ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah pengembangan wisata budaya di Kabupaten Karawang.
Kabupaten Karawang memiliki daya tarik wisata budaya yang beraneka ragam, akan tetapi
pengembangannya belum optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik
wisatawan yang berkunjung, mengetahui daya tarik budaya yang potensial, mengidentifikasi
keterkaitan karakteristik wisatawan yang berkunjung dengan daya tarik wisata budaya, dan
menganalisis upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan daya tarik wisata budaya Kabupaten
Karawang. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel lokasi penelitian
dilaksanakan di Maqam Syekh Quro, Candi Jiwa, dan Museum Batujaya, dengan jumlah responden 200
orang. Teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner, observasi lapangan, studi literature,
dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis presentase, pengharkatan, dan analisis
SWOT. Hasil penelitian menunjukan karakteristik wisatawan yang berkunjung didominasi oleh wanita
dengan usia remaja hingga dewasa yang berasal dari Kabupaten Karawang, bertingkat pendidikan
Sekolah Menengah Atas dan berprofesi sebagai pelajar serta ibu rumah tangga. Daya tarik wisata
budaya Kabupaten Karawang termasuk pada kategori kurang potensial sampai cukup potensial, dengan
daya tarik tertinggi adalah mitos dan legenda. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan daya
tarik wisata budaya Kabupaten Karawang ialah menawarkan daya tarik wisata yang memanfaatkan
keberagaman bahasa, aktivitas wisata dan kepercayaan wisatawan terhadap mitos dan legenda.
Meningkatkan intensitas penyelenggaraan atraksi budaya untuk menambah pengalaman wisata.
Mengoptimalkan pengembangan daya tarik wisata dengan memberikan pelayanan terbaik.
Meningkatkan aksesibilitas serta fasilitas yang kurang memadai, dan memperbaiki koordinasi antara
pemerintah dan pengelola wisata.
Kata Kunci: Wisatawan, daya tarik wisata, pengembangan wisata
ABSTRACT
This research was motivated by the problem of developing cultural tourism in Karawang Regency.
Karawang Regency has a diverse cultural tourist attraction, but its development has not been optimal.
The purpose of this study is to know the characteristics of visiting tourists, to know potential cultural
attractiveness, identify the relevance of the characteristics of tourists visiting cultural tourism
attractions, and analyze the efforts that can be made to develop cultural tourism attractions in
Karawang Regency. The research method uses quantitative descriptive methods. The sample location
of the study was carried out at Sheikh Quro Sub-District, Soul Temple, and Batujaya Museum, with 200
respondents. Techniques for collecting data through questionnaires, field observations, literature
studies, and documentation. The data analysis technique uses percentage analysis, rating, and SWOT
analysis. The results showed that the characteristics of visiting tourists were dominated by women with
adolescence to adulthood originating from Karawang Regency, with a high school education level and
working as students and housewives. Cultural tourist attraction in Karawang Regency is included in
the category of less potential to quite potential, with the highest attraction being myths and legends.
Efforts that can be made to develop cultural tourism attraction in Karawang Regency are to offer tourist
attractions that utilize the diversity of languages, tourist activities and tourists' trust in myths and
legends. Increase the intensity of organizing cultural attractions to add to the tourist experience.
Optimizing the development of tourist attraction by providing the best service. Improve accessibility
and inadequate facilities, and improve coordination between the government and tourism managers.
Keywords: Tourists, tourist attraction, tourism development
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 3
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
4 | Zahrawaani, A., dkk
Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karawang
Selain aspek ekstrinsik, wisata yang suatu objek wisata harus memenuhi syarat
menjadikan budaya sebagai daya tarik pengembangan agar menarik untuk
utama ini perlu memperhatikan aspek dikunjungi, diantaranya terdapat objek dan
instrinsik yang dikemukakan oleh Du Cros atraksi wisata (what to see), terdapat
ialah berupa pengalaman wisata (tourist kegiatan yang dapat dilakukan (what to do),
experience), karena pasar wisata budaya tersedia fasilitas berbelanja (what to buy),
yang baik diperuntukkan bagi wisatawan aksesibilitas menuju tempat wisata (what to
yang mencari pengalaman budaya (Utama. arrived), dan tempat tinggal selama
2015, hlm. 4). berlibur (what to stay).
Wisatawan adalah orang yang Ragam aktivitas wisata budaya
mengadakan perjalanan dan hanya tinggal menurut Inskeep ialah mengunjungi situs
untuk sementara waktu. Menurut Smith budaya, melihat aktivitas ekonomi, melihat
karakteristik wisatawan terdiri dari arsitektur bangunan, mengunjungi
karakteristik sosial ekonomi dan museum, dan menonton festival budaya
karakteristik perjalanan (Suchaina. 2014, Ingkadijaya, dkk. 2016, hlm. 40).
hlm. 96). Karakteristik wisatawan Sesuatu yang dapat dilihat ketika
berdasarkan sosial ekonomi ialah jenis berada di objek wisata dapat berupa event
kelamin, usia, daerah asal, tingkat wisata yang diselenggarakan oleh
pendidikan, status perkawinan, status pengelola objek wisata dengan tujuan
pekerjaan, dan pendapatan perbulan. sebagai hiburan bagi pengunjung, sejalan
Sedangkan berdasarkan karakteristik dengan pendapat Getz bahwa peran event
perjalanan yaitu tujuan kunjungan, wisata dalam pembangunan pariwisata
frekuensi kunjungan, teman perjalanan, ialah menjadi daya tarik wisata tersendiri.
lama waktu kunjungan, dan besar Sesuatu yang dapat dibeli
pengeluaran. wisatawan ketika berada diobjek wisata
Terdapat beberapa unsur penting tentuya dikarenakan tersedianya suatu
yang harus diperhatikan untuk fasilitas perbelanjaan, yang berupa
mengembangkan suatu objek wisata. cinderamata, souvenir, maupun kerajinan
Menurut Spillane (1994, hlm. 63) unsur masyarakat. Kerajinan memiliki peran
penting yang harus diperhatikan tersebut sebagai asset budaya sekaligus asset
meliputi atraksi, fasilitas, infrastruktur, pariwisata. Primasari, dkk. (2015, hlm. 3)
aksesibilitas, dan hospitality. mengartikan kerajinan sebagai identitas
Selain kelima unsur penting atau simbol budaya daerah berupa karya
tersebut, menurut Maryani (1991, hlm. 11) seni.
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 5
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
6 | Zahrawaani, A., dkk
Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karawang
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 7
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
8 | Zahrawaani, A., dkk
Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karawang
2. Daya Tarik Wisata Budaya skor dan penilaian daya tarik wisata
Kabupaten Karawang dipaparkan pada tabel 3:
Daya tarik wisata tentunya Tabel 3
Skor dan Penilaian Daya Tarik Wisata Budaya
merupakan suatu pendorong wisatawan Skor
Maqam
untuk melakukan kegiatan berwisata, daya No Indikator Candi Museum
Syekh
Jiwa Batujaya
Quro
tarik tersebut dapat berupa objek maupun Kehidupan
1 3 2 1
adat
atraksi yang ada pada suatu wisata. 2 Kesenian 1 1 1
Bahasa/
Parameter yang digunakan untuk 3
dialek
4 3 3
Kearifan
menganalisis kemenarikan wisata budaya 4
lokal
4 3 2
Mitos dan
adalah daya tarik wisata budaya bersifat 5
legenda
5 5 3
6 Event wisata 3 2 2
tidak berwujud (intangible). Variasi
Selain daya tarik wisata, menurut 7 aktivitas 3 3 3
wisata
Spillane (1994, hlm. 63) unsur penting Kerajinan
8 4 1 1
masyarakat
lainnya yang harus diperhatikan ialah 9 Cinderamata 4 2 2
Pengalaman
10 3 3 3
fasilitas wisata, aksesibilitas, dan wisata
Angkutan
11 1 1 1
hospitality. Fasilitas ditujukan untuk umum
12 Kondisi jalan 3 3 3
memenuhi kebutuhan wisatawan selama 13
Toilet dan
2 1 3
air bersih
berada didaerah tujuan wisata (Yoeti. 2003, 14
Tempat
3 2 3
makan
hlm. 56), aksesibilitas berfungsi untuk 15
Tempat
2 1 1
menginap
memudahkan pergerakan wisatawan dari Keramahan
16 pengelola 4 5 5
suatu daerah ke daerah tujuan wisata wisata
Skor 49 38 37
(Setiawan. 2015, hlm. 7), sedangkan
hospitality merupakan kualitas pelayanan Berdasarkan jumlah skor yang
yang diberikan berupa keramahan didapat dari setiap objek wisata dengan
pengelola wisata terhadap wisatawan. parameter yang telah ditentukan, objek
Berdasarkan hasil penilaian daya wisata Maqam Syekh Quro termasuk pada
tarik wisata budaya yang diukur kategori cukup potensial, sedangkan objek
menggunakan pengharkatan dengan 16 wisata Candi Jiwa dan Museum Batujaya
kriteria, maka dapat disimpulkan bahwa termasuk pada kategori kurang potensial.
penilaian daya tarik wisata budaya Dari keenam belas aspek,
Kabupaten Karawang termasuk pada keramahan pengelola wisata memiliki nilai
kategori kurang potensial hingga cukup yang tertinggi karena pada setiap objek
potensial untuk dikembangkan. Adapun wisata, pengelola memberikan pelayanan
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 9
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
10 | Zahrawaani, A., dkk
Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karawang
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 11
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
12 | Zahrawaani, A., dkk
Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karawang
halnya objek wisata Maqam Syekh Quro dikemukakan oleh Koswara (2002, hlm. 4).
yang tidak memiliki batasan jam Sehingga sebagian besar waktu kunjungan
operasional, yang artinya wisatawan tidak wisatawan adalah akhir pekan, dengan lama
memiliki batasan berkunjung bahkan tidak waktu berkunjung kurang dari lima jam.
sedikit wisatawan bermalam pada objek Dominasi masyarakat lokal sebagai
wisata ini. Berbeda dengan Maqam Syekh pengunjung mempengaruhi frekuensi
Quro, objek wisata Candi Jiwa dan kunjungan wisatawan, jenis transportasi
Museum Batujaya memiliki jam beroperasi serta biaya perjalanan yang dikeluarkan
dari pukul 08.00 sampai 16.00, sehingga wisatawan, bahasa serta kehidupan adat di
wisatawan memiliki batas waktu daerah sekitar objek wisata budaya.
berkunjung. Berdasarkan hasil pengharkatan,
daya tarik wisata budaya Kabupaten
Pengembangan Daya Tarik Wisata Karawang berada pada kategori yang cukup
Budaya Kabupaten Karawang potensial dan kurang potensial. Strategi
Daya tarik wisata budaya analisis yang digunakan dalam
Kabupaten Karawang pada umumnya pengembangan daya tarik wisata budaya
diminati oleh wisatawan lokal perempuan Kabupaten Karawang adalah analisis
dengan rentang usia remaja hingga dewasa, SWOT, sebagaimana dipaparkan pada tabel
berpendidikan terakhir SMA dan berprofesi 4:
sebagai pelajar serta ibu rumah tangga. Hal Tabel 4
Analisis SWOT
ini berkesinambungan dengan pernyataan Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1) Sikap ramah pengelola 1) Kesenian yang hanya
Marpaung dan Herman (2002, hlm. 48) wisata melayani diselenggarakan pada
wisatawan, event wisata tahunan
mengenai ketertarikan perempuan terhadap mengedukasi, dan 2) Angkutan umum
menerima kritik serta menuju objek wisata
kebudayaan dan umumnya lebih saran tidak memadai
2) Mitos dan legenda yang 3) Fasilitas penginapan
memperhatikan fasilitas perbelanjaan serta ada sangat diyakini tidak memadai
wisatawan 4) Minimnya kehidupan
kerajinan. 3) Terdapat ragam bahasa adat atau tradisi khas
dan dialek 5) Ketersediaan toilet
Usia wisatawan memiliki 4) Keberagaman aktivitas dan air bersih kurang
wisata yang dapat memadai
keterkaitan dengan status marital, teman dilakukan wisatawan 6) Minimnya
5) Kondisi jalan yang sudah penyelenggaraan
perjalanan wisata, kecendrungan pemilihan memadai event wisata
6) Ragam pengalaman 7) Pengunjung wisata
objek wisata dan tujuan yang ingin dicapai wisata yang didapat masih didominasi
wisatawan oleh wisatawan lokal
ketika berwisata. Sedangkan profesi 7) Nilai budaya yang masih
terjaga
wisatawan yang berkunjung memiliki Peluang (O) Ancaman (T)
1) Tingginya jumlah 1) Pengemasan produk
keterkaitan dengan waktu luang yang kunjungan wisatawan wisata kurang
bersaing
dimiliki wisatawan, seperti yang
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 13
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
14 | Zahrawaani, A., dkk
Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karawang
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 15
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
16 | Zahrawaani, A., dkk
Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Karawang
Khotimah, K., dkk. (2017). Strategi Masyarakat Batu Karas, Vol. 12, No.
Pengembangan destinasi Pariwisata 1, Hal. 100-110.
Budaya (Studi Kasus pada kawasan Syarifuddin, D. (2017). Nilai Budaya Batik
Situs Trowulan sebagai Pariwisata Tasik Parahiyangan sebagai Daya
Budaya Unggulan di kabupaten Tarik Wisata di Jawa Barat,Vol. 14,
Mojokerto), Vol. 41, No. 1, Hal. 56- No. 2, Hal. 9-20.
65. Utama, I., G. (2015). Mengelola Warisan
Kirom, N., R., dkk. (2016). Faktor-Faktor Budaya sebagai Produk Wisata, Hal.
Penentu Daya Tarik Wisata Budaya 1-11.
dan Pengaruhnya Terhadap Wanda, I., B., dan Edriana, P. (2018).
Kepuasan Wisatawan, Vol. 1, No. 3, Pengaruh Pengembangan Komponen
Hal. 536-546. Destinasi Wisata terhadap Kepuasan
Koswara, I., H. (2002). Karakteristik Pengunjung (Survei pada
Wisatawan; Siapa dan Bagaimana Pengunjung Situs Trowulan), Vol.
Mereka Berwisata, Vol. V, No. 3, 55, No. 3, Hal. 83-91.
Hal. 1-15.
Prasodjo, T. (2017). Pengembangan Sumber Prosiding/ Seminar
Pariwisata Budaya dalam Perspektif Suhartini. (2009). “Kajian Kearifan Lokal
Pelayanan Publik, Vol. 3, No. 1, Hal. Masyarakat dalam Pengelolaan
7-12. Sumberdaya Alam dan Lingkungan”.
Primasari, D., A., dkk. (2015). Sentra Prosiding Seminar Nasional
Kerajinan Tenun di Pekanbaru Penelitian Pendidikan dan
dengan Pendekatan Tampilan Visual Penerapan MIPA. (Hal. 206-218).
Arsitektur Melayu, Vol. 2, No. 1, Hal. Universitas Negeri Yogyakarta.
1-14.
Soebagyo. (2012). Strategi Pengembangan Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Pariwisata di Indonesia, Vol. 1, No. Arief, R. (2017). Peran Investasi Jepang
2, Hal. 153-158. Terhadap Modernisasi di Kabupaten
Stevianus. (2014). Pengaruh Atraksi Karawang pada Tahun 2012-2015.
Wisata, fasilitas dan Kualitas (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial dan
terhadap Kepuasan Pengunjung di Ilmu Politik, Universitas
Taman Margasatwa Ragunan Muhammadiyah Yogyakarta.
Jakarta, Vol. 19, No. 3, Hal. 39-48.
Suchaina. (2014). Pengaruh Kualitas Sumber Dokumen
Sarana dan Prasarana terhadap Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Peningkatan Jumlah pengunjung Provinsi Jawa Barat. (2017). Rencana
Wisata Danau Ranu Grati, Vol. II, Besar Pengembangan Destinasi
No. 2, Hal. 89-109. Wisata Kelas Dunia Provinsi Jawa
Sudono, A. (2013). Wisata Budaya sebagai Barat. Jawa Barat: Bappeda.
Alternatif Pengembangan Pariwisata Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
Indonesia, Vol. 10, No. 1, Hal. 1-13. (2011) Rencana Induk
Sulistiyana, R., T., dkk. (2015). Pengaruh Pengembangunan Kepariwisataan
Fasilitas Wisata dan Harga Nasional Tahun 2010-2025. Jakarta:
Terhadap Kepuasan Konsumen Kemenpar.
(Studi pada Museum Satwa), Vol. 25,
No. 1, Hal. 1-9. Sumber Internet
Syarifuddin, D., dan Lisna, N. (2015). Daya Maryani, E., dan Logayah, D., S. (Tanpa
Tarik Wisata Upacara Tradisional Tahun). Pengembangan Bandung
Hajat Laut sebagai Nilai Budaya sebagai Kota Wisata Warisan Budaya
(Culture Heritage). [Online]. Diakses
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2019 | 17
dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/J
UR._PEND._GEOGRAFI/19600121
1985032-
ENOK_MARYANI/Dina.pdf
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035