Anda di halaman 1dari 16

Pengantar Sosiologi

“Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan
Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang
masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan,
memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari
masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati
perilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku
bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial. Sosiologi adalah
pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan
perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari
masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai cabang Ilmu,
Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte
kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa
Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — yang kemudian berhasil melembagakan
Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan
pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat
di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Sosiologi merupakan sebuah istilah
yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang
berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De
Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak
ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa. Sejak awal masehi hingga abad
19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia, para ilmuwan
ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan
sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan
ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.

Dalam buku itu, Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang
masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya.

Tiga tahapan itu adalah :

1. Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia
mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
2. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala
terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat
diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu
realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang
seragam.
3. Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.

Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi
statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya
masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan
masyarakat dalam arti pembangunan.oe
Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya
sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl
Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim
Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan
beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan
Sosiologi.

* Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami


masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-
bagian yang tergantung satu sama lain.
* Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap
konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
* Emile Durkheim memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya
menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara
keteraturan sosial.
* Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya
menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku
manusia.

Definisi Sosiologi

Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli.

* Pitirim Sorokin

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara
aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral),
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara
gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.

* Roucek dan Warren

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-
kelompok.

* William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf

Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu
organisasi sosial.

* J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers


Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses
kemasyarakatan yang bersifat stabil.

* Max Weber

Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.

* Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi

Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-
proses sosial termasuk perubahan sosial.

* Paul B. Horton

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan
produk kehidupan kelompok tersebut.

* Soejono Sukamto

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang
bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan
masyarakat.

* William Kornblum

Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial
anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok
dan kondisi.

* Allan Jhonson

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam
kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi
orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem
tersebut.

Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :


“ Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya
pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian
umum, rasional, empiris serta bersifat umum ”

Pokok bahasan sosiologi


* Fakta sosial

Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar
individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut.
Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan
seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan
ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh
tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar
individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).

* Tindakan sosial

Tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan


perilaku orang lain. Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan
merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah
lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.

* Khayalan sosiologis

Khayalan sosiologis diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat
maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan
sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan
hubungan antara keduanya.
Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah troubles dan issues. Troubles adalah
permasalahan pribadi individu dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi.
Issues merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Contoh,
jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu
adalah trouble. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan
keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang
menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan issue,
yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

* Realitas sosial

Seorang sosiolog harus bisa menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir
menjadi suatu realitas yang tidak terduga. Syaratnya, sosiolog tersebut harus mengikuti
aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan
pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari
penilaian normatif.

Perkembangan sosiologi dari abad ke abad

Perkembangan pada abad pencerahan


Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan
Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa
mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran.

Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti
Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai
makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa
yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah
tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.

Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut
berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah
mulai tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan
mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan

Perubahan-perubahan besar di abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner


sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan
struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika,
revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga
revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai
menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.

Gejolak abad revolusi

Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur


masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum
Rohaniawan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya
dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin
berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di
Eropa yang jatuh dan terpecah.

Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang


bebas

Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa
perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa
perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupa perang,
kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya
perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa
perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :
* Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja,
melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.

* Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk
menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk
akal.

* Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan
perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat
diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

Kelahiran sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan
Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi
muncul pertama kalinya).

Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara.
Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri
baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu,
perubahan besar masyarakat pun tak terelakkan.

Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk
sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi.
Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat
pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung


mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat
dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta
sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak
saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi

Pemikiran terhadap masyarakat lambat laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang kemudian dinamakan sosiologi, pertama kali terjadi di Eropa. Pada
abad 19 Auguste Comte menulis beberapa buah buku yang berisikan pendekatan-
pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Dia beranggapan saatnya telah tiba
bahwa sumua penelitian terhadap permasalahan kemasyarakatan dan gejala-gejala
masyarakat memasuki tahap akhir, yaitu tahap ilmiah.

Sosiologi (1839), berasal dari kata latin socius yang berarti “kawan” dan logos yang
berarti “kata” atau “berbicara”. Jadi sosiologi berarti “berbicara mengenai masyarakat”.
Bagi Comte sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang
merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan sosiologi harus di bentuk
berdasarkan pengamatan terhadap masyarakat bukan merupakan spekulasi.
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan
krisis setiap orang lain yang mengetahuinya. Ilmu pengetahuan dapat di bedakan
menurut sifat dan objeknya.

Menurut sifat ilmu pengetahuan di kelompokan menjadi :

1. Ilmu pengetahuan yang bersifat eksak


2. Ilmu pengetahuan yang bersifat non-eksak
Menurut objek ilmu pengetahuan di kelompokan menjadi :

1. Ilmu matematika
2. Ilmu pengetahuan alam
3. Ilmu tentang perilaku
4. Ilmu pengetahuan kerohanian
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Sosiologi bersifat empiris, ilmu pengetahuan itu didasarkan pada observasi terhadap
kenyataan dan akal sehat serta hasinya tidak bersifat spekulatif.
2. Sosiologi bersifat teoretis, ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha menyusun
abstraksi dari hasil observasi dan menyusunnya menjadi sebuah teori.
3. Sosiologi bersifat komulatif, teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang
sudah ada dalam arti diperbaiki, memperluas dan memperhalus teori yang lama.
4. Sosiologi bersifat non etis, yang mempersoalkan fakta tertentu untuk tujuan
menjelaskan fakta tersebut secara analitis.
Sosiologi mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan
antara orang-orang dalam masyarakat. Beberapa definisi sosiologi :

1. Pitirim Sorokin,
Sosiologi ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala-gejala social, gejala social dengan gejala nonsosial, cirri-ciri umum semua
gejala social.

1. Roucek dan Warren


Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam antar
kelompok-kelompok.

1. William F Ogburn dan Meyer F Nimkoff


Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi social dan hasilnya yaitu
organisasi social

1. J.A.A van Doorn dan C.J Lammers


Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses
kemasyarakatan yang bersifat stabil.

1. Selo Soemardjan dan Soelaeman Sumardi


Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari stuktur social dan proses-proses social,
termasuk perubahan social.

Sosiologi merupakan ilmu social yang objeknya adalah masyarakat. Masyarakat


mencakup beberapa unsure berikut.

1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama.


2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama
3. Mereka sadar bahwa mereka satu kesatuan
4. Mereka merupakan suatu system yang hidup bersama.
Seorang filsuf Barat yang pertama kali menelaah masyarakat secara sistemmatis adalah
Plato ( 429-347 SM ), bahwa masyarakat sebenarnya merupakan refleksi dari manusia
perorangan dan suatu masyarakat akan mengalami kegoncangan. Artistoteles (348-322
SM) mengikuti system analisis secara organis dari Plato. Dalam
bukunya politic, Aristoteles mengadakan suatu analisis mendalam terhadap lembaga-
lembaga politik dalam masyarakat.
Pada akhir abab pertengahan muncul ahli filsafat Arab, Ibn Khaldun (1332-1406) yang
mengemukakan beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian social
dan peristiwa dalam sejarah. Prinsip-prinsip yang sama akan dijumpai bila ingin
mengadakan analisis terhadap timbul tenggelamnya Negara-negara. Pada
zaman Renaissance (1200-1600), tercatat nama-nama seperti Thomas More
dengan Utopia –nya dan Campanella yang menulis City of the Sun. Mereka masih
sangat terpengaruh oleh gagasan-gagasan terhadap adanya masyarakat yang ideal.
Berbeda dengan mereka adalah N. Machiavelli yang menganalisis bagaimana
mempertahankan kekuasaan.
Abad ke-17 ditandai dengan munculnya tulisan Hobbes (1588-1679) yang berjudul The
Leviathan. Dia beranggapan bahwa dalam keadaan alamiah, kehidupan manusia
didasarkan pada keinginan-keingginan yang mekanis sehingga manusia sering
berkelahi. Akan tetapi, mereka mempunyai pikiran hidup damai dan tentram adalah
jauh lebih baik jika mereka mengadakan suatu perjanjian atau kontrak. Abad ke-18
muncul ajaran-ajaran seperti John Locke (1632-1704) dan J.J. Rousseau (1712-1778)
yang masih berpegang pada konsep kontrak social dari Hobbes. Menurut Locke,
manusia pada dasarnya memiliki hak-hak asasi yang berupa hak untuk hidup,
kebebasan dan hak atas harta. Rousseau berpendapat bahwa kontrak antara pemerintah
dengan yang diperintah menyebabkan tumbuhnya suatu kolektivitas yang memiliki
keinginan-keinginan sendiri, yaitu keinginan umum.Pada abab ke -19 muncul ajaran
seperti Saint Simon (1760-1825) menyatakan bahwa manusia hendaknya di pelajari
dalam kehidupan kelompok.
Auguste Comte adalah orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dan isi
sosiologi dari ruang lingkup dan isi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. menurut Comte ada
3 tahap perkembangan intelektual.
1. Tahap teologis, yaitu tahap dimana manusia menafsirkan gejala-gejala di
sekelilingnya secara teologis, yaitu dengan kekuatan-kekuatan roh dewa-dewa atau
Tuhan Yang Maha Kuasa.
2. Tahap metafisik, yaitu manusia menganggap bahwa dalam setiap gejala terdapat
kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkap.
3. Ilmu pengetahuan positif, yaitu manusia masih terikat cita-cita tanpa verifikasi
karena adan kepercayaan bahwa setiap cita-cita terikat pada suatu realitas tertentu
dan dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum alam yang seragam.
Hal yang menonjol dari sistematika Comte adalah penilaiannya terhadap sosiologi, yang
merupaka ilmu pengetahuan yang paling kompleks, dan merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang akan berkembang dengan pesat sekali. Comte kemudian
membedakan antara sosiologis statis dan dinamis. Sosiologi statis memusatkan
perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar dari adanya masyarakat. Studi
ini mempelajari aksi-aksi dan reaksi timbal balik dari system-sistem social. Sosiologi
dinamis merupakan teori tentang perkembangan dalam arti pembangunan. Ilmu
pengetahuan ini menggambarkan cara-cara pokok dalam mana perkembangan manusia
terjadi dari tingkat intelegensia yang rendah ketingkat yang lebih tinggi. Comte yakin
bahwa masyarakat berkembang menuju suatu kesempurnaan.

Mazhab Setelah Comte


Mazhab Geografi dan Lingkungan
Mazhab Geografi dan Lingkungan telah lama berkembang. Dengan kata lain, jarang
sekali terjadi para ahli pemikir menguraikan masyarakat manusia terlepas dari tanah
atau lingkungan dimana masyarakat itu berada. Masyarakat hanya mungkin timbul dan
berkembang apabila ada tempat berpijak dan tempat hidup bagi masyarakat tersebut.
Teori yang termasuk mazhad ini adalah ajaran-ajaran dari Edward Buckle yang berasal
dari Inggris (1821-1862) dan Le Play dari Prancis (1806-1888). Dalam karyanya History
of Civilization in England, Buckle meneruskan ajaran-ajaran yang sebelumnya tentang
pengaruh keadaan alam terhadap masyarakat.
Mazhab Organis dan Evolusiuner
Herbert Spencer adalah orang pertama-tama menulis tentang masyarakat atas dasar
data empiris yang kongkret. Dia telah memberikan suatu model kongkret yang secara
sadar maupun tidak telah diikuti oleh sosiolog setelah dia. Suatu organisme menurut
Spencer , akan bertambah sempurna apabila bertambah kompleks dan dengan adanya
diferensiasi antara bagian-bagiannya. Spencer ingin membuktikan bahwa masyarakat
tanpa diferensiasi pada tahap pra industry secara intern tidak stabil karena terlibat
pertentangan-pertentangan diantara mereka sendiri. Selanjutnya dia berpendapat
bahwa masyarakat industry yang telah terdiferensiasi dengan mantap, aka nada suatu
stabilitas yang menuju pada kehidupan yang damai.

Ajaran Spencer berpengaruh besar sekali terutama di Amerika Serikat. Salah satunya
W.G Summer (1840-1910) salah satu hasil karyanya adalah Folkway.
Folkway dimaksudkan dengan kebiasaan-kebiasaan social yang timbul secara tidak
sadar dalam masyarakat, yang menjadi bagian dari tradisi. Division of Labor karya
Emile Durkheim termasuk mazhab ini. Durkheim menyatakan bahwa unsure-unsur
dalam masyarakat adalah factor solidaritas. Dia membedakan masyarakat yang
memiliki solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Masyarakat dengan solidaritas
mekanis, warga-warga masyarakat belum mempunya diferensiasi dan pembagian
kerja, masyarakat memiliki kepentingan dan kesadaran yang sama. Masyarakat dengan
solidaritas organis, yang merupakan perkembangan dari masyarakat solidaritas
mekanis, telah memiliki pembagian kerja yang ditandai dengan derajat spealisasi
tertentu.
Sebagaimana halnya dengan Spencer dan Durkheim, Ferdinand Tonnies dari Jerman
(1855-1936) juga terpengaruh oleh bentuk-bentuk kehidupan social yang lain. Hal yang
penting bagi Tonnies adalah bagaimana warga suatu kelompok mengadakan hubungan
dengan sesamanya. Tonnies berpendapat bahwa dasar hungungan tersebut disatu pihak
adalah factor perasaan, simpati, pribadi, dan kepentingan bersama. Di pihak lain
dasarnya adalah kepentingan-kepentingan rasional dan ikatan-ikatan yang tidak
permanen sifatnya.

Mazhab Formal
Ahli piker yang menonjol pada mazhab ini, kebanyakan dari Jerman yang terpengaruh
oleh ajaran-ajaran Immanuel Kant. Georg Simmel (1858-1918) menyatakan elemen-
elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur
hubungan antara elemen-elemen tersebut. Selanjutnya dia berpendapat bahwa pelbagai
lembaga di dalam masyarakat terwujud dalam bentuk superioritas, subordinasi, dan
konflik. Menurut Simmel, seseorang menjadi warga masyarakat untuk mengalami
proses individualisasi dan sosialisasi.

Leopold von Wiese (1876-1961) berpendapat bahwa sosiologi harus memusatkan


perhatian pada hubungan-hubungan antarmanusia tanpa mengkaitkannya dengan
tujuan-tujuan maupun kaidah-kaidah. Alfred Vierkandt (1867-1953) menyatakan bahwa
sosiologi menyoroti situasi-situasi mental yang berasal dari hasil perilaku yang timbul
sebagai akibat interaksi antar individu dan kelompok dalam masyarakat.

Mazhab Psikologi
Gabriel Tarde (1843-1904) dari perancis. Dia mulai denagnsuatu dugaan atau
pandangan awal bahwa gejala social mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari
interaksi antara jiwa-jiwa individu dimana jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan –
kepercayaan dan keinginan-keinginan. Keinginan utama Tarde adalah berusaha untuk
menjelaskan gejala-gejala social di dalam kerangka reaksi-reaksi psikis seseorang. Salah
satu sosiolog dari Amerika, Richard Horton Cooley (1864-1926) menyatakan bahwa
individu dan masyarakat saling melengkapi, dimana individu hanya akan menemukan
bentuknya di dalam masyarakat.

Di Inggris yang terkenal adalah L.T Hobhouse (1864-1929) yang sangat tertarik pada
konsep-konsep pembangunan dan perubahan social. Dia menolak penerapan prisip-
prinsip biologis terhadap studi masyarakat manusia; psikologi dan etika merupakan
criteria yang diperlukan untuk mengukur perubahan social.

Mazhab Ekonomi
Di mazhab ini akan dikemukakan ajaran-ajaran dari Karl Marx (1818-1883) dan Max
Webber (1864-1920). Marx telah mempergunakan metode-metode sejarah dan filsafat
untuk membangun suatu teori tentang perubahan yang menunjukan perkembangan
masyarakat menuju suatu keadaan dimana ada keadilan social. Menurut Marx, selama
masyarakat masih terbagi atas kelas-kelas, maka pada kelas yang berkuasalah akan
terhimpun segala kekuatan dan kekayaan

Webber menyatakan bahwa bentuk organisasi social harus diteliti menurut prilaku
warganya, yang motivasinya serasi dengan harapan warga-warga lainnya.

Mazhab Hukum
Durkheim menaruh perhatian yang besar tehadap hukum yang dihubungkannya
dengan jenis-jenis solidaritas yang terdapat di masyarakat. Hukum menurut Durkheim
adalah kaidah-kaidah yang bersanksi yang berat-ringannya tergantung pada
pelanggaran, anggapan-anggan serta keyakinan masyarakat tentang baik buruknya
suatu tindakan. Tujuan kaidah-kaidah hukum ini adalah untuk mengemablikan
keadaan pada situasi semula, sebelum terjadi kegoncangan sebagai akibat dilanggarnya
kaidah hukum.

Max Webber yang mempunyai latar belakang prndidikan hukum dapat dimasukan
dalam mazhab ini. Dia telah mempelajari pengaruh politik, agama dan ekonomi
terhadap perkembangan hukum. Disamping itu , dia juga menyoroti pengaruh para
cendikiawan hukum, praktikus hukum, dan para hororatioren terhadap perkembangan
hukum. Bagi Webber hukum rasional dan formal merupakan dasar bagi suatu Negara
modern.
Konsep budaya hukum di perkenalkan di Amerikan pada tahun60-an oleh Lawrence M.
Friedmann lewat tulisannya yang berjudul “Legal Culture and Social”. Menurut Lev,
konsepsi budaya hukum menujuk pada nilai-nilai yang berkaitan dengan hukum
(substantif) dan proses hukum (hukum ajektif). Budaya hukum pada hakikatnya
mencakup 2 komponen pokok yang saling berkaitan, yakni nilai-nilai hukum substantif
dan nilai-nilai hukum ajektif. Nilai-nilai hukum hukum substantif beisikan asumsi-
asumsi fundamental mengenai distribusi dan pengunaan sumber-sumber di dalam
masyarakat, hal-hal yang secara social dianggap salah atau benar. Nilai-nilai hukum
ajektif mencakup sarana pengaturan social maupun pengelolaan konflik yang terjadi
dalam masyarakat yang bersangkutan.
Di dalam perkembangan selanjutnya Lev memperkenalkan konsepsi system hukum
yang mencakup struktur hukum, substansi hukum dan budaya hukum. Struktur hukum
merupakan suatu wadah, kerangka maupun system hukum..\, yakni susunan daripada
unsure-unsur system hukum yang bersangkutan. Substansi hukum mencakup norma-
norma atau kaidah mengenai patokan prilaku yang pantas dan prosesnya. Budaya
hukum mencakup segala macam gagasan, sikap, kepercayaan harapan maupun
pendapaty-pendapat mengenai hukum.

Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, yaitu metode kualitatif dan
metode kuantitatif. Metode kualitatif mengutamakan bahan yang sukar dapat di ukur
dengan angka-angka atai denganukuran lain yang bersifat eksak, walaupun bahan-
bahan tersebut terdapat dengan nyata di dalam masyarakat. Di dalam metode Kualitatif
termasuk metode historis dan metode komparatif. Metode historis menggunakan
analisis atas peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
Metode komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam-macam masyarakar
berserta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-
persamaan serta sebab-sebabnya.

Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka-angka,


sehingga gejala-gejala yang di teliti dapat diukur menggunakan scalar-skalar, indeks,
tabel dan formula-formula yang semuanya menggunakan ilmu pasti atau matematika.
Yang termasuk metode kuntitatif adalah metode ststistik yang bertujuan untuk
menelaah gejala-gejala social secara matematis.

Disamping metode-metode diatas, metode sosiologi lainnya berdasarkan penjenisan


antara metode induktif yang mempelajari suatu gejala yang khusus untuk mendapatkan
kaidah-kaidah yang berlakudalam lapang yang lebih luas, dan metode deduktif yang
mempergunakan proses sebaliknya, yaitu mulai dengan kaidah-kaidah yang dianggap
berlaku secara umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan khusus.
Pengantar Ilmu Sosiologi

Apa yang dimaksud dengan sosiologi itu?

– Berdasarkan etimologi, arti kata sosiologi berasal dari kata socius (kata latin) berarti
kawan, logos (kata yunani) berarti kata atau berbicara. Jadi, sosiologi berarti berbicara
mengenai kawan atau berbicara tentang hidup bersama. Dalam ilmu pengetahuan
istilah (terminologi) sosiologi berarti ilmu pengetahuan tentang masyarakat.

1. Definisi yang dikemukakan oleh Drs. J.B.A.F Mayor Polak, sosiologi adalah suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni antara hubungan
diantara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok,
baik formal maupun material, baik statis, maupun dinamis.
2. Definisi yang dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, sosiologi atau
ilmu masyarakat adalah ilmu yang empelajari struktur sosial dan proses-proses sosial,
termasuk perubahan sosial.
PENDEKATAN KUALITATIF DALALM METODE-METODE SOSIOLOGI
PENDEKATAN KUALITATIF:

Metode-metode yang mengutamakan bahan-bahan penelitian yang sukar dapat diukur dengan
angka-angka atau ukkuran-ukuran lain yang eksakta. Namun bahan-bahan tersebut terdapat
dengan nyata didalam masyarakat.

Metode-metode yang menggunakan pendekatan kualitatif misalnya: metode historis, metode


komparatif, dan metode historis komparatif.

PENDEKATAN KUANTITATIF:

Metode-metode yang mengutamakan bahan-bahan penelitian yang dapat diukur dengan angka,
sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan menggunakan skala-skala, indeks-
indeks, tabel-tabel. Yang termasuk metode ini adalah statistik, dan sosiometri.

METODE INDUKSI adalah cara kerja penelitian yang mengambil kesimpulan dari unsur-unsur
atau kejadian-kejadian yang terjadi secaraberulang dan memperlihatkan kesamaan-kesamaan,
atau bergerak dari hal-haal khusus kepada kesimpulan umum.

Contoh:

Tuan A dokter, tulisannya jelek

Tuan B dokter, tulisannya jelek


Tuan C dokter, tulisannya jelek
Semua dokter tulisannya jelek

METODE DEDUKSI adalah cara penelitian yang mempergunakan proses sebaliknya, yaitu
mulai dari suatu kaidah umum (kesimpulan umum) yang dianggap berlaku umum atau muali
dari suatu teori, kemudian baru dibuktikan atau dipelajari unsur-unsurnya, atau bergerak dari
kesimpulan umum ke arah hal-hal khusus (unsur-unsur).

Contoh:

Semua manusia pasti mati (kaidah umum)

Tuan A, manusia, mati

Tuan B, manusia, mati

Tuan C, manusia, mati

METODE FUNCTIONALIS adalah metode yang berpendapat bahwa setiap unsur dari unsur-
unsur yang membentuk masyarakat mempunyai fungsi-fungsi tersendiri.

Unsur-unsur tersebut mempunyai hubungan timbal balik dan saling pengaruh mempengaruhi.
Sarjana sosiologi yangg mempopulerkan metode functionalism, antara lain:

Tallcott, Parsons, dan Robert K. Nerton.

SOSIOMETRI DAN SOSIOGRAM


SOSIOMETRI adalah suatu metode sosiologi yang bertujuan untuk meneliti saling hubungan
antara anggota kelompok didalam suatu kelompok tertentu.

Untuk memperoleh keterangan tentang saling hubungan antara anggota kelompok, maka
diajukan sebuah daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan berisi ajakan untuk menentukan
sikap seseorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lainnya dalam kelompok
tersebut. Misalnya, siapa yang menurut pendapat anggota kelompok tersebut diantara anggota-
anggota kelompoknya yang paling cakap menjadi pemimpin kelompok, atau teman yang apling
tepat baginya untuk bekerja sama dalam melakukan tugas-tugas kelompok dan sebagainya.

Metode ini dikemukakan oleh Moreno.

SOSIOGRAM merupakan suatu diagram yang menunjukan atau memperlihatkan dengan jelas
bagaimana saling hubungan antara anggota kelompok sesuai dengan peranan sosial mereka
lakukan masing-masing dalam interaksi didalam kelompok tersebut. Jadi, sosiogram
merupakan hasil penelitian sosiometri.

HUBUNGAN ANTARA SOSIOLOGI DENGAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL LAINNYA?

Hubungannya erat. Hasil-hasil penelitian sosiologi dapat digunakan oleh ilmu pengetahuan
lainnya, demikian juga sebaliknya, hasil-hasil ilmu pengetahuan sosial lainnya dapat digunakan
oleh sosiologi.

PERBEDAAN ANTARA ILMU EKONOMI DENGAN ILMU SOSIOLOGI.

Seperti telah diuraikan diatas bahwa masyarakat sebagai objek ilmu pengetahuan sosial, dapat
dilihat sebagai terdiri dari beberapa segi, bidang kehidupan, aspek-aspek gejala-gejala sosial.

Ada segi ekonomi, bidang kehidupan ekonomi, aspek ekonomi, gejala-gejala ekonomi, yang
antar lain bersangkut paut dengan produksi, distribusi konsumsi barang-barang dan jasa, dsb.

Segi ekonomi, gejala-gejala ekonomi inilah yang dipelajari oleh ilmu ekonomi.

Ilmu ekonomi hanya mengkhususkan penelaahan pada segi atau gejala tertentu dalam
masyarakat yaitu bagaimana usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materialnya.

Sedangkan sosiologi mempelajari unsur-unsur kemasyarakatan secara keseluruhan. Sosiologi


memusatkan perhatian pada segi-segi atau gejal-gejala msyarakat yang bersifat umum dan
berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum daripadanya.

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA SOSIOLOGI DENGAN SEJARAH SOSIAL?

PERSAMAANNYA:

Keduanya merupakan ilmu sosial yang mempelajari kejadian-kejadian dan hubungan-hubungan


yang dialami masyarakat manusia.

PERBEDAANNYA:

Sejarah terutama berusaha mengungkapkan dengan seteliti-telitinya apa yang dialami manusia,
terutama sejak manusia mengenal perbedaan. Ahli sejarah terutama memperlihatkan yang
telah terjadi dan berusaha untuk menghubungkan antara satu peristiwa dengan peristiwa yang
lain agar memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang maslah silam atau masyarakat
silam.
Kecuali itu, ahli sejarah bukan saja ingin memperoleh pengertian yang mendalam tentang
peristiwa tersebut, tetapi juga terutama memperoleh apa yang menjadi sebab-sebabnya
peristiwa tersebut.

Sosiologi terutama memperhstiksn pols-pols umum masyarakat sebagaimana adanya.


Walaupun sosiologi juga memperhatikan masyarakat silam, akan tetapi yang diperhatikan
hanya pola-pola peristiwa-peristiea yang merupakan proses-proses kemasyarakatan yang
timbul dari hubungan manusia dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda.

Pertemuan I

Sejarah perkembangan sosiolog

iProses sosial dan interaksi social

Kelompok- kelompok social

Manusia dan budaya

Lembaga kemasyarakatan

Stratifikasi social (pelapisan sosial)

Kekuasaan dan kewenangan

Perubahan sosial dan kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai