Bahan Revisi Kopling & Roda Gigi
Bahan Revisi Kopling & Roda Gigi
Poros ynag digunakan pada kopling ini akan mengalami beban puntir dan beban lentur,
namun yang paling besar adalah momen puntir akibat putaran, untuk itu maka digunakan poros
transmisi. Perhitungan kekuatan poros didasarkan pada momen puntir khususnya untuk poros
kopling.
Data yang diketahui ( dari brosur, lampiran 1 ) adalah :
Daya (P) : 7,3 PS
Putaran (n) : 8000 rpm
Maka daya yang direncanakan yang akan dialami poros adalah :
P = 7,3 . 0,746
= 5,44 KW.
Maka untuk meneruskan daya dan putaran ini, terlebih dahulu dihitung daya
perencanaannya (Pd).
Pd = fc . P
Di mana :
Pd = daya perencanaan
fc = faktor koreksi
P = daya masukan
Daya mesin (P) merupakan daya nominal output dari motor penggerak, daya inilah yang
ditransmisikan melalui poros dengan putaran tertentu.
Daya rata-rata merupakan besarnya daya-daya yang bekerja dibagi dengan jumlah daya yang
bekerja.
Daya naximum merupakan daya yang paling besar yang terjadi saat melakukan mekanisme.
Daya normal merupakan daya optimal yang dapat dihasilkan oleh mesin.
Dalam perancangan ini yang digunakan adalah daya maximum yang mungkin terjadi
pada saat start sehingga range faktor koreksinya adalah 0,8 – 1,2. Dalam hal ini dipilih besarnya
0,8 yang agak lebih kecil, karena juga akan memiliki faktor keamanan lainnya, seperti faktor
keamanan sesuai dengan jenis bahan, bentuk dan lain-lain.
Sehingga daya yang direncanakan adalah :
Pd = 1,08 . 5,44 kw
Pd = 5,87kw
87,8
Mp = 9,74 . 105
6000
= 14252,86 kg. mm
Dalam pemilihan bahan perlu diperhatikan beberapa hal seperti pada tabel berikut, dan
kita dapat menyesuaikan dengan yang kita butuhkan.
Tabel. 3.2. Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS)
Perlakuan Diameter Kekuatan Kekerasan
Lamban Panas (mm) Tarik
g (kg/mm2) HRC (HRB) HB
Menurut hasil yang diperoleh dari perhitungan diatas, terlihat bahwa tegangan geser
yang terjadi adalah lebih kecil daripada tegangan geser yang diizinkan p < a. Dengan hasil ini
maka dapat disimpulkan bahwa poros ini aman untuk digunakan pada kopling yang dirancang
untuk memindahkan daya dan putaran yang telah ditentukan.
BAB IV
SPLINE
Spline berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran dari poros komponen-komponen
lainnya. Fungsi spline pada dasarnya adalah sama dengan fungsi pasak, perbedaannya adalah
bahwa spline merupakan bagian dari poros, atau dengan kata lain menyatu dengan poros,
sedangkan pasak terpisah dari poros dan untuk pemasangannya diperlukan alur pada poros.
Selain itu jumlah spline untuk tiap poros adalah tertentu pada konstruksi yang diambil
berdasarkan standard SAE, sedangkan jumlah pasak ditentukan sesuai dengan kebutuhan yang
dianggap perlu oleh perancangnya.
Penggunaan spline adalah lebih beruntung dibanding pasak, karena spline lebih kuat
dan akan mengalami beban puntir yang merata pada seluruh bagian poros. Sedangkan pada pasak
yang akan mengalami tegangan adalah pasak itu sendiri karena terkonsentrasi pada pasak
tersebut.
4. 1. Perancangan Spline
Pemilihan Spline ditentukan berdasarkan standart SAE (Society Automotive
Engineering) pada kendaraan bermotor, mesin-mesin produksi, mesin-mesin perkakas dan lain-
lain.
Gambar 4. 1. Spline
Keterangan :
D = diameter luar spline
d = diameter dalam spline
h = tinggi spline
w = lebar spline L = panjang spline
Untuk berbagai kondisi pengoperasian spline telah ditetapkan ukurannya sesuai dengan
standart SAE, seperti pada tabel berikut :
Tabel 4-1. Spesifikasi spline untuk berbagai kondisi operasi (standard SAE)
Number Permanent Fit To Slide When To Slide When All
of Spline Not Under Load Under Load Fits
H D H D H D w
4 0,075D 0,850D 0,125D 0,750D - - 0,241
D
6 0,050D 0,900D 0,075D 0,850D 0,100D 0,800D 0,250
D
10 0,045D 0,910D 0,070D 0,860D 0,095D 0,810D 0,156
D
16 0,045D 0,910D 0,070D 0,860D 0,095D 0,810D 0,098
4. 2. Pemilihan Spline
Dalam perancangan kopling ini perlu diperhatikan jumlah spline yang akan jadi sangat
berpengaruh dalam penerusan daya. Jumlah spline akan mempengaruhi tegangan geser dan
tegangan tumbuk, dimana semakin banyak jumlah spline maka pemusatan daya akan terbagi
untuk tiap spline sehingga tegangan tumbukan dan tengangan geser akan semakin kecil.
Sesuai dengan diameter poros dan daya yang akan diteruskan, maka jumlah spline yang cocok
adalah 10, karena selain aman tidak berlebihan.
Sehingga dari tabel 4.1 diperoleh data sebagai berikut :
h = 0,095 D ; d = 0,810 D ; w = 0,156 D
Maka : d =10 mm
d 10
D= = = 12,3 mm/s. ................................................
0,810 0,810
Panjang spline diperoleh dari :
D 3 12,33
L= 2 18,6mm
d 10 2
Jari-jari rata-rata spline diperoleh dari :
rm = D + d = 37,04+30 = 16,76 mm
4 4
4. 3. Analisa Beban
4. 4. Pemilihan Bahan
Dalam pemilihan bahan spline adalah sama dengan bahan poros, karena spline adalah
menyatu dengan poros. Bahannya adalah 555C-D dengan kekuatan tarik maximum b = 83
Kg/mm2
Untuk memeriksa kekuatan spline, maka dapat dilakukan pada dua jenis kemungkinan
yang akan mengalami kegagalan, yaitu akibat tegangan tumbuk t dan tegangan geser g.
= 0,42 kg
mm 2
Sementara tegangan tumbuk izin dari pada bahan spline ini adalah :
b 83
ti = = = 8,3 kg
i 10 mm 2
Dari hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa tegangan tumbuk izin adalah lebih besar
dari pada tegangan tumbuk yang terjadi pada spline ti > t .
Maka dapat disimpulkan bahwa rancangan ini aman dari tegangan tumbuk.
= 4,79 kg
mm 2
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa tegangan geser izin lebih besar dibanding tegangan geser
yang timbul pada spline gi > g .
Maka dapat disimpulkan bahwa spline pada perancangan ini adalah aman dari tegangan geser.
BAB V
NAAF
Naaf adalah pasangan dari spline, di mana dimensinya adalah sama antara keduanya.
Tetapi, pada kondisi yang sebenarnya ada perbedaan ukuran yang kecil, meskipun analisa dan
perhitungannya sama. Perbedaan yang kecil ini akan menjadi sangat berpengaruh untuk
mesinyang memerlukan ketelitian yang tinggi atau pada mesin yang bekerja pada putaran tinggi.
Dengan pertimbangan di atas maka perhitungan naaf harus dihitung tersendiri tetapi tetap
berdasarkan perhitungan spline.
Pada perancangan naaf ini didasarkan pada standart SAE yang sama pada perancangan spline.
Gambar 5.
1. Naaf
Keterangan :
D = diameter luar naaf
d = diameter dalam naaf
w = lebar gigi naaf
h = tinggi gigi naaf
l = panjang naaf
5. 1. Perancangan Naaf
Berdasarkan data dari ukuran spline, maka ukuran untuk naaf adalah sebagai berikut :
h = 0,095 D
d = 0,810 D
w = 0,156 D
Dari data ukuran spline yang telah diketahui, lebar gigi naaf dapat diperoleh dari :
( .Ds ) (i.ws)
w =
i
Dalam pemilihan bahan naaf adalah sama dengan bahan poros spline,yakni S55C-D dengan
kekuatan tarik b = 83 Kg/mm2 .
Pemeriksaan kekuatan naaf dapat dilakukan pada dua kemungkinan seperti halnya pada spline,
yakni terhadap tegangan geser dan tegangan tumbuk.
Dari perhitungan pada Bab 4 diperoleh tegangan geser izin untuk bahan S55C-D adalah gi =
4,79 kg/mm2, di mana harganya adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan tegangan geser
kerjanya, g < gi sehingga naaf aman dari kegagalan akibat tegangan geser. Maka dapat
disimpulkan bahwa naaf aman digunakan pada perancangan ini.
BAB VI
PLAT GESEK
Plat gesek berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran dari flyweel (roda penerus) ke poros
yang digerakkan (poros output). Transmisi daya dan putaran ini terjadi melalui gesekan antara
flyweel dengan plat gesek yang ditekan oleh plat penekan.
Berikut ini adalah sketsa dari plat gesek dan simbol-simbol yang digunakan.
Gambar 6. 1. Plat Gesek
Ket :
D = diameter luar plat gesek
d = diameter dalam plat gesek
a = tebal plat gesek
Dalam pemilihan bahan plat gesek perlu diperhatikan koefisien gesek dari bahan yang akan
digunakan dan harus disesuaikan dengan kebutuhan. Koefisien untuk berbagai permukaanplat
dapat dilihat pada tabel 6. 1 di bawah ini. Harga-harga koefisien gesek dalam tabel tersebut
ditentukan dengan perhitungan bidang gesek yang sudah agak menurun gesekannya, karena akan
digunakan untuk beberapa waktu, seta didasarkan atas harga tekanan yang diizinkan dan yang
dianggap baik.
Tabel 6. 1. Koefisien Gesekan antara berbagai permukaan, beserta tekanan yang diizinkan.
Dalam perancangan plat gesek ini dipilih bahan besi cor dan asbes sebagai bahan flyweel dan
plat penekan.
Beberapa alasan pemilihan bahan imi adalah:
-. Pasangan besi cor dan asbes memiliki koefisien gesek yang tinggi.
-. Asbes memiliki daya tahan panas yang tinggi, yakni 2000 C.
Dari tabel 6. 1 koefisien gesek dan tekanan yang diizinkan untuk bahan besi cor dan asbes adalah
: = 0,35 – 0,655
Pa = 0,007 – 0,07
Pemilihan plat kopling yang kering, selain koefisien yang tinggi dan tahan terhadap temperatur
tinggi, juga pada saat pelepasan antar kedua permukaan lebih mudah karena tidak lengket akibat
pelumasan.
Koefisien gesek yang diperlukan tidak perlu maximum, karena daya yang dihubungkan tidak
terlalu besar, maka diambil = 0,4 dan tekanan yang timbulakan tersebar pada seluruh
permukaan, maka tekanan izin diambil Pa = 0,3 kg/mm2 = 2,943 N/mm2.
= 0,00204D3.
6. 3. Pemilihan Ukuran Plat Gesek
Untuk mentransmisikan daya dan putaran maka momen gesek Mg, harus lebih besar
atau sama dengan momen puntir yang bekerja pada poros, Mp = 14252,86 kg.mm. Dari hasil di
atas diperoleh :
Mg Mp
0,00204D3 14252,86
D 216 mm.
Dalam perancangan ini diambil D = 220 mm, sehingga diperoleh :
d = 0,7D
d = 154 mm.
(D d )
b= = 33 mm.
2
Dari hasil perhitungan di atas maka harga Fp dan Mg, dapat dicari :
Fp = 0.012D2 Mg = 0,00204D3
= 580,8 kg Mg = 21721,92 kgmm.
Untuk menentukan tebal plat gesek yang sesuai, terlebih dahulu dicari daya yang hilang
akibat gesekan yang dapat dicari sebagai berikut : besarnya daya yang hilang akibat gesekan
yang mana dapat diperoleh dari :
Mg.n.t.z.D3
Pg =
9,74.105..3600
Di mana :
Pg = daya hilang akibat gesekan (kw)
Mg = momen gesek yang bekerja pada plat gesek (kgmm)
n = keceptan sudut, dari data di brosur diketahui sebesar 6000 rpm
t = waktu penyambungan kopling, berkisar 1-3 sekon
z = jumlah kerja tiap jam atau jumlah penyambungan dan pemutusan tiap
jam.
Waktu penyambungan kopling t direncanakan 0,4 sekon karena untuk kendaraan ini
diperlukan waktu penghubungan yang singkat agar kendaraan bisa berjalan dalam waktu singkat.
Kendaraan biasanya sering melakukan penyambungan ataupun pemutusan daya, yang umumnya
digunakan dalam kota, sehingga direncanakan 50 kali penyambungan ataupun pemutusan untuk
tiap jamnya.
Dengan memasukkan harga-harga yang diketahui diperoleh :
21721,92 6000 0,4 30 2203
Pg =
9,74.105.3600
= 0,623 kw
= 0,85 Hp.
Selanjutnya tebal plat gesek dapat diperoleh dari :
lp .Pg
a =
Ag .Wk
di mana :
a = tebal plat gesek (cm)
lp = lama pemakaian plat gesek
Pg = daya hilang akibat gesekan (Hp)
Ag = luas bidang gesek dari plat gesek
W = kerja yang menyebabkan kerusakan, untuk bahan asbes dengan besi
cor harganya berkisar 4-8 jam/cm3.
Lama pemakaian direncanakan 8 jam per-harinya dan digunakan untuk jangka waktu 1 tahun
sehingga lp = 2920 jam, dan kerja yang dapat merusak plat gesek direncanakan 6 cm3/kg.mm3.
Karena kerja yang ditransmisikan kopling tidak terlalu besar, sehingga kerusakan pada plat akan
semakin lama.
Ag = . (D2 – d2)
4
3,14
= . (2202 – 1542)
4
= 193,79 cm2.
Maka tebal plat gesek yang direncanakan adalah :
2920 0,85
a =
193,79 6
= 2,1 cm
= 21 mm.
RODA GIGI
3.2. Perhitungan Poros
Dalam tugas perancangan ini spesifikasi yang dipilih adalah untuk kendaraan roda dua
yaitu transmisi roda gigi sepeda motor dengan data – data sebagai berikut :
Daya = 6,0kW
Menurut data – data tersebut diatas, maka daya rencana menurut persamaan 2.1. adalah :
Pd = P x fc
Pd = 6,0 x 1.2
= 7,2kW
= 981,792 kw.mm
Dimana bahan poros direncanakan baja karbon, untuk konstruksi mesin dipilih (Jis 64501)
S 45 C, dengan kekuatan tarik (σB = 58 kg/mm2) jadi tegangan geser izin menurut
B
τ =
sf 1xsf 2
maka,
58
τa =
6,0 x 2,1
= 4,6 kg/mm2
1/ 3
5,1
ds = a xktxcbxT
= 1,0 diambil
= 1,5
Maka :
1/ 3
5,1
ds = 4,6 x1,0 x1,5 x981,792
= 11,77 mm = 1,177 cm
Berdasarkan table standard diameter poroa diambil (ds = 12 mm) karena poros didukung
bantalan gelinding.
T
τg = 5,1 x
ds 3
981,792kgmm
= 5,1 x
(12 mm) 3
= 2,89 kg/mm2
Berdasarkan perhitungan diatas, maka poros tersebut aman dipakai, karena tegangan geser
Keterangan : 1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standar
2. Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk pembagian dimana akan dipasang bantalan
gelinding.
Splain terdapat pada konstruksi poros input dan poros output, yang berfungsi untuk
= 2 . ds (direncanakan)
Maka ;
L = 2 . 12 mm
= 24 mm
H = 0,1 . 12 mm
= 1,2 mm
W = 0,5 . 12 mm
= 6 mm
D = 12 mm + (2 . 12 mm)
= 36 mm
Jika torsi rencana poros adalah ( T = kg/mm2 ), dan diameter poros adalah ds (mm), maka gaya
T
F =
ds / 2
981,792kg.mm
= = 163,63 kg.
12 mm / 2
Berdasarkan tegangan geser izin, dimana bahan splain sama dengan bahan poros, yaitu S
sf1 = 6
Maka
B
τg izin =
sf 1xsf 2
58kg / mm2
=
6 x 2,1
= 4,603 kg/mm2
F
τg =
WxL
163,63 kg
=
6mm x 24mm
= 1,13 kg/mm2
Untuk merencanakan roda gigi, terlebijh dahulu kita harus menentukan besarnya modul dari roda
Mpd
m = 3
1,57 xxCxZ
dimana,
m = modul
Z = Jumlah gigi
= koef. Pemasangan
Cara Pemasangan
Dengan kolager dst 0 sampai 30
Tabel 3.5 Harga modul standart (JIS B 1701 – 1973) (satuan : mm)
Pada kecepatan I direncanakan jumlah gigi Z1 = 52 gigi, maka modulnya dapat dihitung :
981,792 kg.mm
m = 3
1,57 x15x0,6 x 52
= 3
1,33
m = 1,25
Ratio transmisi direncanakan (i) = 2,5 sehingga jumlah gigi pada gear H adalah:
ZH
i = .
Z1
ZH = i x Z1
= 2,5 x 52
= 130 gigi
= 52 x 1,25
= 65 mm
b. Diameter Luar (Do 1) = Dp 1 + (2 x m)
= 104 + (2 x 1,25)
= 106,5 mm
= 100,875 mm
2. Gear H
= 130 x 1,25
= 162,5mm
= 162,5 + (2 x 1,25)
= 165 mm
= 1159,37 mm
3.4.1.3. Untuk tebal, lebar dan tinggi pinion dan gear direncanakan sama, yaitu :
Lebar gigi (b) = (6 – 10)
= 6x2
= 12 mm
= 2,25 x 1,25
= 2,81 mm
Tebal gigi (t) = 0,55 x x m
= 0,55 x x 1,25
= 2,15 mm
2 x981,792kg.mm
=
65 mm
= 30,2 kg
Mb 1 = F x h
= 30,2 kg x 2,81 mm
= 84,86 kg.mm
Mb1
b = Wb = momen perlawanan 30unte
Wb
= 1 x b x h2
6
84,86kg.mm
b =
1 / 6.12 mm.(2,81mm) 2
2
= 5,37 kg mm
F
g = A = Luas penampang gigi
A
=bxh
30,2 kg
g =
12mm.2,81mm
2
= 0,89 kg mm
tegangan izin bahan roda gigi tersebut. Apabila bahan roda gigi S45C, maka
B 58 kg mm2 dan faktor keamanan (v) = 8 – 10, untuk beban dinamis dua arah, diambil
v = 8, maka :
B
b i =
v
58 kg
b i = mm2
8
2
= 7,25 kg mm
a = 0,8 x b i
2
= 0,8 x 7,25 kg mm
2
= 5,8 kg mm
Dari perhitungan sebelumnya didapat g terjadi = 0,89 kg mm , maka
2
a > g terjadi (5,8 kg mm > 0,89 kg mm ), sehingga konstruksi roda gigi aman
2 2
Pada kecepatan II direncanakan jumlah gigi Z2 = 40 gigi, maka modulnya dapat dihitung
981,792kg.mm
m = 3
1,57 x15 x0,6 x 40
= 3
1,73
m = 1,25
52 40
= x1,25 = 57,5 mm
2
a 2
ZG = 2
m
57,5 2
= 2
2
= 40 x1,25
= 50 mm
= 50 + (2 x1,25)
=52,5 mm
= 50 – (2 x 1,25 x 1,25)
= 46,875 mm
2. Gear G
a. Diameter Pitch (Dp G) = ZG x m
= 28 x 2
= 60 mm
= 60 + (2 x1,25)
= 62,5 mm
= 56,875 mm
ZG
d. Maka ratio transmisi =
Z2
28
=
40
= 0,7
3. 4.2.3 Untuk tebal, lebar dan tinggi pinion dan gear direncanakan sama, yaitu :
Lebar gigi (b) = (6 – 10) x m
= 7 x1,25
= 8,75 mm
= 2,25 x 1,25
= 2,81 mm
2T
F =
Dp 2
2 x 981,792kg.mm
=
50mm
= 39,27 kg
Mb 2 = F x h
= 39,27 kg x 2,81 mm
= 110,34 kg.mm
Mb2
b = Wb = momen perlawanan puntir
Wb
= 1 x b x h2
6
110,34kg.mm
b =
1 / 6.18mm.(2,81mm) 2
2
= 4,65 kg mm
F
g = A = Luas penampang gigi
A
=bxh
39,27kg
g =
8,75mm.2,81mm
2
= 1,60 kg mm
tegangan izin bahan roda gigi tersebut. Apabila bahan roda gigi S45C, maka
B 58 kg mm2 dan faktor keamanan (v) = 8 – 10, untuk beban dinamis dua arah, diambil v =
8, maka :
B
b i =
v
58 kg
b i = mm2
8
2
= 7,25 kg mm
a = 0,8 x b i
2 2
= 0,8 x 7,25 kg mm = 5,8 kg mm
3
= 28,95
m = 4
Maka jumlah gigi pada gear G :
a 2
ZF = Z3
m
57,5 2
=
4
= 14,87 buah
Maka diambil 15
= 36 x 4
= 144 mm
= 144 + (2 x 4)
= 152 mm
= 144 – (2 x 1,25 x 4)
= 134 mm
2. Gear F
= 15 x 4
= 60 mm
= 60 + (2 x 4)
= 68 mm
= 60 – (2 x 1,25 x 4)
= 50 mm
ZF
d. Maka ratio transmisi =
Z3
15
=
36
= 0,41
3.4.3.3 Untuk tebal, lebar dan tinggi pinion dan gear direncanakan sama, yaitu :
Lebar gigi (b) = (6 – 10) x m
= 10 x 4
= 40 mm
= 2,25 x 4
= 9 mm
= 0,55 x 3,14 x 4
= 6,90 mm
2T
F =
Dp 3
2 x 981,792kg.mm
=
144mm
= 13,636 kg
Mb 3 = F x h
= 13,636 kg x 9 mm
= 122,72kg.mm
Mb3
b = Wb = momen perlawanan puntir
Wb
= 1 x b x h2
6
122,72 kg.mm
b =
1 / 6. 40 mm.(9mm) 2
2
= 2,04 kg mm
F
g = A = Luas penampang gigi
A
=bxh
13,636 kg
g =
40 mmx9 mm
2
= 0,037 kg mm
tegangan izin bahan roda gigi tersebut. Apabila bahan roda gigi S45C, maka
B 58 kg mm2 dan faktor keamanan (v) = 8 – 10, untuk beban dinamis dua arah, diambil v =
8, maka :
B
b i =
v
58 kg
b i = mm2
8
2
= 7,25 kg mm
a = 0,8 x b i
2
= 0,8 x 7,25 kg mm
2
= 5,8 kg mm
a > g terjadi (5,8 kg mm > 0,037 kg mm ), sehingga konstruksi roda gigi aman
2 2
Pada kecepatan IV direncanakan jumlah gigi Z4 = 24 gigi, maka modulnya dapat dihitung :
981,792 kg.mm
m = 3
1,57 x15 x0,6 x 24
3
= 2,895
m = 1,5
a 2
ZE = Z4
m
57,5 2
=
1,5
=39,66 buah
= 36 mm
= 36 + (2 x 1,5)
= 39 mm
= 36 – (2 x 1,25 x 1,5)
= 32,25 mm
2. Gear E
= 39,66 x1,5
= 59,49mm
= 59,49 + (2 x 1,5)
= 62,49 mm
= 55,74 mm
ZE
d. Maka ratio transmisi =
Z4
39,66
=
24
= 1,65
3.4.4.3 Untuk tebal, lebar dan tinggi pinion dan gear direncanakan sama, yaitu :
Lebar gigi (b) = (6 – 10) x m
= 10 x 2
= 20 mm
= 2,25 x1,5
= 3,37 mm
= 2,59 mm
2 x981,792 kg.mm
=
36mm
= 54,54 kg
Mb 4 = F x h
= 54,54 kg x 3,37 mm
=183,79 kg.mm
Mb4
b = Wb = momen perlawanan puntir
Wb
= 1 x b x h2
6
183,79kgmm
b =
1 / 6 . 20 mm x (3,37 mm) 2
2
= 4,85 kg mm
d. Tegangan geser yang terjadi (g ) :
F
g = A = Luas penampang gigi
A
=bxh
54,54kg
g =
20 mm x 3,37
2
= 0,8 kg mm
tegangan izin bahan roda gigi tersebut. Apabila bahan roda gigi S45C, maka
B 58 kg mm2 dan faktor keamanan (v) = 8 – 10, untuk beban dinamis dua arah, diambil v =
8, maka :
B
b i =
v
58 kg
b i = mm2
8
2
= 7,25 kg mm
2
= 0,8 x 7,25 kg mm
2
= 5,8 kg mm
a > g terjadi (5,8 kg mm > 0,8 kg mm ), sehingga konstruksi roda gigi aman
2 2
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros bebeban, sehingga putaran ataupun
gerak translasi dapat berlangsung secara halus aman dan tahan lama.
1. Bantalan Luncur
Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan, karena permukaan
2. Bantalan Gelinding
Pada bantalan ini gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan diam melalui
1. Bantalan Radial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus terhadap sumbu poros.
2. Bantalan Aksial
poros.
Pr = X x V x Fr + Y x Fa
Dimana :
Fr = gaya radial
Fa = gaya aksial
T
Fr =
0,5 xds
998,35kgmm
=
0,5 x14mm
= 142,62 kg
= 51,909 kg
fh = faktor pemakaian/usia
fn = faktor putaran
A. Untuk faktor pemakaian (fh), dimana jenis bantalan yang digunakan adalah jenis
Lh
fh 3 = atau
500
Lh
= 3
500
Beban penuh
= 6000, diambil
6000
Maka, fh =3
500
= 2,29
1/ 3
33,3
fn =
n
1/ 3
33,3
fn =
8000
= 0,160
1610
Lh = x6000
1646,36
= 5867,47 jam
Konstruksi bekerja selama 8 jam per hari, maka :
5867,48 jam
Lh =
8 jam / hari
= 733,435 hari
Perhitungan temperatur penting dalam merencanakan elemen mesin, karena dalam sistem
transmisi roda gigi, bantalan dan poros bergerak saling bergesekan sehingga menimbulkan
panas. Dan panas tersebut akan menaikkan temperatur kerja dalam roda gigi. Oleh karena itu
Mtxn
= atau
75
fkxfbxRmxn
Ng = 60
75
Mt = momen torsi
n = 8000 rpm
Do Di
Rm =
4
3.6.1 Perhitungan perubahan temperatur pada main shaft (pinion A) dan counter shaft (gear
H)
Do1 DoH
A. Untuk Rm =
4
36mm 76mm
=
4
= 28 mm = 28.10 3 m
fkxfbxRmxn
B. Daya gesek (Ng)= 60
75
fb = F1 = 46,265 kg
maka
= 0,046 Hp
C. Luas Bidang Gesek (Ag) Pada Main Shaft Dan Counter Shaft :
= 8963 mm 2
Maka
= 12419 mm 2 = 1,2419.10 2 m 2
D. Untuk Mengetahui Koefisien Panas( )Harus Diketahui Kecepatan Rata – Rata (V) :
2 xxnxRm
V =
60
2 xx8000 x 28.10 3
=
60
= 23.5 m
det
Tabel 6.1 Harga Koef. Panas Dan Kec Rata – Rata
Koefisien panas ( ) kkal 2 0 Kecepatan rata – rata (Vm) m
m c s
4,5 0
24 5
46 10
57 15
62 20
72 25
83 30
88 35
96 40
104 45
114 50
125 55
130 60
Dari tebel didapatkan harga V terletak antara koefisien panas 62 – 72 kkal dan kecepatan
m 2 c
25 23,5
72 x72 62
25 20
= 69 kkal
m 2 c
E. Perubahan Temperatur ( T ) :
632 x0,046
T =
1,2419.10 2 x69
= 29,60 C
TK = 25 C +29,69 C
= 54,69 C
Dimana, apabila antara baja bergesekan dengan baja temperatur izinnya ialah 200 C , maka TK
3.6.2 Perhitungan perubahan temperatur pada main shaft (pinion B) dan counter shaft (gear
G)
Do 2 DoG
A. Untuk Rm =
4
76mm 68mm
=
4
= 36 mm = 36.10 3 m
fkxfbxRmxn
B. Daya gesek (Ng)= 60
75
fb = F2 = 20,56 kg
maka
C. Luas Bidang Gesek (Ag) Pada Main Shaft Dan Counter Shaft :
= 7549,25 mm 2
Maka
= 16512,25 mm 2 = 1,6512.10 2 m 2
D. Untuk Mengetahui Koefisien Panas ( ) Harus Diketahui Kecepatan Rata – Rata (V) :
2 xxnxRm
V =
60
2 xx8000 x36.10 3
=
60
= 30,144 m
det
Dari tebel didapatkan harga V terletak antara koefisien panas 72 – 83 kkal dan kecepatan
m 2 c
30 30.144
83 x83 72
30 25
= 83,36 kkal
m 2 c
E. Perubahan Temperatur ( T ) :
632 x0,063
T =
1,6512.10 2 x83,36
= 12,08 C
TK = 25 C +12,08 C
= 37,08 C
Dimana, apabila antara baja bergesekan dengan baja temperatur izinnya ialah 200 C , maka TK
3.6.3 Perhitungan perubahan temperatur pada main shaft (pinion C) dan counter shaft (gear
F)
Do3 DoF
A. Untuk Rm =
4
37,5mm 71,25mm
=
4
= 27,19 mm = 27,19.10 3 m
fkxfbxRmxn
B. Daya gesek (Ng)= 60
75
maka
= 0,0408 Hp
C. Luas Bidang Gesek (Ag) Pada Main Shaft Dan Counter Shaft :
= 2497,06 mm 2
= 6871,01 mm 2
Maka
= 9368,06 mm 2 = 9,368.10 2 m 2
D. Untuk Mengetahui Koefisien Panas ( ) Harus Diketahui Kecepatan Rata – Rata (V) :
2 xxnxRm
V =
60
2 xx8000 x27,19.10 3
=
60
= 22,76 m
det
Dari tebel didapatkan harga V terletak antara koefisien panas 62 – 72 kkal dan kecepatan
m 2 c
= 67,52 kkal
m 2 c
E. Perubahan Temperatur ( T ) :
632 x0,0408
T =
9,368.10 2 x67,52
= 40,76 C
= 65,76 C
Dimana, apabila antara baja bergesekan dengan baja temperatur izinnya ialah 200 C , maka TK
3.6.4 Perhitungan perubahan temperatur pada main shaft (pinion D) dan counter shaft (gear
E)
Do 4 DoE
A. Untuk Rm =
4
57 mm 52,5mm
=
4
= 27,38 mm = 27,38.10 3 m
fkxfbxRmxn
B. Daya gesek (Ng)= 60
75
maka
= 0,025 Hp
C. Luas Bidang Gesek (Ag) Pada Main Shaft Dan Counter Shaft :
= 5260,59 mm 2
= 4635,03 mm 2
Maka
= 9895,62 mm 2 = 9,89562.10 2 m 2
D. Untuk Mengetahui Koefisien Panas ( ) Harus Diketahui Kecepatan Rata – Rata (V) :
2 xxnxRm
V =
60
2 xx8000 x 27,38.10 3
=
60
= 22,92 m
det
Dari tebel didapatkan harga V terletak antara koefisien panas 62 – 72 kkal dan kecepatan
m 2 c
= 67.92 kkal
m 2 c
E. Perubahan Temperatur ( T ) :
632 x0,026
T =
9,89562.10 2 x 67.92
= 24,44 C
TK = 25 C + 24,44 C
= 49,44 C
Dimana, apabila antara baja bergesekan dengan baja temperatur izinnya ialah 200 C , maka TK
4.1. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan yang dilakukan dari BAB I sampai dengan BAB III pada
perencanaan roda gigi ini dapat disimpulkan ukuran – ukuran utama roda gigi dari “YAMAHA
Daya = 8,8 HP
Speed = 4 Kecepatan
Pola pengoperasian = N – 1 – 2 – 3 – 4 – N
Diameter poros = 14 mm
Modul (m) =2 mm
A. Pinion A
B. Gear H
A. Pinion B
B. Gear G
A. Pinion C
B. Gear F
A. Pinion D
B. Gear E