Perpecahan di Mataram ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 850, Rakai
Pikatan dari Wangsa Sanjaya mengadakan perkawinan politik
dengan Pramodhawardhani dari keluarga Syailendra. Melalui perkawinan ini,
Mataram dapat dipersatukan kembali. Pada masa pemerintahan
Pikatan−Pramodhawardani, wilayah Mataram berkembang luas, meliputi Jawa
Tengah dan Timur. Pikatan juga berhasil mendirikan Candi Plaosan.
Sepeninggal Pikatan, Mataram diperintah oleh Dyah Balitung (898 −910 M).
Setelah Balitung, pemerintahan dipegang berturut−turut oleh Daksa, Tulodong,
dan Wawa. Raja Wawa memerintah antara tahun 924−929 M. Ia kemudian
digantikan oleh menantunya bernama Mpu Sindok.
Pada masa pemerintahan Mpu Sindok inilah, pusat pemerintahan Mataram
dipindahkan ke Jawa Timur. Hal ini disebabkan semakin besarnya pengaruh
Sriwijaya yang diperintah oleh Balaputradewa. Selama abad ke−7 hingga ke−9
terjadi serangan−serangan dari Sriwijaya ke Mataram. Hal ini mengakibatkan
Mataram semakin terdesak ke timur. Selain itu, adanya bencana alam berupa
letusan Gunung Merapi merupakan salah satu penyebab kehancuran Mataram.
Letusan gunung ini diyakini oleh masyarakat Mataram sebagai tanda kehancuran
dunia. Oleh karena itu, mereka menganggap letak kerajaan di Jawa Tengah sudah
tidak layak dan harus dipindahkan.
Candi Plaosan
Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha berpusat di Jawa Tengah bagian
selatan, sedangkan Dinansti Sanjaya yang bercorak Hindu berpusat di Jawa
Tengah bagian utara. Perbedaan letak antara dua dinasti ini terlihat dari
perbedaan arsitektur candi-candi yang ada di Jawa Tengah bagian selatan dan
utara. Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M) diketahui, raja pertama Mataram
dari Dinasti Sanjaya adalah Raka i Mataram Ratu Sanjaya yang memerintah di
ibukota Medang Kamulan. Berdasarkan isi Prasasti Mantyasih (Kedu) terdapat
beberapa dari Wangsa Sanjaya yang memerintah di kemudian hari.
Prasasti ini dibuat oleh Dyah Balitung yang memerintah dari 898 hingga 910.
Setelah Mpu Sindok menjadi raja (929), pusat-pusat pemerintahan Mataram
dipindahkan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Pemindahan ini dikarenakan pusat
kerajaan mengalami kehancuran akibat letusan Gunung Merapi. Mpu Sindok
kemudian mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Isyana. Ia memerintah hingga
tahun 949. Pengganti Mpu Sindok yang terkenal adalah Dharmawangsa yang
memerintah 990−1016. Dharmawangsa pernah berusaha untuk mengalihkan
pusat perdagangan dari Sriwijaya pada 990, akan tetapi mengalami kegagalan
karena Sriwijaya gagal ditaklukkan.
Dari Prasasti Warudu Kidul diperoleh informasi adanya sekumpulan orang asing
yang berdiam di Mataram. Mereka mempunyai status yang berbeda dengan
penduduk pribumi. Mereka membayar pajak yang berbeda yang tentunya lebih
mahal daripada rakyat pribumi Mataram. Kemungkinan besar mereka itu adalah
para saudagar dari luar negeri. Namun, sumber−sumber lokal tidak memperinci
lebih lanjut tentang orang−orang asing ini. Kemungkinan besar mereka adalah
kaum migran dari Cina.
Dari berita Cina diketahui bahwa di ibukota kerajaan terdapat istana raja yang
dikelilingi dinding dari batu bata dan batang kayu. Di dalam istana, berdiam raja
beserta keluarganya dan para abdi. Di luar istana (masih di dalam lingkungan
dinding kota) terdapat kediaman para pejabat tinggi kerajaan termasuk putra
mahkota beserta keluarganya. Mereka tinggal dalam perkampungan khusus di
mana para hamba dan budak yang dipekerjakan di istana juga tinggal sekitarnya.
Sisa-sisa peninggalan pemukiman khusus ini sampai sekarang masih bisa kita
temukan di Yogyakarta dan Surakarta. Di luar tembok kota berdiam rakyat yang
merupakan kelompok terbesar.
Kehidupan masyarakat Mataram umumnya bersifat agraris karena pusat Mataram
terletak di pedalaman, bukan di pesisir pantai. Pertanian merupakan sumber
kehidupan kebanyakan rakyat Mataram. Di samping itu, penduduk di desa
(disebut wanua) memelihara ternak seperti kambing, kerbau, sapi, ayam, babi,
dan itik. Sebagai tenaga kerja, mereka juga berdagang dan menjadi pengrajin.
Pada hari pasaran ini, desa−desa yang menjadi pusat perdagangan, ramai
didatangi pembeli dan penjual dari desa−desa lain. Mereka datang dengan
berbagai cara, melalui transportasi darat maupun sungai sambil membawa barang
dagangannya seperti beras, buah−buahan, dan ternak untuk dibarter dengan
kebutuhan yang lain.
Selain pertanian, industri rumah tangga juga sudah berkembang. Beberapa hasil
industri ini antara lain anyaman seperti keranjang, perkakas dari besi, emas,
tembaga, perunggu, pakaian, gula kelapa, arang, dan kapur sirih. Hasil produksi
industri ini dapat diperoleh di pasar−pasar tadi.
Sementara itu, bila seseorang berjasa (biasanya pejabat militer atau kerabat
istana) kepada Kerajaan, maka orang bersangkutan akan diberi hak memiliki
tanah untuk dikelola. Biasanya tempat itu adalah hutan yang kemudian dibuka
menjadi pemukiman baru. Orang yang diberi tanah baru itu diangkat menjadi
penguasa tempat yang baru dihadiahkan kepadanya. Ia bisa saja
menjadi akuwu (kepala desa), senopati, atau adipati atau menteri. Bisa pula
sebuah wilayah dihadiahkan kepada kaum brahmana atau rahib untuk dijadikan
asrama sebagai tempat tinggal mereka, dan di sekitar asrama tersebut biasanya
didirikan candi atau wihara.
TUGAS IPS
KELOMPOK IV
Nama Kelompok :
1. Elsa
2. Najmi
3. Fahmi
4. Rifa