Anda di halaman 1dari 4

Review Bab 7

Oleh kelompok 9: Abd. Rasyid, Ghozy Mubarok, Zainul Arifin

Ajaran Hindhu Dharma tentang Etika (Susila)

1. Filsafat Tat Twam Asi


Tat Twam Asi merupakan salah satu ajaran agama Hindu. Dalam bahasa sansekerta
kata “tat” berasal dari suku kata “tad” yang berarti “itu” atau “dia”. Kata “twam” berasal dari
suku kata “yusmad” yang berarti “kamu” dan “asi” yang berasal dari kata “asa” yang berarti
“adalah”. Jadi secara sederhana kata “tat twam asi” bisa di artikan “kamu adalah dia” atau
“dia adalah kamu”.
Kata “kamu” merujuk kepada semua makhluk hidup, sedangkan “dia” merujuk kepada
sang hyang widhi. Dalam ajaran ini dikatakan bahwa sanghyang widhi dan makhluk hidup
adalah sama. Tetapi kata sama disini jangan diartikan sama secara mutlak, bukan berarti kita
sebagai makhluk hidup sepenuhnya sama seperti tuhan hanya saja kita memiliki sifat yang
sama dengan tuhan dalam jumlah yang kecil. Dalam diri setiap makhluk terdapat atman (yang
menghidupkan makhluk hidup). Atman sendiri merupakan percikan terkecil dari Brahman
(sang hyang widhi). Hal ini di ibarakan seperti air laut yang dituangkan ke dalam gelas. Air
yang ada di dalam gelas dengan air yang ada di laut mempunyai sifat yang sama, tetapi air
yang ada di dalam gelas tidak mampu menghancurkan rumah, sedangkan air yang di laut
ketika terjadi sunami bisa menghancurkan rumah. Kedua air ini mempunyai sifat yang sama
namun mempunyai jumlah dan kekuatan yang berbeda.
Sama halnya dengan makhluk hidup yang merupakan percikan terkecil dari sang hyang
widhi, mereka mempunyai sifat yang sama yaitu sat, cit dan ananda (kekal, penuh
pengetahuan dan penuh kebahagiaan). Namun sifat ini dimiliki makhluk dalam jumlah yang
terbatas sedangkan sang hyang widhi memiliki sifat tersebut dalam jumlah yang tak terbatas.
oleh karena itu kita dilarang menyakiti siapapun makhluk hidup karena jika kita menyakiti
makhluk hidup sama saja kita menyakiti sang hyang widhi, karena dalam diri setiap makhluk
terdapat percikan sang hyang widhi.
Tat twam asi juga bisa di artikan “aku adalah engkau, engkau adalah aku”. Filosofi
yang terkandung dalam ajaran ini yaitu bagaimana kita dapat berempati terhadap orang lain,
bagaimana kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Ketika kita menyakiti
orang lain sesungguhnya kita menyakiti diri kita sendiri. Oleh karena itu ajaran ini menjadi
dasar dalam bertingkah laku.
Tat twam asi merupakan ajaran sosial tanpa batas yang menjadi dasar atau konsepsi
untuk mewujudkan atau menciptakan kesejahteraan dalam kehidupan. Tat twam asi juga
merupakan kunci dalam membina kehidupan agar terjalinnya hubungan yang serasi terhadap
sesame makhluk hidup.
2. Pengertian Cubhakarma (perbuatan baik) dan jenis-jenisnya
Cubhakarma berasal dari bahasa sansekerta yang artinya perbuatan baik. Jenis-jenis
cubhakarma terbagi menjadi 12 yaitu:
a. Tri Kaya Parisudha
Tri kaya parisudha artinya tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan yaitu berfikir
yang bersih dan suci, berkata yang benar dan berbuat yang jujur. Dari pikiran yang bersih
akan muncul perkataan dan perbuatan yang baik.
b. Catur Paramita
Catur paramita adalah empat bentuk budi luhur yaitu Maitri yang artinya lemah lembut,
karuna yang artinya belas kasihan atau kasih sayang, mudita yang artinya sifat dan sikap
menyenangkan orang lain, dan upeksa yang artinya sifat dan sikap menghargai orang lain.
c. Panca Yama Bratha.
Panca yama bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam hubungannya dengan
perbuatan untuk mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian batin. Panca yama bratha ini
meliputi lima bagian yaitu ahimsa, brahmacari, satya, awyawahara dan asteya.
d. Panca Nyama Bratha.
Panca Nyama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam tingkat mental untuk
mencapai kesempurnaan dan kesucian bathin, adapun bagian-bagian dari Panca Nyama
Bratha ini adalah Akrodha, Guru Susrusa, Aharalaghawa dan Apramada.
e. Sad Paramita
Sad Paramita adalah enam jalan keutamaan untuk menuju keluhuran. Sad Paramita ini
meliputi: Dana Paramita, Sila Paramita, Ksanti Paramita, Wirya Paramita, Dhyana
Paramita dan Pradnya Paramita.
f. Catur Aiswarya
Catur Aiswarya adalah suatu kerohanian yang memberikan kebahagiaan hidup lahir dan
batin terhadap makhluk. Catur Aiswarya terdiri dari Dharma, Jnana, Wairagya dan
Aiswawarya.
g. Asta Siddhi
Asta Siddhi adalah delapan ajaran kerohanian yang memberi tuntunan kepada manusia
untuk mencapai taraf hidup yang sempurna dan bahagia lahir batin. Asta Siddhi meliputi:
Dana, Adnyana, Sabda, Tarka, Adyatmika, Adidewika, Adi Boktika dan Saurdha
h. Nawa Sanga
Nawa Sanga terdiri dari: Sadhuniragraha, Andrayuga, Guna bhiksama, Widagahaprasana,
Wirotasadarana, Kratarajhita, Tiagaprassana, Curalaksana dan Curapratyayana.
i. Dasa Yama Bratha
Dasa Yama Bratha adalah sepuluh macam pengendalian diri, yaitu Anresangsya atau
Arimbhawa, Ksama, Satya, Dama, Arjawa, Priti, Prasada, Madurya dan Mardhawa.
j. Dasa Nyama Bratha
Dasa Nyama Bratha terdiri dari: Dhana, Ijya, Tapa, Dhyana, Upasthanigraha, Swadhyaya,
Bratha, Upawasa, Mona dan Sanana.
k. Dasa Dharma
Yang disebut Dasa Dharma menurut Wreti Sasana, yaitu Sauca; Indriyanigraha; Hrih;
Widya; Satya; Akrodha; Drti; Ksama; Dama dan Asteya.
l. Dasa Paramartha
Dasa Paramartha ialah sepuluh macam ajaran kerohanian yang dapat dipakai penuntun
dalam tingkah laku yang baik serta untuk mencapai tujuan hidup yang tertinggi (Moksa).
Dasa Paramartha ini terdiri dari: Tapa; Bratha; Samadhi; Santa; Sanmata; Karuna;
Karuni; Upeksa; Mudhita dan Maitri.
3. Pengertian Achubakarma (perbuatan tidak baik) dan jenis-jenisnya
Acubhakarma adalah segala tingkah laku yang tidak baik yang selalu menyimpang
dengan Cubhakarma (perbuatan baik). Semua jenis perbuatan yang tergolong acubhakarma
ini merupakan larangan-larangan yang harus dihindari di dalam hidup ini. Karena semua
bentuk perbuatan acubhakarma ini menyebabkan manusia berdosa dan hidup menderita.
menurut agama Hindu, bentuk-bentuk acubhakarma yang harus dihindari di dalam hidup ini
adalah:
a. Tri Mala
Tri Mala adalah tiga bentuk prilaku manusia yang sangat kotor, yaitu Kasmala ialah
perbuatan yang hina dan kotor, Mada yaitu perkataan, pembicaraan yang dusta dan kotor,
dan Moha adalah pikiran, perasaan yang curang dan angkuh.
b. Catur Pataka
Catur Pataka adalah empat tingkatan dosa sesuai dengan jenis karma yang menjadi
sumbernya yang dilakukan oleh manusia yaitu Pataka yang terdiri dari Brunaha
(menggugurkan bayi dalam kandungan); Purusaghna (Menyakiti orang), Kaniya Cora
(mencuri perempuan pingitan), Agrayajaka (bersuami isteri melewati kakak), dan
Ajnatasamwatsarika (bercocok tanam tanpa masanya); Upa Pataka terdiri dariGowadha
(membunuh sapi), Juwatiwadha (membunuh gadis), Balawadha (membunuh anak),
Agaradaha (membakar rumah/merampok); Maha Pataka terdiri dari Brahmanawadha
(membunuh orang suci/pendeta), Surapana (meminum alkohol/mabuk), Swarnastya
(mencuri emas), Kanyawighna (memperkosa gadis), dan Guruwadha (membunuh guru);
Ati Pataka terdiri dari Swaputribhajana (memperkosa saudara perempuan); Matrabhajana
(memperkosa ibu), dan Lingagrahana (merusak tempat suci).
c. Panca Bahya Tusti
Adalah lima kemegahan (kepuasan) yang bersifat duniawi dan lahiriah semata-mata, yaitu
Aryana; Raksasa; Ksaya; Sangga dan Hingsa.
d. Panca Wiparyaya
Adalah lima macam kesalahan yang sering dilakukan manusia tanpa disadari, sehingga
akibatnya menimbulkan kesengsaraan, yaitu: Tamah, Moha, Maha Moha, Tamisra dan
Anda Tamisra.
e. Sad Ripu
Sad Ripu adalah enam jenis musuh yang timbul dari sifat-sifat manusia itu sendiri, yaitu
Kama; Lobha; Krodha; Mada; Moha dan Matsarya.
f. Sad Atatayi
Adalah enam macam pembunuhan kejam, yaitu Agnida; Wisada; Atharwa; Sastraghna;
Dratikrama dan Rajapisuna.
g. Sapta Timira
Sapta Timira adalah tujuh macam kegelapan pikiran yaitu: Surupa, Dhana, Guna, Kulina,
Yowana, Kasuran dan Sura.
h. Dasa Mala
Artinya adalah sepuluh macam sifat yang kotor. Sifat-sifat ini terdiri dari Tandri, Kleda,
Leja, Kuhaka, Metraya, Megata, Ragastri, Kutila, Bhaksa Bhuwana dan Kimburu.
4. Hubungan Sila dengan Tri Hita Karana
Tri Hita Karana berasal dari kata “Tri” yang berarti tiga, “Hita” yang
berarti kebahagiaan dan “Karana” yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita Karana
berarti “Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan”.
Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah
tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keaneka
ragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi. Pada
dasarnya hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan
di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan
dengan alam sekitar, dan hubungan dengan ke Tuhan yang saling terkait satu sama lain. Setiap
hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip
pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan
tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari daripada segala tindakan buruk. Hidupnya
akan seimbang, tenteram, dan damai.
Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab
kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara Manusia dengan Tuhan
nya, Manusia dengan alam lingkungannya, dan Manusia dengan sesamanya. Dengan
menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang
lebih mengedepankan individualisme dan materialisme. Membudayakan Tri Hita Karana
akan dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan gejolak.

Referensi:

1. Hadiwiyono, Harun, Agama Hindu dan Budha. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989.
2. Pendit, Nyoman S., Aspek-Aspek Agama Hindu. Jakarta: Manikgeni, 1993.

Anda mungkin juga menyukai