Anda di halaman 1dari 28

A.

Antenatal Care/ANC

1. Pengertian Antenatal Care/ANC


Antenatal Care (ANC) merupakan suatu pelayanan yang diberikan oleh perawat
kepada wanita selama hamil, misalnya dengan pemantauan kesehatan secara fisik,
psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta mempersiapkan proses
persalinan dan kelahiran supaya ibu siap mengahadapi peran baru sebagai orangtua
(Wagiyo & Putrono, 2016).
Menurut Depkes RI (2005, dalam Rukiah & Yulianti, 2014) mendefinisikan
bahwa pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi
terhadap penyimpangan yang ditemukan. Pada hakikatnya pemeriksaan kehamilan
bersifat preventif care dan bertujuan mencegah hal-hal yang yang tidak diinginkan bagi
ibu dan janin (Purwaningsih & Fatmawati, 2010).

2. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan (ANC/Antenatal Care)


Tujuan pemeriksaan kehamilan menurut Kementrian Kesehatan RI (2010) adalah:
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang
berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin
dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus ANC adalah menyediakan pelayanan antenatal yang terpadu,
komprehensif, serta berkualitas, memberikan
konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI; meminimalkan
“missed opportunity” pada ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpadu,
komprehensif.dan berkualitas ; mendeteksi secara dini adanya kelainan atau penyakit yang
diderita ibu hamil ; dapat melakukan intervensi yang tepat tehadap kelainan atau penyakit sedini
mungkin pada ibu hamil ; dapat melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
dengan sistem rujukan yang sudah ada. Selain itu pemeriksaan kehamilan atau antenatal care
juga dapat dijadikan sebagai ajang promosi kesehatan dan pendidikan tentang kehamilan,
persalinan, dan persiapan menjadi orang tua (Simpson &Creehan, 2008 dalam Novita, 2011)
3. Manfaat Pemeriksaan Kehamilan (ANC/Antenatal Care)

Menurut Purwaningsih & Fatmawati (2010) menjelaskan bahwa pemeriksaan antenatal juga
memberikan manfaat terhadap ibu dan janinnya, antara lain :
1) Bagi Ibu

a)Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan mengurangi penyulit masa
antepartum; b)Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jamani dan rohani ibu hamil dalam
menghadapi proses persalinan; c)Dapat meningkatkan kesehatan ibu pasca persalinan dan untuk
dapat memberikan ASI; d)Dapat melakukan proses persalinan secara aman.
2) Bagi Janin

Sedangkan manfaat untuk janin adalah dapat memelihara kesehatan ibu sehingga mengurangi
kejadian prematuritas, kelahiran mati dan berat bayi lahir rendah.
4. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan/ANC

Pemeriksaan kehamilan/ANC (Antenatal Care) sangatlah dibutuhkan guna memantau kondisi


kesahatan ibu dan janinnya. Sehingga diperlukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Menurut
http://repository.unimus.ac.id 9
Saifudin (2007, dalam Ai Yeyeh & Yulianti, 2014) pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut :
1)Minimal 1 kali pada trimester ke-1 (kehamilan < 14 minggu); 2) minimal 1 kali pada trimester
ke-2 (kehamilan 14 – 28 minggu); 3)minimal 2 kali pada trimester ke-3 ( >28 minggu sampai
kelahiran).
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit
empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan, menurut jadwal 1-1-2 yaitu paling
sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam
trimester kedua, dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trimester ketiga (Kemenkes, 2012).
Selain untuk ibu hamil sebaiknya melakukan kunjungan ANC minimal sebanyak 4 kali, yaitu
sebagai berikut :
1) Kunjungan 1/K1 (Trimester 1)

K1/ kunjungan baru ibu hamil yaitu ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan.
Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika ibu hamil mengalami
terlambat dating bulan.
Adapun tujuan pemeriksaan pertama pada antenatal care adalah sebagai berikut :
a. Mendiagnosis dan menghitung umur kehamilan; b.Mengenali dan menangani penyulit-
penyulit yang mungkin terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas; c.Mengenali dan
mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin; d.Menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas ibu dan anak; e.Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup
sehari-hari, keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas serta laktasi.

Pada kunjungan pertama juga merupakan kesempatan untuk memberikan informasi bagi ibu
hamil supaya dapat mengenali factor resiko ibu dan janin. Informasi yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut :
http://repository.unimus.ac.id 10
a. Kegiatan fisik yang dapat dilakukan dalam batas normal; b.Kebersihan pribadi khususnya
daerah genetalia, karena selama kehamilan akan terjadi peningkatan secret di vagina;
c.Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan serat tinggi; d.Pemakaian obat harus
dikonsultasikan dahulu dengan tenaga kesehatan; e.Wanita perokok atau peminum harus
menghentikan kebiasaannya.
2) Kunjungan 2/K2 (Trimester 2)

Pada periode ini, ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan 1 bulan sekali
sampai umur kehamilan 28 minggu. Adapun tujuan pemeriksaan kehamilan di trimester II antara
lain :
a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya; b.Penapisan pre-eklamsi
gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan; c.Mengulang perencanaan persalinan.
3) Kunjungan 3 dan 4/ K3 dan K4 (Trimester 3)

Pada periode ini sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan dilakukan setiap 2
minggu jika tidak mengalami keluhan yang membahayakan dirinya atau kandungannya. Tujuan
kunjungan pemeriksaan kehamilan trimester III yaitu :
a. Mengenali adanya kelainan letak janin; b.Memantapkan rencana persalinan; c.Mengenali
tanda-tanda persalinan.

Sedangkan menurut Manuaba (2000, dalam Wagiyo & Putrono, 2016) mengemukakan bahwa
untuk mengetahui perkembangan janin maka pemeriksaan kehamilan dilakukan sesuai dengan
standar pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan pertama dapat dilakukan setelah
mengetahui adanya keterlambatan haid atau menstruasi. Idealnya pemeriksaan ulang dapat
dilakukan pada setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan, kemudian setiap 2 minggu sekali
setelah usia kehamilan mencapai 9 bulan sampai pada proses persalinan.
Jadwal tersebut di atas merupakan jadwal pemeriksaan dalam kondisi kehamilan yang normal,
karena biasanya penyulit kehamilan
http://repository.unimus.ac.id 11
baru akan timbul pada tirimester ketiga hingga menjelang akhir kehamilan. Jika kehamilan tidak
normal, maka jadwal pemeriksaankehamilan akan disesuaikan dengan kondisi ibu hamil
(Purwaningsih & Fatmawati, 2010).
5. Standar Asuhan Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan/ANC

Adapun standar asuhan pelayanan pemeriksaan kehamilan menurut Wagiyo (2016) adalah
sebagai berikut :
1) Timbang Berat Badan (T1)

Pengukuran berat badan diwajibkan setiap ibu hamil melakukan kunjungan. Kenaikan berat bada
normal pada waktu kehamilan sebesar 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua.
2) Ukur Tekanan darah (T2)

Tekanan darah yang normal adalah 110/80 hingga 140/90 mmHg, apabila diketahui tekanan
darah ibu hamil melebihi 140/90 mmHg maka perlu diwaspadai adanya preeklamsi.
3) Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)

Merupakan suatu cara untuk mengukur besar rahim dari tulang kemaluan ibu hingga batas
pembesaran perut tepatnya pada puncak fundus uteri. Dari pemeriksaan tersebut dapat diketahui
pertumbuhan janin sesuai dengan usia kehamilan.
4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)

Tablet Fe merupakan tablet penambah darah. Selama masa pertengahan kehamilan, tekanan
sistolik dan diastolik menurun 5 hingga 10 mmHg. Hal ini biasa terjadi karena vasodilatasi
perifer akibat perubahan hormonal selama kehamilan (Indriyani, 2013).
5) Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (T5)

Pemberian imunisasi ini sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus
neonatorum. Penyakit tetanus neonatorum yang disebabkan oleh masuknya kuman Clostridium
Tetani ke tubuh bayi merupakan penyakit infeksi yang dapat mengakibatkan
http://repository.unimus.ac.id 12
B. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan merupakan tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang terjadi
selama kehamilan atau selama periode antenatal. Dengan dilakukannya pemeriksaan kehamilan,
diharapkan ibu hamil dapat meningkatkan kewaspadaan serta memiliki kesiapan baik fisik,
mental,
http://repository.unimus.ac.id 13
maupun finansial untuk menghadapi kegawatdaruratan yang dapat timbul kapan saja (Jannah &
Widajaka, 2012).
Berikut merupakan tanda-tanda bahaya kehamilan selama periode antenatal yang perlu ibu hamil
ketahui, yaitu :
1. Perdarahan Pervaginam

Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang berwarna merah, pendarahan
yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri (Lalage, 2013). Bila menemukan adanya
pengeluaran darah pada trimester awal kehamilan, dapat dicurigai bahwa ibu mengalami
keguguran atau abortus. Selain abortus, perdarahan pervaginam dapat juga menandakan adanya
kehamilan diluar rahim atau kehamilan anggur (mola hidatidosa).
1) Keguguran (Abortus)

Berikut merupakan jenis-jenis abortus menurut Nita & Dwi, (2013):


a) Abortus imminens (Threatened)

Pada abortus imminens dapat atau tanpa disertai dengan rasa mulas ringan seperti pada waktu
mestruasi dan rasa nyeri pada pinggang. Perdarahan pada abortusimminens seringkali hanya
sedikit, namun hal tersebut bisa berlangsung beberapa hari atau minggu.
b) Abortus Insipiens (Inevitable)

Merupakan suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi ditandai dengan pecahnya selaput
janin dan adanya pembukaan serviks. Keadaan ini disertai rasa nyeri perut bagian bawah atau
nyerik kolik uterus yang hebat.
c) Abortus inkompletus (Incomplete)

Abortus inkompletus merupakan pengeluran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus.
d) Abortus kompletus (Complete)

http://repository.unimus.ac.id 14
Pada kejadian abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita
ditemukan sedikit perdarahan, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.
e) Missed abortion

Missed abortion adalah suatu kematian janin yang berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin
tersebut tidak dikeluaarkan selama 8 minggu atau lebih.
f) Abortus habitualis (Habitual abortion)

Abortus habitualis yaitu abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih. Pada
umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil namun kehamilannya berakhir sebelum 28
minggu.
2. Sakit Kepala Yang Hebat

Sakit kepala yang terjadi selama kehamilan merupakan suatu ketidaknyamanan yang wajar
dalam kehamilan. Keadaan tersebut bisa terjadi selama kehamilan karena sang ibu tengah
mengalami anemia atau kekurangan darah. Bila hal ini terjadi, diharapkan sang ibu
meningkatkan asupan makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging sapi, hati sapi,
buah bit, dan sayuran hijau. Selain itu bisa dilanjutkan dengan konsumsi tablet Fe secara rutin.
Namun apabila sakit kepala dirasa semakin berat seperti ditusuk-tusuk dan berat dibagian
belakang kepala serta diikuti dengan penglihatan yang kabur, bengkak pada tangan dan wajah,
nyeri ulu hati, serta tekanan darah tinggi maka sang ibu dapat waspada karena kumpulan gejala
tersebut menandakan preeklamsia. Sehingga sang ibu dapat segera untuk menghubungi dokter
atau menuju pusat pelayanan kesehatan.
Upaya pencegahan sakit kepala yang berlebihan
3. Pre Eklamsia dan Eklamsia

Pre eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg pada
kehamilan usia 20 minggu. Eklampsia
http://repository.unimus.ac.id 15
apabila ditemukan gejala seperti kejang pada penderita pre eklampsia yang disertai dengan
koma.
Menurut Manuaba (2007) dalam Nita & Dwi (2013), preeklampsia digolongkan menjadi
preeklampsia ringan dan preeklampsia berat, dengan gejala sebagai berikut :
a. Pre eklampsia Ringan

1) Tekanan darah sistol 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval 6 jam pemeriksaan.

2) Tekanan darah diastole 90 atau 15 mmg.

3) BB ibu meningkat lebih dari 1kg setiap minggu.

4) Nyeri kepala sementara, tidak ada gangguan penglihatan dan tidak ada nyeri pada ulu hati.

b. Pre eklampsia Berat

Apabila pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu ditemukan satu atau lebih tanda dan gejala
sebagai berikut :
1) Tekanan darah lebih dari 160/110 mmH

2) Oliguria, urin kurang dari 400 cc/24 jam.

3) Terdapat gangguan pada visus dan serebral.

4) Edema paru dan sianosis

5) Koma

4. Bengkak Pada Muka dan Tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan tidak
hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang lai. Hal ini bisa merupakan
pertanda anemia, gagal jantung, atau pre eklamsia.
System kerja ginjal yang tidak optimal pada wanita hamil mempengaruhi system kerja tubuh
sehingga menghasilkan kelebihan cairan dan membuat kulit di kaki bagian bawah meregang,
terlihat mengkilat, tegang, dan sangat tertarik. Kram kaki juga sering terjadi di malam hari ketika
tidur. Kram pada kaki biasanya dihubungkan dengan kadar garam dalam tubuh dan perubahan
sirkulasi.
http://repository.unimus.ac.id 16
5. Nyeri Abdomen Yang Hebat

Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam jiwa keselamatan jiwa
adalah nyeri yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Hal ini bisa berarti
appendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan pre term, gastritis,
penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi
lainnya.
6. Bayi Kurang Bergerak

Gerakan janin mulai dapat dirasakan pada usia kehamilan 14-16 minggu. Gerakan yang awalnya
terasa seperti getaran, lalu lama-kelamaan semakin terasa seperti tendangan atau sikutan (Lalage,
2013). Jika dalam keadaan tidur maka gerakannya bayi akan melemah. Selain itu kekurangan
oksigen pada bayi di dalam kandungan juga dapat menyebabkan berkurangnya gerakan dari bayi.
Bayi bergerak minimal 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau sedang beristirahat. Terdapat
sebuah teknik yang memudahkan sang ibu untuk menghitung pergerakan janin yaitu dengan cara
memasukkan satu koin dalam kaleng setiap kali janin terasa bergerak (Jannah & Widajaka,
2012).
7. Hiperemesis Gravidarum

Mual dan muntah pada pagi merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada kehamilan
trimester I. Perasaan mual ini dapat terjadi akibat meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG dalam serum. Ibu hamil yang mengalami mual dan muntah berlebihan (>7 kali dalam
sehari) maka disebut dengan hiperemesis gravidarum. Apabila keadaan tersebut disertai dengan
kondisi ibu yang lemah, tidak selera makan, penurunan berat badan, dan nyeri ulu hati
kemungkinan merupakan suatu tanda ibu hamil mengalami penyakit berat. Pemberian cairan
infus merupakan suatu tindakan yang dapat menjadi pertolongan pertama bagi ibu hamil, sebab
jika ibu hamil mengalami kekurangan cairan akan berdampak buruk bagi diri sendiri dan bayinya
(Lalage, 2013).
http://repository.unimus.ac.id 17
8. Selaput Kelopak Mata Pucat

Pada ibu hamil yang mengalami kelopak mata yang menonjol, jemari gemetaran, sering
berdebar-debar, dan panas dan banyak keringat, serta tampak pembengkakan di batang leher
bagian depan merupakan gejala ibu hamil yang mengalami anemia. Anemia dalam kehamilan
sering terjadi karena volume darah meningkat 50% selama kehamilan. Darah terbuat dari cairan
dan sel. Cairan tersebut biasanya meningkat lebih cepat daripada sel-sel nya. Hal ini dapat
mengakibatkan penurunan hematocrit (volume, jumlah atau persen sel darah merah dalam
darah). Sehingga penurunan ini dapat mengakibatkan anemia.
9. Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan.
Kejadian ketuban pecah dini bisa disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uteri, bisa juga berasal dari infeksi pada vagina serviks sehingga
dapat mengakibatkan persalinan pre term dan infeksi pada bayi. Cairan ketuban yang keluar
umumnya tidak berwarna dan tidak berbau pesing.
C. Upaya Pencegahan

1. Pengertian

Upaya pencegahan/ preventif merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam
mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang (Oktavia, 2013).
Dengan demikan upaya pencegahan bahaya dalam kehamilan adalah usaha-usaha yang dilakukan
oleh ibu hamil selama masa kehamilan sebagai upaya mencegah bahaya dalam kehamilan.
http://repository.unimus.ac.id 18
2. Jenis Upaya Pencegahan

Kebiasaan buruk tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil selama masa kehamilan, sebab jika
dilakukan bisa membahayakan kondisi janin dan kondisi kesehatan ibu hamil tersebut. Berikut
ini berbagai macam kebiasaan buruk ibu hamil yang harus dihindari:
a. Tidak Mengangkat Beban Berat

Ibu hamil terutama ibu hamil trimester pertama tidak diperbolehkan untuk mengangkat beban
yang berat hal itu dikarenakan saat mengangkat beban berat, otot perut akan ikut bekerja.
Akibatnya saat otot perut digunakan untuk mengangkat beban berat, janin bisa terlepas dari
dinding Rahim karena otot dinding rahim mengalami peregangan.
b. Hindari Naik Turun Tangga

Kegiatan fisik pada saat kehamilan tetap boleh dilakukan, akan tetapi tetap untuk memperhatikan
keseimbangan dan toleran dalam pekerjaannya. Terlalu sering melakukan kegiatan fisik seperti
naik turun tangga akan menyebabkan resiko kram pada kaki. Selain itu dapat juga menyebabkan
kelelahan pada ibu hamil serta dapat menambah resiko terpeleset atau terjatuh dari tangga.
Keadaan ini juga berbahaya bagi ibu maupun janin karena bisa menyebabkan perdarahan bahkan
keguguran.
c. Pekerjaan dan Gerak Badan

Ibu hamil masih diperbolehkan untuk bekerja asalkan bersifat ringan. Kelelahan pada ibu hamil
harus dicegah sehingga harus diselingi dengan istirahat. Istirahat yang diperlukan 8 jam pada
malam hari dan 1 jam pada sing hari meskipun hanya berbaring.
d. Hindari Rokok dan Asap Rokok

Pada wanita yang sedang mengalami masa kehamilan lebih baik untuk tidak merokok dan
menjauh dari paparan asap rokok. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup
oleh perokok pasif, lima kali lebih lebih banyak mengandung monoksida
http://repository.unimus.ac.id 19
(Astuti, Susanti, & Elista, 2016). Tidak hanya itu saja, zat nikotin yang terdapat pada rokok juga
bisa menyebabkan janin yang dikandung oleh ibu hamil dapat terlepas dari dinding rahim ibu
hamil.
e. Hindari Alkohol

Alkohol merupakan minuman keras dan memiliki dosis tinggi. Sifat alkohol yang panas sangat
tidak cocok untuk janin di dalam rahim.
f. Pakaian

Pada saat kehamilan sangat disarankan untuk menghindari pakaian ketat. Terutama pakaian yang
mengikat perut terlalu kencang dapat menyebabkan kondisi rahim tertekan, jika rahim tertekan
resiko janin untuk keguguran dan keluar dari Rahim pun semakin besar. Selain itu, wanita
dianjurkan menggunakan bra yang menyokong payudara dan memakai sepatu dengan hak yang
tidak terlalu tinggi, karena berat wanita hamil berubah. Pakaian dalam yang dikenakan harus
selalu bersih dan dianjurkan pula memakai pakaian dari bahan katun yang dapat menyerap
keringat. Pakaian dalam harus selalu kering dan harus sering diganti sehingga dapat
meminimalisir jamur di sekitar vagina (Yulaikhah, 2008).
g. Membatasi Kafein

Pada perempuan yang sedang hamil disarankan untuk tidak mengkonsumsi kafein.
Mengkonsumsi kafein selama hamil dapat mengubah detak jantung bayi dan mengurangi
kalsium serta air dalam tubuh. Selain itu kafein juga dapat meningkatkan hormone stress yang
menyebabkan pembuluh darah menyempit. Hal ini akan mengurangi oksigen dan nutrisi yang
masuk bagi janin yang dikandung (Whalley, 2007).
h. Memodifikasi diet merupakan langkah awal pencegahan dari hyperemesis gravidarum pada
ibu hamil, yakni dengan makan makanan dengan porsi kecil dan sering sepanjang hari, pilihlah
makanan yang hambar, makanan berbumbu dan berminyak dapat

http://repository.unimus.ac.id 20
membuat system pencernaan menghasilkan lebih banyak asam apabila produksi asam berlebih
dapat merangsang pusat muntah dalam otak menjadi aktif , menghindari makanan berlemak, jaga
hidrasi tubuh, mengkonsumsi wedang jahe (Alyamaniyah & Mahmudah, Juli 2014) ; serta
meningkatkan asupan vitamin B6.

i. Konsumsi Tablet Fe

Pencegahan anemia bisa dilakukan dengan pemberian tablet Fe/tambah darah oleh petugas
kesehatan baik bidan dan dokter setiap dua minggu sekali. Apabila ibu hamil tidak melakukan
ANC / pemeriksaan kehamilan maka ibu hamil tersebut tidak akan mendapatkan tablet Fe.
Menurut penelitian Jamilus dan Herlina (2008) mengemukakan bahwa ibu hamil yang kurang
mengkonsumsi tablet Fe mempunyai risiko 2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia
dibandingkan dengan yang mengkonsumsi tablet Fe. Hasil penelitian dari Puspitasari, Rejeki, &
Khayati (2012) juga mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan
minum tablet Fe dengan kadar Hb ibu hamil di Puskesmas Pandanaran Semarang.
j. Meningkatkan konsumsi vitamin C.

Salah satu fungsi vitamin C adalah untuk menjaga dan memperkuat imunitas terhadap infeksi
serta memiliki peran penting dalam mempertahankan selaput yang menyelubungi janin. Jika ibu
hamil kekurangan vitamin C maka akan cenderung mengalami kejadian ketuban pecah dini.
Menurut Rahmawati (2007) menjelaskan bahwa vitamin C dapat diperoleh dari buah-buahan
atau sayuran berwarna hijau diantaranya :
a) Jeruk

Buah jeruk merupakan sumber vitamin C paling bagus, karena sari buah jeruk mengandung 40-
70 mg vitamin C per 100 ml, tergantung jenisnya. Semakin tua dan semakin manis rasanya ,
maka kandungan vitamin C dalam jeruk akan berkurang.
http://repository.unimus.ac.id 21
b) Pepino

Buah pepino merupakan buah yang masih satu familia dengan terung dan mengandung vitamin
C yang cukup tinggi. Dalam 100 gram pepino terkandung 25,1 mg vitamin C. Agar manfaatnya
maksimal maka disarankan untuk memilih buah pepino yang tidak terlalu matang. Dapat
disajikan dengan dimakan langsung atau di jus tanpa campuran apapun.
c) Kiwi

Dalam setiap butirnya, buah kiwi menyimpan vitamin C sekitar 68 mg dan cukup untuk
memnuhi konsumsi vitamin C orang dewasa.
d) Manga

Setiap 100 gram potongan manga siap makan, mengandung vitamin C sebanyak 41 mg.
sedangkan manga muda jauh lebih besar kandungannya yaitu 65 mg.
e) Tomat

Selain kaya akan vitamin A, tomat juga mengandung 40 mg vitamin C dalam setiap butirnya.
f) Papaya

Dalam satu buah papaya mengandung sekitar 74 mg vitamin C.


g) Jambu biji

Kandungan vitamin C yang ada di dalam jambu biji yaitu sekitar 87 mg, dua kali lipat dari jeruk
manis (49mg/100g), lima kali lipat dari orange dan delapan kali lipat dari lemon (10,5 mg/ 100
gr).
h) Kelengkeng

Dalam buah kelengkeng juga terdapat kandungan vitamin C yang tinggi yaitu 49,82mg/100gram.
k. Perawatan Gigi
Saat hamil sering terjadi karies yang berkaitan dengan emesis-hiperemesis gravidarum,
hipersaliva dapat menimbulkan timbunan
http://repository.unimus.ac.id 22
kalsium di sekitar gigi. Memeriksakan gigi saat hamil diperlukan untuk mencari kerusakan gigi
yang dapat menjadi sumber infeksi (Yulaikhah, 2008).
l. Hubungan Seksual

Hubungan seksual tidak dilarang selama kehamilan, kecuali pada keadaan-keadaan tertentu
seperti; terdapat tanda-tanda infeksi (nyeri, panas), sering terjadi abortus/premature, terjadi
perdarahan pervaginam saat koitus, pengeluaran cairan (air ketuban) yang mendadak. Sebaiknya
koitus atau hubungan seksual dihindari pada kehamilan muda sebelum kehamilan 16 minggu
(Yulaikhah, 2008).
m. Eliminasi

Wanita dianjurkan untuk defekasi teratur dengan mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung serat seperti sayuran. Selain itu, perawatan perineum dan vagina dilakukan setelah
BAK/BAB dengan cara membersihkan dari depan ke belakang, menggunakan pakaian dalam
dari bahan katun, sering mengganti pakaian dalam, dan tidak melakukan douching/pembilasan
(Yulaikhah, 2008).
D. Teori Perilaku

Menurut Lawrence Green dengan modifikasi dalam Buku Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni
(2007) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut :
1. Faktor yang mempermudah (Predisposing Factor)

Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, moral social, tingkat pendidikan, tingkat


pendapatan dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu (masyarakat).
a) Pengetahuan

Merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Padila, 2014). Sebagian
http://repository.unimus.ac.id 23
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Pengetahuan yang dicakupdalam domain koginitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :
1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu, “tahu”
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketaui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi sebenarnya.
4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satusama lain.
5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan kemapuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam


suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation)

http://repository.unimus.ac.id 24
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilian terhadap
suatu materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.
b) Sikap

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
(Padila, 2014). Manifestasi sikap hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap yang ada pada diri seseorang yang akan menggambarkan corak tingkah laku
seseorang. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga memiliki beberapa tingkatan antara lain :
1) Menerima (Receiving)

Menerima artinya bahwa seseorang atau objek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
2) Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap.
3) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan
sikap yang paling tinggi
c) Praktik atau Tindakan (Practice)

Terdapat beberapa tingkatan dalam sebuah praktik atau tindakan, diantaranya :


1) Persepsi (perception)

http://repository.unimus.ac.id 25
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil
merupakan praktik tingkat pertama.
2) Respon Terpimpin (Guided Respons)

Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai
merupakan praktik tingkat kedua.
3) Mekanisme (mecanism)

Mekanisme dikatakan sebagai praktik tingkat tiga. Apabila seseorang dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis atau sudah merupakan kebiasaan maka sudah bisa dikatakan
mencapai praktik tingkat tiga.
4) Adaptasi (adaptation)

Adaptasi merupakan suatu praktik yang sudah berkembang dengan baik.


2. Faktor Pendukung (Enabling Factor)

a. Keterjangkauan fasilitas

Masalah kesehatan masyarakat yang terjadi tidak terlepas dari faktor-faktor yang menjadi mata
rantai terjadinya penyakit, yang semuanya tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana
masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, ketersediaan dan
keterjangkauan fasillitas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
b. Jarak Ke Tempat Pelayanan

Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara
rumah dengan tempat pelayanan ANC.
3. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)

Faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang dikarenakan adanya sikap dan perilaku
lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat, atau petugas kesehatan.
a. Perilaku Masyarakat
http://repository.unimus.ac.id 26
Pada hakikatnya bila suatu program pembangunan kesehatan dilaksanakan berlangsung suatu
proses interkasi antara provider dengan recipient, yang masing-masing memiliki latar belakang
social budaya yang berbeda.
b. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah menumbuhkan dan meningkatkan tanggung jawab individu,


keluarga, terhadap kesehatan atau kesejahteraan dirinya, keluarganya dan masyarakat.
E. Kerangka Teori

Faktor predisposisi
1. Pengetahuan

(pengenalan tanda-tanda bahaya kehamilan)


2. Sikap
3. praktik

Faktor enabling :
1. Keterjangkauan fasilitas
2. Jarak menuju pelayanan kesehatan

Upaya melakukan pencegahan bahaya dalam kehamilan


kunjungan ANC
Faktor reinforcing :
1. Perilaku masyarakat
2. Partisipasi masyarakat

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007), Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (2012)
http://repository.unimus.ac.id 27
F. Kerangka Konsep

Upaya melakukan pencegahan bahaya dalam kehamilan


Kunjungan ANC
Bagan 2.3 Kerangka Konsep
G. Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Variable dependen dari penelitian ini adalah kunjungan Antenatal Care


2. Variabel Independen

Variabel independen dari penelitian ini yaitu upaya melakukan pencegahan bahaya dalam
kehamilan
H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :


Ha : Terdapat hubungan antara kunjungan antenatal care dengan upaya melakukan pencegahan
bahaya dalam kehamilan.
http://repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai