1
sebesar 521.900 kematian, jumlah ini setara dengan 25% dari seluruh kasus kanker
dan 15% dari kasus kematian akibat kanker pada wanita.3
Kanker adalah penyakit karena kelainan genetik berupa mutasi DNA yang merujuk
pada abnormalisasi sel dengan penyebaran yang tidak terkontrol. Penyebaran ini di
dukung oleh suatu proses penting yaitu angiogenesis atau pembentukan
vaskularisasi baru, tujuan dari proses ini adalah untuk memberikan nutrisi pada
sel-sel kanker. Efek dari aktivitas tersebut kanker mampu menginvasi jaringan lain
dengan leluasa walaupun lokasi organ jauh dari jangkauan area kemunculan sel
kanker sehingga menimbulkan ganguan fungsi pada sel-sel lain ketika kanker
sudah bermetastasis ke jaringan-jaringan tubuh lain.4
2
penyebaran kanker menjadi lebih cepat dengan meningkatnya suplai kebutuhan
sel kanker yang akan bermetastasis.6
Potensi Kuersetin
Kuersetin merupakan senyawa fitokimia flavonoid. Senyawa flavonoid terdiri dari
enam sub kelas, yaitu flavon, flavanon, flavanol (katekin), flavonol, isoflavon, dan
antosianidin. Kuersetin sendiri dikategorikan kedalam sub kelas flavonol yang
memiliki tiga cincin dengan gugus hidroksil (OH). 8
3
Gambar 1. Struktur Kimia Kuersetin. 7
Kuersetin sangat berfaedah untuk mengobati penyakit kanker sebab senyawa ini
mempunyai efek protektif (antikanker) dan banyak fungsi lain seperti, antioksidan,
antialergi, penyakit kardiovaskular, komplikasi diabetes, antihipertensi,
antibakteri.7,8 Konsentrasi flavonoid tipe kuersetin ini dapat dijumpai dalam
jumlah besar di bawang merah (Allium cepa), keberadaan bawang merah sendiri
tidak diragukan lagi karena banyak digunakan untuk bahan masakan oleh hampir
setiap orang di Indonesia.
Mekanisme penghambatan oleh kuersetin terhadap sel kanker sendiri dengan
menghambat sintesis pembuluh darah baru (antiangiogenesis) dan memicu
apoptotik.9 Material yang selalu dilibatkan dalam proses angiogenesis vascular
endotelial growth factor (VEGF), fundamental fibroblas growth factor (bFGF),
epidermal growth factor (EGF), matrix metalloproteinase (MMPs). Kuersetin
dapat men-down regulasikan protein STAT-3 yang bisa mempengaruhi MMP-2
dan MMP-9 sehingga terjadi kegagalan migrasi sel kanker menuju ke jaringan
lain, inhibisi juga dapat terjadi melalui down-regulasi protein, H-ras, VEGF,
bFGF. Inhibisi protein yang berperan dalam sekresi VEGF, hypoxia-inducible
factor (HIF)-1α. kuersetin dapat menekan P13K/AKT, MAPK, NF-kβ
memberikan pengaruh terhadap penurunan PKC (protein kinase C) yang berakibat
pada penurunan sinyal MMP-2, MMP-9, dan bFGF.6 Keterbatasan stimulus
migrasi endotel sel kanker dan antiangiogenesis memberikan efek positif dalam
menekan penyebaran ke organ lain di dalam tubuh.
4
Gambar 2. Mekanisme kerja kuersetin terhadap migrasi dan vaskularisasi sel
kanker. 9
Jalur lain pengendalian kanker oleh kuersetin melewati mitochondrial pathway
melibatkan caspase-3 dan caspase-9 dilanjutkan dengan perilisan sitokrom c yang
menginduksi apoptosis melalui pembentukan apoptosom pada intrinsik pathway.
Pada extrinsik pathway kuersetin mempercepat aktivasi caspase-8 yang berujung
pada kematian sel secara terprogram. 10
Kuersetin ini mempunyai efek anti proliferatif pada berbagai tipe kanker, baik
kanker payudara, kanker kolon COLO20DM, kanker ovarium OVCA 433,
5
10
leukimia L1210 dan -388, kanker hepar HepG2, kanker lambung. Pada uji
klinis fase 1, percobaan diberikan pada seorang pasien kanker ovarium refraktori
(refractory ovarian cancer) terhadap cisplatin memberikan pengaruh yang
signifikan yaitu terjadi penurunan CA 125 yang awalnya berjumlah 295 menjadi
55 unit/mL pada dua kali pemberian kuersetin (420 mg/m2), pemberian ini
dilakukan dengan cara injeksi intravena (IV) untuk menetapkan dosis yang aman.
Hasil uji klinis memberikan gambaran bahwa kuersetin dapat dijadikan harapan
besar sebagai obat antikanker untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan
level klinis kepada manusia. 7
Beberapa problem dalam aplikasi klinis flavonoid kuersetin adalah rendahnya
bioavailabilitas senyawa tersebut ketika dikonsumsi pemberian single dosis oral
kuersetin menunjukkan bioavailabilitas yang sangat kecil, sekitar <10%, kelarutan
terhadap air rendah (hidrofobik), kurang stabil terhadap pH rendah sehingga
mudah terhidrolisis oleh aktivitas enzimatik yang terjadi di lambung. 10 Studi
terbaru memaparkan bahwa penggunaan formulasi dalam bentuk nanopartikel
sangat mungkin untuk mengatasi problematika pada kuersetin termasuk
meningkatkan bioavailabilitas secara signifikan sehingga memberikan efek yang
lebih baik. 11
Nanoteknologi
Nanoteknologi adalah teknologi berbasis delivery drug, teknologi ini sangat
potensial dalam menutup kekurangan-kekurangan yang diperlukan dalam terapi
yang saat ini tersedia. Deliver method yang berpeluang besar digunakan dalam
pendekatan nanopartikel untuk upaya meningkatkan bioavailabilitas kuersetin
adalah phospolipid vesicles (liposom), nanopartikel PLGA dan PLA, nanoribbon,
nanomiscelle, dan silica.10 Penggunaan keenam polimer ini bisa digunakan pada
semua jenis kanker, tidak terkecuali pada kanker payudara. Nanoformulasi ini
dapat membawa quersetin dengan ukuran yang sangat kecil dan sering digunakan
sebagai transporter quersetin menuju sel kanker target.11
Nanopartikel dengan balutan mesopori silika mampu memberikan stabilitas tinggi,
toksisitas in vivo rendah, dan pencapaian sel target yang baik. Dalam studi yang
6
dilakukan oleh Zhang et al (2012) formulasi nano oleh silika (MSNs) diberikan
secara oral pada anjing pemburu memberikan hasil yang signifikan pada
peningkatan bioavailabilitas menjadi 154 kali lipat dibandingkan dengan obat
tablet biasa (P<0,05) dan 25 kali lebih unggul dari spherical MSMs/ tablet bulat
dg diameter <100 nm (P<0,05).12
Penelitian secara in vitro membuktikan bahwa pemberian oral kuersetin bebas dan
kuersetin dengan PLA mampu menginduksi penyusutan ukuran kanker payudara
masing- masing 50% dalam 2 hari dan 40 % dalam 4 hari.10
Bioavailabilitas oral pada enkapsulasi menggunakan liposom pada mencit
memberikan peningkatan efek sebesar 286 kali lipat daripada efek terapi pada
quersetin bebas. Dosis efektif dalam percobaan ini ditemukan 50 mikro gram
mampu memberikan aktivitas inhibisi pada sel kanker sebesar 83% dalam rentang
wakktu 48 jam.10
Kesimpulan
Kanker merupakan penyakit dengan predikat pembunuh terbesar ke-2 pada tahun
2015, jumlah penderita kanker payudara setiap tahunnya mengalami peningkatan
dan penurunan jumlah survivor penderita. Hal ini disebabkan oleh faktor terapi
yang belum memuaskan, terapi kanker yang banyak digunakan saat ini masih
sangat tidak efektif, menimbulkan berbagai efek samping.
Senyawa flavonoid kuersetin mempunyai efek anti kanker yang sangat baik
dengan menghambat proses pembentukan neovaskulasrisasi (angiogenesis).
Namun, problematika yang muncul dalam penggunaan kuersetin adalah
rendahnya bioavailabilitas sehingga dibutuhkan terobosan baru dalam upaya
meningkatkan bioavailabilitas kuersetin yaitu dengan nanoteknologi yang penting
untuk terapi sel kanker.
Formulasi nanopartikel berbasis silika, phospolipid vesicles (liposom), PLGA dan
PGA, nanoribbon telah dibuktikan berhasil meningkatkan bioavailabilitas
kuersetin dan berpengaruh dalam meningkatkan efektifitas terapi. Untuk
kelanjutannya dibutuhkan adanya uji klinis nanopartikel kuersetin kepada manusia
supaya pemberiannya dapat diberikan dengan dosis yang tepat.
7
DAFTAR PUSTAKA :
8
9