Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU 2

SISTEM INFORMASI KESEHATAN


STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

Disusun Oleh

Vivi Yuli Rismawati

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL

NAMA : VIVI YULI RISMAWATI

NPM : 183112540120596

KELAS : B4

NO ABSEN : 24

TUGAS INDIVIDU 2

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


No Dok : 04/SOP.KIA/KEB.UNAS/2/2019 Revisi :-
Unit : Efektif :-
Dibuat Diperiksa Disetujui

Ketua UPM Wadek/Ka.bid/Ka.Bag Dekan/Ka.Badan/Ka.Biro


UNIVERSITAS
NASIONAL ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

1. Tujuan
Melancarkan kelangsungan pernafasan bayi baru lahir.
2. Definisi
Keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur.
3. Ruang Lingkup
a. Bidan
b. Dokter Spesialis Anak

2
4. Penanganan
a. Persiapan peralatan
1. 2 helai kain/handuk untuk mennganjal bahu bayi
2. Alat penghisap lender atau DeLee
3. Sungkup neonatal
4. Ambubag
5. Jam untuk pencatat waktu
6. Meja Resusitasi
7. Lampu sorot 60 watt untuk menjaga kehangatan tubuh bayi
8. Siring pump (bila ada)
9. Oksigen dan canul nasal bayi
10. Stetoscope
b. Persiapan Tempat
Pastikan tempat aman, nyaman dan pencahayaan cukup
c. Persiapan Pasien
Lakukan inform consent kepada keluarga/ibu tindakan apa yang akan
dilakukan kepada bayinya
d. Prosedure
1. Dalam beberapa detik setelah bayi lahir ada 4 pertanyaan yang
harus dijawab segera yaitu :
a. Apakah bayi cukup bulan ?
b. Apakah ketuban jernih/tidak ?
c. Apakah bayi bernafas/menanggis ?
d. Apakah tonus otot baik ?
2. Jika jawaban ya semua lakukan penatalaksanaan bayi baru lahir
normal namun jika ada jawaban yang tidak lakukan langkah awal
yaitu :
a. Jaga bayi tetap hangat
 Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada di atas perut ibu
atau sekitar 45 cm dari perineum
 Selimuti bayi dengan kain tersebut, wajah, dada dan perut
tetap terbuka, potong tali pusat

3
 Pindahkan bayi yang telah diselimuti kain ke-1 ke atas kain
ke-2 yang telah digelar di tempat resusitasi
 Jaga bayi tetap diselimuti wajah dan dada terbuka di bawah
pemancar panas
b. Atur posisi bayi
 Letakkan bayi di atas meja resusitasi
 Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal
bahu.
c. Isap lender
Gunakan alat penghidap DeLee dengan cara sebagai berikut:
 Isap lendir mulai dari mulut dahulu, kemudian hidung
 Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, tidak
pada waktu dimasukkan
 Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam yaitu jangan lebih
dari 5 cm ke dalam mulut karena dapat menyebabkan
denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba
berhenti bernapas. Untuk hidung jangan melewati cuping
hidung.
Jika dengan balon karet penghisap lakukan dengan cara sebagai
berikut:
 Tekan bola di luar mulut dan hidung
 Masukkan ujung pengisap di mulut dan lepaskan tekanan
pada bola (lendir akan terisap)
 Untuk hidung, masukkan di lubang hidup sampai cuping
hidung dan lepaskan.
d. Keringkan dan rangsang bayi
 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya dengan sedikit tekanan. Tekanan ini dapat
merangsang BBL mulai menangis
 Rangsangan taktil berikut dapat juga dilakukan untuk
merangsang BBL mulai bernapas: Menepuk/ menyentil

4
telapak kaki; atau Menggosok punggung/ perut/ dada/
tungkai bayi dengan telapak tangan
 Ganti kainyang telah basah dengan kain yang kering
dibawahnya
 Seimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi
muka dan dada agar bisa memantau pernapasan bayi
e. Lakukan penilaian pada bayi
 Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak
bernapas atau megap-megap
 Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi
 Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan
ventilasi bayi.
3. Resusitasi BBL Ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan
sejumlah volume udara ke dalam paru dengan tekanan positif
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan
teratur.
a. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan
hidung.
b. Ventilasi 2 kali
Lakukan tiupan atau remasan dengan tekanan 30 cm air untuk
menguji apakah jalan napas bayi terbuka dan membuka alveoli
paru agar bayi bisa mulai bernapas.
c. Lihat apakah dada bayi mengembang
Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah dada
bayi mengembang. Jika tidak mengembang :
 Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang
bocor
 Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu
 Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau
cairan lakukan pengisapan

5
 Lakukan tiupan atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm
air, jika dada mengembang lakukan tahap berikutnya.
d. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
 Tiup tabung atau remas balon resusitasi sebanyak 20 kali
dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai
bernapas spontan dan menangis
 Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau
peremasan, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang napas.
Jika bayi mulai bernapas/ tidak megap-megap dan atau menangis,
hentikan ventilasi bertahap.
 Lihat dada apakah ada retraksi
 Hitung frekuensi napas per menit
Jika bernapas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
 Jangan ventilasi lagi
 Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit dada ibu dan
lanjutkan asuhan BBL
 Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan
 Jangan tinggalkan bayi sendiri.
 Lakukan asuhan pasca resusitasi.
Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi, setiap 30
detik dan lakukan penilaian ulang napas
 Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm
air)
 Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan penilaian
ulang bayi, apakah bernapas, tidak bernapas atau megap-megap
 Jika bayi mulai bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau
menangis, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca
resusitasi.
 Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20
kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian ulang napas setiap
30 detik.
e. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit
resusitasi

6
 Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan
mengapa
 Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
 Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
 Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik
persalinan
f. Lanjutkan ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung
 Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm
air)
 Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan nilai ulang
napas dan nilai jantung.
g. Jika dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar, ventilasi 10 menit.
Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan
kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan.
5. Refrensi

a. JNPK-KR. 2010. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

b. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.

c. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.

Anda mungkin juga menyukai