Anda di halaman 1dari 10

The 10th University Research Colloqium 2019

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Analisis Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil Pre Eklamsia


Berat dengan Masalah Ansietas Melalui Metode Terapi
Warna Hijau di Ruang Flamboyan RSUD Prof. dr. Margono
Soekarjo Purwokerto
Sarifatul Mabruroh1*, Tri Sumarsih2
1,2
Prodi S1 Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Gombong
*Email: msarifatul4@gmail.com

Abstrak
Keywords: Latar belakang :Pada ibu hamil pre eklamsia dibutuhkan cara untuk
Pre Eklamsia Berat; mengatasi kecemasan dalam menghadapi persalinan. Perawat
Kecemasan; Terapi berperan dalam penanggulangan kecemasan melalui pendekatan
Warna Hijau nonfarmakologis yaitu terapi warna. Terapi warna adalah terapi
yang memberikan unsur relaksasi yang mampu mengurangi
kecemasan pada individu. Tujuan : menganalisis asuhan
keperawatan pada ibu hamil pre eklamsia berat dengan masalah
ansietas melalui metode terapi warna hijau di Ruang Flamboyan
RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto. Metode : analisis
asuhan keperawatan ini menggunakan metode deskriptif berupa studi
kasus pada tiga pasien dengan tindakan keperawatan dilakukan
selama 3 hari. Subjek adalah ibu hamil pre eklamsia berat dengan
masalah ansietas. Instrumen studi kasus ini menggunakan lembar
observasi kecemasan skala HARS. Hasil asuhan keperawatan :
masalah keperawatan yang muncul adalah ansietas. Intervensi dan
implementasi meliputi kaji ansietas, diskusi tentang ansietas, ajarkan
teknik distraksi relaksasi dengan terapi warna hijau. Hasil evaluasi
keperawatan dari ketiga klien dengan pre eklamsia berat
menunjukkan bahwa masalah keperawatan ansietas teratasi. Pada
P1 dari skor 26 (kecemasan berat) menjadi skor 12 (tidak ada
kecemasan), P2 dari skor 28 (kecemasan berat) menjadi skor 12
(tidak ada kecemasan), P3 dari skor 30 (kecemasan berat) menjadi
skor 15 (kecemasan ringan). Penurunan tingkat kecemasan terjadi
pada ketiga klien, P1 sebanyak 25%, P2 sebanyak 28,5% dan P3
sebanyak 26,8%. Evaluasi kemampuan ketiga klien dalam
mengontrol kecemasan setelah diberikan terapi warna hijau, rata-
rata sebanyak 94,4%. Terapi warna hijau sangat efektif dalam
menurunkan kecemasan pada klien pre eklamsia berat.
Rekomendasi : terapi warna hijau perlu diaplikasikan kepada
pasien dengan masalah ansietas pada ibu hamil pre eklamsia berat.

1. PENDAHULUAN kehamilan. Insiden hipertensi saat


Prevalensi preeklamsia di negara kehamilan yang menyebabkan kematian
berkembang berkisar 2,8% dari kehamilan pada ibu di Indonesia mulai dari tahun
dan di negara maju terdapat 0,6% dari 2010 sampai 2013 terus mengalami
peningkatan. Tahun 2010 angka kematian

612
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

ibu mencapai 21,5%, tahun 2011 (24,7%), warna terhadap tubuh manusia mampu
tahun 2012 (26,9%) sedangkan pada tahun mengubah fungsi psikologis pada manusia.
2013 mencapai 27,1% (Kemenkes RI, Menurut Kusuma (Sawitri, 2016), terapi
2015).1 Bagi ibu hamil dengan warna adalah terapi yang dapat
preeklamsia, banyak hal yang muncul menimbulkan relaksasi dan mampu
dalam pikiran ibu, sehingga ibu akan mengurangi stres namun belum banyak di
merasa cemas. terapkan di Indonesia.4
Kecemasan merupakan perasaan tidak Salah satu warna yang dapat
nyaman atau kekhawatiran yang samar dimanfaatkan dan memiliki efek positif
respons otonom. Hal ini merupakan isyarat yaitu warna hijau. Warna hijau dapat
kewaspadaan yang memperingatkan menimbulkan sensasi rasa nyaman, rileks,
individu akan adanya bahaya dan mengurangi stres, menyeimbangkan, dan
memampukan individu untuk bertindak menenangkan emosi (Kusuma, 2015).5
menghadapi ancaman (Herdman & Warna hijau berefek pada sistem saraf
Kamitsuru 2015).2 Seorang perawat harus secara keseluruhan, terutama bermanfaat
mengetahui dan memahami tindakan bagi sistem saraf pusat. Pemberian terapi
keperawatan yang harus dilakukan. Untuk warna hijau juga dapat merangsang
menjalankan tugas keperawatan, banyak pelepasan serotonin, sehingga
teori keperawatan yang digunakan, namun peningkatan kadar serotonin dapat
terdapat salah satu model konseptual yang meningkatkan mood individu dan dapat
erat kaitannya dengan kecemasan yaitu menciptakan rasa bahagia dan menurunkan
teori keperawatan menurut Hildegard E. stres atau rasa cemas pada individu
Peplau. (Wijayanto, 2013).6
Model konsep dan teori keperawatan Warna hijau merupakan salah satu
Hildegard E. Peplau menjelaskan tentang warna sekunder, yaitu warna yang berasal
kemampuan dalam memahami diri sendiri dari campuran dua warna primer : kuning
dan orang lain yang menggunakan dasar dan biru. Al-Quran banyak menyebutkan
hubungan antar manusia yang mencakup 4 warna hijau dalam ayat-ayatnya dimana
komponen sentral yaitu klien, perawat, menjelaskan keadaan penghuni Jannah
masalah kecemasan yang terjadi akibat (Syurga) ataupun segala yang ada di
sakit sumber kesulitan dan proses sekelilingnya, berupa kenikmatan, suasana,
interpersonal. Berdasarkan teori ini klien kesenangan, ketenangan jiwa.7
adalah individu dengan kebutuhan Terapi warna hijau digunakan sebagai
perasaan, dan keperawatan adalah proses terapi keperawatan komplementer holistik
interpersonal dan terapeutik. Tujuan yang berpengaruh pada individu secara
keperawatan adalah untuk mendidik klien keseluruhan yakni dari aspek biologis,
dan keluarga dan untuk membantu klien psikologis, sosiologis, kulutral, dan
mencapai kematangan perkembangan spritual. Roy mengemukakan pandangan
kepribadian ( Chinn dan Jacobs, 1995 tentang manusia sebagai penerima asuhan
dalam Ferry & Potter, 2015).3 keperawatan dalam kaitannya dengan teori
Pada ibu hamil dengan preeklamsia adaptasi, bahwa manusia adalah makhluk
dibutuhkan cara untuk mengatasi bio-psiko-sosial secara utuh (holistik).3
kecemasan dalam menghadapi persalinan. Penelitan yang dilakukan oleh Putri
Disisi lain perawat berperan besar sebagai Widita M (2015) mengenai pengaruh
seorang narasumber dan teaching role terapi warna hijau terhadap tingkat
dalam penanggulangan kecemasan melalui kecemasan ibu primigravida trimester III
pendekatan nonfarmakologis dengan menunjukkan bahwa adanya pengaruh
relaksasi. Salah satunya adalah terapi terapi warna hijau terhadap tingkat
warna hijau. kecemasan ibu primigravida trimester III
Dalam berbagai penelitian mengenai di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
warna, seperti dalam buku Avicenna Timbangan dengan nilai p value = 0,001.8
dengan judulnya “Canon of Medicine” Penelitian lain yang dilakukan oleh
yang menerangkan teori tentang aksi Kafiyatul Aysha (2016) mengenai terapi

613
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

warna untuk mengurangi kecemasan pada 2. METODE


pasien ibu hamil diluar nikah. Diperoleh Metode yang digunakan dalam karya
hasil bahwa terdapat perbedaan yang ilmiah ini adalah deskriptif melalui
signifikan mengenai tingkat kecemasan pendekatan studi kasus. Subyek studi kasus
dari kelompok kontrol dan eksperimen, pada karya ilmiah akhir Ners ini adalah ibu
dimana kelompok eksperimen memiliki hamil dengan preeklamsia berat yang
tingkat kecemasan yang lebih rendah terdiri dari 3 klien dengan kriteria inklusi
dibandingkan kelompok kontrol dengan ibu hamil pre eklamsia berat, umur 22-45
rata-rata skor kecemasan pada kelompok tahun, umur kehamilan trimester III, skala
kontrol sebanyak 61,2% dan pada kecemasan HARS kategori sedang sampai
kelompok eksperimen sebanyak 45,8%.9 berat. Pelaksanaan studi kasus ini
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dilakukan di Ruang Flamboyan RSUD
yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Januari 2019, dari data rekam medis Ruang pada bulan Maret 2019. Instrumen studi
Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono kasus ini menggunakan lembar observasi
Soekarjo Purwokerto selama periode skala kecemasan HARS (Hamilton
Oktober-Desember 2018 terdapat 172 Anxiety Rating Scale). Pengumpulan data
orang pasien ibu hamil dengan preeklamsia menggunakan wawancara, dokumentasi
berat, pada 5 orang pasien dengan dan observasi dari asuhan keperawatan.
preeklamsia berat, didapatkan 3 dari 5 Analisis data studi kasus ini dilakukan
orang tersebut mengalami kecemasan. Dari dengan menggunakan asuhan keperawatan
hasil observasi penulis belum menemukan (pengkajian, menentukan perencanaan
perawat mengkaji secara mendalam keperawatan, melakukan tindakan
mengenai kondisi psikologis atau masalah keperawatan yang menjadi inovasi
psikososial yang dialami pasien dengan keperawatan, melakukan evaluasi untuk
kondisi preeklamsia berat. Oleh sebab itu, melihat perkembangan dan perubahan
penulis merasa tertarik untuk membuat sebelum dan sesudah diberikan inovasi
karya tulis ilmiah akhir ners mengenai keperawatan). Penyajian data dilakukan
analisis asuhan keperawatan pada ibu dengan menggunakan tabel dan teks naratif
hamil preeklamsia berat dengan masalah yang dimulai dari pengkajian sampai
ansietas melalui metode terapi warna hijau evaluasi keperawatan.
di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 3.1 Karakteristik Pasien Pre Eklamsia Berat di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto

Klien Usia Pendidikan Pekerjaan


P1 30 tahun SD Ibu rumah
tangga
P2 35 tahun S1 Guru
P3 41 tahun SMA Ibu rumah
tangga

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari ketiga untuk tingkat pendidikan dan pekerjaan
pasien terdapat dua pasien dalam rentang usia terdapat 1 pasien dengan pendidikan tinggi
yang beresiko terhadap kehamilan (<20 tahun yaitu P2 dan bekerja sebagai guru.
atau >35 tahun) yaitu P2 dan P3. Sedangkan

614
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Tanda dan Gejala (Skala HARS) pada P1, P2, dan P3 Sebelum
dan Sesudah dilakukan Tindakan Terapi Warna Hijau pada ibu hamil Pre Eklamsia Berat di
Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

K T Tot Skor Skor Penuru


al HARS HARS nan
sko sebelum sesudah skor
r terapi terapi HARS
HA sebelu
RS m dan
sesudah
terapi
P 14 56 26 12 14
1 (46,4%) (21,4%) (25,0%)
P 14 56 28 12 16
2 (50,0%) (21,4%) (28,5%)
P 14 56 30 15 15
3 (53.6%) (26,8%) (26,8%)
Keterangan :
K : klien
T : total item tanda dan gejala
Dari tabel diatas diperoleh hasil sebelum signifikan setelah diberikan terapi warna
diberikan terapi warna hijau kriteria selama 3 hari, dimana terjadi penurunan
kecemasan pada ketiga pasien dalam kategori sebanyak 28,5%.
kecemasan berat (skor 26-41). Pada P2 terjadi
penurunan skor kecemasan yang paling
Tabel 3.3 Distribusi Skala Kecemasan pada P1, P2 dan P3 Sebelum dan Sesudah diberikan
Terapi Warna Hijau di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

K Skor kecemasan Skala HARS


Pre H1 H2 H3 Selisih dari
Pre ke H3
P1 26 19 15 12 14
P2 28 23 16 12 16
P3 30 28 22 15 15
Keterangan :
K : klien
Dari tabel diatas menunjukkan sebelum yaitu P1dan P2 dengan skor 12 (tidak ada
diberikan terapi warna hijau ketiga klien kecemasan) dan P3 skor 15 (kecemasan
mengalami kecemasan berat (26-41) dan ringan).
setelah diberikan terapi warna hijau tingkat
kecemasan ketiga klien mengalami perubahan

615
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Tabel 3.4 Perbandingan Evaluasi Kemampuan P1, P2, dan P3 Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Terapi Warna di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Kemampu- P1 P2 P3
an P P Pen P P Pen P P Pen
r o ing r o ing r o ing
e s kat e s kat e s kat
t an t an t an
Klien 0 2 2 0 2 2 0 1 1
mampu
mengenal
kecemasan
(pengertian,
penyebab,
tanda dan
gejala, cara
mengontrol)
Tanda dan 0 2 2 0 2 2 0 2 2
gejala
kecemasan
pada klien
Klien 0 2 2 0 2 2 0 1 1
mampu
mengontrol
kecemasan
dengan
teknik
distraksi
relaksasi
terapi warna
Total 0 6 6 0 6 6 0 5 5
(10 (10 (83,
0% 0% 3%
Keterangan : 1 = tidak mampu/tidak melakukan, 1 =
kurang, 2 mampu

Dari hasil tabel diatas menunjukkan bahwa bayinya. Klien merasa khawatir akan terjadi
sebelum diberikan terapi warna hijau ketiga sesuatu yang buruk pada bayinya karena
klien tidak mampu dalam mengatasi kondisinya tersebut. Skor kecemasan dengan
kecemasan, setelah diberikan terapi warna skala HARS pada klien sebesar 26 yaitu
hijau selama 3 hari terdapat perubahan kategori kecemasan berat. Hasil pemeriksaan
signifikan pada ketiga klien, yaitu P1 dan P2 TD 160/100 mmHg, Nadi 78 x/menit, RR 28
meningkat 100% sedangkan P3 meningkat x/menit, Suhu 36,7oC, TFU : 29 cm, DJJ
sebanyak 83,3%. reguler 134 x/mnt, BB 69 kg dan TB 148 cm.
Identitas klien kedua yaitu Ny.W (35
tahun) hamil G1P0A0 dengan usia kehamilan
3.1. Analisis karakteristik klien
41 minggu. Klien datang dari poliklinik
Dari hasil pengkajian diperoleh hasil,
kebidanan. Klien mengatakan nyeri di bagian
identitas klien pertama yaitu Ny.S (30 tahun)
perut karena akan melahirkan, nyeri terasa
hamil G1P0A0 dengan usia kehamilan 37
ditekan. Tekanan darah meningkat dan adanya
minggu. Klien rujukan dari Puskesmas
bengkak dikaki. Saat dikaji klien merasa
Banyumas dengan keluhan mules akan
cemas karena akan mengalami melahirkan.
melahirkan dan mengeluh pusing berat. Klien
Klien mengatakan pertama kali masuk rumah
sempat mengalami penurunan kesadaran dan
sakit. Klien mengungkapkan takut dengan
dirawat diruang ICU selama 3 hari. Saat dikaji
kondisinya karena belum pernah mengalami
didapatkan data, klien mengatakan merasa
hal seperti ini sebelumnya, Skor kecemasan
takut dengan kondisi fisiknya dan juga

616
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

dengan skala HARS sebesar 28 yaitu kategori mempengaruhi tingkat kecemasan ibu
kecemasan berat. Hasil pemeriksaan TD selama kehamilan. Ibu hamil yang
150/90 mmHg, N : 104 x/mnt, RR : 24 x/mnt, memiliki pendidikan yang lebih tinggi
S : 36,8oC. TFU : 29 cm, DJJ : 145 x/menit, akan memperhatikan kehamilannya dan
BB 65 kg, TB 155 cm. mencari tahu informasi mengenai
Sedangkan klien ketiga yaitu Ny.T (41 kehamilannya.12 Hal ini sesuai dengan
tahun) hamil G1P0A0 dengan usia kehamilan penelitian yang dilakukan Astria (2015),
38 minggu. Klien datang rujukan dari RSUD menunjukkan bahwa ibu hamil dengan
Dr. Soedirman Kebumen dengan kondisi pendidikan rendah tingkat kecemasannya
hamil 38 minggu, sudah kenceng-kenceng lebih tinggi dibandingkan ibu dengan
teratur. Klien sempat merasa pusing hebat dan tingkat pendidikan tinggi.13
pandangan mata kabur. Hasil proteinuria +2.
Saat dikaji oleh perawat, pasien mengatakan 3.1.3 Pekerjaan klien
merasa takut dan masih berharap dapat Dari hasil pengkajian pada studi
bersalin dengan normal. Klien mengatakan kasus ini didapatkan 2 responden tidak
cemas dan takut dengan tindakan yang akan bekerja yaitu sebagai ibu rumah tangga
dilakukan. Skor kecemasan dengan skala (P1 dan P3) dan 1 responden bekerja
HARS sebesar 30 yaitu kecemasan berat. sebagai guru (P2). Menurut Kusumawati
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD (2011), responden yang memiliki
180/110 mmHg, Nadi 96 x/menit, RR 28 pekerjaan tetap memungkinkan ibu
x/menit, Suhu 36oC, TFU : 29 cm, TB : 148 mendapatkan informasi dan pengalaman
cm. tentang kehamilan dari orang lain.
Seseorang yang memiliki informasi yang
3.1.1Usia klien lebih banyak akan memiliki pengetahuan
Dari hasil pengkajian didapatkan yang luas sehingga ibu primigravida akan
umur ketiga responden diatas 30 tahun bertambah pula pengetahuan akan
dengan tingkat kecemasan berat. Usia ibu kehamilannya. Selain itu, pekerjaan juga
merupakan salah satu faktor tingkat bisa menjadi faktor meningkatnya rasa
kecemasan pada ibu hamil. Berdasarkan cemas karena akan semakin bertambah
data dapat disimpulkan ketiga klien beban pikiran yang dialami seseorang
adalah ibu hamil dengan usia yang terkait pekerjaan yang ditinggalkan.14 Hal
beresiko terhadap kehamilan (<20 tahun ini sesuai dengan penelitian yang
atau >35 tahun), khususnya pada P2 dan dilakukan Utami dan Lestari (2011)
P3. tentang perbedaan tingkat kecemasan
Menurut Detiana (2014), hamil di primigravida dengan multigravida dalam
atas usia 30 tahun merupakan kehamilan menghadapi kehamilan, yang
yang memiliki resiko yang sangat tinggi menunjukkan bahwa tingkat kecemasan
dengan kehamilan seperti hipertensi.10 ibu yang tidak bekerja lebih ringan dari
Kehamilan ibu dengan usia beresiko yang bekerja.15
terjadi pada usia <20 tahun atau >35
3.2. Analisis masalah keperawatan utama
tahun. Ibu hamil dengan usia beresiko
Hasil data pengkajian yang
dapat terjadi gangguan pada janin atau
dilakukan, ketiga klien mengalami
kelainan sehingga dapat menimbulkan
kecemasan. Penulis memprioritaskan
rasa cemas terhadap ibu hamil
masalah keperawatan ansietas karena
(Handayani, 2015). 11
diperoleh dari hasil pengukuran tingkat
kecemasan dengan skala kecemasan
3.1.2 Pendidikan klien
HARS didapatkan ketiga klien
Hasil pengkajian didapatkan tingkat
mengalami kecemasan berat yaitu P1
pendidikan pada klien P1 adalah SD, P2
skor 26, P2 skor 28 dan P3 skor 30.
adalah S1 dan P3 adalah SMA dan ketiga
Menurut NANDA (2018) ansietas
klien mengalami kecemasan berat.
adalah tidak nyaman atau kekhawatiran
Menurut Mahmudah (2014), pendidikan
yang samar disertai respon otonom
merupakan salah satu faktor yang

617
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

(sumber sering kali tidak spesifik atau terjadi pada P2 dimana terjadi penurunan
tidak diketahui oleh individu), perasaan skor pada skala kecemasan terbanyak
takut yang disebabkan oleh antisipasi yaitu 16 (28,5%). Faktor yang
terhadap bahaya.16 mempengaruhi adalah tingkat pendidikan
Dari hasil tersebut, pada P3 dan pekerjaan klien. Tingkat pengetahuan
mengalami kecemasan dengan skor dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
tertinggi. Hal ini bisa terjadi karena pada individu, dalam penelitian yang
P3 klien berumur 41 tahun yang dilakukan oleh WHO bahwa tingkat
termasuk dalam kategori usia beresiko pendidikan menengah keatas berfikiran
terhadap kehamilan. Selain itu, klien lebih obyektif dan berwawasan luas serta
adalah seorang ibu rumah tangga yang mampu memikirkan penjelasan masalah
tidak memiliki penghasilan tetap. dan mampu memecahkan masalah yang
Masalah ekonomi menjadi penyebab dialami (Kusumawati, 2011).14
tambahan klien mengalami kecemasan
berat. Masalah administrasi (beban 3.4 Analisis inovasi tindakan keperawatan
ekonomi) masuk kedalam kategori sesuai hasil penelitian
gangguan kecemasan sosial. Kecemasan Hasil asuhan keperawatan pada
sosial diwarnai oleh kekhawatiran masalah keperawatan utama ansietas
individu tentang bagaimana ia (kecemasan) pada pasien pre eklamsia
membawakan diri dalam situasi sosial. telah melakukan inovasi tindakan
keperawatan dengan teknik distraksi
3.3. Analisis tindakan keperawatan pada
relaksasi terapi warna hijau. Hasil
diagnosa keperawatan utama
penelitian ini membuktikan bahwa dengan
Penulis melakukan semua tindakan
terapi warna hijau dapat menurunkan
keperawatan / implementasi berdasarkan
kecemasan pada pasien pre eklamsia berat.
perencanaan keperawatan dengan
Terapi warna hijau adalah terapi
masalah keperawatan utama yaitu
yang memberikan unsur relaksasi, dimana
ansietas. Tindakan yang sudah dilakukan
dari berbagai penelitian relaksasi mampu
adalah mengkaji ansietas, mendiskusikan
mengurangi suatu ketegangan atau
kepada klien tentang masalah yang
kecemasan pada individu (Rochmawati,
dialami, menjelaskan tentang ansietas
2012).18 Kelebihan terapi warna hijau
(pengertian, penyebab, tanda dan gejala),
dibandingkan terapi yang lain bahwa dari
mengajarkan penggunaan teknik
warna hijau tersebut syaraf-syaraf dari
nonfarmakologi yaitu teknik distraksi
indera visualisasi manusia ketika
relaksasi dengan terapi warna,
menangkap warna hijau langsung
memberikan pujian atas tindakan yang
disalurkan ke otak sehingga manusia
tepat, membimbing untuk memasukan ke
langsung merefleksikan warna hijau
jadwal kegiatan harian (terapi warna),
tersebut dengan perilaku tenang atau
mengevaluasi mengenai ansietas.
rileks. Warna hijau dapat menimbulkan
Menurut Reeder dkk (2014), pada
sensasi rasa nyaman, rileks, mengurangi
ibu hamil dengan preeklamsia berat salah
stres, menyeimbangkan, dan menenangkan
satu diagnosa keperawatan yang bisa
emosi (Kusuma, 2015).5
diangkat adalah ansietas. Hal ini terjadi
Pemberian terapi warna hijau dapat
karena terjadinya peningkatan tekanan
merangsang pelepasan serotonin, sehingga
darah, sehingga terjadi perubahan
peningkatan kadar serotonin dapat
psikologis pada ibu hamil, dan
meningkatkan mood individu dan dapat
menyebabkan kecemasan serta perasaan
menciptakan rasa bahagia dan menurunkan
khawatir pada ibu hamil tersebut.17
stres atau rasa cemas pada individu. Jalur
Berdasarkan tabel 3.3 menunjukkan
utama dari mekanisme transmisi warna
bahwa perkembangan ketiga klien selama
menuju sistem limbik dan sistem endokrin
3 hari mengalami perubahan yang
adalah Retinohypothalamic tract yang
signifikan, namun dapat dilihat
merupakan salah satu jalur dimana
perkembangan yang paling signifikan
hipotalamus menghubungkan sistem saraf

618
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

dengan Autonomic Nervous System (ANS) dan mampu memahami semua tujuan
dan sistem endokrin. Warna hijau tindakan keperawatan yang diberikan.
menyebabkan terjadinya peningkatan rata- Pada dasarnya, metode terapi warna yang
rata kadar hormon. Peningkatan terjadi diberikan kepada subjek penelitian
pada hormon serotonin hingga 104%, memiliki unsur relaksasi. Penelitian yang
oksitosin hingga 45,5%, beta endorfin dilakukan oleh Condrad (2012) dan Ali
hingga 33%, dan growth hormone hingga (2015) yakni mengenai relaksasi tubuh
150% (Wijayanto, 2013).6 yang mampu mengurangi kecemasan
Warna hijau merupakan salah satu individu dengan berbagai teknik seperti
warna sekunder, yaitu warna yang berasal pernafasan, pelemasan otot-otot,
dari campuran dua warna primer : kuning membayangkan sesuatu yang membuat
dan biru. Al-Quran banyak menyebutkan individu tenang dan rileks.19
warna hijau dalam ayat-ayatnya dimana Penelitan yang dilakukan oleh Putri
menjelaskan keadaan penghuni Jannah Widita M (2015) mengenai pengaruh
(Syurga) ataupun segala yang ada di terapi warna hijau terhadap tingkat
sekelilingnya, berupa kenikmatan, suasana, kecemasan ibu primigravida trimester III
kesenangan, ketenangan jiwa.7 menunjukkan bahwa adanya pengaruh
Terapi warna hijau digunakan sebagai terapi warna hijau terhadap tingkat
terapi keperawatan komplementer holistik kecemasan ibu primigravida trimester III
yang berpengaruh pada individu secara di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
keseluruhan yakni dari aspek biologis, Timbangan dengan nilai p value = 0,001.8
psikologis, sosiologis, kulutral, dan Penelitian lain yang dilakukan oleh
spritual. Roy mengemukakan pandangan Kafiyatul Aysha (2016) mengenai terapi
tentang manusia sebagai penerima asuhan warna untuk mengurangi kecemasan pada
keperawatan dalam kaitannya dengan teori pasien ibu hamil diluar nikah. Diperoleh
adaptasi, bahwa manusia adalah makhluk hasil bahwa terdapat perbedaan yang
bio-psiko-sosial secara utuh (holistik).3 signifikan mengenai tingkat kecemasan
Hasil evaluasi keperawatan dari ketiga dari kelompok kontrol dan eksperimen,
klien dengan pre eklamsia berat (PEB) dimana kelompok eksperimen memiliki
menunjukkan bahwa masalah keperawatan tingkat kecemasan yang lebih rendah
ansietas teratasi. Pada P1 dari skor 26 dibandingkan kelompok kontrol dengan
(kecemasan berat) menjadi skor 12 (tidak rata-rata skor kecemasan pada kelompok
ada kecemasan), P2 dari skor 28 kontrol sebanyak 61,2% dan pada
(kecemasan berat) menjadi skor 12 (tidak kelompok eksperimen sebanyak 45,8%.9
ada kecemasan), P3 dari skor 30
(kecemasan berat) menjadi skor 15 4. KESIMPULAN
(kecemasan ringan). Penurunan tingkat Berdasarkan pengkajian pada ketiga
kecemasan terjadi pada ketiga klien, P1 klien menunjukkan bahwa ketiga klien
sebanyak 25%, P2 sebanyak 28,5% dan P3 mengalami kecemasan dengan kategori
sebanyak 26,8%. Evaluasi kemampuan kecemasan berat yang dihitung
ketiga klien dalam mengontrol kecemasan berdasarkan skala HARS (Hamilton for
setelah diberikan terapi warna hijau, rata- Anxiety Rating Scale) pada P1 dengan
rata sebanyak 94,4%. Terapi warna hijau skor 26, P2 dengan skor 28 dan P3 skor 30.
sangat efektif dalam menurunkan Masalah keperawatan utama pada ketiga
kecemasan pada klien pre eklamsia berat. klien dengan pre eklamsia berat yaitu
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan ansietas.
bahwa ketiga klien dapat mengontrol Intervensi keperawatan yang
kecemasannya, maka masalah keperawatan dilakukan pada ketiga klien pre eklamsia
ansietas atau kecemasan pada ketiga klien berat adalah kaji tentang ansietas, diskusi
dapat teratasi. kepada klien tentang masalah yang
Peningkatan dalam hal kemampuan dialami, jelaskan tentang ansietas
mengontrol kecemasan dapat terjadi karena (pengertian, penyebab, tanda dan gejala),
adanya peran klien yang sangat kooperatif

619
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

ajarkan penggunaan teknik on 2019 February 20, from


nonfarmakologi yaitu teknik distraksi www.gunadarma.ac.id.
relaksasi dengan terapi warna hijau, beri [3] Ferry & Potter. (2015). Fundamental
pujian atas tindakan yang tepat, bimbing Keperawatan vol.1 Edisi 4.jakarta:EGC
untuk memasukan ke jadwal kegiatan
[4] Sawitri, Devi, P.S., & Nurhesti, K.A.
harian (terapi warna), evaluasi mengenai
(2016). Pengaruh terapi warna hijau
ansietas. Implementasi keperawatan
terhadap stres pada lansia di Panti Sosial
dilakukan selama 3x8 jam sesuai dengan
Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar.
intervensi keperawatan.
Jurnal Online Udayana, 42(2), 14–23.
Hasil evaluasi keperawatan dari ketiga
klien dengan pre eklamsia berat (PEB) [5] Kusuma, E. (2015). Pengertian terapi
menunjukkan bahwa masalah keperawatan warna hijau dan aplikasi. Retrieved on
ansietas teratasi. Pada P1 dari skor 26 April, 2019
(kecemasan berat) menjadi skor 12 (tidak [6] Wijayanto, & Vera, A. (2013).
ada kecemasan), P2 dari skor 28 Perancangan interior pusat terapi warna
(kecemasan berat) menjadi skor 12 (tidak berdasar pendekatan psikologi. Jurnal
ada kecemasan), P3 dari skor 30 Intra, 1(2), 1-12.
(kecemasan berat) menjadi skor 15 [7] Ayat Al-Qur’an tentang warna. Available
(kecemasan ringan). Penurunan tingkat from : http://kaaffah.xyz/ayat-alquran-
kecemasan terjadi pada ketiga klien, P1 tentang-warna/
sebanyak 25%, P2 sebanyak 28,5% dan P3 [8] Putri Widita M. (2015). Pengaruh Terapi
sebanyak 26,8%. Evaluasi kemampuan Warna Hijau Terhadap Tingkat
ketiga klien dalam mengontrol kecemasan Kecemasan Ibu Primigravida Trimester
setelah diberikan terapi warna hijau, rata- III. Jurnal Kesehatan dan Kedokteran.
rata sebanyak 94,4%. Terapi warna hijau Vol 2. No.1. Januari 2015 : 105-114.
sangat efektif dalam menurunkan
kecemasan pada klien pre eklamsia berat. [9] Kafiyatul Aysha. (2016). Terapi Warna
Hasil perkembangan klien sebelum untuk Mengurangi Kecemasan pada
diberikan terapi warna hijau adalah pada Remaja yang Hamil di Luar Nikah.
tanda dan gejala dengan skala HARS ISSN: 2301-8267. Vol. 04, No.02,
diperoleh P1 (46,4%), P2 (50,0%) dan P3 Agustus 2016
(53,6%) sedangkan kemampuan klien [10] Detiana, P. (2014). Hamil Aman dan
dalam mengontrol kecemasan diperoleh Nyaman di Atas Usia 30 Tahun.
pada ketiga klien tidak mampu melakukan Yogyakarta : Media Pressindo.
dengan persentase 0%. [11] Handayani, Reska. (2015). Faktor-Faktor
Hasil perkembangan klien setelah yang Berhubungan dengan Tingkat
diberikan terapi warna hijau adalah pada Kecemasan Menjelang Persalinan pada
tanda dan gejala dengan skala HARS Ibu Primigravida Trimester III di
diperoleh P1 (21,4%), P2 (21,4%) dan P3 Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya
(26,8%) sedangkan kemampuan klien Padang Tahun 2012. Ners Jurnal
dalam mengontrol kecemasan diperoleh Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Maret
pada P1 (100%), P2 (100%) dan P3 2015, ISSN: 1907-686X.
(83,3%). [12] Mahmudah, D. (2014). Hubungan
Dukungan Keluarga dan Religiusitas
REFERENSI Dengan Kecemasan Melahirkan Pada
[1] Kemenkes RI. (2015). .Pusat data dan Ibu Hamil Anak Pertama. Skripsi.
informasi kementrian kesehatan RI. Jakarta.
Jakarta Selatan. http://www.depkes. [13] Astria, Y. (2015). Hubungan
go.id.pdf. Diakses tanggal 9 Januari 2019 Karakteristik Ibu Hamil Trimester III
[2] Herdman & Kamitsuru. (2015). dengan Kecemasan dalam Menghadapi
Kecemasan menghadapi persalinan anak Persalinan di Poliklinik Kebidanan dan
pertama pada ibu dewasa awal. Accessed Kandungan RSUP Fatmawati. Skripsi,

620
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Fakultas Psikologi Universitas Islam Klasifikasi 2018-2020. Ed 11. Jakarta :


Negeri Jakarta. EGC
[14] Kusumawati, Estri. (2011). Hubungan [17] Reeder dkk. (2014). Keperawatan
Pengetahuan Primigravida Tentang Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, &
Kehamilan dengan Kecemasan Keluarga: Volume 2 ( Edisi 18).Jakarta :
Menghadapi Kehamilan Trimester I di EGC
BPS Fathonah WN. Jurnal Kesmadaska, [18] Rochmawati, D.H. (2012). Teknik
Vol. 2, No. 2, Juli 2011, ISSN: relaksasi otot progresif untuk
20875002. menurunkan kecemasan. Retrieved
[15] Utami, A, Lestari & Widia. October 20, 2015, from www.uin-
(2011).Perbedaan Tingkat Kecemasan semarang.ac.id.
Primigravida dengan Multigravida dalam [19] Condrad, A., & Walton T. R. (2012).
Menghadapi Kehamilan. Jurnal Musle relaxation therapy for anxiety
Publikasi. disorders : It works but how?. Journal of
[16] Herdman,T.Heather. (2018). NANDA-I Anxiety Disorders, 21, 243-264
Diagnosis Keperawatan : Definisi dan

621

Anda mungkin juga menyukai