Anda di halaman 1dari 8

36 | Umi Faridah, Sukarmin, Sri Kuati / Indonesia Jurnal Perawat Vol.3 No.

1 (2018) 36-43

PENGARUH ROM EXERCISE BOLA KARET TERHADAP KEKUATAN


OTOT GENGGAM PASIEN STROKE DI RSUD RAA SOEWONDO PATI
Umi Faridaha, Sukarminb, Sri Kuati c
umifaridah@umkudus.ac.id
Universitas Muhammadiyah Kudus, Kudus

Abstrak

Latar Belakang : latar belakang penelitian ini yaitu dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti dari 10 pasien stroke yang mengalami penurunan kesadaran di ruang umum RSUD RAA
Soewondo Pati didapatkan sebanyak 6 (60%) pasien mengalami gangguan mobilisasi. Ketika pasien
disuruh menggenggam tangan sepenuhnya pasien tidak dapat melaksanakannya bahkan jari-jari tangan
terasa kaku. Sebanyak 2 (20%) pasien hanya mampu menggerakkan jari-jarinya tetapi belum mampu
menggenggam tangannya sepenuhnya. Sebanyak 2 (20%) pasien mampu menggenggam dan memegang
benda kecil di tangannya meskipun kekuatan menggenggamnya masih lemah. Selama ini prosedur
gerakan ROM pasien stroke di rumah sakit sudah ada tetapi belum terlaksana secara maksimal terutama
menggunakan bola karet. Tujuan penelitian : tujuan penelitian ini untuk pengaruh ROM exercise bola
karet terhadap kekuatan otot genggam pasien stroke di RSUD RAA Soewondo Pati. Metode Penelitian :
jenis penelitian yang digunakan adalah metode metode quasi eksperimen dengan pendekatan Pra-Pasca
Test. Jumlah sampel 16 pasien sebagai kelompok intervensi dan 16 pasien kelompok kontrol yang dipilih
secara consecutive Sampling. Untuk menganalisis data menggunakan Paired T Test. Hasil Penelitian :
hasil penelitian didapatkan kelompok intervensi diperoleh nilai ρ value adalah 0,000 (p<0,05) dan
kelompok kontrol diperoleh nilai ρ value adalah 0,009 (p<0,05). Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
ρ value kelompok intervensi lebih kecil dibandingkan ρ value kelompok kontrol sehingga pemberian
ROM exercise bola karet lebih efektif meningkatkan kekuatan otot genggam pasien stroke dibandingkan
kelompok kontrol tanpa perlakuan yang hanya diberikan alih baring sesuai advise dokter.

Kata Kunci: ROM Exercise Bola Karet, Kekuatan Otot Genggam dan Stroke

Abstract
Background : the background this research that is from result preliminary study which conducted
by researcher from 10 stroke patient which have decrease consciousness in public room of RSUD RAA
Soewondo Pati got 6 (60%) patient experiencing mobilization disorder. When the patient is told to hold
the hand completely the patient can not perform it even the fingers feel stiff. A total of 2 (20%) patients
are only able to move his fingers but have not been able to grasp his hand completely. A total of 2 (20%)
patients are able to grasp and hold small objects in their hands even though their holding strength is still
weak. During this procedure ROM movement stroke patients in the hospital already exists but has not
been implemented maximally, especially using rubber ball. Purpose Research : the purpose this research
is influence ROM exercise ball rubber to handheld muscle strength stroke patient in RSUD RAA
Soewondo Pati. Metod Research : the type research used is method quasi experimental method with Pre-
Post Test approach. The sample size was 16 patients as intervention group and 16 control group patients
were chosen by consecutive sampling. To analyze using by Paired T Test. Result Research : the result
showed that the intervention group obtained ρ value was 0.000 (p <0,05) and the control group obtained
value ρ value was 0,009 (p <0,05). The result can be concluded that the ρ value the intervention group
is smaller than ρ value the control group so that ROM exercise of the rubber ball is more effective in
increasing the handheld muscle strength of stroke patient than the control group without treatment which
is only given over the bed according to the doctor's advise.

Keywords: Rubber Ball Exercise ROM, Handheld Muscle Strength and Stroke
Ridhyalla Afnuhazi, Febria Syafyu Sari / Indonesia Jurnal Perawat Vol.3 No.1 (2018) 36-43 | 37

Soewondo Pati yaitu Gading, Flamboyan dan


I. PENDAHULUAN Dahlia didapatkan sebanyak 6 (60%) pasien
Stroke merupakan penyakit yang mengalami gangguan mobilisasi. Ketika
disebabkan karena adanya penyempitan pada pasien disuruh menggenggam tangan
pembuluh darah di otak sehingga aliran darah sepenuhnya pasien tidak dapat
dan oksigen ke otak terhambat bahkan terhenti. melaksanakannya bahkan jari-jari tangan
Penyumbatan tersebut dapat membuat sistem terasa kaku. Sebanyak 2 (20%) pasien hanya
syaraf yang terhenti suplai darah dan mampu menggerakkan jari-jarinya tetapi
oksigennya rusak bahkan mati sehingga organ belum mampu menggenggam tangannya
tubuh yang terkait dengan sistem syaraf sepenuhnya. Sebanyak 2 (20%) pasien
tersebut akan sulit bahkan tidak bisa di mampu menggenggam dan memegang benda
gerakan (Maulana, 2014). kecil di tangannya meskipun kekuatan
Data kejadian stroke di Dunia diperkirakan menggenggamnya masih lemah. Selama ini
7,5% juta, sekitar 12,8% dari total seluruh protap gerakan ROM pasien stroke di rumah
kematian (WHO, 2014). Stroke di Indonesia sakit sudah ada tetapi belum terlaksana secara
merupakan penyebab kematian utama di maksimal terutama menggunakan bola karet.
Rumah Sakit Pemerintah, penyebab kematian Penanganan stroke harus dilaksanakan
ketiga dan menyebabkan timbulnya kecacatan secara cepat dan tepat guna menghindari
utama di Rumah Sakit. Berdasarkan hasil kecacatan atau komplikasi lanjut.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun Penatalaksanaan stroke ditujukan untuk
2013, prevalensi stroke di Indonesia pemulihan gerak kontrol tubuh mengikuti
ditemukan sebesar 7 per 1.000 penduduk, dan pola awal dari perkembangan gerak tubuh.
yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan Pemulihan spontan dari fungsi motorik tiap
adalah 12,1 per 1.000 penduduk (Riskesdas, pasien sangat bervariatif, semakin sedikit
2013). kelemahan yang terjadi semakin cepat
Berdasarkan hasil rekapitulasi data kasus pemulihannya. Pasien dengan hemiplagi,
baru PTM (Penyakit Tidak Menular), jumlah biasanya peningkatan fungsi motorik di
kasus baru PTM yang dilaporkan secara tungkai lebih cepat dibandingkan di tangan,
keseluruhan di Jawa Tengah pada tahun 2015 tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi
adalah 603.840 kasus. Penyakit stroke masih sebaliknya. Komplikasi yang paling sering
menempati urutan ke tiga yaitu sebesar terjadi apabila hemiplagi tidak teratasi yaitu
(3,91%) (Dinkes Jateng, 2015). Data yang terjadi kecacatan pada pasien stroke (Irfan,
didapatkan di RSUD RAA Soewondo Pati 2012).
didapatkan peningkatan jumlah pasien stroke Gangguan pada tangan seperti kelemahan
dari tahun ke tahun. Jumlah pasien stroke yang terjadi pada pasien stroke non hemoragik
hemoragik tahun 2015 sebanyak 121 pasien dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan
dan pasien stroke non hemoragik 332 pasien. sehari-hari pasien (disabilitas). Sebesar 70%
Jumlah pasien stroke hemoragik tahun 2016 pasien stroke non hemoragik akan mengalami
sebanyak 119 pasien dan pasien stroke non ketidak mampuan (disabilitas), sehingga akan
hemoragik 368 pasien. Jumlah pasien stroke membatasi atau menghalangi penderita untuk
hemoragik tahun 2017 sebanyak 113 pasien berperan secara maupun anggota masyarakat
dan pasien stroke non hemoragik 397 pasien. (Gofir, 2009). Latihan untuk menstimulasi
Rata-rata jumlah pasien stroke non hemoragik gerak pada jari-jari tangan dapat berupa
diambil dari tahun 2017 yaitu sebanyak 33 latihan fungsi menggenggam dimana gerakan
pasien pasien (RM RSUD RAA Soewondo mengepalkan/ menggenggam tangan rapat-
Pati, 2017). rapat akan menggerakkan otot-otot untuk
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang membantu membangkitkan kembali kendali
dilakukan peneliti pada tanggal 2 sampai otak terhadap otot-otot tersebut (Levine,
dengan tanggl 9 Desember 2017 dari 10 2009).
pasien stroke yang mengalami penurunan Latihan gerakan ROM dengan bola karet
kesadaran di ruang umum RSUD RAA akan merangsang serat-serat otot untuk
38 | Umi Faridah, Sukarmin, Sri Kuati / Indonesia Jurnal Perawat Vol.3 No.1 (2018) 36-43
berkontraksi. Latihan ROM terutama pada beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda
jari-jari tangan yang penting untuk aktivitas sesuai daerah yang terganggu (Irfan, 2012).
keseharian meliputi latihan-latihan seperti Stroke merupakan penyakit yang cukup
adduksi, abduksi, fleksi, serta ekstensi. berbahaya. Penyakit ini termasuk penyakit
Latihan ini diberikan 2 kali sehari selama 8 serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang
hari. Teknik ini akan melatih reseptor- ditandai dengan kematian jaringan otak
sensorik dan motorik. Korteks yang menuju (infark serebral) yang terjadi karena
ke otot lain juga membesar ukurannya jika berkurangnya aliran darah dan oksigen ke
pembelajaran motorik melibatkan otot tangan otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen
tersebut (Irfan, 2012). Menurut peneliti, bola ini bisa dikarenakan adanya sumbatan,
karet selain digunakan meningkatkan penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
kekuatan otot tangan, bola karet juga mudah stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi
dilakukkan oleh pasien serta bahan yang
susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit
digunakan mudah didapat oleh pasien. Bola pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain
karet juga ringan dibawa sehingga dapat dari itu (Suparjo, 2013).
digunakan sewaktu-waktu apabila pasien
mengalami kelemahan otot terutama Stroke merupakan gangguan persyarafan
ekstrimitas atas (tangan). yang terjadi secara mendadak, progresif, cepat
berupa defisit neurologist fokal atau global
Penelitian terkait dilaksanakan oleh yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
Rabawati (2014) dengan judul “Pengaruh langsung menimbulkan kematian dan semata-
Latihan ROM Dengan Bola Tenis Hangat mata disebabkan oleh gangguan darah otak
Terhadap Kekuatan Otot Tangan Pasien non traumatic (Mansjoer, 2014).
Stroke Non Hemoragik di Ruang Sahadewa
RSUD Sanjiwani Gianyar”. Hasil penelitian Dari pengertian diatas maka dapat
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang disimpulkan bahwa stroke merupakan
signifikan latihan ROM dengan bola tenis penyakit gangguan syaraf yang berbahaya,
hangat terhadap kekuatan otot tangan pasien terjadi secara mendadak, progresif dan cepat
stroke non hemoragik di Ruang Sahadewa berupa defisit neurologis fokal yang
RSUD Sanjiwani Gianyar. disebabkan adanya sumbatan, penyempitan
atau pecahnya pembuluh darah.
Survey awal yang dilaksanakan 6 pasien
stroke yang mengalami gangguan mobilisasi B. Kekuatan Otot Tangan Genggam
dilaksanakan ROM pasif yang dilaksanakan 1. Pengertian
selama 4 jam sekali sesuai dengan anjuran
Otot adalah sebuah organ kecil
Dokter. Selain ROM pasif yang telah
penghubung dalam tubuh yang menyebabkan
dilaksanakan, pasien juga diberikan posisi
pergerakan tubuh tersebut sebagai tugas
supinasi untuk memperlancar sirkulasi darah
utama. Otot diklasifikasikan menjadi tiga
ke otak.
jenis yaitu otot lurik, otot polos dan otot
Dari uraian diatas maka peneliti bermaksud jantung. Otot menyebabkan pergerakan suatu
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh organisme maupun pergerakan dari organ
ROM Exercise Bola Karet Terhadap dalam organisme tersebut (Tom, 2010).
Kekuatan Otot Genggam Pasien Stroke Di
Otot adalah jaringan yang mempunyai
RSUD RAA Soewondo Pati”.
kemampuan khusus yaitu berkontraksi. Otot
II. LANDASAN TEORI terdiri atas serabut silindris yang mempunyai
sifat yang sama dengan sel dari jaringan yang
A. Stroke lain. Semua ini diikat menjadi berkas-berkas
1. Pengertian serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang
Stroke adalah gangguan fungsi syaraf yang mengandung unsur kontraktil (Pearce, 2012).
disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam Kekuatan otot adalah kontraksi pada
otak yang dapat timbul secara mendadak serabut otot bergaris (otot sadar) berlangsung
dalam beberapa detik atau secara cepat dalam secara singkat dan setiap kontraksi terjadi atas
Ridhyalla Afnuhazi, Febria Syafyu Sari / Indonesia Jurnal Perawat Vol.3 No.1 (2018) 36-43 | 39

rangsang tunggal dari syaraf. Kekuatan yang memakai skala klasik 0, 1, 2, 3, 4 dan 5.
dipakai untuk kontraksi pada seluruh otot Pengukuran kekuatan otot di kutip oleh
diratakan dengan mengganti-ganti jumlah Brunner & Suddart (2008) dalam Asrim
serabut yang berkontraksi serta frekwensi (2010) adalah sebagai berikut :
daripada kontraksi setiap serabut (Pearce, 1. Skala 0
2012).
Artinya otot tak mampu bergerak,
2. Jenis Otot misalnya jika tapak tangan dan jari
Tiga jenis otot yang dikutip oleh Paerce mempunyai skala 0 berarti tapak tangan
(2012) yang dapat dilihat seperti di bawah ini : dan jari tetap aja ditempat walau sudah
a. Otot Bergaris (otot lurik, otot kerangka diperintahkan untuk bergerak.
atau otot sadar) 2. Skala 1
Setiap serabut otot bergaris Jika otot ditekan masih terasa ada
melintang oleh adanya gambaran kontraksi atau kekenyalan ini berarti otot
selang-seling antara warna muda dan masih belum atrofi atau belum layu.
tua. Sejumlah serabut berkumpul untuk 3. Skala 2
membentuk berkas yang diikat menjadi Dapat mengerakkan otot atau bagian
satu oleh jaringan ikat untuk yang lemah sesuai perintah misalnya tapak
membentuk otot besar dan otot kecil. tangan disuruh telungkup atau lurus
Setiap serabut turut bergerak dengan bengkok tapi jika ditahan sedikit saja sudah
berkontraksi apabila dirangsang oleh tak mampu bergerak.
ransang syaraf.
4. Skala 3
b. Otot Polos (otot tidak licin, otot tak Dapat menggerakkan otot dengan
sadar) tahanan minimal misalnya dapat
Jenis ini dapat berkontraksi tanpa menggerakkan tapak tangan dan jari.
rangsangan syaraf, meskipun 5. Skala 4
disebagian besar tempat di tubuh Pada skala ini dapat bergerak dan dapat
kegiatannya di bawah pengendalian melawan hambatan yang ringan.
syaraf otonomik. Dengan perkecualian
6. Skala 5
otot jantung, jenis ini berupa sel otot
panjang berbentuk kumparan yang Pada skala ini seseorang dapat bebas
masih tampak sebagai sel. bergerak dan dapat melawan tahanan yang
setimpal.
c. Otot Jantung
C. ROM Exercise Bola Karet
Otot ini ditemukan hanya pada 1. Pengertian
jantung. Otot jantung ini bergaris
seperti pada otot sadar. Perbedaannya Range of Motion (ROM) adalah latihan
gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya
ialah bahwa serabutnya bercabang dan
kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien
mengadakan anastomose menggerakan masing-masing persendiannya
(bersambungan satu sama lain, sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun
tersusun memanjang dan tak dapat pasif. Latihan ROM bertujuan untuk
dikendalikan oleh kemauan. mempertahankan atau memperbaiki tingkat
3. Pengukuran Kekuatan otot kesempurnaan kemampuan menggerakan
persendian secara normal dan lengkap untuk
Seringkali pasien mendatangi klinik untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter &
mendapatkan pertolongan karena merasa Perry, 2012).
lemah, kenyataannya memang lemas dan ROM adalah latihan yang dilakukan untuk
merasa tak bertenaga untuk itu dokter atau mempertahankan atau memperbaiki tingkat
tenaga medis lainnya melakukan pengukuran kesempurnaa kemampuan menggerakan
kekuatan otot secara tradisional artinya persendian secara normal dan lengkap untuk
mengukur kekuatan otot pasien dengan meningkatkan massa otot dan tonus otot. ROM
40 | Umi Faridah, Sukarmin, Sri Kuati / Indonesia Jurnal Perawat Vol.3 No.1 (2018) 36-43
aktif adalah latihan gerak yang dilakukan pasien c. Tahap Fungsi Grip Pemberian ROM
secara mandiri (Irfan, 2012). dengan Bola Karet
ROM exercise bola karet adalah aplikasi dari Tahap fungsi menggenggam tangan (grip)
latihan gerakan fungsional tangan (Spherical yang dikutip Irfan (2012) melalui 3 tahap
Grip) dimana latihan fungsional tangan ini yaitu :
menggunakan alat bantu benda berbentuk bulat
(bola karet) (Irfan, 2012). 1. Membuka tangan
b. Prinsip Dasar ROM 2. Menutup jari-jari menggenggam obyek
Prinsip dasar pemberian ROM menurut Potter
(2012) adalah sebagai berikut : 3. Mengatur kekuatan menggenggam
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan 4. Manfaat
dikerjakan minimal 2 kali sehari
Manfaat latihan ROM menurut Potter
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati (2012) adalah sebagai berikut :
sehingga tidak melelahkan pasien.
1. Memperbaiki tonus otot ektrimitas
3. Dalam merencanakan program latihan
ROM, perhatikan umur pasien, 2. Meningkatkan mobilisasi sendi
diagnosa, tanda-tanda vital dan 3. Memperbaiki toleransi otot untuk
lamanya tirah baring. latihan
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di 4. Meningkatkan massa otot
lakukan latihan ROM adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan 5. Mengurangi kehilangan tulang
pergelangan kaki. 6. Prosedur ROM dengan bola karet
5. ROM dapat di lakukan pada semua Beberapa bentuk dari latihan fungsional
persendian atau hanya pada bagian- tangan antara lain ROM dengan
bagian yang di curigai mengalami menggunakan bola karet yang dikutip dari
proses penyakit. Irfan (2012) yang terdiri dari :
6. Melakukan ROM harus sesuai
waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.

Skala 2 Skala 3 Skala 4 Skala 5 p value


Frek % Frek % Frek % Frek %
Kelompok
Intervensi 0,000
Sebelum 4 25,0 6 37,5 4 25,0 2 12,5
Sesudah 1 6,3 3 18,7 6 37,5 6 37,5
Kelompok
Kontrol
0,009
Observasi 4 25,0 9 56,2 2 12,5 1 6,3
Awal
Observasi 4 25,0 4 25,0 6 37,5 2 12,5
Akhir

1. Berikan benda berbentuk bulat (seperti 2. Lakukan koreksi pada jari-jari agar
bola karet). Bola karet yang digunakan menggenggam sempurna.
dalam prosedur ROM mempunyai ukuran 3. Posisi Wrist joint 450.
yang lebih kecil dari kepalan tangan
sehingga dapat digenggam oleh penderita. 4. Berikan instruksi untuk menggenggam
Bola karet harus dapat kembali berbentuk selama 5 detik kemudian rileks.
semula saat kepalan tangan dilepaskan. 5. Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali.
Ridhyalla Afnuhazi, Febria Syafyu Sari / Indonesia Jurnal Perawat Vol.3 No.1 (2018) 36-43 | 41

III. METODE PENELITIAN ρ value adalah 0,009 (p<0,05). Hasil tersebut


peneliti menggunakan jenis penelitian dapat disimpulkan bahwa ρ value kelompok
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah intervensi lebih kecil dibandingkan ρ value
penelitian yang datanya merupakan data kelompok kontrol sehingga pemberian ROM
kuantitatif sehingga analisis datanya exercise bola karet lebih efektif meningkatkan
menggunakan analisis kuantitatif (inferensi). kekuatan otot genggam pasien stroke
Metode yang digunakan metode quasi dibandingkan kelompok kontrol tanpa
eksperimen atau eksperimental semu perlakuan yang hanya diberikan alih baring
merupakan salah satu jenis metode penelitian sesuai advise dokter.
yang memungkinkan peneliti untuk Dari hasil uji di atas didapatkan kelompok
mengubah variabel serta meniliti akibat yang intervensi diperoleh nilai ρ value adalah
terjadi. Rancangan penelitian yang digunakan 0,000 (p<0,05) dan kelompok kontrol
dalam penelitian ini adalah menggunakan diperoleh nilai ρ value adalah 0,009 (p<0,05).
pendekatan Pre-Post Test. Pendekatan Pre- Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ρ
Post Test yaitu peneliti berupaya memberikan value kelompok intervensi lebih kecil
intervensi pada subyek penelitian dan dibandingkan ρ value kelompok kontrol
memberikan aktivitas lain yang telah sehingga pemberian ROM exercise bola karet
diprogramkan pada kelompok kontrol. Jumlah lebih efektif meningkatkan kekuatan otot
pasien stroke non hemoragik tahun 2017 genggam pasien stroke dibandingkan
sebanyak 397 pasien. Rata-rata jumlah pasien kelompok kontrol tanpa perlakuan yang hanya
stroke non hemoragik diambil dari tahun 2017 diberikan alih baring dan ROM ekstrimitas
yaitu sebanyak 33,1 pasien dibulatkan atas dan bawah sesuai advise dokter. Hasil
menjadi 34 pasien. untuk mengetahui diatas ditunjukkan bahwa kemampuan fisik
pengaruh ROM exercise bola karet terhadap untuk menggenggam sebelum diberikan ROM
kekuatan otot genggam pasien stroke di exercise bola karet masih diperoleh kekuatan
RSUD RAA Soewondo Pati dengan otot kurang dengan skala 3 sebanyak 6
menggunakan uji statistik parametrik yaitu (37,5%) dan setelah diberikan ROM exercise
Independent paired T Test. bola karet menjadi baik dengan skala 5 yaitu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN sebanyak 6 (37,5%). Kekuatan otot kurang
tersebut ditunjukkan dengan pasien dapat
Hasil uji statistik kecemasan sebelum dan mengerakkan otot atau bagian yang lemah
sesudah Perlakuan pada kelompok intervensi sesuai perintah sedangkan kekuatan otot
dan kelompok kontrol di RSUD RAA tangan pasien yang sudah menjadi baik
Soewondo Pati ditunjukkan dengan pasien dapat
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa menggerakkan otot dengan tahanan minimal,
hasil uji paired t – test kelompok intervensi dapat bergerak dan dapat melawan hambatan
didapatkan ρ value adalah 0,000 (p<0,05) yang ringan serta dapat bebas bergerak
maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya melawan tahanan yang setimpal.
ada pengaruh ROM exercise bola karet Hasil diatas sesuai teori Irawati (2016)
terhadap kekuatan otot genggam pasien stroke bahwa kekuatan otot jari tangan sendiri dapat
di RSUD RAA Soewondo Pati. Hasil uji meningkat dengan menggunakan latihan
paired t – test kelompok kontrol didapatkan ρ rentang gerak Cylindrical Grip. Dalam
value adalah 0,009 (p<0,05) maka Ho ditolak Cylindrical Grip, jari-jari dilipat dengan ibu
dan Ha diterima yang artinya ada pengaruh jari yang tertekuk diatas telunjuk dari jari
kelompok kontrol tanpa perlakuan (hanya tengah. Hal ini melibatkan fungsi, terutama
diberikan alih baring sesuai advise dokter) fungsi dari fleksor digitorum profundus.
terhadap kekuatan otot genggam pasien stroke Sublimis fleksor digitorum dan otot
di RSUD RAA Soewondo Pati. interoseus membantu ketika kekuatan yang
Dari hasil uji di atas didapatkan kelompok diperlukan lebih besar. Pengukuran kekuatan
intervensi diperoleh nilai ρ value adalah 0,000 otot tangan secara klasik yang di kutip oleh
(p<0,05) dan kelompok kontrol diperoleh nilai Asrim (2010) terdapat lima skala yaitu 0, 1, 2,
42 | Umi Faridah, Sukarmin, Sri Kuati / Indonesia Jurnal Perawat Vol.3 No.1 (2018) 36-43
3, 4 dan 5. Skala 0 berarti tapak tangan dan handgrip dynamometer”. Penelitian ini
jari tetap aja ditempat walau sudah menggunakan metode Pre-Post Eksperimental
diperintahkan untuk bergerak, skala 1 jika otot dan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
ditekan masih terasa ada kontraksi atau rata kekuatan otot sebelum latihan sebesar
kekenyalan, skala 2 dapat mengerakkan otot 10,56 Kg dan sesudah latihan 14,06 Kg. Hasil
atau bagian yang lemah sesuai perintah, skala analisis data menunjukkan ada perbedaan
3 dapat menggerakkan otot dengan tahanan bermakna rata-rata kekuatan otot sebelum dan
minimal, skala 4 dapat bergerak dan dapat sesudah latihan (p= 0,000).
melawan hambatan yang ringan dan skala 5
dapat bebas bergerak dan dapat melawan V. KESIMPULAN
Hasil uji paired t – test kelompok intervensi
tahanan yang setimpal.
didapatkan ρ value adalah 0,000 (p<0,05) maka
Hasil diatas juga sesuai dengan teori Hal Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada
tersebut sesuai dengan manfaat ROM yang pengaruh ROM exercise bola karet terhadap
dikemukakan oleh Hidayat (2009) yang salah kekuatan otot genggam pasien stroke di RSUD
satu dari fungsi ROM adalah memperbaiki, RAA Soewondo Pati.
mempertahankan, meningkatkan tonus dan Hasil uji paired t – test kelompok kontrol
didapatkan ρ value adalah 0,009 (p<0,05) maka
kekuatan otot termasuk otot genggam.
Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada
Terlepas dari manfaat ROM di atas, pengaruh kelompok kontrol tanpa perlakuan
keberhasilan dari pemberian ROM exercise (hanya diberikan alih baring sesuai advise dokter)
bola karet sendiri tergantung minat serta peran terhadap kekuatan otot genggam pasien stroke di
aktif dari pasien dalam mengikuti program RSUD RAA Soewondo Pati
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Penelitian yang mendukung hasil
Alexander. 2012. Pengukuran Kekuatan
penelitian diatas dilaksanakan oleh Febriyanti
(strength). http://pendidikan
(2016) dengan judul “Pengaruh Latihan
jasmani13.co.id/2012/11/macam-
Fungsional Tangan Terhadap Kekuatan Otot
macam-tes-pengukuran- kekuatan.html.
Pronator Teres dan Kuadratus pada Pasien
Diakses 30 Juii 2016.
Stroke di RSUD RAA Soewondo Pati”.
Penelitian ini menggunakan metode Quasi Alisha. 2015. Komplikasi Stroke.
Eksperimen dengan hasil penelitian yaitu http://www.peterparker.com/5644/kompl
terdapat ada pengaruh latihan fungsional ikasi-stroke/. Diakses 1 Juni 2016.
tangan terhadap kekuatan otot pronator teres Andrie. 2010. Faktor-Faktor yang
dan kuadratus pada pasien stroke di RSUD Mempengaruhi Motorik. http://e-
RAA Soewondo Pati (p value < 0,05). learning-
Penelitian yang mendukung hasil keperawatan.blogspot.com/2010/07/mot
penelitian diatas juga dilaksanakan oleh Budi orik-pada-anak.html. Diakses 10 Januari
(2011) dengan judul “Pengaruh Pemberian 2011.
ROM Pasif terhadap Peningkatan Kekuatan Asrim. 2010. Pengukuran Kekuatan Otot.
Otot Motorik pada Pasien Stroke di RSD http://otot-
Kayen Kabupaten Pati”. Hasil penelitian ada muskuluskeletal .usu.ac.id/handle/
pengaruh pemberian ROM pasif terhadap 123456789/17174. Diakses 10 Januari
peningkatan kekuatan otot motorik pada 2011.
pasien stroke di RSD Kayen Kabupaten Pati. Danim, Sudarwan. 2008. Riset Keperawatan;
Hasil uji statistik Paired T-Test diperoleh nilai Sejarah dan Metodologi. EGC. Jakarta.
p sebesar 0,012 (p < 0,05) yang artinya ada
Dinkes Jateng. 2015. Profil Kesehatan Jawa
pengaruh signifikan pemberian ROM pasif
Tengah. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
terhadap peningkatan kekuatan otot.
Tengah.
Penelitian terkait selanjutnya dilaksanakan Febriyanti, Sri . 2016. Pengaruh Latihan
oleh Winona (2016) dengan judul penelitian Fungsional Tangan Terhadap Kekuatan
“Pengaruh latihan gerak aktif menggenggam Otot Pronator Teres dan Kuadratus pada
bola pada pasien stroke diukur dengan
Ridhyalla Afnuhazi, Febria Syafyu Sari / Indonesia Jurnal Perawat Vol.3 No.1 (2018) 36-43 | 43

Pasien Stroke di RSUD RAA Soewondo Kekuatan Otot Tangan Pasien Stroke Non
Pati. Stikes Karya Husada Semarang. Hemoragik di Ruang Sahadewa RSUD
Gofir, A. 2009. Manajemen Stroke. Pustaka Sanjiwani Gianyar.
Cendikia Pres. Yogyakarta. http://ejurnal.stikesprima
nusantara.ac.id .Diakses 10 Juli 2016.
Irfan, Muhammad. 2012. Fisioterapi Bagi
Insan Stroke. Graha Ilmu. Yogyakarta. Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasa
tentang Penyakit Tidak Menular
Levine, Ginsberg. 2009. Lecture Notes Balitbangkes. Kemenkes RI. Jakarta.
Neurology. Erlangga. Jakarta.
Riwidikdo, Handoko. 2012. Statistik
Mansjoer, Arief. 2014. Kapita Selekta Kesehatan : Belajar Mudah Tehnik
Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. Analisis Data dalam Penelitian kesehatan
Jakarta. (Plus Aplikasi Software SPSS). Mitra
Maulana, Munggaran Septian. 2014. Artikel Cendekia Press. Yogyakarta.
Mengenai Stroke. Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian.
http://artikelkesehatan16.co.id.2014/04/a Alfabeta. Bandung.
rtikel-mengenai-stroke.html. Diakses 1
Juni 2016. Suparjo. 2013. Waspadai Gejala dan
Penyebab Penyakit Stroke yang
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Mematikan!.
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. http://doktersehat.com/waspadai-gejala-
Jakarta. dan-penyebab-penyakit-stroke-yang-
Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan mematikan-2013. Diakses 10 Desember
Metodologi Penelitian Ilmu 2017.
Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis WHO. 2014. Avoiding Heart attacks and
dan Instrumen Penelitian Keperawatan. stroke : don’t be a victim-protect yourself.
Salemba Medika. Surabaya. http://www.who.int/cardiovascular_disea
Pearce, Evelyn C..2012. Anatomi dan ses/publications/avoid_
Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia heart_attack_report/en/. Diakses 20
Pustaka Utama. Jakarta. Februari 2016
Potter & Perry. 2012. Fundamentals Of Winona. 2016. Pengaruh latihan gerak aktif
Nursing: Concepts, Process and Practice. menggenggam bola pada pasien stroke
EGC. Jakarta. diukur dengan handgrip dynamometer.
Rabawati. 2014. Pengaruh Latihan ROM http://ejournal.unsrat.ac.id. Diakses 10
Dengan Bola Tenis Hangat Terhadap Desember 2017.

Anda mungkin juga menyukai