Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pemeriksaan utama pada kasus cedera kepala meliputi survei primer dan survei sekunder.
Survei primer bertujuan untuk mempertahankan hal-hal yang diprioritaskan antara lain airway,
breathing, circulation, dan disability. Survei sekunder yaitu exposure, dalam hal ini adalah
pemeriksaan yang menyeluruh dari kepala hingga kaki (head-to-toe). Penegakkan diagnosis
pada cedera kepala dapat dilakukan melalui secondary survey yang meliputi anamnesis hingga
pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan GCS, saraf kranial, funduskopi, fungsi motoric
dan sensorik, serta pemeriksaan saraf otonom.
Penatalaksanaan penderita cedera kepala ditentukan atas dasar beratnya cedera dan
dilakukan menurut urutan prioritas. Yang ideal dilaksanakan oleh suatu tim yang terdiri dari
paramedis terlatih, dokter ahli saraf, bedah asraf, radiologi, anestesi dan rehabilitasi medik.
Pasien dengan cedera kepala harus ditangani dan dipantau terus sejak tempat kecelakaan, selama
perjalanan dari tempat kejadian sampai rumah sakit, diruang gawat darurat, kamar radiologi,
sampai ke ruang operasi, ruang perawatan atau ICU, sebab sewaktu-waktu bisa memburuk akibat
aspirasi, hipotensi, kejang dan sebagainya.
Pemeriksaan CT-scan merupakan metode diagnostik standar terpilih (Gold Standart)
untuk kasus cedera kepala mengingat selain prosedur ini tidak invasif (tidak aman), juga
memiliki kehandalan yang tinggi. Hematom Epidural yang kadang sulit dibedakkan dari
subdural, mempunyai ciri gambaran yang khas berupa bentuk bikonveks atau lentikuler (ada
perlekatan yang erat antara dura dengan tabula interna tulang sehingga hematom ini menjadi
terbatas). Hematom subdural cenderung lebih difus dibandingkan dengan hematom epidural di
atas dan tampilan batas dalam yang konkav sesuai dengan permukaan otak. Hematom
intraserbral traumatika biasanya berlokasi di bagian frontal dan lobus temporal anterior
(walaupun dapat juga terjadi di tempat lainnya). Edema tampak sebagai suatu zone yang
hipodens dengan nilai atenuasi antara 16-24HU dibandingkan dengan massa putih otak 22 -36
HU.
Cedera otak traumatis (TBI) adalah proses dinamis yang kompleks yang memulai banyak
kaskade jalur seluler patologis. Presentasi gejala yang bervariasi dengan setiap individu, tipe
cedera, tingkat keparahan cedera, usia dan jenis kelamin, membuatnya sulit untuk didiagnosis,
dipahami, dan diobati. Upaya penelitian untuk memahami respon neurokimia dan metabolik
yang mendasari umum untuk TBI dapat memberikan pilihan terapi lebih lanjut untuk intervensi
awal TBI pada pasien dari segala usia.

3.2. Saran
Pendalaman gambaran radiologi terkait cedera kepala penting untuk menentukan
diagnosis, tatalaksana serta prognosis pada pasien. Penanganan dan diagnosis yang cepat dan
tepat dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan cedera kepala.
Pendalaman patofisiologi yang terjadi pada cedera kepala juga dapat memberikan informasi
terkait manifestasi dan pengobatan terkait cedera kepala yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai