Anda di halaman 1dari 17

1.

LEMPENG-LEMPENG BESAR DI DUNIA DAN BATAS-BATASANYA

Peta lempeng-lempeng tektonik


Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:

⇒Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua

⇒Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua

⇒Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta
tahun yang lalu)- Lempeng benua

⇒Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua

⇒Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut - Lempeng benua

⇒Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua

⇒Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera

Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup, Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng
Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia

Lempeng Eurasia adalah lempeng tektonik terbesar ketiga yang berada di daerah Eurasia, daratan yang
terdiri dari benua Eropa dan Asia kecuali di daerah India, Jazirah Arab, dan timur Pegunungan
Verkhoyansk di Siberia Timur. Sisi timurnya dibatasi Lempeng Amerika Utara dan Lempeng Filipina. Sisi
selatannya dibatasi Lempeng Afrika, Lempeng Arab dan Lempeng Indo-Australia. Sisi baratnya dibatasi
oleh Lempeng Amerika Utara. Lempeng Sunda merupakan bagian dari Lempeng Eurasia yang rumit
secara tektonik dan aktif secara seismik.

Lempeng Pasifik ialah lempeng tektonik samudra di dasar Samudra Pasifik.


Ke utara di sisi timur ada batas divergen dengan Lempeng Penjelajah, Juan de Fuca dan Gorda yang
berturut-turut membentuk Punggung Penjelajah, Juan de Fuca dan Gorda. Ke tengah di bagian sisi timur
ada batas peralihan dengan Lempeng Amerika Utara sepanjang Patahan San Andreas dan batas dengan
Lempeng Cocos. Ke selatan di bagian timur ada batas divergen dengan Lempeng Nazca yang membentuk
Tanjakan Pasifik Timur.

Lempeng Sunda adalah sebuah lempeng tektonik yang berlokasi di Asia Tenggara dan umumnya
dianggap sebagai bagian dari Lempeng Eurasia. Lempeng Sunda mencakup Laut Cina Selatan, Laut
Andaman, bagian selatan dari Vietnam dan Thailand bersama-sama dengan Malaysia dan pulau-pulau
Kalimantan, Sumatra, Jawa, serta Sulawesi di Indonesia, dan juga barat daya kepulauan Filipina dan
Palawan serta Kepulauan Sulu.
Lempeng Sunda berbatasan di timur dengan Sabuk Bergerak Filipina, Zona Tumbukan Laut Maluku,
Lempeng Laut Maluku, Lempeng Laut Banda dan Lempeng Timor; di selatan dan barat dengan Lempeng
Australia; dan diutara dengan Lempeng Burma, Lempeng Eurasia; dan Lempeng Yangtze.

2. Contoh kenampakan lempeng di muka bumi yang timbul akibat pergerakan lempeng

a. Divergen

Divergen adalah pergerakan lempeng tektonik yang saling menjauh satu sama lainnya
(break apart) atau terpecah. Ketika lempeng tektonik terpecah, lapisan lithosfer menipis
dan akan terbelah membentuk batas divergen. Bila pergerakan ini terjadi pada lempeng
samudra, akan menyebabkan pemekaran lempeng samudra yang menghasilkan palung
laut. Namun bila pergerakan terjadi pada permukaan lempeng benua, maka akan
menghasilkan lembah retakan akibat kedua lempeng saling berjauhan. Kedua bentuk
pergerakan tersebut pada akhirnya akan membuahkan benua dan samudra yang baru.
Gambar 1:
Divergen yang terjadi di permukaan bumi, awal terbentuknya pulau atau benua baru

Gambar 2:
Divergen yang terjadi di bawah permukaan laut, awal terbentuknya lautan atau samudra
baru

b. Konvergen

Konvergen adalah pergerakan lempeng tektonik yang saling mendekat. Biasanya ketika
lempeng benua dan lempeng samudra saling berdekatan, akan terjadi tumbukan yang
menyebabkan lempeng samudra melesak masuk ke bawah lempeng benua. Hal ini
terjadi akibat lempeng samudra yang terbentuk dari SiMa(Silikon + Megnesium) relatif
lebih lemah dibandingkan lempeng benua yang kuat karena terbentuk dari SiAl(Silikon +
Alumunium). Daerah dimana lempeng benua dan lempeng samudra saling bertumbukan
itu disebut sebagai Zona Subduksi(Subduction Zone).
Gambar 3:

pergerakan lempeng tektonik yang saling mendekat.

c. Transform

Transform terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu sama lain secara
menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua
lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun
dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini
adalah Sesar San Andreas di California.
Gambar 4:
Patahan San Andreas California, USA

Pergerakan lempeng tektonik di atas tadi, merupakan pergerakan yang akan terus terjadi
selama bumi memiliki tenaga endogen. Bahkan kelak mungkin akibat pergerakan yang
terus terjadi, sebuah negara atau pun benua bisa saja hilang dari permukaan bumi
digantikan oleh laut atau samudra.

3. Siklus wilson

Subduksi, salah satu fase pada siklus Wilson

Berbagai tempat di bumi yang memiliki salah satu dari fase pada siklus wilson

Siklus Wilson (Wilson Cycle) mengacu pada hipotesis siklus terbentuknya lempeng samudra,
hingga kembali menujamnya lempeng tersebut ke lapisan astenosfer. Siklus Wilson sendiri
dinamakan berdasarkan nama pengaju teori ini, yakni Tuzo Wilson.[1] Siklus ini terbagi menjadi
delapan fase. 4 fase pertama disebut fase bukaan (Opening phase) sedang 4 fase selanjutnya
disebut fase tutupan (Closing phase).[2] Jumlah fase di setiap versi berbeda namun memiliki inti
proses yang sama.

Fase Bukaan

 Fase A : Sebuah lempeng benua tunggal


 Fase B : Munculnya titik panas (hotspot) dan rifting (pemekaran lantai samudera) di
tengah-tengah yang membelah lempeng tersebut menjadi dua, Laut merah dan dataran
afar adalah salah satu contoh tempat terjadinya fase B.
 Fase C : Pembuatan Lempeng Samudera baru di antara kedua lempeng benua yang telah
terbentuk sebelumnya.
 Fase D : Terjadinya divergen di salah satu lempeng benua yang tadi terpisah dengan
kerak samudera, kerak samudra melebar, namun continental margin tetap (passive
margin). Samudera atlantik merupakan contoh tempat terjadinya fase C dan D.

Fase Tutupan

 Fase E : Divergen terhenti, dan kedua lempeng benua yang tadinya menjauh berbalik
mendekat, terbentuk Busur vulkanik karena pergerakan lempeng benua yang menelan
lempeng samudera ke bawah seperti yang terjadi di samudera pasifik.
 Fase f : Terjadinya kolisi antara lempeng benua dengan busur vulkanik.dimana busur
vulkanik (hinterland) naik ke atas lempeng benua (foreland). Seiring berjalannya waktu,
hinterland tererosi dan meninggalkan dataran peneplain (datar) pada lempeng benua yang
dinaikinya.
 Fase G : Pembentukan pegunungan coldilleran, dimana merupakan pegunungan yang
terbentuk akibat terjadinya penujaman kedua, yakni ketika dataran peneplain dan
lempeng benua pasangannya semakin mendekat.
 Fase H : Pembentukan pegunungan kolisi benua - benua,yakni ketika kedua lempeng
benua telah bertabrakan satu sama lain seperti yang terjadi di Pegunungan himalaya.
4. Panas Bumi (Geothermal)

Kata geothermal berasal dari bahasa yunani yaitu geo yang berarti bumi dan therme yang
berarti panas. Secara istilah, geothermal dapat diartikan sebagai sumber energi panas yang
terkandung di dalam air panas, uap air dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang
secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk
pemanfaatannya diperlukan proses penambangan (Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 pasal
1 ayat 1).

Terbentuknya daerah-daerah panas bumi yang memiliki temperatur tinggi mengacu pada teori
tektonik lempeng, dimana teori ini menjelaskan bahwa di bumi terdapat pergerakan lempeng
(crust). Pergeseran lempeng ini yang menentukan karakteristik dari sumber-sumber energi
panas bumi yang ada. Untuk daerah panas bumi bertemperatur tinggi (lebih dari 180 ˚C)
terdapat pada sistem magmatik volkanik aktif. Sistem magmatik volkanik aktif umumnya berada
disekitar pertemuan lempeng samudra dan benua. Disini proses yang terjadi yaitu akibat adanya
tumbukan antara lempeng samudra dan lempeng benua, lempeng samudra menunjam ke bawah
(subduksi) lempeng benua. Temperatur yang tinggi di kerak bumi mengakibatkan lempeng
samudra meleleh. Densitas lelehan biasanya lebih rendah dari sumber asalnya sehingga lelehan
tersebut cenderung naik ke atas menjadi magma. Sementara itu kandungan H2O yang tinggi
pada batas antara lempeng benua dan lempeng samudera memicu terjadinya partial melting
yang mengakibatkan adanya fluida panas bumi. Fluida panas bumi ini kemudian bergerak ke
atas melewati kerak bumi sambil terus bereaksi dengan batuan yang dilewatinya sehingga makin
menambah komponen fluida panas bumi tersebut. Ketika fluida ini semakin bergerak ke atas
maka akan mendidih dan mengeluarkan gelembung-gelembung gas di boiling zone. Disinilah
terjadi pemisahan antara fase liquid dan fase gas pada fluida panas bumi. Fluida gas ini akan
lebih mudah menerobos menuju permukaan bumi menjadi furnaroles disekitar puncak dan
lereng gunung api. Sisa fluida panas bumi yang masi di dalam akan mengalir secara lateral
dimana akan bercampur dengan air tanah dan keluar di permukaan sebagai mata air (Suparno
2009). Gambaran mengenai sistem panas bumi di suatu daerah biasanya dibuat dengan
memperlihatkan sedikitnya lima komponen yaitu sumber panas, reservoir dengan
temperaturnya, sumber air serta manifestasi panas bumi permukaan yang terdapat di daerah
tersebut (Saptadji 2001).

Gambar. Pergerakan Lempeng Tektonik


Gambar. Sistem Panas Bumi

Jenis-jenis Energi dan Sistem Panas Bumi


Energi panasbumi diklasifikasikan kedalam lima kategori. Energi dari sistim hidrotermal
(hydrothermal system) yang paling banyak dimanfaatkan karena pada sistim hidrotermal, pori-
pori batuan mengandung air atau uap, atau keduanya, dan reservoir umumnya letaknya tidak
terlalu dalam sehingga masih ekonomis untuk diusahakan. Berdasarkan pada jenis fluida
produksi dan jenis kandungan fluida utamanya, sistim hidrotermal dibedakan menjadi dua,
yaitu sistim satu fasa atau sistim dua fasa.

Gambar. Jenis-jenis Energi Panas Bumi

Pada sistim satu fasa, sistim umumnya berisi air yang mempunyai temperatur 90° - 180°C dan
tidak terjadi pendidihan bahkan selama eksploitasi. Contoh dari sistim ini adalah lapangan
panasbumi di Tianjin (Cina) dan Waiwera (Selandia Baru).
Ada dua jenis sistim dua fasa, yaitu:
1. Sistim dominasi uap atau vapour dominated system, yaitu sistim panasbumi di mana sumur-
sumurnya memproduksikan uap kering atau uap basah karena rongga-rongga batuan
reservoirnya sebagian besar berisi uap panas. Dalam sistim dominasi uap, diperkirakan uap
mengisi rongga-rongga, saluran terbuka atau rekahan-rekahan, sedangkan air mengisi pori-pori
batuan. Karena jumlah air yang terkandung di dalam pori-pori relatif sedikit, maka saturasi air
mungkin sama atau hanya sedikit lebih besar dari saturasi air konat (Swc) sehingga air
terperangkap dalam pori-pori batuan dan tidak bergerak.

2. Sistim dominasi air atau water dominated system yaitu sistim panasbumi dimana sumur-
sumurnya menghasilkan fluida dua fasa berupa campuran uap air. Dalam sistim dominasi air,
diperkirakan air mengisi rongga-rongga, saluran terbuka atau rekahan-rekahan. Lapangan
Awibengkok termasuk kedalam jenis ini, karena sumur-sumur umumnya menghasilkan uap dan
air. Pada sistim dominasi air, baik tekanan maupun temperatur tidak konstant terhadap
kedalaman.

Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak, temperatur reservoir panasbumi relatif


sangat tinggi, bisa mencapai 350°C. Berdasarkan pada besarnya temperatur, Hochstein (1990)
membedakan sistim panasbumi menjadi tiga, yaitu:
1.Sistim panasbumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistim yang reservoirnya mengandung
fluida dengan temperatur lebih kecil dari 125°C.
2.Sistim/reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistim yang reservoirnya mengandung fluida
bertemperatur antara 125°C dan 225°C.
3.Sistim/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistim yang reservoirnya mengandung fluida
bertemperatur diatas 225°C.

Sistim panasbumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi fluida yaitu sistim entalpi
rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan sebagai dasar klasifikasi pada kenyataannya
tidak berdasarkan pada harga entalphi, akan tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat
entalphi adalah fungsi dari temperatur.

Geothermal di Indonesia
Gambar. Persebaran Potensi Panas Bumi di Indonesia (ESDM 2008)

Posisi Indonesia yang tepat berada di batas antara lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik
mengakibatkan Indonesia termasuk daerah yang mempunyai sistem magmatik volkanik aktif.
Hal ini terbukti dari 128 gunung berapi aktif yang tersebar di seluruh Indonesia (Zen 2008).
Setelah dilakukan survey pendahuluan terkait dengan potensi geothermal di 256 daerah
didapatkan kandungan energi geothermal di Indonesia senilai 27.601 MWe atau terbesar di
dunia. Namun baru 1042 MWe yang telah diproduksi dari energi geothermal tersebut (ESDM
2008).

Tabel. Potensi Panas Bumi Indonesia Tahun 2008 (ESDM, 2008)


Pemanfaatan Panas Bumi
Secara umum pemanfaatan energi geothermal terbagi menjadi tiga yaitu untuk menggerakkan
pembangkit listrik, penggunaan secara langsung (direct use) dan pemanasan /pendinginan
bangunan dengan pompa-pompa panas geothermal. Energi listrik yang dihasilkan dari
memanfaatkan energi geothermal diperoleh dengan menggunakan peralatan turbin uap dan
generator. Uap dari geothermal digunakan untuk memutarkan turbin untuk menghasilkan energi
listrik. Untuk penggunaan langsung yaitu air panas dari sumber geothermal mampu
menyediakan panas untuk kegiatan industri, rumah kaca pengeringan hasil panen, pemanas
ruangan, balneology (pengobatan) atau mencairkan salju pada negara-negara yang beriklim
dingin. Penggunaan langsung disini dengan cara mengalirkan uap panas dengan sistem mekanik
berupa pemompaan dengan pipa-pipa, pengatur panas dan pengontrol-pengontrol kemudian
dialirkan ke tempat yang menggunakannya. Biasanya pemanfaatan secara langsung ini suhu
yang dipakai adalah 50˚C-150˚C. Untuk Indonesia pemanfaatan yang ada masih sebatas pada
pemanfaatan sebagai energi listrik dan untuk area hot springs sebagai pariwisata
(Sumintadiredja 2005).

Penentuan Potensi Panas Bumi


Adanya sumberdaya geothermal di bawah permukaan terkadang ditunjukkan dengan adanya
manifestasi permukaan sebagai akibat dari adanya energi dari dalam bumi yang keluar.
Manifestasi permukaan adalah tanda-tanda alam yang nampak di permukaan tanah sebagai
petunjuk awal adanya aktifitas panas bumi di bawah permukaan bumi. Manifestasi panas bumi
ini dapat berupa tanah hangat (warm ground), permukaan tanah beruap, mata air panas atau
hangat, telaga air panas, fumarole, geyser, kubangan lumpur panas, silika sinter, batuan yang
mengalami alterasi (Saptadji 2001). Karakteristik kondisi geomorfologi juga menandakan
adanya sumberdaya geothermal di dalam permukaan. Adanya patahan di daerah vulkanisme tua
dapat dijadikan indikator tersebut (Utama dkk. 2012). Selain itu, besarnya potensi cadangan
suatu lapangan panas bumi dapat digambarkan dengan beberapa parameter reservoir seperti
temperatur, tekanan, dan entalpi yang merepresentasikan energi termal yang terkandung di
dalam fluida reservoir tersebut (Singarimbun dkk. 2011).

1. Tanah Hangat
Adanya sumber daya panasbumi di bawah permukaan dapat ditunjukkan antara lain dari
adanya tanah yang mempunyai temperatur lebih tinggi dari temperatur tanah disekitarnya. Hal
ini terjadi karena adanya perpindahan panas secara konduksi dari batuan bawah permukaan ke
batuan permukaan. Berdasarkan besarnya gradien temperatur, area di bumi dibagi menjadi
area tidak panas dan area panas (thermal area). Suatu area diklasifikasikan sebagai area tidak
panas apabila gradien temperatur di area tersebut sekitar 10-40°C/km. Sedangkan area panas
terdapat area semi thermal dan area hyperthermal. Area semi thermal, yaitu area yang
mempunyai gradien temperatur sekitar 70-80°C/km. Area hyperthermal, yaitu area yang
mempunyai gradien temperatur sangat tinggi. Contohnya adalah di Lanzarote (Canary Island)
besarnya gradien temperatur sangat tinggi sekali hingga besarnya tidak lagi dinyatakan dalam
°C/km tetapi dalam °C/cm.
2. Permukaan Tanah Beruap
Di beberapa daerah terdapat tempat-tempat di mana uap panas (steam) nampak keluar dari
permukaan tanah. Jenis manifestasi panasbumi ini disebut steaming ground. Diperkirakan uap
panas tersebut berasal dari suatu lapisan tipis dekat permukaan yang mengandung air panas
yang mempunyai temperatur sama atau lebih besar dari titik didihnya (boiling point). Besarnya
temperatur di permukaan sangat tergantung dari laju aliran uap (steam flux).

3. Mata Air Panas atau Hangat


Mata air panas/hangat ini terbentuk karena adanya aliran air panas/hangat dari bawah
permukaan melalui rekahan-rekahan batuan. Istilah “hangat” digunakan bila temperatur air
lebih kecil dari 50°C dan istilah “panas” digunakan bila temperatur air lebih besar dari 50°C.
Mata air panas yang bersifat asam biasanya merupakan manifestasi permukaan dari suatu sistim
panasbumi yang didominasi uap. Sedangkan mata air panas yang bersifat netral biasanya
merupakan manifestasi permukaan dari suatu sistim panasbumi yang didominasi air. Mata air
panas yang bersifat netral, yang merupakan manifestasi permukaan dari sistim dominasi air,
umumnya jenuh dengan silika. Apabila laju aliran air panas tidak terlalu besar umumnya di
sekitar mata air panas tersebut terbenntuk teras-teras silika yang berwarna keperakan (silica
sinter terraces atau sinter platforms). Bila air panas banyak mengandung Carbonate maka akan
terbentuk teras-teras travertine (travertine terrace). Namun di beberapa daerah, yaitu di kaki
gunung, terdapat mata air panas yang bersifat netral yang merupakan manifestasi permukaan
dari suatu sistim panasbumi dominasi uap.

4. Kolam Air Panas


Kolam air panas ini terbentuk karena adanya aliran air panas dari bawah permukaan melalui
rekahan-rekahan batuan. Bila air tersebut berasal dari reservoar panasbumi maka air tersebut
hampir selalu bersifat netral. Disamping itu air tersebut umumnya jemih dan berwarna
kebiruan. Bila air tersebut berasal dari air tanah yang menjadi panas karena pemanasan oleh
uap panas maka air yang terdapat di dalam kolam air panas umumnya bersifat asam. Sifat asam
ini disebabkan karena tejadinya oksidasi H2 didalam uap panas. Kolam air panas yang bersifat
asam (acid pools) umumnya berlumpur dan kehijau-hijauan. Kolam air panas yang bersifat asam
mungkin saja terdapat diatas suatu reservoar air panas. Jika luas permukaan dari kolam air
panas ini lebih dari 100m2 biasanya disebut telaga air panas.
Gambar. Kolam Air Panas

5. Fumarole
Fumarole adalah lubang kecil yang memancarkan nap panas kering (dry steam) atau uap
panas yang mengandung butiran-butiran air (wet steam). Apabila uap tersebut mengandung gas
H2S maka manifestasi permukaan tersebut disebut solfatar. Fumarole yang memancarkan uap
dengan kecepatan tinggi kadang-kadang juga dijumpai di daerah tempat terdapatnya sistim
dominasi uap. Uap tersebut mungkin mengandung S02 yang hanya stabil pada temperatur yang
sangat tinggi (>500°C). Fumarole yang memancarkan uap dengan kandungan asam boric tinggi
umumnya disebut soffioni.

6. Geyser
Geyser didefinisikan sebagai mata air panas yang menyembur ke udara secara intermitent
(pada selang waktu tak tentu) dengan ketinggian air sangat beraneka ragam, yaitu dari kurang
dari satu meter hingga ratusan meter. Geyser merupakan manifestasi permukaan dari sistim
dominasi air.
Gambar. Geyser

7. Kubangan Lumpur Panas


Kubangan lumpur panas umumnya mengandung non-condensible gas (CO2) dengan sejumlah
kecil uap panas. Lumpur terdapat dalam keadaan cair karena kondensasi uap panas. Sedangkan
letupan-letupan yang tejadi adalah karena pancaran C02.

Gambar. Kubangan Lumpur

8. Silika Sinter
Silika sinter adalah endapan silika di permukaan yang berwarna keperakan. Umumnya
dijumpai disekitar mata air panas dan lubang geyser yang menyemburkan air yang besifat
netral. Apabila laju aliran air panas tidak terlalu besar umumnya disekitar mata air panas
tersebut terbentuk teras-teras silika yang berwarna keperakan (silica sinter teraces atau sinter
platforms). Silika sinter merupakan manifestasi pernukaan dari sistim panasbumi yang
didominasi air.
Gambar. Silika Sinter

9. Batuan Yang Mengalami Alterasi


Alterasi hidrothermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya reaksi antara batuan asal
dengan fluida panasbumi. Batuan hasil alterasi hidrotermal tergantung pada beberapa faktor,
tetapi yang utama adalah temperatur, tekanan, jenis batuan asal, komposisi fuida (hususnya
pH) dan lamanya reaksi. Mineral hidrothermal yang dihasilkan di zona permukaan biasanya
adalah kaolin, alutlite, sulphur, residue silika dan gypsum.

10. Geomorfologi
Geomorfologi adalah kajian yang menguraikan tentang bentuk lahan yang menyusun
permukaan bumi baik di atas maupun di bawah permukaan laut, proses-proses yang
menyebabkan pembentukannya dan menyelidiki hubungan antara bentuk lahan dengan proses
tersebut dalam tatanan keruangannya (Lihawa 2009). Aspek-aspek dalam geomorfologi
(Verstappen 1983) meliputi:
1. Aspek morfologi, dimana mencakup ukuran-ukuran dan bentuk unsur-unsur penyusun bentuk
lahan.
2. Aspek Morfogenesa, dimana asal usul pembentukan lahan dan perkembangannya. Proses ini
dapat dibedakan berdasarkan tenaga geomorfologi pembentuk bentuk lahan. Proses-proses
tersebut membentuk konfigurasi bentuk permukaan bumi yang berbeda-beda.
3. Aspek Morfo-kronologi, dimana urutan bentuk lahan yang ada di permukaan bumi sebagai hasil
proses geomorfologi.
4. Aspek Morfo-asosiasi, dimana merupakan kaitan antara bentuk lahan satu dengan bentuk lahan
lainnyadalam susunan keruangan dan sebarannya di permukaan bumi. Morfo-asosiasi ini sangat
penting karena bentuk lahan yang ada di permukaan bumi pembentukannya sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain topografi, iklim, batuan, proses, vegetasi, organisme dan
waktu.
Ketinggian, sudut kemiringan (slope angle) dan aspek kemiringan (slope aspect) adalah
variabel-variabel yang sering digunakan dalam menentukan orientasi lokal dari suatu landscape
(Walsh dkk. 1997).

Beberapa metode yang digunakan dalam penentuan estimasi potensi panas bumi adalah
metode estimasi volumetrik dan metode estimasi simulasi numerik. Metoda estimasi volumetrik
dibagi menjadi metode perbandingan dan model lumped parameter. Metode perbandingan,
yaitu menyetarakan suatu daerah panas bumi baru yang belum diketahui potensinya dengan
lapangan yang diketahui berpotensi, dimana keduanya memiliki kemiripan kondisi geologi.
Metoda ini digunakan untuk menghitung potensi energi panas bumi dengan klasifikasi sumber
daya spekulatif. Model lumped parameter, didasarkan pada anggapan bahwa reservoir panas
bumi berupa bentuk kotak sehingga perhitungan volume = luas sebaran x ketebalan; dengan
syarat bahwa : (a) kandungan energi panas dalam bentuk fluida berada dalam batuan; dan (b)
kandungan massa fluida terdapat dalam resrvoir. Metode ini digunakan untuk menghitung
potensi energi panas bumi dengan kategori sumber daya hipotesis, cadangan terduga, mungkin
dan terbukti. Sedangkan metode estimasi simulasi numerik digunakan pada kondisi dimana pada
suatu lapangan panas bumi telah tersedia beberapa sumur eksplorasi dengan semburan fluida
panas. Data sumur dibuat simulasi, yang selanjutnya digambar dalam sistem kisi (grid) dan
bentuk tiga dimensi. Dengan metode ini dapat dihitung potensi cadangan terbukti dari suatu
reservoir, termasuk umur, optimasi produksi dan sistem distribusi panasnya (Saptadji 2001).

Menurut Badan Standardisasi Nasional (1998) estimasi potensi geothermal didasarkan pada
kajian ilmu geologi, geokimia, geofisika dan teknik reservoar. Kajian geologi ditekankan pada
sistem, vulkanis, struktur geologi, umur batuan, jenis dan tipe batuan ubahan dalam kaitannya
dengan sistem panas bumi. Kajian geokimia ditekankan pada tipe dan tingkat maturasi air, asal
mula air panas, model hidrologi dan sistem fluidanya. Kajian geofisika menghasilkan parameter
fisis batuan dan struktur bawah permukaan dari sistem panas bumi. Kajian teknik reservoar
menghasilkan fase teknik yang mendefinisikan klasifikasi cadangan termasuk sifat fisis batuan
dan fluida serta pemindahan fluida dari reservoar. Dari banyaknya kajian yang ada juga
memerlukan sistem yang mampu mengintegrasikan antara hasil kajian satu dengan lainnya
sehingga nantinya dapat diketahui mengenai penyebaran batuan, struktur geologi, daerah
alterasi hidrotermal, geometri cadangan panas bumi, hidrologi, sistem panas bumi,
temperature reservoir, potensi sumber daya serta potensi listriknya.

Anda mungkin juga menyukai