Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kegiatan 2
Membandingkan Kritik dengan Esai Berdasarkan Pengetahuan dan
Pandangan
Tugas (halaman 193)
Berdasarkan perbandingan di atas, bacalah dua teks berikut ini. Tentukanlah mana yang
merupakan teks kritik dan mana yang merupakan teks esai. Jelaskan alasanmu!
Jawaban dari tugas halaman 193
Menurut saya teks 1(“Gerr”) pada kedua teks di atas termasuk teks esai sedangkan teks 2
(“Menimbang Ayat-ayat Cinta”) termasuk teks kritik. Karena pada teks satu tidak terdapat
ringkasan atau sinopsis karya, sedangkan pada teks yang kedua terdapat ringkasan atau sinopsis
karya. Selain itu, penilaian yang karya yang terdapat pada teks 1 dilakukan secara subjektif atau
menurut pendapat pribadi si penulis. Sedangkan pada teks 2 penilaian terhadap karya dilakukan
secara objektif disertai data dan alasan yang logis.
Hal yang dikaji Hal yang dikaji dalam teks Hal yang dikaji dalam teks
ini adalah tentang seni tersebut adalah latar dari karya
teater sastra tersebut. Selain itu, tentang
penokohan juga dibahas dalam
teks tersebut. Penulis menilai
karakter fahri terlihat janggal
karena digambarkan terlalu
sempurna.
Data yang disajikan Menyajikan data yang Menyajikan data yang objektif.
subjektif.
2. Buatlah perbandingan cara pandang penulis kedua teks di atas dengan menggunakan tabel
berikut ini
Penegasan ulang Sartre kemudian menyadari ia salah. Sejak 1960-an, ia mengakui bahwa
bahasa bukan alat yang siap. Bahasa tak bisa mengungkapkan apa yang
ada di bawah sadar, tak bisa mengartikulasikan hidup yang dijalani, le
vecu. Ia tentu belum pernah menyaksikan pentas Teater Mandiri, tapi ia
pasti melihat bahwa pelbagai ekspresi teater dan kesusastraan punya
daya ”teror” ketika, seperti Teater Mandiri, menunjukkan hal-hal yang
tak terkomunikasikan dalam hidup.
Sebab yang tak terkatakan juga bagian dari ”yang ada”. Dari sana
kreativitas yang sejati bertolak.
Penegasan ulang Pembaca yang merasakan hal ini pasti akan bertanya-tanya, adakah
sosok yang memang bisa sesempurna tokoh Fahri tersebut. Meskipun
penggambaran karakter tokoh diserahkan sepenuhnya pada diri
penulis, tetapi akan lebih baik jika karakter tokoh yang dimunculkan
tetap memiliki keseimbangan. Dalam arti, jika tokoh yang
dimunculkan memang berkarakter baik, maka paling tidak ada sisi lain
yang dimunculkan. Akan tetapi, tentu saja dengan porsi yang lebih
kecil atau bisa diminimalisasikan. Jangan sampai karakter ini
dihilangkan karena pada kenyataannya tidak ada sosok yang sempurna,
selain Rasulullah.
4. Penggunaan kata kerja 1. Pembaca yang merasakan hal ini pasti akan
mental. bertanya-tanya, adakah sosok yang memang bisa
sesempurna tokoh Fahri tersebut.
2. Ia dapat begitu fasih untuk menggambarkan tiap
lekuk bagian tempat yang ia jadikan latar dalam novel
tersebut ditambah dengan gambaran suasana yang
mendukung sehingga seakan-akan mengajak pembaca
untuk berwisata dan menikmati suasana Mesir di
Timur Tengah lewat karya tulisannya.
Judul teks : Gerr
2. Penggunaan pernyataan 1. Bagi saya, teater ini adalah ”teater miskin” dalam
atau ungkapan yang pengertian yang berbeda dengan rumusan Jerzy
bersifat menilai atau Grotowski. Bukan karena ia hanya bercerita
mengomentari. tentang kalangan miskin. Putu Wijaya tak tertarik
untuk berbicara tentang lapisan-lapisan sosial.
Teater Mandiri adalah ”teater miskin” karena ia,
sebagaimana yang kemudian dijadikan semboyan
kreatif Putu Wijaya, ”bertolak dari yang ada”.
2. Saya kira ia salah. Ia mungkin berpikir tentang
keindahan dalam pengertian klasik, di mana tata
amat penting. Bagi saya Teater Mandiri justru
menunjukkan bahwa di sebuah negeri di mana
tradisi dan antitradisi berbenturan (tapi juga sering
berkelindan), bukan pengertian klasik itu yang
berlaku.
3. Namun, di sini pun Sartre salah. Ia tak melihat,
prosa dan puisi bisa bertaut—dan itu bertaut
dengan hidup dalam teater Putu Wijaya. Puisi
dalam teater ini muncul ketika keharusan
berkomunikasi dipatahkan. Sebagaimana dalam
puisi, dalam sajak Chairil Anwar apalagi dalam
sajak Sutardji Calzoum Bachri, yang hadir dalam
pentas Teater Mandiri adalah imaji-imaji, bayangan
dan bunyi, bukan pesan, apalagi khotbah.
2. Berikan komentarmu terhadap gaya bahasa yang digunakan dalam teks esai tersebut!
Jawab :
Gaya bahasa yang digunakan dalam teks “Gerr” berbeda dengan teks “Menimbang Ayat-ayat
Cinta” karena pada teks “Gerr” penulis menggunakan bahasa yang lebih sulit dimengerti
karena terdapat berbagai perumpamaan dan kata-kata yang sulit dipahami didalm teks
tersebut. Berbeda dengan teks “Menimbang Ayat-ayat Cinta” pada teks ini penulis
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca.
D. Mengonstruksi Kritik Sastra dan Esai
Kegiatan 1
Mengostruksi kritik sastra
Tugas ( halaman 211 )
1. Datalah identitas karya tersebut!
Jawab:
IDENTITAS FILM VENOM
Sutradara: Ruben Fleischer
Produser: Avi Arad, Matt Tolmach, Amy Pascal
Penulis Skenario: Jeff Pinkner, Scott Rosenberg, Kelly Marcel
Pengarang Cerita: Jeff Pinkner, Scott Rosenberg
Berdasarkan: Venom by David Michelinie, Todd McFarlane
Pemain:
- Tom Hardy as Eddie Brock / Venom
- Michelle Williams as Anne Weying
- Riz Ahmed as Carlton Drake / Riot
- Scott Haze as Roland Treece
- Reid Scott as Dr. Dan Lewis
Sinematografi: Matthew Libatique
Penyunting: Maryann Brandon, Alan Baumgarten
Produksi: Columbia Pictures, Marvel Entertainment, Tencent Pictures, Arad Productions,
Matt Tolmach Productions, Pascal Pictures
Distributor: Sony Pictures Releasing
Durasi: 112 menit
Genre: Action & Adventure, Drama, Science Fiction & Fantasy
Kategori Usia: PG-13 (13+)
Budget: USD 100 juta
Rilis: 1 Oktober 2018 (Regency Village Theatre), 3 Oktober 2018 (Indonesia), 5 Oktober
2018 (Amerika Serikat)
2. Buatlah deskripsi singkat karya tersebut. Untuk film, drama dan novel wujud
deskripsinya adalah sinopsis!
Jawab:
SINOPSIS
Life Foundations selalu ingin tampil baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Sayangnya, ini tidak terlintas sama sekali di pikiran Eddie Brock (Tom Hardy). Seorang
jurnalis yang karirnya sedang diambang kehancuran.
Berbagai investigasi dilakukan Eddie untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi
dengan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh Life Foundations. Sayangnya, usaha
Eddie selalu mengalami kegagalan.
Dr. Carlton Drake (Riz Ahmed), pemimpin Life Foundations mulai gerah dengan
investigasi Eddie. Ia seperti ingin menyimpan rahasian ilmu pengethauannya dalam-
dalam. Semakin Eddie ingin menggali, semakin rapat pula rahasia yang ingin disimpan
oleh Dr. Carlton.
Sampai pada suatu waktu, Eddie menemukan hal yang aneh sekaligus mengerikan.
Sebuah organik yang disebut Symbiote membuatnya penasaran. Di satu sisi, Dr. Carlton
tidak ingin Symbiote ini terungkap.
Ada harga yang harus dibayar mahal untuk semua ini, bagi Eddie dan Dr. Carlton. Lalu,
siapa sosok venom sebenarnya? Benarkan Symbiote ini bisa membantu manusia
mencapai keinginannya?
3. Datalah kelebihan dan kelemahan karya tersebut!
Jawab:
KELEBIHAN
- Usaha perkenalan karakter dan universe yang enak dan mudah dimengerti
Sebagai "batu pertama" untuk cinematic universe Venom, film ini terhitung
berhasil dalam menjelaskan tiap-tiap karakter penting. Fleischer juga mampu
menceritakan dengan enak soal apa saja yang terjadi di dunia tersebut. Cara
penceritaan yang sederhana namun juga mengalir lancar ini efektif bagi para
penggemar Marvel, maupun para penonton yang awam terhadap
komiknya.Intinya, walau kamu bukan penggemar komiknya hampir pasti kamu
bisa paham dengan apa yang terjadi. Bahkan mungkin ikut hanyut dan tertarik
pada universe ini.
- Aksi laga yang ciamik dan memukau
Film ini memiliki kelebihan yaitu di bidang koreografi aksi. Ini dibuktikan dari
adegan pertarungan yang memukau sepanjang film. Apalagi waktu Eddie Brock
belum berubah bentuk menjadi Venom.
- Penuh humor segar yang mudah dicerna
Sepanjang Venom juga bertaburan momen-momen lucu dan lelucon kocak yang
mengundang tawa. Namun, tak terasa berlebihan atau dipaksakan. Adu mulut
antara Venom dan Eddie Brock selalu berhasil membuat penonton tersenyum.
- Akting kelas atas dari para aktor terbaik
Film ini bertaburan bintang papan atas. Mulai dari pemenang BAFTA Awards
Tom Hardy, sampai pemenang Emmy Awards Riz Ahmed. Dari segi akting, tak
perlu diragukan lagi kepiawaian mereka di depan kamera. Ini membuat
pengalaman mengikuti petualangan Venom terasa lebih menyenangkan.
KELEMAHAN
- Special effect dan CGI yang terlihat tak meyakinkan
Untuk film sekelas Venom, harus diakui efek spesial dan CGI yang ditawarkan
terasa kurang halus. Beberapa animasi sangat terasa kasarnya dan susah buat
tampak meyakinkan.
Selain itu, banyak adegan yang terkesan "bocor". Misalnya saat Eddie Brock
(Tom Hardy) melakukan kejar-kejaran dengan sepeda motor di jalanan.
Beberapa kali kita bisa melihat bahwa yang berada di atas sepeda motor adalah
stunt man bukan Tom Hardy. Hal ini bisa bikin mood sedikit rusak.
- Cerita yang terlalu standar, kurang menantang
Mungkin Ruben Fleischer ingin bermain aman dengan film pertama yang akan
jadi fondasi Venom Cinematic Universe ini. Cerita yang ditawarkan terkesan
terlalu datar dan lurus-lurus saja, tanpa ada twist and turn. Tertebak dan Ketika
durasi film akan segera berakhir, kebanyakan penonton mungkin akan merasa
kurang puas.
- Fans berat Marvel atau Venom pasti merasakan adanya hawa Out of Character
Bagi yang sudah lama mengikuti komik Marvel, terutama Spider-Man dan
Venom Universe mungkin akan merasa sedikit janggal dengan karakterisasi
beberapa dari tokoh utama. Venom yang merupakan anti-hero terasa begitu
ksatria dan bahkan jinak dalam beberapa momen di film ini. Bagi sebagian
orang, ini gak jadi masalah. Namun, wajar kalau sebagian sisanya merasa
Venom harus lebih in-character agar gak bikin ilfil.
4. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan yang telah kamu data, buatlah teks kritik
sederhana minimal 200 kata!
Jawab :
Teks Kritik
Venom, awalnya, adalah musuh Spider-Man. Muncul pertama kali di komik Marvel. The
Amazing Spider-Man No. 252. Terbitan tahun 1984. Sejatinya, Venom merupakan
simbiotik dari luar angkasa. Yang mampu memanipulasi dan menyerap informasi genetis
inangnya.
Semula, Venom sampai ke bumi setelah “menumpang” meteor yang jatuh ke Bumi.
Lalu, dia menempel pada tubuh Spider-Man. Oleh karena itu, Venom akhirnya memiliki
kemampuan yang semula hanya dimiliki oleh si Manusia Laba-Laba tersebut. Seperti
menempel dan merayap di dinding, mengeluarkan jaring, serta memiliki kekuatan dan
kelincahan melebihi manusia biasa.
Setelah lepas dari Peter Parker, alias Spider-Man, Venom menjadi “terkenal” sejak
menguasai tubuh Eddie Brock. Rekan sekantor Peter. Yang juga berprofesi sebagai
jurnalis foto. Selain itu, symbiote tersebut juga pernah merasuki tubuh Mac Gargan, alias
The Scorpion, dan teman sekolah Peter: Flash Thompson.
Di layar lebar, Venom pertama kali muncul di film Spider-Man 3 (2007)-nya Tobey
Maguire. Kala itu, setelah lepas dari Peter Parker, dia juga mengakuisisi tubuh Eddie
Brock. Fotografer Yang diperankan oleh Topher Grace.
Semenjak kemunculannya yang pertama di film live-action tersebut, rumor mengenai
proyek film solo Venom terus bergulir. Yang akhirnya terealisasi tahun ini. Dengan
bintang aktor utamanya Tom Hardy.
Dalam film tampak Eddie Brock (Tom Hardy), jurnalis dari Daily Bugle, sedang
melakukan investigasi terhadap Life Foundation. Sebuah yayasan yang dicurigai sedang
melakukan eksperimen ilegal. Yang melibatkan symbiote dari luar angkasa.
Dr. Carlton Drake (Riz Ahmed), ilmuwan yang menguji interaksi symbiote misterius
tersebut dengan manusia. Misinya adalah menciptakan makhluk dengan kekuatan super.
Dalam komik Marvel, Venom: Lethal Protector, Life Foundation dikisahkan berhasil
membuat lima prajurit super. Eddie Brock Saat sedang melakukan investigasi di Life
Foundation itulah, dia diserang oleh makhluk yang menjadi subjek eksperimen.
Beberapa sumber meyakini, makhluk yang menyerang Brock adalah Scream. Satu di
antara lima symbiote. Yang diciptakan oleh Dr. Carlton Drake.
Setelah terinfeksi oleh symbiote alien tersebut, fisik Brock perlahan-lahan mengalami
perubahan. Mulai dari mendengar suara-suara aneh di kepala, mata menjadi gelap,
hingga akhirnya, seluruh tubuhnya berubah menjadi Venom. Si Monster Hitam Legam.
Meski awalnya menolak, Brock dan symbiote tersebut akhirnya bisa bersatu. Tampak
juga adegan ketika Venom menangkap seorang perampok di minimarket. Lalu, dia
melahapnya sebagai kudapan.
Adegan brutal tadi menunjukkan bahwa Venom bukanlah superhero. Sesuai dengan
tagline film ini: “The world has enough superheroes.” Meski demikian, Venom juga
bukan villain seperti di film Spider-Man 3. Di sini, Venom adalah the real antihero.
Semacam Deadpool di X-Men Universe.
Setelah melihat trailer-nya, banyak fans yang mengira bahwa Venom bakal diberi rating
R (17+). Seperti Logan (2017) dan Deadpool (2016). Namun, akhirnya, film ini diberi
rating PG-13 (13+). Yang artinya lebih ramah anak. Bisa ditonton oleh para ababil
berusia 13 tahun ke atas.
Menurut sutradara Ruben Fleischer, film garapannya ini memang tidak seperti film
Marvel yang lain. Tidak ada sosok pahlawan super di sini. Karakter Venom dia
tampilkan lebih berani, lebih membumi, tapi sekaligus rumit dan kejam.
Tom Hardy, selaku aktor utama, mengaku excited dengan perannya sebagai musuh
Spider-Man tersebut. Dia sangat menikmati berperan sebagai antihero.
Awalnya, Tom Hardy mau menerima peran sebagai Venom karena putranya: Louis
Thomas Hardy. Dia ingin main di film yang bisa ditonton oleh anaknya. Bahkan, Louis
sempat membantu dan mengarahkan Hardy cara memerankan Venom dengan benar.
Karena Hardy tidak begitu mengenal karakter itu sebelumnya.
Selain putranya, Hardy mengaku ada tiga orang yang menjadi inspirasinya dalam
memerankan Venom. Yaitu: Woody Allen yang menurutnya sangat humoris, petarung
MMA Conor McGregor, dan rapper Redman.
Sebagai pendamping Tom Hardy, sutradara Ruben Fleischer memasang aktris cantik
Michelle Williams. Yang berperan sebagai Anne Weying. Pacar Eddie Brock.
Venom pun tercatat sebagai film adaptasi komik pertama yang dibintangi Michelle
Williams. Dia mengakui, keterlibatan Tom Hardy menjadi faktor penentu keputusannya
bermain di sini. Williams juga memuji lawan mainnya tersebut sangat berbakat dan
berkomitmen.
Seperti halnya Venom dan symbiote lainnya, Riot juga bersifat parasit. Mampu
berpindah dari satu inang ke inang yang lain. Dengan cepat. Kita tidak akan pernah tahu
dari mana dia bakal muncul. Meski demikian, Riot juga memiliki kelemahan. Dia tidak
mampu bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama. Jika terpisah dari inangnya. Oleh
karena itu, Riot sangat bergantung pada manusia sebagai inangnya. Selain itu, dia juga
rentan terhadap senjata api dan sonik.
Karakter Riot sendiri pertama kali muncul di komik Marvel. Venom: Lethal Protector
No. 4. Terbitan tahun 1993. Dikisahkan, sebagian besar hidupnya terikat dengan inang
bernama Trevor Cole. Seorang petugas keamanan di Life Foundation. Bentuk Riot
digambarkan lebih besar daripada Venom. Bahkan, dia merupakan symbiote yang
ukuran fisiknya, paling besar. Warnanya abu-abu.
Seperti halnya Venom, Riot juga mempunyai ketahanan, stamina, dan kekuatan
superhuman. Kecepatannya jauh melebihi kecepatan manusia biasa. Riot juga bisa
berkamuflase, merayap di dinding, serta memiliki imunitas terhadap spider-sense milik
Spider-Man. Yang paling menarik, Riot mampu menyembuhkan dirinya sendiri, alias
memulihkan tubuhnya dari luka, dan membentuknya kembali. Menjadi berbagai macam
senjata. Misalnya, sulur berbentuk sebilah pedang panjang yang mematikan
Dari film tampak satu adegan ketika Riot merasuki tubuh salah seorang staff Life
Foundation. Dia kemudian berubah menjadi monster. Mirip Venom. Tapi, warnanya
abu-abu. Dengan dua lengan berbentuk kapak. Jika berdasarkan versi komik, symbiote
dengan penampakan seperti itu seharusnya adalah Phage. Bukan Riot..
Yang menarik, Sony juga menyiapkan crossover. Antara Venom dan Spider-Man.
Karena mereka memang berada dalam satu universe yang sama. Hanya saja, Spider-Man
yang bakal tampil di sini tidak ada hubungannya dengan Avengers-nya Marvel
Cinematic Universe. Meskipun, pemerannya, mungkin, sama-sama Tom Holland.
Tentu jika dibandingkan dengan film ciptaan Disney, beberapa aspek seperti CGI dan
teknik pengambilan gambar memang dinilai agak kurang.Beberapa adegan berkelahi dan
kejar-mengejar di hutan terlihat sedikit cringe di film ini. Adegan slow motion yang
disajikan pun tidak menimbulkan kesan menantang bagi penontonnya. Mungkin karena
ingin menyelamatkan rating PG-13, beberapa adegan bagus dari Venom terpaksa harus
dipotong selama 40 menit.
Tom Hardy sendiri mengatakan adegan favoritnya tidak dimuat di hasil akhir film ini.
Namun dirinya terlihat sangat mendalami perannya sebagai Eddie. Secara keseluruhan
Sony Pictures Entertainment melakukan tugasnya dengan baik walaupun sebenarnya
mereka bisa lebih dari itu.
1. Nilai sosial ekonomi “Tak lama setelah itu Bob beralih pekerjaan menjadi kuli
bangunan. Gajinya ketika itu hanya sebesar Rp100. Ia
pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup
yang dialaminya. Bob merasakan pahitnya menghadapi
hidup tanpa memiliki uang.Untuk membeli beras saja dia
kesulitan.”
Nilai sosial ekonominya adalah Bob sadino yang sampai
kehilangan pekerjaannya dan terpaksa menjadi kuli
bangunan dan hidup susah
1. Nilai sosial ekonomi “Kita tidak mempunyai uang. Kita tak pernah
mempunyainya.”
Nilai sosial ekonominya adalah bahwa mereka tidak
memiliki uang
2. Nilai moral “Dan pada nisan itu ditulis : Pamujo dan Norma, dalam
maut mereka takterpisahkan. Tapi mereka akan
memisahkan kita.”
Nilai moralnya adalah bahwa mereka setia sampai ajal
menjemput