Dosen pengajar :
Disusun oleh :
Kelompok 4
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
karunia_Nya kami diberikan kesempatan berupa nikmat kesehatan sehingga bisa
menyelesaikan makalah ini.
Pada makalah ini, kami membahas mengenai bagaimana manajemen mutu dalam
pelayanan keperawatan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini dan khusunya bagi anggota kelompok yang telah mendukung pembuatan makalah
ini. Kami menyadari, makalah ini jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran dari pembaca
kami harapkan agar kedepannya lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …............……………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………...........……………………………… 1
1.3 Tujuan Penulisan ………………...........……………………...... 1
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
3
rumah sakit akan diawali dengan penetapan kriteria pengendalian,
mengidentifikasi informasi yang relevan dengan kriteria, menetapkan cara
mengumpulkan informasi/data. Kemudian melakukan pengumpulan dan
menganalisis informasi/data, membandingkan informasi dengan kriteria yang
sudah ditetapkan, menetapkan keputusan dengan kualitas, serta memperbaiki
situasi, sesuai hasil yang diperoleh, lalu menetapkan kembali cara
mengumpulkan informasi (Marquis dan Huston, 2000). Ada 6 indikator
utama kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit yakni keselamatan paasien,
perawatan diri, kepuasan, kenyamanan, kecemasan, dan pengetahuan.
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui konsep mutu pelayanan keperawatan
b. Untuk mengetahui penilaian mutu asuhan keperawatan
c. Untuk mengetahui audit internal pelayanan keperawatan
d. Untuk mengetahui audit personalia pada pelayanan keperawatan
e. Untuk mengetahui hubungan keselamatan pasien dengan mutu pelayanan
keperawatan
f. Untuk mengetahui hubungan perawatan diri dengan mutu pelayanan
keperawatan
g. Untuk mengetahui hubungan kepuasan pasien dengan konsep mutu
pelayanan keperawatan
h. Untuk mengetahui kecemasan pasien dapat mempengaruhi mutu
pelayanan keperawatan
i. Untuk mengetahui kecemasan pasien dapat mempengaruhi mutu
pelayanan keperawatan
j. Untuk mengetahui pengetahuan dapat mempengaruhi mutu pelayanan
keperawatan
4
BAB 2
TINJAUAN TEORI
5
spesifikasikan oleh pelanggan dan rumah sakit. Keilmuan selalu
diperbarui untuk menjamin bahwa tindakan medis atau
keperawatan yang dilakukan telah didukung oleh bukti ilmiah yang
mutakhir. Inturaksi professional selalu memperhatikan asas etika
terhadap pasien yaitu:
1) Berbuat hal-hal yang baik (beneficence) terhadap manusia
khususnya pasien, staf klinis dan non klinis, masyarakat dan
pelanggan secara umum.
2) Tidak menimbulkan kerugian (nonmaleficence) tehadap
manusia.
3) Menghormati manusia (respect for persons) menghormati hak
otonomi, martabat, kerahasiaan, berlaku jujur, terbuka, empati.
4) Berlaku adil (justice) dalam memberikan layanan
c. Output/outcome adalah hasil pelayanan kesehatan atau pelayanan
keperawatan, yaitu berupa perubahan yang terjadi pada konsumen
termasuk kepuasan dari konsumen. Tanpa mengukur hasil kinerja
rumah sakit atau keperawatan tidak dapat diketahui apakah input
dan proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula.
6
Words of mouth Personal needs Past experiences
communication
Expected
service
GAP 5
Perceived
service
GAP 4
External
Service delivery
communications
GAP 3
Translation of
perceptions into
service quality
specifications
GAP 2
Management
perceptions of
pelanggans
expectations
GAP 1
7
mampu secara tepat mengidentifikasi dan memahami harapan
(ekspetasi) para pengguna jasa pelayanan kesehatan.
b. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas
jasa. Kesenjangan akan terjadi jika pemahaman manajemen RS
(puskesmas) tentang harapan pengguna jasa pelayanan kesehatan
tidak diterjemahkan menjadi aksi nyata yang spesifik misalnya,
standard prosedur pelayanan atau pelaksanaan penyampaian jasa
belum dikemas sesuai dengan harapan pengguna jasa yang semakin
menuntut pelayanan yang bermutu (cepat,ramah, tepat, dan biaya
terjangkau.
c. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaiannya.
Standard pelayanan dan cara penyampaian jasa sudah tersusun
dengan baik, tetapi muncul kesenjangan karena staff pelaksana
pelayanan di garis depan (frontline staff) seperti perawat, bidan dan
dokter umum di sebuah rumah sakit belum mendapat pelatihan
khusus tentang teknik penyampaian jasa pelayanan tersebut.
Akibatnya, jasa pelayanan yang kesehatan yang di tawarkan kepada
pasien tidak sesuai standard yang sudah ditetapkan oleh komite
medic rumah sakit tersebut.
d. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan harapan pihak eksternal.
Harapan pengguna jasa sangat dipengaruhi staff dan manajemen
rumah sakit berkomunikasi dengan masyarakat calon pengguna
jasanya. Cara seperti ini akan memunculkan kesenjangan. Harapan
pengguna jasa pelayanan kesehatan yang sudah mulai terbentuk
melalui pemasaran tidak dapat dipengaruhi karena pelayanan teknis
medis dan kelengkapan mutu pelayanan berbeda dengan
ekspekstasi mereka.
e. Kesenjangan antara jasa yang diterima pengguna dan diharapkan.
Kesenjangan ini terjadi jika konsumen mengukur kinerja institusi
pelayanan kesehatan dengan cara yang berbeda, termasuk persepsi
pengguna yang berbeda terhadap kualitas jasa pelayanan kesehatan
yang diharapkan.
8
Menurut Parasuraman (2001: 162) bahwa konsep kualitas
pelayanan yang diharapkan dan disarankan ditentukan oleh kualitas
layanan. Kualitas layanan tersebut terdiri atas daya tanggap, jaminan,
bukti fisik, empati dan keandalan. Selain itu, pelayanan yang
diharapkan sangat dipengaruhi oleh berbagai persepsi komunikasi dari
mulut ke mulut, kebutuhan pribadi, pengalaman masa lalu dan
komunikasi eksternal, persepsi inilah yang mempengaruhi pelayanan
yang diharapkan (Ep= Expectation) dan pelayanan yang dirasakan
(Pp=perception) yang membentuk adanya kualitas layanan. Lebih
jelasnya dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
1. Melebihi
harapan Ep <
Keandalan Gaya Pp (Bermutu)
Tanggap 2. Memenuhi
Jaminan harapan Ep =
Pelayanan
Pp
yang
(Memuaskan)
dirasakan
3. Tidak
memenuhi
harapan Ep >
Pp (Tidak
Bermutu)
9
Parasuraman (2001: 165) menyatakan bahwa konsep kualitas
pelayanan adalah suatu pengertian yang kompleks tentang mutu,
tentang memuaskan atau tidak memuaskan. Konsep kualitas layanan
dikatakan bermutu apabila pelayanan yang diharapkan lebih kecil dari
pada pelayanan yang dirasakan (bermutu). Dikatakan konsep kualitas
layanan memenuhi harapan, apabila pelayanan yang diharapkan sama
dengan yang dirasakan (memuaskan). Demikian pula dikatakan
persepsi tidak memenuhi harapan apabila pelayanan yang diharapkan
lebih besar dari pada pelayanan yang dirasakan (tidak bermutu).
10
atau jasa. WOM dapat diartikan sebagai aktivitas komunikasi
dalam pemasaran yang mengindikasikan seberapa mungkin
pelanggan akan bercerita kepada orang lain tentang pengalamannya
dalam proses pembelian atau mengonsumsi suatu produk atau jasa.
Pengalaman pelanggan tersebut dapat berupa pengalaman positif
atau negataif.
11
Berdasarkan pengertian diatas terdapat tiga tingkat konsep
kualiatas layanan yaitu :
12
diterapkan dalam penerapan kualitas layanan pegawai baik pegawai
pemerintah maupu nonpemerintah dalam meningkatkan prestasi
kerjanya.
13
jelas dan dimengerti. Untuk mewujudkan dan merealisasikan hal
tersebut, maka kualitas daya tanggap mempunyai peranan penting
atas pemenuhan berbagai penjelasan dalam kegiatan pelayanan
kepada masyarakat. Apila pelayanan daya tanggap diberikan
dengan baik atas penjelasan yang bijaksana, penjelasan yang
mendetail, penjelasan yang membina, penjelasan yang
mengarahkan dan yang bersifat membujuk, apabila hal tersebut
secara jelas dimenegrti oleh individu yang mendapat pelayanan,
maka secara langsung peyanan daya tanggap dianggap berhasil,
dan ini menjadi suatu bentuk keberhasilan prestasi kerja. Kualitas
layanan daya tanggap adalah suatu bentuk pelayanan dalam
memberikan penjelasan, agar orang yang diberikan pelayanan
tanggap dan menanggapi pelayanan yang diterima, sehingga
diperlukan adanya unsur kualitas layanan daya tanggap sebagai
berikut :
14
5) Membujuk orang yang dilayani apabila menghadapi suatu
permasalah yang dianggap bertentangan, berlawanan atau tidak
sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
b. Jaminan (Assurance)
15
yang kurang baik dan yang kurang baik dalam membeikan
pelayanan (Margaretha, 2003:201).
16
Urain ini menjadi suatu penilaian bagi suatu organisasi dalam
menunjukkan suatu kualita layanan asuransi (meyakinkan) kepada
setiap orang yang diberi pelayanan sesuai dengan bentuk-bentuk
pelaayanan yang diberikan, memberikan pelayanan yang sesuai
dengan komitmen kerja yang ditunjukkan dengan perilaku yang
menarik, meyakinkan dan dapat dipercaya, sehingga segala bentuk
kualitas layanan yang ditunjukkan dapat dipercaya dan menjadi
aktualisasi pencerminan prestasi kerja yang dapat dicapai atas
pelayanan kerja.
17
Arisutha (2005:49) menyakatan prestasi kerja yang
ditunjukkan oleh individu sumberdaya manusia, menjadi penilaian
dalam mengaplikasikan aktivitas kerjanya yang dapat dinilai dari
bentuk pelayanan fisik yang ditunjukkan. Biasanya pelayanan fisik
tersebut berupa kemampuan menggunakan dan memanfaatkan
segala fasilitas alat dan kelengkapan didalam memberikan
pelayanan, sesuai dengan kemampuan penguasaan teknologi yang
ditunjukkan secara fisik dan bentuk tampilan pemberian layanan
sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan. Dalam banyak
organisasi, kualitas layanan ini terkadang menjadi hal penting dan
utama, karena orang yang mendapat pelayanan dapat menilai dan
merasakan kondisi fisik yang dilihat secara lagsung dari pemberi
pelayanan baik menggunakan, mengoprasikan dan menyikapi
kondisi fisik suatu pelayanan.
18
kualitas layanan fisik (tangible) dapat tercermin dari aplikasi
layanan kerja berikut.
d. Empati (Empathy)
19
berkepentingan dengan pelayanan untuk mengembangkan dan
melakukan aktivitas pelayanan sesuai dengan tingkat pengertian
dan pemahaman dari masing-masing pihak tersebut. Pihak yang
memberi pelayanan harus memiliki empati memahami masalah dari
pihak yang ingin dilayani. Pihak yang ingin dilayani seyogyanya
memahami keterbatasan dan kemampuan orang yang melayani,
sehingga keterpaduan antara pihak yang melayani dan mendapat
pelayanan memiliki perasaan yang sama. Artinya setiap bentuk
pelayanan yang diberikan kepada orang yang dilayani diperlukan
adanya empati terhadap berbagai masalah yang dihadapi orang
yang membutuhkan pelayanan. Pihak yang menginginkan
pelayanan membutuhkan adanya rasa kepedulian atas segala bentuk
pengurusan pelayanan, dengan merasakan dan memahami
kebutuhan tuntutan pelayanan yang cepat, mengerti berbagai
bentuk perubahan pelayanan yang menyebabkan adanya keluh
kesah dari bentuk pelayanan yang harus di hindari, sehingga
pelayanan tersebut berjalan sesuai dengan aktivitas yang diinginkan
oleh pemberi pelayanan dan yang membutuhkan pelayanan.
20
4) Mampu menunjukkan pengertian yang mendalam atas berbagai
hal yang diungkapkan, sehingga yang dilayani menjadi lega
dalam dalam menghadapi bentuk-bentuk pelayanan yang
dirasakan.
5) Mampu menunjukkan keterlibatannya dalam memberikan
pelayanan atas berbagai hal yang dilakukan, sehingga yang
dilayani menjad tertolong menghadapi berbagai bentuk
kesulitan pelayanan.
e. Keandalan (Reliability)
21
tinggi sesuai keandalan individu pegawai. Keandalan dari seorang
pegawai yang berprestasi dapat dilihat sebagai berikut :
22
memperhatiakn transparansi dan akuntabilitas sehingga tercapai
manjemen yang efisien dan efektif
e. Clinical Governance merupakan bagian dari corporate governance,
yaitu sebuah kerangka kerja organisasi pelayanan kesehatan yang
bertanggung jawab atas peningkatan mutu secara
berkesinambungan. Tujuannya adalah tetap menjaga standart
pelayanan yang tinggi dengan menciptakan lingkungan yang
kondusif. Clinical governance menjelaskan hal-hal penting yang
harus dilakukan seorang dokter dalam menangani konsumennya
(pasien dan keluarga).
f. Membangun aliansi strategis dengan rumah sakit lain baik di dalam
atau luar negeri. Kerjasama lintas sektor dan lintas fungsi harus
menjadi bagian dari budaya rumah sakit seperti halnya kkerja sama
tim yang baik. Budaya dikotomi pemerintah dengan swasta harus
diubah menjadi falsafah “bauran pemerintah-swasta (public-private
mix) yang saling mengisi dan konstruktif.
g. Melakukan evaluasi terhadap strategi pembiayaan, sehingga tarif
pelayanan bisa bersaing secara global, misalnya outsorcing
investasi, contracting out untuk fungsi tertentu seperti cleaning
servise, gizi, laundry, perparkiran.
h. Orientasi pelayanan. Sering terjadi benturan nilai, disatu pihak
masih kuatnya nilai masyarakat secara umum bahwa rumah sakit
adalah institusi yang mengutamakan fungsi sosial. Sementara itu di
pihak lain, etos para pemodal/investor dalam dan luar negeri yang
menganggap rumah sakit adalah industri dan bisnis jasa, sehingga
orientasi mencari laba merupakan sesuatu yang absah.
i. Orientasi bisnis dapat membesar dampak positifnya bila potensial
negatif dapat dikendalikan. Misalnya tindakan medis yang
berlebihan dan sebenarnya tidak bermanfaat bagi pasien
menciptakan peluang terjadinya manipulasi pasien demi
keuntungan finansial bagi para pemberi pelayanan.
23
2.2 INDIKATOR PENILAIAN MUTU ASUHAN KEPERAWATAN
b. Proses
c. Outcome
24
g) ADR (Anesthesia Death Rate) maksimal 1/5000
h) PODR (Post- Operation Death Rate) :1%
i) POIR (Post-Operative Infection Rate): 1%
2) Indicator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisien RS
a) Biaya per unit untuk rawat jalan
b) Jumlah penderita yang mengalami dekubitus
c) Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
d) BOR :70-85%
e) BTO (Bed Trun Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat
tidur/tahun
f) TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong
g) LOS (Leght Of Stay): 7-10 hari (komplikas, infeksi
nosokomial, gawat darurat tingkat kontaminasi dalam darah,
tingkat kesalahan, dan kepuasan pasien).
h) Normal tissue remoal rate: 10%
3) Indicator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat diukur
dengan jumlah keluhan dari pasien/keluarganya.
4) Indicator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas:
a) Jumlah dan presentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak
RS dengan nasal pasien.
b) Jumlah pelayanan dan tindakan seperti jumlah tindakan
pembedahan dan jumlah kunjungan SMF spesialis.
c) Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka standar di
atas dibandingkan dengan standar (indikator) nasional. Jika
bukan angka standar nasional, penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan hasil pencatatan mutu pada tahun sebelumnya di
rumah sakit yang sama, setelah dikembangkan kesepakatan
pihak manajemen / direksi RS yang bersangkutan dengan
masing-masing SMF dan staf yang terkait.
5) Indicator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien:
a) Pasien terjatuh dari tempat tidur / kamar mandi
b) Pasien diberi obat salah
25
c) Tidak ada obat/alat emergensi
d) Tidak ada oksigen
e) Tidak ada suction (penyedot lendir)
f) Tidak ada alat pemadam kebakaran
g) Pemakaian obat
h) Pemakaian air, listrik, gas, dan lain-lain.
Standar Nasional
∑ BOR 75-80%
∑ ALOS 1-10 hari
∑ TOI (TuRN Over Internal) 1-3 hari
∑ BTO (Bed Turn Over) 5-45 hari
∑ NDR (Net Death Rate) ˂2,5%
∑ GDR (Gross Death Rate) ˂ 3%
∑ ADR (Anesthesia Death Rate) 1,15000
26
∑ PODR (Post-Operative Death Rate) ˂ 1%
∑ POIR (Post Operative Infection Rate) ˂ 1%
∑ NTRR (Normal Tissue Removal Rate) ˂ 10%
∑ MDR (Maternal Death Rate) ˂0,25%
∑ IDR (Infant Death Rate) ˂ 2%
27
2.3 AUDIT INTERNAL PELAYANAN KEPERAWATAN
28
2.3.2 Pelaksanaan Audit di Keperawatan
a. Dilakukan oleh tim mutu pelayanan keperawatan yang bertugas
menentukan masalah keperawatan yang perlu diperbaiki.
b. Menentukan kriteria untuk memperbaiki masalah serta menilai
pelaksanaan perbaikan yang telah ditetapkan.
c. Merupakan bagian integral dari tim mutu rumah sakit dan bisa
merupakan salah satu komponen dari komite keperawatan.
d. Menyampaikan hasil laporan secara periodik pada komite
keperawatan untuk seterusnya disampaikan pada pimpinan rumah
sakit sebagai bahan pertimbangan kebijakan lebih lanjut.
e. Diperlukan kerjasama dengan berbagai departemen yang ada
dirumah sakit untuk dapat mengidentifikasi masalah, menentukan
kriteria dan merencanakan perbaikan, seperti departemen farmasi,
infeksi nosokomial, rekam medis, pelayanan medis, bagian bagian
pemasaran dan lain-lain.
29
2.4 AUDIT PERSONALIA
30
d. Pendekatan kepatuhan. Dilaksanakan dengan cara mengambil
sampel elemen-elemen. Selanjutnya, sistem informasi personalia
diperiksa terhdap pelanggaran hukum atau peraturan yang
digunakan sebagai standar penilaian dalam audit personalia.
e. Pendekatan MbO (Mnajement by Objective). Dilaksanakan dengan
membandingkan hasil kegiatan personalia dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Bidang pelaksanaan kerja yang jelek dapat dideteksi
dan dilaporkan.
a. Judul.
b. Daftar isi.
c. Ringkasan dan kesimpulan, terutama bergna untuk pimpinan
ekslusif puncak
d. Kesimpulan dan saran
e. Tubuh (berisi: data, fakta, pandangan, serta alasan yang merupakan
dasar kesimpulan dan saran)
f. Sumber data.
g. Lampiran yang dianggap penting.
31
Indikator Audit Keperawatan
Bagian : Keperawatan
Jabatan : Pelaksana Keperawatan
Bidang Hasil Pokok Pengukuran
Tugas Utama Outcome Indikator
Mengumpulkan data 1. Jumlah status 1. Jumlah cara
tentang status kesehatan pasien yang pengumpulan data
kesehatan pasien lengkap. 2. Tingkat partisipasi
secara sistematis, 2. Persentase ketepatan pasien dalam proses
menyeluruh, akurat, dan relevasi data yang pengumpulan data
singkat, dan terkumpul. 3. Fokus pengumpulan
berkesinambungan. 3. Mengandung unsur data
LARB (lengkap,
akurat, relevan, dan
baru)
Menganalisis data Persentase bebas 1. Kelengkapan
untuk memutuskan kesalahn diagnosis. komponen diagnosis
diagnosis keperawatan keperawatan (PES)
2. Tingkap keterlibatan
pihak lain dalam
proses menegakkan
diagnosis
Membuat rencana 1. Tersusunnya tujuan 1. Kelengkapan
tindakan keperawatan dan kriteria hasil NOC komponen
untuk mengatasi 2. Ketepatan rencana perencanaan secara
masalah kesehatan dan tindakan keperawatan tertulis.
meningkatkan 2. Tingkat keterlibatan
kesehatan pasien. pihak lain dalam
proses menegakkan
diagnosis
32
2.5 KESELAMATAN PASIEN
33
memahami secara komprehensif tentang dekubitus agar dapat
memberikan pencegahan dan intervensi keperawatan yang tepat untuk
pasien yang berisiko.
a. Fisiologi Dekubitus.
b. Faktor Risiko
34
1) Mobilitas dan aktivitas.
2) Penurunan sensori persepsi
3) Kelembapan
4) Tenaga yang merobek (shear)
5) Pergesekan (friction)
6) Nutrisi
7) Usia
8) Tekanan anteriolar yang rendah
9) Stress emosional
10) Merokok
11) Temperatur kulit
c. Stadium Dekubitus
35
4) Stadium 4 : hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan
kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kerusakan pada otot,
tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam serta saluran
sinus juga termasuk dalam stadium IV dari dekubitus.
36
7) Kaji dan minimalkan pergesekan dan tenaga yang merobek.
8) Kaji inkontinensia. Kelembapan yang disebabkan oleh
inkontinensia dapat menyebabkan maserasi. Lakukanlah
latihan untuk melatih kandung kemih (bladder training) pada
pasien yang mengalami inkontinensia.
9) Kaji status nutrisi.
10) Kaji faktor yang menunda status penyembuhan
11) Evaluasi penyembuhan luka.
e. Penilaian angka kejadian dekubitus
37
Sangat terbatas 2
Tidak/sulit bergerak 1
Inkontinensia Tidak ngompol 4
Kadang-kadang 3
Biasanya urine 2
Kencing dan kotoran 1
Total Interpretasi :
- Nilai maksimum : 20
- Nilai minimum : 5
- Pasien berisiko dekubitus jika nilai < 14
38
2.5.2 Kesalahan Pemberian Obat oleh Perawat
39
b. Faktor ekstrinsik (lingkungan) : tingkat pencahayaan, permukaan
lantai, furnitur, ketinggian tempat tidur dan kunci tempat tidur, call
bell, penggunaan alat bantu, lama dirawat.
Morse Fall Scale adalah metode yang cepat dan sederhana untuk
menilai kemungkinan pasien jatuh. Sebagian besar perawat (82,9%)
menilai skala ini cepat dan mudah digunakan, dan 54% memperkirakan
bahwa dibutuhkan kurang dari 3 menit untuk menilai seorang pasien.
40
f. Status mental : skor 0 bila psien mampu menilai kemampuannya
sendiri dalam berpindah. Skor 15 bila respons pasien tidak
konsisten dengan perintah atau jika respons pasien tidak realistis.
Total nilai pada MFS ini kemudian dihitung dan dicatat pada grafik
pasien. Dengan penjelasan diatas, dapat kita tulis dalam bentuk tabel
seperti berikut :
Tabel 2.4 : Assesment Resiko Jatuh Pasien Dewasa (Morse Fall Scale)
S Skor perawatan
K ke (tgl)
RESIKO
O 1 2 3 4 5 6 7
R
Riwayat jatuh Ya 25
Tidak 0
Diagnosis Ya 15
sekunder ( > Tidak 0
2 diagnosa
medis )
Alat bantu Berpegangan pada 30
perdoot
Tongkat / alat penopang 15
Tidak ada / kursi roda / 0
perawat / tirah baring
Terpasang Ya 20
infus Tidak 0
Gaya berjalan Terganggu 20
Lemah 10
Normal / tirah baring / 0
mobilisasi
Status mental Sering lupa akan 15
keterbatasan yang
41
dimiliki
Sadar akan kemampuan 0
diri sendiri
Total Skor 170
Paraf / Nama Terang
42
Infeksi rumah sakit (nosokomial) merupakan masalah penting
diseluruh dunia dan terus meningkat setiap tahunnya. Berbagai upaya
telah dilakukan oleh pihak tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya
infekssi nosokomial. Salah satu upaya adalah penerapan universal
precaution (pelindung diri). Akan tetapi peningkatan kejadian
nosokomial tetap terjadi.
43
sterilisasi, desinfeksi dan pengelolaan limbah. Pimpinan rumah sakit
berkewajiban menyusun kebijakan mengenai kewaspadaan umum
dengan membuat standar operasional prosedur pada setiap tindakan,
memantau dan mengontrol pengendalian infeksi nosokomial melalui
pembentukan tim pengendalian infeksi rumah sakit. Pimpinan juga
bertanggung jawab dalam perencanaan anggaran dan ketersediaan
sarana untuk menunjang kelancaran pelaksanaan universal precaution.
44
atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection)
disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan
dari satu pasien ke pasien lain.
1) Agen
a) Bakteri.
45
sporadis maupun endemis, sebagai contoh adalah ciri
berikut ini:
46
Cytomegalivirus, Ebola, Influenza virus, Herpes simplek
virus, dan Varicella-zoster virus.
47
mikroorganisme menjadi lebih resisten. Penggunaan antibiotik
yang terus menerus justru meningkatkan penyebaran dan
resistensi. Penyebab utamanya karena penggunaan antibiotik
yang tidak optimal dan terlalu singkat, ataupun kesalahan
diagnosis. Banyak jenis dari Pneumococci, Staphilococci,
Enterococci dan Tuberculosis telah resisten terhadap banyak
antibiotik, begitu juga Klebsiella dan Pseudomonas aeruginosa
juga bersifat multiresistan. Keadaan ini sangat nyata terjadi
terutama di negara berkembang dimana antibiotok lini kedua
belum ada atau tidak tersedia.
4) Faktor alat
48
d) Trombosis : Terdapat pembengkakan disepanjang
pembuluh vena yang menghambat aliran infus.
e) Kolonisasi kanul : Bila sudah dapat dibiakan
mikroorganisme dari bagian kanula yang ada dalam
pembuluh darah.
f) Septikemia : Bila kuman menyebar hematogen dari kanul.
g) Supurasi : Bila terjadi bentukan pus disekitar inserasi
kanul.
49
2) Pneumonia nosokomial
3) Bakteri nosokomial
50
septik dan aseptik, sterililsasi dan desinfektan. Risiko infeksi
endogen dibatasi dengan cara meminimalkan prosedur invasiv.
Perlindungan pasien diberikan dengan penggunaan antibiotik yang
adekuat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi. Program tersebut
bertujuan sebagai pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan
mengontrol penyebaran infeksi.
51
pada penderita penyakit berat dapat diatsi tanpa harus
menggunakan antibiotik.
5) Ruangan isolasi : Penyebaran infeksi nosokomial dpat dicegah
dengan pemisahan ruangan pasien. Ruang isolasi diperlukan
terutam auntuk penyakit yang mengakibatkan kontaminasi
berat, contohnya Tuberculosis, SARS yang penularannya
melalui udara, DHV dan HIV yang ditularkan melalui virus.
Pasien memiliki resistensi rendah seperti leukemia dan
penggunaan obat imunosepresi agar terhindar dari infeksi.
Menjaga kebersihan tangan, makanan, dan perlatan kesehatan
di ruangan isolasi juga sangat penting, ruangan tertutup dan
ventilasi selalu menuju keluar. Sebaiknya pasien berada satu
rungan isolasi bila terjadi kejadian luar biasa dan penderita
melebihi kapasitas. Pasien satu ruagan selama mereka
penderita penyakit yang sama.
52
2.5.6 Flebitis
53
a. Mengikuti teknik asepsis selama penusukan dan saat pencampuran
obat.
b. Rotasi tempat pemasangan.
c. Menggunakan jarum yang sesuai dengan ukuran vena.
d. Pemantauan berkala area IV line.
e. Pendidikan pasien tentang tanda dan gejala dari flebitis.
f. Pilihan erangkat IV yang tepat.
g. Mengikuti pedoman pengenceran obat, untuk mencegah partikel
dan untuk memastikan bahwa obat atau solusi tidak terlalu tinggi
atau rendah kadar pH atau kepekatannya.
54
2.6 PERAWATAN DIRI
55
Tabel 2.5 : Kategori Tingkat Kemandirian Pasien.
56
2.7 KEPUASAN PASIEN
2.7.1 Pengukuran Dan Analisis Kepuasan
57
Prosedur metode untuk skala directly reported satisfaction
melalui langkah awal pertama, yaitu tentukan skala standar. Skala
ini bisa berdasarkan nilai skala tengah dari pengukuran dan bisa di
tentukan oleh peneliti berdasarkan tujuannya. Langkah kedua
adalah menghitung rerata.
c. Metode Berpasangan
58
c. Satisfaction Feeling (Evaluation Overall)-A
1) Tidak langsung. Satisfaction feeling yang berasal dari
disconfirmation perception dapat berupa tidak puas, bila nilai
harapan lebih besar dari performance perception: puas bila
harapan sama dengan performance perception, dan sangat puas
bila nilai harapan lebih besar nilai performance perception.
2) Langsung. Dengan apa yang pernah anda terima selama
pelayanan...., puaskah anda akan pelayanan petugas...(sebutkan
nama produk / jasa yang diterima.
59
e. Satisfaction Outcome (Word of Mouth)-A. Maukah anda
merekomendasikan kepada orang lain, pengalaman apa yang telah
anda terima selama perawatan diri. Pilih yang sesuai dengan
kesediaan anda.
Tabel 2.10 : Penilaian Satisfaction Outcome (Word of Mouth)-A
Tidak Pasti Akan
Merekomendasikan positif ke teman 1 2 3 4 5 6 7
/ keluarga
Merekomendasikan negatif ke 1 2 3 4 5 6 7
teman / keluarga
60
Menurut Rangkuti (2003), ada 6 faktor menyebabkan timbulnya
rasa tidak puas pelanggan terhadap suatu produk:
61
Tabel 2.12 : Instrumen Kepuasan Pasien Berdasarkan Lima
Karakteristik RATER (Nursalam, 2007)
No. Karakteristik 1 2 3 4
1 RELIBILITY (KEANDALAN)
a. Perawat mampu menangani masalah
perawatan anda dengan tepat dan
profesional
b. Perawat memberikan informasi tentang
fasilitas yang tersedia, cara penggunannya
dan tata tertib yang berlaku di rs
c. Perawat memberitahu dengan jelas tentang
hal hal yang harus dipatuhi dalam
perawatan anda
d. Perawat memberitahu dengan jelas tentang
hal hal yang dilarang dalam perawatan anda
e. Ketepatan waktu perawat tiba di ruangan
ketika anda membutuhkan
2 ASSURANCE (JAMINAN)
a. Perawat memberi perhatian terhadap
keluhan yang anda rasakan
b. Perawat akan menjawab pertanyaan tentang
tindakan perawat yang akan diberikan
kepada anda
c. Perawat jujur dalam memberikan informasi
kepada anda
d. Perawat selalu memberi salam dan senyum
jika bertemu anda
e. Perawat teliti dan terampil dalam
melaksanakan tindakan keperawatan kepada
anda
62
3 TANGIBLES (KENYATAAN)
a. Perawat memberi informasi tentang
administrasi yang berlaku bagi pasien rawat
inap di rs
b. Perawat selalu menjaga kebersihan dan
kerapihan ruangan yang anda tempati
c. Perawat menjaga kebersihan dan kesiaoan
alat alat kesehatan yang digunakan
d. Perawat selalu memberi salam dan senyum
jika bertemu anda
e. Perawat selalu menjaga kerapian dan
penampilannya
4 EMPATHY (EMPATI)
a. Perawat memberikan informasi kepada anda
tentang segala tindakan perawat yang akan
dilaksanakan
b. Perawat mudah ditemui dan dihubungi bila
anda butuhkan
c. Perawat sering menengok dan memeriksa
keadaan anda seperti mengukur tensi, suhu ,
nadi, pernapasan dan cairan infus
d. Pelayanan yang di berikan perawat tidak
memandang pangkat / status tapi
berdasarkan kondisi anda
e. Perawat perhatian dan memberi dukungan
moril terhadap keadaan anda (menanyakan
dan berbincang bincang tentang keadaan
anda)
5 RESPONSIVENESS (TANGGUNG JAWAB)
a. Perawat bersedia menawarkan bantuan
kepada anda ketika mengalami kesulitan
walau tanpa diminta
63
b. Perawat segera menangani anda ketika
sampai di ruangan rawat inap
c. Perawat menyediakan waktu khusus untuk
membantu anda berjalan, bab, bak ganti
posisi tidur, dan lain lain
d. Perawat membantu anda untuk memperoleh
obat
e. Perawat membantu anda untuk pelaksanaan
pelayanan foto dan laboratorium di RS ini
Keterangan :
1= sangat tidak puas
2=tidak puas
3=puas
4=sangat puas
64
2.8 KENYAMANAN
65
Angka tatalaksana nyeri :
Indikasi: dewasa dan anak (berusia lebih dari sembilan tahun) atau pasien
pada semua area perawatan yang mengerti tentang penggunaan angka untuk
menentukan tingkat dari intensitas rasa nyeri yang dirasakan.
66
2.9 KECEMASAN
67
Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah
untuk mengalami kecemasan berat.
c. Teori Perilaku. Kecemasan merupakan hasil frustasi segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para
ahli perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan, yang
mempelajari berdasarkan keingingan untuk menghindari rasa sakit.
Pakar teori meyakini bahwa bila pada awal kehidupan dihadapkan pada
rasa takut yang berlebihan makan akan menunjukkan kecemasan yang
berat pada masa dewasanya. Sementara ahli teori konflik megatakan
bahwa kecemasan sebagai benturan-benturan keinginan yang
bertentangan. Mereka percaya bahwa hubungan timbal balik antara
konflik dan daya kecemasan yang kemudian menimbulkan konflik.
d. Teori Keluarga. Gangguan kecemasan dapat terjadi dan timbul secara
nyata dalam keluarga, biasanya tumpang tindih antara gangguan cemas
dan depresi.
e. Teori Biologi. Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik
untuk benzodiasepin. Reseptor ini mungkin memengaruhi kecemasan.
68
3 Saya mudah marah atau 1 2 3 4
merasa panik
4 Saya merasa seperti jatuh 1 2 3 4
terpisah dan akan hancur
berkeping-keping
5 Saya merasa bahwa 4 3 2 1
semuanya baik-baik saja
dan tidak ada hal buruk
yang akan terjadi
6 Lengan dan kaki saya 1 2 3 4
gemetar
7 Saya terganggu oleh nyeri 1 2 3 4
kepala, leher, dan punggung
8 Saya merasa lemah dan 1 2 3 4
mudah lelah
9 Saya merasa tenang dan 4 3 2 1
dapat duduk diam dengan
mudah
10 Saya merasakan jantung 1 2 3 4
saya berdebar-debar
11 Saya merasa pusing tujuh 1 2 3 4
keliling
12 Saya telah pingsan atau 1 2 3 4
merasa seperti itu
13 Saya dapat bernapas dengan 4 3 2 1
mudah
14 Saya merasa jari-jari tangan 1 2 3 4
dan kaki mati rasa dan
kesemutan
15 Saya terganggu oleh nyeri 1 2 3 4
lambung atau gangguan
pencernaan
69
16 Saya sering buang air kecil 1 2 3 4
17 Tangan saya biasanya 4 3 2 1
kering dan hangat
18 Wajah saya terasa panas dan 1 2 3 4
merah merona
19 Saya mudah tertidur dan 4 3 2 1
dapat istirahat malam
dengan baik
20 Saya mimpi buruk 1 2 3 4
70
2.10 PENGETAHUAN
71
e. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.
f. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan ketrampilan
serta sikap dalam memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan
pasien.
g. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.
72
e. Surat-surat seperti surat keterangan sakit, surat kontrol.
73