Kewenangan Pemerintah Pusat lebih menekankan pada penetapan kebijakan yang bersifat
norma, standar, kriteria dan prosedur. Adapun kewenangan pelaksanaan bersifat terbatas pada
kewenangan yang bertujuan untuk:
a. mempertahankan dan memelihara identitas dan integritas bangsa dan negara,
b. menjamin kualitas layanan umum yang adil dan setara bagi masyarakat,
c. menjamin supremasi hukum,
d. menjamin stabilitas ekonomi untuk kemakmuran rakyat, dan sebagainya.
Dalam sistem administrasi negara, penanggung jawab akhir dari kegiatan pemerintahan
adalah presiden. Presiden sebagai kepala pemerintahan mempunyai kewenangan
pemerintahan umum. Kewenangan ini disebut umum karena bukan merupakan kewenangan
sektoral. Kewenangan sektoral sudah diklasifikasi menjadi kewenangan absolut dan
kewenangan konkuren.
(2) Open end arrangement atau general competence, yaitu daerah otonom boleh
menyelenggarakan semua urusan di luar yang dimiliki pusat. Artinya, pusat menyerahkan
urusan pemerintahan kepada daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan
berdasarkan kebutuhan dan inisiatifnya sendiri di luar kewenangan yang dimiliki pusat. Di
sini, pusat tidak menjelaskan secara spesifik urusan pemerintahan apa saja yang diserahkan
ke daerah, tetapi di luar dari keweangan Pemerintah Pusat menjadi kewenangan Pemerintah
Daerah. UU Nomor 22/1999 menggunakan cara open end arrangement atau general
competence. Contohnya: UU Nomor 22/1999 menggunakan cara open end arrangement atau
general competence, dimana Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pasal 7 ayat 1 dan 2
menjelaskan bahwa kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, serta agama.
Dalam hal urusan konkuren, urusan mana yang menjadi kewenangan pemerintah pusat,
mana yang menjadi kewenangan provinsi, dan mana yang menjadi kewenangan kabupaten/kota
dilihat dari kriteria eksternalitas, akuntabilitas, efisiensi, dan keserasian hubungan antarsatuan
pemerintahan. Kriteria eksternalitas berupa penyelenggara suatu urusan pemerintahan
ditentukan berdasarkan luas, besaran, dan jangkauan dampak yang timbul akibat
penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Kriteria akuntabilitas berupa penanggung jawab
penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan ditentukan berdasarkan kedekatannya dengan luas,
besaran, dan jangkauan dampak yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan suatu urusan
pemerintahan. Kriteria efisiensi berupa penyelenggara suatu urusan pemerintahan ditentukan
berdasarkan perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh.
Keserasian hubungan antarsatuan pemerintahan berupa keserasian hubungan antarprovinsi
dengan provinsi, kabupaten/kota dengan kabupaten/kota, atau provinsi dengan kabupaten/kota.
Page 3 of 5
Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004 menekankan pada
kewenangan pemerintah pusat yang sedikit namun mendasar dan strategis, dibandingkan dengan
kewenangan daerah yang lebih besar. Daerah penerima kewenangan yang paling besar berupa
daerah Kabupaten/Kota, sedangkan daerah Provinsi lebih kecil kewenangannya, dimana sebagai
wakil Pemerintah Pusat, daerah Provinsi juga secara spesifik kewenangannya bersifat
koordinatif, pengawasan dan pembinaan. Hal tersebut mengingat daerah Kabupaten/Kota sebagai
daerah yang langsung (frontline) berhubungan dengan masyarakat.
Pemerintah pusat terdiri atas presiden beserta para menterinya/kabinet. Presiden adalah
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Para menteri/kabinet diangkat dan bertanggung
jawab kepada presiden. Menteri terdiri atas menteri koordinator, menteri yang memimpin
kementerian, menteri negara, dan menteri muda. Pemerintah pusat memiliki semua kewenangan
pemerintahan. Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, kewenangan pusat dibatasi hanya pada
bidang politik luar negeri, hankam, moneter dan fiskal, peradilan, agama, serta kewenangan lain.
Kewenangan pemerintah Pusat pada urusan bidang politik luar negeri, hankam, moneter, fiskal
nasional, kehakiman dan agama. Wilayah administrasi tidak memiiliki kewenangan, melainkan
Kepala wilayah administrasi yang melaksanakan tugas-tugas dekonsentrasi dari Pemerintah
Pusat. Pemerintah Provinsi sebagai daerah otonom memiliki kewenangan lintas Kab/Kota.
Kewenangan Pemerintah Kab/Kota bidangnya diluar dari kewenangan yang dimilliki Pusat dan
daerah Provinsi.
Page 4 of 5
Dalam hal kewenangan pusat dalam negara kesatuan selalu terdapat kewenangan yang
sepenuhnya menjadi kewenangan pusat. Dalam konteks UU Nomor 22 Tahun 1999, kewenangan
tersebut adalah enam bidang kewenangan (lihat gambar di atas). Keenam bidang tersebut secara
penuh diselenggarakan pusat. Namun, dilihat luas dan bobotnya, sesuai dengan UU Nomor 22
Tahun 1999, titik beratnya diletakkan pada pemerintah kabupaten/kota
Koordinasi perlu ditunjang oleh kegiatan integrasi dan sinkronisasi dalam upaya
mencapai sasaran dan tujuan serta menjalankan misi untuk mewujudkan visi. Peranan Sekretaris
Daerah yang sangat penting dalam pelaksanaan koordinasi pemerintah daerah mengingat
Sekretaris Daerah mempunyai kedudukan, tugas, dan fungsi dalam mengoordinasikan
antarperangkat daerah yang mencakup dinas daerah atau unit pelaksana teknis daerah.
Dalam kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak lain, baik pihak dalam negeri dan luar
negeri, dimungkinkan dalam rangka untuk pembangunan dan kemajuan daerah. Pemerintah
daerah dapat bekerja sama apabila mendapat persetujuan DPRD. Kerja sama bilateral dalam
negeri dapat dilakukan antar pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan dengan institusi/lembaga
yang dibutuhkan. Adapun kerja sama dari sumber luar negeri, daerah harus mendapat persetujuan
pemerintahan pusat yang diwakili oleh menteri keuangan. Menteri keuangan mengevaluasi
kesesuaian proyek yang akan dibiayai, kemampuan keuangan daerah, dan kemampuan daerah
untuk membayar pinjaman.
Page 5 of 5