PENDAHULUAN
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian kegawatan pada pembuluh darah koroner
yaitu suatu fase akut dari Angina Pectoris Tidak Stabil/ APTS yang disertai Infark Miocard
Akut/ IMA gelombang Q (IMA-Q) dengan non ST elevasi (NSTEMI) atau tanpa gelombang
Q (IMA-TQ) dengan ST elevasi (STEMI) yang terjadi karena adanya trombosis akibat dari
ruptur plak aterosklerosis yang tak stabil. Sindrom Koroner Akut (SKA) tersebut merupakan
suatu sindrom yang terdiri dari beberapa penyakit koroner yaitu angina tak stabil (unstable
angina), infark miokard non-elevasi ST, infark miokard dengan elevasi ST, maupun angina
pektoris pasca infark atau pasca tindakan intervensi koroner perkutan ditandai dengan
manifestasi klinis rasa tidak enak di dada atau gejala lain sebagai akibat dari iskemia
miokardium.
Angina Pektoris tidak stabil adalah suatu sindroma klinik yang berbahaya dan merupakan tipe
angina pektoris yang dapat berubah menjadi infark miokard ataupun kematian. Sindroma
ATS telah lama dikenal sebagai gejala awal dari infark miokard akut (IMA). Banyak
penelitian melaporkan bahwa ATS merupakan risiko untuk terjadinya IMA dan kematian.
Unstable angina pektoris atau yang disebut juga sebagai akut koronary syndrom,
menyebabkan nyeri dada bahkan pada saat istrahat. Penyebab utamnya adalah penurunan
aliran darah
Diagnosa angina pektoris tidak stabil (APTS/UAP) dan infark miokard non ST elevasi
(NSTEMI) ditegakkan atas dasar keluhan angina tipikal yang dapat disertai dengan
perubahan EKG spesifik, dengan atau tanpa peningkatan marka jantung. Jika marka jantung
meningkat, diagnosis mengarah NSTEMI; jika tidak meningkat, diagnosis mengarah UAP.
Sebagian besar pasien NSTEMI akan mengalami evolusi menjadi infark miokard tanpa
gelombang Q. Dibandingkan dengan STEMI, prevalensi NSTEMI dan UAP lebih tinggi, di
mana pasien-pasien biasanya berusia lebih lanjut dan memiliki lebih banyak komorbiditas.
Selain itu, mortalitas awal NSTEMI lebih rendah dibandingkan STEMI namun setelah 6
bulan, mortalitas keduanya berimbang dan secara jangka panjang, mortalitas NSTEMI lebih
tinggi.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Di antara faktor risiko konvensional, ada empat faktor risiko biologis yang tak
dapat diubah, yaitu:
1. Usia
2. jenis kelamin
3. ras
4. riwayat keluarga.
2
adalah peningkatan kadar lipid serum, hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa
dan diet tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan kalori .
SKA umumnya terjadi pada pasien dengan usia diatas 40 tahun. Walaupun begitu, usia
yang lebih muda dari 40 tahun dapat juga menderita penyakit tersebut. Banyak penelitian
yang telah menggunakan batasan usia 40-45 tahun untuk mendefenisikan “pasien usia
muda” dengan penyakit jantung koroner atau infark miokard akut (IMA). IMA
mempunyai insidensi yang rendah pada usia muda (Wiliam, 2007).
Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut (STEMI) merupakan indikator kejadian
oklusi total pembuluh darah arteri koroner. Keadaan ini memerlukan tindakan
revaskularisasi untuk mengembalikan aliran darah dan reperfusi miokard secepatnya;
secara medikamentosa menggunakan agen fibrinolitik atau secara mekanis, intervensi
koroner perkutan primer. Diagnosis STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan angina
pektoris akut disertai elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan yang
bersebelahan. Inisiasi tatalaksana revaskularisasi tidak memerlukan menunggu hasil
peningkatan marka jantung.
Diagnosis NSTEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan jika terdapat keluhan
angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan yang
bersebelahan. Rekaman EKG saat presentasi dapat berupa depresi segmen ST, inversi
gelombang T, gelombang T yang datar, gelombang T pseudo-normalization, atau bahkan
tanpa perubahan (Gambar 1). Sedangkan Angina Pektoris tidak stabil dan NSTEMI
dibedakan berdasarkan kejadian infark miokard yang ditandai dengan peningkatan marka
jantung. Marka jantung yang lazim digunakan adalah Troponin I/T atau CK-MB. Bila
3
hasil pemeriksaan biokimia marka jantung terjadi peningkatan bermakna, maka diagnosis
menjadi Infark Miokard Akut Segmen ST Non Elevasi (Non ST-Elevation Myocardial
Infarction, NSTEMI). Pada Angina Pektoris tidak stabil marka jantung tidak meningkat
secara bermakna. Pada sindroma koroner akut, nilai ambang untuk peningkatan CK-MB
yang abnormal adalah beberapa unit melebihi nilai normal atas (upper limits of normal,
ULN).
Jika pemeriksaan EKG awal tidak menunjukkan kelainan (normal) atau menunjukkan
kelainan yang nondiagnostik sementara angina masih berlangsung, maka pemeriksaan
diulang 10-20 menit kemudian. Jika ulangan EKG tetap menunjukkan gambaran
nondiagnostik sementara keluhan angina sangat sugestif SKA, maka pasien dipantau
selama 12-24 jam. EKG diulang tiap 6 jam dan setiap terjadi angina berulang (Gambar 1).
4
ringan dari biasanya dan tidak hilang dengan cara yang biasa dilakukan. Penderita
sebelumnya menderita angina pektoris stabil.
3. Angina waktu istirahat
Angina timbul tanpa didahului aktifitas fisik ataupun hal-hal yang dapat
menimbulkan peningkatan kebutuhan O2 miokard. Lama angina sedikitnya 15
menit.
4. Angina sesudah IMA
Angina yang timbul dalam periode dini (1 bulan) setelah IMA.
2. Obstruksi dinamik
Penyebab yang agak jarang adalah obstruksi dinamik, yang mungkin diakibatkan
oleh spasme fokal yang terus menerus pada segmen arteri koroner epikardium
(angina prinzmetal). Spasme ini disebabkan oleh hiperkontraktilitas otot polos
pembuluh darah dan/atau akibat adanya disfungsi endotel. Obstruksi dinamik
koroner dapat juga diakibatkan oleh konstriksi abnormal pada pembuluh darah
yang lebih kecil
5
3. Obstruksi mekanik yang progresif
Penyebab ke tiga SKA adalah penyempitan yang hebat namun bukan karena
spasme atau trombus. Hal ini terjadi pada sejumlah pasien dengan aterosklerosis
progresif atau dengan stenosis ulang setelah intervensikoroner perkutan (PCI).
7
UAP lebih tinggi, di mana pasien-pasien biasanya berusia lebih lanjut dan memiliki lebih
banyak komorbiditas. Selain itu, mortalitas awal NSTEMI lebih rendah dibandingkan
STEMI namun setelah 6 bulan, mortalitas keduanya berimbang dan secara jangka
panjang, mortalitas NSTEMI lebih tinggi.
Strategi awal dalam penatalaksanaan pasien dengan NSTEMI dan UAP adalah perawatan
dalam Coronary Care Units, mengurangi iskemia yang sedang terjadi beserta gejala yang
dialami, serta mengawasi EKG, troponin dan/atau CKMB.
1. Anamnesa
Keluhan nyeri dada harus diperjelas dengan melakukan anamnesa sifat nyeri dada
yaitu
a. Lokasi
substermal, retrostermal, dan prekordial
b. Sifat nyeri
rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk,
rasa diperas, dan dipelintir.
c. Penjalaran
keleher, lengan kiri, mandibula, gigi, punggung/ interskapula, dan dapat juga
ke lengan kanan.
d. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat
e. Faktor pencetus
latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah makan
f. Gejala yang menyertai
mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, dan lemas.
g. Gejala yang tidak tipikal
8
seperti rasa lelah yang tidak jelas, nafas pendek, rasa tidak nyaman di
epigastrium atau mual dan muntah dapat terjadi, terutama pada wanita,
penderitadiabetes dan pasien lanjut usia. Kecurigaan harus lebih besar pada
pasien dengan faktor risiko kardiovaskular multipel dengan tujuan agar tidak
terjadi kesalahan diagnosis.
Presentasi klinik. Presentasi klinik NSTEMI dan UAP pada umumnya berupa:
a. Angina tipikal yang persisten selama lebih dari 20 menit. Dialami oleh sebagian
besar pasien (80%)
b. Angina awitan baru (de novo) kelas III klasifikasi The Canadian Cardiovascular
Society. Terdapat pada 20% pasien.
c. Angina stabil yang mengalami destabilisasi (angina progresif atau kresendo):
menjadi makin sering, lebih lama, atau menjadi makin berat; minimal kelas III
klasifikasi CCS.
d. Angina pascainfark-miokard: angina yang terjadi dalam 2 minggu setelah infark
miokard
II Sedikit keterbatasan dalam melakukan aktivitas biasa." Angina terjadi pada saat berjalan
atau naik tangga dengan cepat; berjalan menanjak; berjalan atau memanjat tangga setelah
makan;, atau di bawah stres emosional; atau hanya selama beberapa jam setelah bangun.
Angina terjadi pada saat berjalan >2 blok dan menaiki tangga dengan kecepatan normal
dan di bawah kondisi normal
III "Ditandai keterbatasan aktivitas fisik biasa." Angina terjadi pada saat berjalan 1 sampai 2
blok pada tingkat dan pendakian 1 penerbangan tangga di bawah kondisi normal dan pada
kecepatan normal
IV Ketidak mampuan untuk melakukan kegiatan fisik apapun tanpa rasa tidak nyaman-anginal
gejala mungkin hadir pada saat istirahat
2. Pemeriksaan Fisik
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk mengidentifikasi faktor pencetus dan
kondisi lain sebagai konsekuensi dari APTS/NSTEMI.
9
Hipertensi tak terkontrol, anemia, tirotoksikosis, stenosis aorta berat,
kardiomiopati hipertropik dan kondisi lain, seperti penyakit paru.
Keadaan disfungsi ventrikel kiri (hipotensi, ronki dan gallop S3) menunjukkan
prognosis yang buruk.
Adanya bruit di karotis atau penyakit vaskuler perifer menunjukkan bahwa pasien
memiliki kemungkinan juga penderita penyakit jantung koroner (PJK).
Sewaktu angina dapat tidak menunjukkan kelainan. Pada auskultasi dapat terdengar
derap atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di daerah apeks. Frekuensi denyut
jantung dapat menurun, menetap atau meningkat pada waktu serangan angina.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiografi (EKG)
Perekaman EKG harus dilakukan dalam 10 menit sejak kontak medis pertama.
EKG yang mungkin dijumpai pada pasien NSTEMI dan UAP antara lain:
1) Depresi segmen ST dan/atau inversi gelombang T; dapat disertai dengan
elevasi segmen ST yang tidak persisten (<20 menit)
2) Gelombang Q yang menetap
3) Nondiagnostik
4) Normal
Depresi segmen ST ≥0,5 mm di dua atau lebih sadapan berdekatan sugestif untuk
diagnosis UAP atau NSTEMI,
10
h. Angina pascainfark-miokard: angina yang terjadi dalam 2 minggu setelah infark
miokard
Presentasi klinik lain yang dapat dijumpai adalah angina ekuivalen, terutama pada
wanita dan kaum lanjut usia. Keluhan yang paling sering dijumpai adalah awitan
baru atau perburukan sesak napas saat aktivitas. Beberapa faktor yang menentukan
bahwa keluhan tersebut presentasi dari SKA adalah sifat keluhan, riwayat PJK, jenis
kelamin, umur, dan jumlah faktor risiko tradisional.
Angina atipikal yang berulang pada seorang yang mempunyai riwayat PJK, terutama
infark miokard, berpeluang besar merupakan presentasi dari SKA. Keluhan yang
sama pada seorang pria berumur lanjut (>70 tahun) dan menderita diabetes
berpeluang menengah suatu SKA. Angina equivalen atau yang tidak seutuhnya
tipikal pada seseorang tanpa karakteristik tersebut di atas berpeluang kecil
merupakan presentasi dari SKA (Tabel 3).
2. Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiogram.
Perekaman EKG harus dilakukan dalam 10 menit sejak kontak medis pertama.
Bila bisa didapatkan, perbandingan dengan hasil EKG sebelumnya dapat sangat
membantu diagnosis. Setelah perekaman EKG awal dan penatalaksanaan, perlu
dilakukan perekaman EKG serial atau pemantauan terus-menerus. EKG yang
mungkin dijumpai pada pasien NSTEMI dan UAP antara lain:
1) Depresi segmen ST dan/atau inversi gelombang T; dapat disertai dengan
elevasi segmen ST yang tidak persisten (<20 menit)
2) Gelombang Q yang menetap
3) Nondiagnostik
4) Normal
11
dengan depresi segmen ST ≥1 mm. Depresi segmen ST ≥1 mm dan/atau
inversi gelombang T≥2 mm di beberapa sadapan prekordial sangat sugestif
untuk mendiagnosis UAP atau NSTEMI (tingkat peluang tinggi). Gelombang
Q ≥0,04 detik tanpa disertai depresi segmen ST dan/atau inversi gelombang T
menunjukkan tingkat persangkaan terhadap SKA tidak tinggi (Tabel 3)
sehingga diagnosis yang seharusnya dibuat adalah Kemungkinan SKA atau
Definitif SKA (Gambar 1). Jika pemeriksaan EKG awal menunjukkan
kelainan nondiagnostik, sementara angina masih berlangsung, pemeriksaan
diulang 10 – 20 menit kemudian (rekam juga V7-V9). Pada keadaan di mana
EKG ulang tetap menunjukkan kelainan yang nondiagnostik dan marka
jantung negatif sementara keluhan angina sangat sugestif SKA, maka pasien
dipantau selama 12-24 jam untuk dilakukan EKG ulang tiap 6 jam dan setiap
terjadi angina berulang.
Marka jantung.
Pemeriksaan troponin I/T adalah standard baku emas dalam diagnosis
NSTEMI, di mana peningkatan kadar marka jantung tersebut akan terjadi dalam
waktu 2 hingga 4 jam. Penggunaan troponin I/T untuk diagnosis NSTEMI harus
digabungkan dengan kriteria lain yaitu keluhan angina dan perubahan EKG.
Diagnosis NSTEMI ditegakkan jika marka jantung meningkat sedikit melampaui
nilai normal atas (upper limit of normal, ULN). Dalam menentukan kapan marka
jantung hendak diulang seyogyanya mempertimbangkan ketidakpastian dalam
12
menentukan awitan angina. Tes yang negatif pada satu kali pemeriksaan awal
tidak dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard akut.
Kadar troponin pada pasien infark miokard akut meningkat di dalam darah perifer
3 – 4 jam setelah awitan infark dan menetap sampai 2 minggu. Peningkatan
ringan kadar troponin biasanya menghilang dalam 2 hingga 3 hari, namun bila
terjadi nekrosis luas, peningkatan ini dapat menetap hingga 2 minggu (Gambar
2).
Mengingat troponin I/T tidak terdeteksi dalam darah orang sehat, nilai ambang
peningkatan marka jantung ini ditetapkan sedikit di atas nilai normal yang
ditetapkan oleh laboratorium setempat.
Perlu diingat bahwa selain akibat STEMI dan NSTEMI, peningkatan kadar
troponin juga dapat terjadi akibat:
a) Takiaritmia atau bradiaritmia berat
b) Miokarditis
c) Dissecting aneurysm
d) Emboli paru
e) Gangguan ginjal akut atau kronik 6. Stroke atau perdarahan subarakhnoid
f) Penyakit kritis, terutama pada sepsis
13
Keuntungan utama terapi penyekat beta terletak pada efeknya terhadap
reseptor beta-1 yang mengakibatkan turunnya konsumsi oksigen miokardium.
Terapi hendaknya tidak diberikan pada pasien dengan gangguan konduksi
atrio-ventrikler yang signifikan, asma bronkiale, dan disfungsi akut ventrikel
kiri. Pada kebanyakan kasus, preparat oral cukup memadai dibandingkan
injeksi.
Penyekat beta direkomendasikan bagi pasien UAP atau NSTEMI,
terutama jika terdapat hipertensi dan/atau takikardia, dan selama tidak terdapat
indikasi kontra. penyekat beta oral hendaknya diberikan dalam 24 jam
pertama (Kelas I-B). Penyekat beta juga diindikasikan untuk semua pasien
dengan disfungsi ventrikel kiri. \ Beberapa penyekat beta yang sering dipakai
dalam praktek klinik dapat dilihat pada tabel.
Atenolo B1 - 50-200
Bisoprolol B1 - 10
Carvedilol α dan β + 2x6, 25mg/hari,
titrasi hingga
2x25mg/hari
Metoprolol B1 - 50-200mg/hari
Propanolo Nonselektif - 2x20-80mg/hari
b. Nitrat
Keuntungan terapi nitrat terletak pada efek dilatasi vena yang mengakibatkan
berkurangnya preload dan volume akhir diastolik ventrikel kiri sehingga
konsumsi oksigen miokardium berkurang. Efek lain dari nitrat adalah dilatasi
pembuluh darah koroner baik yang normal maupun yang mengalami
aterosklerosis.
Pasien dengan UAP/NSTEMI yang mengalami nyeri dada berlanjut
sebaiknya mendapat nitrat sublingual setiap 5 menit sampai maksimal 3 kali
pemberian, setelah itu harus dipertimbangkan penggunaan nitrat intravena jika
tidak ada indikasi kontra
14
c. Calcium channel blocker
Nifedipin dan amplodipin mempunyai efek vasodilator arteri dengan sedikit
atau tanpa efek pada SA Node atau AV Node. Sebaliknya verapamil dan
diltiazem mempunyai efek terhadap SA. Node dan AV Node yang menonjol
dan sekaligus efek dilatasi arteri. Semua CCB tersebut di atas mempunyai efek
dilatasi koroner yang seimbang. Oleh karena itu CCB, terutama golongan
dihidropiridin, merupakan obat pilihan untuk mengatasi angina vasospastik.
Studi menggunakan CCB pada UAP dan NSTEMI umumnya memperlihatkan
hasil yang seimbang dengan penyekat beta dalam mengatasi keluhan angina
2. Anti platelet
15
5. Kombinasi Antiplatelet dan Antikoagulan
Penggunaan warfarin bersama aspirin dan/atau clopidogrel meningkatkan risiko
perdarahan dan oleh karena itu harus dipantau ketat. Kombinasi aspirin,
clopidogrel dan antagonis vitamin K jika terdapat indikasi dapat diberikan
bersama-sama dalam waktu sesingkat mungkin dan dipilih targen INR terendah
yang masih efektif.
Jika antikoagulan diberikan bersama aspirin dan clopidogrel, terutama pada
penderita tua atau yang risiko tinggi perdarahan, target INR 2- 2,5 lebih terpilih
6. Inhibitor ACE dan Penghambat Reseptor Angiotensin
Inhibitor angiotensin converting enzyme (ACE) berguna dalam mengurangi
remodeling dan menurunkan angka kematian penderita pascainfark-miokard yang
disertai gangguan fungsi sistolik jantung, dengan atau tanpa gagal jantung klinis.
Inhibitor ACE diindikasikan penggunaannya untuk jangka panjang, kecuali ada
indikasi kontra, pada pasien dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40% dan pasien
dengan diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit ginjal kronik (PGK)
7. Statin
Tanpa melihat nilai awal kolesterol LDL dan tanpa mempertimbangkan
modifikasi diet, inhibitor hydroxymethylglutary-coenzyme A reductase (statin)
harus diberikan pada semua penderita UAP/NSTEMI, termasuk mereka yang telah
menjalani terapi revaskularisasi, jika tidak terdapat indikasi kontra.
16
Terapi statin dosis tinggi hendaknya dimulai sebelum pasien keluar rumah sakit,
dengan sasaran terapi untuk mencapai kadar kolesterol LDL <100 mg/ dL
Menurunkan kadar kolesterol LDL sampai <70 mg/dL mungkin untuk dicapai.
17
2. Serangan jatung
3. Gagal jantung
2.13 Prognosis Stable Angina Pektoris
Unstable angina pektoris adalah tanda awal penyakit jantung yang lebih parah.
Prognosisnya tergantung [ada banyak hal, termaksud:
1. Berapa banyak dan arteri apa yang tersumbat dijantung dan seberapa parah
penyumbatan tersebut
2. Riwayat terkena serangan jantung sebelumnya.
3. Seberapa baik otot jantung anda dapat memompa darah keseluruh tubuh
4. Irama jantung yang tidak teratur dan serangan jantung dapat mengakibatkan
kematiaan mendadak.
18
DaftarPustaka
American Heart Association 2015. Heart Disease and Stroke Statistic 2015 Update.
19
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Tn. TS
Umur : 57 tahun
NO.RM : 0177616
Jenis Kelamin : Laki Laki
Tanggal MRS : 02 Februari 2016
ANAMNESA
Keluhan Utama : Nyeri Dada
Telaah : Os datang ke RS dengan keluhan nyeri dada kiri yang
dialami sejak 1 hari yang lalu ± 10 menit, nyeri dada
bersifat hilang timbul. Nyeri dada yang dirasakan
menjalar dari dada sebelah kiri ke pundak lalu ke
punggung seperti. Nyeri dada timbul pada saat Os
sedang beraktivitas seperti berjalan maupun pada saat
qberistiraat. Nyeri yang dirasakan berkurang apabila Os
berbaring.Os juga mengeluhkan mual namun tidak
sampai muntah. BAK lancar BAB (+). Os juga
mengeluhkan batuk berdahak sejak satu inggu yang lalu.
Sebelum masuk rumah sakit royal prima, os juga pernah
berobat ke RS lain pada tahun 2015 dengan keluhan
kelemahan anggota gerak badan sebelah kiri. Os juga
mengeluhkan juga mengeluhkan ada bengkak di kedua
kaki.
20
PEMERIKSAAN FISIK
TANDA VITAL
Kesadaran : Compos Mentis GCS : 15
TD : 160/80 mmHg RR :20 x/ menit
HR : 85x/ menit T : 36°C
Berat Badan : 74kg TB : 169 cm
STATUS GENERALIS
1. Kepala : Simetris
2. Mata : Pupil : Isokor
Sklera : Ikterik (-/-)
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Refleks Cahaya : (+/+)
3. Telinga : Tidak ditemukan kelainan
4. Hidung : Deviasi Septum (-/-), Konka Hiperemis (-/-)
5. Mulut : Mukosa Bibir Kering (-), Lidah Kotor (-)
6. Leher : TVJ R+2 cm H2O
7. Thorax
a. Depan
Inspeksi : Simetris Fusiformis
Palpasi : SF Ki = Ka
Perkusi : Sonor
Auskultasi : SP : Bronkovesikuler
ST : wheezing (-/-)
b. Belakang
Inspeksi :Simetris Fusiformis
Palpasi :SF:Stem Fremitus Ki = Ka
Perkusi :Sonor
Auskultasi :SP : Bronkovesikuler
8. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
21
Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri
Auskultasi : irama jantung = teratur
Gallop (-)
9. Abdomen
Inspeksi : Perut datar
Auskultasi : Peristaltik (+) normal, Double Sound (-)
Palpasi :Undulasi (-), hepatomegali (+)
Perkusi : Timpani
Punggung : Tapping pain (-), ballotement (-)
6. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Ekstremitas
Superior : Oedem (-/+)
Inferior :Oedem (+/+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah rutin
2. Elektrolit
3. Glukosa ad random
4. Cardiac marker
5. EKG
6. Xray Thorax PA
DIAGNOSIS BANDING
TERAPI :
1. IVFD Nacl 0,9 % 6gtt/I mikro
2. inj Ranitidine 10 amp/IV
22
3. ISDN 5 mg 1 tab 3x1
4. Plavix 300 mg 4 tab
5. Aptor 200 mg 2 tab
ELEKTROLIT
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
1 Natrium 138.5 mEq/L 135 -145
2 Kalium 3.58 mEq/L 3.5 - 5.5
3 Chlorida 111.2 mEq/L 94 – 111
HEMATOLOGI
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
1 Hemoglobin 16.8 mg/dl 13.5 - 15.5
2 Leukosit 7440 /mm3 5.000 - 11.000
3 Laju Endap Darah 6 mm/jam 0 - 20
4 Trombosit 174000 /mm3 150000 – 450000
5 Hematocrit 49 % 30.5 - 45.0
6 Eritrosit 5.75 10^6/mm3 4.50 - 6.50
7 MCV 85.1 fL 75.0 - 95.0
8 MCH 29.2 pg 27.0 - 31.0
9 MCHC 34.3 g/dl 33.0 - 37.0
10 RDW 13.1 % 11.50 - 14.50
11 PDW 46.4 fL 12.0 - 55.0
12 MPV 8.3 fL 6.50 - 9.50
13 PCT 0.15 % 0.100 - 0.500
14 Hitung Eosinofil 1.1 % 1–3
Jenis Basofil 0.1 % 0-1
Lekosit Monosit 4.2 % 2–8
Neutrofil 74.4 % 50 – 70
Limfosit 16.5 % 20-40
LUC 0.7 % 0–4
CARDIAC MARKER
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
1 CK- MB 3.88 ng/ml <5
2 Troponin – I 0.1 ng/ml <0.8
23
EKG
Pembacaan EKG
Irama : sinus
P wave: normal
Kesimpulan EKG
Sinus Ritme +Old Miocard Infark Anterolateralseptal
24
Foto Thorax
Kesan :
25
FOLLOW UP
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning
IVFD Nacl 0,9
%
Inj. aminophilin
1. Pasien 1,5 amp
Tampak Inj.
Lemas Dexamethasone
2. TD 160/100 Angina pektoris
Rasa mual 5 mg / 8jam
02/02/2017 stabil + HT grade
(+) mmHg Ventolin +
II+ PPOK
3. HR 80 x/i flixotide
4. RR 20 x/i nebules / 8 jam
5. T 36.7ºC Camidryl exp
60 ml syrup 3x1
Salbutamol 2
mg tab 3x1
IVFD Nacl 0,9
%
Inj. aminophilin
1,5 amp
6. Pasien
Inj.
Tampak
Dexamethasone
Nyeri dada Lemas
Angina pektoris 5 mg / 8jam
03/02/2017 (+), Mual 7. TD 140/80
stabil + HT grade Ventolin +
(Pulmologis) (+) Nyeri mmHg
II+ PPOK flixotide
ulu hati 8. HR 82 x/i
9. RR 22 x/i nebules / 8 jam
10. T 36ºC Camidryl exp
60 ml syrup
3x1
Salbutamol 2
mg tab 3x1
IVFD Nacl 0,9
a. Pasien %
Tampak Inj. aminophilin
membaik 1,5 amp
Nyeri dada (+) Angina pektoris
11. TD 140/80 Inj.
04/02?2017 dan Nyeri ulu mmHg stabil + HT grade
Dexamethasone
hati II+ PPOK
12. HR 80 x/i 5 mg / 8jam
13. RR 22 x/i Ventolin +
14. T 36 ºC flixotide
nebules / 8 jam
26
Camidryl exp
60 ml syrup
3x1
Salbutamol 2
mg tab 3x1
27
BAB 4
KESIMPULAN
Tn.Ts 57 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri dada kiri yang dialami sejak 1
hari yang lalu ± 10 menit, nyeri dada bersifat hilang timbul. Nyeri dada yang dirasakan
menjalar dari dada sebelah kiri ke pundak lalu ke punggung seperti. Nyeri dada timbul pada
saat Os sedang beraktivitas seperti berjalan maupun pada saat beristirahat. Nyeri yang
dirasakan berkurang apabila Os berbaring. Os juga mempunyai Riwayat Habitualis
perokok aktif 2 bungkus perhari.
Kesimpulan EKG : Sinus Ritme +Old Miocard Infark Anterolateralseptal.
Diagnosa Akhir :” angina pektoris stabil+ hipertensi grade II+ PPOK “
1. Tirah baring
2. IVFD Nacl 0,9 % 6gtt/I mikro
3. Inj Ranitidine 10 amp/IV
4. ISDN 5 mg 1 tab 3x1
5. Plavix 300 mg 4 tab
6. Aptor200 mg2 tab
28