Anda di halaman 1dari 4

I.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan
lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan pada otitis media adalah untuk
mengobati gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari perforasi membran
timpani, dan memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik serta menghindari komplikasi
intrakranial dan ekstrakranial yang mungkin terjadi (Djaafar, 2007).
Pada stadium oklusi, tujuanterapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius.
Diberikan obat teteshidung HCI efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak <12 thn
dan HClefedrin l% dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur >12 thn ataudewasa.
selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik (Djaafar, 2007).
Pada stadium hiperemis, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila
membran timpani sudah hiperemi difus sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang
diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jikaterdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi
dengan asam klavunalat atausefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar
konsentrasinyaadekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada
anakdiberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 rng/KgBB/hari
ataueritromisin 4x40 mg/kgBB/hari. pengobatan stadium supurasi selain antibiotik. pasien
harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu
analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang (Djaafar, 2007).
Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O23% selama 3-5 hari serta antibiotik
yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi menutup kembali dalam waktu 7-10
hari (Djaafar, 2007).
Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada
lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak
sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Keadaan ini dapat
disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa telingah tengah. Pada keadaan demikian,
antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu (Djaafar, 2007).
Terapi Bedah
Miringotomi
Miringotomi adalah tindakan insisi pada membran timpani untuk drainase cairan dari
telinga tengah atau untuk mengambil biakan.Prosedur ini dilakukan di bawah mikroskop
operasi dengan anestesi lokal atau umum. Dibuat suatu insisi lurus melengkung 2 mm
dari tepi membrane timpani, dimulai dari bawah dan dilanjutka ke atas depan atau
belakang. Insisi dibuat pada kuadran anteroinferior atau posteroinferior untuk
menghindari trauma pada rangkaian osikula.Secara teknis lebih mudah membuat insisi
pada kuadran posteroinferior, da daerah ini kurang peka.Pisau tidak boleh dimasukkan
lebih dari 2 mm guna mencegah terkenanya dinding medial telinga tengah, yang dapat
menimbulka nyeri dan pendarahan.Lebih jauh, dapat pula terbentuk celah atau tonjolan
vena jugularis ke dalam basis telinga tengah.Terputusnya rangkaian osikula dapat
dihindari dengan melakukan insisi pada kaudran inferior. Kerusakan fenestra rotundum
dihindari dengan insisi haya melalui membrane timpani dan membatasi kedalaman insisi
(Adams et al, 1997).
Disebabkan insisi biasanya sembuh dengan cepat (dalam 24-48 jam), prosedur ini
sering diikuti dengan pemasangan tabung timpanostomi untuk ventilasi ruang telinga
tengah. Indikasi untuk miringotomi adalah terdapatnya komplikasi supuratif, otalgia
berat, gagal dengan terapi antibiotik, pasien imunokompromis, neonatus, dan pasien yang
dirawat di unit perawatan intensif (Belmont, 2004)

Miringotomi (insisi radial).


Tabung timpanostomi
Djaafar ZA. 2007. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku
ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI.
Adams LG, Boies RL, Higler AP. 1997. BOIES: Buku Ajar Penyakit THT. Edisi keenam.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Belmont MJ. 2004. Myringotomy and tympanocentesis. Dalam: Alper CM, Bluestone CD,
Caselbrant ML, Dohar JE, Mandel EM, editors. Advanced therapy of otitis media.
Ontario:BC Decker Inc; p.58-62.

Anda mungkin juga menyukai