Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang
mengakibatkanbertambahnya cairan serebrospinal dengan dan pernah dengan
tekananintrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel
(Darsono,2005:209). Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan
antaraproduksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu
bersifatsekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya
kelainankelainantersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi
pelebaransutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).
Secara keseluruhan, insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000
kelahiran.Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000
kelahiran dan11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada
perbedaanbermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal
perbedaan ras.Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan
dewasa lebihsering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46%
adalahakibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan
subaraknoiddan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior.
Secarainternasional, insiden hidrosefalus yang didapat juga tidak
diketahuijumlahnya. Sekitar 100.000 shunt yang tertanam setiap tahun di negara
maju,tetapi informasi untuk negara-negara lain masih sedikit. Kematian
padahidrosefalus yang tidak ditangani dapat terjadi oleh karena herniasi
tonsilsekunder yang dapat meningkatkan tekanan intracranial, kompresi batang
otakdan sistem pernapasan (Darsono, 2005:211).
Hidrosefalus menjadi kasus yang banyak terjadi di perkotaan. Angka
kejadiankasus hidrosefalus di RSUP Fatmawati di ruang rawat bedah anak lantai
IIIutara selama 3 bulan dari bulan Januari-Maret 2013 adalah sebanyak 22
kasus.Penyebab hidrosefalus salah satunya adalah bakteri. Pada daerah
perkotaanyang padat penduduk, memungkinkan terjadi penyebaran bakteri dengan
cepat salah satunya bakteri yang menyebabkan hidrosefalus. Selain itu, pada

Sistem Neurobehavior | 1
daerahperkotaan yang padat penduduk masih banyak penduduk yang
tingkatkesejahteraannya rendah. Tingkat kesejahteraan yang rendah
dapatmempengaruhi nutrisi pada ibu hamil. Nutrisi pada ibu hamil
jugamempengaruhi perkembangan janin. Pada ibu dengan nutrisi yang
kurang,maka perkembangan janin pun akan terganggu sehingga dapat
menimbulkankelainan kongenital seperti hidrosefalus.
Kebanyakan kasus hidrosefalus dialami oleh neonatus. Anak
denganhidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak
yangmengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan
kelainanneurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital
danresiko terjadi dekubitus. Di ruang perawatan bedah anak, pasien
diberikanperawatan termasuk tindakan pemasangan infus, perawatan luka dan
prosedurinvasif lain. Dalam kasus hidrosefalus ini, pemberian Non-nutritive
sucking(NNS) dapat membantu untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
olehneonatus.
Salah satu prosedur invasif yang dilakukan bagi anak adalah terapi
melaluiintra vena. Beberapa obat hanya efektif bila diberikan melalui jalur
tersebut.Metode terapi intravena ini adalah memberikan obat-obatan pada anak
yangmengalami ketidakmampuan absorpsi sebagai akibat dari kondisi
diare,dehidrasi, atau pembuluh darah yang sudah kolaps, mereka
membutuhkankonsentrasi serum tinggi dari suatu obat, mereka yang resisten
terhadapkondisi infeksi apabila menerima pengobatan parenteral dalam jangka
waktulama, dan mereka yang mengalami nyeri terus menerus serta mereka
yangmenerima pengobatan di gawat darurat (Movahaedi, 2006).Prosedur terapi
melalui jalur intravena ini menimbulkan kondisi nyeri akutbagi anak terutama
neonatus. Bayi baru lahir (neonatus) perlu melakukanadaptasi karena perubahan
yang dialami dari dalam rahim ke luar rahim.Bobak et al., (2005) menyatakan
bahwa kebanyakan bayi dapat menjalani penyesuaian yang dibutuhkan untuk
hidup di luar rahim tanpa banyakkesulitan, tetapi kesehatannya tergantung pada
perawatan yang diterimanya.Bayi baru lahir cukup bulan yang dirawat di rumah
sakit secara kontinu akandilakukan pemberian terapi, oleh karena itu diperlukan

Sistem Neurobehavior | 2
pemasangan infus.Tindakan ini merupakan prosedur invasif yang menyakitkan
(Taddio et al.,1998).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi dari hidrosefalus ?
2. Apa definisi dari hidrosefalus?
3. Apa etiologidari hidrosefalus?
4. Apa saja manifestasi klinis dari hidrosefalus?
5. Apa patofisiologidari hidrosefalus?
6. Bagaimana WOCdari hidrosefalus?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari hidrosefalus ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada hidrosefalus?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas perkuliahan sistem neurobehavior dan mengetahui berbagai hal yang
berhubungan dengan hidrosefalus.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari hedrosefalus
b. Mengetahui definisi dari Hidrosefalus
c. Mengetahui Etiologi dari Hidrosefalus
d. Mengetahui manifestasi klinis dari hidrosefalus
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk hidrosefalus
f. Mengetahui asuhan keperawatan dari hidrosefalus

Sistem Neurobehavior | 3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisilogi

Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri
dari sistem ventrikel, sistem magna pada dasar otak dan ruangan subaraknoid
yang meliputi seluruh susunan syaraf. CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel
oleh pleksus koroidalis kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam
piamater dan araknoid yang meliputi seluruh susunan syaraf pusat (SSP).
Hubungan antara sistem ventrikel dan ruang subaraknoid adalah melalui foramen
Magendie di median dan foramen Luschka di sebelah lateral ventrikel IV. Aliran
CSS yang normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen Monroi ke
ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke
ventrikel IV dan melalui foramen Luscha dan Magendie ke dalam ruang
subaranoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan
gangguan kecepatan resorpsi CSS oleh sistem kapiler.

B. Definisi
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakarnial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel( Darsono, 2005:
209). Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan
absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai
akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut
menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-
ubun (DeVito EE et al, 2007:328)
Hidrosefalus berarti kelebihan air dalam kubah tengkorak, jadi, hedrosefalus
dapat diakibatkan oleh pembentukan cairan berlebih oleh pleksus koroedeus,
absorbsi yang inadekuat, atau obstruksi aliran keluar pada salah satu ventrikel atau
lebih (Muttaqin Arif, 2000).

Sistem Neurobehavior | 4
C. Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan alitran cairan serebrospinal
(CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem
ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan,
terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H. Ropper, 2005). Teoritis
pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal
akan menyebabkan terjadinya hedrosefalus, namun daya klinik sangat jarang
terjadi.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak
(Allan H. Ropper, 2005:306) :
1. Kelainan bawaan (kongenital)
a. Stenosis akuaduktus sylvii
b. Spina bifida dan kranium bifida
c. Sindrom Dandy-Walker
d. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis terlihat
penebalan jaringan piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan
daerah lain. Penyabab lain infeksi adalah toxoplasmosis.
3. Neoplasma
Hidrosefalus oleh abstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat
aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel
IV atau akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang
berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan
kraniofaringioma.
4. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

Sistem Neurobehavior | 5
D. Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono,2005). Gejala-
gejala yang menonjol nmerupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial .
manifestasi klinis dari hidrosefalus dari anak dikelompokkan menjadi 2 golongan
, yaitu :
1. Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus

Meliputi pembesaran kepala abnormal , gambaran tetap hidrosefalus


kongenital dan pada masa bayi . lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40
cm , dan pertumbuhan ukuran lingkaran kepala terbesar adalah selama tahun
pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah , tetapi terutama pada
daerah frontal . tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa . fontanel terbuka dan
tegang , sutura masih terbuka bebas . tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis .
vena-vena disisi samping kepala tampak melebar dan berkelok . (Petter Paul
Rickham , 2003).

2. Hidrosefalus terjadi pada masa akhir kanak-kanak

Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala srbagai manifestasi


hipertensi intrakranial . lokasi nyeri kepala tidak khas . dapat disertai keluhan
penglihan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus . secara umum
gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus dibawah usia 2
tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala.
Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala
lebih besar dari 2 deviasi standar diatas ukuran normal . makrokrania biasanya
disertai 4 gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu fontanel anterior yang sangat
tegang , sutura kranium tampak atau teraba melebar , kuliut kepala licin
mengkilao dan tampak vena-vena supervisial menonjol , dan fenomena “matahari
tenggelam” (sunset phenomenon) . gejala hipertansi intrakranial lebih menonjol
pada anak yang lebih besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup :
nyeri kepala , muntah , gangguan kesadaran , gangguan okulomotor , dan pada
kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler
(bradikardia , aritmia respirasi). (Darsono,2005:213).

Sistem Neurobehavior | 6
Tanda dan gejala hedrosefalus pada bayi adalah kepala akan menjadi makin
besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun; keterlambatan penutupan fontanela
anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan
tengkorak. Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakarnial antara lain muntah,
gelisah, menangis dengan kepala tinggi, peningkatan sistole pada tekanan darah,
penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil,
letargi-stuport, peningkatan tonus otot ekstremitas, dahi menonjol bersinar atau
mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat jelas, alis mata dan bulu mata
ke atas, sehingga skelra terlihat seolah-olah diatas iris, bayi tidak dapat melihat ke
atas, “sunset eyes, strabismus, nystagmus, atropi opitic, dan bayi sulit mengangkat
dan menahan kepalanya keatas. Pada anak yang telah menutup suturanya terjadi
tanda-tanda peningkatan seperti nyeri kepala, muntal, letargi, lelah, apatis,
perubahan pesonalitas, ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak
berumur 10 tahun, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer, strabismus
dan perubahan pupil.

E. Patofisiologi
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal, hidrosefalus secara teoritis
terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu produksi likuor yang berlebihan,
peningkatan resistensi aliran likuor, dan peningkatan tekanan sinusfenosa.
Konsekuensi tiga mekanisme diatas adalah peningkatan intrakranial (TIK) sebagai
upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi mekanisme terjadinya
dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama
perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi akibat dari kompresi sistem
serebrovaskuler, redistribusi dari likuor serebro spinalis atau cairan ekstraseluler,
perubahan mekanis dari otak, efek tekanan denyut likuor serebrospinalis,
hilangnya jaringan otak dan pembesaran volume tengkorak karena regangan
abnormal struktura kranial. ( Darsono, 2005:212).
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid.
Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus.
Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan
tekanan likuor secara proposional dalam upaya mempertahankan rearbsorbsi

Sistem Neurobehavior | 7
peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan
tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskulern intrakranial
bertambah dan peningkatan intra kranial sampai pada batas yang dibutuhkan
untuk mempertahankan aliran liquor terhadap tekanan sinus vena yang relatif
tinggi . konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians
tengkorak. (Darsono,2005:212).

F. WOC

“ Di tulis tangan “

G. Pemeriksaan Diagnostik
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil
pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hedrosefalus dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui :
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala,
adanyapelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
kronikberupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis
posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutupmaka
dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikantekanan
intrakranial.

2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela massih terbuka, pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasiselama 3
menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi denganrubber
adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihatlebih lebar
1-2 cm.

Sistem Neurobehavior | 8
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahanlingkar
kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart(jarak antara dua
garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Padaanak yang besar
lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan olehkarena hidrosefalus
terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus
telah ada sebelum penutupan suturan kranialismaka penutupan sutura tidak
akan terjadi secara menyeluruh.

4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontraslainnya
dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anteriorlangsung masuk
ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsungdifoto, maka akan
terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yangmelebar. Pada anak yang besar
karena fontanela telah menutup untukmemasukkan kontras dibuatkan
lubang dengan bor pada kraniumbagian frontal atau oksipitalis.
Ventrikulografi ini sangat sulit, danmempunyai risiko yang tinggi. Di rumah
sakit yang telah memilikifasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.

5. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan
USGdiharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang
melebar.Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada
penderitahidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam
menentukankeadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG
tidakdapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas,
sepertihalnya pada pemeriksaan CT Scan.

Sistem Neurobehavior | 9
6. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanyapelebaran
dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atasventrikel lebih
besar dari occipital horns pada anak yang besar.Ventrikel IV sering
ukurannya normal dan adanya penurunan densitasoleh karena terjadi
reabsorpsi transependimal dari CSS.Pada hidrosefalus komunikans
gambaran CT Scan menunjukkandilatasi ringan dari semua sistem ventrikel
termasuk ruangsubarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.

7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis
denganmenggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk
membuatbayangan struktur tubuh.

Sistem Neurobehavior | 10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Keluhan utama :

Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,


perubahan pupil,kontriksi penglihatan perifer.

2. Riwayat penyakit sekarang


Adanya riwayat infeksi (biasanya infeksi pada selaput otak dan meningens)
sebelumnya. Pengkajian yang didapat meliputi seorang anak mengalami
pembesaran kepala, tingkat kesadaran menurun (GCS < 15), kejang,
muntah, sakit kepala, wajahnya tampak kecil secara disproporsional, anak
menjadi lemah, kelemahan fisik umum, akumulasi sekret pada saluran
nafas, dan adanya liquor dari hidung. Adanya penurunan atau perubahan
pada tingkat kesadaran akibat perubahan di dalam intrakraanial. Keluhan
perubahan perilaku juga umum terjadi.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hidrosefalus sebelumnya, riwayat adanya neoplasma otak,
kelainan bawaan pada otak, dan riwayat infeksi.
4. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis
keras atautidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.Apakah pernah terjatuh
dengankepsala terbentur.Keluhan sakit perut.
5. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien dan keluarga (orang
tua) untuk menilai respons terhadap penyakit yang diderita dan perubahan
peran dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien dan orang tua, yaitu timbul
seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk

Sistem Neurobehavior | 11
melakukan aktivitas secara normal. Oleh karena klien harus menjalani rawat
inap maka apakah keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi klien,
karena biaya perawataan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak
sedikit. Hidrosefalus memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan,
dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor
biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan
keluarga. Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis
dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup
individu. Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah :
keterbatasan yang ddiakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya
dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung
adaptasi pada gangguan neurologis di dalam sistem dukungan individu.

B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Pada keadaan hedrosefalus umumnya mengalami penurunan keadaan
(GCS <15) dan terjadi perubahan pada tanda-tanda vital.
1. B1 (Breathing)
Perubahan pada sistem pernapasan berhubungan dengan inaktivitas. Pada
beberapa keadaan hasil dari pemeriksaan fisik dari sistem ini akan
didapatkan hal-hal sebagai beriku :
a. Inspeksi
Apakah didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan. Terdapat retraksi klavikula/ dada, pengembangan paru
tidak simetris. Ekspansi dada: dinilai penuh/ tidak penuh dan
kesimetrisannya. Pada observasi ekspansi dada juga perlu dinilai :
retraksi dari otot-otot interkostal, substernal, pernapasan abdomen, dan
respirasi paradoks (retraksi abdomen saat inspirasi). Pola napas ini
dapat terjadi jika otot-otot interkontal tidak mampu menggerakkan
dinding dada.

Sistem Neurobehavior | 12
b. Palpasi
Tektil premitus biasanya seimbang kanan dan kiri.
c. Perkusi
Resonan pada seluruh lapangan paru.
d. Auskultasi
Bunyi napas tambahan, seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi pada
klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang
menurun yang sering didapatkan pada klien hidrosefalus dengan
penurunan tingkat kesadaran koma.

2. B2 (Blood)
Frekuensi nadi cepat dan lemah berhubungan dengan homeostasis
tubuh dalam upaya menyeimbangkan kebutuhan oksigen perifer. Nadi
bradikardia merupakan tanda dari perubahan perfusi jaringan otak. Kulit
kelihatan pucat menunjukkan adanya penurunan kadar hemoglobin dalam
darah. Hipotensi menunjukkan adanya perubahan perfusi jaringan dan
tanda-tanda awal dari suatu syok. Pada beberapa keadaan lain akibat dari
trauma kepala akan merangsang pelepasan antideuretik hormon yang
berdampak pada kompensasi tubuh untuk melakukan retensi atau
pengeluaran garam dan air oleh tubulus. Mekanisme ini akan meningkakan
konsentrasi elektrolit sehingga menimbulkan risiko gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit pada sistem kardiovaskuler.

3. B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih
lengkap disbanding pengkajian pada system yang lain. Hidrosefalus
menyebabkan berbagai deficit neurologis terutama disebabkan pengaruh
peningkatan tekanan intracranial akibat adanya peningkatan CSF dalam
sirkulasi ventrikel.
Kepala terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan tubuh. Hal ini
diidentifikasi dengan mengukur lingkar kepala suboksipito bregmatikus
disbanding dengan lingkar dada dan angka normal pada usia yang sama.

Sistem Neurobehavior | 13
Selain itu pengukuuran berkala lingkar kepala, yaitu untuk melihat
pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat dari normal. Ubun-ubun
besar melebar atau tidak menutup pada waktunya, teraba tegang atau
menonjol, dahi tampak melebar atau kulit kepala tampak menipis, tegang
dan mengkilat dengan pelebaran vena kulit kepala.
Satura tengkorak belum menutup dan teraba melebar. Didapatkan pula
cracked pot sign yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi
kepala. Bola mata terdorong kebawah oleh tekanan dan penipisan tulang
subraorbita. Sclera tampak diatas iris sehingga iris seakan-akan matahari
yang akan terbenam atau sunset sign.

4. B4 (Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan karakteristik urine,
termasuk berat jenis urine, penurunan jumlah urine dan peningkatan
retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal. Pada
hedrosefalus tahap lanjut klien mungkin mengalami inkontinensia urine
karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan sistem perkemihan karena
kerusakan kontrol motorik dan pistural. Kadang-kadang kontrol sfingter
urinarius eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontenensia urine yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.

5. B5 (Bowl)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, serta mual dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah
akibat peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan
masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi
akibat penurunan peristaltic usus. Adanya kontensia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakann neurologis luas.

Sistem Neurobehavior | 14
Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan peniaian ada
tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah dapat menunjukkan
adanya dehidrasi. Pemeriksaan bising usus untuk untuk menilai
keberadaan dan kualitas bising usus harus dikaji sebelum melakukan
palpasi abdomen. Bising usus menurun atau hilang dapat terjadi pada
paralitik ileus dan peritonitis. Lakukan observasi bising usus selama ± 2
menit. Penurunan motilitas usus dapat terjadi akibat tertelanya udara
yang berasal dari sekitar selang endotrakeal dan nastrakeal.

6. B6 (Bone)
Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan fisik umum, pada
bayi disebabkan pembesaran kepala sehingga menggangu mobilitas fisik
secara umum. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan turgon kulit.
Adanya perubahan warna kulit; warna kebiruaan menunjukkan adanya
sianosis (ujung kuku, ekstermitas,telingga, hidung, bibir dan membrane
mukosa). Pucat pada wajah dan membrane mukosa dapat berhubungan
dengan rendahnya kadar hemoglobinatau syok. Warna kemerahan pada
kulit dapat menunjukan adanyadamam atau infeksi. Integritas kulit untuk
menilai adanya lesi dan dekubitus. Adanya kesulitan untuk beraktivitas
karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralisis/hemiplegia, mudah
lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko defisit cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah,
peningkatan metabolisme
2. Nyeri Kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan ataksia
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan virus dan bakteri
6. Gangguan perubahan pertumbuhan berhubungan dengan peningkatan TIK
7. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ataksia

Sistem Neurobehavior | 15
9. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
10. Gangguan persepsi penglihatan berhubungan dengan visus

D. Intervensi dan Rasional

1. Resiko defisit cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, peningkatan


metabolisme

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 diharapkan defisit cairan
berkurang
Kriteria hasil: 1. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, 2. Asupan cairan pasien melebihi haluaran,
3. Pasien menyatakan pemahaman tentang perlunya mempertahankan asupan cairan yang
adekuat, 4. Pasien mendemonstrasikan ketrampilan dalam mengukur berat badan sendiri
secara akurat dan mencatat berat badan, 5. Pasien melakukan dan mencatat sendiri asupan dan
haluarannya
Intervensi Rasional
1. Pantau turgor kulit setiap giliran jaga dan Turgor kulit buruk merupakan suatu tanda
catat penurunannya dehidrasi
2. Periksa membran mukosa mulut setiap Membran mukosa yang kering merupakan
giliran jaga suatu tanda dehidrasi
3. Uji berat jenis urine setiap giliran jaga. Peningkatan kadar hematokrit dan hemoglobin
Pantau nilai laboratorium dan laporkan juga mengindikasikan dehidrasi
temuan yang tidak normal kepada dokter.
Peningkatan berat jenis urine dapat
mengindikasikan dehidrasi
4. Pantau tanda-tanda vital setiap 4jam Takikardi, hipotensi, dispnea, atau demam
dapat mengndikasikan defisit volume cairan
5. Ukur berat badan pasien setiap hari dan Pengukuran berat badan setiap dapat membantu
catat hasilnya memperkirakan status cairan tubuh
6. Berikan dan pantau cairan parenteral, Untuk mengembalikan kehilangan cairan
sesuai anjuran
7. Tentukan cairan atau minuman kesukaan Untuk meningkatan asupan
pasien

Sistem Neurobehavior | 16
8. Simpan cairan oral pada tempat yang Tindakan ini memudahkan pasien mengontrol
mudah dijangkau disisi tempat tidur asupan cairan dan tambahan asupan cairan
pasien dan anjurkan pasien untuk minum parenteral
9. Pertahankan pencatatan asupan dan Untuk membantu perkiraan keseimbangan
haluaran yang akurat cairan pasien
10. Ajarkan pasien cara mempertahankan Tindakan ini dapat mendorong partisipasi
asupan cairan yang benar, termasuk pasien dan pemberi asuhan dalam perawatan
mencatat berat badan setiap hari, dan meningkatkan kontrol pasien
mengukur asupan dan haluarannya,
mengenali tanda-tanda dehidrasi
11. Pantau nilai elektrolit dan laporkan Kehilangan cairan dapat menyebabkan
ketidaknormalannya ketidakseimbangan elektrolit signifikan
12. Berikan dan pantau pengobatan, seperti Untuk mencegah kehilangan cairan
antiemetik, dan antidiare

2. Nyeri Kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

Tujuan : Setelah dialakukan tindakan keperawatan selama 1 × 6 jam diharapakan nyeri


berkurang
Kriteria hasil: 1. Pasien menjelaskan kadar dan karakteristik nyeri, 2. Pasien menilai nyeri
dengan mengguanakan skala 1-10, 3. Pasien menjelaskan faktor-faktor yang mengintensifkan
nyeri, 4. Pasien mencoba metode nonfarmalogis untuk mengurangi nyeri, 5. Pasien
mengungkapkan perasaan nyaman berkurangnya nyeri, 6. Pasien menjelaskan intervensi yang
tepat untuk mengurangi nyeri
Intervensi Rasional
1. Kaji jenis dan tingkat nyeri pasien. Pengkajian berkelanjutan membantu
Tentukan apakah nyerinya kronis atau meyakinkan bahwa penanganan dapat
akut. Selain itu, kaji faktor yang dapat memenuhi kebutuhan pasien dalam
mengurangi atau memperberat; lokasi, mengurangi nyeri.
durasi, intensitas, dan karakteristik nyeri;
tanda-tanda dan gejala psikologis.
2. Yakinkan bahwa komuniukasi verbal dan Pasien yang mengalami nyeri sensitif untuk

Sistem Neurobehavior | 17
nonverbal anda dengan psien adalah menjadi terhakimi. Pesan negatif (baik verbal
positif dan mendukung atau nonverbal) akan mengganggu komunikasi
terbuka
3. Minta pasien untuk menggunakan sebuah Unmtuk memfasilitasi pengkajian yang akurat
skala1 sampai 10 untuk menjelaskan tentang tingkat nyeri pasien
tingkat nyerinya (dengan nilai 10
menandakan tingkat nyeri paling berat)
4. Berikan obat yang dianjurkan untuk Untuk menentukan keefektifan obat
mengurangi nyeri bergantung pada
gambaran nyeri pasien. Pantau adanya
reaksi yang tidak diinginkan terhadap
obat. Sekitar 30 sampai 40 menit setelah
pemberian obat, minta pasien untuk
menilai kembali nyerinya dengan skala1
sampai10
5. Atur periode istirahat tanpa terganggu Tindakan ini meningkatkan kesehatan,
kesejahteraan dan peningkatan tingkat energi,
yang penting untuk pengurangan nyeri
6. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi Untuk menurunkan ketegangan atau spasme
yang nyaman, dan gunakan bantal untuk otot dan untuk mendistribusikan kembali
membebat atau menokong daerah yang tekanan pada bagian tubuh
sakit, bila diperlukan
7. Pada saat tingkat nyeri tidak terlalu Teknik nonfarmakologis pengurangan nyeri
kentara, implementasikan teknik akan efektif bila nyeri pasien berada pada
mengendalikan nyeri alternatif. tingkat yang dapat ditoleransi.
a. Gunakan teknik panas dan dingin sesuai a. Untuk meminimalkan atau mengurangi
anjuran nyeri
b. Lakukan tindakan kenyamanan untuk b. Tindakan tersebut mengurangi
meningkatkan relaksasi, seperti ketegangan atau spasme otot,
pemijatan, mandi, mengatur posisi, dan mendistribusikan kembali tekanan pada
teknik relaksasi bagian tubuh, dan membantu pasien
c. Rencanakan aktivitas distraksi bersama memfokuskan pada subjek pengurang

Sistem Neurobehavior | 18
pasien, sperti membaca, mmembuat nyeri
kerajinan, menonton televisi, atau c. Untuk membantunya memfokuskan
melakukan kunjungan pada masalah yang tidak berhubungan
d. Berikan informasi kepada pasien dengan nyeri
d. Untuk membantu meningkatkan
toleransi terhadap nyeri. Tindakan ini
dapat mendidik pasien dan
mendorongnya untuk mencoba
tindakan pengurang nyeri alternatif

8. Lanjutkan untuk memberikan obat yang Untuk meyakinkan pengurangan nyeri yang
dianjurkan sesuai indikasi adekuat
9. Anjurkan pasien untuk menggunakan Untuk meningkatkan kualitas hidupnya
aktivitas pengalihan atau rekreasional,
dan dan tindakan pengurang nyeri
noninvasif
10. Ciptakan suatu rencana Untuk memberikan penguatan dan
penatalaksanaan nyeri untuk pasien. meningkatkan kekuatan terhadap rencana
Jelaskan rencana kepadanya dan berikan
salinan yang tertulis

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah

Tujuan : Xsetelah dialkukan tindakan keperawatan selama 1 × 24 jam diharapakan tidak terjadi
gangguan nutrisi

Kriteria hasil:

- Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan


- Hb dan albumin dalam batas normal

Intervensi Rasional

1. Tentukan kemampuan klien dalam Untuk menetapkan jenis makanan yang akan

Sistem Neurobehavior | 19
mengunyah, menelan, dan reflek batuk diberikan pada pasien

2. Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada Agar klien lebih mudah untuk menelan karena
waktu, selama dan sesudah makan gaya gravitasi

3. Stimulasi bibir untuk menutup dan Membantu dalam melatih kembali sensori dan
membuka mulut secara maual dengan meningkatkan kontrol muskuler
menekan ringan diatas bibir/dibawah
dagu jika dibutuhkan

4. Letakkan makanan pada daerah mulut Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa
yang tidak terganngu kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk
menelan dan meningkatkan masukan

5. Berikan makan dengan berlahan pada Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme
lingkungan yag tenang makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar

6. Mulailah untuk memberikan makan Makan lunak/cairan kental mudah untuk


peroral setengah cair, makan lunak mengendalikannya dalam mulut, menurunkan
ketika klien dapat menelan air terjadinya aspirasi

7. Anjurkan klien menggunakan sedotan Menguatkan otot fasial dan otot menelan dan
meminum cairan menurunkan resiko terjadinya tersedak

8. Anjurkan klien untuk berpartisipasi Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam


dalam program latihan/kegiatan otak yang meningkatkan nafsu makan

9. Kolaborasi dengan tim dokter untuk Mungkin diperlukan untuk memberika cairan
memberikan cairan melalui IV atu pengganti dan juga makanan jka klien tidak
makanan melalui selang mampu untuk memasukkan segala sesuatu
melalui mulut

Sistem Neurobehavior | 20
4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan ataksia
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 × 24 jam pasian tidak mengalami
cedera
Kriteria hasil:
1. Pasien mengidentifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera.
2. Pasien membantu mengidentifikasi dan menerapkan tindakan keamanan untuk mencegah
cidera.
3. Pasien mengoptimalkan aktivitas hidup sehari-hari dengan keterbatasan sensori motorik.
Intervensi Rasional
1. Observasi factor-faktor yang dapat 1. Untuk meningkatkan kesadaran pasien,
berkonstribusi terhadap cidera anggota keluarga dan pemberian asuhan.

2. Tingkat keamanan lingkungan sesuai


keperluan :
a. Orientasikan pasien pada  Tindakan tersebut akan membantu pasien
lingkungan. Kaji kemampuan pasien melakukan koping terhadap keadaan sekitar
untuk menggunakan bel panggil, yang tidak familier.
penghalangan sisi tempat tidur, dan
mengendalikan pengaturan posisi.
Pertahankan tempat tidur dengan
ketinggian paling rendah dan
lakukan pemantauan pada malam
hari.
b. Ajarkan kepada pasien dan keluarga
tentang perlunya penerangan yang  Untuk mengurangi silau.
aman. Sarankan pasien untuk  Tindakan tersebut akan meningkatkan
memakai kaca mata. Sarankan diskriminasi visual.
menggunakan perabotan rumah
tangga dengan warna kontras.
c. Test bantalan penghangat dan air
mandi sebelum digunakan; kaji
ekstremitas setiap hari dari adanya  Untuk membantu pasien dengan penurunan

Sistem Neurobehavior | 21
cidera. sensitifitas taktil.
d. Untuk pasien yang mengalami tuli,
anjurkan menggunakan alat bantu
dengar.  Untuk meminimalkn deficit.
e. Ajarkan pasien dengan gaya
berjalan yang tidak stabil tentang
penggunaan peralatan adaptif.  Untuk menurunkan potensi cidera.
3. Berikan pendidikan tambahan kepada - Pendidikan kesehatan dapat membantu pasien
pasien bila diperlukan. Topic yang mengambil langkah untuk mencegah cidera.
memungkinkan dapat meliputi
keamanan dirumah, berkendaraan, dan
pejalan kaki. Rujuk pasien ke sumber
yang tepat (polisi, pemadam kebakaran,
asosiasi keperawatan kesehatan
dirumah) untuk mendapatkan informasi
lebih lanjut.

5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan virus dan bakteri

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam resiko infeksi berkurang
Kriteria hasil : 1. Suhu tetap dalam rentang normal, 2. Hitung diferensial tetap dalam rentang
normal, 3. Tidak ada patogen yang terlihat dalam kultur, 4. Pasien mempertahankan kepribadian
dan higiene perorangan yang baik, 5. Sekresi pernapasan bersih dan tidak berbau, 6. Urine tetap
berwarna kuning jernih, tidak berbau, 7. Pasien tidak memperlihatkan adanya bukti diare, 8.
Luka dan insisi terlihat bersih, merah muda, dan bebas dari drainase purulen, 8. Tempat masuk
IV tidak memperlihatkan tanda-tanda inflamasi, 9. Pasien tidak memperlahatkan adanya bukti
gangguan kulit, 10. Pasien menyatakan faktor risiko infeksi, 11. Pasien tetap terbebas dari
infeksi
Intervensi Rasional
1. Minimalkan risiko infeksi pasien dengan: Sarung tangan dapat melindungi tangan pada
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah saat memegang luka yang dibalut atau
memberikan perawatan. Mencuci tangan melakukan berbagai tindakkan

Sistem Neurobehavior | 22
adalah satu-satunya cara terbaik untuk
mencegah penularan patogen
b. Menggunakan sarung tangan untuk
mempertahankan asepsis pada saat
memberikan perawatan langsung
1. Pantau suhu minimal setiap 4 jam dan Suhu yang terus meningkat setelah pembedahan
catat pada kertas grafik. Laporkan dapat merupakan tanda awitan komplikasi
evaluasi segera. pulmonal, , infeksi luka atau dehisens, infeksi
saluran kemih, atau tromboflebitis
2. Pantau hitung SDP, sesuai program. Peningkatan SDP total mengindikasikan infeksi.
Laporkan peningkatan atau Penurunan SDP yang jelas dapat
penurunannya mengindikasikan penurunannb produksi SDP
akibat debilitas ekstrem atau kekurangna vitamin
dan asam amino yang berat. Semua kerusakan
sumsum tulan dapat menekan pembentukan
SDP.
3. Lakukan kultur urine, sekresi pernapasan, Tindakan ini dapat mengidentifikasi patogen dan
drainase luka, atau darah sesuai dengan menjadi pedoman terapi antibiotik
kebijakan rumah sakit dan program
dokter
4. Bantu pasien mencuci tangan sebelum Mencuci tangan mencegah penyebaran patogen
dan sesudah makan dan setelah dari terhadap objek dan makanan lain.
kamar mandi, menggunakan pispot atau
urinal.
5. Bantu pasien bila memungkinkan untuk Membersihkan area perianal dengan menyeka
meyakinkan bahwa area perianal bersih dari area yang sedikit kontaminasinya ke area
setelah eliminasi yang terbanyak kontaminasinya membentu
mencegah infeksi genitourinaria
6. Ajarkan kepada pasien untuk melaporkan Feses cair atau diare dapat mengindikasikan
insiden feses cair atau diare. perlunya menghentikan atau mengganti terapi
Informasikan kepada dokter segera antibiotik. Tanda-tanda tersebut dapat juga
mengindikasikan perlunya uji Cclostridium

Sistem Neurobehavior | 23
difficile
7. Lakukan higiene mulut pasien 4 jam Untuk mencegah kolonasi bakteri dan dan
menurunkan risiko infeksi yang diturunkan.
Enyakit dan malnutrisi dapat menurunkan
kelembapan membran mukosa mulut dan bibir
8. Gunakan teknik aseptik yang ketat pada Untuk menghindari penyebaran patogen
saat menghisap saluran napas bagian
bawah, memasukan kateter urine
menetap, memasukan kateter IV dan
memberikan perawatan luka
9. Ganti slang IV dan berikan perawatan Untuk membantu mencegah patogen masuk
daerah pemasukan setiap 24 sampai 48 kedalam tubuh
jam atau sesuai kebijakan yang
ditetapkan dirumah sakit
10. Putar tempat masuk IV setiap 48 sampai Untuk mengurangi kemungkinan infeksi pada
72 jam atau sesuai kebijakan yang tempat masuk individual
ditetapkan dirumah sakit.
11. Minta pasien batuk dan napas dalam Untuk membantu menghilangkan sekresi dan
setiap 4 jam setelah pembedahan mencegah komplikasi paru
12. Berikan tisu dan kantong sampah untuk Pembuangan yang baik dapat mendorong
mengeluarkan sputum pengeluaran; pembuangan yang sehat
menurunkan penyebaran infeksi
13. Bantu pasien miring setiap 2 jam. Untuk membantu mencegah statis vena dan
Berikan perawatan kulit, khususnya kerusakan kulit
diatas penonjolan tulang
14. Gunakan air steril untuk humidifikasi Tindakan ini mencegah kekeringan dan iritasi
atau nebulasi oksigen mukosa saluran pernapasa, gangguan pergerakan
silia, dan penebalan sekresi dalam saluran
pernapasan
15. Anjurkan asupan cairan 3 sampai 4 liter Untuk membantu menipiskan sekresi mukosa
setiap hari, bila dikontradiksikan.
16. Yakinkan asupan nutrisi yang adekuat. Tindakan ini membantu menstabilkan berat

Sistem Neurobehavior | 24
Tawarkan suplemen tinggi protein bila badan, meningkatkan tonus dan massa otot, dan
tidak dikontraindikasikan membantu penyembuhan luka
17. Tempatkan pasien diruang isolasi bila Tindakan tersebut melindungi pasien dari
dianggap imun pasien lemah. Pantau patogen dilingkungan
aliran dan jumlah pengunjung
18. Beri pendidikan kepada pasien mengenai: Tindakan tersebut meningkatkan pasien untuk
a. Teknik mencuci tangan yang baik berpartisipasi dalam perawatan dan membantu
b. Faktor-faktor yang meningkatkan pasien memodifikasi gaya hidup untuk
resiko infeksi mempertahankan tingkat kesehatan yang
c. Tanda-tanda dan gejala infeksi optimum

6. Gangguan perubahan pertumbuhan berhubungan dengan Irreversible

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama waktu yang diharapkan terjadi
peningkatan dalam proses pertumbuhan
Kriteria hasil: 1. Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya, 2. Keluarga dan anak mampu
menggunakan koping terhadap tantangan karena adanya ketidakmampuan, 3. Keluarga mampu
mendapatkan sumber-sumber sarana komunitas, 4. Status nutrisi seimbang, 5. Berat badan
dalam angka normal sesuai dengan usianya
Intervensi Rasional
1. Kaji faktor penyebab gangguan Untuk mengetahui penyebab gangguan
pertumbuhan anak. pertumbuhan anak
2. Dorong anak melakukan sosialisasi Sosialisasi dapat membantu Agar pertumbuhan
dengan kelompok anak dapat sesuai
3. Berikan perawatan yang konsisten Perawatan yang baik menunjang proses
pertumbuhan
4. Berikan reinforcement positif atas hasil Reinforcement dapat meningkatkan konsep diri
yang dicapai anak anak untuk meningkatkan proses
pertumbuhannya
5. Ciptakan lingkungan yang aman Lingkungan yang aman membantu proses
perkembangan

Sistem Neurobehavior | 25
7. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x5 jam keluarga memahami
tentang proses penyakit.
Kriteria hasil: 1.pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan, 2.pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur
yang dijelaskan seacara benar.
Intervensi Rasional
1. Berikan penilaian tentang tingkat Menilai tingkat pengetahuan agar mengetahui
pengetahuan pasien/ keluarag pasien peningkatan pengetahuan
tentang prose pennyakit yang spesifik.
2. Sediakan informasi pada pasien tentang Agar pasien/keluarga lebih lebih mudah
kondidi dengan cara yang tepat memperoleh innformasi
3. Hindari jaminan yang kosong Jaminan kosong akan memberiakna harapan
palsu
4. Gambarkan tanda gejala yang biasa Gambaran tanda gejala membantu pasien
muncul pada penyakit dengan cara yang dalam mengetahui proses penyakit
tepat.

Sistem Neurobehavior | 26
8. intoleransi aktivitas berhubungan dengan nervus

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam aktivitas meningkat dan
koordinaasi meningkat.
Kriteria hasil: 1. Aktivitas fisik pasien meningkat, 2. Memverbalisasikan perasaan dalam
meningkatkan kekuatan otot dan kemampuan berpindah, 3. Mengerti tujuan dari peningkatan
mobilitas
Intervensi Rasional
1. Monitoring vital sign sebelum/sesudah Untuk mengetahui vital sign pasien
kegiatan
2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang Konsultasi untuk mengetahui batasan fisik
rencana ambulasi susuai dengan yang dilakukan pasien
kebutuhan
3. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi Kemampuan posisi menentukan mobilisasi
4. Dampingi pasien saat melakukan Dampingan untuk memenuhi kebutuahn pasien
aktivitas

9. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan

Tujuan : Setelah dilakukan observasi selama 2x24 jam tidaka adanya tanda-tanda infeksi
karena post Op
Kriteria hasil: 1. Klien bebas dari adanya tanda gejala infeksi, 2. Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya infeksi, 3. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda infeksi Untuk mengetahui tanda gejala infeksi
2. Pertahankan lingkungan bersih dan aman Lingkungan yang bersih dan aman mendukung
sekitar selama perawatan berlangsung proses pencegahan terjadinya resiko infeksi
3. Berikan perawatan kulit sekitar daerah Perawatan kulit penting untuk membantu
area pembedahan proses penyembuhan
4. Pertahankan teknik isolasi Isolasi membantu dalam pencegahan terjadinya
resiko infeksi

Sistem Neurobehavior | 27
10. Gangguan persepsi penglihatan berhubungan dengan visus

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 2x24 jam gangguan persepsi
penglihatan berkurang.
Kriteria hasil: 1. Pasien merasa gangguan penglihatan berkurang, 2. Menunjukkan
kemampuan untuk mengintrepetasikan sesuatu dengan tepat.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat visualisasi pasien Untuk mengetahui seberapa besar terjadi
gangguan
2. Bantu pasien untuk mengintrepetasikan Agar pasien menggambarkan sesuatu dengan
sesuatu dengan tepat tepat
3. Berikan pemeriksaan pasien uji ishiihara Untuk membantu pasien menetukan beragam
pola dengan tepat
4. Bantu pasien untuk memenuhi Untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari
kebutuhannya hari

Sistem Neurobehavior | 28
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakarnial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel( Darsono, 2005:
209). Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan
absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai
akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut
menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-
ubun (DeVito EE et al, 2007:328).

B. Saran

Kita sebagai perawat sebaiknya memahami dan dapat mengaplikasikan


segala sesuatu yang terdapat dimakalah ini agar terciptanya perawat yang
professional dalam menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif.

Sistem Neurobehavior | 29
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth.2002. keperawatan medikal bedah ed 8 vol.3 EGC. Jakarta


Clark.1991. Mekanisme Autoimune Manusia. Bandung. Gramedhia

Lynda Juall Carpenito, ( 2000) Buku Saku : Diagnosa Keperawatan, Ed.8, EGC,
Jakarta
M. Taylor, Cynthia. 2011. Diagnossis Keperawatan dengan Rencana Asuhan.
Jakarta : EGC.

Mc. Graw Hill. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Basic Neurologi. Jakarta. PT:
Ghanesa

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 April 2016


http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html

Mutaqin Arif. 2008. Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system


persyarafan ed 6 vol.2. salemba medical. Jakarta

Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 April
2016http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direkt
ori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-sykj201.htm

Sistem Neurobehavior | 30

Anda mungkin juga menyukai