Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makhluk hidup memiliki ciri di antaranya dapat berkembang biak, begitu
juga dengan manusia. Manusia hanya mengalami reproduksi secara kawin
(seksual/generatif). Laki-laki dan perempuan memiliki sistem reproduksi yang
berbeda sesuai dengan fungsinya.
Proses reproduksi pada manusia membutuhkan sperma dan ovum. Sperma
merupakan sel kelamin manusia yang dihasilkan oleh laki-laki.Adapun Ovum
merupakan sel kelamin manusia yang dihasilkan oleh perempuan.
Organ reproduksi laki-laki terdiri atas testis, saluran pengeluaran, dan
penis. Testis berfungsi sebagai penghasil sperma. Proses pembentukan sperma
disebut spermatogenesis. Testis berjumlah sepasang dan terletak pada kantong
yang disebut skortum.
Saluran pengeluaran terdiri atas epididimis, vas deferens, dan uretra.
Epididimis merupakan saluran yang berkelak-kelok, tempat pematangan dan
penyimpanan sementara sperma.
Dari epididimis, sperma mengalir menuju penis melalui vas deferens dan
uretra. Penis merupakan alat kelamin luar pada laki-laki. Penis berfungsi untuk
memasukkan sperma pada saluran kelamin wanita. Penis juga merupakan muara
dari saluran kencing.
Organ reproduksi pada wanita terdiri atas ovarium, tuba Fallopi, uterus
dan vagina. Ovarium terletak di bawah perut, dan berfungsi sebagai tempat
produksi ovum (Sel Telur). Tuba Fallopi (saluran telur atau oviduk) berbentuk
seperti pipa dan ujungnya berbentuk corong dengan rumbai-rumbai. Rumbai ini
berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepaskan ovarium. Uterus atau rahim
merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya janin. Vagina merupakan tempat
keluarnya bayi saat dilahirkan.

1
Proses reproduksi pada manusia diawali dengan pembentukan sel kelamin
pada laki-laki dan perempuan. Pembentukan sel kelamin pada laki-laki (sperma)
disebut spermatogenesis.
Peristiwa pelepasan ovum dari ovarium disebut ovulasi. Saat ovum tidak
dibuahi, ovum akan mati dan terjadi menstruasi. Siklus menstruasi pada
perempuan umumnya memiliki jarak 28 hari. Pembentukan ovum pada wanita
terjadi pada umur antara sekitar 13 sampai 45 tahun.
Proses kehamilan akan terjadi jika ovum dibuahi oleh sperma. Peristiwa
pembuahan ovum oleh sperma disebut fertilisasi. Fertilisasi terjadi pada tuba
Fallopi. Sel telur yang telah dibuahi disebut zigot. Zigot bergerak menuju rahim.
Dalam perjalanannya menuju rahim, zigot membelah berulang kali membentuk
embrio. Selanjutnya, embrio akan menempel pada dinding rahim. Embrio akan
tumbuh dan berkembang di dalam rahim membentuk janin. Janin akan keluar
sebagai bayi setelah sekitar 9 bulan berada di dalam rahim.
Penyakit pada sistem reproduksi biasa disebabkan oleh jamur, bakteri atau
virus. Bakteri dapat menyebabkan beberapa gangguan pada organ reproduksi
terutama organ reproduksi pada wanita. Keputihan dengan warna hijau dan bau
merupakan salah satu gangguan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri juga dapat
menyebabkan gangguan lebih lanjut berupa kista bahkan hingga menimbulkan
kanker rahim.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang klasifikasi Sistem Reproduksi
2. Untuk mengetahui tentang prioritas masalah Sistem Reproduksi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Kasus Sistem Reproduksi

Manajemen kasus Sistem reproduksi adalah tidak bertujuan untuk survival


individu, tetapi diperlukan untuk survival species dan berdampak pada kehidupan
seseorang. Hanya melalui sistem reproduksi, blueprint genetik kompleks setiap
spesies dapat bertahan di dunia ini. Meskipun sistem reproduksi tidak
berkontribusi pada homeostasis dan tidak penting untuk bertahan hidup seseorang
seperti halnya sistem kardiovaskuler, tetapi ia berperan penting dalam kehidupan
seseorang. Sebagai contoh: pasangan suami istri yang baru menikah, umumnya
sering ditanya apakah sudah mendapatkan anak. Dengan demikian berarti sistem
reproduksi berpengaruh terhadap perilaku psikososial seseorang secara signifikan.
Fungsi reproduksi juga berdampak pada masyarakat. Organisasi kemasyarakatan
membentuk unit yang membentuk lingkungan yang stabil dan kondusif untuk
kehidupan spesies. Permasalahan yang dapat terjadi antara lain ledakan populasi
yang perlu mendapatkan perhatian sehubungan dengan keterbatasan dunia ini
dalam menampung dan memfasililtasi makhluk hidup. Oleh karena itu, diperlukan
pembatasan atau kontrol sistem reproduksi.

Kemampuan reproduksi tergantung pada hubungan antara hypothalamus,


hipofisis bagian anterior, organ reproduksi, dan sel target hormon. Proses biologis
dasar termasuk prilaku seksual sangat dipengaruhi oleh faktor emosi dan
sossiokultural masyarakat. Di sini, yang akan difokuskan adalah fungsi dasar
seksual sistem reproduksi di bawah kontrol syaraf dan hormon. Sistem reproduksi
meliputi kelenjar (gonad) dan saluran reproduksi. Organ reproduksi primer atau
gonad terdiri dari sepasang testes pada pria dan sepasang ovarium pada wanita.
Gonad yang matur berfungsi menghasilkan gamet (gametogenesis) dan
menghasilkan hormon seks, khususnya testosteron pada pria dan estrogen &
progesteron pada wanita. Setelah gamet diproduksi oleh gonad, ia akan melalui

3
saluran reproduksi (sistem duktus). Pada wanita juga terdapat payudara yang
termasuk organ pelengkap reproduksi. Bagian eksternal sistem reproduksi sering
juga disebut genitalia eksternal.

Karakteristik seksual sekunder tidak secara langsung termasuk dalam sistem


reproduksi, tetapi merupakan karakteristik eksternal yang membedakan pria dan
wanita, seperti konfigurasi tubuh dan distribusi rambut. Sebagai contoh, pada
manusia, pria memiliki bahu yang lebih lebar daripada wanita, sedangkan wanita
memiliki pinggul yang besar dan pria memiliki jenggot, sedangkan wanita tidak.
Testosteron pada pria dan estrogen pada wanita bertanggung jawab untuk
perkembangan karakteristik ini. Pertumbuhan rambut tidak termasuk karakteristik
seksual sekunder, karena tidak terlalu berbeda antara pria dan wanita.

B. Klasifikasi Kasus Sistem Reproduksi


1. Gangguan Sistem Reproduksi Pria
Testosteron merupakan hormon pada pria dan estrogen merupakan hormon
pada wanita, namun ditemukan sejumlah kecil estrogen yang dihasilkan oleh
korteks adrenal. Sejumlah kecil testosteron dikonversi menjadi estrogen di testes
oleh enzim aromatase, yang terdistribusi dalam saluran reproduksi. Estrogen juga
berada pada jaringan adiposa. Reseptor estrogen diidentifikasi berada di testes,
prostat, tulang, dan bagian lain pada pria. Penelitian terbaru membuktikan bahwa
estrogen berperan penting dalam spermatogenesis, berkontribusi pada seksualitas
normal, dan homeostasis tulang. Mekanisme kerja estrogen belum banyak
terungkap. Demikian juga pada wanita, terdapat hormon DHEA (androgen lemah)
yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Selain itu, sejumlah kecil testosteron
dihasilkan pada ovarium wanita.
Prostaglandin pertama kali diidentifikasi berada di semen. Produksi dan
aktifitasnya tidak hanya terdapat di sistem reproduksi. Protaglandin berbentuk
derivat 20 karbon asam lemak. Mereka dihasilkan pada semua jaringan dari asam
arakhidonat, suatu asam lemak bagian phospholipid dalam membran plasma.

4
Derivat asam arakhidonat yang lain yang termasuk kategori prostaglandin antara
lain: prostacyclins, thromboxanes, dan leukotriens. Prostaglandin didesain
membentuk 3 kelompok: PGA, PGE, dan PGF dengan struktur yang bervariasi
pada cincin 5 karbon pada bagian akhir. Pada sistem reproduksi, prostaglandin
berfungsi untuk meningkatkan trasnsport sperma dengan aktifitasnya pada otot
polos saluran reproduksi pria dan wanita, berperan pada menstruasi, ovulasi,
berkontribusi pada persiapan bagian plasenta ibu, dan berkontribusi pada saat
melahirkan (partus)
1. Prostatitis
Prostatitis adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
peradangan (-itis) prostate.
Hipertropi prostat adalah pertumbuhan yang progresif dan kelenjar prostat
sebagai akibat dan proses penuaan pembesaran prostat ini dapat mengakibatkan
obstruksi saluran kemih (Thomson, 1993: 1997).
Prostatitis adalah infeksi dari prostate yang seringkali disebabkan oleh
beberapa dari bakteri-bakteri yang menyebabkan infeksi-infeksi kantong kemih.
Ini termasuk E. coli, Klebsiella, dan Proteus.
Penyebab secara pasti pada hipertropi prostat benigna belum jelas tetapi
ada dugaan oleh faktor penuaan atau bertambahnya usia (> 50 tahun) akan terjadi
perubahan keseimbangan testosteron karena produksi testosteron menurun dan
terjadi konveksi testosteron menjadi esterogen pada jaringan adipose di perifer.
a. Gejala-Gejala Dari Prostatitis
1) Kesulitan-kesulitan dengan ejakulasi.
2) Disfungsi ereksi.
3) Biasanya ada urgensi.
4) Frekwensi dari membuang air kecil.
5) Dysuria (kencing yang menyakitkan atau sulit).
6) Demam.
2. Epididimitis

5
Epididimitis adalah suatu kondisi medis yang dalam hal ini terdapat
peradangan pada epididimis (suatu struktur melengkung di bagian belakang testis
tempat penyimpanan sperma yang sudah dewasa.
Penyebab dari Epididimitis
Penyebab paling umum epididimitis adalah infeksi. Pada pria yang aktif
secara seksual (sering berganti-ganti pasangan seksual), Chlamydia trachomatis
adalah mikroba penyebab yang paling sering, diikuti oleh E. coli dan Neisseria
gonorrhoeae.
Tanda dan gejala dari Epididymitis
a. Epididimitis biasanya menimbulkan rasa sakit yang menyerang secara
bertahap seperti nyeri pada testis atau epididimis.
· Testis mungkin menjadi hangat dan / atau merah.
b. Darah di dalam air mani (hemospermia)
c. Demam
d. Ejakulasi yang menyakitkan
e. Nyeri pada testis
f. Nyeri saat buang air kecil (disuria)
g. Sebuah benjolan atau gumpalan di testis
3. Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah kondisi pada pria dimana testis tidak dapat
memproduksi hormon testosteron yang memadai. Hipogonadisme bisa dialami
sejak janin berkembang di perut, sebelum masa puber, atau saat dewasa.
Hipogonadisme dibagi menjadi dua jenis, yaitu hipogonadisme primer dan
hipogonadisme sekunder. Pada hipogonadisme primer testis mengalami kelainan,
kadar testoteron rendah disertai meningkatnya hormon gonadotropik. Kondisi ini
disebut dengan hipogonadotropik-hipogonadisme.
Sementara pada hipogonadisme sekunder, kelenjar hipofisis di otak yang
mengalami gangguan. Pada kasus ini kadar hormon testosteron dan hormon
gonadotropik berada pada tingkat yang rendah. Kondisi ini disebut
hipogonadisme-hipogonadotropik.
Penyebab Hipogonadisme

6
a. Infeksi pada testis
b. Trauma pada testis akibat dikebiri atau kecelakaan
c. Sindrom Klinefelter
d. Pengobatan kanker
e. Radang buah zakar
f. Hemokromatosis
g. Sindrom Kallman
h. HIV/AIDS
i. Penuaan
j. Obesitas
k. Tumor
Tanda dan gejala dari Hipogonadisme
Hipogonadisme yang terjadi selama perkembangan janin
a. Pada pria alat kelaminnya berbentuk kurang sempurna.
b. Alat kelamin tidak jelas antara wanita atau pria.
c. Suara kurang mendalam
d. Massa otot menurun
e. Pertumbuhan penis dan testikel terganggu
a. Mandul
b. Disfungsi ereksi
c. Kelelahan
d. Penurunan gairah seksual
4. Impotensi
Impotensi adalah suatu gangguan seksual yang ditandai dengan gejala
ketidakmampuan penderita dalam mempertahankan tingkat ereksi penis untuk
berlangsungnya hubungan sex suami istri. Pria impotensi tidak dapat
mempertahankan penis dari awal kegiatan hubungan seks suami istri sampai
selesai.
Tingkat impotensi sangat bervariasi mulai dari ringan sampai berat,
dikalangan medis lebih dikenal dengan Disfungsi Ereksi (DE), sedangkan

7
impotensi adalah tingkat gangguan yang sangat berat, artinya hampir tak
mempunyai kemampuan sama sekali untuk ereksi.
Penyebab Impotensi

2. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi wanita lebih kompleks dibandingkan pria, karena


wanita mengalami fase melahirkan, menyusui, dan meopause yang menyebabkan
terjadinya perubahan siklus reproduksi, tidak hanya saat pubertas saja. Pada saat
ovulasi, terjadi lonjakan LH (LH surge) sehingga oosit dapat keluar dari folikel.
Setelah ovulasi, uterus dalam fase sekresi sehingga jika terjadi fertilisasi, embrio
yang terbentuk dapat mudah bernidasi pada uterus. Pada fase sekresi ini,
endometrium uterus menebal dengan kelenjar yang berkelokkelok, banyak
pembuluh darah, dan banyak sekret. Estrogen yang meningkat sebelum ovulasi
memberikan umpan balik negatif terhadap FSH, sehingga tidak terjadi perubahan
folikel terus-menerus. Jika terjadi fertilisasi, progesteron tetap tinggi dengan
dipertahankannya korpus luteum (tidak berdegenerasi). Jika tidak terjadi
fertilisasi, korpus luteum berdegenerasi sehingga terjadi penurunan progesteron
yang menyebabkan menstruasi dengan meluruhnya lapisan endometrium. Saat
menstruasi, prostaglandin lokal uterus menstimulasi irama kontraksi kecil
myometrium uterus. Kontraksi uterus yang besar disebabkan karena over produksi
prostaglandin yang menyebabkan kram menstruasi (dysmenorrhea) yang dialami
wanita.
Siklus menstruasi wanita akan berakhir pada usia 45 sampai 55 tahun yang
terjadi karena habisnya persediaan folikel ovarium yang terbentuk saat janin
wanita berusia 3 bulan. Menopause mungkin terjadi sebagai mekanisme
mencegah kehamilan pada wanita lanjut usia. Periode transisi sebelum menopause
disebut dengan klimakterium. Estrogen yang diproduksi ovarium menurun dari
300 mg perhari menjadi tidak ada. Produksi estrogen dilanjutkan oleh jaringan
adiposa, liver, dan korteks adrenal yang dapat menghasilkan estrogen 20 mg

8
perhari. Kehilangan estrogen dari ovarium menyebabkan perubahan emosi dan
fisik.
Perubahan fisik yang terjadi antara lain vagina mengering yang
menyebabkan ketidaknyamanan saat coitus dan atrofi organ genital secara
bertahap. Namun demikian, wanita post menopause masih memiliki keinginan
seks karena adrenal mereka tetap mengeluarkan androgen. Peran estrogen dalam
reproduksi sangat luas, sehingga kehilangan hormon ini setelah menopause dapat
berdampak pada sistem tubuh terutama sistem skelet dan kardiovaskular. Estrogen
membantu membentuk tulang yang kuat, sehingga wanita lansia lebih mudah
terkena osteoporosis.
Penurunan estrogen mengakibatkan penurunan aktifitas pembentuk tulang
osteoblast dan peningkatan aktifitas penghancur tulang osteoclast. Akibatnya
terjadi penurunan densitas tulang dan lebih mudah terjadi fraktur. Estrogen
memberikan perlindungan terhadap jantung wanita. Insiden terjadinya penyakit
artery coronary meningkat pada wanita setelah menopause. Estrogen membantu
mencegah serangan jantung dengan beberapa cara. Pertama, estrogen
menghambat pembentukan artherosclerosis dengan cara memetabolisme
kolesterol. Estrogen membantu meningkatkan HDL dan menurunkan LDL.
Kedua, estrogen berperan sebagai anti oksidan yang membantu sel endotel dari
serangan radikal bebas yang merupakan karakteristik tahap awal artherosclerosis
coronary.
Estrogen meningkatkan vasodilatasi arteriolar yang membantu darah
coronary mengalir dan mencegah spasme pembuluh darah. Estrogen juga
menghambat proliferasi otot polos yang mengakibatkan kerusakan dinding
pembuluh darah yang merupakan penyebab utama terjadinya artherosclerosis.
Estrogen juga membantu memodulasi aktifitas epinefrin dan norepinefrin pada
dinding arteiolar. Penurunan estrogen menyebabkan penurunan kontrol aliran
darah, khususnya pembuluh darah kulit. Peningkatan aliran darah melaluli
pembuluh darah di permukaan menyebabkan terjadinya ”hot flashes”

1. Kanker serviks

9
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh
lapisan epitel serviks. Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus,
oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul.
Kanker servik adalah pertumbuhan sel bersifat abnormal yang terjadi pada
servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu
masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama
(vagina) (Riono, 1999).
Kanker serviks ataupun lebih dikenali sebagai kanker leher rahim adalah
tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim /serviks yang merupakan bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Pada penderita kanker
serviks terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus- menerus yang
tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh, sehingga jaringan
disekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik (Sarwono, 1996).
Penyebab Kanker serviks
Penyebab utamanya adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV)
yang dapat menyebabkan kanker.
Tanda/gejala dari Kanker Serviks.
a. Pendarahan setelah senggama/berhubungan
b. Pendarahan spontan yang terjadi antara periode menstruasi rutin.
c. Timbulnya keputihan yang bercampur dengan darah dan berbau.
d. Nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak bisa buang air kecil.
e. Nyeri ketika berhubungan seksual.
2. Vaginitis
Vaginitis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai
bakteri, parasit atau jamur (Manuaba,2001)
Vaginitis adalah infeksi yang terjadi pada vagina terjadi secara langsung
pada vagina atau melalui perineum (Wikniosastro 1999)
Penyebab dari Vaginitis

10
a. Jamur
Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang menyebabkan rasa
gatal di sekitar vulva / vagina. Warna cairan keputihan akibat jamur berwarna
putih kekuning-kuningan dengan bau yang khas.
b. Bakteri
Biasanya diakibatkan oleh bakteri gardnerella dan keputihannya disebut
bacterial vaginosis dengan ciri-ciri cairannya encer dengan warna putih keabu-
abuan beraroma amis. Keputihan akibat bakteri biasanya muncul saat kehamilan,
gonta-ganti pasangan, penggunaan alat kb spiral atau iud dan lain sebagainya.
c. Virus
Keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya bawaan dari penyakit
hiv/aids, condyloma, herpes dan lain-lain yang bisa memicu munculnya kanker
rahim. Keputihan virus herpes menular dari hubungan seksual dengan gejala ada
luka melepuh di sekeliling liang vagina dengan cairan gatal dan rasanya panas.
Sedangkan condyloma memiliki ciri gejala ada banyak kutil tubuh dengan cairan
yang bau yang sering menyerang ibu hamil
d. Parasit
Keputihan akibat parasit diakibatkan oleh parasit trichomonas vaginalis
yang menular dari kontak seks / hubungan seks dengan cairan yang berwarna
kuning hijau kental dengan bau tidak enak dan berbusa. Kadang bisa gatal dan
membuat iritasi. Parasit keputihan ini bisa menular lewat tukar-menukar peralatan
mandi, pinjam-meninjam pakaian dalam, menduduki kloset yang terkontaminasi,
dan lain sebagainya.
Tanda dan Gejala :
a. Pruritus vulvae
b. Nyeri vagina yang hebat
c. Disuria eksterna dan interna
d. Rash pada vulva
e. Eritematosa
f. Sekret khas seperti keju lembut.
g. Secret banyak dan bau busuk

11
3. Bartolinitis
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga
dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya,
pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan.
Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.
Penyebab Bartolinitas
a. Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
b. Jamur : kandida albikan.
c. Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
d. Bakteri : neiseria gonore.
Tanda/Gejala Bartolitis
a. Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah
dalam kelenjar, nyeri tekan.
b. Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia
berjalan atau duduk,juga dapat disertai demam
c. Kebanyakkan wanita dengan penderita ini dengan keluhan keputihan
dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat
buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin.
d. Terdapat abses pada daerah kelamin
e. Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan
bercampur dengan darah.
4. Kista Ovarium
Kista ovarium adalah suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang
dijumpai yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein.
Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam
rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul
(Winkjosastro, et. all, 1999).
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari
pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).

12
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel
de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan
dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
Panyebab Kista Ovarium
Gaya hidup tidak sehat.
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga
d. Terpapar denga polusi dan agen infeksius
e. Sering stress
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu
yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena
makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau
karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen
pemicu kanker.
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b. perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
c. Nyeri saat bersenggama.
d. perdarahan.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a. Gangguan haid
· Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih.
b. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
c. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut :

13
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam
rongga perut (usus dan hati)
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

A. Kelainan Sistem Reproduksi

1. Kelainan Sistem Hormon

Kelainan sistem reproduksi karena gangguan hormone pada wanita


dapat menyebabkan berbagai masalah karena proses reproduksi wanita
dipengaruhi oleh hormon seperti estrogen, progesteron, dan prolaktin.
Hormon hormon pada wanita, Estrogen adalah hormon yang berfungsi
untuk perkembangan sifat seksual wanita. Hormon progesteron berfungsi
untuk persiapan hamil. Prolaktin merupakan hormon untuk persiapan
menyusui.
Selain ketiga hormon tersebut wanita juga memiliki hormon yang
berperan seperti sifat seksual pria. walaupun kadarnya rendah. yaitu
hormon androgen. Peranan hormon sangat penting bagi proses reproduksi
wanita sehingga jika mengami gangguan pada ketiga hormon tersebut
dapat menyebabkan beberapa gangguan pada fungsi tubuh lainnya.
Terdapat beberapa jenis gangguan yang disebabkan oleh gangguan
hormon, diantaranya adalah gangguan perkembangan sel telur. gangguan
ovulasi, gangguan haid, gangguan reproduksi. keluarnya air susu sebelum
waktunya, dan munculnya sifat kelaki-lakian.

2. Kelainan Sistem Reproduksi

Kelainan congenital system reproduksi dapat disebabkan oleh


faktor lingkungan, nutrisi,penyakit metabolik, infeksi virus, obat

14
teratogenik, dan lain-lain yang terjadi pada masa kehamilan. Banyak dari
kelainan tersebut tidak melibatkan ovarium atau genitalia eksterna
sehingga gejala tidak nampak sebelum menarche atau menikah. Kelainan
kongenital tersebut juga dapat disebabkan oleh kelainan kromosom
khususnya kromosom seks dan gangguan hormonal.

C. Menentukan Prioritas Masalah


Kita sering menghadapi berbagai macam masalah, namun kita sering kurang
tau masalah yang seharusnya menjadi prioritas utama dan harus segera
diselesaikan. Sebelum kita mencari pemecahan dari suatu masalah, kita harus
mencari penyebab utama serta penyebab lain dari masalah sehingga dapat
menyusun rencana kegiatan yang lebih spesifik dan mampu menyelesaikan
masalah.
Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat
saat ini merupakan tugas yang penting dan semakin sulit. Manager kesehatan
masyarakat sering dihadapkan pada masalah yang semakin menekan dengan
sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas secara
adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang
penting.
Berikut merupakan berbagai metode yang dapat digunakan:
1. Metode Hanlon
Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan
berbagai masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak,
memiliki kerangka, sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif.
Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar
Penilaian Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration
and Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan
Basic Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers).
Metode ini memiliki tiga tujuan utama:

15
- Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan
prioritas
- Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang
memiliki bobot relatif satu sama lain
- Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan dan dinilai secara individual.
a. Formula Dasar Penilaian Prioritas
Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam
mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten
menjadi kelihatan jelas. Pola tersebut tercermin pada komponen-komponen dalam
sistem ini.
Komponen A = Ukuran/Besarnya masalah
Komponen B = Tingkat keseriusan masalah
Komponen C = Perkiraan efektivitas solusi
Komponen D = PEARL faktor ((propriety, economic feasibility, acceptability,
resource availability, legality--Kepatutan, kelayakan ekonomi, dapat diterima,
ketersediaan sumber daya, dan legalitas)
Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi semakin nyata ketika Komponen
D (PEARL) dijelaskan.
Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena dengan
berbagai proses seperti itu, akan terdapat sejumlah besar subyektivitas. Pilihan,
definisi, dan bobot relatif yang ditetapkan pada komponen merupakan keputusan
kelompok dan bersifat fleksibel. Lebih jauh lagi, nilai tersebut merupakan
penetapan dari masing-masing individu pemberi nilai. Namun demikian, beberapa
kontrol ilmiah dapat dicapai dengan menggunakan definisi istilah secara tepat,
dan sesuai dengan data statistik dan akurat.
b. Komponen
1) Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah
Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka
yang kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi

16
yang secara langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni
insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan angka.
Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih
dari satu cara. Baik keseluruhan populasi penduduk maupun
populasi yang berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan.
Selain itu, penyakit –penyakit dengan faktor risiko pada umumnya,
yang mengarah pada solusi bersama/yang sama dapat
dipertimbangkan secara bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang
berhubungan dengan tembakau dijadikan pertimbangan, maka
kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut dapat dianggap
sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga
dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat
dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10.
Keputusan untuk menentukan berapa ukuran/besarnya masalah
biasanya merupakan konsensus kelompok.
2) Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah
Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin
dan menentukan tngkat keseriusan dari masalah. Sekalipun
demikian, angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai
yang pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa
masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu masalah ke dalam
diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan di
tempat yang lain.
Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus
dipertimbangkan bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan
menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih
pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah.

Faktor yang dapat digunakan adalah:


a) Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi,
tingkat kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif

17
terhadap masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang
diperlukan.
b) Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia
kematian, kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur
relatif.
c) Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara),
dan untuk masing-masing individu.
3) Komponen C - Efektivitas dari Intervensi
Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan masalah
ini dapat diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan
angka dari 0 - 10. Komponen ini mungkin merupakan komponen
formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data yang
tersedia dari penelitian-penelitian yang mendokumentasikan sejauh
mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini.
Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan
yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target
populasi yang diharapkan dapat tercapai.
Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan
jumlah yang diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang realistis
mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang diharapkan
untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.

A. Asuhan Keperawatan
a. Pengakajian
Menurut doenges ( 2000.997 ) hal - hal yang terus terkaji pada klien dengan
post operasi laparatomi adalah :
1) Data biografi klien
2) Aktivitas/Istirahat
Kelemahan atau keletihan. perubahan pola istirahat dan jam kebisaan
tidur, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misal : nyeri,
ansietas, keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan.

18
3) Sirkulasi
Palpitasi, nyeri dada, perubahan pada TD
4) Integritas ego
Faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan
dalam penampilan insisi pembedahan, perasaan tidak berdaya, putus
asa,depresi,menarik diri.
5) Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi misal:darah pada feces,nyeri pada
defekasi, perubahan eliminasi urinarius misalnya: nyeri, perubahan
pada bising usus.
6) Makanan/cairan
Anoreksia, mual / muntah.intoleransi makanan, perubahan pada berat
badan penurunan BB, perubahan pada kelembaban / turgor kulit,
edema.
7) Neurosensori
Pusing, sinkop
8) Nyeri / kenyamanan
Tidak ada nyeri / derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri berat ( dihubungkan dengan proses penyakit ).
9) Pernapasan
Merokok, pemajanan abse
10) Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama,
berlebihan, demam, ruam kulit / ulserasi.
11) Seksualitas
Perubahan pada tingkat kepuasan
12) Interaksi social
Ketidak adekuatan / kelemahan system pendukung, riwayat
perkawinan, masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran.
13) Penyuluhan / pembelajaran

19
Riwayat penyakit pada kelurga, riwayat pengobatan, pengobatan
sebelumnya atau operasi.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan
insisi pada abdomen
2) Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan perawatan luka
operasi yg kurang adequat.
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangakatan
bedah kulit.( jaringan, perubahan sirkulasi).
c. Intervensi
A. Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan
insisi pada abdomen.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil : skala nyeri 0, pasien mengungkapkan berkurangnya
rasa nyeri, tanda-tanda vital normal.
INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji tingkat dan intensitas nyeri. a. Mengidentifikasi lingkup masalah.


b. Atur posisi senyaman mungkin. b. Menurunkan tingkat ketegangan
c. Kolaborasi untuk pemberian obat pada daerah nyeri.
analgetik. c. Menghilangkan rasa nyeri.
d. Ajarkan dan lakukan telhnik relaksasi. d. Merelaksasi otot-otot tubuh.

20
B. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan perawatan
luka operasi yg kurang adequat.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi (TTV normal, tidak
ada peningkatan leukosit).

INTERVENSI RASIONAL
a. pantau dan observasi terus tentang a. deteksi dini tentang terjadi nya
keadaan luka operasi. infeksi yang lebih berat.
b. Lakukan perawatan luka operasi b. Menekan sekecil mungkin
secara aseptik dan antiseptik. sumber penularan eksterna.
c. Kolaborasi dalam pemberian c. Membunuh mikro organisme
antibiotik. secara rasional.

C. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan


bedah kulit. ( jaringan, perubahan sirkulasi).
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan kulit yang berat.
Kriteria hasil : kulit tidak terlihat berwarna merah

21
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji balutan / untuk karakteristik a. Untuk melihat terjadi nya
drainase, kemerahan dan nyeri pada insisi kerusakan kulit setelah
dan lengan. operasi.
b. Tempatkan pada posisi semi fowler pada b. Untuk mengurangi rasa nyeri
punggung /sisi yang tidak sakit dengan yang di rasakan pasien.
lengan tinggi dan disokong dengan bantal. c. Agar tidak terjadi kerusakan
c. Jangan melakukan pengukaran TD, dan nyeri yg lebih kuat.
menginjeksikan obat / memasukan IV
pada lengan yang sakit.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Reproduksi manusia secara vivipar (melahirkan anak) dan fertilisasinya
secara internal (di dalam tubuh), oleh karena itu memiliki alat-alat reproduksi
yang mendukung fungsi tersebut. Alat-alat reproduksi tersebut dibagi menjadi alat
reproduksi bagian dalam dan alat reproduksi bagian luar yang masing-masing alat
reproduksi tersebut telah disebutkan dan dijelaskan dalam makalah ini.
Untuk itu memiliki kelainan atau gangguan pada salah satu system
Reproduksi dapat berakibat buruk pada kelangsungan hidup dan keturunan kita.
Selain itu dalam makalah ini juga membahas sedikit tentang proses
terjadinya dan penyebab kelainan dan gangguan system Reproduksi.
Kelainan sistem reproduksi karena gangguan hormone pada wanita dapat
menyebabkan berbagai masalah karena proses reproduksi wanita dipengaruhi oleh
hormon seperti estrogen, progesteron, dan prolaktin. Hormon hormon pada
wanita, Estrogen adalah hormon yang berfungsi untuk perkembangan sifat seksual
wanita. Hormon progesteron berfungsi untuk persiapan hamil. Prolaktin
merupakan hormon untuk persiapan menyusui.

22
Kelainan congenital system reproduksi dapat disebabkan oleh faktor
lingkungan, nutrisi,penyakit metabolik, infeksi virus, obat teratogenik, dan lain-
lain yang terjadi pada masa kehamilan. Banyak dari kelainan tersebut tidak
melibatkan ovarium atau genitalia eksterna sehingga gejala tidak nampak sebelum
menarche atau menikah. Kelainan kongenital tersebut juga dapat disebabkan oleh
kelainan kromosom khususnya kromosom seks dan gangguan hormonal.

B. Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa/i agar dapat memahami dan mempelajari
lebih dalam tentang sistem reproduksi pada manusia karena sistem
reproduksi ini sangat penting bagi kelangsungan hidup agar tetap lestari.

DAFTAR PUSTAKA

Novel, Sinta S. dkk. 2009. Kanker Serviks dan Infeksi Human


Papillomavirus. Bandung: Java Media
Setiati Eni. 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh
Wanita. Yogyakarta: CV.Andi Offset
Rasjidi Imam. 2007. Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi.Jakarta: EGC

Yatim, Wildan,Dr.1994.Reproduksi dan Embriologi.Bandung.Tarsito

Wibowo,Daniel S.2005. Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta.PT

Grsindoook/hotmon.htm

23
24

Anda mungkin juga menyukai