Pengertian supervise
Supervisi memiliki pengertian yang sangat luas. Supervisi meliputi segala bantuan dari pimpinan
atau penanggung jawab keperawatan yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staff
lain dalam mencapai tujuan keperawatan. Supervisi merupakan upaya untuk membantu
pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat
melaksanakan tugas atau kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. Sementara itu
supervise keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
kesinambungan oleh supervisor, yang mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah
ketenangan, dan peralatan agar pasien atau klien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.
(Sudjana,2013). Menurut beberapa ahli seperti Perti Swansburg (1999) menyatakan bahwa
supervise adalah suatu proses kemudahan dalam mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan
untuk penyelesaian tugas-tugasnya. Sementara itu , korn (1987) dan Gillies (1996) menyatakan
bahwa supervisi adalah kegiatan merencanakan, mengarahkan, membimbing, memercayai dan
mengevaluasi kinerja seluruh staf keperawatan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
Tujuan supervisi
Tujuan supervisi adalah untuk menilai kemampuan atau kinerja dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan antara lain :
Dalam bidang keperawatan, supervisi memiliki pengertian yang sangat luas, yakni meliputi
segala bantuan dari penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan
para perawat dan staff lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Kegiatan supervise
tersebut dapat memberikan motivasi, bimbingan, dan kesempatan bagi perawat dalan
pemgembangan diri, baik keahlian maupun kecakapan kerjanya. Supervise terhadap kinerja
perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, dapat dilakukan dengan
pemberian bimbingan, pengarahan, observasi, dan pemberian motivasi, serta evaluasi terhadap
pelaksana pendokumentasian. Dalam hal ini, langkah-langkah proses keperawatan harus sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
Macam-macam supervise
Suarli dan Bahtiar(2009) juga menyatakan bahwa supervise memiliki beberapa macam yang
dapat diterapkan dalam kegiatan supervise sebagai berikut :
1. konvensional
supervise konvensional adalah model yang diterapkan pada wilayah dengan tradisi dan
kultur masyarakat otoriter dan feudal. Pada wilayah ini cenderung melahirkan penguasa
yang autokrat dan korektif. Seorang supervisor dipahami sebagi orang yang memiliki
power untuk menentukan nasib. Oleh karena itu, dalam perspektif behavior, seorang yang
menerapkan model ini selalu menampakan perilaku atau saksi supervisi dalam bentuk
inspeksi untuk mencari kesalahan, bahkan sering kali memata-matai staf (perawat).
Perilaku memata-matai ini sering disebut sebagai supervise kolektif. Memata-matai dan
mencari kesalahan dalam konteks membimbing staf cenderung melahirkan implikasi
negative terhadap perilaku staff itu sendiri. dengan begitu, secara wajar para staff merasa
tidak puas, takut, tidak akrab, antipasti, benci, bahkan menantang (agresif), dan malas
berjumpa dengan supervisor. Perasaan demikian dapat memunculkan image yang kurang
baik terhadap supervisor. Untuk menghindari hal tersebut, sudah seharusnya supervisor
dan bawahannya dapat melaksanakan hubungan-hubungan kerja sama yang kooperatif,
berusaha mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi. Dalam hal ini, supervisor harus lebih
sering berhubungan dengan bawahan atau anggota kelompok yang bekerja dengannya.
Jika model supervisi konvensional ini diterapkan dalam bidang keperawatan, supervise
dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan kesalahan dalam
pemberian asuhan keperawatan, serta mengawasi staf dalam menjalankan tugasnya.
1.