Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERAWATAN BAYI BARU LAHIR

A. IDENTIFIKASI MASALAH
Perawatan Bayi Baru Lahir sangat penting dilakukan keluarga untuk
mencegah terjadinya infeksi pada bayi, yang sangat rentan terkena infeksi,
gampangnya kehilangan panas tubuh, dan salah satunya adalah pencegahan
tetanus neonatorom yang disebabkan oleh perawatan tali pusat yang salah
seperti di beri ramuan, perawatan yang tidak steril, dan kurangnya kebersihan
saat merawatnya.
Pengetahuan masyarakat yang kurang akan bahaya perawatan bayi baru
lahir yang salah dapat berakibat fatal dan berpengaruh terhadap angka
kematian bayi di wilayah tersebut.
B. PENGANTAR
Hari pertama
Bidang Studi :
Topik : Perawatan Bayi Baru Lahir
Subtopik : Dampak Perawatan Bayi Baru Lahir Yang Kurang Tepat
Sasaran :
Hari/Tanggal :
Jam :
Waktu :
Tempat :
C. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan
pasien dapat mengerti tentang bahaya perawatan bayi baru lahir yang kurang
tepat.
D. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan
masyarakat akan dapat mengerti tentang:
1. Perawatan Tali Pusat
2. Cara memandikan Bayi
3. Hal yang menyebabkan bayi kehilangan panas
E. MATERI
Terlampir
F. MEDIA
1.
2.
G. METODE
1.
2.
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan : Memberi salam Menjawab salam

1. Menjelaskan tujuan penyuluhan Mendengarkan dan


2. Menyebutkan materi/pokok
memperhatikan
bahasan yang akan disampaikan
2. 15 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
memperhatikan
1. Menjelaskan materi penyuluhan
secara berurutan dan teratur.
2. Materi :
 Perawatan Tali Pusat
 Cara memandikan Bayi
 Hal yang menyebabkan bayi
kehilangan panas

3. 10 menit Evaluasi : Menyimak dan


mendengarkan
1. Menyimpulkan inti
penyuluhan
2. Menyampaikan secara
singkat materi penyuluhan
3. Membiri kesempastan kepada
responden untuk bertanya
4. Memberi kesempatan kepada
responden untuk menjawab
pertantanyaan yang
dilontarkan
4. 5 menit Penutup : Menjawab salam

1. Menyimpulkan materi yang


telah disampaikan
2. Menyampaikan terima kasih
atas perhatian dan waktu
yanga telah dibarikan kepada
peserta
3. Mengucapkan salam

I. EVALUASI
Metode Evaluasi : Diskusi dan Tanya jawab
Jenis Pertanyaan : Lisan
Jumlah Soal : 10 soal
J. LAMPIRAN MATERI
1. sPerawatan Tali Pusat
a. Pengertian
Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikatan tali pusat yang
menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi, kemudian tali
pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar
dari infeksi tali pusat (Hidayat,2007).
b. Tujuan Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat dapat mencegah terjadinya penyakit
tetanus pada bayi baru lahir, agar tali pusat tetap bersih, kuman-kuman
tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi. Penyakit
tetanus ini disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun), yang masuk melalui luka tali pusat,
karena perawatan atau tindakan yang kurang bersih (Sudarti,2010).
Tujuan dari perawatan tali pusat adalah untuk mencegah infeksi dan
mempercepat permasalahan tali pusat dari perut. Dalam upaya
mencegah infeksi dan mempercepat pemisahan, ada berbagai substansi
dan ritual yang telah digunakan untuk perawatan tali pusat, hanya
beberapa diantaranya yang sudah diteliti. Substansi seperti pewarna
tripel, alkohol, dan larutan klorheksidin dahulu dianggap dapat
mencegah infeksi tetapi efektivitasnya belum terbukti. Tali pusat puput
sehari lebih cepat pada kelompok, dimana tali pusat dibiarkan
mengering secara alami (Riksani, 2012).
c. Teknik dan Cara Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir
Menurut Riksani (2012), ada beberapa cara dalam merawat tali pusat :
1) Cuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh tali pusat.
2) Saat memandikan bayi, usahakan agar anda tidak menarik tali
pusat.
3) Bungkus longgar tali pusat menggunakan kassa steril atau tali pusat
dapat dibiarkan terbuka (tanpa dibungkus kassa) dan tanpa
dibubuhi apa pun (obat antiseptik atau alkohol), serta bahan-bahan
lain di atas tali pusat.
4) Tali pusat sebaiknya tidak tertutup dengan rapat karena akan
membuatnya menjadi lembab yang bias meningkatkan resiko
tumbuhnya bakteri.
5) Tali pusat akan lepas sendirinya, sehingga sangat tidak dianjurkan
untuk mermegang atau menarik-narik tali pusat.
d. Dampak Dari Tali Pusat Yang Tidak Dirawat Dengan Baik Dan Benar
Timbulnya infeksi pada tali pusat, hal ini disebabkan karena
tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan,
misalnya pemotongan talipusat dengan bambu/gunting yang tidak
steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak,
daun-daunan, kopi dan sebagainya (Wawan, 2009).
Tali pusat yang tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
resiko infeksi, dengan tanda-tanda seperti: pangkal tali pusat, dan
daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada
darah yang keluar terus-menerus, dan/atau bayi demam tanpa sebab
yang jelas (Irawan, 2011).
Apabila tali pusat tidak dirawat dengan baik, kuman-kuman bisa
masuk sehingga terjadi infeksi yang mengakibatkan penyakit Tetanus
Neunatorum. Penyakit ini adalah salah satu penyebab kematian bayi
yang terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah 220.000 kematian bayi,
sebab masih banyak masyrakat yang belum mengerti tentang cara
perawatan tali pusat yang baik dan benar.
Resiko infeksi yang sangat dikhawatirkan adalah infeksi oleh
clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat karena tindakan
atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya
pemotongan tali pusat dengan bambu atau gunting yang tidak steril,
atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak
dedaunan, kopi, dan sebagainya (Ellen, 2009).
Tetanus adalah salah satu penyakit yang paling berisiko
mengakibatkan kematian akibat neurotoksin yang dihasilkan
clostridium tetani. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang
tetapi melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam,
misalnya luka pada tali pusat bayi baru lahir. Gejala awal penyakit
adalah kaku otot pada rahang disertai kaku pada leher, kesulitan
menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat
gejala berhenti menetek antara 3-28 hari setelah lahir. Gejala
berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi
kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang,
pneumonia, dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian. (Arin,
2009).
e. Cara menjaga dan mempertahankan suhu tubuh bayi :
1. Bayi harus tetap berpakaian atau di selimuti setiap saat, agar tetap
hangat walau dalam keadaan dilakukan tindakan. Caranya :
a. Memakai pakaian dan mengenakan topi
b. Membungkus bayi dengan pakaian yang kering dan lembut
lalu diselimuti
c. Membuka hanya bagian tubuh yang diperlukan untuk
pemantauan dan tindakan.
2. Merawat bayi kecil di ruang yang hangat (tidak kurang dari 25
derajat celcius dan bebas dari aliran angin.
3. Jangan meletakkan bayi di dekat benda yang dingin (misal dinding
dingin atau jendela) walaupun bayi dalam inkubator atau dibawah
pemancar panas.
4. Jangan meletakkan bayi langsung di permukaan yang dingin (alasi
tempat tidur atau meja periksa dengan kain hangat sebelum
meletakkan bayi).
5. Pada waktu memindahkan bayi, jaga bayi agar tetap hangat atau
dengan melakukan kontak kulit dengan bidan/perawat/ibu.
6. Ganti popok setiap kali basah.
7. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.
Suhu badan dapat berubah dari menit ke menit. Bagaimana cara
membedakan suhu tubuh yang normal dan yang disebut demam, dan
kapan harus mencari pertolongan ke dokter :
1. Yang disebut ‘normal' ternyata dapat bervariasi Biasanya suhu
badan tiap anak berbeda, jadi saat ia sehat coba untuk mengukur
suhu badannya. Sehingga tahu suhu badan normal yang biasa ia
punya setiap harinya. Suhu badan normal adalah sektiar 36-37
derajat celcius dan jika suhu badan 37.7 derajat celcius atau lebih
disebut sebagai demam tetapi suhu ini dapat berubah saat
pergantian cuaca atau setelah aktivitas fisik si anak.
2. Pilihlah termometer (alat pengukur suhu) yang baik Termometer
sekarang ada berbagai macam bentuk. Ada yang berupa kertas yang
ditempelkan di dahi anak selama beberapa saat, termometer digital
yang dapat berbunyi/ mempunyai alarm saat suhu badan anak telah
terdeteksi, sampai ke termometer infra merah/ infrared yang diukur
melalui telinga anak. Pakailah yang sesuai dengan kenyamanan dan
usia anak. Jangan menggunakan termometer merkuri/ air
raksa(yang ujungnya berwarna perak) dengan cara memasukkannya
ke mulut anak, untuk anak yang berusia dibawah 3 tahun.
3. Ukurlah suhu badan anak secara teratur Apabila terasa badan anak
panas, segera gunakan temperatur untuk mengukur suhu badan
anak. Ukur satu jam sekali setelah itu. Apabila ternyata ada demam,
periksa juga apakah ada gejala lain seperti hidung ingusan (yang
dapat berarti anak anda terinfeksi influensa), atau adanya cairan di
telinga (yang dapat berarti anak anda terinfeksi kuman di telinga).
4. Demam pada anak tidak boleh melebihi 24 jam lamanya. Apabila
telah lebih, pergi ke dokter. Tetapi apabila demam anak mencapai
40 derajat celcius, jangan tunggu lagi, segera mencari pertolongan
ke dokter. Apabila suhu badan yang demam tinggi disertai beberapa
gejala dibawah ini, segeralah ke UGD (unit gawat darurat) di
rumah sakit. Gejalanya sebagai berikut:
 kesulitan bernapas (dapat disebabkan oleh penyakit radang
paru, radang saluran napas atau penyakit lain
 kekakuan leher, muntah-muntah atau bintik-bintik merah di
kulit yang tidak menghilang apabila ditekan (dapat
disebabkan oleh penyakit radang otak/ meningitis).
 diare, cekung di bawah mata (dapat disebabkan oleh
dehidrasi/ kurang cairan tubuh)
5. Cara pengukuran suhu dapat dilakukan di beberapa tempat tertentu,
yaitu :
 di dahi (untuk termometer bentuk strip/kertas),
 dibawah lidah
 dikempit di ketiak (untuk termometer air raksa/merkuri), atau
 di telinga (termometer infra merah).
Jangan melakukan pengukuran suhu dengan memasukkan
termometer ke pantat anak, karena dapat mengakibatkan berbagai
hal yang tidak diinginkan apabila dilakukan bukan oleh tenaga
profesional. Pengukuran di bawah ketiak biasanya paling akurat.
Dokter biasanya akan menanyakan dimana tempat anda melakukan
pengukuran suhu, karena akan ada sedikit perbedaan hasil, pada
pengukuran di tempat yang berbeda.
6. Bagaimana cara menurunkan suhu anak saat demam? Usaha untuk
menurunkan suhu badan anak yang demam diperlukan untuk
mencegah resiko terjadinya kejang yang disebabkan oleh suhu
badan yang terlalu tinggi. Beberapa caranya adalah sebagai berikut:

 Jangan pakai baju yang terlalu tebal, pakailah baju tidur biasa
 Berikan obat parasetamol sesuai dosis
 kompres dengan air suam-suam kuku (bukan air dingin)
7. Pegang perutnya untuk mengira-ira suhu badan Bayi yang masih
kecil tidak dapat mengatur suhu badannya dengan baik, sehingga
anda harus terus memonitor keadaan demamnya. Tangan dan kaki
pada bayi biasanya memang dingin. Jadi anda harus memegang
perut atau bagian belakang lehernya untuk mengetahui apakah
demamnya sudah mulai menurun. Apabila ternyata masih panas,
anda harus berusaha untuk menurunkan lagi demamnya.
8. Periksa suhu kamar bayi anda Suhu kamar yang ideal bagi bayi
adalah 16-20 derajat celcius. Gunakan termometer ruangan untuk
mengukur suhu ruangan, usahakan jangan sampai suhu ruangan
lebih panas dari 20 derajat celcius.
9. Jangan memakai selimut yang berlebihan Apabila bayi anda masih
berumur kurang dari 1 tahun, berhati-hatilah agar anak anda tidak
memakai selimut yang berlebihan sehingga kepanasan. Apabila
suhu ruangan bayi anda sekitar 18 derajat celcius, satu selimut dan
dua lapis seprei untuk pelapisnya adalah cukup (apabila bayi
memakai baju tidur dan jaketnya) Jangan membiarkan bayi anda
tidur di dekat radiator, api pemanas atau heater.
10. Bayi anda ternyata dapat kedinginan juga Memang keadaan ini
jarang terjadi. Biasanya disebut hipotermia. Yaitu apabila suhu bayi
dibawah 35 derajat celcius. Untuk menghangatkannya, peluklah ia,
tempelkan badannya dengan badan anda yang hangat, dan berikan
ia selimut sampai menutupi lehernya.
Pengukuran suhu tubuh
a. Bila bayi sakit dilakukan pengukuran tiap jam
b. Bila bayi kecil dilakukan pengukuran tiap 12 jam
c. Bila bayi sangat kecil dilakukan tiap 6 jam
d. Bila keadaan bayi membaik dilakukan sekali sehari
F. Memandikan Bayi
Bayi yang baru lahir sebenarnya tidak perlu mandi terlalu sering. Yang
penting selama Anda mengganti popok bayi, Anda juga ikut membersihkan
tubuhnya. Jika mandi terlalu sering, kulit bayi bisa jadi kering. Biasanya
memandikan bayi yang baru lahir tiga sampai empat kali seminggu atau dua
hari sekali sudah cukup.
Akan tetapi, Anda bisa menyesuaikan sendiri dengan kondisi buah hati.
Karena Indonesia adalah negara tropis yang suhunya cukup tinggi dan lembap,
Anda mungkin ingin memandikan bayi setiap hari. Ada juga orangtua yang
memandikan bayi yang baru lahir dua kali sehari.
1. Waktu terbaik untuk memandikan bayi yang baru lahir
Hindari memandikan bayi setelah minum ASI. Mandi setelah perutnya
terisi bisa membuat bayi Anda merasa tidak nyaman. Selain itu, jika ia
merasa perutnya tertekan, buah hati Anda bisa sampai muntah. Sebaiknya
pilih waktu yang senggang bagi Anda sendiri. Dengan begitu, Anda bisa
fokus pada si buah hati dan tidak akan terburu-buru.
Anda bisa memandikan bayi di pagi hari ketika suasana hati bayi Anda
sedang baik dan ia tidak begitu mengantuk. Memandikan bayi di sore hari
juga tidak jadi masalah. Yang penting Anda menjaga supaya ia tidak
kedinginan.
2. Memandikan bayi baru lahir yang tali pusarnya belum lepas
Kebanyakan bayi berusia di bawah dua atau tiga minggu tali pusarnya
belum lepas. Hati-hati karena biasanya tali pusar bayi masih agak basah dan
sebaiknya tidak kena air. Untuk itu, Anda bisa memandikannya dengan cara
menyeka tubuhnya dengan waslap atau kain lembut. Perhatikan langkahnya
berikut ini :
 Alasi meja atau permukaan yang datar seperti lantai dengan alas
empuk yang tahan air atau handuk lembut. Anda juga bisa
melakukannya di meja untuk mengganti popok bayi
 Baringkan bayi pada punggungnya, tahan bagian belakang kepala
dan lehernya dengan salah satu tangan Anda
 Usap tubuh, kepala, dan wajah bayi Anda pelan-pelan dengan
waslap yang sudah dibasahi dengan air yang cukup hangat
 Setelah tubuhnya basah, usap lagi dengan waslap dengan sabun
yang sangat lembut dan aman untuk bayi yang baru lahir
 Untuk membersihkan kedua kelopak matanya, siapkan dua lembar
kapas lembut yang tidak banyak seratnya. Mulailah dari bagian
mata yang dekat dengan hidung dan usap ke arah luar. Ulangi pada
kelopak mata satunya dengan kapas yang baru
 Pastikan juga menyeka lekukan-lekukan tubuhnya seperti ketiak,
leher, belakang telinga, dan lutut bagian belakang
 Akhiri dengan membersihkan bagian alat kelamin dan pantat bayi,
mulai dari depan ke belakang
 Angkat bayi dengan kedua tangan Anda dan bungkus dengan
handuk kering
 Sebelum memakai popok atau baju, peluk dan timang-timang si
buah hati karena hal ini bisa memberikan rangsangan bagi indra
perabanya sekaligus membangun ikatan yang kuat antara Anda dan
bayi
3. Memandikan bayi yang tali pusarnya sudah lepas
Setelah tali pusar bayi Anda lepas dan bekas lukanya mengering, Anda
bisa mulai memandikan bayi di dalam bak mandi bayi. Caranya pun cukup
sederhana, langkah-langkahnya di bawah ini :
 Siapkan bak mandi bayi dengan air hangat (dengan suhu kira-kira
37 derajat Celsius) setinggi 5 sentimeter
 Dengan kedua tangan Anda, pindahkan bayi ke dalam bak
mandinya dengan posisi berbaring agak tegak
 Tahan bagian belakang kepala dan lehernya dengan tangan Anda
yang tidak dominan
 Mulailah dengan menyeka lembut wajah bayi dengan waslap,
diikuti dengan kepala dan sekujur tubuhnya
 Tuang sabun mandi yang aman untuk bayi baru lahir di waslap
 Usap lagi wajah dan seluruh badan bayi, jangan lupa untuk
membersihkan setiap lekukan dan lipatan tubuhnya (tak perlu
sampai ke dalam telinga atau hidung)
 Bersihkan kedua kelopak mata bayi dengan kain lembut atau kapas
yang tidak banyak seratnya
 Akhiri dengan membersihkan area kelamin dan pantat bayi, mulai
dari depan ke belakang
 Untuk menstimulasi indra perabanya, biarkan si buah hati
menikmati waktu mandinya dan tuangkan air hangat ke perut atau
bahunya pelan-pelan
 Angkat bayi dengan kedua tangan Anda dan bungkus dengan
handuk yang kering
 Peluk dan timang-timang bayi setelah mandi untuk menjalin ikatan
dan kasih sayang antara ibu dan anak
G. Pencegahan Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir atau
BBL, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan
upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami
hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit
berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang
tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti
walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau
berat lahir rendah lebih rentan untuk mengalami hipotermia. Walaupun
demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia (temperatur tubuh lebih dari
37,5°C).
1. Mekanisme Kehilangan Panas
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
a. Evaporasi atau menguap
Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini
merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga
terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu
cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.
b. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur
atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi
diletakkan di atas benda-benda tersebut.
c. Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau
ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami
kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara
dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui
ventilasi/pendingin ruangan.
d. Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah
dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini
karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
2. Mencegah Kehilangan Panas
Cegah terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir melalui upaya
berikut:
 Ruang bersalin yang hangat :
Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup semua pintu dan jendela.
 Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks
akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk
basah dengan handuk atau kain yang kering.
 Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke
kulit bayi
Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada
atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel
di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara
ibu.
 Inisiasi menyusu dini
Memberi kesempatan pada bayi menyusu sendiri segera
setelah lahir dengan meletakkan bayi menempel di dada atau perut
ibu, dibiarkan merayap mencari puting dan menyusu sampai puas.
Proses ini berlangsung minimal 1 jam pertama setelah bayi lahir.
 Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan
pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan
yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika
bagian tersebut tidak tertutup.
 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke
kulit bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah
kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian),
sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering.
Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau
selimut. Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu
tidak kurang dari enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat
menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan
BBL. Keringkan bayi dengan segera setelah dimandikan.
 Rawat gabung
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam.
Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan
ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi
tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan
mencegah paparan infeksi pada bayi.
 Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan
dalam lingkungan yang hangat.
 Transportasi hangat
Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama
dalam perjalanan.
 Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang
hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya.
Tanda-tanda penurunan suhu tubuh bayi:
1. Tanda awal:
Kedua tangan dan kaki terasa dingin.
2. Tanda lanjut:
 Seluruh tubuh teraba dingin,
 Bayi tidak bergerak aktif / bayi lemas,
 Bayi tidak mau menyusu,
 Bayi menangis lemah.
Cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi:
1. Bayi ditempatkan di ruangan yang hangat, jangan ber-AC.
2. Kontak / menempelkan kulit bayi dengan kulit ibu
3. Menyusui sesering mungkin.
4. Tutup kepala karena 25% panas hilang melalui kepala

Anda mungkin juga menyukai