Mohammad Firzat Shindi-16120010-Perkotaan Dan Lingkungan Binaan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah merupakan masalah klasik yang dihadapi oleh negara-negara maju maupun
berkembang, dan hingga saat ini penanganan serta pengelolaan sampah masih terus
dikembangkan. Dalam satu sisi, sebagian besar menilai jika sampah merupakan sebuah
berkah. Namun jika tak diatasi dengan bagus, maka bukan tidak mungkin sampah akan
menimbulkan sebuah bencana.
Hal tersebut sesuai yang terjadi di Indonesia, sebagai sebuah negara berkembang dan
memiliki permasalahan sampah yang harus mendapat perhatian lebih seiring laju
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Hampir semua daerah di Indonesia selalu
memiliki masalah dengan yang namanya sampah. Tanpa kecuali daerah khusus ibu kota
Jakarta khusus Sunter, Jakarta Utara, yang setiap harinya selalu menghasilkan ber ton-ton
sampah hasil rumah tangga ataupun pabrik.
Berdasarkan yang dilansir oleh Kompas.com data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI
Jakarta bahwa sebanyak 7000 ton sampah yang dihasilkan oleh masyarakat yang berada di
sekitaran Jakarta setiap harinya pada tahun 2018 ini. Diketehui bahwa tiap tahunnya Jakarta
mengalami peningkatan yang signifikan dalam menghasilkan sampah perharinya
dibandingkan pada tahun 2017 dan 2016 yang hanya menghasilkan 6500 dan 6800 ton
perhari.
JUMLAH SAMPAH DKI JAKARTA
Dari Tahun 2016 -2018
7000
6900
6800
6700
6600
6500
6400
6300
6200
2016 2017 2018
JUMLAH SAMPAH
Di dalam tujuan tata ruang DKI Jakarta tahun 2010-2030 mengenai Pembangunan
Kota DKI Jakarta yaitu “Terwujudunya pelayanan prasarana dan sarana kota yang
berkualitas, dalam jumlah yang layak, berkesinambungan, dan dapat diakses oleh seluruh
warga Jakarta”. Untuk mewujudkan pemerataan pelayanan prasarana dan sarana kota maka
aspek Ekonomi, Sosial dan juga Lingkungan harus dikembangkan secara seimbang. Untuk
mendukung aspek lingkungan maka salah satu hal yang perlu dilakukan adalah mengelolah
sampah karena jika tidak maka dapat menimbulkan masalah lingkungan.
Berdasarkan tujuan tata ruang diatas, kota Jakarta dirasa kurang mampu dalam
penanganan sampah, karena kondisi pengelolaan sampah di DKI Jakarta masih tampak
semrawut. Adanya kendala seperti kesulitan lahan TPA (Tempat Pemprosesan Akhir),
kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah sejak dari sumbernya, teknologi
pengolahan sampah yang masih tradisional (membakar dan open dumping), hingga kendala
minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) mengenai penanganan sampah. Selain itu, karena
membangun sarana dan fasilitas pengelolaan sampah membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Melihat realita yang ada maka dibutuhkan sebuah terobosan baru dalam proses
pengolahan sampah di DKI Jakarta, salah satunya adalah solusi bahwa sampah dapat
dikonversi menjadi energ listrik atau Waste to Energy. Penerapan teknologi insenerasi
menggunakan bahan bakar yang menjadi permasalahan selama ini yaitu sampah, hal ini
menjadi sebuah pilihan strategis dalam hal pengurangan sampah. Potensi pengurangan
sampah dengan teknologi insenerasi sangat efektif dan hal yang utama adalah mampu
memberikan output berupa energi listrik. Hal ini akan sangat membantu meringankan beban
PLN dalam penyediaan listrik bagi masyarakat.
Hal tersebut sejalan dengan rencana pencanangan fasilitas pengelohan sampah di
dalam kota yang disebut Intermediate Treatment Facility (ITF) yang bertempat di Sunter,
Jakarta Utara. Oleh karena itu perencanaan fasilitas pengolahan sampah dengan penerapan
teknologi insenerasi (waste to energy) sudah sesuai diterapkan sehingga mampu memberikan
terobosan baru serta menjadi indikator terhadap permasalahan energi di wilayak DKI Jakarta.
Selain itu perancangan fasilitas pengolahan sampah mampu memberikan solusi terbaik dalam
hal penanganan sampah di kawasan DKI Jakarta.

1.2 Tujuan
1. Menanggapi masalah sampah yang setiap tahun selalu mengalami peningkatan
terutama di tahun 2018.

2. Merancang suatu pusat pengolahan sampah di DKI Jakarta yang dapat menjadi
wadah informasi dan penelitian tentang pengolahan sampah dengan mengedepankan
bangunan/kawasan yang ekologis dan ramah terhadap lingkungan.

3. Mengurangi dampak lingkungan yang disebabkan oleh keberadaan sampah dan


pusat pengolahan sampah sehingga dapat mewujudkan lingkungan yang ekologis.

4. Mendukung tujuan tata ruang DKI Jakarta tahun 2010-2030 mengenai Pembangunan
Kota “Terwujudunya pelayanan prasarana dan sarana kota yang berkualitas,
dalam jumlah yang layak, berkesinambungan, dan dapat diakses oleh seluruh
warga Jakarta”.

5. Mengurangi angka permasalahan mengenai sampah di DKI Jakarta dengan


dibangunnya bangunan/kawasan pengolahan sampah yang menerapkan teknologi
insenerasi (waste to energy).
1.3 Sasaran

1. Untuk memberikan suatu konsep perancangan Pusat Informasi dan Penelitian


Pengolahan Sampah lengkap dengan sarana dan prasarananya.

2. Untuk seluruh masyarakat DKI Jakarta.

3. Untuk memberikan fasilitas pengolahan sampah dalam jangka waktu 20 tahun


kedepan sesuai dengan tujuan tata ruang DKI Jakarta tahun 2010-2030.

4. Untuk seluruh staf, karyawan, dan pemilik pengolahan sampah.

1.4 Identifikasi Masalah

Pembahasan akan dibatasi pada permasalahan yang dapat menghasilkan faktor-faktor


penentu dan pendukung dalam merencanakan dan merancang Pusat Pengolahan Sampah
di DKI Jakarta, antara lain:
1. Pembahasan Non Arsitektural :
 Aktivitas/kegiatan yang diwadahi pada tiap bangunan.
 Jenis sampah yang memerlukan daur ulang.
 Pengolahan site yang dapat mendukung pusat pengolahan sampah.
2. Pembahasan Arsitektural :
 Organisasi ruang dalam dan luar yang meliputi sistem tata ruang dan sirkulasinya
yang berkaitan dengan yang ada.
 Pembahasan mengenai desain bangunan dalam kaitannya dengan penampilan
bangunan.
 Pembahasan mengenai site yang memiliki kemudahan akses dan kemudahan
pencapaian baik secara visual maupun fisik.
 Pembahasan mengenai bangunan yang mengedepankan konsep ekologis dan
keramahan terhadap lingkungan serta mengurangi dampak limbah yang
dihasilkan oleh aktivitas yang berada di pusat pengolahan sampah.

1.5 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka penelitian ini difokuskan
sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan pusat pengolahan sampah yang


didalamnya dapat mewadahi kegiatan yang berhubungan dengan informasi,
penelitian dan pengolahan sampah yang ada di DKI Jakarta?

2. Bagaimana merancangan pusat pengolahan sampah dengan memperhatikan aspek-


aspek ekologi kawasan sehingga menjaga fungsi asli dari kawasan tersebut (air,
tanah dan udara disekitar kawasan)?

3. Bagaaimana merancang zoonifikasi kawasan Pusat Informasi, Penelitian dan


pengolahan sampah dengan memperhatikan keadaan disekitar site sehingga dapat
meredam polusi yang ada serta tercipta kawasan yang bersih dan rapi?

1.6 Pendekatan Masalah


1. Arsitektural
Lingkup pembahasan arsitektural meliputi analisis permasalahan yang muncul pada
daerah perencanaan, jenis perencanaan yang akan dilakukan, serta konsep awal
perancangan.
2. Non Arsitektural
Lingkup permasalahan non arsitektural meliputi isu-isu terkait dengan permasalahan
sampah di DKI Jakarta, pentingnya keberadaan fasilitas pengolahan sampah
khususnya pusat pengomposan sampah yang berkaitan dengan jumlah sampah yang
terus meningkat, tempat pembuangan akhir yang terbatas.

BAB II
TINJAUAN

2.1 Tinjauan Umum


2.1.1 Teori mengenai sampah
Sampah merupakan masalah yang tak pernah terselesaikan hingga
saat ini, meskipun beberapa negara maju telah menindak tegas orang-
orang yang suka membuang sampah sembarangan, namun belum juga
membuat para pembuang sampah sembarangan menjadi jera, apalagi
dengan negara berkembang yang sudah memiliki undang-undang yang
jelas mengenai permasalah ini.
Di Indonesia sendiri sampah telah menjadi permasalahan yang tak
kunjung selesai.Pemerintah sudah berupaya seoptimal mungkin dalam
upaya menyelesaikan tentang permasalahan sampah khususnya yang
berada di Indonesia. Pemerintah juga sudah mengeluarkan peraturan
dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengolahan sampah
dan larangan larangan bagi setiap orang untuk memasukkan sampah ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengimpor sampah,
mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun, mengelola
sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan,
membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan
disediakan, melakukan penanganan sampah dengan pembuangan
terbuka di tempat pemrosesan akhir serta membakar sampah yang tidak
sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah (Amri,S.2008
Masalah sampah).
Sampah ialah semua jenis benda atau barang bangunan/kotoran
manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan atau yang berasal dari aktivitas
kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dapat
menimbulkan dan atau mengakibatkan pengotoran terhadap air, tanah
dan udara sehingga dapat menimbulkan pengrusakan lingkungan hidup
manusia (R,Soemandi. 2008.Sampah).

Berdasarkan komposisi/ asalnya sampah dapat digolongkan menjadi 2


(dua) yaitu :
1.Sampah organik.
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat
biodegradable. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses
alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan
organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-
sisa makanan, pembungkus (selain ketas, karet dan plastik), tepung,
sayuran, kulit buah, daun dan ranting.

2.Sampah Anorganik (non-organik).


Sampah anorganik yakni sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
non hayati, baik sebagai produk sintetik maupun hasil pengolahan
teknologi bahan tambang, hasil olahan baan hayati dan sebagainya.

Sampah anorganik dibedakan menjadi :


sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah
deterjen, dll(Hendry,dkk 2009). Sebagian zat anorganik secara
keseluruhan tidak dapat diurai oleh alam/mikroorganisme
(unbiodegradable).Sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam
waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya
botol plastik, botol gelas, tas plastik dan kaleng. Berdasarkan sifat
fisiknya, sampah digolongkan atas lima kategori, antara lain :
1.Sampah Basah (Garbage).
Terdiri dari bahan-bahan organik yang mempunyai sifat mudah
membusuk (sisa makanan, buah atau sayuran). Sifat utama dari
sampah basah ini banyak mengandung air dan cepat membusuk
terutama pada daerah tropis seperti Indonesia.
2.Sampah Kering (Rubbish).
Tersusun dari bahan organik maupun anorganik yang sifatnya lambat
atau tidak mudah membusuk. Sampah kering ini terdiri atas dua
golongan:
–) Metalic Rubbish – misalnya pipa besi tua, kaleng-kaleng bekas.
–) Non Metalic Rubbish – misalnya kertas, kayu, sisa-sisa kain, kaca,
mika, keramik, dan batu-batuan(Neolaka,Amus.2010).

Di wilayah DKI Jakarta, produksi sampah yang besar baik dari


sampah penduduk maupun sampah dari industri tidak diimbangi dengan
pengelolaan sampah yang baik. Sampah-sampah yang dihasilkan
tersebut kebanyakan tidak dikelola dengan baik sehingga akibatnya
sering kita temui tumpukan sampah yang menggunung di pinggir jalan,
mengotori selokan atau saluran air, dan lebih banyak lagi yang
mencemari sungai, juga menimbulkan penyakit. Sampah-sampah itulah
yang menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di daerah-daerah
tertentu karena menghambat saluran air yang ada sehingga air hujan
yang seharusnya bisa ditampung meluap hingga menggenangi jalan raya,
hampir di setiap hujan deras.
Faktor-faktor yang menyebabkan buruknya pengelolaan sampah di
DKI Jakarta antara lain karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk
membuang sampah pada tempatnya. Masyarakat sudah sangat terbiasa
membuang sampah-sampahnya ke sungai tanpa peduli bahwa itu akan
menimbulkan pencemaran. Ketidak disiplinan masyarakat dalam
membuang sampah juga seing terjadi di mana saja, seperti di tempat
umum atau di jalan raya, seolah-olah masyarakat tidak peduli bahwa
perilakunya membuat lingkungan menjadi tidak sedap dipandang. Hal ini
sangat berbeda dengan kota-kota besar lain yang masyarakatnya punya
kesadaran tinggi tentang menjaga lingkungannya, sehingga tempat-
tempat umum di sana selalu terlihat rapi dan bersih.
Faktor lainnya adalah kurangnya fasilitas kebersihan yang
seharusnya tersedia, misalnya di tempat-tempat umum ataupun di
pinggir jalan.Hal ini kemudian menjadi alasan bagi masyarakat untuk
membuang sampah sesuka hatinya karena tidak menemukan tempat
sampah.
Kemudian kurangnya peran pemerintah dalam menangani masalah
ini juga menjadi salah satu faktor. Sebenarnya pemerintah sudah
mempunya aturan tentang pengelolaan sampah, seperti UU No. 18 Tahun
2008 tentang pengelolaan sampah dan Permendagri No 33 Tahun 2010
tentang pengelolaan persampahan. Namun realita yang terjadi aturan-
aturan ini tidak banyak merubah keadaan. Pencemaran sungai dan laut
akibat sampah, sampah yang berserakan di tempat-tempat umum, dan
lain sebagainya sepertinya tidak berkurang.
Kemampuan Pemerintah dalam menangani sampah masih sangat
terbatas. Secara Nasional, dari tahun 2000 sampai 2005,tingkat
pelayanan baru mencapai 40 % dari volume sampah yang dihasilkan. Hal
ini disebabkan karena jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan
semakin tingginya volume sampah yang harus dikelola setiap hari
sehingga bertambah sulit karena semakin besar beban yang harus
ditangani. Namun semua itu kembali kepada masyarakat jika masyarakat
tidak sepenuhnya sadar lingkungan bukan tidak mungkin masalah yang
ditimbulkan dari pencemaran sampah akan menjadi masalah yang sangat
besar terutama bagi masyarakat sendiri, berbagai macam masalah
kesehatan, social, dan ekonomi pun akan datang dengan sendirinya dan
akan mengganggu kenyamanan masyarkat.

Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan sampah adalah


sebagai berikut:
- Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat
bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever)
dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan
sampahnya kurang memadai.
- Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
- Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia).Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan
binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa
makanan/sampah.

Dampak terhadap keadaan social dan ekonomi :


- Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan
yang kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap
dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-
mana.
- Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
- Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya
tingkat kesehatan masyarakat.
- Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir
dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti
jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
2.1.2 Pengolahan Sampah
Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan
alternatif-alternatif pengelolaan. Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap
bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem
pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-industri harus
mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur-ulang produk
tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.

2.1.2.1 Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Sampah


Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut
pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah
tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah
tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat
lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak
menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran
dan yang lainnya ( Aswar, 1986).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah di antaranya:
a) sosial politik, yang menyangkut kepedulian dan komitment pemerintah dalam
menentukan anggaran APBD untuk pengelolaan lingkungan (sampah), membuat
keputusan publik dalam pengelolaan sampah serta upaya pendidikan, penyuluhan
dan latihan keterampilan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan sampah,
b) Aspek Sosial Demografi yang meliputi sosial ekonomi (kegiatan pariwisata, pasar
dan pertokoan, dan kegiatan rumah tangga,
c) Sosial Budaya yang menyangkut keberadaan dan interaksi antarlembaga desa/adat,
aturan adat (awig-awig), kegiatan ritual (upacara adat/keagamaan), nilai struktur
ruang Tri Mandala, jiwa pengabdian sosial yang tulus, sikap mental dan perilaku
warga yang apatis,
d) keberadan lahan untuk tempat penampungan sampah,
e) finansial (keuangan),
f) keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan
g) kordinasi antarlembaga yang terkait dalam penanggulangan masalah lingkungan
(sampah).
Sampah semakin hari semakin sulit dikelola, sehingga disamping kesadaran
dan partisipasi masyarakat, pengembangan teknologi dan model pengelolaan
sampah merupakan usaha alternatif untuk memelihara lingkungan yang sehat dan
bersih serta dapat memberikan manfaat lain.

2.1.2.2 Kondisi Pengelolaan Sampah Saat Ini


Bahwa pada saat ini sampah sulit dikelola karena berbagai hal, antara lain:
a) Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat
untuk mengelola dan memahami porsoalan sampah,
b) Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan
pengetahuan tentang sampah
c) Meningkatnya biaya operasional pengelolaan sampah
d) Pengelolaan sampah yang tidak efisien dan tidak benar menimbulkan permasalahan
pencemaran udara, tanah, dan air serta menurunnya estetika
e) Ketidak mampuan memelihara barang, mutu produk teknologi yang rendah akan
mempercepat menjadi sampah.
f) Semakin sulitnya mendapat lahan sebagai tempat pembuangan ahir sampah.
g) Semakin banyaknya masyarakat yang keberatan bahwa daerahnya dipakai tempat
pembuangan sampah.
h) Sulitnya menyimpan sampah yang cepat busuk, karena cuaca yang panas.
i) Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya
dan memelihara kebersihan.
j) Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan
sampah dikelola oleh pemerintah.
Penanganan sampah yang telah dilakukan adalah pengumpulan sampah dari
sumber-sumbernya, seperti dari masyarakat (rumah tangga) dan tempat-tempat
umum yang dikumpulkan di TPS yang telah disediakan. Selanjutnya diangkut
dengan truk yang telah dilengkapi jarring ke TPA. Bagi daerah-daerah yang belum
mendapat pelayanan pengangkutan mengingat sarana dan prasara yang terbatas
telah dilakukan pengelolaan sampah secara swakelola dengan beberapa jenis
bantuan fasilitas pengangkutan. Bagi Usaha atau kegiatan yang menghasilkan
sampah lebih dari 1 m3/hari diangkut sendiri oleh pengusaha atau bekerjasama
dengan pihak lainnya seperti desa/kelurahan atau pihak swasta. Penanganan
sampah dari sumber-sumber sampah dengan cara tersebut cukup efektif.
Pengelolaan sampah dimasa yang akan datang perlu memperhatikan berbagai hal
seperti:
a) Penyusunan Peraturan daerah (Perda) tentang pemilahan sampah
b) Sosialisasi pembentukan kawasan bebas sampah, seperti misalnya tempat-tempat
wisata, pasar, terminal, jalan-jalan protokol, kelurahan, dan lain sebagainya
c) Penetapan peringkat kebersihan bagi kawasan-kawasan umum
d) Memberikan tekanan kepada para produsen barang-barang dan konsumen untuk
berpola produksi dan konsumsi yang lebih ramah lingkungan
e) Memberikan tekanan kepada produsen untuk bersedia menarik (membeli) kembali
dari masyarakat atas kemasan produk yang dijualnya, seperti bungkusan plastik,
botol, alluminium foil, dan lain lain.
f) Peningkatan peran masyarakat melalui pengelolaan sampah sekala kecil, bisa
dimulai dari tingkat desa/kelurahan ataupun kecamatan, termasuk dalam hal
penggunaan teknologi daur ulang, komposting, dan penggunaan incenerator.
g) Peningkatan efektivitas fungsi dari TPA
h) Mendorong transformasi (pergeseran) pola konsumsi masyarakat untuk lebih
menyukai produk-produk yang berasal dari daur ulang.
i) Pengelolaan sampah dan limbah secara terpadu.

2.1.2.3 Model Pengelolaan Masalah Sampah Perkotaan


Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada Pasal 5 UU Pengelolan
Lingkungan Hidup No.23 Th.1997, bahwa masyarakat berhak atas Lingkungan
hidup yang baik dan sehat. Untuk mendapatkan hak tersebut, pada Pasal 6
dinyatakan bahwa masyarakat dan pengusaha berkewajiban untuk berpartisipasi
dalam memelihara kelestarian fungsi lingkungan, mencegah dan menaggulangi
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Terkait dengan ketentuan tersebut, dalam
UU NO. 18 Tahun 2008 secara eksplisit juga dinyatakan, bahwa setiap orang
mempunyai hak dan kewajiban dalam pengelolaan sampah. Dalam hal pengelolaan
sampah pasal 12 dinyatakan, setiap orang wajib mengurangi dan menangani
sampah dengan cara berwawasan lingkungan.
Beberapa pendekatan dan teknologi pengelolaan dan pengolahan sampah yang
telah dilaksanakan antara lain adalah:
1. Teknologi Komposting

Pengomposan adalah salah satu cara pengolahan sampah, merupakan proses


dekomposisi dan stabilisasi bahan secara biologis dengan produk akhir yang cukup
stabil untuk digunakan di lahan pertanian tanpa pengaruh yang merugikan (Haug,
1980). Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2008) menemukan bahwa
pengomposan dengan menggunakan metode yang lebih modern (aerasi) mampu
menghasilkan kompos yang memiliki butiran lebih halus, kandungan C, N, P, K
lebih tinggi dan pH, C/N rasio, dan kandungan Colform yang lebih rendah
dibandingkan dengan pengomposan secara konvensional.

2. Teknologi Pembuatan Pupuk Kascing

3. Pengelolaan sampah mandiri

Pengolahan sampah mandiri adalah pengolahan sampah yang dilakukan oleh


masyarakat di lokasi sumber sampah seperti di rumah-rumah tangga. Masyarakat
perdesaan yang umumnya memiliki ruang pekarangan lebih luas memiliki peluang
yang cukup besar untuk melakukan pengolahan sampah secara mandiri. Model
pengelolaan sampah mandiri akan memberikan manfaat lebih baik terhadap
lingkungan serta dapat mengurangi beban TPA. Pemilahan sampah secara mandiri
oleh masyarakat di Kota Denpasar masih tergolong rendah yakni baru mencapai
20% (Nitikesari, 2005).

4. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat

Pola pengelolaan sampah berbasis masyarakat sebaiknya dilakukan secara sinergis


(terpadu) dari berbagai elemen (Desa, pemerintah, LSM, pengusaha/swasta,
sekolah, dan komponen lain yang terkait) dengan menjadikan komunitas lokal
sebagai objek dan subjek pembangunan, khususnya dalam pengelolaan sampah
untuk menciptakan lingkungan bersih, aman, sehat, asri, dan lestari.

2.1.3 Peraturan Mengenai Pengolahan Sampah pada Perencanaan Kota


Pada Rencana RTRW 2030 Kota DKI Jakarta mengenai TPA, diantaranya:
 Pada RTRW Kota DKI Jakarta, TPA adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan
sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.
 Pada RTRW Kota DKI Jakarta, pasal 55 berisikan Pengembangan prasarana dan sarana TPA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. dilengkapi teknologi tinggi, ramah lingkungan, dan hemat lahan;
b. dilengkapi fasilitas pengolah limbah;
c. dikerjasamakan dengan daerah administrasi sekitar;
d. memperhatikan aspek geologi tata lingkungan lokasi dan sekitar;
e. memperhatikan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitar;
f. memperhatikan aspek kelayakan pembiayaan;
g. memperhatikan jarak pencapaian dan ketersediaan fasilitas yang ada; dan
h. memperhatikan kecukupan ketersediaan lahan termasuk untuk zona penyangga
(bufferzone).
 Pada RTRW Kota DKI Jakarta, Terdapat pada paragraf 3 mengenai Sistem Sarana dan
Prasarana Pengelolaan Sampah pasal 51 mengenai Pengembangan sistem prasarana dan
sarana pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf c, terdiri dari:
a. prasarana dan sarana pengelolaan sampah lingkungan dan kawasan;
b. tempat penampungan sementara (TPS);
c. tempat pengolahan sampah terpadu (TPST);
d. tempat pemrosesan akhir (TPA);
e. pengelolaan sampah drainase/sungai/waduk/situ/teluk; dan
f. pengelolaan sampah spesifik.
 TPA termasuk kedalam zona penyangga (bufferzone), Zona penyangga adalah zona yang
berfungsi sebagai penahan untuk mencegah atau kurangi dampak keberadaan dan kegiatan-
kegiatan TPA terhadap masyarakat yang melakukan kegiatan sehari-hari di kawasan sekitar
TPA, dalam segi keselamatan, kesehatan dan kenyamanan, dari akibat dan gangguan-
gangguan misalnya bau, kebisingan dan sebagainya.
 Pasal 56 (1) Pengembangan prasarana dan sarana pengelolaan sampah
drainase/sungai/waduk/situ/teluk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) huruf e,
ditujukan untuk membersihkan badan air dari sampah dan mencegah sampah menumpuk di
daerah hilir dan Teluk Jakarta.
 TPA termasuk kedalam program utama RTRW provinsi dki jakarta 2030 dalam point
Perwujudan Sistem dan Jaringan Utilitas Perkotaan yaitu Pengembangan prasarana dan sarana
TPA
Pada Rencana RDTR dan peraturan zonasi Kota DKI Jakarta mengenai Tempat
Pembuangan Akhir, diantaranya:
 Pada Bagian Kelima Belas Kecamatan Tanjung Priok Pasal 200(1) Rencana prasarana sampah
di Kecamatan Tanjung Priok berupa:
a. Penyediaan TPS dan/atau TPS-3R di setiap kelurahandan/atau kecamatan yang ditujukan
untuk tempatpenampungan sementara dan pengolahan sampah sebelumdiangkut ke TPST
dan/atau TPA di Kelurahan Sunter Agung;dan
b. Penyediaan pengolahan antara (Intermediate Treatment Facility-ITF) di Kelurahan
Papanggo.

Pada Peraturan Pemerintah RI No. 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah, diantaranya:
 Pasal 23 (1) Dalam melakukan pemrosesan akhir sampah, pemerintah kabupaten/kota wajib
menyediakan dan mengoperasikan TPA. (2) Dalam menyediakan TPA sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pemerintah kabupaten/kota:
a. Melakukan pemilihan lokasi sesuai dengan rencana tata ruang wilayah provinsi dan/atau
kabupaten/kota;
b. Menyusun analisis biaya dan teknologi; dan
c. Menyusun rancangan teknis.
 TPA yang disediakan oleh pemerintah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus dilengkapi:
a. fasilitas dasar;
b. fasilitas perlindungan lingkungan;
c. fasilitas operasi; dan
d. fasilitas penunjang.

Peraturan gubernur provinsi daerah khusus ibukota jakarta Nomor 50 tahun 2016
Tentang Pembangunan dan pengoperasian fasilitas pengelola sampah di dalam
kota/intermediate treatment facility pada Pasal 3 Pembangunan dan pengoperasian ITF
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 bertujuan untuk :
a. mereduksi sampah paling sedikit 80% (delapan puluh persen) hingga 90% (sembilan
puluh persen) melalui perubahan bentuk, komposisi dan volume sampah
menggunakan teknologi pengolahan sampah tepat guna dan ramah lingkungan;
b. mengurangi ketergantungan daerah terhadap TPST di luar daerah dalam pengelolaan
sampah; dan
c. strategi pengurangan dan penanganan sampah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006, persyaratan khusus
untuk rancangan bagi pejalan kaki yang mempunyai keterbatasan fisik yang salah satunya
fasilitas tempat sampah yang masih kurang dan kurangnya kesadaraan masyarakat untuk
mejaga kebersihan sehingga menyebabkan keadaan pedestrian yang kurang nyaman.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
28/Prt/M/2015 Tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan Garis Sempadan Danau Pasal
15 ayat 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak berlaku bagi bangunan yang
terdapat dalam sempadan sungai untuk fasilitas kepentingan tertentu yang meliputi:
a. bangunan prasarana sumber daya air;
b. fasilitas jembatan dan dermaga;
c. jalur pipa gas dan air minum;
d. rentangan kabel listrik dan telekomunikasi; dan
e. bangunan ketenaga listrikan.
Peta Zonasi RDTR kecamatan tanjung priuk kota administrasi jakarta utara termasuk kedalam zona pelayanan umum dan sosial
2.2 Tinjauan Khusus
Berikut adalah solusi yang akan diterapkan dalam mengatasi masalah sampah di
wilayah DKI Jakarta khususnya Jakarta Utara yaitu dapat membuat arahan perencanaan dan
perancangan yang sesuai dalam menangani sampah di wilayah sunter, Jakarta Utara. Berikut
solusinya:

2.1 Solusi Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Insinerasi adalah metode penghancuran limbah organik dengan melalui pembakaran


dalam suatu sistem yang terkontrol dan terisolir dari lingkungan sekitarnya. Insenerasi
dan pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan sebagai pengolahan
termal. Insinerasi material sampah mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil
pembakaran, partikulat dan panas. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan dari polutan
sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai energi
pembangkit listrik.

Keistimewaan pembakaran limbah adalah sebagai berikut :


1. Sebagian besar komponen B3 dari limbah dapat dihancurkan;
2. Volume dan berat limbah berkurang dan berubah menjadi bentuk asalnya;
3. Limbah berkurang dengan cepat sekali, tidak seperti pada pengolahan limbah secara
biologik maupun sistem penimbunan tanah. Limbah dapat dibakar setempat (on-site),
tanpa harus diangkut ke tempat yang jauh;
4. Pembuangan gas hasil-bakar dapat dikontrol secara efektif untuk meminimumkan
pengaruh pada lingkungan;
5. Pembakaran dengan mudah dihentikan;
6. Jika abu sisa pembakaran tidak diklasifikasikan sebagai B3, maka metode
pembuangannya (disposal) tidak seketat limbah padat B-3 pada umumnya;
7. Pembakaran memerlukan area yang relatif lebih kecil, tidak seperti laguna (lagoons)
maupun metode penimbunan tanah (land disposal);
8. Melalui teknik pengambilan panas kembali, biaya operasi dapat dikurangi atau diimbangi
dengan menggunakan atau menjual energi.

Meskipun pembakaran merupakan pilihan pengurangan limbah yang menarik, namun


tidak dapat dengan mudah diterapkan pada semua limbah, karena:
1. Beberapa bahan tidak dapat diinsinerasi yaitu material yang memiliki kandungan air
yang tinggi, atau merupakan material yang tak-terbakar;
2. Pengontrolan logam-logam dari proses pembakaran mungkin menjadi sulit untuk limbah-
limbah anorganik yang mengandung logam-logam berat (timbal, kromium, kadmium, air
raksa, nikel, arsenik, dll.);
3. Pembakaran umumnya membutuhkan biaya investasi yang tinggi;
4. Diperlukan operator yang handal;
5. Tambahan bahan-bakar diperlukan untuk bahan-bahan tertentu, agar temperatur
pembakaran dapat dijaga.

Skema proses incenerasi adalah sebagai berikut:

2.1.2 Jenis-jenis limbah yang dapat dimusnahkan incinerator adalah sbb:


1. Limbah domestik, Yang termasuk limbah domestik adalah sampah kota,
pasar, perumahan, pertokoan dsbnya
2. Limbah Infeksius, Limbah infeksius adalah limbah padat yang dihasilkan oleh
rumah sakit
3. Limbah Industri, terbagi atas :
1. Limbah padat:
a. Obat-obatan kadaluarsa pada industri farmasi
b. Produk reject pada industri makanan, sabun, sampoo dsbnya
c. Sampah-sampah kemasan
d. Adonan permen yang mengeras dan tidak dapat digunakan pada industri
permen.
e. Majun atau potongan kain pada industri tekstil
f. Sisa sisa tembakau dan produk reject pada industri rokok
g. Karet- karet bekas dan sudah tidak bisa digunakan pada industri karet.
h. Kerak cat yang sudah mengeras pada industri otomotif
2. Limbah sludge:
Sludge dari proses pengolahan limbah cair (Wastewater Treatment Sludge) dari
berbagai jenis industri.
1. Limbah cair
2. Limbah chemical dari laboratorium (terbatas)
3. Limbah chemical produksi (terbatas)\
4. Obat-obatan cair
5. Shampo cair reject yang belum dikemas
6. Sabun cair reject

Jenis-jenis pembakaran sampah :


1. Pembakaran stoikhiometrik
Pembakaran yang dilakukan dengan suplai udara/oksigen yang sesuai dengan
kebutuhan untuk pembakaran sempurna.
2. Pembakaran dengan udara berlebih
Pembakaran yang dilakukan dengan suplai udara yang melebihi kebutuhan untuk
berlangsungnya pembakaran sempurna.
3. Gasifikasi
Proses pembakaran parsial pada kondisi substoikhiometrik, di mana produknya adalah
gas-gas CO, H2, dan hidrokarbon.
4. Pirolisis Pembakaran tanpa suplai udara

2.1.3 Teknologi Incinerator


Ada beberapa teknologi incinerator yang telah digunakan di berbagai tempat didunia
bagi limbah B3. tiap teknologi memiliki kelebihan maupun kelemahan, dan
pemilihannya memerlukan pertimbangan cermat. Uraian berikut ini menggambarkan
sistem-sistem diatas sebagai bahan pertimbangan bagi penggunaannya di Indonesia.
1. Tungku Statis
Incinerator tungku statis terdiri dari dua ruang pembakaran, yang pertama berupa tungku
statis ditempat dimana limbah ditempatkan di suatu alas batch (burner) untuk
memanaskan ruang, menggunakan bahan bakar tambahan seperti LNG atau minyak
bakar agar tungku tersebut mempunyai suhu operasional sebelum limbah dimasukkan
kedalamnya. Gas (buang) hasil pembakaran tidak sempurna diruang ini dipindahkan ke
ruang kedua, ditempat mana suhunya telah dinaikkan oleh pembakar tambahan kedua
guna menyempurnakan proses ini. residu anorganik yang tidak terbakar atau abu
dipindahkan pada sebuah alas reguler (reguler basis) dari tungku statis.
Tungku statis merupakan salah satu incinerator yang tidak terlalu mahal. Tungku ini
sesuai untuk limbah dengan jumlah yang relatif sedikit pada suatu alas batch (batch
basis). Kelemahan utamanya adalah kompleksitas pengoperasiannya sehingga
memerlukan staff yang terlatih baik.

2. Tungku Putar (rotary kiln)


Incinerator tungku putar terdiri dari tabung silinder yang berputar pelahan, yang dipasang
miring pada suatu tempat. Limbah dimasukkan ke incinerator dari salah satu ujung dan
dibakar sampai menjadi abu setelah limbah tersebut bergerak sampai ke ujung lain.
bahan bakar tambahan digunakan untuk menaikan suhu tungku dan mempertahankan
suhu selama operasional. Incinerator tungku putar dapat mengelola berbagai limbah
padatan, cairan dan gas yang dimasukkan secara terpisah atau bersama. Karena mahalnya
bahan bakar guna memanaskan tungku putar, maka tungku ini digunakan terbatas bagi
limbah dalam jumlah besar yang dimasukkan secara terus menerus.

3. Fluidized bed
Reaktor fluidized bed terdiri dari bejana/tabung baja berbentuk silinder vertikal yang
dasarnya diisi pasir. Udara dialirkan melalui difuser yang terletak dibawah lapisan pasir
untuk mencampur dan mencairkan (fluidize) pasir. Bahan bakar tambahan digunakan
untuk memanaskan pasir sebelum dimasukkan limbah. Limbah dimasukkan di atas atau
ke dalam pasir dan dibakar setelah terjadi kontak dengan pasir panas.
Fluidized bed incinerator dapat mengelola berbagai macam limbah sludge dan limbah
cair. Incinerator ini dapat di operasikan terhadap limbah yang datang per-kumpulan,
karena pasirnya dapat mempertahankan suhu diantara masa operasionalnya.

2.1.4 Jenis-jenis Insinerator


Insinerator dapat dibagi berdasarkan perbedaan:
a. Cara pengoperasian: batch atau kontinu
b. Tungku yang digunakan:
1. Statis (insinerator modular atau kecil, seperti insinerator RS)
2. Mechanical stoker : biasanya untuk sampah kota
3. Fluiduized bed : biasanya untuk limbah homogen
4. Rotary kiln : untuk limbah industri (limbah padat atau cair)
5. Multiple hearth : untuk limbah industri
c. Cara penyuplaian limbah: dikaitkan dengan fasa limbah (padat, gas, sludge, slurry)
Masing-masing jenis kemudian berkembang lagi, misalnya dalam insenarator modular
dikenal insinerator kamar-jamak, yang kemudian dibagi lagi menjadi:
1. Multi chambre
2. Multi chambre – starved control-air
Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat
B3, yaitu:
a. Rotary Kiln,
b. Multiple Hearth,
c. Fluidized Bed,
d. Open pit,
e. Single Chamber,
f. Multiple Chamber,
g. Aqueous Waste Injection,
h. Starved Air Unit
2.2 Solusi pada Pedestrian
Solusi yang akan diterapkan pada permasalahan sampah di pedestrian diharapkan dapat
menangani masalah sapah di pedestrian, diantaranya:
1. Banyaknya sampah plastik dan sisa-sisa makanan maupun minuman
berserakan di sekitar pedesrian
2. Kurangnya bak penampungan atau tempat sampah pada sekitaran pedestrian
3. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk turut menjaga kebersihan dan
kenyamanan sekitaran pedestrian

Oleh karena itu diperlukan solusi dalam menanggapi hal diatas, terutama dalam hal bak
penampungan atau tempat sampah, berikut solusi yang akan diterapkan pada pedestrian
dalam menanggapi masalah sampah:

Gambar diatas adalah gambaran tong sampah yang berada dibawah atau di bahu jalan
sehingga mempermudah dalam pembuangan, berikut kelebihan dari bak penampungan
atau tempat sampah, tersebut:
1. Biasanya tempat sampah berada diatas jalan atau dipinggiran pedestrian
sehinggakurang efektif dalam mengatasi masalah sampah yang berserakan di jalan,
sehingga tempat sampah tersebut sangat efektif dalam membantu petugas
kebersihan yang berada dibawah jalan
2. Sangat berguna dalam mengatasi genangan air karena air yang masuk kedalam
temat sampah akan langsung ke dalam tanah karena lubang-lubang yang berada di
tempat sampah
3. Sangat mudah dalam hal pengangkutan karena dapat langsung mengangkat bagian
atas tempat sampah

2.3 Solusi pada Sungai

Menanggapi masalah sampah di sungai seperti yang digambarkan diatas berikut solusi yang
akan di terapkan:

Mesin yang dirancang ini berfungsi untuk mengambil sampah di aliran sungai secara
otomatis. Berbentuk baling-baling dilengkapi dengan sistem konveyor yang langsung
terintegrasi dengan bak penampungan sampah. mesin ini juga dilengkapi dengan sistem
hidrolik dan sensor guna mengoptimalkan kinerjanya. Baling-baling di alat tersebut
berfungsi untuk mengambil dan mengangkat sampah yang terdapat di permukaan air.
Setelah sampah terangkut, lalu dialirkan melalui konveyor yang terintegrasi dengan bak
penampungan di bibir sungai, dan dapat langsung diangkut truk. Selain itu alat ini
dilengkapi dengan Hidrolik dan sensor berfungsi menaik-turunkan mesin secara otomatis
sehingga dapat menyesuaikan tinggi permukaan air sungai sehingga alat ini benar-benar
dapat menjadi solusi alternatif dalam menangani masalah sampah sungai di DKI Jakarta
khususnya di Jakarta Utara. Mesin ini dinilai sangat efektif dan efisien sebagai solusi
jangka panjang dalam menangani sampah yang masih belum terselesaikan
BAB III
DATA

3.1 Data Lingkungan

Wilayah yang dipilih yaitu Kelurahan Sunter


Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dengan luas
wilayah yaitu 4,68km². Wilayah ini berbatasan A
dengan Plumpang Semper di sebelah utara
Kemayoran di sebelah barat, Kelapa Gading di
sebelah timur dan Cempaka Mas di sebelah selatan.
Letak Geografi berada di pesisir pantai yang
mengakibatkan iklim di kelurahan sunter agung
terhitung panas, dengan suhu rata-rata 28,9 C, curah
hujan setiap tahun rata-rata 199,78mm dengan
maksimal curah hujan pada bulan februari (642,10
mm) dan bulan desember (601,10mm). Kelembapan B&C
udara rata-rata 73,75% yang disapu angin dengan
kecepatan 3,4 knot sepanjang tahun

A: Peletakan Solusi Untuk TPA


B: Peletakan Solusi Untuk Pedestrian
C. Peletakan Solusi Untuk Sungai

3.2 Peletakan Solusi Untuk TPA


VZ
3km dari lokasi terdapat
taman impian jaya ancol

75 2,3 km ke timur dari


lokasi terdapat stasiun
tanjung priuk

Gambaran Lokasi:

400

50m dari lokasi terdapat


50m dari lokasi terdapat
pemukiman warga
JL. RE Martadinata, RT.6/RW.6, Sunter pemukiman warga
Agung, Tj. Priok, Kota Jakarta Utara,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 600m ke timur dari lokasi
1,1 km ke barat dari lokasi terdapat waduk sunter
Luas Lahan : 30.000 meter
terdapat apartemen sunter utara
Titik Koordinat icon
700m keselatan dari lokasi
6°15'26.5"S 106°55'42.7"E
terdapat RSPI Prof Dr
Sulianti Saroso
Batasan
Timur : Jl. Sunter Permai Raya
Utara : Jalur Kereta Api Tanjung Priuk
Barat : Jl. Danau Sunter Barat
Selatan : Jl. Danau Sunter Barat
3.3 Peletakan Solusi Untuk Pedestrian dan Sungai
Lokasi Berada di jalan Danau Sunter Utara Sunter
Agung, Tj. Priok, Kota Jakarta Utara, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta

B Lebar Jalan: 8m
Lebar Pedistrian: 1,5m

C Jalan sudah dilengkapi dengan fasilitas public seperti


halte, tempat sampah, penerangan jalan, pembatas,
tempat duduk.

Gambaran Lokasi:

1,5 M

1M

8M

3.3.1 Potongan Tapak


Permasalahan sampah yang berada di Begitupun Permasalahan sampah yang
bawah atau sekitar pedistrian menjadi berada di sungai menjadi masalah utama
masalah yang terjadi di Jl. Danau Sunter yang terjadi di sungai Jl. Danau Sunter
Utara Sunter Agung, Tj. Priok, Kota Utara Sunter Agung, Tj. Priok, Kota
Jakarta Utara Jakarta Utara
3.4 Potensi Tapak
3.4.1 Lokasi TPA
Arah Batas Potensi
Tapak Tapak Positif Negatif
Utara Jl. R. E. Berbatasan langsung dengan jalan Bagian depan bangunan menerima
Martadinat utama sehingga lokasi menjadi langsung pulusi dan suara bising
a strategis dari kendaraan bermotor
Selatan Taman Lokasi tapak yang berada dekat Hal tersebut membuat dan menjadi
BMW dengan taman membuat udara perhatian utama agar tidak
lebih sejuk dan rindang mencemari lokasi taman
Timur Jl. Sunter Berbatasan langsung dengan jalan menerima langsung pulusi dan
Permai utama sehingga lokasi menjadi suara bising dari kendaraan
Raya strategis bermotor
Barat Jl. Kecil Dapat mejadi akses karyawan menerima langsung pulusi dan
menuju untuk menuju lokasi sehingga suara bising dari kendaraan
lokasi dapat mengurangi kemacetan di bermotor
jalan utama

3.4.2 Lokasi Pedestrian dan Sungai


Arah Batas Potensi
Tapak Tapak Positif Negatif
Utara Pertokoan Berbatasan langsung dengan
kawasan pertokoan sehingga lokasi
jalan menjadi strategis atau sering
di lewati Lokasi yang strategis dan sering di
Selatan Pertokoan Berbatasan langsung dengan lewati dengan fasilitas tempat
kawasan pertokoan sehingga lokasi sampah yang masih kurang
jalan menjadi strategis atau sering membuat lokasi jalan sering
di lewati dijumpai beberapa sampah di bahu
Timur Jalan Lokasi jalan yang menjadi jalan jalan atau bantaran sungai
dan Danau utama sehingga lokasi jalan sering
barat Sunter di lewati
Utara

3.5 Keadaan Iklim dan Suhu Rata-rata Kota Jakarta Utara


Letak geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat Indonesia memiliki
dua iklim, yakni kemarau dan penghujan. Pada musim kemarau suhu udara sangat tinggi dan
sinar matahari memancar sangat panas. Oleh karena itu faktor sinar matahari dan suhu rata-
rata yang tinggi di Indonesia Khususnya di wilayah Jakarta Utara menjadi faktor utama pada
dalam pengadaan energi terbarukan yang sangat membantu dalam kinerja konsep pengolahan
sampah di wilayah Jakarta Utara. Berikut keadaan iklim dan suhu rata-rata kota Jakarta
Utara:

3.5.1 Keadaan Iklim Kota Jakarta Utara


Berdasarkan grafik diatas iklim kota Jakarta Utara bulan terkeringnya berada
pada bulan Juli, dengan curah hujan rata-rata dalam jangka satu tahun yaitu 196,3
mm3.

3.5.2 Keadaan Suhu Rata-rata Kota Jakarta Pusat

Februa Agust Septem Oktob Novem Desem

Bulan Januari ri Maret April Mei Juni Juli us ber er ber ber
Rata-rata Suhu 26.8 26.8 27.3 27.9 28 27.6 27.4 27.7 28 28.3 27.9 27.4
(° C)
Min. Suhu (° C) 23.2 23.2 23.3 23.6 23.5 22.8 22.5 22.5 22.8 23.3 23.4 23.3
Maks. Suhu (° 30.4 30.5 31.4 32.3 32.6 32.5 32.4 32.9 33.2 33.3 32.5 31.5
C)
Rata-rata Suhu 80.2 80.2 81.1 82.2 82,4 81.7 81.3 81.9 82,4 82.9 82.2 81.3
(° F)
Min. Suhu (° F) 73.8 73.8 73.9 74.5 74.3 73.0 72.5 72.5 73.0 73.9 74.1 73.9
Maks. Suhu (° F) 86.7 86.9 88.5 90.1 90,7 90.5 90.3 91.2 91.8 91.9 90.5 88.7
Curah Hujan / 402 284 219 131 113 90 58 61 64 101 128 204
Curah Hujan
(mm)

Berdasarkan tabel diatas suhu rata-rata kota Jakarta Utara pada bulan Oktober,
November, dan Desember di tahun 2018 adalah bulan terhangat sepanjang
tahun. Suhu rata-rata 28.7° C, dengan suhu maksimum 35,4° dan suhu minimum
23°. Sedangkan kelembapan udara rata-rata 75, dengan kelembapan maksimum 97
dan kelembapan minimum 42.

BAB IV
ANALISA
4.1 Solusi TPA
4.1.1 Analisa Peraturan Mengenai TPA
 Pada Rencana RTRW 2030 Kota DKI Jakarta mengenai TPA, TPA termasuk
kedalam program utama RTRW provinsi dki jakarta 2030 dalam point Perwujudan
Sistem dan Jaringan Utilitas Perkotaan yaitu Pengembangan prasarana dan sarana
TPA.
 Pada Rencana RDTR dan peraturan zonasi Kota DKI Jakarta mengenai
Tempat Pembuangan Akhir Pada Bagian Kelima Belas Kecamatan Tanjung Priok
Pasal 200(1) Rencana prasarana sampah di Kecamatan Tanjung Priok berupa:
a. Penyediaan TPS dan/atau TPS-3R di setiap kelurahandan/atau kecamatan yang
ditujukan untuk tempatpenampungan sementara dan pengolahan sampah
sebelumdiangkut ke TPST dan/atau TPA di Kelurahan Sunter Agung;
 Peraturan gubernur provinsi daerah khusus ibukota jakarta Nomor 50 tahun
2016 Tentang Pembangunan dan pengoperasian fasilitas pengelola sampah di
dalam kota/intermediate treatment facility pada Pasal 3 Pembangunan dan
pengoperasian ITF sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertujuan untuk :
a. mereduksi sampah paling sedikit 80% (delapan puluh persen) hingga 90%
(sembilan puluh persen) melalui perubahan bentuk, komposisi.
 TPA yang disediakan oleh pemerintah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus dilengkapi:
a. fasilitas dasar;
b. fasilitas perlindungan lingkungan;
c. fasilitas operasi; dan
d. fasilitas penunjang.
Kesimpulan:
Berdasarkan peraturan diatas perencanaan TPA termasuk program utama yang
akan menjadi fasilitas pengolahan sampah di DKI Jakarta yang salah satunya
berada di Jakarta Utara Kecamatan Tanjung Priuk Kelurahan Sunter Agung yang
menggukan konsep ITF (Intermediate Treatment Facility) dengan mereduksi
sampah paling sedikit 80% (delapan puluh persen) hingga 90% (sembilan puluh
persen) yang dilengkapi dengan beberapa fasilitas didalamnya seperti fasilitas
dasar, fasilitas pelindungan lingkungan, fasilitas operasi dan fasilitas penunjang.

4.1.2 Analisa Program Fungsi Tapak


Luasan
Ketentu Fungsi
Fungsi Peruntukan Banyak Total
Ketentuan an Ruang
Tapak Kegiatan Pengguna Tapak Rasio
Besaran
(M2)

Gedung Dibedakan
menjadi beberapa
KDB (Max) 50% 30.000 m 15.000 50%
A B C fungsi dan
peruntukan
penghijauan Ruang hijau KDH (Min) 30% 30.000 m 9000 30%
L=8 (4
Jalan kendaraan Standar (%)
pengguna)
Sirkulasi 10% 3000 10%
L=1,2 (2
Pejalan kaki Standar (%)
pengguna)
Parkir Truck
Aturan & standar parkir 10x2,2 30 660 2,2%
Sampah
20
Perparkiran Parkir Mobil Ratio & standar 30 600 2%
M2/Mobil
15
Parkir Motor Ratio & standar 20 300 1%
M2/Motor
Penunjang 15
Keamanan Ratio pengguna 4 60 0,2%
tapak m2/orang
SWT Ratio lahan & bangunan 40 5 200 0,8%
Utilitas
Penyimpanan air Ratio lahan & bangunan 2,1 40 ribu liter 84 0,3%
Tapak
Gardu Listrik Ratio lahan & bangunan 50 2 100 0,5%
JUMLAH : 24.973 97%
Berdasarkan hal tersebut (100%-97%=3%) 3% akan dialihfungsikan sebagai area
pengolahan sampah ataupun utilitas
4.1.3 Analisa Bentuk Massa

Berdasarkan gambar diatas masa dasar TPA adalah podium (kubus) yang
dibedakan kedalam beberapa fungsi/warna:
1. Berwarna merah fasilitas dasar lingkungan atau pengolahan sampah;
2. Berwarna hijau fasilitas operasi atau bangunan kantor;
3. Berwarna kuning merupakan fasilitas perlindungan yang merupakan area
pengolahan anergi uap menjadi energi listrik;
4. Berwarna biru yaitu fasilitas penunjang yang akan difungsikan sebagai tempat
ibadah dan area ilmu pengetahuan/pendidikan;

4.1.3 Perubahan Bentuk Massa


Pada bangunan berwarna hijau, kuning dan biru akan mengalami perubaham
bentuk mengikuti logo atau icun pengolahan sampah:

Pada bangunan merah mengalami perubaham bentuk yang memanfaatkan energi


matahari sebagai energi tambahan untuk bangunan pengolahan sampah, yaitu
dengan menerapkan solar panel pada bagian atap bangunan:
Berdasarkan analisa dan teori solar paner
cinderung menghasilkan listrik secara
maksimal pada pukul 1.00 -2.00 WIB
sehingga atap dibuat miring sedimian
rupa mengarah kepada sinar matahari
pada pukul 1.00 -2.00 WIB

Analisa akhir bentuk massa:


4.1.4 Analisa Akses atau Zoning
4.1.5 Analisa Pengolahan Sampah
4.2 Solusi Sungai

4.2.1 Analisa Peraturan Mengenai Unit Pengolahan Sampah pada Sungai


 Peraturan daerah provinsi daerah khusus ibukota jakarta nomor 1 tahun 2012
tentang rencana tata ruang wilayah 2030 Pasal 56 (1) Pengembangan prasarana
dan sarana pengelolaan sampah drainase/sungai/waduk/situ/teluk sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) huruf e, ditujukan untuk membersihkan badan
air dari sampah dan mencegah sampah menumpuk di daerah hilir dan Teluk
Jakarta.

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia


Nomor 28/Prt/M/2015 Tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan Garis
Sempadan Danau Pasal 15 ayat 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
tidak berlaku bagi bangunan yang terdapat dalam sempadan sungai untuk fasilitas
kepentingan tertentu yang meliputi:
a. bangunan prasarana sumber daya air;
b. fasilitas jembatan dan dermaga;
c. jalur pipa gas dan air minum;
d. rentangan kabel listrik dan telekomunikasi; dan
e. bangunan ketenaga listrikan.

Kesimpulan:
Berdasarkan peraturan diatas diperlukan pengembangan prasarana dan sarana
pengolahan sampah pada drainase/sungai/waduk/situ/teluk ditujukan untuk
membersihkan badan air dari sampah dan mencegah sampah menumpuk di
sekitar bantaran sungai di Jakarta khususnya di jalan Danau Sunter Utara Sunter
Agung, Tj. Priok, Kota Jakarta Utara dan juga berdasarkan peraturan diatas
diperbolehkan untuk mendirikan bangunan sebagai salah satu prasarana yang
dapat menunjang sumber daya air sungai agar tetap bersih dari sampah
4.2.2 Analisa Masa Dasar
4.2.3 Analisa Akses atau Zoning

4.2.4 Analisa Pengolahan Sampah


4.3 Solusi Pedistrian

4.3.1 Analisa Peraturan Mengenai Pengolahan Sampah pada Pedestrian


 Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006, persyaratan
khusus untuk rancangan bagi pejalan kaki yang mempunyai keterbatasan fisik
yang salah satunya fasilitas tempat sampah yang masih kurang dan kurangnya
kesadaraan masyarakat untuk mejaga kebersihan sehingga menyebabkan keadaan
pedestrian yang kurang nyaman.

 Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.03 tahun 2014 tentang Pedoman
Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan
Kaki di Kawasan Perkotaan, prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki memiliki
fungsi untuk memfasilitasi pergerakan para pejalan kaki dari suatu tempat ke
tempat lainnya dengan mudah, lancar, aman, nyaman

 Peraturan Daerah Kota DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
Sampah. jika buang sampah di jalan ataupun di trotoar itu akan dikenakan denda
Rp 100.000, sedangkan jika melakukan buang sampah di sungai/danau/pantai
akan dikenakan denda maksimal Rp 500.000. selain denda para pembuang
sampah sembarangan akan dijerat denda Peraturan Daerah No.8 tahun 2007
tentang ketertiban umum pasa 21

Kesimpulan:
Berdasarkan peraturan diatas diperlukan pengembangan sarana tempat
pembuangan sampah pada trotoar, jalan ataupun pedestrian yang efisien, praktis
dan mudah dalam penggunaan ditujukan untuk mempermudah masyarakat
ataupun petugas kebersihan dalam menjaga dan membersihkan trotoar, jalan
ataupun pedestrian dari sampah dan mencegah sampah menumpuk di sekitar
trotoar, jalan ataupun pedestrian di Jakarta khususnya di jalan Danau Sunter Utara
Sunter Agung, Tj. Priok, Kota Jakarta Utara.
4.3.2 Analisa Bentuk

4.3.3 Analisa Pengolahan Sampah


BAB V
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai