Anda di halaman 1dari 15

III.

PEMBUATAN PREPARAT KROMOSOM TANAMAN

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Genetika tumbuhan merupakan ilmu yang penting untuk dipelajari,
terutama bagi para pemulia tanaman. Pemulia tanaman bertugas untuk
merakit varietas baru, maka menguasai ilmu genetika tumbuhan
merupakan hal yang penting untuk dilakukan agar dapat merakit varietas
baru yang memiliki genotipe yang berbeda dengan tetuanya. Genetika
tumbuhan berkaitan erat dengan pembelahan sel secara mitosiss ataupun
meiosis.
Tumbuhan pada masa awal perkembangan mengalami
pertumbuhan sangat banyak, tumbuhan mengalami pembelahan sel secara
tidak langsung yang disebut juga dengan mitosis. Mitosis adalah
pembelahan duplikasi dimana sel memproduksi dirinya sendiri dengan
jumlah kromosom sel induk. Mitosis mempertahankan pasangan
kromosom yang sama melalui pembelahan inti dari sel somatis secara
berturut turut. Peristiwa ini terjadi bersama-sama dengan pembelahan
sitoplasma dan bahan-bahan di luar inti sel dan memiliki peran penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan hampir semua organisme. mitosis
memiliki beberapa tahapan meliputi profase metafase, anafase, dan
telofase. Terjadi pada ujung akar, yang mengalami pembelahan awal,
mitosis terjadi dalam sel somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel-sel
yang hidup terutama yang sedang tumbuh (ujung akar dan ujung batang)
atau bagian meristematik.
Kromosom memiliki peranan yang sangat penting bagi
keberlangsungan suatu makhluk hidup, karena kromosom merupakan alat
pengangkutan bagi gen – gen yang akan dipindahkan dari suatu sel induk
ke sel anakannya, dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya.
Pengamatan terhadap perilaku kromosom sama pentingnya dengan
mempelajari struktur kromosom. Perilaku atau aktivitas kromosom dapat

27
28

terlihat dalam siklus sel, termasuk didalamnya adalah pembelahan sel


(mitosis atau meiosis). Analisis kromosom, baik mitosis maupun meiosis
merupakan langkah awal yang dapat dilaksanakan untuk mempelajari
kromosom.
2. Tujuan
Praktikum sitogenetika acara Pembuatan Preparat Kromosom
Tanaman ini bertujuan untuk :
a. Mempelajari teknik atau metode pembuatan preparat mikroskop
untuk pengamatan kromosom tanaman.
b. Menentukan (optimasi) prosedur pembuatan preparat mikroskopis
untuk pengamatan kromosom suatu jenis tanaman.
B. Tinjauan Pustaka
Kromosom bawang merah termasuk kromosom yang berukuran besar
sehingga memudahkan dalam melakukan pengamatan kromosom. Jumlah
kromosom Allium cepa L. Aggregatum group adalah 2n = 2x = 16. Hasil
tersebut menunjukan bahwa benih botani bawang merah yang berasal dari hasil
persarian bebas akan tumbuh membentuk bawang merah sehingga dapat
digunakan sebagai bahan tanam bawang merah (Wospakrik 2018).
Tanaman bawang merah (Alliumascalonicum L.) merupakan sayuran umbi
yang serbaguna yang dapat digunakan sebagai penyedap aneka masakan atau
sebagai obat tradisional. Tanaman ini sering digunakan pada pengamatan
mitosis karena memiliki pertumbuhan yang cepat, mudah didapat, dan
harganya terjangkau. Pengamatan mitosis yang menggunakan akar bawang
merah akan memudahkan pengamatan karena memiliki jumlah kromosom yang
sedikit dan berukuran besar. Tanaman bawang memiliki ukuran kromosom
yang cukup besar sehingga sangat cocok digunakan untuk studi eksperimental
mitosis. Mitosis pada sel tumbuhan khusus terjadi pada jaringan meristematik
yang terdapat pada ujung akar dan ujung batang. Penentuan waktu perendaman
sel (fase mitosis) akar bawang merah (Allium ascalonicum L.) menggunakan
safranin untuk mendukung praktikum biologi (Abdullah 2017).
29

Tahapan prafiksatif, kemudian dilakukan tahapan fiksasi akar bawang


merah dengan menggunakan larutan asam asetat glasial 45%. Penggunaan
asam asetat sebagai larutan fiksatif bertujuan agar mempermudah penetrasi
serta menghasilkan ion-ion yang mempermudah pengikatan dengan reagen
yang lain. Asam asetat mampu menonaktifkan enzim-enzim dalam sel
(Prelly 2018).
Tahap fiksasi adalah maserasi dengan cara merendam akar bawang merah
ke dalam larutan HCl 1N. Larutan HCl tersebut berfungsi untuk menghidrolisis
dinding sel agar menjadi lunak dan mudah dipejet pada saat pembuatan
preparat pejetan (squash). Penggunaan larutan HCl juga bertujuan untuk
menghilangkan RNA dari sel . Proses maserasi dengan merendam larutan HCl
1N juga diinkubasi pada oven dengan suhu 55°C selama 5 menit dengan tujuan
untuk meningkatkan laju reaksi hidrolisis oleh HCl pada proses maserasi.
Penentuan waktu perendaman sel (fase mitosis) akar bawang merah (Allium
ascalonicum L.) menggunakan safranin untuk mendukung praktikum biologi
(Jaya 2017).
Sampel akar bawang merah diberi pewarna aceto orcein. Proses
pewarnaan ini bertujuan untuk mewarnai kromosom agar nampak jelas ketika
dilakukan pengamatan fase-fase mitosis. Jenis tanaman menghasilkan
pewarnaan yang lebih bagus dengan menggunakan aceto orcein bila
dibandingkan dengan pewarna Fuelgen. Pewarna tersebut sangat baik
digunakan pada tanaman dengan jumlah kromosom yang sedikit. Kromosom
akan terwarnai dengan jelas dan sitoplasma nampak jelas. Proses pewarnaan
berlangsung sekitar 30 menit dan setelah itu dilakukan proses pejetan untuk
proses pengamatan sel-sel akar bawang merah. Pengamatan antara lain
ditemukan fase profase, prometafase, metafase, anafase, dan telofase
(Hasbi 2018)
Konsentrasi efektif kolkisin berkisar antara 0,01-1,00% untuk lama
perendaman 6-72 jam. Konsentrasi yang terlalu tinggi atau waktu perendaman
yang terlalu lama, menyebabkan kromosom mengerut bahkan menggumpal,
karena reaksi kolkisin dengan protein dan asam nukleat. Senyawa ini dapat
30

digantikan senyawa mutagen lain seperti asenapten, kloralhidrat, 8-


hidroksiquinolin, p-diklorobenzen, indolasetat dan lain-lain. Secara umum
kolkisin lebih efektif karena lebih mudah larut dalam air dan tidak bersifat
racun apabila kadarnya tepat (Susilo 2018)
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara 3 Pembuatan Preparat Kromosom Tanaman
dilaksanakan pada hari Kamis, 15 November 2018 pukul 10.00-12.00 WIB
di Laboratorium Fisiologi dan Bioteknoogi Tumbuhan Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bahan dan Alat
a. Bahan
1) Jaringan meristematis tanaman (ujung akar, ujung daun muda)
2) Larutan aceto orcein
3) Aquades
4) Larutan kimia lain : asam asetat, etanol, HCl.
b. Alat
1) Mikroskop Binokuler
2) Gelas preparat, gelas penutup, dan botol kecil.
3) Lemari es.
3. Cara Kerja
a. Mengambil cuplikan bahan tanam berupa ujung akar bawang merah
(dari media kapas maupun media pasir)
b. Mencuci pada aquades sebanyak 3 kali pengulangan untuk akar bawang
merah yang diambil pada media pasir.
c. Melakukan pra-perlakuan untuk memperoleh penyebaran kromosom
dengan air es (cold water) yakni bahan direndam dalam aquades dan
dimasukkan kedalam mesin cuci selama 24 jam.
d. Memfiksasi untuk mematikan sel dengan larutan asam asetat 45%
(terdapat 2 perlakuan yaitu perendaman 1 jam dan 3 jam).
e. Hidrolisis menggunakan larutan HCl 1 N (5-10 menit).
31

f. Pewarnaan kromosom dengan larutan aceto-orcein 2%.


g. Pemencetan (squashing) cuplikan bahan tanam pada obyek glas.
h. Mengamati kromosom menggunakan mikroskop.
i. Mengevaluasi kualitas preparat berdasarkan foto kromoso.
32

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan

Menyiapkan akar Mempersiapkan Meniriskan akar


bawang merah larutan yang akan bawang merah
dipakai

Merendam akar Merendam akar Pra perlakuan


bawang merah di bawang merah pada bawang merah di
HCl selama 5 menit asam asetat 1 jam dan aquades 24 jam dan
3 jam di kulkas

Meniriskan akar Memasukkan akar Meniriskan akar


bawang merah bawang merah pada bawang merah
setelah direndam aquades 3x dan setelah digojok
HCl terakhir digojok aquades
33

Meniriskan akar Memasukkan akar Memasukkan akar


bawang merah bawang merah ke bawang merah dalam
setelah dari aquades aquades botol vial sampai
berwarna keruh

Akar bawang merah Meniriskan akar Meletakkan akar


dimasukkan ke bawang merah setelah bawang merah yang
orcein untuk direndam orcein telah diwarnai ke
pewarnaan kaca preparat

Akar bawang merah Menutup akar bawang Akar bawang merah


dipencet (squash) merah dengan cover ditetesi gliserin
dengan sumpit glass
sampai menyebar

Gambar 3.1 Skema Pembuatan Preparat Kromosom Akar Bawang Merah


(Allium ascalonicum) Pra Perlakuan
34

Menyiapkan akar Mempersiapkan Meniriskan akar


bawang merah larutan yang akan bawang merah
dipakai

Merendam akar Merendam akar Pra perlakuan


bawang merah di bawang merah pada bawang merah di
HCl selama 5 menit asam asetat 1 jam dan aquades 24 jam dan
3 jam di kulkas

Meniriskan akar Memasukkan akar Meniriskan akar


bawang merah bawang merah pada bawang merah
setelah direndam aquades 3x dan setelah digojok
HCl terakhir digojok aquades
35

Meniriskan akar Memasukkan akar Memasukkan akar


bawang merah bawang merah ke bawang merah dalam
setelah dari aquades aquades botol vial sampai
berwarna keruh

Akar bawang merah Meniriskan akar Meletakkan akar


dimasukkan ke bawang merah setelah bawang merah yang
orcein untuk direndam orcein telah diwarnai ke
pewarnaan kaca preparat

Akar bawang merah Menutup akar bawang Akar bawang merah


dipencet (squash) merah dengan cover ditetesi gliserin
dengan sumpit glass
sampai menyebar

Gambar 3.2 Skema Pembuatan Preparat Kromosom Akar Bawang Merah


(Allium ascalonicum) Tanpa Pra Perlakuan
36

Tabel 3.1 Preparat Kromosom Bawang Merah (Allium ascalonicum)


Evaluasi Kualitas Preparat

Pra Kejernihan Kejelasa Kejelas Penyebar


Met Hasil Foto Preparat Sitoplasma n an an
Perlaku Fiksasi
ode Kromosom Gambar Warna Kromoso
an
Kromoso Kromo m
m som
I Tanpa Asam Cukup Jelas Jelas Tersebar
Asetat
45% Jernih
(1 jam)

Gambar 3.3 Amatan


Preparat Kromosom
Tanpa Pra-Perlakuan
1 jam
II Air Es Asam Cukup Kurang Jelas Tersebar
Asetat
45% jernih jelas
(1 jam)

Gambar 3.4 Amatan


Preparat Kromosom
Pra-Perlakuan 1 jam
III Tanpa Asam Cukup Jelas Jelas Tersebar
Asetat
45% Jernih
(3jam)

Gambar 3.5 Amatan


Preparat Kromosom
Tanpa Pra-Perlakuan
3 jam
IV Air Es Asam Tidak Tidak Tidak tersebar
Asetat
45% Jernih Jelas jelas
(3 jam)

Gambar 3.6 Amatan


Preparat Kromosom
Pra-Perlakuan 3 jam
Sumber : Laporan Sementara
37

Tabel 3.2 Fase-fase Mitosis Kromosom Bawang Merah (Allium ascalonicum)

Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11
Interfase Profase Metafase Anafase Telofase

Foto Interfase Foto Profase Foto Metafase Foto Anafase Foto Telofase
Sumber : Laporan Sementara

2. Pembahasan
Secara umum, langkah-langkah pembuatan preparat yaitu: Fiksasi,
Hidrolisis, Pencucian, Pewarnaan, Perekatan/squashing, penyegelan dan
labeling. Pada tahap fiksasi, jenis fiksatif yang digunakan adalah asam asetat.
Fiksatif ini merupakan jenis fiksatif sederhana karena didalamnya hanya
mengandung satu macam zat saja. Menurut Sipahutar ( 2009) berpendapat
bahwa pengawetan (fiksasi) adalah stabilitasi unsur penting pada jarimgan
sehingga unsur tersebut tidak terlarut, berpindah, atau terdistorsi selama
prosedur selanjutnya. Fiksasi yang benar adalah dasar dari semua preparat
yang baik. Efek fiksasi terhadap jaringan yang diproses adalah menghambat
proses pembusukan dan autolysis, pengawetan jaringan, pengerasan jaringan,
pemadatan koloid, diferesiansi optic, dan berpengaruh terhadap pewarnaan.
Sejumlah factor akan mempengaruhi proses pengawetan yaitu dapar,
penetrasi, volume pengawet, konsentrasi, interval waktu, suhu, dan jenis
larutan pengawet.
38

Penggunaan asam asetat membantu dalam melunakkan dinding sel,


sehingga zat pewarna (acetocarmine) dapat cepat masuk dan menyerap lebih
kuat. Selain itu, asam asetat juga menghilangkan bahan-bahan yang akan
mengganggu dalam pengamatan kromosom. Metode yang dilakukan Coe dan
Klitgaard (2009) ini biasanya digunakan untuk tanaman dengan jumlah
kromosom yang tidak banyak. Bahan pencuci yang digunakan setelah proses
fiksasi adalah aquades, yang selanjutnya proses diteruskan dengan proses
hidrolisis. Proses hidolisis ini menggunakan HCl. Hal ini bertujuan untuk
melunakkan ujung akar bawang merah, karena sifat ujung akar bawang merah
adalah keras, jadi harus dilunakkan terlebih dahulu agar mudah ketika
dilakukan pemejetan atau squosh. Pada tanaman yang lebih keras, konsentrasi
HCl dapat ditingkatkan dan perendaman dapat dilakukan lebih lama. Setelah
perendaman, batas antara tudung akar dengan sel-sel diatasnya akan tampak
jelas. Tudung akar menjadi berwarna lebih putih. Pewarnaan dilakukan
dengan menggunakan acetocarmin
Sitokinin berperan dalam transisi fase G1=> S dan G2=> M dengan
meningkatkan aktifitas fosforilasi sel. G1 merupakan fase dimana
pertumbuhan terjadi dengan meningkatnya kuantitas organela dan
meningkatnya volume sitoplasma. Menurut Lestari et al (2013) setelah fase
G1 siap maka sel akan segera memasuki fase S. Fase S adalah saat terjadinya
sintesa DNA yang menghasilkan replikasi DNA yang identik dengan DNA
induk. Fase S diikuti oleh fase G2 dimana sel mempersiapkan diri untuk
melakukan mitosis. Sedangkan fase M adalah fase mitosis dimana terjadi
pembelahan inti (pemisahan kromosom) dan pemisahan sitoplasma.
Aspek keakuratan materi pada kriteria kelengkapan fase dalam satu unit
preparat maupun kelengkapan fase mitosis dalam satu lapang pandang dan
kemudahan menemukan fase, semua preparat menunjukkan skor 4 yang
berarti pada semua preparat terdapat interfase dan fase mitosis lengkap.
Ketidaklengkapan fase pada pengamatan dalam satu lapang pandang menurut
Abidin (2014) disebabkan sel-sel mitosis tersebar secara acak dan tidak
merata saat melakukan squashing, namun pengamatan secara cermat pada
39

beberapa titik lapang pandang dalam satu preparat akan didapatkan fase
interfase dan fase lengkap mitosis. Persebaran sel-sel mitosis yang tidak
merata menyebabkan pengamatan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Siklus sel adalah periode dari permulaan satu pembelahan menuju ke
permulaan yang lainnya, sedangkan reproduksi seluler adalah proses
perputaran dari pertumbuhan mitosis dan pembelahan sel. Siklus sel terdiri
dari interfase dan mitosis. Interfase itu sendiri terdiri dari tiga fase (G1, S, dan
G2). Mitosis terdiri dari 5 fase yaitu profase, prometafase, metafase, anafase
dan telofase. Mitosis adalah proses pembagian genom yang telah digandakan
oleh sel ke dua sel identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel. Menurut
pembahsan dari Muhlisyah et al (2014) mitosis umumnya diikuti oleh
sitokinesis yang membagi sitoplasma dan membran sel. Proses ini
menghasilkan dua sel anak yang identik, yang memiliki distribusi organel dan
komponen sel yang sama, serta bertujuan untuk mempertahankan pasangan
kromosom yang sama melalui pembelahan inti secara berturut-turut.
Bagian nukleolus akan mengalami pembentukan kembali. Bagian matrik
pada sitoplasma dan nukleous akan kembali dalam kondisi yang jernih.
Terbentuk selaput-selaput pemisah pada bagian -bagian bidang ekuator /
bidang pembelahan (sebagai proses sitokinesis) dan juga akan terbentuk dua
buah sel-sel anak yang baru. Mitosis kali ini, pada proses pembelahan sel
secara mitosis pada setiap sel-sel indukan yang memiliki sifat diploid (2n)
akan mengahasilkan dua buah bagian sel anakan yang masing-masing
bagiannya akan tetap mempunyai sifat diploid. Sifat-sifat tersebut, yang
dimiliki oleh sel-sel anakan akan memiliki sifat-sifat yang juga sama persis
dengan sel-sel indukannya.
40

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan Acara III Pembuatan Preparat Kromosom
Tanaman dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Langkah-langkah pembuatan preparat yaitu: Fiksasi, Hidrolisis,
Pencucian, Pewarnaan, Perekatan/squashing, penyegelan dan labeling.
b. Mitosis adalah proses pembagian genom yang telah digandakan oleh sel
ke dua sel identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel.
c. Siklus sel terdiri dari interfase dan mitosis. Interfase itu sendiri terdiri
dari tiga fase (G1, S, dan G2). Mitosis terdiri dari 5 fase yaitu profase,
prometafase, metafase, anafase dan telofase.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu persediaan alat penunjang
pembuatan kromosom tanaman diperbanyak sehingga dapat mendukung
proses praktikum .
41

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah F N, Jaya A S, Widayat. 2017. Determination of cell immersion time


(Mitosis Phase) roots of onion (Allium ascalonicum L.) using safranin to
support biological practicum. J. Bioleuser 1(3):86-91
Abidin, A.Z., 2014. Studi Indeks Mitosis Bawang Untuk Pembuatan Media
Pembelajaran Preparat Mitosis. J. BioEdu, 3(3).
Hasbi, Gustina S, Supriatna . 2018. Efektivitas insulin-like growth factor-i (igf-i)
dalam media maturasi in vitro pada pematangan inti dan fertilisasi oosit sapi
bali. J. Acta Veterinaria Indonesiana 6(1): 24-29
Jaya A S, Abdullah F N, Widayat. 2018. Determination of cell immersion time
(Mitosis Phase) roots of onion (Allium ascalonicum L.) using safranin to
support biological practicum. J. Bioleuser 1(3):86-91
Klitgaard K, Coe G. F. and. 2009. Procedur for squash preparation of somatic Sugar
Beettissues. Journal of The A. S. S. B. T. 10(7):609-611.
Lestari, E., Nurhidayati, T. and Nurfadilah, S., 2013. Pengaruh konsentrasi zpt 2,
4-d dan bap terhadap pertumbuhan dan perkembangan biji dendrobium
laxiflorum jj smith secara in vitro. J Sains dan Seni ITS.2(1) :E43-E47.
Muhlisyah, N et al.2014. Preparasi kromosom fase mitosis markisa ungu
(passiflora edulis) varietas edulis sulawesi selatan. J Biogenesis. 2(1):55-58.
Prelly M.J. Tuapattinaya . 2018. Analisis kariotipe pada tanaman pisang tongkat
langit (Musa troglodytarum L) serta sumbangan ilmiah bagi mata kuliah
anatomi tumbuhan. J. Biologi Sel 7(1) :56-84
Setyowati M, Sulistyaningsih E. 2013. Induksi poliploidi dengan kolkisina pada
kultur meristem batang bawang wakegi (Allium x wakegi Araki). J. Ilmu
Pertanian 16(1) : 58 – 76
Sipahutar, H. 2009. Dasar-dasar teori mikroteknik teknik pembuatan sediaan
histology. Medan : FMIPA UNIMED
Susilo R H, Farikhah, Rahim R. 2018. Analisis jumlah kromosom pada
triploidisasi ikan mas (Cyprinus carpio Linn) ras punten dengan lama
perendaman kejut suhu panas yang berbeda. J. Perikanan Pantura 1(1):55-60
Wospakrik, A.H. 2018. Analisis karyotipe bawang merah hasil persarian
bebas. J. Agrotek.5(6): 15-21

Anda mungkin juga menyukai