Anda di halaman 1dari 112

BAB

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu unsur keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh
ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, memiliki fisik yang
tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Hal ini sangat
ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh
jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Oleh karena itu pemenuhan pangan dan
gizi untuk kesehatan warga negara merupakan investasi untuk peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Pengaturan tentang pangan tertuang dalam
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang menyatakan bahwa
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan
pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pemenuhan hak atas pangan dicerminkan pada definisi ketahanan pangan
yaitu : “kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan,
yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,
dan produktif secara berkelanjutan”. Kecukupan pangan yang baik mendukung
tercapainya status gizi yang baik sehingga akan menghasilkan generasi muda yang
berkualitas.
Pembangunan pangan dan gizi merupakan sebuah investasi strategis yang
akan memberikan dampak dalam jangka panjang bagi peningkatan kualitas dan
produktifitas sumberdaya manusia. Pengaruh pangan dan gizi begitu signifikan
sehingga pemerintah menetapkan program percepatan pangan dan gizi utamanya

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 1


pada 1000 hari pertama kehidupan (Perpres No. 42 Tahun 2013).
Berkaitan dengan rencana aksi nasional pangan dan gizi 2015-2019,
pendekatan multisektor menjadi pilihan pendekatan yang akan diterapkan.
Meskipun aspek kesehatan menjadi indikator dominan dalam output rencana aksi
pangan dan gizi, proses pencapaian aspek ini sangat membutuhkan dukungan dari
multi sektor yang saling bersinergi dalam program dan pelaksanaannya. Demikian
pula, aspek pemerataan akses pangan dan penggunaan pangan yang aman,
bergizi, dan beragam melalui program yang saling terintegrasi (multisektor)
merupakan perhatian utama agenda internasional dalam Sustainable Development
Goals (SDGs) dengan prinsipnya: “No one leave behind”.
Pembangunan pangan dan gizi secara nasional telah dimulai sejak tahun
2001 dengan program-program yang tersusun sebagai upaya pencapaian tujuan
Pembangunan Milenium (MDGs).Selanjutnya, pembangunan ketahanan pangan
dan gizi saat ini, 2016-2021, melanjutkan trend positif pembangunan pangan dan
gizi dengan pendekatan multisektor. Program-program kesehatan tetap menjadi
leading sector dalam peningkatan status kesehatan masyarakat ditunjang dengan
sinergisme program-program unit kerja lainnya dalam rangka memenuhi sufficient
conditions pencapaian status gizi masyarakat.
1.2 Tujuan Penyusunan RAD-PG
Tujuan umum penyusunan dokumen Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi
(RAD-PG) Multisektor Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019adalah sebagai
panduan yang diacu dan arahan yang diperhatikan bagi OPD, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, organisasi non pemerintah, institusi masyarakat dan pelaku lain
untuk berperan serta meningkatkan kontribusinya dalam upaya mewujudkan
ketahanan pangan dan perbaikan gizi di Kota Tanjungbalai.
Berikut tujuan khusus penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi
(RAD-PG) Multisektor Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019:
1. Meningkatkan pemahaman dan peran seluruh stakeholder dan masyarakat
untuk pemantapan ketahanan pangan dan perbaikan gizi Kota Tanjungbalai;
2. Meningkatkan koordinasi pembangunan ketahanan pangan dan perbaikan
gizi sehingga terjaga keterpaduan mulai dari aspek perencanaan,

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 2


implementasi, dan evaluasi dalam pembangunan pangan dan gizi di Kota
Tanjungbalai;
3. Meningkatkan kemampuan dalam menetapkan prioritas penanganan
masalah pangan dan gizi;
4. Menetapkan pilihan intervensi yang tepat sesuai kebutuhan Kota
Tanjungbalai;
5. Membangun dan mengoptimalkan lembaga pangan dan gizi Kota
Tanjungbalai;
6. Meningkatkan kemampuan dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan
pangan dan gizi di Kota Tanjungbalai.

1.3 Dasar Hukum Penyusunan RAD-PG


Dasar hukum penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-
PG) Multisektor Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, khususnya Pasal
63 ayat (3) yang menyebutkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
menyusun rencana aksi Pangan dan Gizi setiap 5 (lima) tahun;
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya
Pasal 142 ayat (5) yang menyebutkan Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat melakukan upaya untuk mencapai status gizi yang baik;
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan
dan Gizi, khususnya pasal 1 ayat (1) yang mengatur ketahanan pangan dan
gizi serta Pasal 37 (ayat 1) yang mengatur tentang perbaikan Status Gizi
Masyarakat;
e. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi;
f. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019;
g. Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tanjungbalai Tahun 2016-2021.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 3


PANGAN DAN GIZI BAB
SEBAGAI INTERVENSI
PEMBANGUNAN 2

2.1 Situasi Pangan dan Gizi


2.1.1 Situasi Pangan
UU No 18 tahun 2012 menyatakan bahwa Negara berkewajiban
mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan
yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional
maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber
daya, kelembagaan, dan budaya lokal.
Menurut UU no 18 Tahun 2012 Pasal 4, Penyelenggaraan Pangan
bertujuan untuk (1) meningkatkan kemampuan memproduksi Pangan secara
mandiri; (2) menyediakan Pangan yang beraneka ragam dan memenuhi
persyaratan keamanan, mutu, dan Gizi bagi konsumsi masyarakat; (3)
mewujudkan tingkat kecukupan Pangan, terutama Pangan Pokok dengan harga
yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat; (4)
mempermudah atau meningkatkan akses Pangan bagi masyarakat, terutama
masyarakat rawan Pangan dan Gizi; (5) meningkatkan nilai tambah dan daya
saing komoditas Pangan di pasar dalam negeri dan luar negeri; (6) meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang Pangan yang aman, bermutu, dan
bergizi bagi konsumsi masyarakat; (7) meningkatkan kesejahteraan bagi Petani,
Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan; dan (8) melindungi dan
mengembangkan kekayaan sumberdaya Pangan nasional.
Tujuan pertama penyelenggaraan pangan adalah penyediaan pangan bagi

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 4


masyarakat. Adapun situasi pangan Kota Tanjungbalai dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Ketersediaan Energi dan Protein
Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan
ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pangan bagi masyarakat, rumah tangga dan perseorangan secara berkelanjutan.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan meningkatkan kuantitas
serta kualitas konsumsi pangan, diperlukan target pencapaian angka
ketersediaan pangan per kapita per tahun sesuai dengan angka kecukupan
gizinya. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII Tahun 2004
merekomendasikan kriteria ketersediaan energi ditetapkan minimal 2200
kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 57 gram/kapita/hari untuk protein.
Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari 3 sumber, yaitu: 1)produksi
dalam negeri; 2) pemasokan pangan; 3) pengelolaan cadangan pangan.
Ketersediaan pangan dapat diamati pada berbagai tingkatan mencakup rumah
tangga,regional (kab/kota,provinsi)dan nasional. Penyediaan pangan yang
sesuai dengan kebutuhan gizipenduduk baik jumlah maupun mutunya
merupakan harapan setiap upaya pemenuhan kebutuhan pangan.

Tabel 2.1
Ketersediaan Energi dan Protein Penduduk Kota Tanjungbalai
Tahun 2014 -2015

Proporsi Proporsi
No Tahun Uraian Total
Nabati Hewani
kkal/kap/hr
Energi
% 74,1 385,9 460,0
1 2014
kkal/kap/hr
Protein
% 15,1 65,6 80,7
kkal/kap/hr
Energi
% 76,2 380,2 456,4
2 2015
kkal/kap/hr
Protein
% 15,2 69,2 84,4
Sumber: Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, 2016

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 5


Berdasarkan gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa ketersediaan energi di
Kota Tanjungbalai pada tahun 2014 sebesar460 kkal/kap/hr berada dibawah
kriteria energi minimal 2.200 kkal/kap/hr yangdirekomendasi WNPG VIII
Tahun 2004. Untuk tahun 2015 ketersediaan energi sebesar 456,4 kkal/kap/hr,
terjadi penurunan ketersediaan energi, hal ini disebabkan karena adanya
penurunan produksi beberapa komoditas pangan sumber energi di Kota
Tanjungbalai.

Gambar 2.1
Perkembangan Ketersediaan Energi (Kkal/kap/hr)
Tahun 2014-2015 di Kota Tanjungbalai

Ketersediaan Energi (Kkal/kap/hr)

500 460 456,4


450
385,9 380,2
400
350
300
250
200
150
100 74,1 76,2
50
0
2014 2015

Proporsi Nabati Proporsi Hewani Total

Sumber : Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, 2016

Untuk protein, berdasarkan gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa tingkat


ketersediaan protein di Kota Tanjungbalai pada tahun 2014 sebesar 80,7 gr/kap/hr
melebihi rekomendasi angka kecukupan gizi WNPG VIII Tahun 2004 sebesar 57
gr/kap/hr. Tahun 2015 terjadi peningkatan ketersediaan protein sebesar 84,4
gr/kap/hr, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan produksi beberapa
komoditas pangan sumber protein di Kota Tanjungbalai.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 6


Gambar 2.2
Perkembangan Ketersediaan Protein (gr/kap/hr)
Tahun 2014-2015 di Kota Tanjungbalai

Ketersediaan Protein (gr/kap/hr)

90 80,7 84,4
80 69,2
70 65,6
60
50
40
30
20 15,1 15,2
10
0
2014 2015

Proporsi Nabati Proporsi Hewani Total

Sumber : Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, 2016

Berdasarkan pedoman umum diversifikasi pangan yang dijadikan sebagai


dasar penyusunan Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional maka kelompok pangan
yang dibutuhkan masyarakat meliputi: 1) padi-padian, 2) umbi-umbian, 3) pangan
hewani, 4) kacang-kacangan, 5) sayur dan buah, 6) biji berminyak, 7) lemak dan
minyak, 8) gula serta 9) kebutuhan lainnya seperti mineral.
Kelompok pangan yang dibutuhkan masyarakat yang pertama adalah padi-
padian, di Kota Tanjungbalai terdapat produksi padi sawah dengan irigasi
setengah teknis yang perkembangannya berfluktuasi setiap tahunnya. Lahan
sawah yang ada di Kota Tanjungbalai terdapat pada Kecamatan Datuk Bandar,
Datuk Bandar Timur dan Sei Tualang Raso.
Luas panen padi sawah pada Tahun 2015 mencapai 226 Ha dengan
produksi 1.063 Ton dan produktivitas 47,03 Kw/Ha. Panen padi di Kota
Tanjungbalai terjadi pada bulan Januari sampai Februari dan Agustus sampai
Desember. Gambar 2.2menunjukkan perkembangan produksi padi sawah di Kota

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 7


Tanjungbalai (ton) Tahun 2010-2015.
Gambar 2.2
Perkembangan Produksi Padi Sawah di Kota Tanjungbalai (ton)
Tahun 2010-2015

Perkembangan Produksi Padi Sawah di Kota


Tanjungbalai (ton) Tahun 2010-2015
3000
2552
2500

2000
1497
1500
1134,6 1223,6
1063
1000 657
500

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Ton

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai, 2016

Ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi


dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta impor apabila kedua sumber
utama tidak dapat memenuhi kebutuhan, dimana Pemerintah dan Pemerintah
Daerah bertanggungjawab atas ketersediaan pangan di daerah dan pengembangan
produksi pangan lokal di daerah. Penyediaan pangan diwujudkan untuk memenuhi
kebutuhan dan konsumsi pangan bagi masyarakat, rumah tangga dan
perseorangan secara berkelanjutan.
Gambar 2.3 menunjukkan ketersediaan bahan pangan strategis dalam hal ini
padi sawah di Kota Tanjungbalai (ton) dari Tahun 2013-2015.Perkembangan
ketersediaan padi sawah di Kota Tanjungbalai setiap tahunnya mengalami
peningkatan, pada tahun 2013 ketersediaan padi sawah sebesar 2248,8 ton
kemudian meningkat di tahun 2014 sebesar 2797 ton dan untuk tahun 2015
meningkat lagi sebesar 3751,2 ton, hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi
padi sawah di Kota Tanjungbalai.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 8


Gambar 2.3
Ketersediaan Padi Sawah di Kota Tanjungbalai (ton)
Tahun 2013-2015

Ketersediaan Padi Sawah di Kota Tanjungbalai (ton)


Tahun 2013-2015

4000
3751,2
3000
2797
2000 2248,8

1000

0
2013 2014 2015
Ton

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai, 2016 (diolah)

Untuk mewujudkan ketersediaan pangan melalui pengembangan pangan


lokal, dimana pemerintah daerah menetapkan jenis pangan lokalnya. Penyediaan
pangan diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi pangan bagi
masyarakat, rumah tangga dan perseorangan secara berkelanjutan. Produksi
pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah,
membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan/atau mengubah
bentuk pangan.
Untuk mewujudkan ketersediaan pangan melalui produksi pangandalam
negeri dilakukan dengan:
a. Mengembangkan produksi pangan yang bertumpu pada sumber daya,
kelembagaan dan budaya lokal;
b. Mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan;
c. Mengembangkan sarana, prasarana dan teknologi untuk produksi,
penanganan pascapanen, pengolahan dan penyimpanan pangan;
d. Membangun, merehabilitasi dan mengembangkan prasarana produksi pangan;
e. Mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif;

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 9


f. Membangun kawasan sentra produksi pangan.
Tabel 2.2
Perkembangan Produksi Bahan Pangan Strategis di
Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2013-2015

No Bahan Pangan 2013 2014 2015


Strategis
1 Padi Sawah 1223,6 657 1063
2 Ubi Kayu 493 493 54
3 Jagung 89,7 139 96
4 Kacang Panjang 426,3 533 175
5 Terong 200,1 315 127
6 Bayam 236,9 290 62
7 Cabai 195,7 225 199
8 Sawi 209,8 152 199
9 Kangkung 396,1 231 76
10 Ketimun 384,8 332 209
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai, 2016

Gambar 2.4
Perkembangan Produksi Bahan Pangan Strategis
di Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2013-2015

Perkembangan Produksi Bahan Pangan Strategis di


Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2013-2015
3500 1063
3000
2500
2000 657
1500 54 175 209
62 199 199 76
1000 493 96 533 127
500 1223,6 315 290 225 231 332
139 152
0 493
89,7 426,3 200,1 236,9 195,7 209,8 396,1 384,8

2013 2014 2015

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 10


Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai, 2016

2. Perkembangan Konsumsi Energi dan Protein

Konsumsi pangan, baik secara kuantitas maupun kualitas, harus dipenuhi


agar setiap orang dapat hidup sehat, aktif dan produktif. Gambaran pemenuhan
kuantitas konsumsi pangan diketahui dari tingkat konsumsi energi dan protein
aktual terhadap Angka Kecukupan Gizi/AKG (rekomendasi WNPG Tahun
2004), yaitu Angka Kecukupan Energi (AKE) 2000 kkal/kapita/hari dan Angka
Kecukupan Protein (AKP) sebesar 52 gram/kapita/hari.
Tabel 2.3.
Konsumsi Energi dan Protein Penduduk Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2011-2014

Tahun Konsumsi Energi Konsumsi Protein


(kkal/kap/hari) (gr/kap/hari)
2010 1.977,0 56,4
2011 1.993,6 57,6
2012 1.997,2 62,8
2013 1.995,4 55,8
2014 1.998,5 55,3
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016

Konsumsi Energi (Kkal/Kapita/Hari)

1.998,50
1.997,20
1.993,60

1.995,40

1.977,00

2010 2011 2012 2013 2014

Grafik 2.4. Konsumsi Energi Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010-2014


(Kkal/kapita/hari)

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 11


Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016 (diolah)
Konsumsi Protein (gr/Kapita/Hari)

62,8

57,6
56,4
55,8
55,3

2010 2011 2012 2013 2014

Grafik 2.5. Ketersediaan Energi Penduduk Sumatera Utara Tahun 2011-2014


(gr/kapita/hari)
Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016 (diolah)

Tahun 2011-2013 konsumsi padi sawah mengalami stagnasi sebesar 108,8


ton namun tahun 2013-2015 mengalami fluktuasi.Gambar 2.6 menunjukkan
perkembangan konsumsi bahan pangan strategis dalam hal ini padi sawah di
Kota Tanjungbalai (ton) dari tahun 2012-2015.
Gambar 2.6
Perkembangan Konsumsi Padi Sawah
Di Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2011-2015

Perkembangan Konsumsi Padi Sawah di Kota


Tanjungbalai (ton) Tahun 2011-2015
130
125 126,32
128,3
120
115
108,8 108,8
110 108,8
105
100
95
2011 2012 2013 2014 2015

Ton

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 12


Sumber : Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, 2016
3. Distribusi Pangan dan Harga Pangan
Distribusi pangan merupakan hal yang sangat penting dalam
menyalurkan bahan pangan dari produsen ke konsumen atau masyarakat.
Aspek distribusi pangan dituntut untuk menjawab tantangan atas kesenjangan
produksi dan konsumsi antar daerah dan antar waktu. Permasalahan distribusi
pangan secara fisik masih disebabkan oleh kurang memadainya kondisi sarana
dan prasarana (infrastruktur) di Kota Tanjungbalai. Fasilitas prasarana jalan,
pelabuhan dan sarana angkutan yang kurang memadai menyebabkan biaya
distribusi dari produsen ke konsumen menjadi mahal.
Akses masyarakat terhadap pangan secara umum cukup baik sesuai
dengan tingkat pendapatan masyarakat. Namun bagi masyarakat kurang
mampu, akses terhadap pangan pokok masih mengkhawatirkan karena
kemampuan daya beli yang rendah, meskipun secara fisik pangan tersedia
sampai ke daerah terpencil, namun jika kemampuan daya beli masyarakat
rendah maka akan menghambat untuk memperoleh pangan yang cukup.
Untuk harga pangan yang merupakan unsur paling utama dalam
distribusi, selama periode 2009 s/d 2013, secara umum terjadi kenaikan
walaupun beberapa komoditi terjadi fluktuasi secara tajam, seperti cabai merah
dan daging ayam ras. Kenaikan harga tertinggi terjadi pada komoditi telur
ayam buras dan minyak gorengyaitu 15,53 %dan 13,38 % per tahun.
Sedangkan peningkatan harga terendah terjadi pada komoditi daging ayam ras
yaitu 3,18 % per tahun (keadaan ini masih dapat ditolerir karena masih di
bawah 20 %).

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 13


90,000
80,000
70,000
60,000
50,000 2008

40,000 2009
30,000 2010
20,000 2011
10,000
2012
0
2013

Grafik 2.7. Perkembangan harga pangan 2009 – 2013 di Sumatera Utara


Sumber: Renstra Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016 (diolah)

4. Perkembangan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)


Kualitas dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan
aman ditunjukkan dengantingkat skor pola pangan harapan (PPH). PPH atau
desirable dietary pattern diperkenalkan pertama kali oleh FAO-RAPA dalam
pertemuan konsultasi FAO-RAPA di Bangkok pada tahun 1989. PPH
disarankan untuk digunakan bagi setiap negara dikawasan Asia Pasifik yang
dalam penerapannya perlu diadaptasi sesuai pola konsumsi pangan dan
kebutuhan gizi setempat.
PPH berguna (1) sebagai alat atau instrumen perencanaan konsumsi
pangan, ketersediaan pangan dan produksi pangan; (2) sebagai instrumen
evaluasi tingkat pencapaian konsumsi pangan, penyediaan pangan dan
produksi pangan, baik penyediaan dan konsumsi pangan; (3) dapat pula
digunakan sebagai basis pengukuran diversifikasi dan ketahanan pangan; (4)
sebagai pedoman dalam merumuskan kebijakan pangan dan gizi.
PPH sebagai instrumen dan indikator penting dalam perencanaan pangan
dan gizi di suatu wilayah diperlukan informasi tentang pola konsumsi energi
dan konsumsi pangan anjuran dengan mempertimbangkan : (1) pola konsumsi

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 14


pangan penduduk saat ini; (2) kebutuhan gizi yang dicerminkan oleh pola
kebutuhan energi (asumsi: dengan makan anekaragam pangan, kebutuhan akan
zat gizi lain akan terpenuhi); (3) mutu gizi makanan yang dicerminkan oleh
kombinasi makanan yang mengandung protein hewani, sayur dan buah; (4)
pertimbangan masalah gizi dan penyakit yang berhubungan dengan gizi; (5)
kecenderungan permintaan (daya beli); (6) kemampuan penyediaan dalam
konteks ekonomi dan wilayah.
Badan Urusan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian dan sektor
terkait serta pakar pangan dan gizi pada tanggal 31 Oktober 2000 menyepakati
penyempurnaan komposisi PPH untuk target perencanaan konsumsi penduduk
pada tingkat nasional di tahun 2020 seperti disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.5
Standar Ideal PPH Nasional Tahun 2020

Konsumsi
Kon-
PPH Kisa- Bahan
Kelompok PPH sumsi
No Nasional ran Pangan Bobot Skor
Pangan FAO Energi
2020 (%) (%) (gram/kap/ha
(Kkal)
ri)
Padi-
1 40.0 50.0 40-60 1100 300 0.5 25.0
padian
Umbi-
2 5.0 6.0 0-8 132 100 0.5 2.5
umbian
Pangan
3 20.0 12.0 5-20 264 150 2.0 24.0
hewani
Kacang-
4 6.0 5.0 2-10 110 35 2.0 10.0
kacangan
Sayur dan
5 5.0 6.0 3-8 132 250 5.0 30.0
buah
Biji
6 3.0 3.0 0-3 66 10 0.5 1.0
berminyak
Lemak dan
7 10.0 10.0 5-15 220 25 0.5 5.0
minyak
8 Gula 8.0 5.0 2-8 110 30 0.5 2.5
9 Lainnya 3.0 3.0 0-5 66 - 0.0 0.0
100.
Jumlah 100.0 100.0 100.0 2,200 - -
0
Sumber: Departemen Pertanian, 2001

Masing-masing daerah (kabupaten/kota) mengadaptasi pola ini,

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 15


disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan masing-masing daerah dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan dan target pembangunan pangan nasional.
Patut dipahami pula bahwa PPH merupakan komposisi atau pola pangan dalam
bentuk persentase konsumsi energi yang dianjurkan (harapan) untuk hidup sehat,
tanpa memandang apakah pangan tersebut berasal dari produksi lokal (dalam
negeri) atau didatangkan dari negara/daerah lain (impor).

Tabel 2.6
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Berdasarkan Kinerja Pelayanan Badan
Ketahanan Pangan Sumatera Utara
Tahun Target Realisasi Rasio Capaian
(%)
2010 84,8 78,7 92,8
2011 87,6 76,3 87,1
2012 90,3 82,1 90,9
2013 93,0 83,6 89,8
2014 94,0 84,8 90,2
Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016 (diolah)

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Berdasarkan Kinerja Pelayanan


Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara
Target Realisasi Rasio Capaian (%)

100 92,8 90,3 90,9 93 89,8 94 90,2


84,8 87,6 87,1 83,6 84,8
78,7 82,1
76,3
80

60

40

20

0
2010 2011 2012 2013 2014

Grafik 2.8. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Berdasarkan Kinerja Pelayanan
Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara
Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016.

Pada gambar di atas rasio capaian pola pangan harapan berdasarkan


kinerja pelayanan Badan Ketahanan Pangan sangat fluktuatif. Pada tahun 2010

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 16


rasio capaian pola pangan harapan sebesar 92,8 persen dan pada tahun 2014
menurun menjadi 90,2 persen. Namun realisasi capaian PPH mengalami
peningkatan dari tahun 2010 sebesar 78,7 meningkat menjadi 84,4 pada tahun
2014. Namun, belum tercapainya target ditetapkan merupakan tantangan ke
depan.
Skor PPH yang rendah menunjukkan akses dan utilitas pangan yang
cenderung rendah. Secara logis, akses pangan yang rendah dapat bersumber
dari 2 (dua) hal utama yaitu ketersediaan pangan yang rendah dan atau daya
beli yang rendah. Implikasi dari ketersedian yang rendah dan daya beli yang
rendah di sisi lain merupakan representasi dari tingkat ketahanan pangan yang
rendah. Dengan kata lain, daerah tersebut mengalami rawan pangan.
Capaian PPH Provinsi Sumatera Utara dengan capaian PPH nasional
dapat disajikan pada tabel dan gambar berikut ini. Untuk konsumsi pangan
hewani, sayur dan buah, Umbi-umbian, gula dan buah/biji berminyak,
Sumatera Utara memiliki skor yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
nasional. Konsumsi padi-padian dan minyak dan lemak, Sumatera Utara
memiliki skor yang sama dengan nasional. Namun demikian, konsumsi
kacang-kacangan di Sumatera Utara (5,2) lebih rendah dibandingkan nasional
(5,4).

Tabel 2.7
Skor PPH Nasional dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Uraian PPH Nasional PPH


Provinsi Sumatera Utara
Padi-padian 25 25
Umbi-umbian 1 1,6
Pangan hewani 16,5 20
Minyak dan Lemak 5 5,0
Buah/Biji 0,7 1,0
Berminyak
Kacang-kacangan 5,4 5,2
Gula 1,8 2,4
Sayur dan Buah 20 23,5
Lain-lain 0 0,0
Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016 (diolah)

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 17


Skor PPH Nasional dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013
30 25 25 23,5
25 20 20
20 16,5
15
10 5 5 5,45,2
5 1 1,6 0,7 1 1,82,4
0 0
0

PPH Nasional PPH Provinsi Sumatera Utara

Grafik 2.9. Perbandingan Skor PPH Nasional dan Provinsi Sumatera Utara
Sumber: Badan Ketahanan PanganProvinsi Sumatera Utara, 2016.

5. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Ikan


Perkembangan produksi ikan menurut asal tangkapan di Kota
Tanjungbalai sepanjang tahun 2012 s/d 2016 secara keseluruhan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Meningkatnya produksi perikanan tangkap
dan budidaya tak lepas dari bantuan pembinaan yang diberikan oleh
Pemerintah Kota Tanjungbalai, baik dalam bentuk pembinaan kelompok
masyarakat pesisir, pemberian bantuan sarana dan prasarana perikanan serta
bantuan alat tangkap kepada nelayan.
Selain penanganan aspek produktivitas perikanan, kebijakan lain yang
juga menjadi prioritas adalah pengawasan sumberdaya laut terdiri dari
penanganan dan penindakan terhadap kasus-kasus pelanggaran, seperti kasus
penangkapan ikan tanpa menggunakan izin penangkapan, penangkapan ikan di
luar areal penangkapan ikan dan kasus penangkapan ikan dengan
menggunakan bahan beracun dan aliran listrik (strum).

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 18


Tabel 2.7
Banyaknya Produksi Perikanan menurut Asal Tangkapan (Ton) di
Kota Tanjungbalai, 2012– 2016

Perairan
No Tahun Laut Budidaya Jumlah
Umum
1 2012 36.629,00 35,38 43,94 36.708,32

2 2013 31.106,00 33,28 34,30 31.173,58

3 2014 32.849,00 17,57 31,29 32.897,86

4 2015 42.647,99 21,25 243,56 42.912,80

5 2016 33.873,00 17,23 183,56 34.073,79


Sumber: Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai, 2016

Gambar 2.8
Produksi Perikanan menurut Asal Tangkapan di
Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2012-2016

Produksi Perikanan menurut Asal Tangkapan di


Kota Tanjungbalai (ton) Tahun 2012-2016
50.000,00 42.912,80
45.000,00 42.647,99
36.708,32
40.000,00 36.629,00 32.897,86 34.073,79
31.173,58 32.849,00 33.873,00
35.000,00 31.106,00
30.000,00
25.000,00
20.000,00
15.000,00
10.000,00
35,38 33,28 17,57 21,25 17,23
5.000,00
43,94 34,30 31,29 243,56 183,56
0,00
2012 2013 2014 2015 2016

Budidaya Perairan Umum Laut Jumlah

Sumber : Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai, 2016

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 19


Konsumsi ikan darat dan laut di Kota Tanjungbalai selama Tahun 2012-
2016 mengalami peningkatan. Pada Tahun 2012 konsumsi ikan darat sebesar
2,75 persen, menjadi 4,7 persen pada Tahun 2016. Konsumsi ikan laut pada
Tahun 2012 sebesar 24,6 persen menjadi 37,9persen pada Tahun 2016.

Tabel 2.7
Konsumsi Ikan Perkapita (kg/kapita/thn), 2012-2016

Tahun Konsumsi Ikan


Jumlah
Darat Laut
2012 2,75 24,6 27,35

2013 2,9 25,8 28,7

2014 3,12 27,23 30,35

2015 4,5 37,2 41,7

2016 4,7 37,9 42,6

Sumber: Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai, 2016

Gambar 2.9
Konsumsi Ikan Perkapita Pertahun di Kota Tanjungbalai
(kg/kapita/tahun) Tahun 2012-2016

Konsumsi Ikan Perkapita Pertahun di Kota Tanjungbalai


(kg/kapita/tahun) Tahun 2012-2016
50 42,6
41,7
37,2 37,9
40
28,7 30,35
30 27,35 25,8 27,23
24,6
20
10 2,75 2,9 3,12 4,5 4,7
0
2012 2013 2014 2015 2016

Darat Laut Jumlah

Sumber : Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai, 2016

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 20


6. Perkembangan Keamanan Pangan
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat
sehingga aman untuk dikonsumsi.
Khusus untuk produk pangan segar hasil pertanian, tuntutan akan adanya
suatu jaminan kepastian produk pertanian bermutu maupun aman menjadi
prioritas utama dalam perdagangan produk-produk pertanian secara luas.
Kondisi tersebut menjadikan kepastian mutu dan keamanan pangan menjadi
salah satu parameter daya saing produk pertanian. Tuntutan jaminan mutu dan
keamanan pangan hasil pertanianperlu diantisipasi dengan sebaik-baiknya agar
tidak menghambat kelancaran produksi maupun pemasaran komoditas pangan
hasil pertanian.
Dinas pangan dan pertanian Kota Tanjungbalai melakukan
pendampingan kepada pelaku produsen yaitu petani/poktan dan gapoktan
untuk meningkatkan pemahamannya terhadap sistem jaminan mutu dan
keamanan pangan serta memfasilitasi menerapkan sistem jaminan mutu untuk
menghasilkan produk hasil pertanian yang aman dan bermutu.Action nya
apa.....
7. Kondisi Rawan Pangan
Kota Tanjungbalai telahmelakukan upaya-upaya penanganan kerawanan
pangan melalui program-program yang disusun oleh Dinas Pangan dan
Pertanian Kota Tanjungbalai. Pada gambar 2.10 rasio capaian penanganan
daerah rawan pangan berdasarkan kinerja Dinas Pangan dan Pertanian Kota
Tanjungbalaimengalami fluktuatif. Pada tahun 2012 rasio capaian sebesar 80,0
persen meningkat menjadi 83,33 persen pada tahun 2016. Rasio capaian
tertinggi terjadi pada tahun 2014-2015 sebesar 100,0 persen, hal ini
menunjukkan bahwa realisasi sudah memenuhi target capaian yaitu 25 orang.
Perlu juga disadari bahwa kerawanan pangan bersifat dinamis dan
memiliki kecenderungan berfluktuasi antar waktu. Kelurahan yang tahan

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 21


pangan pada tahun ini bukan berarti bahwa kelurahan tersebut juga akan tahan
pangan pada tahun berikutnya. Dan terbukti bahwa kelurahan yang rawan
dengan bantuan pemerintah dapat menjadi tahan pangan melalui peningkatan
akses wilayah dan juga program pemberdayaan lainnya.
Tabel 2.8
Penanganan Daerah Rawan Pangan (Kelurahan) Berdasarkan Kinerja
Pelayanan Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai Tahun 2012-2016

Tahun Target Realisasi Rasio Capaian


(%)
2012 25 20 80,0
2013 25 20 80,0
2014 25 25 100,0
2015 25 25 100,0
2016 30 25 83,33
Sumber: Dinas Pangan dan PertanianKota Tanjungbalai, 2016 (diolah)

Gambar 2.10
Penanganan Daerah Rawan Pangan (Kelurahan) Berdasarkan Kinerja
Pelayanan Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai Tahun 2012-2016

Penanganan Daerah Rawan Pangan (Kelurahan)


Berdasarkan Kinerja Pelayanan Dinas Pangan dan
Pertanian Kota Tanjungbalai Tahun 2012-2016

120
100 100
100 83,33
80 80
80
60
40 25 20 25 20 25 25 25 25 30 25
20
0
2012 2013 2014 2015 2016

Target Realisasi Rasio Capaian

Sumber : Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, 2016

8. Permasalahan Dalam Pembangunan Ketahanan Pangan di Kota


Tanjungbalai

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 22


Permasalahan dalam pembangunan ketahanan pangan di Kota
Tanjungbalai (Renstra Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai 2016-
2021) berdasarkan tugas dan fungsi dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
Dalam upaya melanjutkan pembangunan ketahanan pangan yang
mengarah pada kemandirian pangan, masalah pangan global merupakan
krisis akses pangan yang terkait dengan masih tingginya angka kemiskinan
di dunia khususnya bagi negara-negara miskin dan berkembang, sehingga
apabila tidak diatasi bersama akan mengancam keamanan dunia bahkan
menimbulkan krisis sosial. Krisis pangan global yang melanda dunia saat ini
memang belum memberikan imbas yang relatif besar terhadap Indonesia
umumnya atau Kota Tanjungbalai khususnya. Hal ini disebabkan iklim di
Kota Tanjungbalai masih mendukung produksi pangan, namun ke depannya
kemandirian pangan akan menghadapi tantangan yang cukup serius baik
dari aspek ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan akses pangan,
penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan maupun aspek
manajemen ketahanan pangan, swasembada dan swasembada berkelanjutan
harus tetap diperhatikan untuk menjamin ketahanan pangan.
Untuk kebutuhan konsumsi penduduk, Kota Tanjungbalai masih
tergolong surplus tetapi penyiapan pangan sebagai antisipasi penanganan
cadangan pangan haruslah dilakukan. Sangatlah dibutuhkan cadangan
pangan masyarakat dan cadangan pangan pemerintah daerah untuk
antisipasi masalah kekurangan pangan terutama di daerah-daerah kantong
kemiskinan/rawan pangan maupun bencana alam transien. Meskipun
penyediaancadangan pangan adalah salah satu indikator Standart Pelayanan
Minimal (SPM) bidang ketahanan pangan, namun sampai saat ini hanya
beberapa daerah yang mempunyai cadangan pangan di wilayahnya.
Pengelolaan kelembagaan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat
belum berkembang secara optimal. Pembinaan dan pemberdayaan
kemandirian pangan kelurahan rawan pangan dan kelompok masyarakat

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 23


rawan pangan dihadapkan pada kendala sarana infrastruktur serta
kemampuan tenaga pendamping dan penyuluh lapangan, jumlah penduduk
rawan pangan masih cukup besar, meskipun telah menunjukkan tren yang
menurun.

b. Distribusi dan Akses Pangan


Kestabilan harga dan rendahnya efisiensi sistem pemasaran hasil-hasil
pangan pada saat ini merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi
produsen maupun konsumen. Hal ini antara lain disebabkan karena
lemahnya disiplin dan penegakan peraturan untuk menjamin sistem
pemasaran yang adil dan bertanggungjawab, terbatasnya fasilitas perangkat
keras maupun lunak untuk membangun transparansi informasi pasar.
Penurunan harga pada saat panen raya cenderung merugikan petani,
sebaliknya pada saat tertentu pada musim paceklik dan hari-hari besar harga
pangan meningkat akan tetapi peningkatan harga tersebut tidak dinikmati
oleh petani produsen. Terbatasnya kelembagaan yang menyediakan
permodalan bagi petani dan prosedur penyaluran yang kurang
mengapresiasikan sifat usahatani dan resiko yang dihadapi, merupakan
kendala bagi berkembangnya usahatani. Kurang memadai sarana dan
prasarana fisik transportasi juga menjadi kendala bagi berkembangnya
industri hulu dan hilir sebagai wahana bagi peningkatan pendapatan petani
dan tingginya biaya tataniaga bahan pangan di beberapa daerah konsumen.

c. Konsumsi, Mutu dan Keamanan Pangan


Dalam mengembangkan produksi bahan pangan dan mengembangkan
diversifikasi pangan harus mengacu pada sumberdaya lokal dan budaya
lokal yang ada dan pola makan yang dianut oleh masyarakat. Kualitas dan
kuantitas konsumsi pangan sebagian besar masyarakat masih rendah, yang
dicirikan pada pola konsumsi pangan yang belum beragam, bergizi
seimbang dan aman. Kondisi tersebut tidak terlepas dari berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan penganekaragaman

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 24


konsumsi pangan menuju pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi
seimbang dan aman, antara lain : 1) Keterbatasan kemampuan ekonomi
keluarga; 2) keterbatasan pengetahuan dan kesadaran tentang pangan dan
gizi; 3) adanya kecenderungan penurunan proporsi konsumsi pangan
berbasis sumberdaya lokal; 4) lambatnya perkembangan, penyebaran dan
penyerapan teknologi pengolahan lokal untuk meningkatkan kepraktisan
dalam pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, nilai sosial, citra dan daya
terima; 5) adanya pengaruh globalisasi industri pangan siap saji yang
berbasis bahan impor, khususnya gandum; 6) adanya pengaruh nilai-nilai
budaya kebiasaan makan yang tidak selaras dengan prinsip konsumsi
pangan beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA).
Hasil pemantauan dan evaluasi menunjukkan bahwa masih banyak
permasalahan yang dihadapi dalam penanganan keamanan pangan, antara
lain : 1) kurangnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat produsen dan
konsumen terhadap pentingnya keamanan pangan, terutama produk pangan
segar; 2) masih banyaknya petani belum memahami dan menerapkan cara-
cara budi daya dan produksi pertanian yang baik dan benar; 3) belum
efektifnya penanganan keamanan pangan, karena sistem yang
dikembangkan, SDM dan pedoman masih terbatas; 4) merebaknya
penyalahgunaan bahan kimia berbahaya untuk pangan segar; 5) standar
keamanan pangan untuk buah dan sayuran segar impor belum jelas
diterapkan, sehingga buah impor yang belum terjamin keamanan pangannya
masih mudah masuk ke dalam negeri; 6) belum adanya penerapan sanksi
yang tegas bagi pelanggar hukum dibidang pangan segar; 7) koordinasi
lintas sektor terkait dengan keamanan pangan belum optimal; dan 8) masih
rendahnya kesadaran pihak pegusaha/pengelola pangan untuk menerapkan
peraturan/standar yang telah ada.

2.1.2 Situasi Gizi

1. Balita Pendek/Stunting (TB/U)


Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek atau sangat

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 25


pendek.Stunting terjadi akibat kekurangan gizi dan penyakit berulang
dalam waktu lama pada masa janin hingga 2 (dua) tahun pertama
kehidupan seorang anak.
Stunting disebabkan oleh banyak faktor baikfaktor langsung dan
tak langsung. Faktor langsung ditentukan oleh asupan makanan, berat
badan lahir dan penyakit. Sedangkan faktor tak langsung seperti faktor
ekonomi, budaya, pendidikan dan pekerjaan,fasilitas pelayanan
kesehatan. Faktor sosial ekonomisaling berinteraksi satu dengan yang
lainnya seperti masukan zat gizi, berat badan lahir dan penyakitInfeksi
pada anak.Anak-anak yangmengalami stunting disebabkan kurangnya
asupan makanan dan penyakit yang berulang terutama penyakitinfeksi
yang dapat meningkatkan kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu
makan sehingga berdampak terjadi ketidaknormalan dalam bentuk tubuh
pendek meskipun faktor gen dalam sel menunjukkan potensi untuk
tumbuh normal.
Berdasarkan hasil survey Pemantauan Status Gizi (PSG) dapat
diketahui bahwa masalah gizi balita dibagi kedalam 4 permasalahan
yaitu berdasarkan Berat Badan (BB) yang sangat kurang (gizi buruk),
Berat Badan (BB) kurang (gizi kurang), Berat Badan (BB) lebih dan
Berat Badan (BB) normal (gizi baik).
Prevalensi status gizi balita berdasarkan Tinggi Badan Per Umur
(TB/U) di Kota Tanjungbalai Tahun 2016 menunjukkan angka 1,25
persenuntuk kriterianormal,12,5 persen untuk kriteria pendek dan 86,25
persen untuk kriteria sangat pendek.Untuk kriteria sangat pendek
prevalensi status gizi balita berdasarkan Tinggi Badan per Umur
(TB/U), balita dengan tinggi badan sangat pendek di Kota Tanjungbalai
adalah 86,25 persen/276 orangdari 320balita yang diperiksa. Nilai ini
menunjukkan bahwa status gizi balita berdasarkan Tinggi Badan per
Umur (TB/U), balita dengan tinggi badan sangat pendek untuk Kota
Tanjungbalai masuk dalam kategori buruk.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 26


Tabel 2.9
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Tinggi Badan per Umur (TB/U)
menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2016

Status Gizi Berdasarkan Tinggi Badan per Umur (TB/U)


No Kecamatan Puskesmas
Normal % Pendek % Sangat Pendek %
Teluk
0 0 4 1,25 36 11,25
1 TELUK NIBUNG Nibung
Sipori-pori 0 0 2 0,63 38 11,87
Kp.
TANJUNGBALAI 0 0 15 4,69 25 7,81
2 Persatuan
UTARA
Kp.Baru 3 0,94 6 1,87 31 9,69
Sei
SEI TUALANG
3 Tualang 0 0 2 0,63 38 11,87
RASO
Raso
TANJUNGBALAI MU
0 0 1 0,31 39 12,19
4 SELATAN Damanik
DATUK BANDAR Semula
1 0,31 1 0,31 38 11,88
5 TIMUR Jadi
Datuk
6 DATUK BANDAR 0 0 9 2,81 31 9,69
Bandar
KOTA
4 1,25 40 12,50 276 86,25
TANJUNGBALAI
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 27


Gambar 2.12
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan TB/U

Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan TB/U


14 11,87 11,87 12,19 11,88
11,25
12 9,69 9,69
10 7,81
8
6 4,69
4 1,87 0,31 2,81
1,25 0,94
2 0 0 0,63 0 0 0,63 0 0,31 0,31 0
0

Normal Pendek Sangat Pendek

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

2. Balita Gizi Kurang /Underweigh (BB/U)


Prevalensi status gizi balita berdasarkan Berat Badan Per Umur
(BB/U) di Kota Tanjungbalai Tahun 2016 menunjukkan angka 1,56
persen untuk gizi buruk, 8,75 persen untuk gizi kurang, 89,69 persen
untuk gizi baik, 0 persen untuk gizi lebih. Dari semua kriteria masalah
gizi balita di Kota Tanjungbalai mendapat kategori Baik.

Tabel 2.8
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan per Umur (BB/U)
menurut Kecamatan se – Kota Tanjungbalai Tahun 2016

Status Gizi Berdasarkan Berat Badan per Umur (BB/U)


No Kecamatan Puskesmas
Buruk % Kurang % Baik % Lebih %
Teluk
0 0 5 1,56 35 10,94 0 0
1 TELUK NIBUNG Nibung
Sipori-pori 0 0 2 0,63 38 11,87 0 0
Kp.
TANJUNGBALAI 0 0 5 1,56 35 10,94 0 0
2 Persatuan
UTARA
Kp.Baru 2 0,63 4 1,25 34 10,63 0 0

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 28


Sei
SEI TUALANG
3 Tualang 2 0,63 2 0,63 36 11,25 0 0
RASO
Raso
TANJUNGBALAI MU
0 0 1 0,31 39 12,19 0 0
4 SELATAN Damanik
DATUK BANDAR Semula
1 0,30 1 0,31 38 11,87 0 0
5 TIMUR Jadi
Datuk
6 DATUK BANDAR 0 0 8 2,5 32 10 0 0
Bandar
KOTA
5 1,56 28 8,75 287 89,69 0 0
TANJUNGBALAI
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

Gambar 2.11
Prevalensi Status Gizi Berdasarkan Berat Badan per Umur (BB/U)
Tahun 2016

Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan


per Umur (BB/U) Tahun 2016
11,87 12,19 11,87
12 10,94 10,94 11,25
10,63
10
10
8
6
4 2,5
1,56 1,56 1,25 0,63 0,31 0,31
2 0,63
0 0 0 0,63 0,63 0 0,3 0
0

Buruk Kurang Baik

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

3. Balita Sangat Kurus dan Kurus/Wasting (BB/TB)

Klasifikasi status gizi balita berdasarkanberat badan per tinggi


badan (BB/TB) di Kota Tanjungbalai menunjukkan bahwa balita yang
masuk kategori normal untuk BB/TB sebesar 6,88 persen, balita yang
masuk kategorikurusadalah 93,12 persen/298 orang dari total balita yang

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 29


diperiksa sebanyak 320 orang. Sedangkan di Kota Tanjungbalai tidak
terdapat status gizi balita berdasarkan Berat Badan per Tinggi Badan
(BB/TB) dengan status gizisangat kurus dan gemuk atau obesitas.

Tabel 2.10
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan per Tinggi Badan
(BB/TB) Kecamatan se – Kota Tanjungbalai Tahun 2016

Status Gizi Berdasarkan Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB)


No Kecamatan Puskesmas Sangat % Normal % % Gemuk %
Kurus
Kurus
Teluk
0 0 2 0,63 38 11,88 0 0
1 TELUK NIBUNG Nibung
Sipori-pori 0 0 2 0,63 38 11,88 0 0
Kp.
TANJUNGBALAI 0 0 3 0,94 37 11,56 0 0
2 Persatuan
UTARA
Kp.Baru 0 0 4 1,25 36 11,25 0 0
Sei
SEI TUALANG
3 Tualang 0 0 2 0,63 38 11,88 0 0
RASO
Raso
TANJUNGBALAI MU
0 0 0 0 40 12,5 0 0
4 SELATAN Damanik
DATUK BANDAR Semula
0 0 2 0,63 38 11,88 0 0
5 TIMUR Jadi
Datuk
6 DATUK BANDAR 0 0 7 2,19 33 10,31 0 0
Bandar
KOTA
0 0 22 6,88 298 93,13 0 0
TANJUNGBALAI
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 30


Gambar 2. 13
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB

Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB


14 11,88 11,88 11,88 12,5 11,88
11,56 11,25
12 10,31
10
8
6
4 2,19
0,63 0,63 0,94 1,25 0,63 0,63
2 0
0

Normal Kurus

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

4. Kurang Energi Kronis pada Ibu Hamil


Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja
putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang
berlangsung lama atau menahun.Risiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai
kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko
KEK bilamana LILA <23,5 cm.
Dari data riskesdas PSG tahun 2016 menunjukkan bahwa Kota
Tanjungbalai memiliki prevalensi KEK Ibu Hamil 3,4% dengan
kategori ukuran LILA dibawah < 23,5 cm.
5. Menyusui ASI Eksklusif
ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada
bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain,
dari hasil PSG tahun 2016 untuk Kota Tanjungbalai bayi usia 0-6 bulan
yang mendapat ASI Eksklusif sebesar 6,2%.
6. Angka Kematian Bayi (AKB)
Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB)

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 31


merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun nasional.
Selain itu, program pembangunan kesehatan di Indonesia banyak
menitikberatkan pada upaya penurunan AKB. Angka Kematian Bayi
didapat dari jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran
hingga bayi belum mencapai umur satu tahun per 1000 Kelahiran Hidup.
Pada tahun 2010 terdapat 13 bayi meninggal di bawah satu tahun
dan pada tahun 2011 terjadi kenaikan yang signifikan menjadi 114
kematian bayi. Untuk tahun 2012 terdapat 25 bayi yang meninggal
sebelum usia 1 tahun. Tahun 2013 terjadi 35 kasus kematian bayi dan 49
kasus kematian neonatal. Pada tahun 2014 jumlah kematian bayi
meningkat menjadi 77 kasus. Pada tahun 2015 jumlah kematian bayi di
Kota Tanjungbalai sebanyak 36 kasus, menurun dari tahun 2014.
Peningkatan jumlah kematian bayi menjadi barometer kualitas pelayanan
kesehatan sehingga hal ini harus mendapat perhatian serius dari seluruh
jajaran yang terkait, mengingat program pembangunan kesehatan di
Indonesia banyak menitikberatkan pada upaya penurunan AKB. Hal ini
menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan balita menjadi fokus
perhatian yang harus lebih ditingkatkan ke depan. Sedangkan untuk
Angka Kematian Balita didapat dari jumlah kematian yang terjadi pada
anak di usia 12-59 bulan. Pada tahun 2010 jumlah balita yang meninggal
sebanyak 31 orang. Dari 17.641 jumlah sasaran balita pada tahun 2011,
jumlah balita yang meninggal adalah 128 balita. Sedangkan dengan
jumlah sasaran balita yang sama pada tahun 2012 terdapat 14 orang
balita yang meninggal sebelum usia 59 bulan.

Jumlah kematian anak balita meningkat pada tahun 2013


denganjumlah kematian balita sebesar 52 kasus kematian. Pada tahun
2014 jumlah kematian balita menjadi 18 kasus dan pada tahun 2015
jumlah kematian balita di Kota Tanjungbalai sebanyak 44 kasus.
Gambaran perkembangan kematian bayi dan balita dapat dilihat pada

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 32


tabel dan gambar di bawah ini.

Tabel 2.18.
Jumlah Kematian Bayi dan Balita Kota Tanjungbalai, 2011─2015
No Tahun Jumlah Kematian Bayi Jumlah Kematian Balita
1 2008 31 49
2 2009 25 30
3 2010 13 31
4 2011 114 128
5 2012 25 14
6 2013 35 52
7 2014 77 18
8 2015 36 44
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

Gambar 2.14
Jumlah Kematian Bayi dan Balita di Kota Tanjungbalai
Tahun 2008-2015

Jumlah Kematian Bayi dan Balita di Kota


Tanjungbalai Tahun 2008-2015
300
128
250
200
150 114
52 18
100 49
30 44
31 14
50 77

0 31 25 35 36
25 13
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Kematian Bayi Jumlah Kematian Balita

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

7. Angka Kematian Ibu (AKI)


Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari
indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu
selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 33


kehamilan, persalinandan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena
sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh,dll di setiap 100.000
kelahiran hidup.Indikator ini tidak hanya mampu menilai program
kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat,
karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari
sisi aksesibilitas maupun kualitas.
AKI mengacu pada jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah
melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000
kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian
terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan
secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan
melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan
menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.
Gambar 2.14 menjelaskan bahwa angka kematian ibu yang
tertinggi diperoleh pada tahun 2011 yaitu sebanyak 13 orang yang terdiri
dari 3 kasus kematian pada ibu hamil berusia ≥ 35 tahun, 3 kasus
kematian pada ibu bersalin yang juga berusia ≥ 35 tahun dan 3 kasus
terjadi pada ibu nifas (2 kasus yang berusia 20-34 tahun dan 1 kasus
yang berusia ≥ 35 tahun). Pada tahun 2012 jumlah ibu yang meninggal
menurun menjadi hanya 6 orang, 4 orang meninggal pada saat hamil dan
2 orang meninggal pada saat bersalin. Pada tahun 2013 jumlah kematian
ibu meningkat kembali menjadi 10 kasus, diman 3 kasus kematian terjadi
pada ibu hamil, 6 kasus kematian ibu bersalin dan 1 kasus kematian ibu
nifas. Terjadi penurunan jumlah kematian ibu pada tahun 2014 menjadi
hanya 4 kasus yaitu 2 kasus pada ibu bersalin dan 2 kasus kematian ibu
pada masa nifas. Selanjutnya jumlah kematian ibu pada tahun 2015
relatif sama dengan tahun sebelumnya yakni sebanyak 4 orang dengan 1
kasus kematian ibu hamil dan 3 kasus kematian ibu nifas. Hal ini

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 34


menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan
menyusui semakin membaik.Gambaran perkembangan kematian ibu
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. 14
Jumlah Kematian Ibu di Kota Tanjungbalai Tahun 2011-2015

Jumlah Kematian Ibu di Kota Tanjungbalai Tahun 2011-


2015
14
13
12
10 10
8
6 6
4
2 4 4
0
2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Kematian Ibu

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

8. Umur Harapan Hidup (UHH)


Umur Harapan Hidup (UHH) digunakan juga untuk menilai derajat
kesehatan dan secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang
adanya peningkatan kualitas hidup masyarakat baik di kabupaten/kota,
provinsi maupun negara. Adanya perbaikan pada pelayanan kesehatan
melalui keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan dapat
diindikasikan dengan adanya peningkatan angka harapan hidup saat
lahir.

Gambar 2.15 menjelaskan perkembangan angka harapan hidup


penduduk Kota Tanjungbalaiyang berfluktuasi setiap tahunnya. Pada
tahun 2013-2014 angka harapan hidup mengalami penurunan signifikan
dari 64,42 tahun menjadi 61,40 tahun. Pada periode 2015 angka
harapan hidup Kota Tanjungbalai sedikit meningkat menjadi 61,90

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 35


tahun. Dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera
Utara, Kota Tanjungbalai peringkat kedua terendah menurut Angka
Harapan Hidup. Hal ini tentunya menjadi evaluasi bagi pemerintah
daerah untuk melakukan peningkatan dalam pemeliharaan kesehatan
rakyatnya dengan penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai,
menjaga kecukupan gizi dan kesehatan lingkungan.

Gambar 2. 15
Perkembangan Angka Usia Harapan Hidup Kota Tanjungbalai
Tahun 2011-2015

Perkembangan Angka Usia Harapan Hidup


Kota Tanjungbalai Tahun 2011-2015
65
64,42
64
64,37 64,39
63
62 61,9
61 61,4
60
59
2011 2012 2013 2014 2015

Angka Usia Harapan Hidup

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, 2016

9. Pelayanan Imunisasi
Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
imunisasi yaitu Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan.
Desa/kelurahan UCI adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥
80% darijumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut
sudah mendapat imunisasi dasar lengkap.

Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi kepada bayi


umur 0 – 1 tahun (BCG, DPT, Polio, Hepatitis dan Campak), imunisasi

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 36


untuk Wanita Usia Subur /Ibu Hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD
(kelas 1: DT dan kelas 2-3: TT), sedangkan kegiatan imunisasi
tambahan dilakukan atas dasar ditemukan masalah seperti Kelurahan
Non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar
atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis. Pencapaian UCI
(Universal Child Immunization) merupakan proksi terhadap cakupan
atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI
dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah
tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi
(herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). Dalam hal ini pemerintah mentargetkan
pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/kelurahan. Suatu
desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila >80% bayi di
desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi lengkap. Untuk Kota
Tanjungbalai pada tahun 2016 sudah mendapat sertifikat UCI dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang artinya >80% balita
yang tersebar di 31 kelurahan telah mendapat imunisasi lengkap.

2.2 Konsekuensi Pangan dan Gizi bagi Pembangunan


2.2.1. Pergeseran Tren Penyakit

Indonesia menghadapi beban gizi ganda atau double burden malnutrion


yaitu kurang gizi dan overnutrisi. Kurang nutrisi bisa menyebabkan penyakit
seperti anemia, kekurangan vitamin dan gondok. Di sisi lain kelebihan nutrisi
dapat menyebabkan obesitas yang berisiko memicu diabetes, penyakit jantung dan
pembuluh darah. Berdasarkan data WHO kematian akibat penyakit tidak menular
(PTM) menyumbang sekitar 60 % dari seluruh penyebab kematian, dan juga hasil
Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa 60 % kasus kematian di Indonesia
disebabkan oleh penyakit degenerative yaitu stroke, darah tinggi dan diabetes.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) seperti yang dilansir oleh Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, kematian akibat Penyakit Tidak

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 37


Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan
terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua
pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular
seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada
tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit
tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi lain,
kematian akibat penyakit menular seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi
lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun
2030. Pada negara-negara menengah dan miskin PTM akan bertanggungjawab
terhadap tiga kali dari tahun hidup yang hilang dan disability (Disability
AdjustedLifeyears=DALYs) dan hampir lima kali dari kematian penyakit
menular, maternal, perinatal dan masalah nutrisi.
Prevalensi PTM berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
antaralain hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas di Indonesia adalah
sebesar25,8%, Penyakit Jantung Koroner (PJK) penduduk usia 18 tahun ke atas
1,5%, gagal jantung 0,3%, gagal ginjal kronik 0,2%, batu ginjal 0,6%, rematik
24,7%, stroke 12,1%, cedera semua umur 8,2%, asma 4,5%, Penyakit Paru
Obstruksi Kronis (PPOK) penduduk usia 30 tahun ke atas 3,8%, kanker 1,8%,
diabetes mellitus 2,1%, hipertiroidpada penduduk usia 15 tahun ke atas
berdasarkan diagnosa 0,4% dan cedera akibat transportasi darat net 47,7%.
Pada sisi lain, di Indonesia terjadi kegemukan atau kelebihan gizi dengan
segala macam akibatnya yang disebabkan oleh pola makan.Kasus-kasus penyakit
infeksi saat ini sudah mengalami penurunan tapi muncul penyakit-penyakit yang
disebut tidak menular karena gaya hidup, terutama hipertensi atau tekanan darah
tinggi yang mengarah pada stroke dan serangan jantung. Selain itu masalah berat
badan yang berlebihan mulai dari anak-anak yang berkembang hingga usia tua
dan mencapai di atas 50 tahun mulai terserang diabetes, serangan jantung dan
tekanan darah tinggi. Riskesdas 2013 menunjukkan stroke bukan penyakit kelas
menengah ke atas namun berkaitan dengan kekurangan gizi kronis pada saat
periode kritis, 1000 HPK dan gaya hidup.
Tidak hanya mengalami beban ganda, Indonesia juga mengalami apa yang

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 38


disebut dengan nutrition transition yaitu pola hidup pedesaan yang mulai beralih
seperti perkotaan. Penyakit-penyakit yang awalnya banyak ditemui di kota
akhirnya merambah ke desa-desa akibat pola hidup tak sehat pada anak-anak yang
dampaknya bisa lebih berbahaya. Anak-anak yang kurang gizi sejak kecil berisiko
menyidap penyakit degeneratif saat menginjak usia dewasa muda. Penyebabnya
karena organ-organnya kurang berkembang dengan baik misalnya pankreas yang
lemah memicu munculnya diabetes.
Provinsi Sumatera Utara sendiri menghadapi beban ganda dalam
pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya beberapa penyakit menular, dipihak
lain penyakit tidak menular (degeneratif) sudah menunjukkan eksistensinya
ditambah lagi dengan munculnya penyakit menularbaru.
Cakupan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular juga
mengalami peningkatan capaian walaupun penyakit infeksi menular masih tetap
menjadi masalah kesehatan yang menonjol terutama TB, Malaria, HIV/ AIDS,
DBD dan Diare disamping masih ditemukannya penyakit-penyakit menular
neglated tropical diseases yang seharusnya sudah dieleminasi. Diare merupakan
penyakit dengan frekuensi KLB yang cukup tinggi, bahkan cenderung meningkat
dari tahun ke tahun sampai tahun 2013.
Hasil Riskesdas 2013menggambarkan bahwabeberapa penyakit tidak
menular yang dapat dilihat kecenderungan dari tahun 2007 ke tahun 2013 adalah
prevalensi Diabetes Melitus berdasarkan wawancara, prevalensi hipertensi
berdasarkan wawancara dan pengukuran, prevalensi stroke dan
sendi/rematik/encok berdasarkan wawancara. Berdasarkan Profil kesehatan Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 menunjukkan prevalensi
hypertensi sebesar 6,65 % dan persentase obesitas 23,65 %.

2.2.2. Peran dan Dampak Pangan dan Gizi dalam Pembangunan

Hal ini merupakan sebuah point yang penting untuk selalu diingat bahwa
perbaikan gizi merupakan long-term gain daridevelopment. Bank Dunia (2006)
menyatakanbahwa perbaikan gizi merupakan suatu investasi yang sangat
menguntungkan. Setidaknya ada tiga alasan suatu negara perlu melakukan

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 39


intervensi di bidang gizi. Pertama, perbaikan gizi memiliki „economic returns’
yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan produktivitas SDM dalam sektor ekonomi;
kedua, intervensi gizi terbukti mendorong pertumbuhan ekonomi. SDM yang
produktif selanjutnya mampu meningkatkan agregat supply suatu wilayah di atas
natural rate of output melalui inovasi dan teknologi; dan ketiga, perbaikan gizi
membantu menurunkan tingkat kemiskinan melalui perbaikan produktivitas kerja,
pengurangan hari sakit, dan pengurangan biaya pengobatan.
Pada kondisi gizi buruk, penurunan produktivitas perorangandiperkirakan
lebih dari 10 persen dari potensi pendapatan seumur hidup dan secara agregat
menyebabkan kehilangan PDB antara 2-3 persen. Konferensi para ekonom di
Copenhagen tahun 2005 (Konsensus Kopenhagen) menyatakan bahwa intervensi
gizi menghasilkan keuntungan ekonomi („economic returns‟) tinggi dan
merupakan salah satu yang terbaik dari 17 alternatif investasi pembangunan
lainnya. Konsensus ini menilai bahwa perbaikan gizi, khususnya intervensi
melalui program suplementasi dan fortifikasi zat gizi mikro (memperbaiki
kekurangan zat besi, vitamin A, yodium, dan seng) memiliki keuntungan ekonomi
yang sama tingginya dengan investasi di bidang liberalisasi perdagangan,
penanggulangan malaria dan HIV, serta air bersih dan sanitasi.
Behman, Alderman dan Hoddinot (2004) dalam Bank Dunia (2006)
mengungkapkan bahwa Rasio Manfaat-Biaya (benefit-cost ratio) berbagai
program gizi, khususnya program suplementasi dan fortifikasi adalah sangat
tinggi, berkisar antara 4 hingga 520.
Tabel 2.11
Rasio Manfaat-Biaya (benefit-cost ratio) Berbagai Program Gizi
Jenis Program Intervensi BC-Ratio

a. Promosi ASI di rumah sakit 5-67


b. Program Pelayanan Anak Terpadu 9-16
c. Suplementasi Iodium pada Wanita 15-520
d. Suplementasi Vitamin A pada anak < 6 thn 4-43
e. Pemberian tablet besi untuk ibu hamil 24.7

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 40


f. Fortifikasi zat besi 176-200
g. Suplementasi zat besi pada ibu hamil 6-14
Sumber: Behrman, Alderman, and Hoddinott (2004) dalam Bank Dunia (2006)
Para ahli ekonomi berpendapat bahwa investasi ekonomi merupakan pra-
syarat utama untuk memperbaiki keadaan gizi masyarakat. Dari analisis hubungan
timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan, serta analisis ekonomi terhadap
keuntungan investasi gizi, diketahui bahwa perbaikan gizi dapat dilakukan tanpa
harus menunggu tercapainya tingkat perbaikan ekonomi tertentu. Hal inikarena
perubahan gizi bisa dianggap sebagai positif shock yang akan menggerakkan roda
perekonomian secara lebih cepat, bukannya hal yang sebaliknya.
Beberapa negara dengan PDB yang sama ternyata mempunyai angka
prevalensi gizi-kurang pada anak balita yang berbeda-beda. Zimbabwe yang
memiliki PDB lebih rendah dari Namibia tetapi ternyata memiliki status gizi anak
balita yang lebih baik. Demikian halnya dengan Cina, PDB per kapita negara ini
relatif lebih rendah dibanding negara-negara Asia lainnya namun memiliki
prevalensi balita gizi kurang paling rendah.
Sampai 1970-an banyak ahli ekonomi dan ahli perencanaan pembangunan,
termasuk Bank Dunia, mengartikan investasi dalam arti sempit. Investasi
pembangunan ekonomi lebih diartikan sebagai penanaman modal untuk
membangun industri barang dan jasa dalam rangka menciptakan lapangan kerja.
Titik berat investasi adalah untuk membangun prasarana ekonomi seperti jalan,
jembatan dan transportasi. Pada waktu itu jarang sekali para perencana
pembangunan memasukkan perbaikan gizi, kesehatan dan pendidikan sebagai
bagian suatu investasi ekonomi.
Perhatian Bank Dunia dan PBB terhadap pembangunan perbaikan gizi
dibuktikan dengan meningkatnya alokasi bantuan untuk proyek-proyek perbaikan
gizi di negara berkembang. Pada tahun 1980-an pinjaman untuk perbaikan gizi
hanya US$ 50 juta dan kemudian meningkat menjadi US$ 900 juta pada 1990-an.
Soekirman dkk (2003), berdasarkan data dari berbagai sumber juga
menyajikan informasi tentang unit cost dan cost-effectiveness berbagai program

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 41


gizi hasil studi di berbagai negara.

Tabel 2.12
Biaya per Unit dan Manfaat Ekonomi berbagai Program Pangan dan Gizi

Biaya Per Unit Dan Lokasi Manfaat


Biaya per Ekonomi
Jenis Intervensi Negara & Tahun
Unit Per 1 US$
Kajian Investasi
(US$/target)
A. Intervensi Pangan dan Gizi Di Masyarakat
1. Subsidi Pangan * Indonesia, 2004 0,9
2. Program Intervensi Gizi
Berbasis Masyarakat Sebagai
8.01 Indonesia, 2004 2.6
Bagian Dari Pelayanan
Kesehatan Dasar
3. Pendidikan Gizi 0.37 Indonesia, 2004 32.3
B. Intervensi Zat Gizi Mikro
4.Suntikan Iodium 0.49 Peru, 1978
0.14 Zaire, 1977 -
0.21 Indonesia, 1986
5. Iodinasi Air 0.04 Italia, 1986 -
6. Iodisasi Garam 0.04 India, 1987 28.0
7. Suplementasi Vitamin A 0.46-0.68 Haiti, 1978 50.0
8. Fortifikasi Vitamin A Pada
0.14 Guatemala, 1976 16.0
Gula
9. Suplementasi Besi Pada Ibu Tidak Disebut,
2.65-4.44 24.7
Hamil 1980
10.Fortifikasi Besi Pada Garam 0.10 India, 1980
11.Fortifikasi Besi Pada Gula Guatemala, 1980
0.10
Tidak Disebut, -
0.80
1980
12.Fortifikasi Besi Pada Pangan
- - 84.1
Pokok (Terigu)
C. Pemberian Makanan Tambahan
13. PMT Pada Anak Balita 3.99 Indonesia, 2004 1.4
Sumber: Soekirman dkk (2003). Situational Analysis of Nutrition Problems in Indonesia: Its
Policy, Programs and Prospective Development. Direktorat Gizi dan Bank Dunia
(Diolah dari berbagai sumber).*Behrman, Alderman, and Hoddinott (2004) dalam Bank
Dunia (2006)

2.3. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pembangunan Pangan dan Gizi


Dalam melaksanakan pembangunan ketahanan pangan di Kota

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 42


Tanjungbalai dilakukan melalui kebijakan umum dan kebijakan operasional.
Kebijakan umum dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara
bijaksana untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat melalui peningkatan
ketersediaan, penanganan kerawanan pangan, peningkatan sistem distribusi dan
stabilisasi harga pangan dan akses pangan, peningkatan pemenuhan kebutuhan
konsumsi dan pengembangan diversifikasi pangan, mutu dan keamanan pangan,
peningkatan efektivitas koordinasi kebijakan ketahanan pangan melalui Dewan
Ketahanan Pangan.
Sedangkan kebijakan operasional dilakukan dengan memperhatikan
faktor-faktor kunci keberhasilan yang ada guna terwujudnya tujuan dan sasaran
Dinas Pangan dan Pertanian Kota Tanjungbalai, maka ditetapkan kebijakan yang
akan dijadikan pedoman di dalam melaksanakan kegiatan operasional peningkatan
ketahanan pangan dari aspek ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan
akses pangan dan konsumsi, mutu dan keamanan pangan.

2.3.1 Kebijakan terkait Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan


Kebijakan dalam aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, antara lain:
a. Optimalisasi pemanfaatan lahan irigasi yang ada serta perbaikan dan
pembangunan jaringan irigasi baru dan penghentian alih fungsi lahan melalui
penetapan aturan-aturan yang dilandasi hukum dalam bentuk Perda.
b. Pengembangan konservasi dan rehabilitasi lahan agar potensi lahan yang ada
dapat dipertahankan terutama di wilayah usaha berbasis pertanian,
peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan dengan menerapkan
teknologi konservasi dan rehabilitasi.
c. Penyediaan sarana produksi dan permodalan secara 6 (enam) tepat, sehingga
dapat bermanfaat untuk petani bagi peningkatan produktivitas hasil.
d. Peningkatan keberdayaan masyarakat miskin yang berada dalam kondisi
kerawanan pangan kronis serta pengembangan jaringan pengaman pangan
bagi kelompok rawan pangan transien karena bencana alam dan sosial.
e. Pengefektifan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) serta irigasi
daerah rawan pangan.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 43


f. Pengembangan cadangan pangan pemerintah daerah dan masyarakat untuk
memberikan rasa aman bagi masyarakat yang menghadapi masalah pangan.

2.3.2. Kebijakan terkait Distribusi dan Akses Pangan


Untuk pengembangan distribusi dan akses pangan di Kota Tanjungbalai,
kebijakan yang diambil adalah melalui :
a. Peningkatan efisiensi dan kelancaran distribusi bahan pangan melalui
reformasi berbagai peraturan yang menghambat lalu lintas perdagangan,
pengembangan sarana dan prasarana distribusi serta pelayanan teknologi
pasca panen.
b. Peningkatan kemampuan masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam
menstabilkan harga bahan pangan antar waktu maupun antar wilayah.
c. Penguatan pangsa pasar yang bukan saja antar provinsi tetapi juga ekspor
serta pengembangan kemitraan untuk menjamin pemasaran hasil.
d. Menjaga stabilisasi harga pangan di tingkat produsen dan konsumen
terutama pada hari-hari besar keagamaan nasional dan panen raya.

2.3.3 KebijakanTerkait Konsumsi, Mutu dan Keamanan Pangan


Kebijakan terkait dengan konsumsi, mutu dan keamanan pangan di Kota
Tanjungbalai :
a. Mendorong diversifikasi pola konsumsi pangan masyarakat berbasis pangan
lokal agar hidup sehat dan produktif serta mendorong penurunan konsumsi
beras sebagai bahan pangan pokok masyarakat.
b. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang makanan melalui
peningkatan penganekaragaman konsumsi bahan pangan yang beragam,
bergizi, berimbang dan aman sejak usia dini.
c. Mendorong diversifikasi pola konsumsi pangan melalui peningkatan konsumsi
bahan pangan lokal yang berbasis pada nun beras.
d. Meningkatkan pembinaan keamanan pangan segar di tingkat petani dan
konsumen.
e. Meningkatkan kemampuan kelembagaan dan aparat daerah dalam penanganan

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 44


keamanan pangan segar.

2.3.4 Kebijakan Terkait Pelayanan Kesehatan


Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui pemberian pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan mutu
sumber daya manusia dan produktivitas yang dapat meningkatkan taraf hidup.
Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan kesehatan adalah meningkatnya
derajat kesehatan secara lebih merata yang berdampak kepada penurunan angka
kematian bayi dan balita, meningkatkan kesehatan ibu dan anak, meningkatkan
status gizi masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidup. Pelayanan
kesehatan memiliki fungsipreventif yaitu menjaga kesehatan masyarakat melalui
kegiatan layanan kesehatan berupa penyuluhan dan juga kegiatan lainnya yang
terkait danfungsi kuratifyaitu melayani masyarakat yang telah terinfeksi dan
menjadi sakit untuk diambil tindakan pengobatan. Sarana dan prasarana untuk
berjalannya layanan kesehatan dengan baik adalah komponen penting yang terus
diupayakan peningkatan ketersediaan dan kualitasnya.
Adapun kebijakan yang tertuang dalam Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Kota Tanjungbalai 2016-2021 sebagai berikut :
1. Melaksanakan penyuluhan kesehatan, advokasi dan menggalang kemitraan
dengan berbagai pelaku pembangunan dengan meningkatkan promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta membudayakan PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada setiap tatanan;
2. Peningkatan mutu pelatihan melalui akreditasi pelatihan dengan
meningkatkan jumlah dan kualitas kompetensi tenaga kesehatan melalui
diklat dan pelatihanserta mewujudkan ketepatan alokasi anggaran dalam
rangka pemenuhan sarana dan prasarana dan alat kesehatan yang sesuai
standar;
3. Membangun komitmen untuk memberi pelayanan kesehatan dengan
meningkatkan kemampuan manajemen dan pelayanan Puskesmas,
pemenuhan alkes yang bermutu di fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
komprehensif, pengembangan upaya dan fasilitas pelayanan kesehatan yang

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 45


komprehensif untuk pencegahan kematian ibu dan anak, pengembangan
upaya dan fasilitas pelayanan kesehatan usia produktif dan usia lanjut serta
pengelolaan dan penyediaan data dan informasi kesehatan yang akurat;
4. Penerbitan perjanjian kerja sama dengan menjalin kerjasama dengan lintas
sektor dan membangun koordinasi dan komunikasi dengan lintas sektor;
5. Menyusun regulasi daerah dalam bentuk peraturan walikota yang dapat
menggerakkan OPD lain untuk berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan
berwawasan lingkungan dengan meningkatkan pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan serta melakukan pemeriksaan dan penyediaan sanitasi
dasar serta advokasi pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan;
6. Penguatan peningkatan peran Puskesmas dalam pencapaian kesehatan
berwawasan lingkungan dengan peningkatan hygiene dan sanitasi makanan.

2.3.4 Kebijakan Lintas Sektor (Intervensi Spesifik Gizi)


Pembangunan dan pengembangan pangan dan gizi yang tertuang dalam
dokumen RAD-PG Kota Tanjungbalai ini melibatkan banyak sektor (multisector
approach). Sinergisme program yang bersatu dalam satu misi yaitu pembangunan
dan pengembangan pangan dan gizi di Kota Tanjungbalai membuka peluang
untuk meningkatnya kinerja program baik masing-masing OPD maupun kinerja
keseluruhan tim multisektor pangan dan gizi di Kota Tanjungbalai.
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan lembaga terkait lainnya yang
terlibat serta memiliki peran dalam pembangunan dan pengembangan pangan dan
gizi masyarakat di Kota Tanjungbalai adalah:
1. BAPPEDA Kota Tanjungbalai;
2. Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai;
3. Dinas Pangan dan PertanianKota Tanjungbalai;
4. Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai;
5. Dinas Pendidikan Kota Tanjungbalai;
6. Dinas Perdagangan dan PerindustrianKota Tanjungbalai;
7. Dinas Sosial Kota Tanjungbalai;

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 46


8. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tanjungbalai;
9. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan PermukimanKota Tanjungbalai;
10. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Tanjungbalai;
11. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Tanjungbalai;
12. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan Kota Tanjungbalai;
13. Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Tanjungbalai.

2.4. Tantangan dan Hambatan Kunci


Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, meningkatkan mutu sumber daya manusia dan produktivitas yang
dapat meningkatkan taraf hidup. Salah satu tolok ukur keberhasilan adalah
meningkatnya derajat kesehatan secara lebih merata yang berdampak kepada
penurunan angka kematian bayi dan balita, meningkatkan kesehatan ibu dan anak,
meningkatkan status gizi masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidup.
Dalam rangka melaksanakan pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai dihadapkan pada beberapa tantangan dalam
melaksanakan tanggung jawabnya. Tantangan dalam memberikan pelayanan
kesehatan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Sarana dan prasarana Puskesmas belum sepenuhnya mendukung program-
program kesehatan;
2. Distribusi tenaga kesehatan belum merata dan kualitas sumberdaya manusia
kesehatan belum memadai;
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) belum membudaya di kehidupan
masyarakat;
4. Jumlah Penyakit Tidak Menular (PTM) semakin meningkat;
5. Belum terlindunginya masyarakat atas kecenderungan meningkatnya beban
pembiayaan kesehatan, disamping meningkatnya kebutuhan masyarakat
terhadap ketersediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau;
6. Tata ruang kota belum sepenuhnya berwawasan kesehatan.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 47


Adapun hambatan dalam melaksanakan pemberian pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Kekurangan lahan untuk perluasan puskesmas;
2. Belum adanya kebijakan manajemen SDM yang berorientasi pada
peningkatan kerja;
3. Masyarakat belum mau merubah perilakunya terutama untuk tidak merokok
di dalam rumah;
4. Meningkatnya prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM);
5. Keterbatasan keuangan daerah untuk mengasuransikan semua
masyarakatnya dalam jaminan kesehatan;
6. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengikutsertakan dirinya dalam
asuransi kesehatan;
7. Belum adanya keseriusan pemerintah dalam penegakan peraturan dan
pengawasan yang terkoordinir dalam hal penerapan pembangunan
berwawasan kesehatan.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 48


RENCANA AKSI BAB
MULTISEKTOR
3

3.1. Outcome utama, Output, dan Intervensi


Pembangunan pangan dan gizi adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam rangka tercapainya
tujuan tersebut pembangunan pangan dan gizi harus dilaksanakan secara terarah,
berkesinambungan dan realistis.
Pemerintah Daerah dalam hal ini OPD/Instansi terkait bertanggungjawab
untuk mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, namun dalam melaksanakan
usaha untuk mencapai target tersebut komponen non pemerintah, yaitu pelaku
usaha, media, mitra pembangunan dan masyarakat harus turut mengambil peran.
Adanya koordinasi dan kolaborasi yang baik antara Pemerintah dan non
pemerintah dengan tujuan yang sama akan meningkatkan kapasitas dan
meningkatkan efektivitas pekerjaan yang dilakukan.
Tujuan utama yang ingin diwujudkan dengan adanya perbaikan pangan
dan gizi dengan pendekatan Multi sektor adalah terbentuknya sumberdaya
manusia yang cerdas, sehat, produktif secara berkelanjutan dan berdaya saing
tinggi. Sedangkan outcome yang ingin dicapai dari upaya perbaikan pangan dan
gizi khususnya dalam bidang pangan dan gizi tercantum pada tabel 3.1.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 49


Tabel 3.1
Indikator Outcome Perbaikan Pangan dan Gizi Kota Tanjungbalai

Target
Status Awal Target RAD
No Indikator RPJMD/RENSTRA
(2014) PG (2019)
(2018)
1. Produksi Padi (Ton)
2. Produksi Jagung (Ton)
3. Produksi Daging Sapi (Ton)
4. Produksi Ikan (Ton)
5. Konsumsi Ikan (kg/kap/Thn)
6. Ketersediaan Energi (kkal) dan
Protein (Gram)
7. Konsumsi Energi (kkal) dan
Protein (Gram)
8. Skor PPH
9. Angka Kematian Bayi (per
1.000 kelahiran Bayi)
10. Angka Kematian Ibu (per 1.000
kelahiran hidup)
11. Prevalensi Balita Gizi Buruk dan
Kurang (Persen)
12. Umur Harapan Hidup (Thn)

Dalam rangka pencapaian target indikator tersebut, diperlukan peran aktif


dari multi sektor. Pada tabel 3.2. ditampilkan alur pikir (logical framework)
peranan setiap stakeholders yang merupakan penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tanjungbalai Tahun
2016-2021 dan Rencana Strategis (Renstra) OPD/Instansi tahun 2016-2021
lingkup Kota Tanjungbalai. Dikarenakan periodisasi RPJMD Kota Tanjungbalai
adalah Tahun 2016-2021 maka target pada tahun 2019 merupakan proyeksi

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 50


berdasarkan realisasi.
Tabel 3.2
Logical Framework RAD PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019
(Semua OPD/Instansi)

Impact
Peningkatan Kualitas SDM
Outcome :
1. Produksi Padi (Ton) mencapai.....
2. Produksi Jagung (Ton) mencapai .....
3. Produksi Daging Sapi (Ton) mencapai .....
4. Produksi Ikan (Ton) mencapai .....
5. Konsumsi Ikan (Kg/Kap/Thn) mencapai.....
6. Ketersediaan Energi (kkal) dan Protein (Gram) mencapai .......
7. Konsumsi Energi (kkal) dan Protein (Gram) mencapai ........
8. Skop PPH mencapai.......
9. Angka Kematian Bayi (per 1.000 kelahiran Bayi) mencapai.......
10. Angka Kematian Ibu (per 1.000 kelahiran hidup) mencapai.......
11. Prevalensi Balita Gizi Buruk dan Kurang (Persen) mencapai.......
12. Umur Harapan Hidup (Thn) mencapai.......
OPD/Instansi Input Output
Pelaksana

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 51


1. Dinas Pangan 1) Peningkatan produksi Padi Ketersediaan Pangan,
dan Pertanian 2) Peningkatan produksi Akses Ekonomi dan
jagung Pemanfaatan Pangan
3) Peningkatan produksi
daging
4) Pengembangan ketersediaan
pangan pokok karbohidrat
dan protein
5) Pengembangan lumbung
pangan masyarakat
6) Pembinaan dan
pemberdayaan Gapoktan
7) Peningkatan dan
pengembangan promosi
percepatan
penganekaragaman
konsumsi pangan
8) Gerakan Masyarakat
Mandiri Pangan (Gema
Pangan)
9) Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi (SKPG).
10) Pengembangan makanan
tradisional pangan lokal
11) Penguatan usaha kelompok
dalam rangka peningkatan
akses pangan
12) Pengembangan bibit unggul
13) Peningkatan dan
pengembangan tenaga
penyuluh
pertanian/perkebunan
2. Dinas 1) Peningkatan Produksi ikan
Perikanan 2) Konsumsi Ikan (kg/kap/Thn)

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 52


3. Dinas 1) Pendampingan Kasus Gizi Konsumsi energi
Kesehatan Buruk danzatgizi tercukupi
2) Penyediaan Pemberian terutama bagi
Makanan Tambahan Anak kelompokrentan
Sekolah (PMT-AS) yaituremajaputri, Ibu
3) Peningkatan Petugas hamil
Konselor ASI bagi Petugas
Kesehatan Kab/ Kota.
4) Surveilans Gizi Kab/ Kota
5) Pemantauan anak 0-10
bulan dan anak usia sekolah
dasar yang mendapatkan
imunisasi dasar lengkap.
6) Pemantauan Status Gizi.
7) Pengadaan PMT ibu hamil
8) Distribusi Tablet Fe.
9) Penyediaan MP- ASI
10) Pengadaan PMT Ibu Hamil
11) Gerakan Percepatan
Perbaikan Gizi
12) Pendistribusian Kapsul
Vitamin A
13) Persentase desa yang
mencapai Universal Child
Immunisation (UCI)
14) Persentase cakupan
pengawasan sarana
produksi obat dan makanan
4. Dinas 1) Pelatihan kompetensi siswa Pengetahuan tentang
Pendidikan berprestasi pentingnya gizi bagi siswa
5. Dinas 1) Jumlah pasar yang Pasar aman dari bahan
Perdagangan diintervensi Program Pasar berbahaya
dan Aman dari Bahan
Perindustrian Berbahaya menjadi Pasar
Aman dari Bahan
Berbahaya
6. Dinas 1) Peningkatan kesejahteraan Kesejahteraan perempuan,
Pemberdayaan perempuan dan anak anak dan lanjut usia yang
Masyarakat, 2) Pembinaan lembaga berbasis gender
Perempuan & pemberdayaan perempuan
KB lanjut usia yang berbasis
gender

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 53


7. Dinas Sosial 1) Pelatihan keterampilan Meningkatnya
berusaha bagi keluarga keterampilan dan adanya
miskin serta sosialisasi usaha yang dimiliki bagi
pelayanan dan perlindungan keluarga miskin guna
sosial, hukum bagi korban mencapai keluarga mandiri
eksploitasi, perdagangan
perempuan dan anak
2) Pelatihan keterampilan bagi
penyandang masalah
kesejahteraan sosial dan
kampanye sosial bagi PMKS
8. BAPPEDA Pembinaan dan Koordinasi RAD- Tersusunnya dokumen
PG RAD-PG
Terpantau dan
terevaluasinya RAD-PG

3.2. Prinsip dan Pendekatan Kunci


3.2.1 Pendekatan Multi Sektor
Intervensi spesifikgizi,melalui upayasektor kesehatan,hanya memiliki
kontribusi sebesar 30 persen dalam intervensi spesifik gizi. Meningkatkan
intervensisensitivegizimelaluisektorlainnyasangatdiperlukanuntukmencapaitar
get ini.Meskipun belum ada bukti yang menghitung estimasi secara tepat
kontribusi intervensi gizi sensitif terhadap pengurangan stunting, indikasi
awal menunjukkan bahwa perlindungan sosial, penguatan pertanian, serta
perbaikan air dan sanitasi lingkungan berkontribusi terhadap percepatan
perbaikan gizi (Franzo,2014).
InternationalConferenceonNutrition2telahmenyepakatidiperlukannyaaksiyang
terkoordinasi antar pelakudi semuasektor terkaityangharusdidukungmelalui
koordinasi lintas-sektor, kebijakan yang koheren, program dan inisiatif,
untuk mengatasibebangizidanmempromosikansistem
panganberkelanjutan(FAO, 2014).
Dalam rangka mengatasi permasalahan gizi diketahui bahwa intervensi
gizi spesifik yang sebagian besar dilaksanakan oleh sektor kesehatan dan
berpengaruh secara langsung merupakan yang paling efektif (Bhutta,2013).
Keberlanjutanintervensiini bergantung pada pelaksanaan intervensi gizi
sensitif, yang merupakan faktor mendasar yangmempengaruhistatus

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 54


gizi,intervensisensitivedilaksanakanolehsektor lainseperti pendidikan,
pertanian,pekerjaanumum/infrastruktur, dankesejahteraan sosial (WHO,2012).
Gambar berikut ini mengilustrasikan keterkaitan program spesifik dan
sensitif gizisertaperanmasing-masingsektor terkait.Padaprinsipnyaperansetiap
sektordikaitkandenganupayauntukmengatasipenyebab langsung masalahgizi,
yaitukonsumsimakananyangcukupsertapencegahandan penangananinfeksi.
Selanjutnyaadatiga faktoryangmempengaruhikedua faktorlangsungtersebutyaitu
akses terhadappangan,pola asuhserta aksesterhadap airbersih,sanitasilingkungan
yangbaik, danpelayanankesehatan.Sementaraperansektorkesehatanterutama
adalahpadapenyebablangsung,peransektor non-kesehatanmunculpadaketiga
faktor langsungtersebut.

Sumber:ModifikasiLancet2013“ExecutiveSummaryofThe
MaternalandChildNutrition”

3.2.2. Sensitif Gender


Dalam upaya pemenuhan hak kesehatan anak, Pemerintah Kota
Tanjungbalai melakukan pendekatan multi sektor untuk menjamin
kelangsungan hidup Ibu, Bayi dan Anak melalui kegiatan Advokasi,
Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) tentang Gerakan Sayang Ibu (GSI)

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 55


serta pengembangan cakupan dan kualitas kelompok Bina Keluarga Remaja
(BKR). Dengan kerjasama/kemitraan yang dibangun antara Pemerintah
dengan Lembaga Masyarakat yang peduli terhadap kesehatan Ibu saat hamil,
melahirkan dan nifas serta terpenuhinya gizi anak mulai dari kandungan dan
balita, Pemerintah Kota Tanjungbalai antara lain berupaya memastikan
bantuan medis dan perawatan kesehatan yang diperlukan untuk semua anak
terutama dalam pengembangan perawatan kesehatan dasar, memberantas
penyakit, kekurangan gizi, kesehatan dan perawatan Ibu sebelum dan sesudah
melahirkan, memastikan semua golongan masyarakat terutama orangtua dan
anak-anak mendapatkan informasi, pendidikan dan dukungan dalam
penggunaan pengetahuan dasar tentang kesehatan anak dan gizi serta manfaat
pemberian ASI, kebersihan dan penyehatan lingkungan, serta pencegahan
kecelakaan, mengembangkan perawatan pencegahan dan bimbingan untuk
orangtua serta pendidikan dan pelayanan keluarga berencana. Demikian pula
halnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan jiwa anak serta
pengaruhnya terhadap tumbuh kembang anak.
Dalam upaya mengakselerasi terwujudnya kesetaraan dan keadilan
gender dalam semua bidang serta meningkatkan pembangunan yang berpihak
pada kepentingan terbaik bagi perempuan dan anak, perlu dikembangkan
suatu strategi untuk mencapai tujuan tersebut yang lebih dikenal dengan
istilah pengarusutamaan gender (PUG) dan pengarusutamaan hak anak
(PUHA). PUG dan PUHA merupakan strategi yang dibangun untuk
mengintegrasikan perspektif gender menjadi satu dimensi integral dari
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan. Pelaksanaan integrasi PUG ke dalam
siklus perencanaan dan penganggaran di tingkat pusat dan daerah diharapkan
dapat mendorong pengalokasian sumber daya pembangunan menjadi lebih
efektif, dapat dipertanggungjawabkandan adil dalam memberikan manfaat
pembangunan bagi seluruh penduduk Indonesia baik perempuan maupun laki-
laki, termasuk anak perempuan dan laki-laki.
Pelaksanaan PUG dan PUHA harus direfleksikan dalam proses

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 56


penyusunan kebijakan yang menjadi acuan perencanaan dan penganggaran
untuk menjamin program dan kegiatan yang dibuat oleh seluruh lembaga
pemerintah baik pusat maupun daerah menjadi responsif gender. Perencanaan
dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) merupakan perencanaan yang
disusun dengan mempertimbangkan empat aspek yaitu: akses, partisipasi,
kontrol dan manfaat yang dilakukan secara setara antara perempuan dan laki-
lakitermasuk anak perempuan dan laki-laki.
3.2.3. Kesetaraan
Kesenjangan pembangunan daerah merupakan fenomena universal di
semua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat pembangunannya.
Kesenjangan pembangunan antar wilayah yang tidak merata pada akhirnya
akan menimbulkan permasalahan yang dalam konteks makro sangat merugikan
proses pembangunan yang ingin dicapai. Ketidakseimbangan pembangunan
menghasilkan struktur hubungan antar wilayah yang membentuk satu interaksi
yang saling memperlemah.
Pada hakikatnya pembangunan harus bersifat adil, demokratis, terbuka,
partisipatif dan reintegrasi, sehingga kesenjangan pembangunan antar daerah
dapat segera teratasi. Untuk mengatasi kesenjangan antar daerah dalam rangka
pencapaian kesetaraan maka pemerintah daerah bertanggung jawab untuk
melakukan fasilitasi dan koordinasi.
Berbagai program yang dilaksanakan antara lain Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Program Keluarga Harapan (PKH) dan
berbagai program terkait lainnya.

3.2.4. Keberlanjutan
Menerapkan pembangunan yang berkelanjutan di setiap aspek
pembangunan. Termasuk sektor pertanian yang menghasilkan produk pangan
menerapkan produksi pangan yang berkelanjutan melalui pemanfaatan
sumberdaya alam dengan promosi diversifikasi tanaman, kalender tanam dan
pemanfaatan teknologi tepat guna.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 57


3.2.5. Kaitan dengan RPJMD

Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) KotaTanjungbalai


Tahun 2015-2019 merupakan rencana aksi yang tidak terpisahkan dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tanjungbalai Tahun
2016-2021. Sesuai dengan visi Kota Tanjungbalai Tahun 2016-2021 adalah
Mewujudkan Kota Tanjungbalai yang Berprestasi, Religius, Sejahtera,
Indah dan Harmonis. Pencapaian visi tersebut akan diwujudkan melalui 7 misi
yaitu:
1. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) untuk
mencapai prestasi di berbagai bidang pembangunan dengan mengedepankan
pelayanan publik yang prima.

2. Mewujudkan kehidupan umat beragama menuju masyarakat yang religius dan


berakhlaq mulia.

3. Meningkatkan perekonomian daerah dengan memanfaatkan potensi ekonomi


unggulan serta daya saing dalam rangka mendorong kemandirian menuju
masyarakat maju dan sejahtera.

4. Mewujudkan sumberdaya manusia melalui pembangunan pendidikan yang


berkualitas berbasis IPTEK dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

5. Mewujudkan penataan kota yang bersih, indah dan rapi dengan dukungan
infrastruktur yang baik dan berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkelanjutan.

6. Membina kehidupan sosial politik masyarakat dalam rangka mewujudkan


kehidupan masyarakat yang demokratis dan harmonis dalam keanekaragaman
suku dan agama yang berpegang pada adat dan budaya.

7. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat dan tatanan kehidupan sosial


masyarakat melalui penguatan peran keluarga.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 58


Pada misi ketiga berkaitan dengan pangan yaitu meningkatkan
perekonomian daerah dengan memanfaatkan potensi ekonomi unggulan serta daya
saing dalam rangka mendorong kemandirian menuju masyarakat maju dan
sejahtera. Sedangkan pada misi keempat berkaitan dengan sumberdaya manusia
yaitu mewujudkan sumberdaya manusia melalui pembangunan pendidikan yang
berkualitas berbasis IPTEK dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan misi ketiga dan keempat RPJMD Kota Tanjungbalai maka strategi
pembangunan daerah yang terkait dengan upaya peningkatan pangan dan gizi
adalah :
1) Meningkatkan aksesibilitas dan memeratakan pelayanan sosial ekonomi ke
seluruh daerah Kota Tanjungbalai;
2) Optimalisasi dan revitalisasi lahan dan sarana prasarana pertanian;
3) Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian.

Sejalan dengan strategi pembangunan dalam RPJMD yang berkaitan


dengan pangan dan gizi maka arah kebijakan yang mendukung RAD PG adalah
sebagai berikut :
1) Peningkatan penganekaragaman pangan melalui penerapan teknologi bidang
ketahanan pangan.
2) Peningkatan pengendalian penyakit terkait dengan peternakan.
3) Peningkatan pencapaian target Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.
4) Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) serta pengembangan data
dan informasi kesehatan berbasis daring (dalam jaringan ).
5) Peningkatan koordinasi penyediaan pelayanan dasar bidang kesehatan.
6) Peningkatan kualitas penerapan prosedur tetap bidang medis.
7) Peningkatan kualitas penyelenggaraan Pelayanan Jaminan Kesehatan bagi
masyarakat dan penduduk miskin.
8) Peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan.
9) Peningkatan status gizi masyarakat.
10) Pemberdayaan Masyarakat dalam mendorong peningkatan pembudayaan Pola
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 59


11) Peningkatan upaya pencegahan dan penanganan wabah/penyakit menular.
12) Pengembangan rumah sakit, puskesmas dan jaringannya melalui peningkatan
kapasitas RSUD serta peningkatan peran dan status puskesmas.
13) Peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit, puskesmas dan
jaringannya.
14) Fasilitasi pengembangan kapasitas tenaga medis dan non medis meliputi
peningkatan kemampuan teknis dan non teknis bidang kesehatan melalui
pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

Untuk mengimplementasikan arah kebijakan tersebut maka dilaksanakan


melalui program-program pembangunan yang dilaksanakan oleh OPD Multi
sektor di Kota Tanjungbalai untuk mendukung tercapainya tujuan Rencana Aksi
Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 yaitu :
1) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
2) Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan)
3) Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
4) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan
5) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan
6) Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan
7) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
8) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
9) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan
10) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan
11) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
12) Program Perbaikan Gizi Masyarakat
13) Program Pengawasan Obat dan Makanan
14) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
15) Program Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak
Menular
16) Program Upaya Kesehatan Masyarakat
17) Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 60


18) Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
19) Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
20) Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
21) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
22) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia
23) Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
24) Program Pengembangan Lingkungan Sehat
25) Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan

3.2.6. Penguatan RAD PG


Rencana Aksi Daerah Pangan-Gizi (RAD P-G)Kabupaten/Kotamerupakan
pengejawantahan Rencana Aksi Daerah Pangan-Gizi (RAD P-G) Provinsi
Sumatera Utara yang selanjutnya akan diimplementasikan oleh semua Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) di tingkatkabupaten/kota dan pemangku kepentingan
lainnya di tingkat kabupaten/kota melalui berbagai program dan kegiatan
pembangunan.Penguatan Rencana Aksi Daerah Pangan-Gizi (RAD P-G)
merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan Rencana Aksi
Daerah Pangan-Gizi (RAD P-G). Tahapan pelaksanaan penyusunan Rencana Aksi
Daerah Pangan-Gizi (RAD P-G) Multisektor Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019
dilakukan melalui beberapa tahapan yang diuraikan pada tabel berikut:

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 61


Tabel 3.3 Penguatan RAD-PG
Pelaksanaan di Kegiatan
Kota Tanjungbalai 1. Memperkuat legal aspek RAD-PG
 Membentuk tim koordinasi di tingkat kota yang
terdiri dari lintas sektor.
 Menetapkan dasar hukum RAD-PG melalui
Peraturan Walikota.

2. Perencanaan dan penganggaran


 Penyusunan RAD-PG di tingkat kota
 Sosialisasi RAD-PG kepada pemangku
kepentingan di tingkatkota.
 Menyertakan program terkait intervensi gizi
sensitif dan spesifik dalam APBD dan
memastikan intervensi tersebut memperoleh
pendanaan yang memadai setiap tahunnya.

3. Implementasi
 Melaksanakan intervensi gizi sensitif dan
spesifik oleh OPD dan pemangku
kepentingan lainnya dengan memperhatikan
pendekatan multi sektor dan pendekatan
lain yang tepat.
 Membuat laporan tahunan pelaksanaan
RAD-PG di tingkatkota.

4. Monitoring dan Evaluasi


 Melakukan pencatatan atau pengumpulan
data terkait target indikator utama yang
harus dicapai, dapat berupa data rutin
maupun survei.
 Melaksanakan pertemuan atau forum dalam
rangka koordinasi dan evaluasi rutin lintas
sektor.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 62


BAB KERANGKAPELAKSANAAN
4 RENCANA AKSI

4.1. Kerangka Kelembagaan


Prinsip pelaksanaan RAD-PG Multisektor di Kota Tanjungbalai adalah
collaborative actions dari lembaga-lembaga dalam rangka pendekatan multi-
sektor. Beberapa kelembagaan dan perannya dapat disampaikan sebagai berikut
ini.
4.1. Kerangka Kelembagaan
4.1.1. Struktur Organisasi
Tim Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD PG) Multisektor Kota
Tanjungbalai dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikota Tanjungbalai
Nomor 050/87/K/2017 tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Teknis
Rencana Aksi Daerah Pangan dan GiziKota Tanjungbalai Tahun 2015-2019. Tim
terdiri dari Tim Pengarah, Tim Teknis dengan susunan keanggotaan sebagai
berikut :

TIM PENGARAH :
Penanggung Jawab : Walikota Tanjungbalai
Ketua : Sekretaris Daerah Kota Tanjungbalai
Sekretaris : Kepala Bappeda Kota Tanjungbalai
Anggota : 1. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai
2. Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota
Tanjungbalai
3. Kepala Dinas Perikanan Kota Tanjungbalai
4. Kepala Dinas Pendidikan Kota Tanjungbalai
5. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota
Tanjungbalai
6. Kepala Dinas Sosial Kota Tanjungbalai

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 63


7. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kota Tanjungbalai
8. Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman Kota Tanjungbalai
9. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota
Tanjungbalai
10. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kota Tanjungbalai
11. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan Kota Tanjungbalai
12. Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan
Pariwisata Kota Tanjungbalai.

TIM TEKNIS :

Ketua : Sekretaris Bappeda Kota Tanjungbalai


Sekretaris : Kabid Perencanaan Perekonomian Bappeda Kota
Tanjungbalai
Anggota : 1. Kabid Ketersediaan, Distribusi dan Cadangan
Pangan Dinas Pangan dan Pertanian Kota
Tanjungbalai
2. Kabid Penganekaragaman, Konsumsi dan
Keamanan Pangan Dinas Pangan dan
Pertanian Kota Tanjungbalai
3. Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan Kota Tanjungbalai
4. Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan
Kota Tanjungbalai
5. Kabid Keluarga Berencana Dinas
Pengendalian Penduduk dan KB Kota
Tanjungbalai

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 64


6. Kabid Kualitas Hidup Perempuan dan
Kualitas Keluarga Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan dan Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan Kota Tanjungbalai
7. Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas
Sosial Kota Tanjungbalai
8. Kabid Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kota
Tanjungbalai
9. Kabid Teknologi Informasi Dinas Komunikasi
dan Informatika Kota Tanjungbalai
10. KabidPembinaan, Pelatihan, Penempatan
Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan
Kerja Dinas Ketenagakerjaan Kota
Tanjungbalai
11. Kabid Penelitian dan Pengembangan Bappeda
Kota Tanjungbalai
12. Kabid Sosial, Budaya dan Pemerintahan
Bappeda Kota Tanjungbalai
13. Kabid Perencanaan Infrastruktur dan
Kewilayahan Bappeda Kota Tanjungbalai
14. Kasubbid Perekonomian Bappeda Kota
Tanjungbalai
15. Kasubbid Pengembangan Usaha dan Investasi
Bappeda Kota Tanjungbalai
16. Kasubbid Analisis Pendanaan Bappeda Kota
Tanjungbalai
17. Kasubbag Program dan Keuangan
DinasPerikanan Kota Tanjungbalai
Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas
18.
Kesehatan Kota Tanjungbalai

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 65


19. Kasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata
Kota Tanjungbalai.

4.1.2. Tugas dan Tanggungjawab


Tim Pengarah:
1. Memberikan arahan dalam penyusunan RAD PG antara lain koordinasi
penyusunan, kebijakan yang perlu dimasukkan dalam RAD PG, serta kegiatan
prioritas yang diperlukan;
2. Menyampaikan laporan penyusunan RAD PG kepada Kepala Bappeda
Provinsi Sumatera Utara;
3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan RAD PG termasuk kebijakan
pelaksanaan dan strategi melaksanakan kegiatan prioritas;
4. Memberikan arahan kebijakan pemantauan dan evaluasi;
5. Menyampaikan laporan hasil evaluasi kepada Kepala Bappeda Provinsi
Sumatera Utara.

Tim Teknis:
1. Bertanggung jawab terhadap kegiatan penyusunan RAD PG;
2. Melakukan penyusunan RAD PG mulai dari membuat jadwal dan rencana
kerja, mencari dan mengumpulkan bahan yang diperlukan, melakukan
penyusunan sampai menghasilkan draft untuk disampaikan kepada Tim
Pengarah;
3. Menyampaikan draft RAD PG kepada tim pengarah untuk proses lebih lanjut;
4. Mensosialisasi RAD PG kepada seluruh pemangku kepentingan di daerah;
5. Mengkoordinasikan dan melakukan pelaksanaan RAD PG;
6. Menjalankan strategi untuk peningkatan efektifitas pelaksanaan sesuai
masukan Tim Pengarah;
7. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pemantauan dan evaluasi;
8. Menyiapkan laporan hasil pemantauan dan evaluasi.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 66


4.1.3. Keterlibatan Pemangku Kepentingan
Dalam rangka mengimplementasikan rencana aksi ini, terdapat pelaksana
dari pihak OPD Kota Tanjungbalai maupun instansi vertikal. Dalam
mempermudah pelaksanaan di lapangan, OPD/Instansi dapat dikelompokkan ke
dalam pilar:
1. Perbaikan Gizi Masyarakat, melibatkan Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan,
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan serta DinasSosial.
2. Peningkatan Aksesibilitas Pangan yang Beragam, melibatkan Dinas Pangan
dan Pertanian, DinasPerikanan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian.
3. Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan, melibatkan Dinas
Kesehatan, Dinas Perdagangan dan Perindustrianserta Dinas Pangan dan
Pertanian.
4. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), melibatkan Dinas
Kesehatan dan Dinas Pendidikan.
5. Kelembagaan Pangan dan Gizi, melibatkan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah dan Dinas Pangan dan Pertanian.

4.2. Strategi Pengembangan Kapasitas


Pengembangan kapasitas memiliki dimensi program dan dimensi
kelembagaan. Keduanya bermuara pada kemampuan untuk mencapai output
kegiatan secara efektif dan mampu menghasilkan dinamika konstruktif
pembangunan pangan dan gizi di Kota Tanjungbalai.
Pembangunan kapasitas dari dimensi program menunjukkan seberapa
strategis isu yang ditanggapi dengan program disusun. Program yang dialamatkan
pada isu yang sangat strategis akan menyembuhkan akar permasalahan dan
akhirnya membawa perubahan yang signifikan dan bahkan dinamika konstruktif
yang terjadi sebagai eksternalitas positif suatu program akan bergulir dalam long-
run. Ini akhirnya akan membawa multiplier yang besar dalam pembangunan dan
pengembangan pangan dan gizi di suatu wilayah.
Berdasarkan program yang telah dijalankan, suatu program misalnya telah

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 67


berlangsung dalam waktu lama namun memiliki efek yang kurang optimal bagi
perubahan positif perilaku masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya yang
dimiliki. Perilaku mengoptimalkan sumberdaya adalah advanced behavior yang
dengan didukung oleh informasi, pengetahuan operasionaldan juga komitmen
dengan menganggap bahwa memanfaatkan sumberdaya memiliki oportunitas
yang tinggi maka hal itu akan dapat dijalankan. Jika tidak ada persepsi dan respon
yang berasal dari internal masyarakat maka apa yang dilakukan masyarakat hanya
„meramaikan‟ program pemerintah tanpa dapat menumbuhkan motivasi akan
pentingnya hal itu dilakukan.
Dengan demikian, pembangunan dan pengembangan pangan dan gizi
memang harus „membumi‟ berangkat dari realitas (data yang akurat) dan
kemudian program disusun dengan prinsip partisipatif dengan menumbuhkan
modal sosial di masyarakat, termasuk di dalamnya adalah kepercayaan
masyarakat kepada program-program dan niat baik pemerintah dalam peningkatan
ketersediaan dan kualitas pangan dan gizi masyarakat.
Peningkatan kapasitas dalam dimensi kelembagaan memiliki simpul pada
social capital seluruh agen yang terlibat, baik pemerintah maupun masyarakat.
Peningkatan kapasitas lembaga memiliki ciri adanya peningkatan kemampuan
melakukan co-existence, co-operation, co-ordination, dan akhirnya
Collaboration. Dengan melakukan partnership atau sinkronisasi program/
kegiatan ini maka kapasitas dan kekuatan program untuk menjawab permasalahan
yang ada semakin meningkat dan ini berarti juga benefit yang bertambah besar
pada masyarakat.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 68


4.3. Strategi Advokasi
Advokasi adalah kombinasi dari desain dukungan individu dan sosial
untukmeningkatkan komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial,
dandukungan sistem untuk tujuan program kesehatan tertentu (WHO, 1998).
Advokasi merupakan strategi untuk mempengaruhi para pengambil keputusan
khususnya saat mereka menetapkan peraturan, mengatur sumber daya dan
mengambil keputusan-keputusan yang menyangkutmasyarakat. Agar
mencapai target yang telah ditetapkan, diperlukan pemenuhan kondisi dan
asumsi, sehingga target yang telah ditetapkan dapat tecapai. Untuk memenuhi
asumsi pengambil kebijakandan stakeholder yang terlibat sehingga diperoleh
pendanaan, sumber daya manusia yang cukup, metode intervensi yang tepatdan
peningkatan cakupan serta keberlanjutan intervensi yang dilakukan,
koordinasi antar pemerintah pusat dan daerah serta koordinasi lintas sektor
berjalan dengan baik. Pada Tabel 4.2 diperlihatkan strategi advokasi yang harus
dilakukan terhadap stakeholder terkait.

Tabel 4.2.
Strategi Advokasi Pelaksanaan RAD-PG

Stakeholder Strategi Frekuensi/Tahun


Pemerintah Pusat Policy brief, Pertemuan Semesteran
advokasi berjenjang,
Workshop
Pemerintah Daerah Policy brief, Pertemuan Semesteran
advokasi berjenjang,
Workshop
Masyarakat Policy brief, dengar Semesteran
pendapat
DPRD Policy brief, Pertemuan Semesteran
advokasi
Masyarakat Media, konseling Bulanan

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 69


4.4. Pendanaan Indikatif
Penting untuk mengetahui anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan
program. Dengan demikian dapat diketahui jumlah dana yang diperlukan dan
ketersediaan dana sehingga apabila terjadi kekurangan dapat diketahui lebih
awal dan direncanakan untuk mencari alternatif pendanaan dari sumber lainnya.
Besar dana indikatif untuk program dan kegiatan hendaknya dimiliki pusat dan
daerah dan untuk pusat biasanya terdapat pada RPJMN dan Renstra K/L sedang
di daerah biasanya dianggarkan dalam APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten/Kota.
Berdasarkan pogram/kegiatan yang telah tersusun sumber pendanaan
berasal dari alokasi dana Pemerintah Kota Tanjungbalai (APBD Kota
Tanjungbalai). Jumlah dana pada masing-masing OPD dan program yang terkait
di sajikan di lampiran dokumen ini.

4.5. Strategi Monitoring dan Evaluasi


Untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi perlu ditetapkan target atau
output yang ingin dicapai, siapa saja yang berperan, apa saja input dan proses
yang harus dilakukan. Secara garis besar informasi ini diperoleh dari logical
framework. Namun agar lebih terukur dipilih beberapa indikator kinerja utama
untuk setiap OPD yang terkait dengan pencapaian RAD-PG dan akan terus
dipantau pencapaiannya dalam kurun waktu tertentu. Indikator diperoleh dengan
memilih indikator kinerjanya yang berasal dari RPJMD maupun Renstra OPD
atau kegiatan lainnya yang relevan terhadap upaya perbaikan gizi dan berkaitan
dengan output dan outcome yang ingin dicapai. Indikator ini akan terus dipantau
dan dievaluasi sehingga dapat mendorong tercapainya output dan outcome dari
RAD-PG 2015-2019.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 70


BAB
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
5

5.1. Indikator-Indikator Yang DipantauDan Dievaluasi


Indikator yang disusun dalam RAD-PG Multi SektorKota Tanjungbalai
terdiri dari indikator output dan indikator proses dengan rencana pembiayaan
definitivenya. Berikut adalah indikator-indikator output yang disusun dan perlu
dilakukan pemantauan setiap tahunnya dengan koordinasi yang dapat dilakukan
oleh BAPPEDA Kota Tanjungbalai mengundang seluruh OPD dan lembaga
terlibat.
Indikator proses merupakan indikator yang disusun sesuai dengan rencana
strategis masing-masing OPD. Terdapat 12 OPD/Instansi di tingkat pemerintah
daerah Kota Tanjungbalai yang terlibat dalam rencana aksi daerah pangan dan
gizi (RAD-PG) ini. Masing-masing dengan program yang dimilikinya terlibat
aktif dan berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan pangan dan gizi
di Kota Tanjungbalai. Penganggaran dari APBD Kota Tanjungbalai juga
disampaikan dalam dokumen ini sebagai bukti komitmen pemerintah daerah
terhadap perbaikan pangan dan gizi masyarakat. Rincian pembiayaan
program/kegiatan ini selanjutnya disajikan di lampiran dokumen ini.

5.2. Waktu dan Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi


Waktu dan pelaksanaan pemantauan dan Evaluasi dilaksanakan dua kali
dalam satu tahun yaitu pada pertengahan dan akhir tahun yang diikuti seluruh
pemangku kepentingan yang terkait dengan RAD-PG dandikoordinir oleh
Bappeda Kota Tanjungbalai.

5.3. Pelaporan Hasil Pemantauan dan Evaluasi


Pelaporan bertujuan untuk memberikan informasi tentang hasil
pelaksanaan RAD-PG, memberikan informasi tentang tantangan dan kebijakan

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 71


yang telah dilakukan sekaligus sebagai bahan sosialisasi dan advokasi rencana
aksi.
Pelaporan dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut :
1. Melakukan pertemuan koordinasi dalam rangka penyusunan laporan untuk
membahas dan menyepakati substansi yang akan dilaporkan.
2. Mengirim laporan kepada Bappeda Provinsi Sumatera Utara c/q Bidang
Ekonomi, yaitu Laporan Semester Satu dan Laporan Akhir Tahun.

RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 72


Tabel 5.1
Daftar Kegiatan RAD-PG Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2019 yang Dimonitoring dan Dievaluasi

No Pilar Program/Kegiatan yang Indikator yang Frekuensi Frekuensi OPD/Instansi


dimonitoring dan Dimonitoring dan Monitoring Evaluasi
Evaluasi Evaluasi
1. Perbaikan Gizi Program : 1. Persentase gizi 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Kesehatan
Masyarakat Perbaikan Gizi buruk yang sekali
Masyarakat ditangani
Kegiatan : 2. Persentase ibu
1. Penyusunan peta hamil
informasi masyarakat mendapatkan Fe
kurang gizi 3. Persentase ibu
2. Pemberian tambahan hamil KEK dan
makanan dan vitamin anemia yang
3. Penanggulangan Kurang mendapatkan PMT
Energi Protein (KEP), 4. Persentase anak 5-
Anemia Gizi Besi, 59 bulan yang
Gangguan Akibat kurang mendapatkan
Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A
Vitamin A, dan
Kekurangan Zat Gizi
Mikro Lainnya
4. Pemberdayaan
masyarakat untuk
pencapaian keluarga
sadar gizi
5. Penyusunan Laporan
Program Gizi

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 73


Program : 1. Persentase anak 0- 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Kesehatan
Pencegahan dan 10 bulan yang sekali
Penanggulangan Penyakit mendapatkan
Menular imunisasi dasar
Kegiatan : lengkap
1. Penyemprotan/fogging 2. Persentase anak
sarang nyamuk usia sekolah dasar
2. Pelayanan vaksinasi bagi (BIAS) yang
balita dan anak sekolah mendapatkan
3. Pelayanan pencegahan imunisasi
dan penanggulangan 3. Angka Non Acute
penyakit menular Flaccid (AFP) pada
4. Pencegahan penularan anak usia<5 Tahun
penyakit per 100.000
Endemik/Epidemik penduduk
5. Peningkatan imunisasi 4. Persentase desa
Bagi Calon Jemaah Haji yang mencapai
6. Peningkatan surveilance Universal Child
Epidemiologi dan Immunisation
penanggulangan wabah (UCI)
7. Peningkatan komunikasi,
informasi dan edukasi
(ide) pencegahan dan
pemberantasan penyakit

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 74


Program : 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Kesehatan
Upaya Kesehatan sekali
Masyarakat
Kegiatan :
1. Pelayanan kesehatan
penduduk miskin di
puskesmas jaringannya
2. Revitalisasi sistem
kesehatan
3. Peningkatan kesehatan
masyarakat
4. Peningkatan pelayanan
dan penanggulangan
masalah kesehatan
5. Penyediaan biaya
operasional dan
pemeliharaan
6. Penyelenggaraan
penyehatan lingkungan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 75


Program : Meningkatnya 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Sosial
Pemberdayaan Fakir Keterampilan dan sekali
Miskin, Komunitas Adat adanya usaha yang
Terpencil (KAT) dan dimiliki bagi
Penyandang Masalah keluarga miskin
Kesejahteraan Sosial guna mencapai
(PMKS) lainnya keluarga mandiri
Kegiatan :
1. Pelatihan keterampilan
berusaha bagi keluarga
miskin
2. Pelatihan keterampilan
bagi penyandang
masalah kesejahteraan
sosial

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 76


Program : 1. Jumlah 3 bulan 6 bulan sekali
Pelayanan dan sosialisasi yang sekali
Rehabilitasi telah dilakukan
Kesejahteraan Sosial dalam
Kegiatan : pelayanan dan
1. Pelayanan dan perlindungan
perlindungan sosial, sosial, hukum
hukum bagi korban bagi korban
eksploitasi, perdagangan eksploitasi,
perempuan dan anak perdagangan
2. Pelaksanaan KIE perempuan dan
konseling dan kampanye anak
sosial bagi penyandang 2. Jumlah
masalah kesejahteraan pelaksanaan KIE
sosial (PMKS) konseling dan
3. Pelatihan keterampilan kampanye sosial
dan praktek belajar kerja bagi
bagi anak terlantar penyandang
termasuk anak jalanan, masalah
anak cacat dan anak kesejahteraan
nakal sosial (PMKS)
4. Peningkatan kualitas 3. Jumlah
pelayanan, sarana dan masyarakat
prasarana rehabilitasi yang menerima
kesejahteraan sosial bagi beras
PMKS raskin/madani
5. Penyaluran beras
miskin/Madani kepada
masyarakat
6. Sosialisasi Peningkatan
Pemahaman Orangtua
RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019
Anak Disabilitas 77
Pelaksanaan pemenuhan 3 bulan 6 bulan sekali BPMP & KB
hak perempuan sekali
Program :
Peningkatan Kualitas
Hidup dan Perlindungan
Perempuan

Kegiatan :
1. Monitoring, Evaluasi dan Jumlah pembinaan,
Pelaporan koodinasi,
monitoring dan
evaluasi
peningkatan kualitas
hidup/perlindungan
perempuan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 78


Pelaksanaan pemenuhan 1. Jumlah sosialisasi 3 bulan 6 bulan sekali BPMP & KB
hak anak dan advokasi sekali
Program : peraturan terkait
kebijakan
Keserasian Kebijakan Kesejahteraan dan
Peningkatan Kualitas Perlindungan Anak
Anak dan Perempuan di Kota
Tanjungbalai.
Kegiatan : 2. Jumlah
1. Peningkatan dokumen/kebijakan
kesejahteraan daerah dibidang
kesejahteraan dan
perempuandan prestasi perlindungan anak
anak tingkat Kota
2. Operasional Komisi Tanjungbalai
Perlindungan Anak 3. Peningkatan
Indonesia Daerah kemampuan
(KPAID) perempuan lanjut
3. Pembinaan Lembaga usia yang berbasis
gender agar mandiri.
Pemberdayaan 4. Jumlah Forum Anak
Perempuan Lanjut Usia Kota Tanjungbalai
yang Berbasis Gender yang dibentuk
4. Pembinaan Forum Anak 5. Meningkatnya
5. Praktek keterampilan keterampilan dan
bagi ibu-ibu di adanya usaha yang
kecamatan dimiliki agar
mandiri bagi ibu-ibu
6. Jambore Anak di kecamatan di
Kota Tanjungbalai.
6. Jumlah pelaksanaan
Jambore Anak

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 79


Pelaksanaan 1. Jumlah 3 bulan 6 bulan sekali BPMP & KB
Pemberdayaan Keluarga kerjasama/kemitra sekali
Sejahtera dan Berencana an dibidang
Program : kualitas
Keluarga Berencana kelembagaan
kelangsungan
Kegiatan : hidup ibu, anak
1. Pelayanan KIE dan bayi
2. Kerjasama/kemitr
2. Peningkatan aan tentang
Perlindungan Hak pencegahan
Reproduksi Individu HIV/AIDS dan
bahaya
3. Pembinaan Keluarga penanggulangan
Berencana NAPZA di Provinsi
dan Kab/Kota
4. Penilaian KB Lestari, 3. Jumlah UPPKS
Keluarga Harmonis, yang terbentuk
Kelompok UPPKS, BKB dan yang
dan PLKB Teladan. mengikuti
pameran pada hari
keluarga nasional

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 80


Program : 3 bulan 6 bulan sekali BPMP & KB
Pelayanan Kontrasepsi sekali

Kegiatan :
1. Pelayanan pemasangan 1. Jumlah
kontrasepsi KB masyarakat
yang terlayani
2. Pelayanan KB medis pemasangan
operasi kontrasepsi KB
2. Jumlah
3. Pengadaan alat masyarakat
kontrasepsi dan obat yang terlayani
side effect KB medis
operasi
3. Jumlah alat
kontrasepsi dan
obat side effect
yang tersedia
sesuai dengan
dokumen
pengadaan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 81


2. Peningkatan Program: 1. Produksi dan 3 bulan 6 bulan sekali Dinas
Aksesibilitas Peningkatan Ketahanan Produktivitas sekali Pertanian&
Pangan Pangan Padi Peternakan
(Pertanian/Perkebunan) 2. Produksi dan
Kegiatan : Produktivitas
1. Penyusunan database Jagung
potensi produksi 3. Produksi dan
pangan Produktivitas
2. Pemantauan dan Kedelai
Analisis Akses Pangan
Masyarakat
3. Pengembangan
diversifikasi tanaman
4. Peningkatan mutu dan
keamanan pangan
5. Monitoring, evaluasi
dan pelaporan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 82


Program : Peningkatan Perbanyakan Benih 3 bulan 6 bulan sekali Dinas
pemasaran hasil produksi Tanaman Pangan sekali Pertanian&
pertanian/perkebunan Peternakan
Kegiatan :
1. Promosi atas hasil
produksi
pertanian/perkebunan
unggulan daerah
2. Pengolahan informasi
permintaan pasar atas
hasil produksi
pertanian/perkebunan
masyarakat
Program: Nilai Tukar Petani 3 bulan 6 bulan sekali Dinas
Peningkatan penerapan (NTP) sekali Pertanian&
teknologi Peternakan
pertanian/perkebunan
Kegiatan :
1. Pengadaan sarana dan
prasarana teknologi
pertanian/perkebunan
tepat guna
2. Pemeliharaan
rutin/berkala sarana dan
prasarana teknologi
pertanian/perkebunan
tepat guna

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 83


Program : Perbanyakan benih 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Pertanian
Peningkatan Produksi bibit unggul sekali dan Peternakan
Pertanian/perkebunan pertanian/perkebun
Kegiatan : an
1. Pengembangan bibit
unggul
pertanian/perkebunan
Program : 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Kelautan
Pemberdayaan penyuluh sekali dan Perikanan
pertanian/perkebunan
lapangan
Kegiatan :
1. Peningkatan kapasitas 1. Jumlah tenaga
tenaga penyuluh penyuluh
pertanian/perkebunan pertanian/perkeb
2. Penyuluhan dan unan yang
pendampingan bagi mengikuti
pertanian/perkebunan lembaga
pendidikan
2. Jumlah kelompok
petani/kebun
yang mengikuti
bimbingan dan
pelatihan untuk
meningkatkan
keahlian agar
lebih mandiri.

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 84


Program : 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Pertanian
Pencegahan dan sekali & Peternakan
penanggulangan penyakit
ternak

Kegiatan :
1. Pendataan masalah
peternakan
2. Pemeliharaan kesehatan
dan Pencegahan
penyakit menular ternak
3. Pengawasan
perdagangan ternak
antar daerah
Program : 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Pertanian
Peningkatan produksi sekali & Peternakan
hasil peternakan

Kegiatan :
1. Pembibitan dan
perawatan ternak
Program : - 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Pertanian
Peningkatan produksi sekali & Peternakan
peternakan

Kegiatan :
1. Penyuluhan penerapan
teknologi peternakan
tepat guna

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 85


Program : 3 bulan 6 bulan sekali nas Perikanan &
Pengembangan perikanan sekali Kelautan
tangkap
Kegiatan :
1. Pendampingan pada
kelompok nelayan
perikanan tangkap
2. Pengadaan Sarana
Perikanan Tangkap
3. Pendampingan Teknis
Alat Mesin Perikanan
Tangkap
Program : 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Perikanan
Optimalisasi pengelolaan sekali & Kelautan
dan pemasaran produksi
perikanan
Kegiatan :
1. Pemberdayaan
Masyarakat Pengolahan
dan Pemasaran Produksi
Perikanan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 86


3. Pengawasan Program : Jumlah Komunitas 2 kali 2 kali Dinas Kesehatan
Mutu dan Obat dan Perbekalan yang diberdayakan setahun setahun
Keamanan Kesehatan
Pangan Kegiatan :
1. pengadaan obat
perbekalan kesehatan
2. peningkatan pemerataan
obat dan perbekalan
kesehatan
3. pembinaan teknis
manajemen obat bagi
pengelola puskesmas

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 87


Program : Jumlah pasar yang 2 kali 2 kali Dinas
Perlindungan Konsumen diintervensi setahun setahun Perindustrian
dan Pengamanan dan
Perdagangan Perdagangan

Kegiatan :
1. Fasilitasi Penyelesaian
Permasalahan-
permasalahan
Pengaduan Konsumen
2. Peningkatan
Pengawasan Peredaran
Barang dan Jasa
3. Pengawasan Ukuran,
Takaran, Timbangan dan
Perlengkapannya
4. Survey, Monitoring
Penertiban Izin Usaha
5. Sosialisasi Cukai
Tembakau
6. Pengawasan Cukai
Tembakau
7. Sosialisasi Metrologi
Legal

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 88


Program: 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Kesehatan
Pengawasan Obat dan sekali
Makanan
Kegiatan :
1. Peningkatan
pemberdayaan
konsumen/masyarakat
di bidang obat dan
makanan
2. Peningkatan Manajemen
Obat
Program : 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Perikanan
Pemberdayaan sekali & Kelautan
Masyarakat dalam
pengawasan dan
pengendalian
sumberdaya kelautan
Kegiatan :
1. Pembinaan Kelompok
Masyarakat Swakarsa
Pengamanan
Sunberdaya Kelautan
dan Perikanan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 89


Program : 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Perikanan
Peningkatan kesadaran sekali & Kelautan
dan penegakan hukum
dalam pendayagunaan
sumberdaya laut

Kegiatan :
1. Penyuluhan hukum
dalam pendayagunaan
sumberdaya laut
2. Peningkatan
Pengawasan Kelautan
dan Perikanan
Program : 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Perikanan
Peningkatan Kegiatan sekali & Kelautan
Budaya Kelautan dan
Wawasan Maritim kepada
Masyarakat

Kegiatan :
1. Penyuluhan Budaya
Kelautan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 90


Program : 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Perikanan
Pengembangan Sistem sekali & Kelautan
Penyuluhan Perikanan

Kegiatan :
1. Pembinaan Kelompok
dan Pengusahaan
Perikanan
2. Penyediaan Sarana
Penyuluhan Perikanan
4. Perilaku Hidup
Bersih dan
Sehat
Program : 1. Persentase 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Kesehatan
Promosi Kesehatan dan Rumah Tangga sekali
Pemberdayaan Berperilaku
Masyarakat Hidup Bersih dan
sehat
Kegiatan : 2. Persentase Desa
1. Pengembangan media Siaga Aktif
promosi dan informasi
sadar hidup sehat
2. Penyuluhan masyarakat
pola hidup sehat
3. Peningkatan pendidikan
tenaga penyuluh
kesehatan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 91


Program : 1. Persentase Dinas Kesehatan
Pengembangan keluarga
Lingkungan Sehat menghuni rumah
yang memenuhi
Kegiatan : syarat kesehatan
1. Penyuluhan 2. Persentase
menciptakan lingkungan keluarga
sehat menggunakan
2. Sosialisasi kebijakan jamban yang
lingkungan sehat memenuhi syarat
3. Monitoring, evaluasi dan kesehatan
pelaporan 3. Persentase
Keluarga
Menggunakan Air
Bersih
Program : 3 bulan 6 bulan sekali Dinas
Wajib Belajar Pendidikan sekali Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun
Kegiatan :
1. Pembangunan sarana air
bersih dan sanitary
2. Pelatihan kompetensi
siswa berprestasi

5 Kelembagaan
Pangan dan
Gizi

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 92


Program : 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Pertanian
Peningkatan sekali & Peternakan
Kesejahteraan Petani

Kegiatan :
Pelatihan Petani dan Pelaku
Agribisnis

Penguatan Kelembagaan 3 bulan 6 bulan sekali BPMP &KB


Pengarusutamaan Gender sekali
dan Anak
Program:
Penguatan Kelembagaan
Pengarusutamaan Gender
(PUG) dan Anak

Kegiatan:
1. Penyusunan Naskah 1. Jumlah
Akademik Raperda dokumen/kebijaka
Pengarusutamaan n daerah dibidang
Gender dalam penguatan
Pembangunan Daerah. kelembagaan PUG.
2. Advokasi Perencanaan 2. Pembentukan
Penganggaran Sekretariat PPRG
Responsif Gender. Kota Tanjungbalai.

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 93


Program : 3 bulan 6 bulan sekali Dinas Perikanan
Pengembangan sistem sekali & Kelautan
penyuluhan perikanan

Kegiatan :
1. Pembinaan Kelompok
dan Pengusahaan
Perikanan
2. Penyediaan Sarana
Penyuluhan Perikanan
Program : 3 bulan 6 bulan sekali Bappeda
Pengembangan sekali
Data/Informasi
Kegiatan :
Fasilitasi dan Koordinasi Laporan Kegiatan
RAD Pangan dan Gizi Kota Rencana Aksi
Tanjungbalai Daerah Pangan dan
Gizi (RAD PG) Kota
Tanjungbalai

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 94


RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 95
LAMPIRAN RENCANA AKSI

Matriks Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG)


Kota Tanjungbalai Tahun 2016-2020

No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
1. Perbaikan Program : Dinas
Gizi Perbaikan Gizi Kesehatan
Masyarakat Masyarakat
Kegiatan :
1. Penyusunan peta 1. Persentase gizi
informasi buruk yang
masyarakat ditangani
kurang gizi
2. Pemberian 2. Persentase ibu
tambahan hamil
makanan dan mendapatkan Fe
vitamin 3. Persentase ibu
3. Penanggulangan hamil KEK dan
Kurang Energi anemia yang
Protein (KEP), mendapatkan PMT
Anemia Gizi Besi, 4. Persentase anak 5-
Gangguan Akibat 59 bulan yang
kurang Yodium mendapatkan
(GAKY), Kurang Vitamin A
Vitamin A, dan
Kekurangan Zat
Gizi Mikro Lainnya
4. Pemberdayaan
masyarakat untuk
pencapaian
keluarga sadar gizi
5. Penyusunan
Laporan Program
Gizi

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 96


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
Program : 1. Persentase anak 0-
Pencegahan dan 10 bulan yang
Penanggulangan mendapatkan
Penyakit Menular imunisasi dasar
Kegiatan : lengkap
1. Penyemprotan/fog 2. Persentase anak
ging sarang usia sekolah dasar
nyamuk (BIAS) yang
2. Pelayanan mendapatkan
vaksinasi bagi imunisasi
balita dan anak 3. Angka Non Acute
sekolah Flaccid (AFP) pada
3. Pelayanan anak usia<5 Tahun
pencegahan dan per 100.000
penanggulangan penduduk
penyakit menular 4. Persentase desa
4. Pencegahan yang mencapai
penularan Universal Child
penyakit Immunisation
Endemik/Epidemi (UCI)
k
5. Peningkatan
imunisasi Bagi
Calon Jemaah Haji
6. Peningkatan
surveilance
Epidemiologi dan
penanggulangan
wabah
7. Peningkatan
komunikasi,
informasi dan
edukasi (ide)
pencegahan dan
pemberantasan
penyakit

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 97


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
Program :
Upaya Kesehatan
Masyarakat
Kegiatan :
1. Pelayanan
kesehatan
penduduk miskin
di puskesmas
jaringannya
2. Revitalisasi sistem
kesehatan
3. Peningkatan
kesehatan
masyarakat
4. Peningkatan
pelayanan dan
penanggulangan
masalah
kesehatan
5. Penyediaan biaya
operasional dan
pemeliharaan
6. Penyelenggaraan
penyehatan
lingkungan
Program : Meningkatnya
Pemberdayaan Fakir Keterampilan dan
Miskin, Komunitas adanya usaha yang
Adat Terpencil (KAT) dimiliki bagi keluarga
dan Penyandang miskin guna
Masalah mencapai keluarga
Kesejahteraan Sosial mandiri
(PMKS) lainnya
Kegiatan :
1. Pelatihan
keterampilan
berusaha bagi
keluarga miskin
2. Pelatihan
keterampilan bagi
penyandang

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 98


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
masalah
kesejahteraan
sosial
Program : 1. Jumlah
Pelayanan dan sosialisasi yang
Rehabilitasi telah dilakukan
Kesejahteraan Sosial dalam pelayanan
Kegiatan : dan
1. Pelayanan dan perlindungan
perlindungan sosial, hukum
sosial, hukum bagi bagi korban
korban eksploitasi, eksploitasi,
perdagangan perdagangan
perempuan dan perempuan dan
anak anak
2. Pelaksanaan KIE 2. Jumlah
konseling dan pelaksanaan KIE
kampanye sosial konseling dan
bagi penyandang kampanye sosial
masalah bagi penyandang
kesejahteraan masalah
sosial (PMKS) kesejahteraan
3. Pelatihan sosial (PMKS)
keterampilan dan 3. Jumlah
praktek belajar masyarakat yang
kerja bagi anak menerima beras
terlantar raskin/madani
termasuk anak
jalanan, anak
cacat dan anak
nakal
4. Peningkatan
kualitas
pelayanan, sarana
dan prasarana
rehabilitasi
kesejahteraan
sosial bagi PMKS
5. Penyaluran beras
miskin/Madani
kepada

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 99


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
masyarakat
6. Sosialisasi
Peningkatan
Pemahaman
Orangtua Anak
Disabilitas
Pelaksanaan
pemenuhan hak
perempuan
Program :
Peningkatan Kualitas
Hidup dan
Perlindungan
Perempuan
Jumlah pembinaan,
Kegiatan : koodinasi,
1. Monitoring, monitoring dan
Evaluasi dan evaluasi peningkatan
Pelaporan kualitas
hidup/perlindungan
perempuan

Pelaksanaan
pemenuhan hak anak
Program :
Keserasian
Kebijakan
Peningkatan Kualitas
Anak dan Perempuan

Kegiatan : 1. Jumlah
1. Peningkatan sosialisasi dan
kesejahteraan advokasi
perempuan dan peraturan
prestasi anak terkait kebijakan
Kesejahteraan
2. Operasional dan
Komisi Perlindungan
Perlindungan Anak di Kota
Anak Indonesia Tanjungbalai.
Daerah (KPAID) 2. Jumlah

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 100


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
3. Pembinaan dokumen/kebija
Lembaga kan daerah
Pemberdayaan dibidang
Perempuan Lanjut kesejahteraan
Usia yang dan
Berbasis Gender perlindungan
anak tingkat
4. Pembinaan Forum Kota
Anak Tanjungbalai
3. Peningkatan
5. Praktek kemampuan
keterampilan bagi perempuan
ibu-ibu di lanjut usia yang
kecamatan berbasis gender
agar mandiri.
6. Jambore Anak 4. Jumlah Forum
Anak Kota
Tanjungbalai
yang dibentuk
5. Meningkatnya
keterampilan
dan adanya
usaha yang
dimiliki agar
mandiri bagi ibu-
ibu di kecamatan
di Kota
Tanjungbalai.
6. Jumlah
pelaksanaan
Jambore Anak
Pelaksanaan
Pemberdayaan
Keluarga Sejahtera
dan Berencana
Program :
Keluarga Berencana

Kegiatan : 1. Jumlah
1. Pelayanan KIE kerjasama/kemitr
aan dibidang

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 101


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
2. Peningkatan kualitas
Perlindungan Hak kelembagaan
Reproduksi kelangsungan
Individu hidup ibu, anak
dan bayi
3. Pembinaan 2. Kerjasama/kemitr
Keluarga aan tentang
Berencana pencegahan
HIV/AIDS dan
4. Penilaian KB bahaya
Lestari, Keluarga penanggulangan
Harmonis, NAPZA di Provinsi
Kelompok UPPKS, dan Kab/Kota
BKB dan PLKB 3. Jumlah UPPKS
Teladan. yang terbentuk
dan yang
mengikuti
pameran pada hari
keluarga nasional

Program :
Pelayanan
Kontrasepsi

Kegiatan : 1. Jumlah
1. Pelayanan masyarakat yang
pemasangan terlayani
kontrasepsi KB pemasangan
kontrasepsi KB
2. Pelayanan KB 2. Jumlah
medis operasi masyarakat yang
terlayani KB medis
3. Pengadaan alat operasi
kontrasepsi dan 3. Jumlah alat
obat side effect kontrasepsi dan
obat side effect
yang tersedia
sesuai dengan
dokumen
pengadaan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 102


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
2. Peningkatan Program: 1. Produksi dan
Aksesibilitas Peningkatan Produktivitas Padi
Pangan Ketahanan Pangan 2. Produksi dan
(Pertanian/Perkebu Produktivitas
nan) Jagung
Kegiatan : 3. Produksi dan
1. Penyusunan Produktivitas
database potensi Kedelai
produksi pangan
2. Pemantauan dan
Analisis Akses
Pangan
Masyarakat
3. Pengembangan
diversifikasi
tanaman
4. Peningkatan
mutu dan
keamanan
pangan
5. Monitoring,
evaluasi dan
pelaporan

Program : Perbanyakan Benih


Peningkatan Tanaman Pangan
pemasaran hasil
produksi
pertanian/perkebun
an
Kegiatan :
1. Promosi atas
hasil produksi
pertanian/perke
bunan unggulan
daerah
2. Pengolahan
informasi
permintaan
pasar atas hasil
produksi

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 103


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
pertanian/perke
bunan
masyarakat
Program: Nilai Tukar Petani
Peningkatan (NTP)
penerapan teknologi
pertanian/perkebun
an
Kegiatan :
1. Pengadaan sarana
dan prasarana
teknologi
pertanian/perkeb
unan tepat guna
2. Pemeliharaan
rutin/berkala
sarana dan
prasarana
teknologi
pertanian/perkeb
unan tepat guna
Program : Perbanyakan benih
Peningkatan bibit unggul
Produksi pertanian/perkebuna
Pertanian/perkebun n
an
Kegiatan :
1. Pengembangan
bibit unggul
pertanian/perkeb
unan
Program :
Pemberdayaan
penyuluh
pertanian/perkebun
an lapangan
Kegiatan : 1. Jumlah tenaga
1. Peningkatan penyuluh
kapasitas tenaga pertanian/perke
penyuluh bunan yang
pertanian/perkeb mengikuti

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 104


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
unan lembaga
2. Penyuluhan dan pendidikan
pendampingan 2. Jumlah
bagi kelompok
pertanian/perkeb petani/kebun
unan yang mengikuti
bimbingan dan
pelatihan untuk
meningkatkan
keahlian agar
lebih mandiri.
Program :
Pencegahan dan
penanggulangan
penyakit ternak

Kegiatan :
1. Pendataan
masalah
peternakan
2. Pemeliharaan
kesehatan dan
Pencegahan
penyakit menular
ternak
3. Pengawasan
perdagangan
ternak antar
daerah
Program :
Peningkatan
produksi hasil
peternakan

Kegiatan :
1. Pembibitan dan
perawatan ternak
Program :
Peningkatan
produksi peternakan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 105


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
Kegiatan :
1. Penyuluhan
penerapan
teknologi
peternakan tepat
guna
Program :
Pengembangan
perikanan tangkap
Kegiatan :
1. Pendampingan
pada kelompok
nelayan perikanan
tangkap
2. Pengadaan Sarana
Perikanan
Tangkap
3. Pendampingan
Teknis Alat Mesin
Perikanan
Tangkap
Program :
Optimalisasi
pengelolaan dan
pemasaran produksi
perikanan
Kegiatan :
1. Pemberdayaan
Masyarakat
Pengolahan dan
Pemasaran
Produksi
Perikanan

3. Pengawasan Program : Jumlah Komunitas


Mutu dan Obat dan Perbekalan yang diberdayakan
Keamanan Kesehatan
Pangan Kegiatan :
1. pengadaan
obatperbekalan
kesehatan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 106


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
2. peningkatan
pemerataan obat
dan perbekalan
kesehatan
3. pembinaan teknis
manajemen obat
bagi pengelola
puskesmas

Program : Jumlah pasar yang


Perlindungan diintervensi
Konsumen dan
Pengamanan
Perdagangan

Kegiatan :
1. Fasilitasi
Penyelesaian
Permasalahan-
permasalahan
Pengaduan
Konsumen
2. Peningkatan
Pengawasan
Peredaran Barang
dan Jasa
3. Pengawasan
Ukuran, Takaran,
Timbangan dan
Perlengkapannya
4. Survey, Monitoring
Penertiban Izin
Usaha
5. Sosialisasi Cukai
Tembakau
6. Pengawasan Cukai
Tembakau
7. Sosialisasi
Metrologi Legal

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 107


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
Program:
Pengawasan Obat
dan Makanan
Kegiatan :
1. Peningkatan
pemberdayaan
konsumen/masyar
akat di bidang obat
dan makanan
2. Peningkatan
Manajemen Obat
Program :
Pemberdayaan
Masyarakat dalam
pengawasan dan
pengendalian
sumberdaya
kelautan
Kegiatan :
1. Pembinaan
Kelompok
Masyarakat
Swakarsa
Pengamanan
Sunberdaya
Kelautan dan
Perikanan
Program :
Peningkatan
kesadaran dan
penegakan hukum
dalam
pendayagunaan
sumberdaya laut

Kegiatan :
1. Penyuluhan
hukum dalam
pendayagunaan
sumberdaya laut
2. Peningkatan

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 108


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
Pengawasan
Kelautan dan
Perikanan
Program :
Peningkatan
Kegiatan Budaya
Kelautan dan
Wawasan Maritim
kepada Masyarakat

Kegiatan :
1. Penyuluhan
Budaya Kelautan
Program :
Pengembangan
Sistem Penyuluhan
Perikanan

Kegiatan :
1. Pembinaan
Kelompok dan
Pengusahaan
Perikanan
2. Penyediaan Sarana
Penyuluhan
Perikanan
4. Perilaku Program : 1. Persentase
Hidup Bersih Promosi Kesehatan Rumah Tangga
dan Sehat dan Pemberdayaan Berperilaku
Masyarakat Hidup Bersih
dan sehat
Kegiatan : 2. Persentase Desa
1. Pengembangan Siaga Aktif
media promosi
dan informasi
sadar hidup sehat
2. Penyuluhan
masyarakat pola
hidup sehat
3. Peningkatan
pendidikan tenaga

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 109


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
penyuluh
kesehatan
Program : 1. Persentase
Pengembangan keluarga
Lingkungan Sehat menghuni
rumah yang
Kegiatan : memenuhi
1. Penyuluhan syarat kesehatan
menciptakan 2. Persentase
lingkungan sehat keluarga
2. Sosialisasi menggunakan
kebijakan jamban yang
lingkungan sehat memenuhi
3. Monitoring, syarat kesehatan
evaluasi dan 3. Persentase
pelaporan Keluarga
Menggunakan
Air Bersih
Program :
Wajib Belajar
Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun
Kegiatan :
1. Pembangunan
sarana air bersih
dan sanitary
2. Pelatihan
kompetensi siswa
berprestasi

5 Kelembagaan Program : Dinas


Pangan dan Peningkatan Pangan &
Gizi Kesejahteraan Petani Pertanian

Kegiatan :
Pelatihan Petani dan
Pelaku Agribisnis
Penguatan Dinas PM,
Kelembagaan P & KB
Pengarusutamaan
Gender dan Anak

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 110


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi
Program:
Penguatan
Kelembagaan
Pengarusutamaan
Gender (PUG) dan
Anak 1. Jumlah
dokumen/kebija
Kegiatan: kan daerah
1. Penyusunan dibidang
Naskah Akademik penguatan
Raperda kelembagaan
Pengarusutamaan PUG.
Gender dalam 2. Pembentukan
Pembangunan Sekretariat
Daerah. PPRG Kota
2. Advokasi Tanjungbalai.
Perencanaan
Penganggaran
Responsif Gender.
Program :
Pengembangan
sistem penyuluhan
perikanan

Kegiatan :
1. Pembinaan
Kelompok dan
Pengusahaan
Perikanan
2. Penyediaan Sarana
Penyuluhan
Perikanan
Program : Bappeda
Pengembangan
Data/Informasi 1 1 1
Kegiatan : Dokum Doku Doku
Fasilitasi dan Laporan Kegiatan - - en men men
Koordinasi RAD Rencana Aksi Daerah
Pangan dan Gizi Kota Pangan dan Gizi
Tanjungbalai (RAD PG) Kota
Tanjungbalai

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 111


No Pilar Program/Kegiatan Indikator Target Pencapaian Indikator Indikasi Anggaran (Juta Rp.) SKPD/
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Instansi

RAD Pangan Gizi Kota Tanjungbalai, 2015-2019 112

Anda mungkin juga menyukai