Anda di halaman 1dari 23

Makalah

Antibiotik

Disusun Oleh :
DAFFA AKRAMA YUDA G1A118116

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018/2019

1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullah, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulisan makalah ini dapat
diselesaikan yaitu sebagai tugas untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan mata kuliah.
Penulis menyadari laporan penyuluhan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan
baik dari segi materimaupun penulisan, disebabkan karena penulis mempunyai keterbatasan dalam
hal ilmu dan pengetahuan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaatbagi penulis maupun pembaca. Amin ya rabbal ‘alamin.

Jambi, 25 Agustus 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
A.Latar Belakang ...................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 5
C. Tujuan .................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 6
A Pengertian Antibiotik ..................................................................................... ...... 6
B Pengolongan Antibiotik ....................................................................................... 7
C Farmakodinamik (PD) dan Farmakokinetik (PK).............................................. 16
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 20
A Kesimpulan .................................................................................................... ..... 20
B Saran ................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................... ..................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama oleh Alexander
Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil mengisolasi senyawa tersebut dari Penicillium
chrysogenumsyn. P. Notatum. Dengan penemuan antibiotik ini membuka sejarah baru dalam
bidang kesehatan karena dapat meningkatkan angka kesembuhan yang sangat bermakna.
Kemudian terjadilah penggunaan besar-besaran antibiotik pada saat perang dunia untuk
pengobatan berbagai macam penyakit. Masalah baru muncul ketika mulai dilaporkannya resistensi
beberapa mikroba terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik yang besar-besaran.
Hal ini tidak seharusnya terjadi jika kita sebagai pelaku kesehatan mengetahui penggunaan
antibiotik yang tepat. Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik
yang baru menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya
dari satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata mempunyai
kemampuan dalam membunuh mikroba. Dimulai dengan mengetahui jenis-jenis dari antibiotik
dilanjutkan mengetahui mekanisme dan farmakologi dari obat-obat antibiotik tersebut dan terakhir
dapat mengetahui indikasi yang tepat dari obat antibiotik tersebut. Semua ini bertujuan akhir untuk
mengoptimalkan penggunaan antibiotik yang tepat dan efektif dalam mengobati sebuah penyakit
sekaligus dapat mengurangi tingkat resistensi
Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun unutk seorang dokter
ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat
mengakibatkan berbagai gejala penyakit.

4
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik juga dapar dibuat secara sintesis.
Antimikroba diartikan sebagai obat pembasmi mikroba khususnya yang merugikan manusia.

B. Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan Antibiotik ?
2) Apa saja jenis Pengolongan Antibiotik ?
3) Bagaimana Farmakodinamik(PD) dan Farmakokinetik(PK) Antibiotik ?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian Antibiotik.
2) Untuk mengetahui jenis Pengolongan Antibiotik.
3) Untuk mengetahui Farmakodinamik(PD) dan Farmakokinetik(PK) Antibiotik.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Antibiotik
Antibiotik berasal dari kata Yunani tua, yang merupakan gabungan dari kata anti (lawan) dan
bios (hidup). Kalau diterjemahkan bebas menjadi "melawan sesuatu yang hidup". Antibiotik di
dunia kedokteran digunakan sebagai obat untuk memerangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri
atau protozoa. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur,
yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak Antibiotik saat ini
dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya Antibiotik sintetik tidak
diturunkan dari produk mikroba.
Antibiotik adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki
khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia
relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk kelompok ini,
begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007).
Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah
kecik dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain
(Harmita dan Radji, 2008).
Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba, khususnya penyebab infeksi pada
manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif yang setinggi mungkin. Artinya, antibiotik
tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk
inang/hospes (Gan dan Setiabudy, 1987). Usaha untuk mencari antibiotik yang dihasilkan oleh
mikroorganisme. Produk alami yang disentesis oleh mikroorganisme menjadi sangat penting.
Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis mikroba dan termasuk
didalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti virus, dll. Antibiotik
berbeda dengan istilah disinfectant karena desifektant membunuh kuman dengan cara membuat
lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan kerja dariantibiotik adalah cenderung bersifat
Toksisitas Selektif dan dapat membunuh kuman tanpa merugikan inang.
Prinsip Penggunaan Antibiotik:
a. Berdasarkan penyebab infeksi: Dari hasil pemeriksaan mikrobiologis, pemberian Antibiotik tanpa
pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada educate guess.

6
b. Berdasarkan faktor pasien: Fungsi ginjal dan hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi,
daya tahan terhadap obat, usia, wanita hamil dan menyusui.

B. Pengolongan Antibiotik

1. Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jenis yang
dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzil penisilin ternyata paling aktif.
Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasal dari sicilia (1943) penisilin
bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel.
Penisilin terdiri dari :
1.1 Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
a. Benzil Penisilin

7
1) Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
2) Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin
3) Efek samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.

b. Fenoksimetil Penisilin
1) Indikasi: tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksis infeksi
pneumokokus.

1.2 Penisilin Tahan Penisilinase


a. Kloksasilin
1) Indikasi: infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
2) Peringatan: gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia
limfositik kronik, dan AIDS, riwayat infeksi.
3) Interaksi: obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. tetapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
4) Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
5) Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leuk
opoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.

b. Flukoksasilin
1) Indikasi :infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
2) Peringatan : gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
3) Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
4) Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
5) Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.

8
1.3 Pensilin Spectrum Luas
a. Ampisilin
Ibu hamil : Kategori
Ibu menyusui : Kategori A
1) Indikasi: Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
2) Peringatan: Riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular
fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
3) Interaksi: Obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Absorbsi sebagian besar dipengaruhi oleh makanan. Pengobatan lebih baik diberikan pada
saat lambung kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
4) Kontraindikasi: Hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
5) Efek samping: Reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
6) Pengaturan dosis Oral: 250-500 mg tiap 6 jam, diberikan 30 menit sebelum makan.
Infeksi saluran kemih: 500 mg tiap 8 jam. Injeksi intramuskuler, intravena atau infus:
500 mg tiap 4-6 jam. Anak di bawah 10 tahun: setengah dosis dewasa.
7) Sediaan Ampisilin (generik): kapsul 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5ml,
250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 500mg, 1g. Ampicillin: kapsul 250mg, 500mg; tablet
250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5ml 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g, 2g. Ampi:
kapsul 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5 ml.

b. Amoksisilin
Ibu Hamil : Ketegori B
Ibu Menyusui : Kategori A
1) Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
2) Peringatan: gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia
limfositik kronik, dan AIDS

9
3) Interaksi: obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
4) Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
5) Efek samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
6) Pengaturan Dosis:
Dewasa: 1x 500mg tablet tiap 12 jam atau 250mg tablet tiap 8 jam.
Suspensi: dewasa, untuk yang sulit menelan, 125mg/5ml atau 250mg/5ml
suspensi menggantikan tablet 500mg.
Anak
Kurang dari 3 bulan: 30mg/kg/hr dibagi tiap 12 jam didasarkan pada komponen
amoksisilin. Dianjurkan menggunakan suspensi 125 mg/5ml 3 bulan atau lebih :
didasarkan pada komponen amoksisilin. Jangan menggunakan tablet 250mg jika
berat<40kg. 40kg atau lebih: sesuai dosis dewasa Amoksisilin dapat diminum dengan
atau tanpa makanan. Neonatus dan bayi 12 minggu (3 bulan) atau lebih muda: karena
fungsi ginjal yang belum optimal mempengaruhi eliminasi amoksisilin, dosis paling
tinggi yang dijinkan adalah 30mg/kg/hr dibagi tiap 12 jam.
7) Sediaan Amoksisilin (generik): kaplet 500mg; kapsul 250mg; sirup
kering 125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g. Amoksan: drops 125mg/1,25
ml; kapsul 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi
1g.
Kalmox: kapsul 500mg; sirup kering 125mg/5ml.

1.4 Penisilin Anti Pseudomona


a. Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus.

b. Piperasilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.

c. Sulbenisilin
infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.

10
1. Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram
negative. Gentamisin, Amikasin dan kanamisin juga aktif terhadap pseudomonas aeruginosa.
Streptomisin aktif terhadap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang hampir
terbatas untuk tuber kalosa.
1) Gentamisin
a. Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya. Infeksi
bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis, pneumonia nosokomial, terapi tambahan
pada miningitis karena listeria.
b. Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
c. Efek samping: nefrotoksisitas yang biasanya terjadi pada orang tua atau pasien gangguan
fungsi ginjal. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal maka interval pemberian harus diperpanjang.
d. Mekanisme kerja obat: Aminoglikosida bersifat bakterisidal dan digunakan terutama pada
infeksi bakteri gram positif dan negatif. Aktivitas bakterisid melalui penghambatan sintesis
protein bakteri.
e. Pengaturan dosis Gentamisin: Dosis pada pasien infeksi serius dengan fungsi ginjal normal 3
mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga setiap 8 jam.
Anak-anak : 6-7,5 mg/kg/hari (2-2,5 mg/kg setiap 8 jam)
Infant dan neonatus : 7,5 mg/kg/hari (2,5 mg/kg setiap 8 jam)
Neonatus umur < 1 minggu : 5 mg/kg hari (2,5 mg setiap 12 jam).
Durasi terapi : biasanya 7-10 hari. Dosis pada pasien infeksi serius dengan fungsi ginjal
normal 3 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga setiap 8 jam.
f. Sediaan Gentamisin (generik):cairan injeksi 10 mg/ml;40 mg/ml (K)
Garamycin®: cairan injeksi 20 mg/ml; 40 mg/ml; 60 mg/ml; 80 mg/ml (K)
g. Perhatian: gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut (sesuaikan dosis, awasi fungsi ginjal,
pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka panjang.
Aminoglikosida dapat menembus sawar plasenta, sehingga pemberian pada wanita hamil
sedapat mungkin dihindari (Kategori C). Apabila bila menyusui ekresi gentamisin dalam ASI
sangat minimal (Kategori A).

11
2) Amikasin
Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.

3) Kanamisin
Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin

2. Makrolida
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hampir sama dengan penisilin, sehingga obat
ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran napas,
pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
1) Eritromisin
a) Indikasi: sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis
kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatitis kronik,
akne vulgaris, dan profilaksis difteri dan pertusis.
b) Kontraindikasi: penyakit hati.
c) Efek samping: Mual, muntah, dan diare.Untuk infeksi ringan efek samping ini dapat dihindarkan
dengan pemberian dosis rendah.
d) Mekanisme kerja obat: Antibiotik golongan makrolida terikat secara reversible pada sisi P ribosom
subunit 50s dari bakteri dan dapat menghambat RNA-dependent protein synthesis dengan cara
merangsang pemutusan peptidyl t-RNA dari ribosom. Antibiotik ini dapat bersifat bakteriostatik
maupun bakterisid, tergantung faktor konsentrasi obat.
e) Interaksi obat / Makanan : Jika diberikan bersamaan dengan antasida, konstanta
kecepatan eliminasi eritromisin dapat turun, dan berikan 2 jam sebelum atau sesudah makan.
Eritromisin estolat dan etilsuksinat, dan eritromisin base dalam bentuk tablet lepas lambat tidak
dipengaruhi oleh makanan.
f) Pengaturan dosis: Oral : Dewasa dan Anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-1 g
tiap 12 jam. Anak sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam.
Infus intravena: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50 mg/kg/hari secara infus kontinyu atau
dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi ringan 25 mg/kg/hari bila pemberian per oral tidak memungkinkan.
g) Sediaan Erybiotic : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 200 mg/5 ml sirop.
Erysanbe : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 200 mg/5 ml sirop kering; 200 mg/tablet kunyah.

12
Erythrocin : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 250 mg/5 ml sirop; 200 mg/tablet; 100 mg/2,5 ml
sirop tetes.
h) Perhatian Kehamilan: eritromisin dapat melewati plasenta tetapi menghasilkan kadar yang rendah
dalam jaringan. Gunakan jika hanya benar-benar perlu (Kategori B).
Menyusui: eritromisin diekskresikan melalui ASI. Meskipun demikian, belum ditemukan adanya
efek samping pada bayi (Kategori A).
2) Azitromisin
Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa kompliasi.
3) Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak;
terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak
4) Spiramisin

3. Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis
dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama melalui
ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
1) Sefadroksil
a. Indikasi: infeksi baktri gram (+) dan (-)
b. Kontra indikasi: hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
c. Interaksi: sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti mikroba masing-
masng derrivat bervariasi.
d. Efek samping: diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis tinggi) mual
dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll

2) Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
3) Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.

13
4) Sefuroksim
Indikasi : profilaksis tindakan bedah, lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae.

5) Sefamandol
Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.

4. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama
semakin berkurang karena masalah resistansi.
Tetrasiklin terbagi atas :
1) Tetrasiklin.
a. Indikasi: akne vulgaris, eksaserbasi bronkitis kronis, klamidia, mikoplasma dan riketsia, efusi
pleura karena keganasan atau sirosis.
b. Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap golongan tetrasiklin.
c. Mekanisme kerja obat: tetrasiklin merupakan bakteriostatik yang bekerja dengan mempengaruhi
sintesis protein pada tingkat ribosom. Antibiotik ini berikatan secara reversible dengan ribosom
subunit 30s dari bakteri, mencegah terjadinya ikatan aminoacyl transfer RNA dan menghambat
sintesis protein, serta perkembangan sel. Golongan tetracycline mempunyai aktivitas luas terhadap
bakteri gram positif dan negatif.
d. Efek samping: Mual, muntah, diare, eritema (hentikan pengobatan), sakit kepala dan gangguan
penglihatan dapat merupakan petunjuk peningkatan intrakranial, hepatotoksisitas, pankreatitis dan
kolitis.
e. Interaksi obat / makanan: Jika diberikan bersama antasida, garam besi, maka absorpsi dan kadar
serum tetrasiklin turun. Pengatasan: tetrasiklin diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah antasida.
Jika diberikan bersama kontrasepsi oral maka tetrasiklin mempengaruhi resirkulasi
enterohepatik kontrasepsi steroid, sehingga menurunkan efeknya.
Jika diminum menggunakan susu, maka tetrasiklin akan membentuk khelat yang sulit
diabsorpsi.
f. Pengaturan dosis: Oral : 250 mg tiap 6 jam. Pada infeksi berat dapat ditingkatkan sampai 500 mg
tiap 6-8 jam
Sifilis primer, sekunder dan laten: 500 mg tiap 6-8 jam selama 15 hari.

14
Uretritis non gonokokus: 500 mg tiap 6 jam selama 7-14 hari (21 hari bila pengobatan pertama
gagal atau bila kambuh).
Injeksi intra vena: 500 mg tiap 12 jam, maksimum 2 g perhari
Sediaan: Bufacyn : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul; 125 mg/5 ml sirop.
Conmycin : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul.
Erlacylin : 30 mg/g salep, 1 % salep mata.
Hufacyclin : 250 mg/kapsul; 250 mg/5 ml sirop.
Megacycline : 250 mg/tablet.
Sakacyclin : 250 mg/kapsul.
Super Tetra : 250 mg/kapsul lunak.
Tetradex : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul.
g. Perhatian:
Kehamilan: golongan tetrasiklin dapat melewati plasenta dan ditemukan dalam jaringan
fetus. Dapat terjadi efek toksis pada fetus yang berupa retardasi perkembangan tulang (Kategori
D).
Menyusui: tetrasiklin dapat diekskresikan melalui air susu ibu.
Penggunaan antibiotik golongan tetrasiklin selama masa pertumbuhan gigi (dari akhir masa
kehamilan sampai anak usia 8 tahun) dapat menyebabkan perubahan warna gigi (kuning, abu-abu,
coklat) yang bersifat permanen.
Antibiotik golongan tetrasiklin membentuk kompleks kalsium yang stabil pada jaringan
pembentuk tulang.

2) Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretik
Efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi pernah dilaporkan terjadinya
diabeters indipidus nefrogenik.
3) Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis
kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)

4) Oksitetrasiklin

15
Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).

C. Farmakodinamik (PD) dan Farmakokinetik (PK)


Farmakodinamik(PD) dan Farmakokinetik(PK) antibiotik adalah salah satu parameter
yang sangat dibutuhkan untuk menetapkan jenis antibiotik beserta dosisnya secara tepat.
Antibiotik harus memiliki sifat :
 Mampu terikat pada tempat ikatan spesifiknya pada bakteri, misalnya di ribosom atau di
membran sel bakteri, dsb
 Kadar antibiotik pada tempat infeksi harus cukup tinggi. Semakin tinggi kadarnya,
semakin banyak tempat ikatan antibiotik pada sel bakteri
 Antibiotik harus tetao berada pada ikatannya dalam waktu yang cukup memadai agar
diperoleh efek yang adekuat
 Kadar hambat minimal (KHM atau MIC) antibiotik yang menggambarkan kadar terendah
antibiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Farmakokinetik (PK) membahas tentang perjalanan obat di dalam tubuh, sedangkan


farmakodinamik membahas tentang hbungan kadar-kadar antibiotik dalam tubuh dan efek
antibiotiknya. Tolak ukur potensi antibiotik adalah Kadar Hambatan Minimum (KHM), yaitu
kadar terendah antibiotik yang secara sempurna menghambat pertumbuhan bakteri secara in vitro.
Namun, KHM tidak menunjukkan perjalanan waktu aktivitas antibiotik menghambat pertumbuhan
bakteri. Ada dua kelompok antibiotik berdasarkan sifat farmakokinetiknya, yaitu :

a) Time dependent killing


 Lamanya antibiotik didalam darah dengan kadar di atas KHM (paling tidak selama
50% interval dosis)
 Contoh antibiotik yang bersifat ini adalah penisilin, sefalosporin dan makrolida
b) Concentration Dependent
 Semakin tinggi kadar antibiotik di dalam darah melampaui KHM, maka semakin
tinggi pula daya bunuhnya terhadap bakteri.

16
 Untuk kelompok ini diperlukan rasio kadar/KHM sekitar 10 kali lebih tinggi dari
KHM. Jika gagal mencapai kadar tersebut di jaringan tempat infeksi, maka akan
mengalami kegagalan terapi. Kondisi inilah yang menjadi salah satu penyebab
timbulnya resistensi.
Ada 3 parameter farmakokinetik yang bisa digunakan untuk mengevaluasi efikasi
antibiotik, yaitu Kadar Puncak Serum (Cmax), Kadar Minimum (Cmin), dan Area Under Curve
(AUC) pada kurva kadar antibiotik dalam serum vs waktu. Namun ketiga parameter
farmakokinetik tersebut tidak mendiskripsikan aktivitas antibiotik dalam membunuh kuman. Oleh
sebab itu aktivitias antibiotik dapat diukur dengan mengintegrasikan parameter PK/PD dengan
KHM, yaitu :

 Rasio Cmas (Peak / KHM


 Waktu (t) > KHM
 Rasio AUC-24 Jam/KHM

Keterangan :
MIC = Minimum Inhibitory
Concentration (Kadar Hambat
Minimum, KHM)
Kecepatan efek bakterisid
dari suatu antibiotik ditentukan
oleh lama waktu yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri (Time DependencI) atau peningkatan
kadar antibiotiknya (Concentration Dependence). Ada tiga parameter untuk menilai aktivitas
bakteriasid dari antibiotik yaitu :
 Time Dependence
 Concentration Dependence

17
 Post Antibiotic Effect (PAE), adalah supresi pertumbuhan bakteri secara persisten sesudah
paparan antibiotik.

Berdasarkan parameter PK/PD, aktivitas antibiotik dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :


a) Bakterisidal Concentration Dependence dan efek persisten yang lama
 Contoh antibiotiknya: Aminoglikosida, Fluorokuinolon, Polymyxins,
Daptomycin, Metrodinazol
 Tujuan terapi: memaksimalkan lkadar karena semakin tinggi kadar semakin
ekstensif dan cepat efek bakterisidalnya.
 Parameter PK/PD: Rasio AUC-24 jam/KHM dan rasio kadar puncak/KHM

b) Bakterisidal Time-Dependence dan efek persisten minimal


 Contoh antibiotiknya: semua jenis antibiotik beta-laktam (Karbapenem,
Monobaktam, Sefalosporing, Penisilin), Eritromisin, Linezolid.
 Tujuan terapi: memaksimalkan durasi paparan.
 Parameter PK/PD: Waktu>KHM

c) Bakterisidal Time-Dependence dan efek persisten sedang sampai lama.


 Contoh antibiotiknya: Azitromisin, Klindamisin, Oksazolidinon, Tetrasiklin,
Vankomisin

18
 Tujuan terapi: memaksimalkan jumlah obat yang masuk sirkulasi sistemik.
 Parameter PK/PD: Rasio AUC-24 Jam/KHM
Berikut tabel index PK/PD dan besaran target dari masing-masing antibiotik

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik yang baru
menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari satu
jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata mempunyai
kemampuan dalam membunuh mikroba.
Penisilin merupakan obat-obatan yang paling umum digunakan selama kehamilan. Antibiotik
ini dipasarkan dengan beberapa nama seperti cephradine, cefalexin, cefuroxime, cefaclor, dan lain-
lain. Obat yang umum digunakan ini mengandung cloxacillin, amxycillin, dan methicillin.
Pada Farmakodinamik (PD) adn Farmakokinetik (PK) menggunakan tolak ukur potensi
antibiotik adalah Kadar Hambatan Minimum (KHM), yaitu kadar terendah antibiotik yang secara
sempurna menghambat pertumbuhan bakteri secara in vitro. Namun, KHM tidak menunjukkan
perjalanan waktu aktivitas antibiotik menghambat pertumbuhan bakteri.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa antibiotik memiliki profil yang berbeda-beda seperti golongan,
farmakodinamik, farmakokinetik, indikasi, kontraindikasi, efek samping, posologi dan dosis
sehingga pengetahuan tentangnya sangat luas dan akan terus berkembang seiring berjalannya
waktu serta minimnya sumber yang diterjemahkan ke bahasa indonesia menjadi hambatan dan
tantangan dalam menulis makalah ini. Sehingga sebaiknya mahasiswa kedokteran lebih giat dalam
belajar dan menggunakan waktunya sebaik mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

20
Eduardo Asín-Prieto, A. R.-G. (2015). Journal of Infection and Chemotherapy. Applications of
the pharmacokinetic/pharmacodynamic (PK/PD) .

Jose M. Munita, C. A. (2016, April 4). Mechanism of Antibiotics Resistance. Retrieved August
25, 2019, from PMC US National Library:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4888801/

Michael A Kohanski, D. J. (2010, May 4). How Antibiotics Kill Bacteria: From Targets to
Networks. Retrieved August 25, 2019, from PMC Us National Library:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2896384/

RxKinetics. (2018, February 16). A PK/PD Approach to Antibiotic Therapy. Retrieved August
26, 2019, from RXKinetics: http://www.rxkinetics.com/antibiotic_pk_pd.html

Sue, J. (2002). Farmakologi Kebidanan. Jakarta: EG.

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai