HERMENEUTIKA
(Sebuah Analisis Filosofis)
Oleh:
H. Marhaban, MA
Dosen IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa
Hajimarhaban1705@yahoo.com
Abstract
Hermeneutics is one of the contemporary
approach-es that offer a new approach in
interpreting the Quran (philosophically) the use of
the linguistic aspects offered in the Hermeneutics
approach which has given rise to thought thinking
in an effort to understand the Quran progressively,
explanations in the Hermeneutics review, The text
does not stand alone, but depends heavily on the
surrounding cont-exts, which include text, context
and contextuali-zation. This paper presents how to
understand and interpret the will of God through
the study of Hermeneutics on the text of the
Quran..
Key Words: Hermeneutics, the text of the Quran,
text, context and contextualization.
A. Pendahuluan
Kitab suci yang diyakini oleh umat Islam secara ijmak
baik otentisitas maupun orisinalitasnya, sebagai petunjuk
manusia dan rahmat sekalian alam serta sebagai kabar gembira
dan pemberi peringatan diistilahkan dengan Alquran.1
Sebagai kitab suci yang mempunyai posisi sangat
penting bagi kehidupan manusia.
Pada dasarnya ayat Alquran diwahyukan kepada
Muhammad Saw dengan bahasa isyarat atau tanda, kemudian
1
Lihat Q.S;al-Nahl [16] : 27,64,77;al-Anbiya [21] :107.
B. Pengertian Hermeneutika
Secara etimologis, kata “hermeneutika” berasal dari
bahasa yunani hermeneuin yang berarti “menafsirkan” dan dari
kata hermeneuin ini dapat ditarik kata benda hermenia
“penafsiran” atau “interprestasi” dan kata hermeneutas yang
berarti interpreter (penafsir)5
2
M.Quraish Shihab, Membumikan Alquran [Mizan:Bandung.2006],
hal.16.
3
Ahmad Baidawi,”Hermeneutika Alquran Ashgar All-Engineer “al-
Jami’ah:Journal Of Islamic Studies, Vol.41,No 2.2003,hlm.379.
4
E. Sumaryono, Hermeneutika:Sebuah Metode Filsafat
(Yogyakarta : Kanisius, 1999) hlm.13.
5
Richard.E.Palmer, Hermeneutika, Teori baru mengenai
Interpretasi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2005), hlm.16.
6
Dikalangan Mesir Kuno,Hermes dikenal sebagai Thot,sementara di
kalangan Yahudi dikenal sebagai Unukh dan dikalangan masyarakat Parsi
Kuno sebagai Hushang Faiz, Hermeneutika Qur’ani, hlm.50
7
Sumaryono, Hermeneutika…hlm.23-24.
8
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 1995), hlm.85
9
Nurcholish Madjid,”Pengantar” dalam Komaruddin Hidayat, hlm. x
10
Nurcholish Madjid,”Pengantar” dalam Komaruddin Hidayat, hlm. x
11
Takwil adalah mengungkap makna tersembunyi (batin) yang
disimpulkan dari ayat-ayat Alquran yang mencakup banyak makna untuk
kemudian dicari yang lebih kuat berdasarkan metode penelitian dan
pembuktian dalil. Sedangkan tafsir adalah mengungkap makna-makna
lahiriah yang jelas dari Alquran. Ulama Alquran, khususnya ulama
mutaakhirin, berbeda pendapat tentang definisi tafsir dan ta’wil. Lihat
Muh}ammad Ali al-S{a>bu>niy, al-Tibya>n fi> ‘Ul>um al-Qura>n (Beirut:Dar al-
Kutub al-Islamiyah, 2003), hlm. 66-67.
12
Komaruddin Hidayat, Menafsirkan Kehendak Tuhan (Jakarta:
Teraju, 2004), hlm.149.
13
Di antara tokoh-tokoh Hermeneutik Barat adalah Schleiermacher
(1768-1834) yang selanjutnya dianggap sebagai “Bapak Hermeneutika Modern”
Karena membangkitkan kembali hermeneutika dan membakukannya sebagai
satu metode umum interpretasi yang tidak hanya terbatas pada kitab suci dan
sastra. Dalam perkembangannya kemudian Wilhelm Dilthey (1833-1911)
menggagas hermeneutika sebagai landasan bagi ilmu-ilmu kemanusiaan, lalu
Hans-George Gadamer mengembangkannya menjadi metode filsafat yang
selanjutnya lebih jauh dikembangkan oleh banyak filosof seperti Jurgen
Habermas, Paul Ricoeur, dan Jacques Derrida. Lihat Sumaryono,
Hermeneutik…, hlm.35-115.
14
Hidayat, Menafsirkan Kehendak,… hlm.139.
15
Sahiron Syamsuddin, dkk, Hermeneutika Alquran Mazhab Yogya
(Yogyakarta: Islamika. 2003), hlm.60.
16
Sahiron Syamsuddin, dkk, Hermeneutika Alquran Mazhab Yogya,
hlm.141.
17
Fakhruddin Faiz, Hermeneutika Qur’ani; antara teks, konteks dan
kontekstualisasi (Yogyakarta:Elsaq Press, 2005), hlm.21.
18
Fakhruddin Faiz, Hermeneutika Alquran: Tema-tema
Kontroversial (Yogyakarta: Elsaq Press, 2005). Hlm.5.
19
Lihat al-Zarqaniy, Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qura>n (Kairo:
Da>r al-H{adi>s\, 2001), hlm.13.
D. Operasionalisasi Hermeneutika
1. Mengolah teks
Hermeneutika pada dasarnya merupakan bagian dari
filsafat linguistik, artinya sorotan utama hermeneutika adalah
bagaimana memahami bahasa yang tertuang dalam sebuah teks
atau sesuatu yang dianggap teks. Ketika mengolah teks,
perhatian pertama hermeneutika adalah aspek kebahasaannya.21
20
Faiz, Hermeneutika Qur’ani,… hlm.89.
21
Hidayat, Menafsirkan Kehendak, … hlm.150.
2. Memahami konteks
Penggalian terhadap makna teks yang hanya berhenti
pada isi teks tanpa mau melihat latar belakang dan setting
historis yang ada dibalik teks pada akhirnya akan membawa
pemahaman yang parsial dan penafsiran yang tidak tepat
sasaran. Dalam kaca mata hermeneutika, teks itu tidak berdiri
sendiri, ia sangat bergantung kepada keberadaan konteks-
22
Tidak kurang dari Sembilan kali Alquran sendiri menyebut bahwa
alat komunikasi yang dipakainya adalah bahasa arab. Lihat QS. 13:37,
26:195, 12:2, 16:103, 39:28, 41:3, 42:7, 43:3, dan 46:12.
23
Faiz, Hermeneutika Qur’ani, .. . . hlm.105-106.
3. Kontekstualisasi
Pemahaman akan Alquran dalam konteksnya
sebagaimana dipaparkan diatas, akan menjadi kajian yang
semata-mata bersifat akademis murni bila tidak diproyeksikan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kontemporer. Di sinilah
perlunya kontekstualisasi, dalam arti upaya untuk menerapkan
24
Muhammad Shahrur, Al-Kitab wa Alquran: Qira’ah Mu’asirah,
terj.(Yogyakarta:Elsaq Press. 2004), hlm.55.
25
Syamsuddin, Hermeneutika Alquran,… hlm 157.
26
Syamsuddin, Hermeneutika Alquran,… hlm 157
27
Syamsuddin, Hermeneutika Alquran,… hlm 152-154
28
Syamsuddin, Hermeneutika Alquran,… hlm 158.
29
Syamsuddin, Hermeneutika Alquran,… hlm 158
30
Ahmad Baidowi, Hermeneutika Alquran, … hlm.392.
31
Ahmad Baidowi, Hermeneutika Alquran, … hlm.392
E. PENUTUP
Pada dasarnya prinsip-prinsip dasar hermeneutika secara
operasional telah diterapkan dalam tradisi klasik ulumul Quran
seperti yang diperkenalkan kepada kita tentang metode tafsir
dan takwil. Namun, secara definitif metodologi hermeneutika
baru dimunculkan pada abad modern ini seiring dengan
munculnya penafsiran-penafsiran kontemporer terhadap teks
Alquran seperti yang di perkenalkan kepada kita tentang
metode tafsir dan takwil. Namun, secara definitif metodologi
hermeneutika baru dimunculkan pada abad modern ini seiring
dengan munculnya penafsiran-penafsiran kontemporer terhadap
teks Alquran.
Keberadaan hermeneutika dengan metodologinya
sendiri membawa nuansa baru dalam penafsiran Alquran.
Dengan metodenya ini Alquran tidak lagi dianggap sebagai
sesuatu yang sakral, karena dalam kacamata hermeneutika
ketika teks turun dan berada di tengah-tengan realitas
kehidupan manusia maka ia sepenuhnya menjadi milik manusia
dan berhak untuk diinterpretasikan, dihayati, dan dipahami
seperti apa pun keinginannya. Semua yang tertuang dalam teks,
bagi hermeneutika, dapat ditafsirkan dan dipahami maknanya
dengan jelas. Dan inilah yang membedakannya secara
fundamental dengan tema tafsir dalam diskursus Ulumul Quran.
Akhirnya apa yang ditawarkan oleh hermeneutika dalam
menafsirkan teks, linguistik, sejarah, agama, dan disiplin ilmu
yang lainnya adalah suatu kreasi, karya, dan bikinan manusia.
Karena itu, ia mempunyai kelemahan yang tidak bisa ditutupi,
lebih-lebih jika ia berdiri sendiri tanpa dialog dengan lainnya.
Namun untuk memperkaya wawasan umat Islam tidak
sepantasnya menutup diri terhadap metode baru asal tidak
bertentangan dengan Alquran itu sendiri juga hadis yang
DAFTAR PUSTAKA