Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Fisika lahir dan berkembang dari hasil percobaan dan pengamatan. Percobaan (eksperimen) dan
pengamatan (observasi) memerlukan pengukuran (measurement) dengan bantuan alat-alat ukur, sehingga
diperoleh data/ hasil pengamatan yang bersifat kuantitatif. Sebagai contoh, hasil pengukuran pada suatu
percobaan diperoleh panjang terukur 4 meter, volume air 10 cm3 pada suhu 15 o C. Dalam fisika,
panjang, volume, dan suhu adalah sesuatu yang dapat diukur. Sesuatu yang dapat diukur itu disebut
besaran. Besaran mempunyai dua komponen utama, yaitu nilai dan satuan. Dalam ilmu fisika, perlu
diingat bahwa tidak semua besaran fisika mempunyai satuan, sebagai contoh indeks bias dan massa jenis
relatif.

Untuk mempelajari fisika dasar, maka kita perlu mengetahui besaran dan satuan yang ada agar
mempermudah kita untuk memahami tentang fisika dasar. Berikut uraian mengenai besaran dan satuan.

1. Besaran
Besaran adalah sesuatu yang dapat di ukur dan dinyatakan dalam nilai dengan satuan-satuan
tertentu. Dalam pengertian yang lain besaran dapat juga diartikan sebagai pernyataan yang
mengandung pengertian ukuran dan memiliki satuan atau hal-hal yang akan diketahui ukurannya.
Dalam ilmu fisika, besaran dan satuan merupakan salah dua hal pokok dalam konsep pengukuran.
Ada bermacam-macam jenis besaran menurut kajian ilmu fisika, yaitu :

a. Besaran pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu
(kesepakatan para fisikawan dahulu). Terdapat tujuh besaran pokok dalam fisika.

1
b. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diperoleh dari besaran pokok (diturunkan
dari besaran pokok).

c. Besaran Vektor
Pengertian Besaran vektor adalah besaran dalam fisika yang memiliki besar (magnitude)
dan arah (direction). Jadi dalam mengungkapkan besaran ini tidak cukup hanya besarnya saja,
tetapi perlu menyebutkan arahnya kemana. Bisa juga diartikan sebagai besaran yang harus
dinyatakan dengan suatu angka dan juga arah.

Lambang Lambang
No. Besaran Vektor Satuan
Besaran satuan

1 Perpindahan ∆s meter M

2 Berat W newton N

3 Kecepatan v meter per sekon m/s

4 Percepatan a meter per sekon kuadrat m/s2

5 Percepatan g meter per sekon kuadrat m/s2

2
gravitasi

kilogram meter per


6 Momentum m Kg m/s
sekon

7 Impuls I newton sekon Ns

8 Gaya F newton N

9 Tekanan P pascal Pa

10 Momen gaya τ newton meter Nm

Tegangan
11 γ newton per meter N/m
permukaan

12 Gaya gesek Fg newton N

13 Induksi magnetik B weber per meter kuadrat Wb/m

Kuat medan
14 F newton N
gravitasi

15 Kuat medan listrik E newton per coulomb N/C

 Menggambar Besaran Vektor


Digambarkan dengan anak panah dengan panjang yang harus proporsional.

3
 Komponen Vektor dan Vektor Satuan
Suatu vektor dapat dinyatakan dalam bentuk komponen-komponennya. Misalkan sebuah vektor
gaya FF membentuk sudut αα terhadap sumbu xx seperti gambar berikut.

Fx=F cos α

Fy=F sin α

 Menjumlahkan dan Mengurangkan Vektor


Ada dua metode untuk menjumlahkan vektor, yaitu metode grafis (geometris) dan analisis.
Metode grafis adalah penjumlahan vektor dengan menyatakan vektor-vektor dalam sebuah
diagram. Panjang anak panah disesuaikan dengan besar vektor (artinya harus menggunakan skala
dalam pengambarannya), dan arah vektor ditunjukkan oleh arah ujungnya (kepalanya).

4
2. Satuan

Satuan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu satuan tidak baku dan satuan baku. Standar satuan
tidak baku tidak sama di setiap tempat, misalnya jengkal dan hasta. Sementara itu, standar satuan
baku telah ditetapkan sama di setiap tempat.

a. Satuan Besaran Panjang

Satuan besaran panjang berdasarkan SI dinyatakan dalam meter (m). Ketika sistem metrik
diperkenalkan, satuan meter diusulkan setara dengan sepersepuluh juta kali seperempat garis bujur
bumi yang melalui kota Paris. Tetapi, penyelidikan awal geodesik menunjukkan ketidakpastian
standar ini, sehingga batang platinairidium yang asli dibuat dan disimpan di Sevres dekat Paris,
Prancis. Jadi, para ahli menilai bahwa meter standar itu kurang teliti karena mudah berubah. Para ahli
menetapkan lagi patokan panjang yang nilainya selalu konstan. Pada tahun 1960 ditetapkan bahwa
satu meter adalah panjang yang sama dengan 1.650.763,73 kali panjang gelombang sinar jingga yang
dipancarkan oleh atom-atom gas kripton-86 dalam ruang hampa pada suatu loncatan listrik. Definisi
baru menyatakan bahwa satuan panjang SI adalah panjang lintasan yang ditempuh cahaya dalam
ruang hampa selama selang waktu 299.792.458 1 sekon. Angka yang sangat besar atau sangat kecil
oleh ilmuwan digambarkan menggunakan awalan dengan suatu satuan untuk menyingkat perkalian
atau pembagian dari suatu satuan.

b. Satuan Standar Massa

Satuan standar untuk massa adalah kilogram (kg). Satu kilogram standar adalah massa sebuah
silinder logam yang terbuat dari platina iridium yang disimpan di Sevres, Prancis. Silinder platina
iridium memiliki diameter 3,9 cm dan tinggi 3,9 cm. Massa 1 kilogram standar mendekati massa 1
liter air murni pada suhu 4° C.

c. Satuan Standar Waktu

5
Satuan SI untuk waktu adalah sekon (s). Mula-mula ditetapkan bahwa satu sekon sama dengan
1/86.400 rata-rata gerak semu matahari mengelilingi bumi. Dalam pengamatan astronomi, tetapi
ternyata waktu ini kurang tepat diakibatkan adanya pergeseran sehingga tidak bisa digunakan sebagai
patokan. Setelah itu, pada tahun 1956 bahwa satu sekon adalah waktu yang dibutuhkan atom cesium-
133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali.

d. Satuan Standar Jumlah Zat

Satuan SI untuk jumlah zat adalah mol. Satu mol setara dengan jumlah zat yang mengandung
partikel elementer sebanyak jumlah atom di dalam 1,2 10-2 kg karbon-12. Partikel elementer
merupakan unsur fundamental yang membentuk materi di alam semesta. Partikel ini dapat berupa
atom, molekul, elektron, dan lain-lain.

e. Satuan Standar Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya dalam SI mempunyai satuan kandela (cd), yang besarnya sama dengan
intensitas sebuah sumber cahaya yang memancarkan radiasi monokromatik dengan frekuensi 540 ×
1012 Hz dan memiliki intensitas pancaran 683 1 watt per steradian pada arah tertentu.

f. Satuan Standar Suhu

Suhu menunjukkan derajat panas suatu benda. Satuan standar suhu adalah kelvin (K), yang
didefinisikan sebagai satuan suhu mutlak dalam termodinamika yang besarnya sama dengan 273,16 1
dari suhu titik tripel air. Titik tripel menyatakan temperatur dan tekanan saat terdapat keseimbangan
antara uap, cair, dan padat suatu bahan. Titik tripel air adalah 273,16 K dan 611,2 Pa. Jika
dibandingkan dengan skala termometer Celsius, dinyatakan sebagai berikut: T = 273,16o + t c
dengan: T = suhu mutlak, dalam kelvin (K) t c = suhu, dalam derajat celsius (o C)

3. Pengukuran

Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan suatu besarandengan besaran


lain(sejenis) yang dipakai sebagai satuan. Satuan adalahpembanding di dalam pengukuran. Pengukuran
adalah membandingkan sesuatudengan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai patokan. Jadi dalam
pengukuranterdapat dua faktor utama yaitu perbandingan dan patokan (standar)
Ilmu fisika berhubungan dengan sesuatu yang dapat diukur. Apa yang dapat diukur tergantung kepada
perkembangan teknologi. Contohnya, radiasi dari bahan rafioaktif tidak bisa dihitung sebelum

6
ditemukannya alat unuk mengukur besarnya radiasi. Ruang lingkup fisika secara terus-menerus
meningkat dengan penemuan-penemuan baru yang memperluas daerah pengukuran yang mungkin.
Semua ilmu pengetahuan bersandar pada pengukuran-pengukuran sampai taraf taraf tertentu, tapi
biasanya pengukuran digunakan sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan. Maka para ahli hewan harus
hati-hati dalam mengukur berat tikus-tikus percobaan supaya bisa memperhitungkan pengaruh obat
terhadap pertumbuhan tikus. Pengukuran ini sangatlah penting untuk masalah fungsi metabolisme obat-
obatan. Dalam fisika, pengukuran itu sendiri menjadi objek utaman yang menarik. Hal ini di karenakan
konsep-konsep tertentu, seperti panjang, waktu, atau suhu, hanya bisa dipahami denagn menggunakan
metode untuk mengukurnya. Cara pendefinisian ini disebut operationalisme, dan ini digunakan untuk
menghindari arti metafisis yang tak beralasan ke dalam suatu konsep dan memperkenalkan teori fisika
baru yang mungkin salah.

4. Ketidakpastian dan Notasi Ilmiah

Ketidakpastian pengukuran yang dilakukan tidak ada yang bersifat mutlak dan selalu
mengandung ketidakpastian. Ketidakpastian itu dapat disebabkan karena faktor ketidakakurasian alat
ukur, kecerobohan, dan atau keterbatasan pengamat dalam melihat hasil pengukuran. Misalnya,
pengukuran panjang dengan menggunakan mistar kemudian pengamat memperoleh data 10 cm. Hasil
pengukuran ini bisa jadi diperoleh dengan tidak Ketidakpastian dalam nilai numerik diasumsikan sebesar
satu atau beberapa satuan dalam digit terakhir yang dinyatakan. memperhitungkan kelebihan hasil
pengukuran 0,5 cm karena ketidakmampuan mengestimasi berapa nilai antara dua skala kecil. Ketika
menuliskan hasil dari suatu pengukuran, kita juga harus menuliskan estimasi ketidakpastian (estimated
uncertainty) bersama hasil tersebut. Estimasi ketidakpastian ini dipengaruhi oleh alat ukur yang
digunakan. Misalnya pengukuran panjang buku menggunakan mistar. Hasil pengukuran diperoleh
panjang 25,5 cm, maka dalam penyajian dituliskan dalam bentuk sebagai berikut. Hasil Pengukuran =
(25,5 ±0,1) cm. Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa panjang buku berapa antara 25,4 dan 25,6 cm.
Persentase ketidakpastian adalah 0,1 25,5 𝑥100% ≈ 1 %.

Notasi ilmiah Kita bisa menuliskan angka dalam bentuk “pangkat sepuluh” (powers of ten), atau
notasi “ilmiah”. Notasi ilmiah ini sangat penting untuk menuliskan bilangan-bilangan besar. Sebagai
contoh angka 35.800 dituliskan dalam notasi Ilmiah 3,58 x 104 . Salah satu manfaat penggunaan notasi
ilmiah adalah memungkinkan semua angka signifikan secara jelas. Misalnya angka signifikan dari 35.800
adalah empat maka notasi ilmiahnya adalah 3,580 x 104 .

7
BAB II
ALAT-ALAT PRAKTIKUM

Berikut ini adalah alat-alat yang biasa digunakan dalam


1. Mikrometer Sekrup
Mikro meter berasal dari kata micro (yang berarti kecil) dan meter (yang berarti alat ukur). Jadi dapat
didefinisikan bahwa mikrometer ialah alat ukur yangmempunyai kemampuan pengukuran yang sangat
kecil

Keterangan:
1. Landasan (Anvil).
2. Poros (Spindle)
3. Cincin pengunci (Loocking-ring)
4. Skrup pengikat (Banding- screw)
5. Skrup pengatur (Adjusting-screw)
6. Rangka (Frame)
7. Sarung diam (Barrol or sleeve)
8. Sarung bergeser (Thimble)
9. Ratchat
10. Mur Pengatur

Pembagian Skala
a. Skala pada batang : Setiap panjang 1 mm pada skala batang dibagi 2 bagianyang sama misalnya, 1
mm : 2 bagian = ½ mm = 0,50 mm, merupakan skalaterkecil dari skala batang.
b. Skala pada sarung : Keliling lingkaran pada sarung terdiri dari 50 bagian skala.Kalau sarung
diputar satu kali putaran atau dari 0 s/d 50 bagian, maka porosmikrometer bergerak 0,50 mm. Jika
sarung diputar 1/50 putaran penuh ( dari 0sampai 1 ) maka poros bergerak atau menunjukkan 0,50
: 50 bagian = 0,01mm.

8
Cara Pembacaan skala :
Pada skala batang = 12 mm + 0,50 mm = 12,50 mmPada skala sarung = 12 mm x 0,01 mm = 0,12 mm.
penunjukka skala = 12,50 mm + 0,12 mm = 12,62 mm
2. Mistar/Penggaris

Mistar atau penggaris adalah alat ukur panjang yang sering digunakan. Alat ukur ini memiliki skala
terkecil 1 mm atau 0,1 cm. Mistar memiliki ketelitian pengukuran setengah dari skala terkecilnya yaitu
0,5 mm.

Pada saat melakukan pengukuran dengan mistar, arah pandangan harus tegak lurus dengan dengan skala
pada mistar dan benda yang diukur. Jika tidak tegak lurus maka akan menyebabkan kesalahan dalam
pengukurannya, bisa lebih besar atau lebih kecil dari ukuran aslinya.

Berikut langkah-langkah melakukan pengukuran panjang dengan menggunkan mistar/penggaris


dengan benar.

 Letakan benda yang akan diukur pada tepi skala mistar (lihat gambar).
 Pastikan bahwa benda telah sejajar dengan mistar dan salah satu ujung benda tepat berada di
angka nol (0)
 Baca skala mistar yang terletak diujung lain benda (bukan ujung yang di titik nol mistar).
 Lihat angka yang dekat dengan akhir ujung benda, pada gambar tersebut akhir ujung benda
berada di skala 2, maka panjang benca adalah 2 cm

9
 Lihat juga setelah angka 2 ada garis-garis, lihatlah garis-garis tersebut dengan cara
menghitungnya setelah angka 2. Maka ujung benda tersebut berakhir di garis ke 5, maka skalnya
di baca 5 mm atau 0,5 cm
 Panjang benda tesebut adalah 2 cm + 5 mm atau 2 cm + 0,5 cm. Dengan demikian panjang benda
tersebut adalah 2,5 cm atau 25 mm.

Jenis-jenis mistar/penggaris antara lain:

a. Mistar Gambar – T

Salah satu jenis penggaris yang sering digunakan untuk kegiatan menggambar adalah mistar
Gambar – T. Sesuai dengan namanya, bentuk dari mistar yang satu ini yaitu berbentuk seperti “T”.
Umumnya mistar jenis ini dipakai untuk menarik garis yang mendatar. Cara penggunaan penggaris
gambar – T ini sangatlah mudah. Anda hanya perlu menggeser-geser bagian ujung penuntun ke
bagian yang akan diberi garis. Ujung penuntun yang dimaksud berada di tepi sebelah kiri papan
gambar dan sering dikenal dengan bagian kepala.

b. Mistar Segitiga Gambar.

Mistar selanjutnya yang tidak kalah populer adalah mistar segitiga gambar. Untuk jenis mistar
penggaris yang kedua ini banyak sekali tersedia di toko-toko alat tulis. Perlu diketahui bahwa mistar
segitiga gambar terdapat dua kategori yakni mistar segitiga gambar 45 derajat dan mistar segitiga
gambar 30 derajat x 60 derajat. Kedua kategori tersebut umumnya memiliki fungsi yang hampir
sama, sebab kedua mistar tersebut memiliki siku-siku.

c. Mistar Skala Inci dan Kaki.

Skala Inci dan kaki merupakan salah satu jenis mistar yang bentuknya sering kita gunakan.
Namun jika dilihat lebih jauh kedua mistar tersebut memiliki perbedaan yang sangat signifikan.
Untuk mistar skala ini bisa dikatakan memiliki jenis yang sangat beragam. Fungsi utama mistar skala
inci serta kaki ini tidak lain untuk mengetahui besar atau kecil ukuran objek dalam perbandingan
tetap.

d. Penggaris Skala Metrik.

Jenis penggaris skala metrik ini lebih sering digunakan oleh masyarakat yang sering
menggunakan meter sebagai standar pengukurannya. Di Indonesia sendiri mistar skala metrik ini
bukan hal yang asing lagi. Umumnya mistar jenis ini digunakan untuk mengukur panjang, volume,
berat, permukaan dan lain sebagainya.

10
3. Stopwatch

Stopwatch adalah sebuah arloji genggam yang di rancang untuk mengukur jumlah waktu yang
telah berlalu dari waktu tertentu ketika di aktifkan sampai dengan stopwatch tersebut di non aktifkan.
Contohnya saja menghitung berapa lama sebuah mobil dapat mencapai jarak 60 km, atau berapa
waktu yang dibutuhkan seorang pelari yang dapat mencapai jarak 100 meter.

Jenis-jenis stopwatch antara lain:

a. Stopwatch Analog

Jenis stopwatch ini merupakan jenis stopwatch manual yang menggunakan jarum penunjuk
sebagai penunjuk hasil pengukuran, jarum penunjuk tersebut seperti pada arloji.

b. Stopwatch Digital

Adalah jenis stopwatch yang menggunakan layar/monitor sebagai penunjuk hasil pengukuran.
Dan waktu dari hasil pengukuran dapat kita baca hingga satuan detik.

4. Mikroskop

Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang
berukuran sangat kecil. Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang
berukuran kecil. Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu
mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo).
Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan
mikroskop elektron.

11
Jenis-jenis mikroskop antara lain:

a. Mikroskop Cahaya

Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop mempunyai kaki
yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga
sistem lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler
terletak pada kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa
tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan
lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja
mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor
berperan untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain.

b. Mikroskop Stereo

Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang
berukuran relatif besar. Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda yang
diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga dimensi. Komponen utama mikroskop stereo
hampir sama dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa obyektif. Beberapa
perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah: (1) ruang ketajaman lensa mikroskop stereo jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan mikroskop cahaya sehingga kita dapat melihat bentuk tiga dimensi benda
yang diamati, (2) sumber cahaya berasal dari atas sehingga obyek yang tebal dapat diamati.
Perbesaran lensa okuler biasanya 10 kali, sedangkan lensa obyektif menggunakan
sistem zoom dengan perbesaran antara 0,7 hingga 3 kali, sehingga perbesaran total obyek maksimal
30 kali. Pada bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah dekat lensa obyektif

12
terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator. Pengatur fokus obyek terletak disamping
tangkai mikroskop, sedangkan pengatur perbesaran terletak diatas pengatur fokus.

c. Mikroskop Elektron

Sebagai gambaran mengenai mikroskop elektron kita uraikan sedikit dalam buku ini. Mikroskop
elektron mempunyai perbesaran sampai 100 ribu kali, elektron digunakan sebagai pengganti cahaya.
Mikroskop elektron mempunyai dua tipe, yaitu mikroskop elektron scanning (SEM) dan mikroskop
elektron transmisi (TEM). SEM digunakan untuk studi detil arsitektur permukaan sel (atau struktur
renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga dimensi. Sedangkan TEM digunakan untuk mengamati
struktur detil internal sel.

5. Jangka Sorong

Jangka sorong merupakan alat ukur yang mampu mengukur jarak, kedalaman, maupun ‘diameter
dalam’ suatu objek dengan tingkat akurasi serta juga presisi yang sangat baik (±0,05 mm).

Bagian-bagian jangka sorong ini terdiri dari skala baca yang tercetak pada badan pada alat ini
(sama seperti skala baca/angka-angka di penggaris) yang bisa diatur dengan berdasarkan letak
“rahang” jangka sorong; terdapat dua (2) pasang rahang, ialah sepasang rahang luar (atau rahang
bawah) untuk daoat mengukur jarak (pengukur utama) serta sepasang rahang dalam (atau rahang atas)
untuk dapat mengukur ‘diameter dalam’ (contohnya seperti mengukur diameter dalam pada cincin).
Kedua pasang rahang itu dapat digerakkan untuk dilakukan pengukuran, jarak antar rahang untuk
kedua pasang rahang itu juga dapat dibaca dengan cara yang sama. Selain dari itu juga, terdapat
tangkai ukur kedalaman yang pergerakannya itu diatur dengan cara menggerakkan rahang.

13
6. Neraca Analitik

Necara analitik (Analitical Balances) adalah jenis necara yang dirancang untuk mengukur masa
kecil dalam rentang sub-miligram. Sampel yang akan ditimbang harus berada pada temperatur
ruangan untuk mencegah konveksi alami dari pembentukan aliran udara didalam ruang necara yang
dapat menyebabkan pembacaan yang kurang akurat.Oleh karena itu, alat ini harus dikalibrasi untuk
mengkompensasi perbedaan gravitasi. Alat ini menggunakan elektromagnet untuk menghasilkan gaya
tolak terhadap sempel yang akan diukur.
Neraca Analitik (Analitical Balances) berfungsi untuk menimbang bahan yang akan digunakan
untuk membuat media pada bakteri,jamur atau media tanam kultur jaringan dan mikrobiologi dalam
praktikum dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Selain untuk kebutuhan penelitian laboratorium,
analytical balance juga dapat digunakan untuk beberapa kebutuhan industri khusunya industri farmasi
dan obat-obatan, karena perhitunganya yang presisi dan keakuratan data terjamin sehingga akan lebih
akurat dalam pengumpulan datanya. Untuk membersihkan alat ini dapat mengunakan sikat yang
disediakan lalu bersihkan tumpahan di ruang penimbangan.

7. Neraca Ohauss Empat Lengan

14
Neraca Ohauss digunakan untuk menimbang massa suatu benda dalam praktik laboratorium.
Neraca Ohaus sering digunakan dalam pengukuran laboratorium karena alat ini memiliki tingkat
ketelitian yang cukup tinggi yaitu mencapai 1/100 gram atau 0,01 gram.
Cara kerja neraca ohaus adalah dengan menggunakan asas kesetimbangan benda tegar yaitu
dengan memakai prinsip momen gaya. Secara sederhana, neraca terdiri atas 3 bagian pokok, yaitu
lengan beban, titik tumpu, lengan pemberat.
 Tombol kalibrasi, merupakan sebuah sekrup atau knop yang digunakan untuk mengenolkan atau
mengkalibrasi neraca ketika neraca akan digunakan.
 Tempat beban, merupakan sebuah piringan logam yang digunakan untuk meletakkan benda yang
akan diukur massanya.
 Pemberat (anting), merupakan sebuah logam yang menggantung pada lengan yang berfungsi
sebagai penunjuk hasil pengukuran. Pemberat dapat digeser-geser dan setiap lengan neraca
memilikinya.
 Lengan Neraca, merupakan plat logam yang terdiri dari skala dengan ukuran tertentu. Jumlah
lengan pada neraca bisa 2, 3 atau 4 bergantung jenisnya. Masing-masing lengan menunjukkan skala
dengan satuan yang berbeda.
 Garis kesetimbangan (titik nol), digunakan untuk menentukan titik kesetimbangan pada proses
penimbangan atau pengukuran massa benda.

15
BAB III

CONTOH SOAL

1. Perhatikan hasil pengukuran logam berikut ini.

Dari hasil pengukuran menggunakan mistar, maka panjang logam tersebut adalah…..
Penyelesaian:
Panjang logam dapat dilihat dari skala yang ditunjukkan oleh ujung-ujung benda tersebut.
Panjang logam tersebut adalah
p=49 mm−12 mm=37 mm
2.

Suatu baut panjangnya diukur dengan menggunakan jangka sorong dengan skala utama
centimeter seperti yang dapat dilihat pada gambar diatas. Tentukan hasil perhitungan akhir
dari pengukuran diatas dalam satuan milimeter.

Solusi:

Pembacaan skala utama= 1,1 cm atau 11 mm (terdapat satu garis setelah angka 1 pada skala
utama yang persis bersebrangan dengan angka nol pada skala vernier disebelah kanannya).
Pembacaan skala vernier/ skala nonius= jika dilihat dengan seksama, garis pada skala vernier
yang tepat lurus dengan garis diatasnyamerupakan garis antara 6 dan 7. Jadi, skala vernier

16
yang terukur adalah 0,65 mm. Didapat, hasil pengukuran panjang baut adalah 11 mm + 0,65
mm = 11,65 mm Atau 1,165 cm.

3. Dalam suatu lomba lari tercatat seorang atlet memperoleh perolehan waktu yang tertera di
stopwatch sebagai berikut

Hasilnya adalah…
Penyelesaian:
Pada stopwatch lingkaran kecil menyatakan satuan menit sedangkan pada lingkaran besar
menyatakan satuan detik. Maka waktu yang ditunjukkan pada stopwatch tersebut adalah 50
menit 39 detik
4. Perhatikan pengukuran mikrometer sekrup dibawah ini.

Hasilnya adalah…

Penyelesaian:

Skala tetap = 4 × 1mm = 4mm

Skala nonius = 30 × 0,01mm = 0,30mm

Hasil = skala tetap ditambah skala nonius

17
Hasil = 4mm + 0,30mm = 4,30mm

5. Mikroskop A mempunyai panjang tabung 10 cm, jika mata kita berakomodasi maksimum.
Terbentuk bayangan nyata 5 cm di belakang lensa objektif yang memiliki fokus 10 mm.
Tentukan panjang fokus okuler apabila titik dekat mata pengamat 30 cm!
Penyelesaian:
d = S’ob + Sok
10 = 5 + Sok
Sok = 5 cm
Panjang fokus okuler adalah :
Fok= (Sok . S’ok) / (Sok + S’ok)
= (5 cm(-30 cm) / (5 cm + (-30 cm)
= (5 cm(-30 cm) / (5 cm - 30 cm)
= -150 cm / -25 cm
= 6 cm
6.

Dari hasil penimbangan pada gambar bisa dapat diketahui bahwa?


Penyelesaian:

Posisi lengan paling depan adalah 5,5 gr


Posisi lengan paling tengah adalah 20,0 gr
Posisi lengan paling belakang adalah 200,0 gr = sehingga didapat hasil 225,5 gram

18
7. Perhatikan gambar mikrometer sekrup berikut ini!

Besar pengukurannya adalah ….


Penyelesaian:
Hasil ukur = skala utama + skala nonius = 3,50 mm + 0,27 mm = 3,77 mm

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Definisi dan Jenis Mistar sebagai Alat Ukur Besaran Panjang. (online).

https://mafia.mafiaol.com/2012/12/definisi-dan-jenis-mistar-sebagai-alat.html. Diakses pada 22


Agustus 2019

Ramlawati, dkk. Satuan dan Pengukuran. (online).


https://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG2017/Download/materi/ipa/BAB-
I_SATUAN-DAN-PENGUKURAN.pdf. Diakses pada 22 Agustus 2019

Sirait, Ratni. Modul Fisika Dasar I BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I. (Online).

https://www.academia.edu/35753830/Modul_Fisika_Dasar_I_BUKU_PANDUAN_PRAKTIKU
M_FISIKA_DASAR_I. Diakses pada 22 Agustus 2019.

Sumarsono, Joko. 2009. Fisika Kelas X SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Nasional

Wiendartun. 2012. Pengukuran. (Online).

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195708071982112-
WIENDARTUN/Pengukuran-1.pdf. Diakses pada 22 Agustus 2019

20

Anda mungkin juga menyukai