Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

NARKOTIKA PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADDIKTIF (NAPZA)


“MEKANISME KERJA PSIKOTROPIKA”

DISUSUN OLEH

ANGGOTA : TANIA MUSTIKA (1504074)


PITRIA SUNATA (1504075)
FIFI YULIAGUS (1504081)

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


YAYASAN PERINTIS
PADANG
2018
PSIKOTROPIKA DAN MEKANISME KERJA

Menurut UU No.5 Tahun 1997 psikotropika digolongkan menjadi:

1. Psikotropika golongan I
adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan

Psikotropika golongan I dan mekansime reaksinya :


a. MDMA (Methylenedioxy-N-Methylamphetamine)/ ekstasi
Ekstasi merupakan bahan neurotransmitter (pengantar rangsang)
simpatik, yang merangsang organ jantung dan otak. Mekanisme aksi
utama dari MDMA adalah dengan menstimulasi sistem syaraf pusat dan
melepaskan noradrnalin dengan cepat dan singkat dari ujung adrenergik
perifer menyebabkan efek simpatomimetik
Zat ini merangsang pengeluaran adrenalin dan nor adrenalin yang
mengakibatkan kerja jantung semakin keras, yang ditandai dengan rasa
berdebar-debar, pembuluh darah menciut dan tekanan darah naik.
Sedangkan di otak zat tersebut menyebabkan rasa "alert" (waspada,
curiga dan berjaga-jaga), sehingga orang yang meminumnya tidak
terserang rasa mengantuk.
Adrenalin dan nor adrenalin merupakan hormon yang berfungsi
mengubah glukosa menjadi energi. Hal inilah yang menyebabkan
pemakai ecstacy selalu mempunyai energi untuk beraktivitas tanpa kenal
lelah. Padahal perubahan untuk membentuk energi itu sangat berbahaya,
karena tidak berlangsung alamiah, atau dipaksakan.
Setelah menelan pil ini, suhu tubuh meningkat dan rasa panas menjalar
ke seluruh tubuh. Bila sudah klimaks, atau sering disebut dengan istilah
on, sinar lampu menjadi begitu indah dan hentakan musik keras house
music menyebabkan tubuh serasa tersedot mengikuti gerak iramanya.
Reaksi pil ini umumnya berkisar tiga sampai lima jam, tergantung
kualitasnya.
b. LSD (Lysergyc Acid Diethylamide)
Salah satu zat yang terdapat di dalam lem Aica aibon adalah
Lysergic Acid Diethyilamide (LSD).Lysergic acid diethylamide (LSD)
adalah halusinigen yang paling terkenal. Ini adalah narkoba sintetis yang
di sarikan dari jamur kering (dikenal sebagai ergot) yang tumbuh pada
rumput gandum. Bekerja secara bersaing (antagonis kompetitif)
dengan serotonin
Mekanisme kerja:
LSD mempengaruhi sejumlah besar reseptor pasangan protein-G,
termasuk semua reseptor dopamin, semua subtipe adrenoreseptor sama
seperti lainnya. Ikatan LSD pada sebagian besar subtipe reseptor
serotonin kecuali 5-HT3 dan 5-HT4. bagaimanapun juga, hampir semua
reseptor mempengaruhi pada afinitas rendah menjadi aktif pada otak
dengan konsentrasi 10-20 nm.

2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan


dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Psikotropika golongan II dan mekanisme reaksinya:


a. Amfetamin
Mekanisme kerja :
Merangsang pelepasan neurotransmiter Norepinefion dan dopamin dari
otak dan sistem saraf Simpatis (terminal saraf tepi) sehingga memblokir
reuptake norepinefrin dan dopamin ke dalam neuron presinaptik dan
meningkatkan pelepasan monoamina ini ke dalam extraneural,

b. Metilfenidat
Bekerja menstimulasi SSP hingga batas kelelahan faal dapat dilampaui.
Obat ini dapat menimbulkan euphoria dan perilaku ‘tanpa kendali.
Mekanisme kerja: Penghambatan re-uptake dopamine dan noradrenalin
c. Metamfetamin
MEKANISME KERJA : meningkatkan aktivitas neurotransmiter
norepinefrin dan dopamin dengan cara memblokade re-uptake-nya di
ujung saraf. Dua neurotransmiter ini bekerja pada sistem saraf simpatis
meningkatkan kewaspadaan, meningkatkan denyut jantung,
meningkatkan pernafasan dan lain-lain.

d. Fensiklidin.
Mekanisme kerja : PCP dapat menghambat susunan sistem saraf pusat
(CNS depressant) seperti alkohol dan barbiturat, mempunyai efek
antikolinergik (seperti atropin), seperti anestesi, sebagai obat penenang
atau psikedelik. Angel dust menekan otak dan pemakainya biasanya akan
menjadi binggung dan mengalami disorientasi, segera setelah obat
digunakan. Pengguna akan merasakan ketidaktahuan dimana dia berada,
siapa dirinya, kapan dan jam berapa. Pengguna dapat dikatakan masuk ke
keadaan kesurupan/trace seperti dihipnotis.

e. Sekobarbital
Sekobarbittal adalah obat golongan barbiturat kerja singkat, sehingga
mekanisme kerja nya sama dengan barbiturat
Mekanisme kerja : Barbiturat menyerang tempat ikatan tertentu pada
reseptor GABA A sehingga kanal klorida terbuka lebih lama yang
membuat klorida lebih banyak masuk sehingga menyebabkan
hiperpolarisasi dan pengurangan sensitivitas sel-sel GABA.. Disini,
barbiturat adalah agonis dari GABA yang bekerja mirip dengan GABA
sehingga ketika terjadi hiperpolarisasi sehingga tidak terjadi potensial aksi
dan terjadinya anastesi.

3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan


dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Obat-obat psikotropika golongan II dan mekanisme reaaksinya :

a. Amobarbital, butalbital, siklobarbital, pentobarbital


merupakan obat golongan barbiturate.
Mekanisme Kerja:
Barbiturat menyerang tempat ikatan tertentu pada reseptor GABA
A sehingga kanal klorida terbuka lebih lama yang membuat klorida lebih
banyak masuk sehingga menyebabkan hiperpolarisasi dan pengurangan
sensitivitas sel-sel GABA. Dimana barbturat merupakan kelanjutan efek
terapi. Disini, barbiturat adalah agonis dari GABA yang bekerja mirip
dengan GABA sehingga ketika terjadi hiperpolarisasi maka tidak terjadi
depolarisasi sehingga tidak terjadi potensial aksi dan terjadinya anastesi.
Ketika anastesi telah berlangsung, perlu diperhatikan dalam
penggunaan barbiturat. Sebab, barbiturat merupakan obat yang
distribusinya luas. Karena seperti yang kita ketahui bahwa tahap-tahap
anatesi ada empat tingkatan dan yang paling fatal adalah pada tingkat
keempat dimana dapat terjadi koma bahkan kematian pada pasien.
b. Fluitrazepam
merupakan obat golongan benzodiazepine .
Mekanisme kerja :
Benzodiazeepin memperantai kerja asam amino GABA (Gamma Amino
Butyric Acid), neurotransmiter inhibisi utama di otak. Karena saluran
reseptor GABA dengan selektif memasukkan anion klorida ke dalam
neuron, aktivasi reseptor GABA menghiperpolarisasi neuron sehingga
terjadi inhibisi. Benzodiazepin menimbulkan efeknya dengan terikat ke
tempat khusus di reseptor GABA. Reseptor GABA merupakan tempat
dimana obat golongan benzodiazepin bekerja, seperti diazepam.
Diazepam akan mengikat pada reseptor GABA secara alosterik, dimana
ia akan mengingat pada sisi lain selain sisi aktif dari reseptor GABA.
Ketika diazepam mengikat reseptor GABA, ia akan meningkatkan
frekuensi dari pembukaan reseptor tersebut. Diazepam menyebabkan
peningkatan konduktivitas dari reseptor GABAa. Ketika neurotransmitter
GABA mengikat dengan reseptor, ia memicu perubahan konformasi
dalam pori-pori sehingga memungkinkan lebih banyak Cl- masuk ke
dalam sel. Hal ini menghasilkan hiperpolarisasi dari membran sel,
akibatnya menghasilkan penghambatan potensial aksi. Setelah mengikat,
benzodiazepin mengunci reseptor GABAa menjadi konformasi yang
meningkatkan pengikatan GABA. Peningkatan GABA yang terikat pada
reseptor meningkatkan frekuensi membuka terkait kanal ion Cl-, sehingga
memperkuat efek penghambatan potensial aksi.

c. amobarbital

Mekanisme Kerja:
Menimbulkan berbagai tingkat depresi SSP, depresi korteks sensorik,
menurunkan aktiftas motorik, mengubah fungsi serebral, menghambat
transmisi dalam SSP, dan menaikkan ambang kejang.

4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan


dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan.

Psikotropika golongan IV dan mekanisme reaksinya:


a. Alprazolam, bromazepam, brotizolam, camazepam, clobazam,
clonazepam, clorazepate, clordiazepoksid, clotiazepam, cloxazolam,
diazepam, delorazepam, estazolam, ketazolam, haloxazolam, halazepam,
flurazepam, fludiazepam, merupakan obat golongan benzodiazepine.
Semua obat di atas merupakan golongan benzodiazepin.
Mekanisme kerja :
Benzodiazeepin memperantai kerja asam amino GABA (Gamma Amino
Butyric Acid), neurotransmiter inhibisi utama di otak. Karena saluran
reseptor GABA dengan selektif memasukkan anion klorida ke dalam
neuron, aktivasi reseptor GABA menghiperpolarisasi neuron sehingga
terjadi inhibisi. Benzodiazepin menimbulkan efeknya dengan terikat ke
tempat khusus di reseptor GABA. Reseptor GABA merupakan tempat
dimana obat golongan benzodiazepin bekerja, seperti diazepam.
Diazepam akan mengikat pada reseptor GABA secara alosterik, dimana
ia akan mengingat pada sisi lain selain sisi aktif dari reseptor GABA.
Ketika diazepam mengikat reseptor GABA, ia akan meningkatkan
frekuensi dari pembukaan reseptor tersebut. Diazepam menyebabkan
peningkatan konduktivitas dari reseptor GABAa. Ketika neurotransmitter
GABA mengikat dengan reseptor, ia memicu perubahan konformasi
dalam pori-pori sehingga memungkinkan lebih banyak Cl- masuk ke
dalam sel. Hal ini menghasilkan hiperpolarisasi dari membran sel,
akibatnya menghasilkan penghambatan potensial aksi. Setelah mengikat,
benzodiazepin mengunci reseptor GABAa menjadi konformasi yang
meningkatkan pengikatan GABA. Peningkatan GABA yang terikat pada
reseptor meningkatkan frekuensi membuka terkait kanal ion Cl-, sehingga
memperkuat efek penghambatan potensial aksi.

b. Allobarbital, barbital, butobarbital.


Merupakan obat golongan barbiturate.
Mekanisme kerja :
Barbiturat menyerang tempat ikatan tertentu pada reseptor GABA
A sehingga kanal klorida terbuka lebih lama yang membuat klorida lebih
banyak masuk sehingga menyebabkan hiperpolarisasi dan pengurangan
sensitivitas sel-sel GABA. Dimana barbturat merupakan kelanjutan efek
terapi. Disini, barbiturat adalah agonis dari GABA yang bekerja mirip
dengan GABA sehingga ketika terjadi hiperpolarisasi maka tidak terjadi
depolarisasi sehingga tidak terjadi potensial aksi dan terjadinya anastesi.
Ketika anastesi telah berlangsung, perlu diperhatikan dalam
penggunaan barbiturat. Sebab, barbiturat merupakan obat yang
distribusinya luas. Karena seperti yang kita ketahui bahwa tahap-tahap
anatesi ada empat tingkatan dan yang paling fatal adalah pada tingkat
keempat dimana dapat terjadi koma bahkan kematian pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Farmakologi dan Teraputik. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5.


Badan penerbit FK UI: Jakarta

Hoan, Tan dan Rahardja, Kirana. 2007. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-efek Sampingnya Edisi ke enam. Gramedia: jakarta

http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-psikotropika-dan
golongan.html. Diakses tanggal 11 april 2018

https://toksikologi519.wordpress.com/2014/12/28/barbiturat/ diakses tanggal 11


april 2018

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-4-sistem-saraf-pusat/41-hipnosis-dan-
ansietas/413-barbiturat diakses tanggal 11 april 2018

https://meetdoctor.com/article/fakta-dan-efek-samping-benzodiazepin diakses
tanggal 11 2018

Anda mungkin juga menyukai