Disusun oleh:
ARIF RAMADHAN
NIM : 5315160793
ii
LEMBAR PENGESAHAN (1)
Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Pembimbing Lapangan/Industri,
Mengetahui,
Pimpinan Perusahaan/Industri
Putra Sandi
iii
LEMBAR PENGESAHAN (2)
Judul : ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN SAND INCLUSION PADA
PRODUK SHACKLE FRONT SPRING DI PT BAKRIE AUTOPART
Nama Mahasiswa : Arif Ramadhan
Nomor Registrasi : 5315160793
Dosen Pembimbing
Nama Tanda Tangan Tanggal
Mengetahui,
Kepala Program Studi
Pendidikan Vokasional Teknik Mesin
iv
KATA PENGANTAR
v
Penulis menyadari dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini
masih banyak kekurangan, baik segi sistematika maupun isi dalam laporannya.
Oleh karena itu penulis berharap laporan ini dapat diberi saran dan kritik yang
membangun agar lebih baik dimasa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan Praktik Kerja Lapangan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi diri penulis sendiri dan menjadi
catatan amal kebaikan bagi penulis disisi Allah SWT. Aamiin
Terima kasih,
Jakarta, 14 Mei 2019
vi
DAFTAR ISI
vii
3.5 Flow Process Casting ................................................................................. 17
3.5.1 Incoming Material.............................................................................. 17
3.5.2 Sand Preparation. .............................................................................. 17
3.5.3 Core Making....................................................................................... 18
3.5.4 Melting.….. ........................................................................................ 19
3.5.5 Pattern……. ....................................................................................... 21
3.5.6 Moulding ........................................................................................... 21
3.5.7 Pouring............................................................................................... 22
3.6 Data Kegagalan Sand Inclusion pada produk Shackle Front Spring... ............... 25
3.7 Metode Analisis yang dapat digunakan .............................................................. 26
3.7.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ....................................... 26
3.7.2 Fault Tree Analysis ............................................................................ 26
3.7.3 Metode Analisis 4M-1E ..................................................................... 27
3.8 Penyebab dan solusi untuk mengurangi Kegagalan Sand Inclusion pada
produk Shackle Front Spring ............................................................................. 29
3.8.1 Faktor MAN ........................................................................................ 30
3.8.2 Faktor MATERIAL ............................................................................. 30
3.8.3 Faktor MACHINE............................................................................... 33
3.8.4 Faktor METHODE ............................................................................. 34
3.5.5 Faktor ENVIRONMENT ..................................................................... 35
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.................................................................................................. 36
4.2 Saran ............................................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 38
viii
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Logo PT. Bakrie Autoparts ........................................................................ 1
Gambag 3.2 Kegagalan Sand Inclusion pada produk Shackle Front Spring ................. 16
Gambar 3.14 Grafik kegagalan Sand Inclusion pada komponen Shackle Front
Spring pada lima bulan terakhir .............................................................. 25
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Catatan Kegiatan Selama PKL....................................................................... 12
Tabel 3.1 Rincian pengerjaan produk Shackle Front Spring ......................................... 25
Tabel 3.2 Penyebab kegagalan Sand Inclusion berdasarkan faktor 4M+1E .................. 29
Tabel 3.3 Perbandingan sifat Komposisi Pasir .............................................................. 30
Tabel 3.4 Perbandingan campuran pasir ........................................................................ 32
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Profil Perusahaan
1.1.1 Sejarah singkat PT. Bakrie Autoparts
1
2
Secara garis besar struktur organisasi PT. Bakrie Autoparts dapat digambarkan
pada gambar diagram dibawah ini:
8
9
Kebijakan manajemen berlaku bagi seluruh karyawan dan pihak ketiga yang
terkait dengan aktivitas perusahaan untuk diterapkan, dipelihara dan dikaji secara
berkala dan konsisten.
11
Dalam pekerjaan terkadang para pekerja bisa saja membuat kelalaian tetapi jika
diamati secara mendalam bukan hanya dari pekerja saja, bisa jadi dari beberapa
faktor yang bisa menyebabkan Kegagalan pada produk. Sehingga pada kegiatan
12
Praktik Kerja Lapangan kali ini penulis memfokuskan untuk “Analisis Penyebab
Kegagalan Sand Inclusion Pada Produk Shackle Front Spring Di PT Bakrie
Autoparts”.
ANALISIS PEKERJAAN
14
15
Sand Inclusion adalah masuknya pasir kedalam logam cair saat proses
penuangan dikarenakan cetakan pasir rontok atau mengalami erosi. Sand inclusion
merupakan salah satu penyebab paling sering dari kegagalan pengecoran.
Kegagalan ini bisa terjadi di bagian mana pun pada benda cor. Daerah pasir sering
terbawa oleh aliran logam kemudian mengapung di permukaan casting karena
pasir tersebut tidak dapat tercampur oleh logam Cair. Sand inclusion juga dapat
terjebak didalam permukaan coran bersatu dengan oksida logam dan terak, dan
hanya dapat terlihat pada saat pemesinan.
Kegagalan sand inclusion tidak dapat ditolernsi, sekecil apapun itu jika
sudah terlihat dengan mata tanpa bantuan apapun maka harus segera diperbaiki,
kecuali kegagalan sand incluision terjadi pada bidang yang tidak akan bergesekan
pada saat pengaplikasian komponen tersebut.
3.5.4 Melting
Melting merupakan stasiun kerja untuk proses peleburan cairan metal
bahan pembuatan casting. Artinya terjadi perubahan bentuk logam, sehingga
berubah dari zat padat menjadi zat cair. Tanur atau wadah yang digunakan disebut
furnace.
Bahan Baku
a. Return Material
Return Material adalah bahan sisa yang diperoleh dari proses trimming dan
pematah casting.
3.5.5 Pattern
Pattern atau disebut juga pola adalah memproyeksikan bentuk coran pada
cetakan. Ada berbagai macam bahan yang dapat digunakan untuk membuat pola
yaitu logam, kayu atau resin sintetis, tergantung dari jumlah produksi coran,
ketelitian coran, cara pembuatan cetakan dan lain-lain. Secara umum, ukuran pola
mencakup tambahan penyusutan, tambahan penyelesaian, tambahan yang
diperkirakan, kemiringan pola dan lain-lain.
3.5.7 Pouring
Pouring adalah proses penuangan cairan metal ke dalam cetakan. Setelah kondisi
sesuai control plan, metal cair di isikan ke dalam mould. Alat untuk melakukan
proses pouring adalah ladle. Sebelum tahap pouring, dilakukan tahap taping yaitu
proses penuangan cairan metal dari furnace ke ladle.
3.5.9 Shakeout
Shake out adalah proses pembongkaran dan penyingkiran pasir untuk
mengeluarkan casting dari cetakan setelah proses pouring.
Mesin yang digunakannya pun disebut mesin shake out, yaitu mesin untuk
merontokan pasir menggunakan meja getar. Rontokan pasir jatuh ke atas
konveyor yang berjalan dibawahnya.
Kemudian pasir-pasir tersebut dibawa oleh konveyor yang kemudian di
proses untuk digunakannya lagi sebagai bahan baku untuk pembuatan mould.
Pasir inilah yang disebut pasir lama.
23
Jika pada proses shakeout ada casting yang masih meyatu dengan runner
system maka harus di lakukan proses Trimming yaitu memisahkan casting dengan
runner system secara manual.
3.5.11 Pematah
Pada saat proses shakeout dan trimming, ada sebagian runner system yang
tidak terlepas dari casting sehingga hal tersebut harus melewati proses pematah
casting. Pada proses inilah, runner system dilepaskan dari casting dengan mesin
pematah casting.
3.5.12 Hard Inspection
Proses selanjutnya adalah hard inspection, dimana produk yang telah jadi
dilakukan pengecekan apakah produk tersebut sesuai dengan standar yang telah
ditentukan atau tidak karena produk ini berpengaruh besar tehadap keamanan dan
keselamatan para pengendara.
Jika produk mengalami masalah, akan di lakukan dua solusi, yaitu:
Di Repair
Di lebur
3.5.13 Finishing
Sebelum produk masuk ke dalam store, proses akhir yang harus dilakukan
adalah proses finishing. Yaitu dengan cara menghaluskan bagian-bagian yang
masih kasar dengan menggunakan gerinda. Hal tersebut dilakukan agar
menghasilkan produk yang berkualitas dan konsumen pun merasa puas terhadap
produk tersebut
25
3.6 Data Kegagalan Sand Inclusion pada Produk Shackle Front Spring
Jumlah total produksi komponen shackle front spring adalah 5754 pcs
dengan pengerjaan selama 5 bulan yaitu pada bulan September 2018 sampai
januari 2019. Berikut ini rincian pembagian pengerjaanya:
60% 55%
50%
40%
32%
30% 28%
21%
20% 15%
10%
0%
sedangkan minimal cut set adalah kombinasi terkecil dari kegagalan kejadian
dasar.
Direct Material Baik : material /bahan baku yang sesuai dengan standar
Indirect Material Baik : bahan pendukung yang sesuai dengan standard
Lay Out : tata letak area kerja yang baik, aman dan nyaman mempermudah
dalam bekerja
Dari ketiga metode analisis diatas, penulis akan menggunakan metode analisis
4M-1E, dikarenakan metode ini tidak rumit dan tidak menghabiskan banyak
waktu.
29
3.8 Penyebab dan Solusi untuk mengurangi kegagalan Sand Inclusion pada
produk Shakle Front Spring
Dengan menggunakan metode analisis 4M + 1E
Tabel 3.2 Penyebab Kegagalan Sand Inclusion berdasarkan Faktor 4M+1E
Faktor Penyebab
Man Proses Pouring terlalu tinggi dari basin karena Operator belum memahami
proses pouring yang benar.
Material Kurang sesuainya komposisi material pasir standar dengan aktual pada sand
plant karena Perubahan sifat pada campuran komposisi pasir.
Dari Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa sifat komposisi pasir tidak sesusai standar,
ketiga sifat tersebut berpengaruh pada kegagalan sand inclusion, karena:
Moisture, merupakan kelembaban atau jumlah air yang ada pada campuran
pasir cetak dan dinyatakan standar untuk pasir cetak adalah 1,5% - 8%
tergantung dari jenis cetakan dan logam yang di tuang (Heine, 1967:88).
Moisture dapat di ukur dengan Moisture Analyzer lalu menggunakan
rumus:
Keterangan:
Berat Awal : berat pasir sebelum dilakukan pemanasan (gram)
Berat Akhir : berat pasir setelah di lakukan pemanasan (gram)
Sumber : Heine (2010:88)
Moisture berpengauh pada compactability dan compression strength,
semakin tinggi moisture maka semakin tinggi compactability namun
compression strength akan menjadi rendah dan begitu sebaliknya.
Compactability, merupakan kemampuan pasir mould dalam membentuk
profil. Pada data diatas dapat dilihat bahwa moisture yang melebihi
standar menyebabkan compactability menjadi tinggi melebihi standar.
Sehingga berpengaruh pada compression strength yang rendah.
Compression strength, merupakan kemampuan pasir mould untuk
menahan tekanan dari logam cair saat proses pouring dilakukan, namun
dikarenakan compression strength yang rendah maka kemampuan pasir
mould untuk menahan tekanan dari logam cair akan berkurang dan
terjadilah erosi, hal tersebutlah yang menyebabkan terjadinya kegagalan
sand inclusion.
32
Dari Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa penggunaan bahan additive bentonite dan
Coaldust tidak sesuai standar, dan berpengaruh pada sifat kompisisi pasir.
Bentonite, merupakan bahan additive yang berfungsi untuk mengikat
material pasir, bentonite bereaksi dengan air sehingga dapat mengikat
pasir dengan baik, namun dengan jumlah bentonite yang kurang dari
standar dan moisture yang terlalu tinggi dari standar akan berakibat pada
rendahnya compression strength, sehingga pasir mould akan mudah erosi
saat proses pouring karena kurang mampu menahan tekanan dari logam
cair dan berakibat pada kegagalan sand inclusion.
Coaldust, merupakan bahan additive yang berfungsi sebagai lapisan
pelindung bagi pasir mould dari panas, agar saat proses pouring,
kelembaban pada pasir mould tidak mudah menguap, namun dengan
jumlah coaldust yang tidak mencapai standar maka dapat menyebabkan
pasir mould lebih mudah kering dan menyebabkan kemampuan bentonite
untuk mengikat pasir berkurang, sehingga terjadilah erosi yang
menyebabkan kegagalan sand inclusion.
b. Solusi
Perlu dilakukan pengecekan terhadap sample pasir pada laboratorium
sesering mungkin.
Untuk menentukan takaran pasti penambahan air, dapat dilakukan
perbandingan uji moisture dari dua sample. Sample pasir pertama akan
dilakukan uji moisture, setelah diketahui hasil nya maka campuran pasir
akan ditambah air 1 liter, kemudian dilakukan uji moisture pada sample
33
pasir kedua (campuran pasir yang sudah ditambah air 1 liter). Lalu
bandingkanlah hasilnya, dari situ kita dapat mengetahui berapa persentase
moisture pada pasir cetak yang bertambah saat 1 liter air ditambahkan
kedalam campuran pasir cetak, sehingga penambahan air akan lebih pasti.
2. Mesin Error
Mesin moulding error, mesin moulding yang mengalami error akan
menyebabkan penekanan saat membentuk pasir mould lemah, hal tersebut
menyebabkan kekerasan pasir mould dibawah standar yang dibutuhkan
yaitu minimal 85, jika di bawah standar pasir mould dapat mudah erosi
atau bahkan retak pada saat proses pouring.
3. Kualitas Pattern
Permukaan pattern kasar, pada saat pembentukan pasir mould, pattern
yang digunakan harus halus, karena jika kasar pasir mould yang di
hasilkan pun menjadi kasar dan saat pasir mould diisi logam cair maka
bagian yang kasar tersebut akan mudah mengalami erosi.
b. Solusi
1. Untuk mencegah Lost Time, dapat dilakukan perawatan berkala secara
rutin untuk mengurangi terjadinya breakdown pada mesin.
2. Untuk mengatasi mesin error , dapat dilakukan perbaikan pada mesin
tersebut, akan lebih baik jika dicegah sebelum terjadi error yaitu dengan
cara perawatan berkala rutin.
34
2. Mixing Time
Mixing time terlalu cepat dari standar, proses mixing merupakan proses
yang berfungsi untuk mencampur seluruh komposisi pasir beserta material
additive nya secara merata. Jika mixing time terlalu cepat akan menyebab
kan campuran komposisi pasir tidak merata yang berakibat pada pasir
mould yang mudah retak saat proses pouring.
b. Solusi
1. Untuk mencegah terjadinya erosi saat proses pouring
Pada saat proses melting dianjurkan untuk menggunakan furnace holder
agar suhu saat melting dapat dijaga sekitar 1480-1500°C sehingga
temperature pada saat proses pouring tetap pada range standar yang
diinginkan yaitu 1390-1410°C, karena saat proses tapping atau
perpindahan logam cair dari furnace ke ladle akan mengalami penurunan
temperature sekitar 90°C.
Berdasarkan hasil observasi untuk mencegah turbulensi saat proses
pouring, dapat diberikan ceramic foam yaitu semacam saringan diantara
basin dan downsprue, agar aliran logam cair dapat masuk lebih tenang.
35
2. Untuk menghindari tidak rata nya pencampuran komposisi pasir, Proses mixing
time harus diperhatikan, waktu yang di gunakan saat mixing time harus sesuai
standar yang telah ditetapkan PT Bakrie Autoparts yaitu 130 detik.
b. Solusi
Untuk mencegah tercampurnya material lain pada campuran pasir, maka
dapat di pasang magnet pada conveyor yang merupakan jalur masuk nya
pasir lama ke silo, sehingga material yang bukan pasir akan menempel
pada magnet dan terisah dari pasir.
Untuk mencegah rontokan pasir dari conveyor masuk ke dalam mould,
dapat dipasang pelindung pada pinggiran conveyor.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil Kerja Praktek Lapangan (PKL) yang penulis lakukan selama satu
bulan di PT. Bakrie Autoparts melakukan pengamatan, pengambilan, dan
pengolahan data, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan mengenani
penyebab meningkatnya kegagalan sand inclusion pada proses casting,
kesimpulannya sebagai berikut:
a. Faktor Man :
Pekerja yang kurang ahli dalam melakukan proses pouring dapat menjadi
penyebab terjadinya kegagalan sand inclusion. Agar pekerja dapat ahli
dalam proses pouring, dapat dilakukan pelatihan kepada atau sosialisasi
kepada pekerja tersebut.
b. Faktor Material :
Komposisi pasir sangat berpengaruh pada kemungkinan terjadinya
kegagalan sand inclusion. Oleh karena itu mulai dari campuran,
kandungan, maupun sifat dari komposisi pasir cetak harus sangat
diperhatikan dan di jaga sesuai standar, dengan cara melakukan
pengecekan pada laboratorium, sehingga dapat di lakukan adjustment jika
ada ketidaksesuaian.
c. Faktor Machine :
Masalah pada mesin dapat menjadi penyebab kegagalan sand inclusion.
Mulai dari kerusakan mesin sehingga terjadinya lost time dan kemampuan
penekanan pada mesin mould tidak stabil, ataupun pattern yang sudah
tidak halus. Oleh sebab itu perlunya dilakuan perawatan pada mesin.
36
37
d. Faktor Methode :
Kegagalan sand inclusion dapat juga disebabkan dari methode yang
digunakan. Temperatur logam cair yang terlalu tinggi, cara penuangan
yang salah yang menyebabkan logam cair turbulensi dan mixing time pasir
terlalu cepat dapat menyebabkan pasir mould erosi.
e. Faktor Environment :
Lingkungan tempat pengecoran dapat mempengaruhi terjadinya kegagalan
sand inclusion. Debu, kotoran, steelshot maupun percikan logam yang
mengering dapat menyebabkan kegagalan sand inclusion jika sampai
masuk kedalam proses pengecoran. Oleh sebab itu kebersihan lingkungan
harus dijaga.
4.2 Saran
1. Memberikan training atau pelatihan lebih mendalam pada para pekerja
terutama pekerja pada bagian foundry agar dapat bekerja sesuai
prosedur.
2. Perlunya takaran tetap untuk pencampuran material pasir agar saat
penambahan material tidak dengan cara perkiraan.
3. Perlunya perawatan tempat proses pengecoran berlangsung serta mesin
yang digunakan serta inovasi ataupun modifikasi pada bagian foundry
agar pada saat produksi dapat mengurangi terjadinya berbagai macam
kegagalan.
4. Perlunya penggantian furnace biasa dengan furnace holder yang dapat
lebih baik menahan suhu logam cair tetap setabil sebelum penuangan.
5. Menjaga kebersihan lingkungan foundry , dan memberikan sekat pada
conveyor untuk mencegah jatuhnya rontokan pasir dari conveyor ke
dalam cetakan.
DAFTAR PUSTAKA
https://dtp2016wordpresscom.wordpress.com/2016/03/14/pengertian-
penjaminan-mutu-dan-faktor-faktornya-4m-1e/ (Diakses 15 mei 2019)
https://materialengineeringranggaagung.wordpress.com/2017/07/06/failure-
analysis-analisis-kegagalan/ (Diakses 15 mei 2019)
38