemeriksaan kolposkopi.
Kalau perlu diadakan multiple punch biopsi atau kuretasi serviks, dengan biopsi dapat
ditentukan jenis Ca – nya.
e. Konisasi
Dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan – kelainan
yang jelas.
Untuk pemeriksaan Ca diperlukan konisasi dengan pisau (Cold Conization)
7. Penanganan
Makin tinggi diagnosis makin baik hasil terapi., dan terapi karsinoma serviks dilakukan
bilamana diagnosis telah dipastikan secara histologik dan direncanakan dengan matang oleh
suatu tim.
Disamping terapi karsinoma serviks didasarkan atas stadium juga didasarkan keinginan dan
mempertahankan fungsi reproduksi (hanya pada stadium Ia). Pada stadium 0 dapat
dilakukan biopsi kerucut (conebiopsy) meskipun untuk diagnostik, dapat juga terapeutik.
Bila penderita cukup tua atau sudah punya anak, uterus dapat diangkat, agar penyakit tidak
kambuh dapat dilakukan histerektomi sederhana (simple vagina hysterectomy).
Staidum Ia bila masih ingin punya anak dilakukan amputasi kerucut secara radikal, bila tidak
ingin punya anak lagi dilakukan histerektomi total. Stadium IB dan Ia dilakukan histerektomi
radikal + anjuran therapy. Stadium IIB sampai IVA dilakukan kemoterapi dan atau
radioterapi. Sedangkan bila sudah sampai stadium IVB dilakukan radioterapi saja.
Adapun obat-obat yang dipakai sebagai kemoterapi diberikan 5 seri selang 3-4 minggu.
Premedikasi :
- Antalgin injeksi.
- Dipenhydramine injeksi.
- Dexamethason injeksi.
- Metochlorpropamide injeksi.
- Furosemide injeksi.
Sitostatika :
- Ciplatinum (50 mg/m2 luas permukaan tubuh per infus hari I).
- Vincristin (0,5 mg/m2 luas permukaan tubuh intraevenous hari I).
- Bleomisin (30 mg) per infus hari II.
- Mitomicin (40 mg dosis tunggal, dianjurkan dengan radioterapi).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Penerapan proses keperawatan dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah
klien, membuat rencana untuk mengatasi, melaksanakan rencana serta mengevaluasi
keberhasilan secara efektif akan masalah yang diatasi. Proses keperawatan melalui empat
tahap, yaitu :
1. Pengkajian data keperawatan
Data yang perlu dikaji pada kasus Ca. serviks adalah data subyektif dan data obyektif adalah
sebagai berikut :
a. Biodata
Dalam biodata yang dimaksud mencakup :
1.) Identitas klien (istri)
2.) Identitas suami
b. Data biologis/Fisiologis
1.) Keluhan utama
2.) Riwayat keluhan utama
• Keluhan yang dirasakan
• Sejak kapan dirasakan
• Jumlah perdarahan
• Kondisi/keadaan klien
• Perawatan yang telah diberikan
3.) Pola reproduksi
• Menarche
• Siklus
• Lamanya
• Banyaknya
• Sifat darah
• Dismenorrhoe
• menopause
4.) Riwayat kehamilan dan persalinan serta nifas
5.) Riwayat pembedahan
6.) Riwayat penyakit yang pernah dialami
7.) Riwayat keluarga meliputi genogram, penyakit dan riwayat persalinan kembar.
8.) Riwayat sosial
• Aktivitas sosial
• kontrasepsi
9.) Riwayat pemakaian obat
10.) Pola kegiatan sehari-hari
• Nutrisi meliputi jenis makanan, frekuensi makanan, nafsu makan, makanan pantangan
dan banyaknya minum dalam sehari.
• Eliminasi
1. BAB : frekuensi, warna, dan konsistensi.
2. BAK : Frekuensi, jumlah dan warna.
• Istirahat
• Kebersihan diri yang meliputi penampilan, berapa kali mandi dalam sehari.
• Rekreasi dalam sehari, berapa kali menyikat gigi, berapa kali mencuci rambut dalam
seminggu serta berapa kali mengganti pakaian dalam dan luar.
• Ketergantungan obat, rokok, dan alkohol.
• Hubungan seksual.
• KB yang terdiri dari apakah ibu mengerti tentang KB, ibu setuju menjadi akseptor KB
serta apakah ibu pernah drop out.
11.) Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum/kesadaran.
• Tanda-tanda vital : TD, N, RR, dan S
• Pemeriksaan gynekologi secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
• Muka : apakah pucat, cloasma gravidarum, apakah penyakit kulit ada, bengkok atau
kebiruan.
• Mata : bagaimana sclera, kelopak mata dan conjungtiva.
• Mulut : keadaan bibir, luka pada bibir, bau dan batuk-batuk.
• Gigi : jumlah kebersihan, karang gigi, caries.
• Leher : apakah ada kelenjar gondok, pembesaran limfe.
• Buah dada : bentuknya, puting, dan kebersihan.
• Perut : bentuk, striae, linea, luka diperut.
• Vulva : oedema, tanda chadwick, pengeluaran, kebersihan.
• Tungkai: simetris, luka pada kaki, varices, oedema.
• Pemeriksaan laboratorium.
• Pemeriksaan penunjang.
• Keluarga berencana.
c. Data psikologis
• Orang terdekat dengan pasien.
• Interaksi dalam keluarga.
• Persepsi pasien terhadap penyakitnya.
• Tugas perkembangan menurut usia saat ini.
• Mekanisme koping.
d. Status sosial ekonomi.
• Masalah finansial.
e. Data spiritual
• Keyakinan terhadap Tuhan.
• Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut buku Perawatan Medical Bedah halaman 1021 – 1061, (Barbara C. Long, 1996).
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri pada perut kanan bawah, yang
ditandai dengan :
- Pasien meringis kesakitan
- Adanya tumor yang sulit digerakkan pada perut kanan bawah.
- Pasien gelisah
b. Anemia berhubungan dengan pengeluaran darah yang kronis dari jalan lahir yang
ditandai dengan :
- Hemoglobin menurun.
- Wajah kelihatan pucat
- Konjungtiva pucat
- Nadi cepat dan kecil
- Tekanan darah menurun
c. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan, berhubungan dengan intake yang kurang
ditandai dengan :
- Anoreksia
- Perawakan kurus dan lemah
- Berat badan menurun
- Hemoglobin menurun
d. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya ditandai
dengan :
- Wajah tidak bergairah
- Komunikasi sulit
- Susah tidur

3. Perencanaan Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri pada perut kanan bawah, yang
ditandai dengan :
- Pasien meringis kesakitan
- Adanya tumor yang sulit digerakkan pada perut kanan bawah.
- Pasien gelisah
Tujuan perawatan :
Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil :
- Rasa nyeri berkurang
- Pasien tidak gelisah
- Pasien dapat tidur dengan tenang
Tindakan keperawatan :
1.) Istirahat di tempat tidur.
Rasional :
Dengan istirahat akan mengurangi beban kerja organ tubuh terutama bagian yang rusak,
sehingga kerusakan tidak bertambah parah dan mempercepat proses penyembuhan.
2.) Latihan bernafas dalam bila ada nyeri.
Rasional :
Terjadi spasme otot, meningkatkan sirkulasi dan menguatkan otot sehingga nyeri berkurang.
3.) Berikan kompres hangat pada daerah nyeri.
Rasional :
Terjadi vasodilatasi sehingga akan menghambat impuls nyeri.
4.) Beri salep mentol di atas sympisis.
Rasional :
Dapat menghasilkan sensasi hangat atau dingin dan akan menghambat transmisi hantaran
nyeri.
5.) Berikan pengobatan analgetik dan antibiotika sesuai order dokter.

Rasional :
Analgetik menekan syaraf perifer sehingga mengurangi nyeri. Antibiotik akan membunuh
kuman, sehingga peradangan menurun dan rasa sakit menurun.
6.) Berikan pengobatan sitostatika sesuai order dari dokter.
Rasional :
Sitostatika (obat-obat kanker) dapat menghancurkan sel-sel kanker dan sekaligus mencegah
proses pembelahan sel-sel kanker.
7.) Observasi ambang nyeri.
Rasional :
Indikator menurunnya rasa nyeri.
8.) Beri penyuluhan tentang menfaat istirahat di tempat tidur, latihan pernafasan,
kompres hangat, dan pengobatan.
Rasional :
Terjalin hubungan kerja – sama yang baik antara pasien, keluarga dan petugas untuk
menuju kesembuhan pasien.
b. Anemia berhubungan dengan pengeluaran darah yang kronis dari jalan lahir yang
ditandai dengan :
- Hemoglobin menurun.
- Wajah kelihatan pucat
- Konjungtiva pucat
- Nadi cepat dan kecil
- Tekanan darah menurun
Tujuan perawatan :
Kebutuhan darah pasien terpenuhi (tidak anemia)
Kriteria hasil :
- Wajah tidak pucat
- Hemoglobin naik menjadi 12 gram persen (minimal)
- Tekanan darah normal (120/80 mmHg)
- Nadi normal : 80 kali permenit.
Tindakan keperawatan :
1.) Laksanakan transfusi darah sesuai order dokter.
Rasional :
Dapat mengembalikan darah dengan cepat, dengan transfusi pasien mendapatkan darah
segar sehingga kadar hemoglobin dengan segera naik.
2.) Observasi hemoglobin setiap hari dengan cara sahli.
Rasional :
Mengetahui perkembangan hemoglobin sehari-hari,
3.) Observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernafasan dan keadaan mukosa,
kulit serta konjungtiva.

Rasional :
Kekurangan darah akan tercermin pada tanda-tanda vital dan warna selaput lendir dan kulit.
4.) Berikan penyuluhan tentang manfaat pemberian transfusi.
Rasional :
Dengan pengertian pasien tentang transfusi pasien akan lebih berpartisipasi dalam
melaksanakan tindakan transfusi.
5.) Observasi tanda-tanda adanya reaksi anafilaktik.
Rasional :
Darah merupakan antigen bagi pasien. Kemungkinan bisa terjadi reaksi antigen antibodi
yang menimbulkan reaksi syok yang sangat berbahaya. Dengan pengamatan ketat dapat
dicegah reaksi yang fatal.
6.) Berikan Penyuluhan kepada pasien tentang reaksi yang mungkin timbul akibat transfusi
darah.
Rasional :
Dengan pengetahuan tersebut klien dapat melaporkan segera apabila ada tanda-tanda
reaksi anafilaktik.
c. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan, berhubungan dengan intake yang kurang
ditandai dengan :
- Anoreksia
- Perawakan kurus dan lemah
- Berat badan menurun
- Hemoglobin menurun
Tujuan perawatan :
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
- Nafsu makan membaik.
- Hemoglobin naik menjadi 12 gram % (minimal)
- Berat badan naik minimal setengah kilogram dalam satu minggu.
- Porsi makan yang dihidangkan habis dimakan.
Tindakan perawatan :
1.) Berikan makanan TKTP sesuai jumlah kalori yang dibutuhkan.
Rasional :
Pasien mengalami kerusakan jaringan dan katabolisme yang berlebihan akibat kanker.
Untuk mengantisipasi keadaan tersebut perlu diberikan kalori dalam jumlah besar serta
protein bermutu.
2.) Hidangkan makanan yang bervariasi, bersih dan hangat.
Rasional :
Asap makanan yang tercium akan merangsang saraf penciuman dan selanjutnya
menimbulkan selera.
3.) Berikan reinforcement (penguatan/pujian) kepada pasien.
Rasional :
Reinforcement akan meningkatkan semangat hidup pasien, partisipasi menjadi lebih baik.
4.) Tmbang berat badan pasien tiap minggu.
Rasional :
Merupakan indikator tercapainya tujuan perawatan.
5.) Berikan obat-obatan pembangkit selera sesuai order dokter.
Rasional :
Obat-obatan tersebut akan menekan pusat kenyang di otak sebaliknya pusat lapar akan
terbuka yang mengakibatkan selera makan selalu ada.
6.) Berikan penyuluhan kepada pasien tentang manfaat makanan TKTP dan hubungannya
dengan penyakitnya.
Rasional :
Pengetahuan pasien tentang hal tersebut akan meningkatkan partisipasi pasien dalam
pencapaian tujuan perawatan.
d. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya ditandai
dengan :
- Wajah tidak bergairah
- Komunikasi sulit
- Susah tidur
Tujuan perawatan :
Kecemasan pasien berkurang
Kriteria hasil :
- Ekspresi wajah tidak nampak cemas
- Komunikasi baik
- Dapat tidur
- Tidak ketakutan.
Tindakan perawatan :
1.) Bentuk hubungan atas dasar saling percaya dan terbuka.
Rasional :
Suasana yang demikian akan memudahkan pasien untuk mengeluarkan isi hatinya sehingga
beban mental pasien akan berkurang.
2.) Luangkan waktu berbincang-bincang dengan pasien.
Rasional :
Pasien merasa rendah diri dan terasing. Dengan tindakan tersebut pasien akan merasa lebih
diperhatikan.
3.) Tunjukkan rasa empati terhadap pasien
Rasional :
Empati meningkatkan harga diri.
4.) Kaji ketegangan dan ketakutan yang dapat menimbulkan perasaan cemas.
Rasional :
Dapat dijadikan pedoman untuk menentukan tindakan selanjutnya.
5.) Berikan penyuluhan kepada keluarga agar dapat memberikan dukungan mental dan
spiritual kepada pasien.

Rasional :
Dukungan keluarga dapat memperbesar rasa percaya diri pasien dalam menghadapi
penyakitnya.

4. Pelaksanaan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana perawatan yang telah
ditentukan atau disusun. Dalam perwujudan rencana dapat ditangani oleh :
a. Yang menyusun rencana.
b. Atau didelegasikan kepada orang lain yang dipercaya memberikan tindakan
keperawatan, mampu dan mempunyai wewenang dalam melaksanakan rencana perawatan
tersebut.
Prinsip dalam implementasi rencana perawatan :
a. Berdasarkan respon pasien.
Siap untuk dilaksanakan atau tidak.
b. Berdasarkan penggunaan sumber : alat, tenaga, dll.
c. Diharapkan dapat meningkatkan daya self care dan self reliance dari pasien.
d. Sesuai dengan standar seperti : waktu, situasi, dan lain-lain.
e. Memiliki dasar hukum atau dasar ilmiah.
f. Sesuai dengan tanggung jawab profesi.
g. Meningkatkan kerjasama dengan profesi lain.
h. Semua tindakan yang dilaksanakan, pelaksanaannya pada aspek pencegahan dan
peningkatan kesehatan.
i. Penerapan dari metode yang dipilih secara efektif.
j. Memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-faktor perubahan lingkungan.
k. Meningkatkan peran serta pasien.
Kegiatan – kegiatan yang harus dilaksanakan pada setiap implementasi dari intervensi
keperawatan :
a. Melihat kembali data yang ada pada pasien.
b. Melihat apakah ada data baru yang muncul, berubah atau tidak berubah.
c. Merevisi rencana bila perlu.
d. Melaksanakan atau mengadakan hubungan yang membantu dengan klien.
e. Menentukan kebutuhan bantuan keperawatan.
f. Melaksanakan teknik asuhan keperawatan.
g. Mempelajari respon pasien.
h. Mengkomunikasikan tindakan yang sudah dilaksanakan dan tanggapan pasien kepada
tenaga kesehatan lain.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Menurut H. Lismidar, dkk
(1990), evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan
tentang kesehatan, patofisiologi dan strategi evaluasi.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai
atau tidak, dan untuk melakukan pengkajian ulang.
Dalam melakukan evaluasi, sesuai dengan waktu dan tanggal yang telah ditetapkan dalam
pernyataan tujuan. Sambil memberikan asuhan keperawatan, perawat terus menerus
mengumpulkan data baru dari pasien yang nanti akan digunakan untuk bahan evaluasi
selanjutnya. Pada saat evaluasi pencapaian tujuan maka perawat melihat kembali pada
pernyataan tujuan dalam rencana keperawatan yang telah ditetapkan.
• Perilaku pasien yang bagaimanakah yang dinyatakan dalam tujuan ?
• Adakah pasien itu dapat menunjukkan perubahan perilaku sesuai dengan yang
diharapkan dalam pernyataan tujuan ?
Jawaban untuk dua pertanyaan diatas merupakan dasar untuk evaluasi pencapaian tujuan.
Hal-hal yang dievaluasi adalah kemampuan pasien menunjukkan perilaku sesuai dengan
yang ditetapkan dalam tujuan rencana keperawatan.
Untuk evaluasi keperawatan pada kanker leher rahim mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan yaitu :
a. Apakah rasa nyaman terpenuhi ?
b. Apakah kebutuhan darah pasien terpenuhi ?
c. Apakah kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi ?
d. Apakah kecemasan pasien berkurang/hilang ?

BAB III
TINJAUAN KASUS

B. BIODATA
1. Identitas pasien
a. Nama : Ny. B
b. Umur : 58 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status perkawinan : Kawin
e. Suku/bangsa : Bugis Makassar
f. Pendidikan : SD
g. Pekerjaan : -
h. Alamat : BTP

2. Identitas penanggung
a. Nama : Usman
b. Umur : 63 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Status perkawinan : Kawin
e. Suku/bangsa : Bugis Makassar
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Pensiunan PNS
h. Agama : Islam
i. Alamat : BTP
j. Hubungan dg klien : Suami

3. Riwayat kesehatan sekarang


a. Keluhan utama : Nyeri dan mual.
b. Riwayat keluhan utama : Dialami sejak 15 – 06 – 2002. Keluar darah dari jalan rahim.
Berobat ke Poli dan anjurkan untuk opname.
1.) Sifat keluhan : hilang timbul.
2.) Lokasi keluhan : pada bagian perut.
3.) Hal yang memperberat : Beraktivitas.
4.) Bila terjadi nyeri : usaha yang dilakukan pasien dengan berisitirahat.
5.) Mulai timbulnya keluhan sejak tanggal 13 – 06 – 2002 sampai sekarang.
6.) Keluhan yang menyertai : muntah.

4. Riwayat kesehatan masa lalu


a. Klien pernah diopname dengan penyakit yang sama.
b. Klien tidak ada riwayat alergi.
c. Klien pernah ditransfusi darah 4 kantong pada siklus ke II.
d. Klien tidak merokok.
e. Klien tidak pernah minum-minuman yang beralkohol.

Pola reproduksi :
- Menarche : 15 tahun
- Siklus haid : 5 – 7 hari
- Sifat darah : Encer
- Warna : Merah tua
- Dysmenorrhoe : Tidak ada
Riwayat kesehatan keluarga
http://asmanurs3.blogspot.com/
I1,2,3,4 : Meninggal tidak diketahui penyebabnya
II7 : Meninggal karena DM
III1 : Meninggal karena demam
III3 : Meninggal karena berak-berak

5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : tampak sakit sedang.
b. Kesadaran : composmentis.
c. Tanda-tanda vital :
1.) Tekanan darah : 110/70 mmHg
2.) Nadi : 90 x/menit
3.) Pernafasan : 20 x/menit
4.) Suhu : 36 0C
d. Berat badan : 48 kg.
e. Tinggi badan : 153 cm.
f. Kulit
Inspeksi :
- Warna kulit sawo matang.
- Kulit nampak bersih
Palpasi :
- Kulit terasa lembab.
- Tidak ada nyeri tekan.
g. Kepala
Inspeksi :
- Bentuk kepala mesochepal, warna rambut hitam bercampur uban.
- Penyebaran rambut merata, rambut mudah rontok.
Palpasi :
- Rambut mudah rontok.
- Tidak ada nyeri tekan.
h. Muka
Inspeksi :
- Bentuk muka nampak simetris kiri dan kanan.
- Wajah tidak pucat.
- Ekspresi wajah nampak meringis.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan.
- Tidak teraba adanya massa.
i. Mata
Inspeksi :
- Nampak simetris kiri dan kanan.
- Tidak nampak oedema palpebra.
- Conjungtiva merah muda.
- Tidak tampak icterus pada sclera.
- Pupil isokor bila dirangsang cahaya.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan.
- Tidak ada peningkatan Tekanan Intra Okuler.
j. Hidung dan sinus
Inspeksi :
- Tidak ada sekret.
- Tidak ada perdarahan.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan.
Fungsi : penciuman baik.
k. Telinga
Inspeksi :
- Nampak simetris kiri dan kanan.
- Tidak nampak adanya perdarahan.
- Tidak ada serumen.
- Tidak memakai alat bantu.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan.
l. Mulut dan gigi
Inspeksi :
- Bibir nampak merah muda.
- Gigi nampak bersih.
- Klien memakai gigi palsu.
- Mulut tidak berbau.
Palpasi :
- Nampak bersih.
- Warna merah muda.
- Kemampuan bicara baik.
- Fungsi mengecap baik.
- Fungsi mengunyah baik.
m. Leher dan tenggorokan
Inspeksi :
- Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tyroid.
- Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar limfe.
- Tidak nampak adanya pembesaran vena jugularis.
Palpasi :
- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.
- Tidak teraba adanya pembesaran vena jugularis.
- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe.
n. Payudara
Inspeksi :
- Bentuk simetris kiri dan kanan.
- Tidak ada perubahan bentuk.

Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan.
o. Thorax dan pernafasan
Inspeksi :
- Bentuk dada simetris kiri dan kanan.
- Frekuensi pernafasan 20 x/menit.
- Irama pernafasan teratur.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan.
- Tidak teraba adanya massa.
- Ekspansi dada simetris kiri dan kanan.
- Vokal fremitus getaran seimbang kiri dan kanan.
Perkusi :
- Terdengar sonor pada paru kanan dan kiri.
- Batas paru dan jantung ICS ke 3. 4. 5 dada kiri.
Auskultasi :
- Terdengar suara nafas vesikuler.
- Ronchi tidak ada.
- Wheezing tidak ada.
p. Jantung
Inspeksi :
- Ictus cordis nampak pada ICS 5 sisi dada kiri.
Palpasi :
- Ictus cordis teraba pada ICS 5 sisi dada kiri.
Perkusi :
- Batas jantung linea sternalis kanan.
- Batas jantung kiri 1 jari lateral kiri.
- Bunyi perkusi pekak.
Auskultasi :
- Bunyi jantung I dan II murni.
- Tidak ada bunyi tambahan.
q. Abdomen
Inspeksi :
- Nampak datar ikut gerak nafas.
- Tidak adanya luka.
- Warna perut sama dengan sekitarnya.
Palpasi :
- Nyeri tekan pada perut.
Auskultasi :
- Peristaltik 8 x/menit.
Perkusi :
- Terdengar tympani.
r. Genetalia dan anus
1.) Genetalia
Inspeksi :
- Tidak nampak oedema pada genetalia.
- Tidak ada sekret.
- Tidak ada perdarahan.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan.
2.) Anus
Inspeksi :
- Tidak tampak adanya benjolan.
- Tidak nampak adanya perdarahan.
s. Ekstremitas
1.) Ekstremitas atas
- Nampak simetris kiri dan kanan.
- Tidak nampak adanya atropi.
- Kedua lengan dapat digerakkan ke segalah arah.
Refleks :
- Bicep kiri/kanan + / +
- Tricep kiri/kanan + / +
2.) Ekstremitas bawah
- Kekuatan kanan/kiri baik, nilai 5.
- Tungkai dapat digerakkan ke segala arah.tidak nampak adanya atropi.
Refleks :
- KPR kiri – kanan : baik
- APR kiri – kanan : baik.
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 15/08/2002 Normal
Leucocyt : 7.0 103/mm3 5 – 10/mm3
Eritrocyt : 4.07 106/mm3 4.00 – 6.00/mm3
Hb : 11,0 gr % 12 – 16 gr %
Ureum kreatinin : 25,6 10 – 50 mg/dl
Kreatinin : 1,04 < 1,1 mg/dl
SGOT : 38 < 32 u/L
SGPT : 29 < 31 u/L
USG tgl 21/6/2002 Hasil USG : uterus endometrium yang atropi
Biopsi tgl 19/6/2002 Hasil : karsinoma sel squamus differensial jelek.
Pola kegiatan sehari-hari
1. Nutrisi
a. Sebelum sakit
- Pola makan : Nasi, sayur, lauk-pauk dan buah-buahan
- Frekuensi makan/hari : 2 – 3 kali/hari.
- Nafsu makan : Baik
- Makanan yang disukai : Buah-buahan
- Banyak minum dalam sehari : 6 – 7 gelas/hari.
- Jenis minuman yang disukai : Air putih.
b. Selama dirawat
- Pola makan : Nasi, sayur, lauk-pauk dan buah-buahan
- Frekuensi makan/hari : 3 kali/hari.
- Nafsu makan : Kurang
- Porsi yang disajikan tidak dihabiskan.
- Banyak minum dalam sehari : 6 – 7 gelas/hari.
2. Eliminasi
a. BAK
Kebiasaan :
- Frekwensi/hari : 5 – 6 kali/hari
- Warna : Kuning
- Bau : Amoniak
- Jumlah : 1500 cc/hari
Selama dirawat :
- Frekwensi/hari : 5 – 6 kali/hari
- Warna : Kuning
- Bau : Amoniak
- Jumlah : 1500 – 1700 cc/hari

b. BAB
Kebiasaan :
- Frekwensi/hari : 1 kali/hari
- Warna : Kuning kecoklatan
- Konsistensi : Padat
Selama dirawat :
- Frekwensi/hari : 1 kali/hari
- Warna : Kuning kecoklatan
- Konsistensi : Padat
3. Olah raga
Klien tidak suka berolah raga.
4. Istirahat dan tidur
Sebelum sakit :
- Tidur malam pukul 22.00 s.d 05.00
- Tidur siang (kadang-kadang) pukul 11.00 s.d 12.00
Selama dirawat :
- Tidur malam pukul 22.00 s.d 05.00
- Tidur siang pukul 11.00 s.d 12.00
- Klien kadang-kadang mudah terbangun
5. Hygiene
Sebelum dirawat :
- Mandi : 2 x sehari
- Menyikat gigi : 2 x sehari
- Mencuci rambut 2 x seminggu.
Selama dirawat :
- Mandi 2 x sehari
- Menyikat gigi 2 x sehari
- Mencuci rambut 2 x seminggu.

Pola interaksi sosial


1. Orang yang terdekat degnan klien adalah anaknya.
2. Klien mudah bergaul dengan sesama pasien.
3. Mengatasi masalah keluarga : musyawarah.
4. Interaksi dengan keluarga baik (harmonis).
Kesehatan sosial
1. Keadaan rumah dan lingkungan baik.
2. Status rumah : tinggal dengan anaknya.
3. Lingkungan : tenang.
4. Tidak kebanjiran di saat musim hujan.
Kegiatan keagamaan
1. Klien beragama Islam
2. Klien rajin menjalankan ibadah 5 waktu.
Psikologi
1. Klien nampak cemas.
2. Klien selalu bertanya tentang penyakitnya.
3. Klien ingin cepat sembuh.
4. Ekspresi wajah kurang ceria.
Perawatan dan pengobatan
Perawatan
- Istirahat
- Diet TKTP
- Support
- Pemberian obat sesuai jadwal
Pengobatan
- Sotatic lamp.
- Ulsikur lamp.
- Asam mefenamat.
KLASIFIKASI DATA

Data subyektif :
- Klien mengeluh nyeri pada perut.
- Klien mengeluh mual.
- Klien mengeluh nafsu makan kurang.
- Klien bertanya tentang penyakitnya.
Data obyektif :
- Ekspresi wajah nampak meringis.
- Klien selalu bertanya tentang penyakitnya.
- Porsi makan yang disajikan tidak dihabiskan.
- Ekspresi wajah nampak cemas.
- Tanda-tanda vital
- T : 110/70 mmHg
- N : 90 x/menit
- P : 20 x/menit
- S : 36 0C
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Ca. Serviks.


Data subyektif :
- Klien mengeluh nyeri pada bagian perut.
Data obyektif :
- Ekspresi wajah meringis.
- Tanda-tanda vital :
T : 110/70 mmHg
N : 90 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36 0C
- Nyeri tekan pada abdomen.
2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan efek pemberian sitostatika.
Data subyektif :
- Klien mengeluh mual.
- Nafsu makan kurang.
Data obyektif :
- Porsi makan yang disajikan tidak dihabiskan.

3. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.


Data subyektif :
- Klien selalu bertanya tentang penyakitnya.
Data obyektif :
- Eskpresi wajah klien nampak cemas.
ASUHAN KEPERAWATAN

DOWNLOAD
Asmanurs3
4 comments:

Ace Maxs5 June 2015 at 20:26


terimakasih banyak udah share... :)

http://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-kanker-serviks/

Reply
Replies

Arwan asma6 June 2015 at 04:18


sama sama,.
Reply

radja angker27 June 2015 at 12:51


thanks..

Reply

Kez022329 July 2018 at 20:03


As part of a school thesis for research I’ve got to search sites with relevant information on
given topic and provide them to teacher our opinion and the article. Your post helped me a
lot. This is my first time see here. From the tons of comments on your articles, I guess I’m
not just one having all the enjoyment right here! I just couldn’t leave your website before
telling you that I truly enjoyed the best high quality articles you present for your visitors?
Will be returning again frequently to check up on brand new posts.

Obat Maag
Obat Tipes
Obat Maag

Reply

* Terima kasih telah berkunjung di blog Saya.


* Comentar yang sopan.
* Kami hargai komentar dan kunjungan anda
* Tunggu Kami di Blog Anda
* No Link Aktif
Salam Kenal Dari Saya



Home
View web version

Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai