Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TINEA CORPORIS

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT


BAYANGKHARA MEDAN

DISUSUN OLEH

EFRIMANTO

123307034

PEMBIMBING

dr. Nita Andrini, Sp. KK

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi...................................................................................................................................2

Pendahuluan.............................................................................................................................3

Defenisi......................................................................................................................................4

Etiologi......................................................................................................................................4

Epidemiologi.............................................................................................................................4

Klasifikasi Ekologi...................................................................................................................4

Patogenesa.................................................................................................................................5

Gambaran Klinis......................................................................................................................5

Pemeriksaan Lab......................................................................................................................5

Diagnosa....................................................................................................................................5

Diagnosa Banding.....................................................................................................................7

Pengobatan................................................................................................................................7

Prognosis...................................................................................................................................9

Daftar Pustaka........................................................................................................................10

2
PENDAHULUAN

Tinea Corporis atau kurap tubuh adalah infeksi jamur yang bisa menimbulkan ruam
melingkar kemerahan atau keperakan pada kulit. Penyakit kulit ini bisa muncul di seluruh
bagian tubuh, namun umumnya muncul pada lengan dan kaki. Biasanya, tinea corporis lebih
mudah menyebar di daerah beriklim hangat dan lembap.

Tinea corporis memang bukan penyakit kulit serius dan mudah diobati, namun kondisi ini
mudah sekali menyebar dan menular. Beberapa binatang, seperti anjing dan kucing, bisa
menyebarkan jamur tinea corporis pada manusia jika terjadi kontak fisik.

Tinea corporis memiliki beberapa gejala antara lain seperti munculnya ruam, kulit bersisik,
terasa gatal dan muncul luka melepuh berisi nanah.

3
Definisi

Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit yang tidak berambut (glabrous skin)
kecuali telapak tangan, telapak kaki, dan lipat paha (Verma dan Heffernan,2008).
Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu
Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat lebih dari 40 spesies dermatofita
yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang disebabkan jamur
golongan dermatofita adalah tinea korporis.

Etiologi

Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu
Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat lebih dari 40 spesies dermatofita
yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang disebabkan jamur
golongan dermatofita adalah tinea korporis (Verma dan Heffernan,2008).

Epidemiologi

Prevalensi infeksi jamur superfisial di seluruh dunia diperkirakan menyerang 20-25%


populasi dunia dan merupakan salah satu bentuk infeksi kulit tersering (Rezvani dan
Sefidgar,2010). Penyakit ini tersebar di seluruh dunia yang dapat menyerang semua ras dan
kelompok umur sehingga infeksi jamur superfisial ini relatif sering terkena pada negara tropis
(iklim panas dan kelembaban yang tinggi) dan sering terjadi eksaserbasi (Havlickova et
al,2008). Penyebab tinea korporis berbeda-beda di setiap negara, seperti di Amerika Serikat
penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, Trycophyton mentagrophytes,
Microsporumcanis dan Trycophytontonsurans. Di Afrika penyebab tersering tinea korporis
adalah Tricophyton rubrum dan Tricophyton mentagrophytes, sedangkan di Eropa penyebab
terseringnya adalah Tricophyton rubrum, sementara di Asia penyebab terseringnya adalah
Tricophyton rubrum, Tricophyton mentagropytes dan Tricophyton violaceum (Verma dan
Heffernan,2008). Dilaporkan penyebab dermatofitosis yang dapat dibiakkan di Jakarta adalah

4
T. rubrum 57,6%, E. floccosum 17,5%, M. canis 9,2%, T.mentagrophytes var. granulare
9,0%, M. gypseum 3,2%, T. concentricum 0,5% (Made,2001). Di RSU Adam malik/Dokter
Pirngadi Medan spesies jamur penyebab adalah dermatofita yaitu: T.rubrum 43%,
E.floccosum 12,1%, T.mentagrophytes 4,4%, dan M.canis 2%,serta nondermatofita 18,5%,
ragi 19,1 %.

Klasifikasi Ekologi

Menurut Arnold et al (1990) berdasarkan pada pejamunya, jamur penyebab dermatofita


diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, dimana pembagian ini juga mempengaruhi cara
penularan penyakit akibat dermatofita ini. Pengelompokannya yaitu:
• Geofilik yaitu transmisi dari tanah ke manusia
• Zoofilik yaitu transmisi dari hewan ke manusia, contoh
Trycophyton simii (monyet), Trycophyton mentagrophytes (tikus),
Microsporum canis (kucing), Trycophyton equinum (kuda) dan
Microsporum nannum (babi).
• Antrofilik yaitu transmisi dari manusia ke manusia.

Patogenesa

Elemen kecil dari jamur disebut hifa, berupa benang-benang filament terdiri dari sel-sel
yang mempunyai dinding. Dinding sel jamur merupakan karakteristik utama yang
membedakan jamur, karena banyak mengandung substrat nitrogen disebut dengan chitin.
Struktur bagian dalam (organela) terdiri dari nukleus, mitokondria, ribosom, retikulum
endoplasma, lisosom, apparatus golgi dan sentriol dengan fungsi dan peranannya masing-
masing. Benang-benang hifa bila bercabang dan membentuk anyaman disebut miselium
(Ryan,2004). Dermatofita berkembang biak dengan cara fragmentasi atau membentuk spora,
baik seksual maupun aseksual. Spora adalah suatu alat reproduksi yang dibentuk hifa,
besarnya antara 1-3µ, biasanya bentuknya bulat, segi empat, kerucut atau lonjong. Spora
dalam pertumbuhannya makin lama makin besar dan memanjang membentuk hifa. terdapat 2
macam spora yaitu spora seksual (gabungan dari dua hifa) dan spora aseksual (dibentuk oleh
hifa tanpa penggabungan) (Hay dan Moore,2004). Infeksi Dermatofita diawali dengan
perlekatan jamur atau elemen jamur yang dapat tumbuh dan berkembang pada stratum
korneum. Pada saat perlekatan, jamur dermatofita harus tahan terhadap rintangan seperti sinar
ultraviolet, variasi temperatur dan kelembaban, kompetensi dengan flora normal, spingosin
dan asam lemak. Kerusakan stratum korneum, tempat yang tertutup dan maserasi
memudahkan masuknya jamur ke epidermis (Verma dan Heffernan,2008). Masuknya
dermatofita ke epidermis menyebabkan respon imun pejamu baik respon imun nonspesifik
maupun respon imun spesifik. Respon imun nonspesifik merupakan pertahanan lini pertama
melawan infeksi jamur. Mekanisme ini dapat dipengaruhi faktor umum, seperti gizi, keadaan
hormonal, usia, dan faktor khusus seperti penghalang mekanik dari kulit dan mukosa, sekresi
permukaan dan respons radang. Respons radang merupakan mekanisme pertahanan
nonspesifik terpenting yang dirangsang oleh penetrasi elemen jamur. Terdapat 2 unsur reaksi
radang, yaitu pertama produksi sejumlah komponen kimia yang larut dan bersifat toksik

5
terhadap invasi organisme. Komponen kimia ini antara lain ialah
lisozim,sitokin,interferon,komplemen, dan protein fase akut. Unsur kedua merupakan elemen
seluler,seperti netrofil, dan makrofag, dengan fungsi utama fagositosis, mencerna, dan
merusak partikel asing. Makrofag juga terlibat dalam respons imun yang spesifik. Selsel lain
yang termasuk respons radang nonspesifik ialah basophil, sel mast, eosinophil, trombosit dan
sel NK (natural killer). Neutrofil mempunyai peranan utama dalam pertahanan melawan
infeksi jamur (Cholis,2001). Imunitas spesifik membentuk lini kedua pertahanan melawan
jamur setelah jamur mengalahkan pertahanan nonspesifik. Limfosit T dan limfosit B
merupakan sel yang berperan penting pada pertahanan tubuh spesifik. Sel-sel ini mempunyai
mekanisme termasuk pengenalan dan mengingat organism asing, sehingga terjadi amplifikasi
dari kerja dan kemampuannya untuk merspons secara cepat terhadap adanya presentasi
dengan memproduksi antibodi, sedangkan limfosit T berperan dalam respons seluler terhadap
infeksi. Imunitas seluler sangat penting pada infeksi jamur. Kedua mekanisme ini dicetuskan
oleh adanya kontak antara limfosit dengan antigen.

Gambaran Klinis

Gambaran klinis dimulai dengan lesi bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif dengan
perkembangan kearah luar, bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya memberi gambaran
yang polisiklik,arsinar,dan sirsinar. Pada bagian pinggir ditemukan lesi yang aktif yang
ditandai dengan eritema, adanya papul atau vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif
lebih tenang. Tinea korporis yang menahun, tandatanda aktif menjadi hilang dan selanjutnya
hanya meninggalkan daerah hiperpigmentasi saja (Verma dan Heffernan,2008). Gejala
subyektif yaitu gatal, dan terutama jika berkeringat dan kadang-kadang terlihat erosi dan
krusta akibat garukan (Fransisca,2000). Tinea korporis biasanya terjadi setelah kontak dengan
individu atau dengan binatang piaraan yang terinfeksi, tetapi kadang terjadi karena kontak
dengan mamalia liar atau tanah yang terkontaminasi. Penyebaran juga mungkin terjadi
melalui benda misalnya pakaian, perabot dan sebagainya (M.Goedadi dan H.Suwito,2001).

Pemeriksaan Laboratorium

Selain dari gejala khas tinea korporis, diagnosis harus dibantu dengan pemeriksaan
laboratorium antara lain pemeriksaan mikroskopis, kultur, pemeriksaan lampu wood, biopsi
dan histopatologi, pemeriksaan serologi, dan pemeriksaan dengan menggunakan PCR (Hay
dan Moore,2004). Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan membuat preparat langsung
dari kerokan kulit, kemudian sediaan dituangi larutan KOH 10%. Sesudah 15 menit atau
sesudah dipanaskan dengan api kecil, dilihat di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini
memberikan hasil positif hifa ditemukan hifa (benang-benang) yang bersepta atau bercabang,
selain itu tampak juga spora berupa bola kecil sebesar 1-3µ (Hay dan Moore,2004). Kultur
dilakukan dalam media agar sabaroud pada suhu kamar (25- 30⁰C),kemudian satu minggu
dilihat dan dinilai apakah ada pertumbuhan jamur. Spesies jamur dapat ditentukan melalui
bentuk koloni, bentuk hifa dan bentuk spora (Hay dan Moore,2004). Pemeriksaan lampu
wood adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang
365 nm. Sinar ini tidak dapat dilihat. Bila sinar ini diarahkan ke kulit yang mengalami infeksi
oleh jamur dermatofita tertentu, sinar ini akan berubah menjadi dapat dilihat dengan memberi

6
warna (fluoresensi). Beberapa jamur yang memberikan fluoresensi yaitu M.canis,
M.audouini, M.ferrugineum dan T.schoenleinii. (Hay dan Moore2004).

Diagnosa

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium yaitu


mikroskopis langsung dan kultur (Verma dan Hefferman, 2008).

Diagnosa Banding

Ada beberapa diagnosis banding tinea korporis, antara lain eritema anulare
sentrifugum, eksema numular, granuloma anulare, psoriasis, dermatitis seboroik, pitiriasis
rosea, liken planus dan dermatitis kontak (Verma dan Heffernan,2008).

Pengobatan

Pengobatan infeksi jamur dibedakan menjadi pengobatan non medikamentosa dan


pengobatan medikamentosa.

Non Medikamentosa

Menurut Badan POM RI (2011), dikatakan bahwa penatalaksanaan non medikamentosa


adalah sebagai berikut:

a) Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang terkena infeksi atau
bagian yang terinfeksi dikeringkan terakhir untuk mencegah penyebaran infeksi ke
bagian tubuh lainnya.
b) Jangan mengunakan handuk, baju, atau benda lainnya secara bergantian dengan orang
yang terinfeksi.
c) Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air panas untuk mencegah
penyebaran jamur tersebut.
d. Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk menghilangkan sisa-
sisa kotoran agar jamur tidak mudah tumbuh.
d) Jika memungkinkan hindari penggunaan baju dan sepatu yang dapat menyebabkan
kulit selalu basah seperti bahan wool dan bahan sintetis yang dapat menghambat
sirkulasi udara.
e) Sebelum menggunakan sepatu, sebaiknya dilap terlebih dahulu dan bersihkan debu-
debu yang menempel pada sepatu.
f) Hindari kontak langsung dengan orang yang mengalami infeksi jamur. Gunakan
sandal yang terbuat dari bahan kayu dan karet

7
Medikamentosa

Pengobatan tinea korporis terdiri dari pengobatan lokal dan pengobatan sistemik. Pada
tinea korporis dengan lesi terbatas,cukup diberikan obat topikal. Lama pengobatan bervariasi
antara 1-4 minggu bergantung jenis obat. Obat oral atau kombinasi obat oral dan topikal
diperlukan pada lesi yang luas atau kronik rekurens. Anti jamur topikal yang dapat diberikan
yaitu derivate imidazole, toksiklat, haloprogin dan tolnaftat. Pengobatan lokal infeksi jamur
pada lesi yang meradang disertai vesikel dan eksudat terlebih dahulu dilakukan dengan
kompres basah secara terbuka (Vermam dan Heffernan,2008). Pada keadaan inflamasi
menonjol dan rasa gatal berat, kombinasi antijamur dengan kortikosteroid jangka pendek
akan mempercepat perbaikan klinis dan mengurangi keluhan pasien (Verma dan
Heffernan,2008).

1. Pengobatan Topikal

Pengobatan topikal merupakan pilihan utama. Efektivitas obat topikal dipengaruhi oleh
mekanisme kerja,viskositas, hidrofobisitas dan asiditas formulasi obat tersebut. Selain obat-
obat klasik, obatobat derivate imidazole dan alilamin dapat digunakan untuk mengatasi
masalah tinea korporis ini. Efektivitas obat yang
termasuk golongan imidaol kurang lebih sama. Pemberian obat dianjurkan selama 3-4
minggu atau sampai hasil kultur negative. Selanjutnya dianjurkan juga untuk meneruskan
pengobatan selama 7-10 hari setelah penyembuhan klinis dan mikologis dengan maksud
mengurangi kekambuhan (Verma dan Heffernan,2008).
2. Pengobatan Sistemik

Menurut Verma dan Heffernan (2008), pengobatan sistemik yang dapat diberikan pada
tinea korporis adalah:
• Griseofulvin Griseofulvin merupakan obat sistemik pilihan pertama. Dosis untuk anak-anak
15-20 mg/kgBB/hari, sedangkan dewasa 500-1000 mg/hari
• Ketokonazol Ketokonazol digunakan untuk mengobati tinea korporis yang resisten terhadap
griseofulvin atau terapi topikal. Dosisnya adalah 200 mg/hari selama 3 minggu.
• Obat-obat yang relative baru seperti itrakonazol serta terbinafin dikatakan cukup
memuaskan untuk pengobatan tinea korporis.

Prognosis

Prediktor-prediktor yang mempengaruhi prognosis diantaraya faktor : usia, sistem


kekebalan tubuh, dan perilaku keseharian penderita. Tinea korporis merupakan salah satu
penyakit kulit yang menular dan bisa mengenai anggota keluarga lain yang tinggal satu

8
rumah dengan penderita.5 Anak-anak dan remaja muda paling rentan ditularkan tinea
korporis. Disarankan untuk lebih teliti dalam memilih bahan pakaian yang tidak terlalu ketat,
tidak berbahan panas dan bahan pakaian yang tidak menyerap keringat. Penularan juga
dipermudah melalui binatang yang dipelihara dalam rumah penderita tinea korporis.

Faktor usia juga dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Semakin bertambahnya
usia, maka sistem kekebalan tubuh pun akan menurun, jadi lebih beresiko dan mudah tertular
suatu penyakit, termasuk tinea korporis.8 Perkembangan penyakit tinea korporis dipengaruhi
oleh bentuk klinik dan penyebab penyakitnya, disamping faktor-faktor yang memperberat
atau memperingan penyakitnya. Apabila faktor-faktor yang memperberat penyakit dapat
dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna. Tinea korporis mempunyai
prognosa baik dengan pengobatan yang adekuat dan kelembaban dan kebersihan kulit yang
selalu dijaga.

9
Daftar Pustaka

1. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Badan Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia 2010.
2. Repository USU /
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41454/4/Chapter%2520II.pdf+&cd=1&hl=id
&ct=clnk]
3. Alodokter.com/TineaCorporis

10

Anda mungkin juga menyukai