Maya Safitri 182021003 Biofarmaka 2018
Maya Safitri 182021003 Biofarmaka 2018
TANAMAN BIOFARMAKA
BELIMBING WULUH
Oleh :
Nama : MAYA SAFITRI
BP : 1820241003
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman buah asli Indonesia
dan daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak
ditemui sebagai tanaman pekarangan yang mudah ditanam dan tidak
memerlukan perawatan khusus. Menurut Tohir (1981), pohon belimbing
wuluh berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Kemampuan tanaman ini
untuk menghasilkan buah sepanjang tahun tidaklah sebanding dengan
pemanfaatannya, sehingga banyak buah segar yang terbuang sia-sia.
Menurut Soetanto (1998), tanaman belimbing wuluh yang tumbuh baik
dapat menghasilkan 100-300 buah/pohon sehingga seringkali mengalami
kebusukan sebelum dimanfaatkan. Buah yang sudah matang harus cepat
dipanen karena buah belimbing wuluh mudah sekali gugur dari pohonnya
dan mudah membusuk.
2
serta dapat mencegah timbulnya lesi arterosklerosis pada arteri koronaria.
Mursito (2002) menyatakan, dari berbagai penelitian didapatkan bahwa
dalam belimbing wuluh terdapat kandungan zat aktif berupa saponin, tanin,
flavonoid, glukosida, asam formiat, asam sitrat, dan beberapa mineral, serta
banyak mengandung kalsium oksalat serta kalium.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok pula untuk
tanaman belimbing. Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik, aerasi dan drainasenya baik.
2) Derajat keasaman tanah untuk tanaman belimbing yaitu memiliki pH 5,5–
7,5.
3) Kandungan air dalam tanah atau kedalaman air tanah antara 50–200 cm
dibawah permukaan tanah.
Ketinggian Tempat
4
B. Budidaya Belimbing Wuluh
B.1. Persiapan Tanah Untuk Penanaman.
Apabila ditanam di daerah pegunungan hasilnya tidak akan bagus, karena
suhu yang rendah akan menghambat pembentukan buah, sehingga tidak dapat
masak pada waktunya, dan ukurannya akan tetap kecil saja serta rasanya tidak
enak. Tanah yang gembur dan subur sangat cocok. Bibit-bibit harus ditanam
dalam lubang tanaman berukuran 1 x 1 meter yang berkedalaman setengah
meter. Pada waktu menggali lubang tanaman, lapisan tanah yang tadinya
terletak di bagian atas harus ditumpuk di suatu tempat tersendiri, sedangkan
lapisan tanah yang terletak di bawahnya ditumpuk di tempat lain yang
tersendiri pula. Kemudian biarkanlah semuanya berangin-angin begitu saja
selama tiga minggu.
Lubang tanaman harus digali kira-kira satu bulan sebelum bertanam.
Begitu lubang selesai digali, cobalah menuangkan air, sampai penuh ke dalam
lubang tadi. Apabila sebentar kemudian air becek sudah hilang lagi merembes
ke bawah, maka ini berarti suatu tanda bahwa tanah tadi memang sudah bagus.
Namun apabila sampai lama sekali tergenang dalam kubangan, maka tempat itu
tidak bagus untuk menanam, karena pembentukan akar akan terhambat
sirkulasi udaranya (air conditioning) macet, dan daunnya akan kuning-kuning
rontok, nanti kesulitan ini dapat diatasi dengan menggali selokan pengeringan
buntu.
Namun, apabila tanahnya memang bagus, maka lubang tadi tetap harus
betul-betul dibiarkan berangin dulu selama tiga minggu. Setelah itu, tanah
galian yang tadinya ditumpuk, dikembalikan lagi ke dalam lubang menurut
susunan semula, yang bawah kembali ke bawh yang atas kembali ke atas.
Tanah atas ini dicampur terlebih dahulu dengan pupuk kandang kering yang
sudah dingin, sebanyak dua kaleng minyak tanah, sebelum dimasukkan ke
dalam lubang lagi. Dan memang nantinya bakal penuh sampai melending ke
atas.Tunggulah dua minggu lagi Tunggu ambles lagi. Barulah bibit boleh
ditanam.
5
B.2. Penyiapan Bibit
Bibit biasanya diperoleh dengan jalan mencangkok, menempel atau
mengokulasi. Waktu penanaman bibit yang tepat adalah pada permulaan musim
hujan, supaya nanti pada akhir musim kalau sudah kekurangan air, bibit itu
sudah kuat dan tahan menghadapi kekeringan musim kemarau, karena saat-saat
ini sudah banyak membentuk akar.
B.3. Pemindahan Bibit Ke Tempat Penanaman.
Bibit yang biasanya berupa puteran dalam keranjang yang tidak dipotong
daun-daun dan ujung akarnya, ditanam dengan menggali lubang dulu di atas
gundukan tanah melending yang agak ambles tadi yang besarnya harus sesuai
dengan lingkaran keliling yang ditempati akar-akar samping dari bibit tadi.
Menanam bibit tidak boleh terlalu dalam. Tempatkan batang tanaman itu persis
di tengah-tengah lubang supaya akar-akarnya mengembang ke daerah
seputarnya dapat sama rata menemukan tanah gembur yang sudah diberi pupuk
kandang tempo hari. Mengisikan tanah diantara susunan akar-akar tadi harus
hati-hati dan sedikit-sedikit. Apabila sudah tertimbun sebagian tekanlah sedikit
dengan tangan, sebelum ditimbuni tanah lebih lanjut sapai penuh. Apabila
sudah penuh, barulah boleh diinjak-injak dengan kaki supaya bibit itu lebih
kuat menancap di atas tanah.
Apabila ingin menanam lebih dari satu batang di pekarangan yang agak
luas, jarak tanam antara yang satu dengan yang lain minimal enam meter.
B.3. Pemeliharaan Tanaman.
Pada hari-hari pertama sesudah ditanamkan, bibit tadi harus dilindungi
dengan atap rumbia atau daun kelapa. Bibit yang ditanam demikian sudah dapat
berbunga dan berbuah setelah berumur tiga sampai empat tahun dan
berbuahnya tidak terikat kepada sesuatu musim tetapi setiap waktu sepanjang
tahun dapat saja berbunga dan berbuah. Namun, sejak berumur satu tahun,
harus diberi pupuk tambahan yang banyaknya sesuai dengan kebutuhan.
Terutama umur satu sampai sepuluh tahun pertama, pohonnya harus mendapat
pupuk yang cukup, supaya di kemudian hari tidak terlanjur menderita
kekurangan makanan. Semakin cukup mendapat makanan pada masa
6
pertumbuhan, maka makin besarlah daya tahan pohon terhadap serangan hama
penyakit.
Hama yang terkenal adalah lalat buah Dacus pedestris (Docus dorsalis)
yang suka menyerang buah-buah di waktu muda. Hama ini menyerang dan
menghabiskan pucuk-pucuk daun sehingga pohon itu dapat gundul. Apabila
hama merajalela, dan daun-daun jadi gundul semua, pembentukan buah dapat
terganggu karena buah yang menempel pada batang dan cabang memerlukan
naungan. Ulat-ulat harus diberantas dengan semprotan larutan 0,2 % tepung
DDT.
C. Pasca Panen
Seusai panen belimbing perlu penanganan pascapanen lebih lanjut,
terutama bila jumlahnya melimpah (banyak). Tahapan penangan pascapanen
buah belimbing adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan
Kumpulkan buah belimbing di suatu tempat atau ruangan yang teduh.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Pilih buah bedasarkan tingkat kematangan dan ukuran yang seragam. Pisahkan
(buang) buah yang rusak, cacat atau diserang hama dan penyakit. Bersihkan
buah dari kotoran yang mungkin menempel dengan alat bantu kuat lembut
(halus).
3. Penyimpanan
Simpan buah belimbing dalam wadah dan ruangan (tempat) yang dingin untuk
persediaan keluarga, atau simpan kotak karton berisi buah belimbing di
ruangan pendingin bersuhu antara 5-20 derajat C.
4. Pengemasan dan Pengangkutan
1) Bungkus tiap buah atau beberapa buah dengan plastik regang atau kertas tissue
atau polysterene net.
2) Masukkan buah belimbing ke dalam wadah (kontainer) berupa kotak karton
yang bagian dasar dan dindingnya dialasi (dilapisi) busa. Tiap kotak karton
berisi maksimal 3 lapis buah belimbing dengan posisi buah bagian pangkalnya
berada di bawah. Buah belimbing yang sudah dikemas siap diangkut ke tempat
penjualan/penampungan.
7
Penanganan pasca panen buah yang tidak dilakukan secara hati-hati akan
mengakibatkan perubahan fisiologis, kimiawi, atau mikrobiologis yang
menyebabkan bahan pangan tidak dapat dimanfaatkan lagi. Cara penanganan
pasca panen yang dapat dilakukan adalah dengan mengelola buah menjadi
suatu olahan pangan (Muchtadi, 2000). Kombinasi pengolahan buah belimbing
wuluh pada masyarakat Indonesia masih rendah seperti sebagai bumbu dapur,
bahan pengawet makanan dan obat batuk tradisional karena buah belimbing
wuluh mempunyai rasa yang sangat masam, sehingga orang enggan memakan
langsung atau diperas airnya (Ashari 1995). Pengolahan buah belimbing wuluh
menjadi berbagai olahan pangan diharapkan dapat mendorong masyarakat
untuk meningkatkan pemanfaatan buah lokal ini dan mengurangi kehilangan
hasil pertanian serta memperpanjang masa simpan (Muchtadi, 2000).
8
BAB III
METODE
9
data dengan melakukan uji Shapiro Wilk. Data berdistribusi normal (P> 0,05)
maka uji yang digunakan adalah uji Anova dengan derajat kepercayaan 95%.
10
Instrument penelitian ini menggunakan lembar observasi. Untuk
mengetahui adanya peningkatan atau penurunan status hipertensi rebusan daun
belimbing yang diberikan sebanyak 2 kali dalam seminggu secara rutin selama
1 bulan dan pada setiap akhir minggunya dilakukan pemeriksaan tekanan darah
mencatat hasil pemeriksaan. Hasil penelitian diolah dan dianalisis dengan
menggunakan uji Friedman dan Mann Whitney untuk melihat perbedaan
tekanan darah antara kelompok kontrol dan eksperimen sehingga bisa diketahui
pengaruh air rebusan belimbing terhadap tekanan darah ibu hamil.
11
BAB IV
PEMBAHASAN
12
Kritik: jurnal ini cukup bagus sebagai rujukan sebagai Salah satu cara dalam
untuk menanggulangi penyakit acne vulgaris dikarenakan isi kandungan
belimbing wuluh adalah senyawa tanin, saponin, triterpenoid dan
flavonoidyangmemiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri dengan
mekanisme yang berbeda-beda.
13
Kritik : jurnal ini berhasil menghambat pertumbuhan bakteri dengan
menggunakan konsentrasi 100% dari belimbing wuluh murni. Bagi peniliti
selanjutnya dapat mengembangkan penelitian mengenai sari belimbing wuluh
terhadap bakteri lain, dan dapat dikembangkan menjadi produk seperti cream
jerawat.
Tabel 1 Tekanan Darah Rerata Sistol dan Diastol Sebelum dan Setelah
Mengonsumsi Belimbing Wuluh
Std.
N Rerata Uji t
Deviasi
Pre 30 120,53 6,463 p
Sistol
Penelitian ini dilakukan pada 30 orang pria dewasa usia 18-28 tahun,
dilakukan pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik dalam satuan
mmHg setelah dan sebelum mengonsumsi 200 ml jus belimbing wuluh
pada posisi duduk dan kaki menyentuh lantai dengan menggunakan
14
sphygmomanometer air raksa. Analisis menggunakan uji t berpasangan
dengan α=0,05.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa rerata tekanan darah sesudah
mengonsumsi jus belimbing wuluh sebesar 111,50/77,67 mmHg lebih
rendah dibandingkan tekanan darah rerata sebelum mengonsumsi jus
belimbing wuluh yaitu sebesar 120,53/82,03 mmHg (p<0,01)**.
Kesimpulan penelitian ini adalah jus belimbing wuluh menurunkan
tekanan darah.
Daun belimbing wuluh mengandung zat kalium sitrat yang berfungsi untuk
melancarkan keluarnya air seni, sehingga dapat menurunkan tekanan darah tinggi
selain itu ada senyawa kimia p-nitro-mmethylphenyl benzenesulfonate, acetic acid
ethyl ester, acetic acid prophyl ester, butyl ethyl ether, methyl benzene dan 1,2-
15
benzenedicarboxylilic acid diethyl ester yang diketahui dapat menurunkan
hipertensi. Cara kerja air rebusan daun belimbing wuluh mirip dengan tablet
hydrochlorithiazide ( HCT ) ataupun furosemide ( lasix ). Namun kerja air
rebusan daun belimbing dalam menurunkan tekanan darah tinggi yang tinggi
terbatas, karena itu sebaiknya menggunakan pada hipertensi ringan yaitu tekanan
sistolik 140 – 159 mmHg dan tekanan diastolik 90 – 99 mmHg.
16
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Perlu adanya pemahaman tentang konservasi tumbuhan, sehingga
kelangsungan hidup dari tumbuhan akan maksimal dan berlangsung
sustainable mengingat dan menimbang begitu banyak manfaat dari tanaman
ini,. Dan pada akhirnya sumber daya alam hayati (tumbuhan) akan dapat
dinikmati oleh manusia sebagai penghuni yang memiliki derajat paling
tinggi di muka bumi ini.
17