Anda di halaman 1dari 17

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 1

PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA KABUPATEN


KARAWANG
A. Zahrawaani, Enok Maryani1), Bagja Waluya2)
azzahra@student.upi.edu, enokmaryani@upi.edu, bagjawaluya_a@upi.edu
Departemen Pendidikan Geografi
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial – Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah pengembangan wisata budaya di Kabupaten Karawang.
Kabupaten Karawang memiliki daya tarik wisata budaya yang beraneka ragam, akan tetapi
pengembangannya belum optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik
wisatawan yang berkunjung, mengetahui daya tarik budaya yang potensial, mengidentifikasi
keterkaitan karakteristik wisatawan yang berkunjung dengan daya tarik wisata budaya, dan
menganalisis upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan daya tarik wisata budaya Kabupaten
Karawang. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel lokasi penelitian
dilaksanakan di Maqam Syekh Quro, Candi Jiwa, dan Museum Batujaya, dengan jumlah responden 200
orang. Teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner, observasi lapangan, studi literature,
dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis presentase, pengharkatan, dan analisis
SWOT. Hasil penelitian menunjukan karakteristik wisatawan yang berkunjung didominasi oleh wanita
dengan usia remaja hingga dewasa yang berasal dari Kabupaten Karawang, bertingkat pendidikan
Sekolah Menengah Atas dan berprofesi sebagai pelajar serta ibu rumah tangga. Daya tarik wisata
budaya Kabupaten Karawang termasuk pada kategori kurang potensial sampai cukup potensial, dengan
daya tarik tertinggi adalah mitos dan legenda. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan daya
tarik wisata budaya Kabupaten Karawang ialah menawarkan daya tarik wisata yang memanfaatkan
keberagaman bahasa, aktivitas wisata dan kepercayaan wisatawan terhadap mitos dan legenda.
Meningkatkan intensitas penyelenggaraan atraksi budaya untuk menambah pengalaman wisata.
Mengoptimalkan pengembangan daya tarik wisata dengan memberikan pelayanan terbaik.
Meningkatkan aksesibilitas serta fasilitas yang kurang memadai, dan memperbaiki koordinasi antara
pemerintah dan pengelola wisata.
Kata Kunci: Wisatawan, daya tarik wisata, pengembangan wisata

ABSTRACT
This research was motivated by the problem of developing cultural tourism in Karawang Regency.
Karawang Regency has a diverse cultural tourist attraction, but its development has not been optimal.
The purpose of this study is to know the characteristics of visiting tourists, to know potential cultural
attractiveness, identify the relevance of the characteristics of tourists visiting cultural tourism
attractions, and analyze the efforts that can be made to develop cultural tourism attractions in
Karawang Regency. The research method uses quantitative descriptive methods. The sample location
of the study was carried out at Sheikh Quro Sub-District, Soul Temple, and Batujaya Museum, with 200
respondents. Techniques for collecting data through questionnaires, field observations, literature
studies, and documentation. The data analysis technique uses percentage analysis, rating, and SWOT
analysis. The results showed that the characteristics of visiting tourists were dominated by women with
adolescence to adulthood originating from Karawang Regency, with a high school education level and
working as students and housewives. Cultural tourist attraction in Karawang Regency is included in
the category of less potential to quite potential, with the highest attraction being myths and legends.
Efforts that can be made to develop cultural tourism attraction in Karawang Regency are to offer tourist
attractions that utilize the diversity of languages, tourist activities and tourists' trust in myths and
legends. Increase the intensity of organizing cultural attractions to add to the tourist experience.
Optimizing the development of tourist attraction by providing the best service. Improve accessibility
and inadequate facilities, and improve coordination between the government and tourism managers.
Keywords: Tourists, tourist attraction, tourism development

*) Penulis Penanggung Jawab


2 | Zahrawaani, A., dkk
Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karawang

PENDAHULUAN Seperti yang tercantum pada tabel 1,


Daya tarik wisata merupakan suatu wisata budaya memiliki kontribusi
hal yang dapat menarik wisatawan untuk kunjungan wisatawan mancanegara
berkunjung, karena dapat dinikmati dan terbesar, yang dapat menjadi salah satu
layak dijual ke pasar wisata. Menurut peluang untuk mengembangkan wisata
Sunaryo (2013, hlm. 159) daya tarik wisata budaya sebagai wisata unggulan Kabupaten
atau atraksi wisata meliputi daya tarik Karawang. Selain itu, wisata budaya daerah
wisata alam, budaya, maupun buatan atau ini memiliki kemenarikan sejarah dan
disebut sebagai minat khusus. Daya tarik kondisi geografis tersendiri, terlebih lokasi
wisata budaya umumnya memanfaatkan Karawang berdekatan dengan Jakarta yang
keragaman sosial budaya sebagai objek merupakan gerbang wisata Indonesia.
wisata. Meskipun memiliki potensi
Keberagaman budaya dan sejarah pariwisata yang cukup baik, Arief (2017,
yang disajikan sebagai atraksi inilah yang hlm. 48) mengemukakan bahwa masih
menjadikan wisata budaya berbeda dengan dibutuhkannya perhatian khusus untuk
wisata lainnya, karena selain dapat menjadi sektor pariwisata Kabupaten Karawang, hal
alternative dalam menjaga kearifan lokal tersebut dikarenakan sektor pariwisata
(Sudono. 2013, hlm. 6-8), keberagaman belum dapat memberikan kontribusi yang
budaya yang dimiliki Indonesia juga signifikan terhadap perekonomian daerah.
menjadi salah satu faktor penarik minat Tingkat perkembangan pariwisata
kunjung wisatawan mancanegara, dan salah di daerah ini juga belum setara dengan
satunya tercatat pada kunjungan wisatawan tingkat perkembangan wilayahnya, karena
mancanegara ke wisata budaya Kabupaten pengemasan produk pariwisata Kabupaten
Karawang. Tabel 1 merupakan data Karawang yang masih kurang bersaing
kunjungan wisatawan ke Kabupaten dengan kawasan lain (Rencana Besar
Karawang: Pengembangan Destinasi Wisata Kelas
Tabel 1 Dunia Provinsi Jawa Barat). Begitupun
Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten
Karawang prasurvei yang diperoleh, kondisi fasilitas
Jenis Wisatawan Wisatawan Jumlah
Wisata Nusantara Mancanegara wisatawan
wisata budaya kurang terawat dengan baik,
Wisata
Alam
8.373.265 0 8.373.265 angkutan umum untuk menuju objek wisata
Wisata
Budaya
3.088.100 2.500 3.090.600 minim, dan pengelolaan wisata budaya
Wisata yang masih diarahkan pada pengembagan
Minat 51.600 0 51.600
Khusus
Sumber: Data jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara triwulan 3
wisata secara fisik.
dan 4 tahun 2017 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 3

Wisata budaya Kabupaten Menurut Shaw dan William sepuluh


Karawang terdiri dari 18 objek wisata elemen budaya yang menjadi daya tarik
budaya dengan 3 karakteristik wisata, yaitu wisata ialah kerajinan, tradisi, sejarah
wisata purbakala, wisata sejarah, dan wisata daerah, arsitektur, makanan khas, seni dan
religi. Menurut Khotimah, dkk. (2017, hlm. musik, cara hidup, agama, bahasa dan
58) daya tarik wisata budaya terdiri dari pakaian tradisional (Syarifuddin. 2017,
daya tarik wisata yang bersifat berwujud hlm. 13).
(tangible) dan tidak berwujud (intangible). Mitos merupakan suatu cerita yang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah umumnya tidak dapat diterima oleh akal
No 50 Tahun 2011, cagar budaya, karena berupa rekaan yang diturunkan dari
perkampungan tradisional, dan museum generasi ke generasi, dengan fungsi lain
termasuk daya tarik wisata budaya bersifat untuk mengetahui jejak sejarah bangsa
berwujud (tangible), sedangkan kehidupan (Syarifuddin dan Lisna. 2015, hlm. 103).
adat dan kesenian termasuk pada daya tarik Berdasarkan teori yang
wisata budaya bersifat tidak berwujud dikemukakan oleh Koentjaraningrat,
(intangible). bahasa merupakan sarana untuk
Kehidupan adat adalah suatu tradisi berinteraksi, berupa lisan maupun tulisan.
atau aktivitas tertentu yang dilakukan Ragam bahasa timbul karena adanya proses
masyarakat pada suatu daerah. Menurut saling mempengaruhi bahasa pada daerah
Jazuli dalam (Syarifuddin dan Lisna. 2015, perbatasan (Siany dan Catur. 2009, hlm.
hlm. 108) tradisi merupakan warisan 59).
peristiwa budaya dari para pendahulu, Selain sepuluh unsur budaya yang
bernilai budaya tinggi sehingga dapat dikemukakan oleh Shaw dan William,
menjadi identitas yang kuat dan mengakar budaya juga memiliki kandungan nilai-nilai
di kalangan masyarakat. Sedangkan kearifan lokal yang terjabar dalam seluruh
kesenian adalah suatu budaya yang warisan budaya, baik yang bersifat tangible
diciptakan dengan nilai luhur (Syarifudidin. maupun intangible (Sedyawati. 2006, hlm.
2017, hlm. 10). Kesenian muncul dari 382).
imajinasi kreatif manusia, yang diartikan Menurut Suhartini (2009, hlm. 207)
sebagai hasrat terhadap keindahan dan kearifan lokal merupakan suatu pedoman
kepuasan batin. Kesenian memiliki nilai manusia dalam berprilaku, adat kebiasaan,
filosofis dan humanis, yang menjadikan pengetahuan maupun pemahaman yang
daya tarik wisata budaya ini bersifat tidak diyakini, dihayati, dipraktekan, dan
berwujud (intangible). diwariskan.

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
4 | Zahrawaani, A., dkk
Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karawang

Selain aspek ekstrinsik, wisata yang suatu objek wisata harus memenuhi syarat
menjadikan budaya sebagai daya tarik pengembangan agar menarik untuk
utama ini perlu memperhatikan aspek dikunjungi, diantaranya terdapat objek dan
instrinsik yang dikemukakan oleh Du Cros atraksi wisata (what to see), terdapat
ialah berupa pengalaman wisata (tourist kegiatan yang dapat dilakukan (what to do),
experience), karena pasar wisata budaya tersedia fasilitas berbelanja (what to buy),
yang baik diperuntukkan bagi wisatawan aksesibilitas menuju tempat wisata (what to
yang mencari pengalaman budaya (Utama. arrived), dan tempat tinggal selama
2015, hlm. 4). berlibur (what to stay).
Wisatawan adalah orang yang Ragam aktivitas wisata budaya
mengadakan perjalanan dan hanya tinggal menurut Inskeep ialah mengunjungi situs
untuk sementara waktu. Menurut Smith budaya, melihat aktivitas ekonomi, melihat
karakteristik wisatawan terdiri dari arsitektur bangunan, mengunjungi
karakteristik sosial ekonomi dan museum, dan menonton festival budaya
karakteristik perjalanan (Suchaina. 2014, Ingkadijaya, dkk. 2016, hlm. 40).
hlm. 96). Karakteristik wisatawan Sesuatu yang dapat dilihat ketika
berdasarkan sosial ekonomi ialah jenis berada di objek wisata dapat berupa event
kelamin, usia, daerah asal, tingkat wisata yang diselenggarakan oleh
pendidikan, status perkawinan, status pengelola objek wisata dengan tujuan
pekerjaan, dan pendapatan perbulan. sebagai hiburan bagi pengunjung, sejalan
Sedangkan berdasarkan karakteristik dengan pendapat Getz bahwa peran event
perjalanan yaitu tujuan kunjungan, wisata dalam pembangunan pariwisata
frekuensi kunjungan, teman perjalanan, ialah menjadi daya tarik wisata tersendiri.
lama waktu kunjungan, dan besar Sesuatu yang dapat dibeli
pengeluaran. wisatawan ketika berada diobjek wisata
Terdapat beberapa unsur penting tentuya dikarenakan tersedianya suatu
yang harus diperhatikan untuk fasilitas perbelanjaan, yang berupa
mengembangkan suatu objek wisata. cinderamata, souvenir, maupun kerajinan
Menurut Spillane (1994, hlm. 63) unsur masyarakat. Kerajinan memiliki peran
penting yang harus diperhatikan tersebut sebagai asset budaya sekaligus asset
meliputi atraksi, fasilitas, infrastruktur, pariwisata. Primasari, dkk. (2015, hlm. 3)
aksesibilitas, dan hospitality. mengartikan kerajinan sebagai identitas
Selain kelima unsur penting atau simbol budaya daerah berupa karya
tersebut, menurut Maryani (1991, hlm. 11) seni.

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 5

Tentunya untuk mengembangkan dengan sampel Maqam Syekh Quro, Candi


daya tarik wisata diperlukan aksesibilitas Jiwa, dan Museum Batujaya. Sampel
dan fasilitas yang memadai. Aksesibilitas manusia menggunakan metode accidental
bertujuan untuk memudahkan pergerakan sampling, berjumlah 200 orang. Variable
wisatawan, sedangkan fasilitas penelitian dijabarkan pada tabel 2 dan peta
diperuntukkan memenuhi kebutuhan sebaran wisata budaya Kabupaten
wisatawan selama berada ditempat wisata, Karawang tertera pada gambar 1.
dan dapat berpengaruh terhadap persepsi Tabel 2
Variabel Penelitian
serta harapan wisatawan (Sulistiyana, dkk. Variabel Indikator Ukuran
Karakteristik Jenis Kelamin, Usia, Daerah Asal,
2015, hlm. 6). Sosial Status Marital, Pendidikan
Ekonomi Terakhir, Pekerjaan
Berdasarkan beberapa faktor yang Karakteristik Lama Waktu kunjungan, tujuan
Wisatawan wisata, teman perjalanan, waktu
telah dikemukakan maka tujuan dari Karakteristik
kunjungan, frekuensi kunjungan,
Perjalanan
jumlah teman perjalanan. Jenis
penelitian ini ialah (1) Mengetahui transportasi, biaya perjalanan
Kehidupan Keberagaman tradisi/ upacara
karakteristik wisatawan yang berkunjung Adat adat
Kesenian Keberagaman kesenian
pada wisata budaya Kabupaten Karawang; Bahasa/
Keberagaman bahasa
Dialek
(2) Mengetahui daya tarik wisata budaya di Kearifan
Keberagaman kearifan lokal
Lokal
Kabupaten Karawang; (3) Mengidentifikasi Mitos dan Tingkat pengaruh mitos terhadap
Daya Tarik Legenda kehidupan wisatawan
keterkaitan karakteristik wisatawan yang Wisata Event
Keberagaman jenis event wisata
Budaya Wisata
berkunjung dengan kemenarikan wisata
Variasi
budaya; (4) Menganalisis upaya yang dapat Aktivitas Keberagaman aktivitas wisata
Wisata
dilakukan untuk mengembangkan daya Kerajinan Keberagaman kerajinan yang
Masyarakat dihasilkan masyarakat sekitar
tarik wisata budaya di Kabupaten Cinderamata Keberagaman cinderamata
Pengalaman
Memorable experience scale
Karawang. Wisata
Tingkat kemudahan menemukan
Transportasi
Aksesibilitas angkutan umum
Wisata Kondisi jalan menuju objek
Infrastruktur
METODE wisata
Toilet dan
Kondisi kebersihan toilet dan air
Penelitian ini menggunakan metode Air Bersih
Fasilitas Tempat
Kondisi fasilitas tempat makan
kuantitatif. Populasi objek wisata yaitu Wisata Makan
Tempat
Kondisi fasilitas penginapan
seluruh wisata budaya yang ada di Menginap
Keramahan
Kabupaten Karawang, sedangkan seluruh Tingkat keramahan pengelola
Hospitality Pengelola
wisata
Wisata
wisatawan yang berkunjung ke wisata Teknik pengumpulan data melalui
budaya tersebut merupakan populasi penyebaran kuisioner kepada wisatawan,
manusia dalam penelitian ini. Adapun observasi lapangan mengenai daya tarik
pengambilan sampel objek wisata yang wisata, studi literatur dan dokumentasi.
digunakan ialah purposive sampling,

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
6 | Zahrawaani, A., dkk
Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karawang

Teknik analisis untuk mengukur (scoring), dan pengembangan daya tarik


karakteristik wisatawan menggunakan wisata budaya diukur menggunakan
analisis presentase, daya tarik wisata SWOT.
budaya diukur menggunakan pengharkatan

Sumber: SHP Indonesia (dikutip oleh Az Zahrawaani)

Gambar 1. Peta Sebaran Wisata Budaya Kabupaten Karawang

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 7

HASIL DAN PEMBAHASAN budaya Kabupaten Karawang adalah


1. Karakteristik Wisatawan Sekolah Menengah Atas (SMA), dan
Karakteristik wisatawan dibagi berprofesi sebagai pelajar dan ibu rumah
berdasarkan karakteristik sosial ekonomi tangga. Besarnya jumlah wisatawan yang
dan karakteristik perjalanan wisata. berprofesi sebagai pelajar dan ibu rumah
Sebanyak 55% karakteristik wisatawan tangga ini didukung dengan teori yang
yang berkunjung ke wisata budaya dikemukakan oleh Seaton dan Bennet
Kabupaten Karawang adalah wisatawan bahwa jenis pekerjaan seseorang akan
lokal perempuan dengan rentang usia yang berpengaruh terhadap waktu luang, serta
berbeda, sesuai dengan jenis wisata yang kemampuan finansialnya untuk berwisata
dipilihnya. Hal tersebut didukung dengan (Koswara. 2002, hlm. 4). Adapun biaya
pernyataan Marpaung dan Herman (2002, perjalanan yang dikeluarkan lebih dari
hlm. 48), bahwa usia mempengaruhi setengah jumlah wisatawan yang
kecendrungan wisatawan dalam memilih berkunjung ke wisata budaya Kabupaten
objek tujuan wisata. Wisatawan dengan Karawang adalah sebesar Rp. 10.000 – Rp.
rentang usia dewasa umumnya memilih 100.000.
karakteristik wisata religi, dan wisatawan Tidak terlalu besarnya biaya
remaja memilih wisata sejarah serta perjalanan yang dikeluarkan wisatawan
purbakala. juga dipengaruhi oleh pemilihan kendaraan
Wisatawan remaja memiliki minat pribadi sebagai transportasi untuk menuju
yang tinggi untuk berwisata dan mengatur wisata budaya. Selain itu jarak tempuh yang
perjalanannya sendiri, umumnya mereka tidak terlampau jauh mempengaruhi
memiliki waktu berwisata yang cukup frekuensi kunjungan wisatawan yang dapat
luang dibandingkan dengan wisatawan mencapai 1-3 kali bahkan ≥10 kali, dengan
dewasa. Wisatawan dewasa umumnya waktu kunjungan selama ≤5 jam dalam satu
sudah menikah, dan cenderung memilih kali kunjungan. Sebagian besar wisatawan
keluarga sebagai teman perjalanan wisata, memilih akhir pekan sebagai waktu
sedangkan wisatawan remaja cenderung kunjungan wisatanya, dengan tujuan
memilih teman atau rekan kerja. Tercatat kunjungan wisata untuk rekreasi dan
sebanyak 62% wisatawan datang bersama medapat ketenangan hati.
≤5 orang teman perjalanan.
Sebanyak 42% tingkat pendidikan
wisatawan yang berkunjung ke wisata

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
8 | Zahrawaani, A., dkk
Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karawang

2. Daya Tarik Wisata Budaya skor dan penilaian daya tarik wisata
Kabupaten Karawang dipaparkan pada tabel 3:
Daya tarik wisata tentunya Tabel 3
Skor dan Penilaian Daya Tarik Wisata Budaya
merupakan suatu pendorong wisatawan Skor
Maqam
untuk melakukan kegiatan berwisata, daya No Indikator Candi Museum
Syekh
Jiwa Batujaya
Quro
tarik tersebut dapat berupa objek maupun Kehidupan
1 3 2 1
adat
atraksi yang ada pada suatu wisata. 2 Kesenian 1 1 1
Bahasa/
Parameter yang digunakan untuk 3
dialek
4 3 3
Kearifan
menganalisis kemenarikan wisata budaya 4
lokal
4 3 2
Mitos dan
adalah daya tarik wisata budaya bersifat 5
legenda
5 5 3
6 Event wisata 3 2 2
tidak berwujud (intangible). Variasi
Selain daya tarik wisata, menurut 7 aktivitas 3 3 3
wisata
Spillane (1994, hlm. 63) unsur penting Kerajinan
8 4 1 1
masyarakat
lainnya yang harus diperhatikan ialah 9 Cinderamata 4 2 2
Pengalaman
10 3 3 3
fasilitas wisata, aksesibilitas, dan wisata
Angkutan
11 1 1 1
hospitality. Fasilitas ditujukan untuk umum
12 Kondisi jalan 3 3 3
memenuhi kebutuhan wisatawan selama 13
Toilet dan
2 1 3
air bersih
berada didaerah tujuan wisata (Yoeti. 2003, 14
Tempat
3 2 3
makan
hlm. 56), aksesibilitas berfungsi untuk 15
Tempat
2 1 1
menginap
memudahkan pergerakan wisatawan dari Keramahan
16 pengelola 4 5 5
suatu daerah ke daerah tujuan wisata wisata
Skor 49 38 37
(Setiawan. 2015, hlm. 7), sedangkan
hospitality merupakan kualitas pelayanan Berdasarkan jumlah skor yang
yang diberikan berupa keramahan didapat dari setiap objek wisata dengan
pengelola wisata terhadap wisatawan. parameter yang telah ditentukan, objek
Berdasarkan hasil penilaian daya wisata Maqam Syekh Quro termasuk pada
tarik wisata budaya yang diukur kategori cukup potensial, sedangkan objek
menggunakan pengharkatan dengan 16 wisata Candi Jiwa dan Museum Batujaya
kriteria, maka dapat disimpulkan bahwa termasuk pada kategori kurang potensial.
penilaian daya tarik wisata budaya Dari keenam belas aspek,
Kabupaten Karawang termasuk pada keramahan pengelola wisata memiliki nilai
kategori kurang potensial hingga cukup yang tertinggi karena pada setiap objek
potensial untuk dikembangkan. Adapun wisata, pengelola memberikan pelayanan

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 9

terbaiknya dengan mengedukasi wisatawan datang ke wisata budaya Kabupaten


mengenai objek maupun sejarah wisata, Karawangpun tidak banyak yang membeli
dan sangat terbuka menerima kritik dan dan mengetahu cinderamata yang ada pada
saran. Sedangkan mitos dan legenda yang wisata budaya.
ada pada objek wisata budaya Kabupaten Terdapat beberapa kekhasan lokal
Karawang adalah daya tarik wisata yang yang masih arif. Seperti halnya bangunan
paling potensial untuk dikembangkan, hal candi yang masih dijaga, dan budaya lokal
ini dikarenakan wisatawan yang berupa ziarah kubur. Tentunya kearifan
berkunjung sangat mempercayai mitos dan lokal yang ditemui disetiap objek wisata
legenda yang ada di objek wisata. berbeda-beda, adapun kearifan lokal yang
Terdapat ragam bahasa pada wisata paling banyak ditemui yaitu pada objek
budaya Kabupaten Karawang, yaitu Bahasa wisata Maqam Syekh Quro, karena di objek
Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia, dan wisata ini memiliki beragam kekhasan atau
Bahasa Betawi. Kehidupan adat yang ada budaya lokal yang masih terjaga.
pada objek wisata budaya di Kabupaten Aktivitas wisata yang dilakukan
Karawang didominasi dengan unsur wisatawan ketika berkunjung ke objek
peribadatan yang dilakukan oleh beragam wisata budaya Kabupaten Karawang cukup
latarbelakang. Kesenian yang disuguhkan beragam. Selain berfoto, bersantai, dan
di objek wisata sangat jarang ditampilkan, bersilaturahmi untuk objek wisata religi,
karena kesenian ini biasanya ditampilkan wisatawan juga dapat menambah
saat event wisata yang hanya pengetahuannya mengenai objek wisata
diselenggarakan satu tahun sekali oleh maupun sejarah dari objek wisata budaya
pihak pengelola. Kabupaten Karawang.
Kerajinan masyarakat yang ada Pengetahuan baru yang didapatkan
disekitar objek wisata budaya Kabupaten wisatawan selepas berkunjung dari objek
Karawang tergolong masih sangat rendah. wisata budaya Kabupaten Karawang
Tidak semua objek wisata memiliki merupakan salah satu pengalaman wisata
kerajinan khas untuk diperkenalkan kepada yang dapat memenuhi kriteria suatu objek
wisatawan. Kerajinan yang ada pada objek wisata budaya yang baik. Seperti yang telah
wisata ini pula dijadikan sebagai dikemukakan oleh Du Cros mengenai pasar
cinderamata atau buah tangan yang dapat wisata budaya yang diperuntukkan bagi
dibawa pulang oleh wisatawan yang wisatawan yang berkeinginan mencari
berkunjung, namun karena belum pengalaman budaya dan sentuhan emosi
terkoordinasi secara baik, wisatawan yang dengan situs tersebut.

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
10 | Zahrawaani, A., dkk
Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karawang

Selain pengetahuan, pengalaman 3. Keterkaitan Karakteristik


wisata yang didapatkan wisatawan selepas Wisatawan dengan Kemenarikan
berkunjung dari wisata budaya Kabupaten Wisata
Karawang diantaranya, perasaan senang, Daya tarik wisata budaya
tenang, mendapat pengalaman baru, Kabupaten Karawang diminati oleh
pengetahuan baru, dan dapat pula menjalani wisatawan lokal dengan jenis kelamin
budaya lokal pada objek wisata tertentu. perempuan, hal tersebut didukung dengan
Aksesibilitas untuk menuju wisata pernyataan Marpaung dan Herman. (2002,
budaya Kabupaten Karawang sudah hlm. 48) terdapat ketertarikan perempuan
tergolong cukup baik, karena jalan untuk terhadap kebudayaan daerah tujuan wisata,
menuju objek wisata sudah beraspal dan disamping itu perempuan juga cenderung
tidak berlubang, meskipun wisatawan lebih memperhatikan ketersediaan fasilitas
sangat kesulitan untuk menemukan wisata seperti pusat perbelanjaan dan
angkutan umum yang menuju wisata kerajinan. Pada wisata budaya Kabupaten
budaya Kabupaten Karawang. Karawang, pusat perbelanjaan tergolong
Adapun kondisi faktual mengenai pada kategori cukup potensial.
fasilitas wisata budaya Kabupaten Dominasi usia pengunjung wisata
Karawang yaitu tempat makan yang cukup budaya Kabupaten Karawang adalah
memadai. Sedangkan untuk kondisi kelompok usia remaja dan dewasa.
penginapan tergolong sangat rendah karena Kelompok usia ini berkesinambungan
wisata budaya Kabupaten Karawang adalah dengan status marital wisatawan, teman
wisata lokal, sehingga sebagian besar objek perjalanan, kecendrungan pemilihan objek
wisata ini tidak menyediakan tempat tujuan wisata, dan tujuan berwisata.
bermalam. Kelompok usia remaja umumnya berstatus
Ketersediaan toilet dan air bersih belum menikah, cenderung memilih teman
pada wisata budaya Kabupaten Karawang atau rekan kerja sebagai teman berwisata,
tergolong kurang memadai. Masih dominan memilih objek wisata purbakala
minimnya toilet bersih yang disediakan dan sejarah, dengan maksud kunjungan
oleh wisata budaya Kabupaten Karawang. untuk berekreasi, menghilangkan
Begitupun kondisi air pada objek wisata, kejenuhan dengan menikmati event wisata,
yang menurut wisatawan terdapat air yang menambah pengetahuan dan pengalaman
tidak tawar (asin). baru.
Sedangkan dominasi wisatawan
usia dewasa berstatus sudah menikah atau

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 11

berkeluarga, sehingga cenderung memilih melakukan tawassul setiap malam jumat.


keluarga sebagai teman perjalanannya. Sedangkan ragam bahasa yang terdapat
Wisatawan kelompok usia dewasa ini pada wisata budaya diantaranya bahasa
umumnya memilih wisata religi sebagai Indonesia, Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, dan
tujuan wisata dengan maksud kunjungan Bahasa Betawi yang digunakan sebagai
untuk mendapatkan ketenangan hati, bahasa keseharian masyarakat lokal.
dilancarkan rezeki, dan mendapatkan Presentase terbesar mengenai
keberkahan hidup. Timbulnya beberapa pendidikan terakhir wisatawan yang
tujuan wisata tersebut sedikitnya berkunjung ke wisata budaya Kabupaten
dipengaruhi oleh mitos yang ada pada Karawang adalah Sekolah Menengah Atas
wisata religi. (SMA) dan berprofesi sebagai pelajar dan
Mitos tersebut timbul karena adanya ibu rumah tangga. Berdasarkan kriteria
cerita dari masyarakat lokal yang notabene tersebut wisatawan yang berkunjung
adalah masyarakat pesisir yang menjunjung termasuk pada kelompok sosial ekonomi
tinggi tradisi kepada leluhur. Dominasi menengah-bawah. Kelompok sosial ini
masyarakat lokal sebagai pengunjung bersifat pasif dalam perjalanan wisata.
tersebut memiliki keterkaitan dengan Profesi memiliki keterkaitan dengan
frekuensi kunjungan wisatawan, jenis waktu luang yang dimiliki untuk berwisata.
transportasi yang digunakan, dan biaya Hal tersbeut didukung oleh teori Koswara.
perjalanan yang dikeluarkan. Kurang dari (2002, hlm. 4) bahwa pekerjaan akan
setengah jumlah wisatawan melakukan berpengaruh terhadap waktu luang.
frekuensi kunjungan wisata lebih dari Sehingga sebagian besar waktu kunjungan
sepuluh kali, dikarenakan asal daerah yang wisatawan tersebut adalah akhir pekan,
tidak terlampau jauh dengan objek wisata. karena pada hari kerja umumnya wisatawan
Jarak tempuh yang dekat memungkinkan bersekolah atau mengurus rumah tangga.
wisatawan menggunakan kendaraan roda Lama waktu berkunjung wisatawan
dua untuk menuju objek wisata, serta tidak dipengaruhi oleh aktivitas wisata yang
terlampau banyaknya biaya perjalanan dapat dilakukan wisatawan ketika berada di
yang harus dikeluarkan wisatawan. objek wisata, semakin banyak dan beragam
Dominasi masyarakat lokal sebagai aktivitas yang dapat dilakukan, maka
pengunjung berpengaruh terhadap semakin lama pula waktu berkunjung
keberagaman bahasa, serta kehidupan adat wisatawan. Selain itu, lama waktu
yang ada. Hal tersebut dapat dilihat melalui berkunjung juga dapat dipengaruhi oleh
rutinitas sejumlah wisatawan ketika jam operasional objek wisata. Seperti

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
12 | Zahrawaani, A., dkk
Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karawang

halnya objek wisata Maqam Syekh Quro dikemukakan oleh Koswara (2002, hlm. 4).
yang tidak memiliki batasan jam Sehingga sebagian besar waktu kunjungan
operasional, yang artinya wisatawan tidak wisatawan adalah akhir pekan, dengan lama
memiliki batasan berkunjung bahkan tidak waktu berkunjung kurang dari lima jam.
sedikit wisatawan bermalam pada objek Dominasi masyarakat lokal sebagai
wisata ini. Berbeda dengan Maqam Syekh pengunjung mempengaruhi frekuensi
Quro, objek wisata Candi Jiwa dan kunjungan wisatawan, jenis transportasi
Museum Batujaya memiliki jam beroperasi serta biaya perjalanan yang dikeluarkan
dari pukul 08.00 sampai 16.00, sehingga wisatawan, bahasa serta kehidupan adat di
wisatawan memiliki batas waktu daerah sekitar objek wisata budaya.
berkunjung. Berdasarkan hasil pengharkatan,
daya tarik wisata budaya Kabupaten
Pengembangan Daya Tarik Wisata Karawang berada pada kategori yang cukup
Budaya Kabupaten Karawang potensial dan kurang potensial. Strategi
Daya tarik wisata budaya analisis yang digunakan dalam
Kabupaten Karawang pada umumnya pengembangan daya tarik wisata budaya
diminati oleh wisatawan lokal perempuan Kabupaten Karawang adalah analisis
dengan rentang usia remaja hingga dewasa, SWOT, sebagaimana dipaparkan pada tabel
berpendidikan terakhir SMA dan berprofesi 4:
sebagai pelajar serta ibu rumah tangga. Hal Tabel 4
Analisis SWOT
ini berkesinambungan dengan pernyataan Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1) Sikap ramah pengelola 1) Kesenian yang hanya
Marpaung dan Herman (2002, hlm. 48) wisata melayani diselenggarakan pada
wisatawan, event wisata tahunan
mengenai ketertarikan perempuan terhadap mengedukasi, dan 2) Angkutan umum
menerima kritik serta menuju objek wisata
kebudayaan dan umumnya lebih saran tidak memadai
2) Mitos dan legenda yang 3) Fasilitas penginapan
memperhatikan fasilitas perbelanjaan serta ada sangat diyakini tidak memadai
wisatawan 4) Minimnya kehidupan
kerajinan. 3) Terdapat ragam bahasa adat atau tradisi khas
dan dialek 5) Ketersediaan toilet
Usia wisatawan memiliki 4) Keberagaman aktivitas dan air bersih kurang
wisata yang dapat memadai
keterkaitan dengan status marital, teman dilakukan wisatawan 6) Minimnya
5) Kondisi jalan yang sudah penyelenggaraan
perjalanan wisata, kecendrungan pemilihan memadai event wisata
6) Ragam pengalaman 7) Pengunjung wisata
objek wisata dan tujuan yang ingin dicapai wisata yang didapat masih didominasi
wisatawan oleh wisatawan lokal
ketika berwisata. Sedangkan profesi 7) Nilai budaya yang masih
terjaga
wisatawan yang berkunjung memiliki Peluang (O) Ancaman (T)
1) Tingginya jumlah 1) Pengemasan produk
keterkaitan dengan waktu luang yang kunjungan wisatawan wisata kurang
bersaing
dimiliki wisatawan, seperti yang

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 13

2) Frekuensi kunjungan 2) Kurangnya Menawarkan aktivitas wisata yang


berulang wisatawan koordinasi
tertinggi lebih dari 10 pemerintah dan beragam dapat meningkatkan probabilitas
kali pengelola wisata
3) Kabupaten Karawang (Maqam Syekh Quro) kunjungan wisata dan menambah
memiliki objek wisata 3) Kurangnya kesadaran
budaya unggulan pengunjung untuk pengalaman wisata, sejalan dengan
4) Pengelola wisata melestarikan dan
berpengetahuan luas menjaga wisata penelitian Kastolani (2008, hlm. 9) yang
mengenai objek wisata budaya
maupun kondisi 4) Terdapat wisata menggunakan Skalogram Guttman, bahwa
geografis budaya lain yang
dekat dengan diperlukan keanekaragaman aktivitas
Kabupaten Karawang
5) Pemilihan wisata lain wisata dalam mengembangkan suatu objek
dengan aksesibilitas
yang lebih mudah wisata.
Meningkatkan intensitas
Adapun strategi pengembangan
penyelenggaraan atraksi budaya, guna
yang didapat ialah menawarkan daya tarik
menambah pengalaman wisata karena
wisata yang memanfaatkan keragaman
atraksi memiliki kemenarikan yang dapat
bahasa, aktivitas wisata dan kepercayaan
menimbulkan kepuasan wisatawan ketika
wisatawan terhadap mitos dan legenda.
berkunjung (Wanda dan Edriana. 2018,
Sebagian besar wisatawan mempercayai
hlm. 89). Peningkatan atraksi budaya
mitos yang ada pada wisata budaya, dan
dengan tujuan kepuasan dan pengalaman
berpengaruh besar terhadap kehidupannya.
baru untuk wisatawan ini memiliki
Kepercayaan tersebut dapat menjadi
relevansi dengan penelitian yang dilakukan
strategi untuk meningkatkan kesadaran
oleh Saputri, dkk. (2018, hlm. 180) bahwa
wisatawan dalam menjaga dan
tujuan wisatawan mengunjungi pariwisata
melestarikan wisata budaya.
budaya adalah untuk mengenali dan
Daya tarik budaya juga menjadi
mendapat pengalaman baru tentang
faktor utama dalam menarik minat kunjung
keunikan dan kekhasan suatu daerah,
wisatawan, hal ini berelevansi dengan
sehingga dibutuhkan ragam atraksi budaya
penelitian Kirom, dkk. (2016, hlm. 545)
pada suatu objek wisata agar wisatawan
bahwa faktor budaya berpengaruh baik
tidak merasa jenuh dengan atraksi yang ada.
terhadap keputusan dan kepuasan
Atraksi budaya dapat berupa event
berkunjung wisatawan. Menurut
wisata, kesenian khas, dan tradisi atau
Koenjaraningrat (2004, hlm. 2) bahasa
kehidupan adat yang berdaya tarik tinggi,
merupakan unsur budaya bersifat universal,
karena terkandung nilai luhur karya
dapat mendeskripsikan ciri tertentu suku
manusia pada masa lampau.
bangsa, dan menjadi suatu budaya yang
Pengadaan kerajinan khas
menarik untuk dipelajari wisatawan.
masyarakat sekitar yang dapat menjadi

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
14 | Zahrawaani, A., dkk
Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karawang

cinderamata, hal tersebut didukung dengan Hasil penelitian ini memiliki


teori yang dikemukakan Maryani dan relevansi dengan penelitian Prasodjo (2017,
Logayah (tanpa tahun, hlm. 15) bahwa hlm. 11) bahwa diperlukannya kelengkapan
perlunya kenangan dan cinderamata untuk sarana maupun prasarana guna
menarik minat kunjung wisatawan terhadap menginventarisasi kebutuhan wisatawan
objek wisata warisan budaya. selama berada di wisata budaya. Hal
Diperlukanya optimalisasi tersebut juga berelevasi dengan hasil
pengembangan daya tarik wisata dengan penelitian Abdulhaji dan Ibnu (2016, hlm.
memberikan pelayanan terbaik, untuk 135) bahwa untuk mengembangkan daerah
kepuasan wisatawan. Hal ini berelevansi tujuan wisata tidak terlepas dari atraksi,
dengan penelitian Stevianus (2014, hlm. aksesibilitas, dan fasilitas wisata.
47) bahwa terdapat pengaruh positif dan Pengelolaan yang baik akan berimplikasi
signifikan terkait variabel atraksi wisata, positif terhadap citra objek wisata.
fasilitas wisata, dan kualitas pelayanan Memperbaiki koordinasi antara
terhadap kepuasan pegunjung. Begitupun pemerintah dan pengelola dalam
hasil penelitian Kalebos (2016, hlm. 499) pengembangan daya tarik wisata budaya,
bahwa faktor paling dominan yang salah satunya untuk penyediaan dana
mempengaruhi kepuasan wisatawan ialah fasilitas dan aksesibilitas wisata,
kualitas pelayanan pengelola wisata. sebagaimana hasil penelitian Hidayat
Adapun pelayanan jasa yang telah (2011, hlm. 42) bahwa dibutuhkan suatu
diberikan berupa keramahan dan sikap kerjasama yang baik dan berkelanjutan
terbuka pengelola wisata budaya untuk mengembangkan pariwisata.
Kabupaten Karawang dalam membagikan Begitupun hasil penelitian yang telah
pengetahuan seputar wisata budaya, dilakukan oleh Soebagyo (2012, hlm. 156)
begitupun sikap terbuka pengelola wisata bahwa diperlukannya kerjasama yang baik
menerima kritik dan saran dari wisatawan. dengan pemerintahan pusat, daerah, dan
Meningkatkan aksesibilitas dan swasta untuk kelancaran pengelolaan
fasilitas yang masih kurang memadai wisata yang professional serta pelayanan
seperti toilet serta air bersih, tempat makan, yang memadai.
dan tempat menginap. Pentingnya
meningkatkan aksesibilitas dan fasilitas KESIMPULAN
yang kurang memadai tersebut bertujuan Berdasarkan penelitian yang telah
untuk menunjang dan memenuhi kebutuhan dilakukan, maka kesimpulan yang dapat
wisatawan selama berada di objek wisata. diperoleh adalah karakteristik wisatawan

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 15

yang tidak dominan adalah wisatawan laki- Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.
laki, wisatawan dengan tingkat pendidikan
Marpaung, H., dan Herman, B. (2002).
serta profesi pada karakteristik sosial Pengantar Pariwisata. Bandung:
Alfabeta.
ekonomi menengah atas, maka diperlukan
Maryani, E. (1991). Pengantar Geografi
fasilitas dan pelayanan yang berkualitas Pariwisata. Bandung: Jurusan
Pendidikan Geografi FPIPS IKIP.
tinggi untuk menarik wisatawan kelompok
Sedyawati, E. (2006). Budaya Indonesia
sosial tersebut. Aspek pada wisata budaya Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
yang tidak memadai adalah ketersediaan
Siany, L., dan Catur, A. (2009). Khazanah
angkutan umum untuk menuju wisata Antropologi untuk Kelas XI SMA dan
Ma. Jakarta: Pusat Perbukuan,
budaya, dan kesenian yang pada objek
Departemen Pendidikan Nasional.
wisata karena hanya diselenggarakan pada Spillane, J., J. (1994). Pariwisata
Indonesia: Siasat Ekonomi dan
event wisata tahunan.
Rekayasa Kebudayaan. Yogyakarta:
Dibutuhkan beberapa upaya untuk Kanisius.
Sunaryo, B. (2013). Kebijakan
mengembangkan daya tarik wisata budaya
Pembangunan Destinasi Pariwisata:
Kabupaten Karawang, diantaranya Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.
Yogyakarta: Gava Media.
pengemasan produk wisata yang lebih
Yoeti, O., A. (2003). Tours and Travel
menarik dan memiliki daya saing, dengan Marketing. Jakarta: Pradya Paramita.
memanfaatkan daya tarik wisata budaya
Sumber Jurnal
bernilai potensial seperti keberagaman Abdulhaji, S., dan Ibnu, S., H. (2016).
Pengaruh Atraksi, Aksesibilitas, dan
bahasa, aktivitas wisata, kepercayaan
Fasilitas Terhadap Citra Objek
wisatawan terhadap mitos legenda, serta Wisata Danau Tolire Besar di Kota
Ternate,Vol. 7, No. 2, Hal. 134-148.
aspek hospitality atau keramahan pengelola
Hidayat, M. (2011). Strategi Perencanaan
wisata terhadap wisatawan. Meningkatan dan Pengembangan Objek Wisata
(Studi Kasus Pantai Pangandaran
intensitas penyelenggaraan atraksi wisata,
Kabupaten Ciamis Jawa Barat),
pengadaan kerajinan khas, aksesibilitas Vol.1, No. 1, Hal. 33-44.
Ingkadijaya, R., dkk. (2016). Aktivitas
serta fasilitas yang kurang memadai, dan
Wisata Pilihan Keluarga Perkotaan,
memperbaiki koordinasi pemerintah daerah Vol. 7, No. 1, Hal. 39-44.
Kalebos, F. (2016). Faktor-Faktor yang
dengan pengelola wisata untuk wisata
Mempengaruhi Kepuasan Wisatawan
budaya Kabupaten Karawang yang lebih yang Berkunjung ke Daerah Wisata
Kepulauan, Vol. 4, No. 3, Hal. 489-
baik.
502.
DAFTAR PUSTAKA Kastolani, W. (2008). Pengembangan
Wisata Terpadu Berdasarkan Daya
Sumber Buku
Tarik Kawasan Konservasi di
Koentjaraningrat. (2004). Kebudayaan,
Kecamatan Cimenyan, Vol. 8, No. 1,
Mentalitas, dan Pembangunan.
Hal. 1-9.

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
16 | Zahrawaani, A., dkk
Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karawang

Khotimah, K., dkk. (2017). Strategi Masyarakat Batu Karas, Vol. 12, No.
Pengembangan destinasi Pariwisata 1, Hal. 100-110.
Budaya (Studi Kasus pada kawasan Syarifuddin, D. (2017). Nilai Budaya Batik
Situs Trowulan sebagai Pariwisata Tasik Parahiyangan sebagai Daya
Budaya Unggulan di kabupaten Tarik Wisata di Jawa Barat,Vol. 14,
Mojokerto), Vol. 41, No. 1, Hal. 56- No. 2, Hal. 9-20.
65. Utama, I., G. (2015). Mengelola Warisan
Kirom, N., R., dkk. (2016). Faktor-Faktor Budaya sebagai Produk Wisata, Hal.
Penentu Daya Tarik Wisata Budaya 1-11.
dan Pengaruhnya Terhadap Wanda, I., B., dan Edriana, P. (2018).
Kepuasan Wisatawan, Vol. 1, No. 3, Pengaruh Pengembangan Komponen
Hal. 536-546. Destinasi Wisata terhadap Kepuasan
Koswara, I., H. (2002). Karakteristik Pengunjung (Survei pada
Wisatawan; Siapa dan Bagaimana Pengunjung Situs Trowulan), Vol.
Mereka Berwisata, Vol. V, No. 3, 55, No. 3, Hal. 83-91.
Hal. 1-15.
Prasodjo, T. (2017). Pengembangan Sumber Prosiding/ Seminar
Pariwisata Budaya dalam Perspektif Suhartini. (2009). “Kajian Kearifan Lokal
Pelayanan Publik, Vol. 3, No. 1, Hal. Masyarakat dalam Pengelolaan
7-12. Sumberdaya Alam dan Lingkungan”.
Primasari, D., A., dkk. (2015). Sentra Prosiding Seminar Nasional
Kerajinan Tenun di Pekanbaru Penelitian Pendidikan dan
dengan Pendekatan Tampilan Visual Penerapan MIPA. (Hal. 206-218).
Arsitektur Melayu, Vol. 2, No. 1, Hal. Universitas Negeri Yogyakarta.
1-14.
Soebagyo. (2012). Strategi Pengembangan Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Pariwisata di Indonesia, Vol. 1, No. Arief, R. (2017). Peran Investasi Jepang
2, Hal. 153-158. Terhadap Modernisasi di Kabupaten
Stevianus. (2014). Pengaruh Atraksi Karawang pada Tahun 2012-2015.
Wisata, fasilitas dan Kualitas (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial dan
terhadap Kepuasan Pengunjung di Ilmu Politik, Universitas
Taman Margasatwa Ragunan Muhammadiyah Yogyakarta.
Jakarta, Vol. 19, No. 3, Hal. 39-48.
Suchaina. (2014). Pengaruh Kualitas Sumber Dokumen
Sarana dan Prasarana terhadap Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Peningkatan Jumlah pengunjung Provinsi Jawa Barat. (2017). Rencana
Wisata Danau Ranu Grati, Vol. II, Besar Pengembangan Destinasi
No. 2, Hal. 89-109. Wisata Kelas Dunia Provinsi Jawa
Sudono, A. (2013). Wisata Budaya sebagai Barat. Jawa Barat: Bappeda.
Alternatif Pengembangan Pariwisata Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
Indonesia, Vol. 10, No. 1, Hal. 1-13. (2011) Rencana Induk
Sulistiyana, R., T., dkk. (2015). Pengaruh Pengembangunan Kepariwisataan
Fasilitas Wisata dan Harga Nasional Tahun 2010-2025. Jakarta:
Terhadap Kepuasan Konsumen Kemenpar.
(Studi pada Museum Satwa), Vol. 25,
No. 1, Hal. 1-9. Sumber Internet
Syarifuddin, D., dan Lisna, N. (2015). Daya Maryani, E., dan Logayah, D., S. (Tanpa
Tarik Wisata Upacara Tradisional Tahun). Pengembangan Bandung
Hajat Laut sebagai Nilai Budaya sebagai Kota Wisata Warisan Budaya
(Culture Heritage). [Online]. Diakses

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 17

dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/J
UR._PEND._GEOGRAFI/19600121
1985032-
ENOK_MARYANI/Dina.pdf

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

Anda mungkin juga menyukai