Anda di halaman 1dari 12

BAB III

URAIAN PROSES

Secara garis besar plan dari pabrik DME dari batubara terbagi menjadi , antara lain:

 Area 100 merupakan area proses size reduction


 Area 200 merupakan area proses gasifikasi
 Area 300 merupakan area proses purifikasi syngas
 Area 400 merupakan area sintesis dan purifikasi DME

III.1 Area size reduction (100)

Gambar III.1 Area Size Reduction Batubara


Proses awal gasifikasi dimulai dari feedstock interface dimana batubara dari open yard
( F-111) batubara akan dilakukan berbagai macam perlakuan agar sesuai dengan kondisi yang
diperlukan dalam reaktor gasifier. Mula-mula batubara dari open yard coal diangkut

III-1
menggunakan belt conveyor ( J-112 A) dilanjutkan dengan bucket elevator (J113-A) menuju
hammer mill (J-114). Disini terjadi proses size reduction dari batubara yang berukuran 5 cm
ke ukuran yang diinginkan yaitu 6 mm. Setelah itu batubara yang telah dihaluskan dimasukkan
ke dalam screen (H-115) untuk memisahkan ukuran batubara yang on spec dengan ukuran
yang over spec dan under spec.
Batubara dengan ukuran yang tidak diinginkan (over spec dan under spec) akan di
recycle kembali menggunakan bucket elevator (J-113B) dan belt conveyor (J-112B) menuju
hammer mill (J-114). Sedangkan partikel yang sudah sesuai ukurannya diangkut oleh screw
conveyor (J-116A) untuk dialirkan menuju bin pulverized coal (F-117). Kemudian partikel
halus batubara itu dimasukkan dalam tangki Slurry (M-110) Batubara dengan menggunakan
Screw Conveyor (J-116B), kemudian ditambahkan air sampai membentuk slurry dengan kadar
70 % berat solid. Setelah itu slurry tersebut akan dipompa (L-118) ke dalam gasifier (R-210).
Pemilihan bentuk slurry ini karena lebih mudah dalam hal transportasi dan aman karena terjadi
penjebakan partikel batubara di dalam cairan sehingga bahaya emisi debu dan penyalaan
spontan dapat diabaikan.

III-2
III.2 Area Gasification (200)

Gambar III.2. Area Gasifikasi Batubara


Setelah tahap size reduction, batubara dalam bentuk slurry dimasukkan dalam gasifier
(R-210) melalui injector nozzle gasifier di bagian atas sehingga tumbukan partikel jadi lebih
banyak. Gasifier yang digunakan berjenis fluidized bed dengan tipikal proses Twinkler.
Gasifier ini berkerja pada kondisi temperatur 900oC dan tekanan 30 bar. Hal yang
membedakan dari gasifier fluidized bed adalah sistem terfluidisasi yang membuat heat transfer

III-3
dan mass transfer antara gas dan partikel solid lebih sempurna serta penggunaan temperatur
yang tidak terlalu tinggi sehingga mudah untuk dikontrol atau dikendalikan.

Pada gasifier terjadi berbagai macam reaksi yang dibagi menjadi tiga zona yaitu zona
devolatilisasi, zona pembakaran, dan zona gasifikasi. Mulanya, batubara akan mengalami
proses devolatilisasi untuk dekomposisi batubara secara kimia dengan bantuan panas dan
kondisi lingkungan beroksigen.
Sumber : Yazid Bindar dkk
Hasil dari devolatilisasi adalah karbon, ash, dan gas-gas ringan. Devolatilisasi
(pyrolisis) adalah proses dekomposisi termokimia bahan organik pada suhu yang tinggi tanpa
terlibatnya aksigen. Pada umumnya pyrolisis zat organik menghasilkan produk gas dan liquid
yang meninggalkan residu berupa padatan yang kandungan karbonnya tinggi.
Karbon hasil devolatilisasi mengalami reaksi pembakaran dengan O2 yang berasal dari
tangki penyimpanan O2 dengan tekanan 30 bar yang terlebih dahulu di evaporasikan dalam
vaporizer dan kemudian di panaskan dalam oxygen heater sehingga suhunya menjadi sekitar
225 oC ketika berkontak masuk gasifier.
Reaksi yang terjadi pada Gasifier :
1. Zona Devolatilisasi
Batubara  C + CH4 + CO + CO2 + H2 + H2O+ H2S + COS + N2
2. Zona Pembakaran
a) C + ½O2  CO ∆H = -111kj/mol
b) CO + ½O2  CO2 ∆H = -283 kj/mol
c) H2 + ½O2  H2O ∆H = -242 kj/mol
3. Zona Gasifikasi
a) Reaksi Boudourd
C + CO2  2CO ∆H = +172 kj/mol
b) Reaksi Water Gas
C + H2O  CO + H2 ∆H = +131 kj/mol
c) Reaksi Shift Convertion
CO + H2O  CO2 + H2 ∆H = -41 kj/mol
d) Reaksi Metanasi
C + 2H2  CH4 ∆H = -75 kj/mol

III-4
Sumber: Gasification by Christoper Higman and Martin V
Sebagian besar O2 yang diinjeksikan dalam gasifier ini akan digunakan untuk zona
pembakaran. Panas yang dihasilkan dari reaksi ini digunakan untuk menyediakan panas untuk
reaksi devolatilisasi .

Sumber:Yazid Bindar dkk.

Hasil dari reaksi 2 dan 3 dapat di atur dengan mengatur rate O2, jika rate O2 berlebih
maka makin banyak CO2 yang terbentuk namun jika rate O2 yang diberikan kurang, maka CO
yang terbentuk akan makin banyak.

Reaksi boudouard yang merupakan reaksi endotermis dan lebih lambat jika
dibandingkan pada reaksi pembakaran pada temperatur yang sama. Reaksi water-gas
merupakan reaksi utama pada gasifikasi batubara karena pada reaksi ini dihasilkan syngas H2
dan CO beserta dengan CO2 sebagai hasil samping. Selain water gas, ada juga reaksi shift
convertion yang menghasilkan gas hydrogen dengan komposisi tidak sebanyak reaksi water
gas. Dan yang terakhir, pada zona gasifikasi dihasilkan pula reaksi samping metanasi yang
menghasilkan metana dalam jumlah yang sedikit.

Karbon (char) yang tidak bereaksi pada zona gasifikasi dan semua ash turun sebagai
slag di bagian bottom sedangkan panas dari syngas yang keluar dari gasifier akan
dimanfaatkan untuk menghasilkan medium pressure steam (MPS) pada WHB (Waste Heat
Boiler) (E-215) sehingga syngas suhunya turun sekitar 400oC. Syngas ini kemudian
didinginkan pada cooler (E-216) sehingga suhunya turun menjadi 300oC dengan media
pendingin air (cooling water system).
Syngas yang dihasilkan dari gasifier masuk ke dalam reaktor COS (R-220), dimana
sebelum masuk ke reaktor COS (R-220), syngas di dinginkan terlebih dahulu sampai
temperatur mencapai 220 oC. Reaktor COS (R-220) beroperasi pada tekanan 29 bar dan
temperature 220 oC. Senyawa COS yang terdapat dalam syngas dikonversi menjadi H2S
dengan cara direaksikan dengan H2O dalam reaktor COS Hydrolisis menurut reaksi hidrolisis
:
COS + H2O ↔ H2S + CO2

III-5
Syngas yang keluar dari reaktor COS bebas dari senyawa COS karena COS terkonversi
menjadi H2S.

III.3 Area Purifikasi Syngas

Gambar III.3 Area Purifikasi Syngas

Syngas yang keluar dari proses gasifikasi banyak mengandung impurities dimana impurities
tersebut mengganggu mekanisme proses di tahap selanjutnya oleh karena itu syngas
mengalami proses pemurnian terlebih dahulu sebelum masuk ke proses sintesis DME. Proses
purifikasi syngas meliputi proses:
 Desulfurisasi

III-6
 CO2 Removal
III.3.1 DESULFURISASI
Unit pembersihan syngas yang pertama antara lain proses desulfurisasi.Setelah semua
sulfur dalam bentuk senyawa H2S, kemudian dilakukan proses pemisahan terhadap H2S. Unit
pemisahan senyawa sulfur digunakan tangki desulfurisasi (D-310) yang bekerja pada suhu
220oC, tekanan 29 bar dengan bantuan adsorben ZnO. Reaksi sebagai berikut :
H2S(g) + ZnO(s)  H2O(g) + ZnS(s)
Diharapkan aliran syngas yang keluar dari tangki desulfurisasi mengandung H2S
dengan kadar <0,1 ppm.
Sumber : Catalyst Communication Journal
Apabila H2S lebih dari 0,1 ppm maka kinerja dari katalis reaktor DME akan
terganggu. Desulfurisasi menggunakan Kolom adsorpsi yang berjumlah 2, dimana 1 dalam
keadaaan in service (kolom absorpsi yang digunakan) dan yang satunya dalam keadaaan
regenerasi (kolom absorpsi cadangan).
Dari tangki desulfurizer syngas didinginkan dengan cooler (E-311) sampai suhu 72oC,
kemudian untuk memisahkan antara H2O dan syngas yang bebas dari H2S, dipisahkan dengan
flash distilation (H-312). Selanjutnya syngas yang keluar dari top produk di kompresi hingga
tekanan 35 bar sedangkan bottom produk (H2O) dari flash distilasi akan di alirkan ke waste
water.
III.3.2 CO2 REMOVAL
Syngas yang bebas dari H2S akan masuk sebagai bottom feed ke kolom absorber (D-
320) untuk proses penghilangan CO2. Dalam kolom absorber syngas dikontakkan dengan
larutan benfield, dimana benfield masuk melalui atas.
K2CO3 atau larutan benfield akan mengabsorb gas CO2 yang kemudian keluar sebagai
bottom produk, dan dialirkan menuju kolom stripper untuk merecovery kembali pelarut
K2CO3 atau larutan benfield. Sebelum masuk ke kolom stripper (D-330) larutan benfield yang
kaya CO2 akan diturunkan tekanan nya dari 35 bar - 2 bar melalui valve. Keluar dari valve
mengalami pemanasan di (E-326).
Kondisi Absorber Optimum :

1. Tekanan tinggi 35 bar


2. Temperatur 72 ° C

III-7
Media Penyerap :

a. K2CO3 dengan konsentrasi : 25 - 30 %


b. DEA ( Di Ethanol Amine ) sebagai aktifator.
c. V2O5 sebagai Corosion inhibitor
- Membentuk lapisan pelindung pada dinding dalam Absorber.

- Menurunkan Corosion pada pipa , Vessel , Pompa.

Kondisi operasi Optimum dari kolom absorber adalah pada suhu 72oC dan tekanan 35
bar agar didapatkan % recovery yang tinggi. Syngas yang keluar dari absorber dialirkan
menuju kompressor untuk menaikkan tekanan menjadi 50 bar. Syngas perlu dikompresi
(dinaikkan tekanan nya) untuk menyesuaikan dengan kondisi operasi dari reaktor DME.
Reaksi Absorbsi :

K2CO3 + H2O + CO2  2KHCO3 ∆Ho298 = -6,4306 kcal/mol

Untuk melakukan recovery pelarut, K2CO3 atau larutan benfield yang kaya CO2 keluar
dari kolom absorber diumpankan ke dalam kolom stripper (D-330), setelah itu baru ada
pelepasan CO2. Kolom stripper beroperasi pada tekanan 1 bar dan temperatur 126 C dimana
kolom stripper dapat berlangsung baik dan efektif jika beroperasi pada tekanan rendah dan
suhu yang relatif tinggi. Mekanisme yang terjadi dalam kolom stripper adalah pengkontakan
larutan benfield yang kaya CO2 dengan steam, sehingga CO2 teruapkan.
Pelepasan CO2 ( Stripper )

- Tekanan Rendah : 0,5 - 1 kg / cm²

- Temperatur : 126 °C

2KHCO3  K2CO3 + H2O + CO2 ∆Ho298 = 6,4306 kcal/mol

CO2 yang teruapkan masih mengandung H2O. Sehingga perlu dipisahkan antara CO2
dan H2O itu sendiri. Pemisahan tersebut berlangsung pada flash distilasi yang sebelumnya
didinginkan hingga suhu 30oC melalui cooler (E-332). CO2 yang keluar menjadi top produk
pada flash distilasi dengan temperature 30 oC akan dijadikan liquid dengan mendinginkannya
o
sampai temperature -86.7 C dengan menggunakan nitrogen sebagai media pendingin

III-8
selanjutnya disimpan di storage F-335 dalam fase liquid. Sedangkan H2O di treatment di waste
water. Sedangkan larutan benfield yang bebas CO2 akan direcovery kembali menuju kolom
absorpsi (D-320) yang sebelumnya mengalami proses pendinginan di (E-326) sampai
temperatur turun menjadi 72oC.
Syngas yang keluar dari kolom absorber akan melalui tahap kompresi sampai tekanan
55 bar dengan kompresor (G-412), kemudian melalui tahap pemanasan pada HE (E-413)
hingga temperatur 250oC, tekanan menjadi 54 bar. dan masuk ke reaktor slurry DME (R-410).

III.4 Area Sintesis dan Purifikasi DME


Konversi syngas menjadi DME adalah proses mengkonversi syngas (CO dan H2)
menjadi DME dengan bantuan katalis dan terjadi pada temperatur dan tekanan yang tinggi.
Secara umum proses sintesa dapat dilihat dari blok diagram di bawah ini

Sintesa DME Purifikasi DME

Gambar III.4 Blok Diagram Proses Konversi DME

III-9
Gambar III.5 Area Sintesis dan Purifikasi DME

Aliran syngas yang berasal clean up and conditioning dengan kondisi yang sudah
diatur (temperatur 250oC dan tekanan 54 bar) masuk ke dalam slurry reaktor yang kondisinya
250oC, dan tekanan 50 bar. Pada slurry reaktor terjadi reaksi pembentukan DME (dalam single
reactor)dengan reaksi:

3 CO + 3 H2  CH3OCH3 (DME) + CO2.

Reaksi tersebut sebenarnya melaui tahapan :

CO + H2O  CO2 + H2

2 CO + 4 H2  2 CH3OH

III-10
2 CH3OH  CH3OCH3

3 CO + 3 H2  CH3OCH3 ( DME) + CO2.

Konversi di reaktor slurry sebesar 55 % sehingga perlu adanya recycle reaktan (CO dan H2).
Pemilihan konversi sebesar 55 % dikarenakan dalam pembentukan DME terdapat
pembentukan CO2 dimana koefisien produk DME dan CO2 sama. Setelah terjadinya reaksi
produk berupa DME (fase gas) dan by produk nya berupa CO2 masuk ke tahap purifikasi.
Sedangkan reaktan yang tidak terkonversi di recycle ke slurry reactor.

Eflluent dari reaktor DME (49 bar, 250oC) (R-410) terdiri dari 4 komponen (CO, CO2,
H2, dan DME) dalam fase gas. Keluaran dari reaktor DME masuk ke cooler (E-414) sampai
temperature mencapai 30 oC kemudian didinginkan kembali sampai mencapai temperatur -2
o
C dalam E-415. Selanjutnya DME, unreacted syngas akan dipisahkan dalam flash destilasi
(H-416). Flash destilasi (H-416) beroperasi pada tekanan 48 bar dengan temperature -2 oC.
Produk bawah dari flash destilasi masuk ke kolom destilasi I (D-420) dimana tekanan operasi
untuk bagian atas kolom 48 bar dengan temperatur keluaran produk atas D-420 adalah 52 oC.
Sedangkan bagian bawah kolom destilasi I (D-420) beroperasi pada tekanan 55 bar dengan
temperature reboiler 130.5 oC. Produk atas dari D-420 akan dimixer dengan produk atas H-
416 yang selanjutnya akan di destilasi di kolom D-430. Produk bawah dari D-420
mengandung DME dengan kemurnian 99.99% .

Produk atas dari D-420 akan masuk ke kolom destilasi II (D-430) bersamaan dengan
produk atas H-416. Dimana temperature feed yang masuk ke D-430 adalah -0.8 oC dengan
tekanan 48 bar. D-430 beroperasi pada tekanan 48 bar untuk bagian bawah dan 60 bar untuk
bagian atas. Produk atas dari D-430 hanya mengandung sebagian kecil DME, dimana produk
atas akan di bagi menjadi dua aliran yaitu aliran recycle syngas yang masuk ke kolom absorbs
(D-320) untuk proses pemurnian syngas kemudian masuk dalam reaktor DME (R-410) sebagai
recycle reaktan. Sedangkan produk bawah dari D-430 banyak mengandung DME.

Produk bawah dari D-430 dan D-420 akan dimixer sebagai produk saleable ( 99.1 %).
Sebelum masuk ke storage DME (F-325), DME saleable didinginkan dalam E-324 sampai
temperaturnya 45 oC. DME disimpan dalam kondisi tekanan 49 bar dan 45 oC.

III-11
III-12

Anda mungkin juga menyukai