Anda di halaman 1dari 35

TINJAUAN PENGELOLAAN VAKSIN DI

UPTD PUSKESMAS ULEE KARENG


KOTA BANDA ACEH

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Kesehatan Bidang Farmasi

Oleh:

SAPUR
P07139018106

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
JURUSAN FARMASI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat

rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan

penelitian dengan judul “TINJAUAN PENGELOLAAN VAKSIN DI UPTD

PUSKESMAS ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH ”. Shalawat beriring salam tak

lupa pula kita sampaikan kepada revolusi umat Islam baginda Rasulullah SAW, yang

telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.

Selanjutnya dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun demi kesempurrnaan penelitian ini. Akhirnya penulis

berharap agar kelak penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis, Program studi D-III

Farmasi, peneliti lain dan pembaca terutama rekan-rekan seprofesi.

Amin ya rabbal’alamin.
DAFTAR ISI
Halaman

HalamanJudul ....................................................................................... i
Kata Pengantar ..................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 4
1. LatarBelakang......................................................................... 4
2. RumusanMasalah ................................................................... 8
3. TujuanPenelitian ..................................................................... 8
4. ManfaatPenelitian ................................................................... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 10
1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ............................. 10
2. Tenaga Kefarmasian ............................................................... 16
3. Pengelolaan Obat di Puskesmas ............................................. 17
4. Vaksin ..................................................................................... 24
BAB III. KERANGKA PENELITIAN ............................................... 29
1. Definisi Operasional ............................................................... 29
BAB IV. METODE PENELITIAN ..................................................... 30
1. Sifat Penelitian........................................................................ 30
2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 30
3. PopulasidanSampel................................................................. 30
4. Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian .................. 31
5. Pengumpulan Data .................................................................. 31
6. AnalisisData ........................................................................... 31
7. PenyajianData ......................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 33
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan adalah salah satu unsur penting dalam upaya pembangunan

manusia. Kondisi kesehatan yang optimal dari seseorang atau masyarakat di

suatu negara akan memberikan kemampuan yang lebih besar untuk memenuhi

kebutuhannya. Kebutuhan hidup tersebut mencakup kebutuhan terhadap

pendidikan dan ekonomi yang gilirannya akan berdampak pada meningkatnya

kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan (Depkes RI, 2010)

Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di

wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan

untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi

setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan, karena

obat dapat menyelamatkan kehidupan dan meningkatkan kualitas kesehatan.Obat

juga merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan

kesehatan.Semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutu

agar memberikan manfaat bagi kesehatan.Bersamaan dengan itu masyarakat

harus dilindungi dari penyalahgunaan obat.

Pengelolaan obat menurut WHO, menitikberatkan pada hubungan antara

pemilihan obat, pengadaan obat, penyimpanan dan pendistribusian obat serta


pengunaan obat, dimana pengelolaan menjadi kuat jika mendukung oleh sistem

manajemen pengelolaan obat yang baik (Quick, 2007)

Pengelolaan obat di puskesmas merupakan hal yang sangat penting yang

perlu diperhatikan, mengingat dengan pengelolaan yang tidak sesuai dengan

prosedur yang tepat akan terjadi masalah tumpang tindih anggaran dan

pemakaian yang tidak tepat guna. Sehingga ketidak efisienan dalam pengelolaan

obat akan berdampak negatif secara medis. Mengingat bahwa obat merupakan

elemen penting dalam pelayanan kesehatan serta besarnya biaya yang diserap

untuk pengadaan obat, maka pengelolaan obat harus terus-menerus ditingkatkan

sehingga dapat memenuhi kebutuhan program pelayanan kesehatan

dasar.Pengelolaan obat yang tidak efisien menyebabkan tingkat ketersediaan

obat menjadi berkurang, terjadi kekosongan obat, banyaknya obat yang

menumpuk akibat dari perencanaan obat yang tidak sesuai, serta biaya obat yang

menjadi mahal disebabkan penggunaan obat yang tidak rasional.Oleh karena itu

diperlukan pengelolaan yang baik dan benar serta efektif dan efisien secara

berkesinambungan (Depkes RI, 2009).

Vaksin merupakan unsur biologis yang memiliki karakteristik tertentu

dan memerlukan penanganan rantai vaksin secara khusus sejak diproduksi di

pabrik hingga dipakai di unit pelayanan kesehatan, untuk mencapai tujuan secara

maksismal, maka perlu ditunjang dengan pengelolaan dan ketersediaan vaksin

dalam jumlah yang cukup, berkualitas serta tepat waktu (Kemenkes RI, 2005).

Pengelolaan vaksin di puskesmas merupakan bagian yang tak terpisahkan

dalam pelayanan imunisasi. setiap unit pelayanan imunisasi harus mengelola

vaksin dengan benar sesuai pedoman pengelolaan vaksin dari posyandu lebih
dari 24 jam merupakan salah satu faktor terjadinya kerusakan vaksin (Kemenkes

RI, 2006).

Pemantauan suhu penyimpanan vaksin sangat penting dalam menetapkan

secara tepat apakah vaksin layak digunakan atau tidak, dengan cara selalu

memperhatikan vaccine vial monitor (VVM) yang ada pada setiap masing-

masing vaksin untuk mengetahui apakah vaksin masih layak untuk digunakan.

studi yang diperoleh program Appropriate Technology in Health (PATH) dan

Kementrian Kesehatan RI tahun 2001-2003 menyatakan bahwa 75% vaksin

indonesia telah terpapar suhu beku selama distribusi. dari data tersebut suhu

beku dijumpai selama transportasi dari provinsi ke kabupaten (30%),

penyimpanan di lemari es kabupaten (40%) dan penyimpanan di lemari es

puskesmas (30%) (Kemenkes RI, 2003).

Berdasarkan masalah di atas, penulis ingin melakukan peninjauan

kembali tentang bagaimana pengelolaan obat vaksin di UPTD Puskesmas Ulee

Kareng Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh.

1.2 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pengelolaan vaksin di UPTD Puskesmas

Ulee Kareng Kota Banda Aceh’’?


1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan vaksin di UPTD

Puskesmas Ulee Kareng Kota Banda Aceh.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui metode Perencanaan vaksin yang digunakan di

UPTD Puskesmas Ulee Kareng.

b. Untuk mengetahui bagaimana proses pengadaan vaksin yang

dilakukan di puskesmas UPTD Ulee Kareng..

c. Untuk mengetahui apakah pada saat penerimaan barang, dilakukan

pengecekan kembali oleh karyawan dan Jika terjadi kerusakan atau

ketidak sesuaian barang pesanan apa yang akan dilakukan petugas

penerima barang.

d. Untuk mengetahui bagaimana sistem penyimpanan yang dilakukan di

UPTD Puskesmas Ulee Kareng.

e. Untuk mengetahui sistem pendistribusian di UPTD Puskesmas Ulee

Kareng sudah memenuhi kebutuhan.

f. Untuk mengetahui cara melakukan pengendalian vaksin.

g. Untuk mengetahui bagaimana pencatatan dan pelaporan vaksin itu

dilakukan di UPTD Puskesmas Ulee Kareng.

h. Untuk mengetahui cara UPTD Puskesmas Ulee Kareng dalam

menangani vaksin rusak dan kadaluarsa.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Puskesmas

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan dan kajian

keilmuan demi meningkatkan kualitas pengelolaan vaksin di badan

pelayanan kesehatan masyarakat khususnya di UPTD Puskesmas Ulee

Kareng Kota Banda Aceh.

1.4.2 Bagi Jurusan Farmasi Poltekkes

Penelitian ini secara teoritis bermanfaat sebagai tambahan

referensi kepustakaan dan bahan keilmuan tentang tinjauan sistem

pengelolaan vaksin di puskesmas sehingga dapat meningkatkan

pengetahuan para dosen dan mahasiswa mengenai proses pengelolaan

vaksin.

1.4.3 Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi peneliti dalam kegiatan penelitian dan bidang penulisan

Karya Tulis Ilmiah (KTI) juga sebagai bahan kajian dalam menyusun tugas

akhir yang merupakan salah satu syarat untuk kelulusan akhir jenjang

Diploma III bidang kefarmasian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

2.1.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten /Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerjanya.Puskesmas

berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dengan

demikian Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat

serta pusat pelayanan kesehatan strata utama (Husnawati dkk, 2010).

Pelayanan kesehatan merupakan suatu upaya yang

diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi

untuk memelihara kesatuan, mencegah dan menyembuhkan penyakit

serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau

masyarakat (Depkes RI, 2006)

2.1.2 Tugas Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan

untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya

dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Azwar dkk,

1996).
2.1.3 Tujuan Puskesmas

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas

bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang :

a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat.

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.

c. Hidup dalam lingkungan yang sehat.

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga

kelompok dan masyarakat (Kemenkes RI, 2014)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71

tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN mengungkapkan bahwa

fasilitas kesehatan tingkat pertama adalah puskesmas atau setara yang

bekerja sama dengan BPJS kesehatan harus menyelenggarakan

pelayanan kesehatan komprehensif berupa pelayanan kesehatan

promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, dan

pelayanan kesehatan darurat medis, termasuk pelayanan penunjang

meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan

kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(Kemenkes RI, 2014)

2.1.4 Sarana dan Prasarana Puskesmas

Menurut Departemen Kesehatan RI , Dalam upaya mendukung

pelayanan kefarmasian di puskesmas diperlukan sarana dan prasarana

yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing

Puskesmas. Sarana adalah suatu tempat, fasilitas dan peralatan yang


secara langsung terkait dengan pelayanan kefarmasian, sedangkan

prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak

langsung mendukung pelayanan kefarmasian (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi

No.74 Tahun 2016 Sarana yang diperlukan untuk menunjang

pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi sarana yang memiliki

fungsi:

a. Ruang penerimaan resep

Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan

resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika

memungkinkan. Ruang penerimaan resep ditempatkan pada

bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.

b. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara

terbatas)

Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi

sediaan secara terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan

meja peracikan, timbangan obat, air minum (air mineral) untuk

pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin,

termometer ruangan, blanko salinan resep, ettiket dan label obat,

buku catatan pelayanan resep, buku-buku referensi/standar sesuai

kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang ini diatur agar

mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika

memungkinakan disediakan pendingin ruangan (air conditioner)

sesuai kebutuhan.
c. Ruang penyerahan obat

uang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat,

buku pencatatan penyerahan dan pengeluaran obat. Ruang

penyerahan obat dapat digabungkan dengan ruang penerimaan

resep.

d. Ruang konseling

Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi

konseling, lemari buku, buku-buku referensi sesuai kebutuhan ,

leaflet, poster, alat bantu konseling, buku catatan konseling,

formulir jadwal konsumsi obat, formulir catatan pengobatan

pasien, lemari arsip, 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan.

e. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai Ruang

penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,

temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin

mutu produk dan keamanan petugas.Selain itu juga

memungkinkan masuknya cahaya yang cukup.Ruang

penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari obat,

pendingin ruangan (air conditioner), lemari pendingin, lemari

penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari

penyimpanan obat khusus, pengukuran suhu.

f. Ruang arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang

berkaitan dengan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

dan pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang


arsip memerlukan ruangan khusus yang memadai dan aman untuk

memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka untuk

menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan dan

teknik manajemen yang baik (Depkes RI, 2006).

2.1.5 Kegiatan administrasi di puskesmas

a. Kegiatan pencatatan (Recording)

Pencatatan di puskesmas merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan untuk membuat informasi tertulis yang berisi

keterangan-keterangan yang disimpan di unit kesehatan mengenai

pekerjaan unit, keadaan kesehatan masyarakat dan pasien

perorangan serta keterangan mengenai ketatausahaan, misalnya

staf, peralatan dan perlengkapan (Kemenkes RI, 2016)

b. Kegiatan pelaporan (Reporting)

Definisi laporan menurut WHO yaitu merupakan

keterangan yang disampaikan kepada tingkat lain dari pelayanan

kesehatan. Kegiatan pelaporan di puskesmas meliputi semua

kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di

puskesmas.Kegiatan pelaporan di puskesmas menggunakan

berbagai macam formulir seperti formulir laporan penyakit,

laporan pengunjung KIA, laporan pengunjung KB, laporan UKS,

laporan penyuluhan kesehatan dan laporan administrasi.

Ada dua bentuk formulir yang digunakan, yakni :

1. Formulir yang seperti formulir catatan, jadi yang dikirimkan

adalah lembaran aslinya, sedangkan lembaran lainnya tinggal


di puskesmas sebagai arsip. Bentuk laporan yang seperti ini

misalnya laporan UKS, laporan imunisasi dan laporan obat.

2. Formulir tersendiri, jadi diperlukan menyalin data dari catatan

yang ada, contohnya laporan penyakit yang harus

dipindahkan dari kartu atau dari buku register BP (McMahon

R, 1999).

Suatu kegiatan pelaporan memiliki beberapa tujuan, yaitu

tersedianya data yang akurat untuk bahan evaluasi, tersedianya

informasi yang akurat, tersedianya data yang lengkap untuk

membuat perencanaan.

c. Kegiatan administrasi kefarmasian

Administrasi kefarmasian merupakan rangkaian aktifitas

pencatatan, pelaporan, pengarsipan dalam rangka penatalaksanaan

pelayanan kefarmasian yang tertib dan baik untuk sediaan farmasi

dan perbekalan kesehatan maupun pengelolaan resep supaya lebih

mudah dimonitor dan dievaluasi. Administrasi untuk sediaan

farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi semua tahap

pengelolaan obat dan pelayanan kefarmasian, yaitu perencanaan,

permintaan obat ke instalasi farmasi, penerimaan, penyimpanan

menggunakan kartu stok atau komputer, pendistribusian dan

pelaporan menggunakan form LPLPO (Lembar Pemakaian dan

Lembar Permintaan Obat) (Azwar dkk, 1983).

Petugas di puskesmas memiliki tanggung jawab untuk

membuat pencatatan penerimaan dan pengeluaran


barang.Demikian pula dengan penerimaan dan pemakaian

obat.Pimpinan puskesmas mempunyai wewenang dan wajib

memeriksa administrasi barang dan obat secara rutin.Penyusunan

perencanaan kebutuhan logistik dan obat didasarkan pada pola

konsumsi yaitu pada pencatatan barang obat (Depkes RI, 2007)

2.2 Tenaga Kefarmasian

Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan

kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan

telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Sedangkan Tenaga Teknis

Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani

pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya

Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi atau Asisten

Apoteker.

Tenaga kefarmasian melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada:

2.2.1.Fasilitas produksi farmasi berupa industri farmasi obat, industri bahan

baku obat, industri obat tradisional, pabrik kosmetika dan pabrik lain

yang memperlukan tenaga kefarmasian untuk menjalankan tugas dan

fungsi produksi dan pengawasan mutu.

2.2.2 Fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan farmasi dan alat kesehatan

melalui pedagang besar farmasi, penyaluran alat kesehatan, instalasi

sediaan farmasi dan alat kesehatan milik pemerintah, pemerintah

daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota dan atau


fasilitas pelayanan kefarmasian melalui praktik di apotek, instalasi

farmasi rumah sakit, klinik, toko obat atau praktek bersama (Munijaya

AAG, 2004).

2.3 Pengelolaan Obat di Puskesmas

2.3.1 Pengelolaan Obat

Pengelolaan obat adalah suatu urutan kegiatan perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan

obat dengan memanfaatkan potensi yang ada diantaranya tenaga,

sarana dan prasarana (Kemenkum HAM RI, 2004).

Ruang lingkup pengelolaan obat sesuai pedoman pengelolaan

Obat publik dan Perbekalan Kesehatan di puskesmas yang diterbitkan

oleh Departemen kesehatan secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

2.3.2 Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan

perbekalan kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka

pemenuhan kebutuhanpuskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk

mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan

kesehatan yang mendekati kebutuhan, meningkatkan penggunaan obat

secara rasional dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Ketepatan dan kebenaran data di puskesmas akan berpengaruh

terhadap ketersediaan obat secara keseluruhan di kabupaten/kota.

Proses perencanaan kebutuhan obat pertahun di puskesmas diminta

menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan Laporan


Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Selanjutnya Unit

Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (UPOPPK) yang

akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat

puskesmas di wilayah kerjanya (Kemenkum HAM RI, 2009).

2.3.3 Permintaan

Permintaan obat merupakan cara untuk melakukan pengadaan

obat di unit pelayanan kesehatan. Tujuan permintaan obat adalah

memenuhi kebutuhan obat di masing-masing unit pelayanan kesehatan

sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah kerjanya. Permintaan

obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing puskesmas

diajukan oleh kepala puskesmas kepada Kepala Dinkes

Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan

permintaan dari subunit ke Kepala puskesmas dilakukan secara

periodik menggunakan LPLPO subunit.

Data yang diperlukan berasal dari LPLPO dan kartu stok untuk

menghitung kebutuhan obat (dengan menghitung stok optimum) agar

dapat menentukan jumlah permintaan obat.Data yang diperlukan

tersebut terdiri dari data pemakaian rata-rata per jenis obat pada

periode sebelumnya, sisa stok, jumlah kunjungan resep, data pola

penyakit dan frekuensi distribusi obat oleh UPOPPK. Jumlah untuk

periode yang akan datang diperkirakan sama dengan jumlah

pemakaian pada periode sebelumnya, yaitu dengan rumus :

SO = SK+WK+WT+SP-SS
Keterangan :

SO = Stok optimum

SK = Stok kerja, yaitu pemakaian rata-rata per periode distribusi

WK = Waktu Kosong (lamanya kekosongan obat, dalam hari)

WT = Waktu tunggu (dihitung mulai dari permintaan obat oleh

puskesmas sampai dengan penerimaan di puskesmas)

SP = Stok penyangga (persediaan obat untuk mengantisipasi terjadinya

kejadian tak terduga seperti peningkatan kunjungan atau keterlambatan

kedatangan obat, ditentukan berdasarkan kesepakatan antara

puskesmas dan UPOPPK)

SS = Sisa stok (obat yang masih tersedia di puskesmas pada akhir

periode distribusi) (Kemenkum HAM RI, 2009).

Pengadaan obat memiliki tiga syarat penting yang harus dipenuhi,

antara lain: sesuai rencana;

a. sesuai kemampuan; sistem atau

b. cara pengadaan sesuai ketentuan (Depkes RI, 2004).

2.3.4 Penerimaan

Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan

yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit

pengelola di bawahnya.Petugas penerima obat wajib melakukan

pengecekan terhadap obat-obat yang diserahkan, mencakup jumlah

kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi LPLPO
dan ditandatangani petugas penerima dan diketahui kepala

puskesmas.Jika terdapat kekurangan, penerima obat wajib menuliskan

jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang dan lain-lain).Setiap

penambahan obat-obatan, dicatat dan dibukukan pada buku

penerimaan dan kartu stok.

Tujuan penerimaan adalah agar obat yang diterima sesuai dengan

kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh

Puskesmas.Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan

bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan,

pemeliharaan dan penggunaan obat dan bahan medis habis pakai

berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.Masa kedaluwarsa

minimal dari obat yang diterima disesuaikan dengan periode

pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.

2.3.5 Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-

obatan yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari

kerusakan fisik maupun kimia, dan agar mutunya terjamin.Tujuan

penyimpanan adalah agar mutu obat yang tersedia di unit pelayanan

kesehatan dapat diperhatikan.Setiap petugas pengelola yang

melakukan penyimpanan obat, perlu melakukan pengamatan mutu

obat secara berkala, paling tidak setiap awal bulan.Obat yang

mengalami perubahan dilaporkan kepada UPOPPK kabupaten/kota

agar diteliti lebih lanjut, karena mutu obat yang disimpan dapat

mengalami perubahan sewaktu-waktu baik secara fisik maupun kimia.


2.3.5 Distribusi

Distribusi/penyaluran adalah kegiatan pengeluaran dan

penyerahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan

sub-sub unit pelayanan kesehatan lainnya. Tujuan distribusi obat

adalah untuk memenuhi kebutuhan obat subunit pelayanan kesehatan

yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan

tepat waktu. Penentuan jumlah obat yang akan didistribusikan ke sub

unit pelayanan kesehatan perlu mempertimbangkan pemakaian rata-

rata per jenis obat, sisa stok, pola penyakit dan jumlah kunjungan ke

masing-masing sub unit.

Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:

a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;

b. Puskesmas pembantu;

c. Puskesmas keliling;

d. Posyandu; dan

e. Polindes.

2.3.6 Pengendalian

Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu

kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai

dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak

terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan


kesehatan dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan

kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.

2.3.7 Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan

Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan merupakan rangkaian

kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis

pakai secara tertib, baik obat dan bahan medis habis pakai yang

diterima, disimpan, di distribusikan dan digunakan di Puskesmas atau

unit pelayanan lainnya.

Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah:

a. Bukti bahwa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai telah

dilakukan;

b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan

c. Sumber data untuk pembuatan laporan.

2.3.8 Pemusnahan dan penarikan

Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis

habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan

cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi

standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh

pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM

(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin

edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada

kepala BPOM.Penarikan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap

produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.


Pemusnahan dilakukan untuk sediaan farmasi dan bahan medis

habis Pakai bila:

a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;

b. Telah kadaluwarsa;

c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan

kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan;

d. Dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis

Pakai terdiri dari:

a. Membuat daftar sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai

yang akan dimusnahkan;

b. Menyiapkan berita acara pemusnahan;

c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan

kepada pihak terkait;

d. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan

e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk

sediaan serta peraturan yang berlaku.

2.4 Vaksin

2.4.1 Pengertian

Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati,

masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang

telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi

toksoid, protein rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang


akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap

penyakit infeksi tertentu (Kemenkes RI, 2017).

Vaksin adalah produk biologi yang sangat mudah rusak dan

kehilangan pontensi apabila tidak dikelola dengan baik. Jika terjadi

kerusakan dalam pengeolaan, maka vaksin tidak dapat digunakan lagi.

Vaksin sangat rentan terhadap kerusakan, sehingga pengelolaan

vaksin memerlukan penanganan khusus. Untuk dapat mempertahankan

mutu vaksin, maka penyimpanan dan pendistribusian harus dalam

suhu yang sesuai dari sejak dibuat hingga akan di gunakan. Jika

tidak ditagani dengan baik maka dapat mengakibatkan kerusakan

vaksin, menyebabkan potensi vaksin dapat berkurang bahkan hilang

dan tidak dapat diperbaiki lagi sehingga dapat mengakibatkan

kerugian yang cukup besar (Nossal, 2003).

2.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

a. Pengaruh kelembaban kemasan ampul atau botol

tertutup kedap.Kelembaban hanya berpengaruh terhadap vaksin

yang disimpan terbuka atau penutupnya tidak sempurna (bocor),

pengaruh kelembaban sangat kecil dan dapat diabaikan jika

kemasan vaksin baik.

b. Pengaruh suhu (temperature effect) Suhu adalah faktor yang

sangat penting dalam penyimpanan vaksin karena dapat

menurunkan potensi maupun efikasi vaksin yang bersangkutan

apabila disimpan pada suhu yang tidak baik. Suhu penyimpanan

vaksin yang tepat akan berpengaruh terhadap umur vaksin.


c. Pengaruh sinar matahari (sunlight effect ) Setiap vaksin yang

berasal dari bahan biologi harus dilindungi langsung maupun

tidak langsung, sebab bila tidak demikian, maka vaksin

tersebut akan mengalami kerusakan dalam waktu singkat

(Kemenkes RI, 2017).

2.4.3 Pengelolaan Vaksin

Pengelolaan vaksin meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan,

penyimpananan dan pendistribusian, penggunaan, pencatatatan dan

pelaporan serta monitoring dan evaluasi.Vaksin hendaklah dikelola

secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah dan jenis

obat, penyimpanan, waktu pendistribusian, dan penggunaan obat serta

terjamin mutunya di unit pelayanan kesehatan.

2.4.4 Penerimaan/pengambilan vaksin (transportasi)

a. Pengambilan vaksin dari puskesmas ke kabupaten/kota dengan

menggunakan peralatan vaksin yang sudah ditentukan.

Misalnya cold box atau vaccine carrier.

b. Sebelum memasukan vaksin ke dalam alat pembawa, periksa

indikator vaksin, vaccine vial monitor (VVM). Vaksin yang boleh

digunakan hanya bila indikator VVM tingkat A apabila kotak segi

empat lebih terang dari lingkaran atau tingkat B apabila kotak segi

empat berubah gelap tetapi lebih terang dari lingkaran. Sedangkan

VVM pada tingkat C apabila kotak segi empat berwarna sama

dengan lingkaran dan menunjukan batas untuk tidak digunakan lagi


atau tingkat D apabila kotak segi empat lebih gelap dari lingkaran,

tidak dapat digunakan lagi.

c. Masukan kotak cair dingin (cool pack) ke dalam alat pembawa

dan di bagian tengah diletakan thermometer muller, untuk jarak

jauh bila freeze tag/watch tersedia dapat dimasukan kedalam

alatpembawa.

d. Alat pembawa vaksin yang sudah berisi vaksin, selama

perjalanan dari kabupaten/kota ke puskesmas tidak boleh kena sinar

matahari langsung.

e. Catat dalam bukti vaksin : tanggal penerimaan vaksin, jumlah,

nomor batch dan tanggal kadaluarsa

2.4.5 Penyimpanan vaksin

Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai

didistribusikan ketingkat berikutnya atau digunakan, vaksin harus

selalu disimpan pada suhu yang sudah ditetapkan, yaitu :

a. Provinsi ; Vaksin polio tetes disimpan pada suhu -150C s.d. -

25oC pada freezer room atau freezer. Vaksin lainnya disimpan

pada suhu 2oC s.d. 8oC pada cold room atau vaccine

refrigerator.

b. Kabupaten / Kota : Vaksin polio tetes disimpan pada suhu -

150C s.d. -25oC pada freezer. Vaksin lainnya disimpan pada

suhu 2oC s.d. 8oC pada cold room atau vaccine refrigerator.
c. Puskesmas : Semua vaksin disimpan pada suhu 2oC s.d. 8oC

pada vaccine refrigerator. Khusus vaksin Hepatitis B, pada

bidan desa disimpan pada suhu ruangan, terlindung dari sinar

matahari langsung (Kemenkes RI, 2017).

2.4.6 Penerimaan/pengambilan vaksin (transportasi)

a. Memilih vaksin yang akan di keluarkan dengan

mempertimbangkan prioritas antara lain : vaksin dengan VVM

yang mempunyai kondisi B di keluarkan terlebih dahulu.

b. Membuat cold pack dengan mengisi cold pack dengan air

biasa kemudian dimasukan ke dalam lemari es dengan suhu 2°C

s/d 8°C selama minimal 24 jam.

c. Menyiapkan kotak vaksin ( cold box/vaccine carrier) jangan

ada yang retak atau pecah dan selalu dibersihkan sebelum

digunakan.

2.4.7 Jenis-jenis vaksin

Jenis-jenis vaksqin yaitu vaksin BCG, vaksin DPT (Difteri

Pertusis Tetanus), vaksin TT (Tetanus Toxoid), vaksin DT (Difteri

Tetanus), vaksinPolio, vaksin Campak, vaksin HepatitisB, vaksin

DPT-HB (Kemenkes RI, 2006).

2.4.8 Rantai vaksin atau cold chain

Rantai vaksin atau cold chain adalah pengelolaan vaksin sesuai

dengan prosedur untuk menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan

kondisi yang telah ditetapkan (Kemenkes RI,2009).


BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur

Operasional

1. Tinjauan Sistem Untuk menjamin Wawancara Panduan

Pengelolaan kelangsungan dan Mendalam wawancara

Vaksin Di keterjangkauan

UPTD pelayanan vaksin

Puskesmas Ulee yang efisien, efektif

Kareng. dan rasional di

puskesmas yang

meliputi :

perencanaan,

pengadaan,

penerimaan,

penyimpanan,

pendistribusian,

pengendalian,

pencacatan dan

pelaporan beserta

pemusnahan.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Sifat Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif observasional yang

bertujuan untuk memberi penjelasan tentang tinjauan pengelolaan vaksin yang

dilakukan di UPTD Puskesmas Ulee Kareng.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada UPTD Puskesmas Ulee Kareng Kota Banda

Aceh pada bulan februari samapai maret 2019

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Instalasi Imunisasi di

UPTD Puskesmas Ulee Kareng tahun 2018.

4.3.2 Sampel

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah satu orang Kepala Instalasi

Imunisasi yang melakukan sistem pengelolaan Vaksin di UPTD Puskesmas

Ulee Kareng.
4.4 Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian

Pengukuran dan pengamatan variabel yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah dengan cara wawancara mendalam yang berisikan pertanyaan yang dijawab

oleh informan.

4.5 Pengumpulan Data

4.5.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh pada saat penelitian secara

langsung pada informan dengan cara wawancara menggunakan alat panduan

wawancara dan alat perekam suara yang dilaksanakan di UPTD Puskesmas

Ulee Kareng Kota Banda Aceh.

4.5.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang relevan dengan

masalah pengelolaan vaksin di UPTD Puskesmas Ulee Kareng.

4.6 Analisis Data

Teknik analisis data deskriptif adalah dengan menganalisa jawaban dari

responden, dan diambil sebuah kesimpulan. Hasil wawancara akan di sajikan dalam

bentuk penulisan narasi

4.7 Penyajian Data

Dalam penelitian ini cara penyajian data dilakukan dalam bentuk tekstular,

narasi dan dalam bentuk tabel untuk memudahkan peneliti dan pembaca dalam

menelaah dan mengambil kesimpulan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

2. DepkesRI.Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2006.

3. Departemen Kesehatan. Standar Sarana Penyimpanan Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 2009.

4. Al-Hijrah, Muh. Fauzar., Asiah Hamzah., Darmawansyah. Studi Tentang Pengelolaan

Obat Di Puskesmas Mandai Kabupaten Maros tahun 2013 Universitas Hasanudin.

Makasar;2013.

5. Kemenkes RI. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Kementrian

Kesehatan RI. 2010.

6. Kemntrian kesehatan RI. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Vaksin.

7. Kementrian Kesehatan RI. 2006. Materi-materi Dasar Kebijakan Progaram Imunisasi

Pekatihan Pengelolaan Program Imunisasi Kabupaten/Kota. Depkes RI:Jakarta.

8. Kementrian Kesehatan RI. 2003. Pemantauan Pelayanan Imunisasi dan Pengelolaan

Vaksin di Rumah Sakit dan UNit Pelayanan Swasta. Kementrian Kesehatan

9. Husnawati, dkk. Sistem Pengelolaan Obat di Puskesmas di Kecamatan Rambah Samo

Kabupaten Rokan Hulu-Riau.Pharmacy. 2016; 13(1):71-83.

10. Depkes RI. Pedoman Manajemen Puskesmas. Departemen Kesehatan RI, Nanggroe

Aceh Darussalam. Hal : 1-3, 7. 2006.

11. Azwar, Azrul. Menuju Pelayanan Kesehatan yang Lebih Bermutu. Jakarta: Ikatan Dokter

Indonesia;1996.

12. Kemenkes RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: 2014.


13. Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor: 75. Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: 2014.

14. Peraturan Menteri Kesehatan RI.Nomor: 71Tentang Pelayanan KesehatanPada

JaminanKesehatan Nasional. Jakarta: 2013.

15. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Manajemen

SumberDayaManusia(SDM) Kesehatan. Jakarta. 2006.

16. Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor 74. Standart PelayananKefarmasian di

Puskesmas. Jakarta: 2016.

17. McMahon, R.Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. Terjemahan dari On Being in

Charge. A Guide to Management in Primary Health Care, oleh Poppy Kumala, Jakarta:

EGC;1999.

18. Azwar, Azrul.Puskesmas dan Usaha Kesehatan Pokok.Jakarta: CV Akadoma; 1983.

19. Depkes RI. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Depkes RI,

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;2007.

20. Munijaya, AAG. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta: EGC;2004.

21. Kemenkum HAM RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009

Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: 2009.

22. Depkes RI. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di

Puskesmas. Jakarta: Depkes RI, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan;2004.

23. Seto, S., Nita, Y., Triana, L. ManajemenFarmasi Lingkup: Apotek, Farmasi, Rumah

Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Instalasi Farmasi. Edisi Tiga. Airlangga University

Press. Surabaya;2012.

24. Wibowo, A.Cerdas Memilih Obat dan Mengenali Penyakit. Jakarta: Lingkar pena

kreativa;2009.
25. Anief, M. Apa yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press; 2003.

26. Syamsuni, A. Ilmu Resep. Jakarta: EGC; 2006.


Lampiran 1

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi responden untuk ikut

serta berpartisipasi dalam pencarian data yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi D-III

Farmasi Banda Aceh Poltekkes Kemenkes Aceh.

Nama : Sapur

Nim : PO7139018106

Tentang : “ Tinjauan Pengelolaan Vaksin Di UPTD Puskesmas Ulee Kareng Kota


Banda Aceh”

Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan sangat besar manfaatnya bagi

pengembangan kesehatan di Indonesia dan aceh khususnya.

Banda Aceh, April 2019

Tanda tangan responden

(………………………........)
Lampiran 2. Pertanyaan Wawancara

1. Metode apa yang digunakan di UPTD Puskesmas Ulee Kareng dalam melakukan
kegiatan perencanaan vaksin ?
Jawab:
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
.........................................................................................

2. Bagaimana proses pengadaan yang dilakukan di UPTD Puskesmas Ulee Kareng ?


Jawab:
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
.........................................................................................

3. Pada saat penerimaan barang, apakah dilakukan pengecekan kembali oleh karyawan ?
Jika terjadi kerusakan atau ketidak sesuaian barang pesanan apa yang akan dilakukan
petugas penerima barang ?
Jawab:
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
.........................................................................................

4. Bagaimana sistem penyimpanan yang dilakukan di UPTD Puskesmas Ulee Kareng ?


Jawab:
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
.........................................................................................
5. Apakah sistem pendistribusian di UPTD Puskesmas Ulee Kareng sudah memenuhi
kebutuhan ? Bagaimana jika ada vaksin yang dibutuhkan oleh pasien dalam stoknya
tidak tersedia di puskesmas ?
Jawab:
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
.........................................................................................

6. Bagaimanaka UPTD Puskesmas Ulee Kareng dalam melakukan pengendalian vaksin ?


Jawab:
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
.........................................................................................

7. Apakah dilakukan pencatatan dan pelaporan di UPTD Puskesmas Ulee Kareng ? Jika ada
bagaimana pencatatan dan pelaporan vaksin itu dilakukan ?
Jawab:
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
.........................................................................................

8. Bagaimanakah cara UPTD Puskesmas Ulee Kareng dalam menangani vaksin rusak dan
kadaluarsa ?
Jawab:
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
........................................................................................

Anda mungkin juga menyukai