Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TANAMAN BIOFARMAKA
BELIMBING WULUH

Oleh :
Nama : MAYA SAFITRI
BP : 1820241003

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman buah asli Indonesia
dan daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak
ditemui sebagai tanaman pekarangan yang mudah ditanam dan tidak
memerlukan perawatan khusus. Menurut Tohir (1981), pohon belimbing
wuluh berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Kemampuan tanaman ini
untuk menghasilkan buah sepanjang tahun tidaklah sebanding dengan
pemanfaatannya, sehingga banyak buah segar yang terbuang sia-sia.
Menurut Soetanto (1998), tanaman belimbing wuluh yang tumbuh baik
dapat menghasilkan 100-300 buah/pohon sehingga seringkali mengalami
kebusukan sebelum dimanfaatkan. Buah yang sudah matang harus cepat
dipanen karena buah belimbing wuluh mudah sekali gugur dari pohonnya
dan mudah membusuk.

Belimbing wuluh merupakan salah satu bahan alami yang dapat


dimanfaatkan sebagai obat karena memiliki beragam khasiat. Salah satu
khasiat yang dimiliki belimbing wuluh adalah sebagai obat antihipertensi.
Hasil penelitian farmakologis menunjukkan bahwa ekstrak belimbing wuluh
dengan dosis 8,3 mg/kg berat badan dapat menurunkan tekanan darah 33-45
mmHg (Anonim a, 2011). Selain itu belimbing wuluh juga bermanfaat untuk
menurunkan kolesterol dalam darah. Infus dari ekstrak buah belimbing
wuluh mempunyai pengaruh terhadap kadar kolesterol darah tikus. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian infus belimbing wuluh
menyebabkan penurunan kolesterol darah tikus secara bermakna. Belimbing
wuluh mengandung senyawa flavonoid, pektin dan vitamin C yang dapat
menurunkan tekanan darah (Masruhen, 2010).

Menurut Tusihadi (1997), pemberian pektin hasil ekstrak belimbing


wuluh dapat menurunkan kadar kolesterol total darah dan mencegah
timbulnya degenerasi melemak hati tikus yang diberi diet lemak babi 5%,

2
serta dapat mencegah timbulnya lesi arterosklerosis pada arteri koronaria.
Mursito (2002) menyatakan, dari berbagai penelitian didapatkan bahwa
dalam belimbing wuluh terdapat kandungan zat aktif berupa saponin, tanin,
flavonoid, glukosida, asam formiat, asam sitrat, dan beberapa mineral, serta
banyak mengandung kalsium oksalat serta kalium.

Menurut Lingga (1990), kandungan vitamin C dalam buah belimbing


wuluh segar sebesar 25 miligram dalam 100 gram buah segar. Kandungan
vitamin C ini mendekati kandungan vitamin C jeruk nipis sebesar 27.00
miligram dalam 100 gram buah segar. Kandungan vitamin C yang cukup
tinggi tersebut dapat dijadikan acuan dalam pemanfaatan buah belimbing
wuluh sebagai minuman kesehatan. Belimbing wuluh memiliki banyak
potensi mendorong perlunya penelitian pemanfaatan belimbing wuluh agar
lebih optimal. Salah satu pengolahan untuk memperpanjang umur simpan
dan nilai kegunaan belimbing wuluh adalah dengan memanfaatkannya
sebagai bahan baku dalam pembuatan minuman serbuk instan. Pengolahan
belimbing wuluh menjadi minuman serbuk instan diharapkan dapat
memudahkan masyarakat dalam mengkonsumsi dan memanfaatkan khasiat-
khasiat belimbing wuluh.

Menurut penelitian Rahmawati (2011) mengenai aktivitas


antioksidan minuman serbuk buah buni (Antidesma bunius Linn.) pada
tingkat kematangan yang berbeda jumlah konsentrasi maltodekstrin yang
digunakan dalam pembuatan tepung buah buni adalah 10%, 20%, dan 30%.
Minuman serbuk buah buni sudah dapat berbentuk serbuk sempurna pada
konsentrasi optimum maltodekstrin sebesar 20%.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Plasma Nutfah / Konservasi


SYARAT TUMBUH
1) Untuk pertumbuhan dibutuhkan keadaan angin yang tidak terlalu kencang,
karena dapat menyebabkan gugurnya bunga atau buah.
2) Curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali
menyebabkan gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan
rendah.
3) Tempat tanamnya terbuka dan mendapat sinar matahari secara memadai
dengan intensitas penyinaran 45–50 %, namun juga toleran terhadap
naungan (tempat terlindung).
4) Suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat basah), B
(agak basah), C (basah), dengan 6–12 bulan basah dan 0–6 bulan keing,
namun paling baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan basah dan 4,5
bulan kering.
Media Tanam

1) Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok pula untuk
tanaman belimbing. Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik, aerasi dan drainasenya baik.
2) Derajat keasaman tanah untuk tanaman belimbing yaitu memiliki pH 5,5–
7,5.
3) Kandungan air dalam tanah atau kedalaman air tanah antara 50–200 cm
dibawah permukaan tanah.
Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di dataran


rendah sampai ketinggian 500 m dpl.

4
B. Budidaya Belimbing Wuluh
B.1. Persiapan Tanah Untuk Penanaman.
Apabila ditanam di daerah pegunungan hasilnya tidak akan bagus, karena
suhu yang rendah akan menghambat pembentukan buah, sehingga tidak dapat
masak pada waktunya, dan ukurannya akan tetap kecil saja serta rasanya tidak
enak. Tanah yang gembur dan subur sangat cocok. Bibit-bibit harus ditanam
dalam lubang tanaman berukuran 1 x 1 meter yang berkedalaman setengah
meter. Pada waktu menggali lubang tanaman, lapisan tanah yang tadinya
terletak di bagian atas harus ditumpuk di suatu tempat tersendiri, sedangkan
lapisan tanah yang terletak di bawahnya ditumpuk di tempat lain yang
tersendiri pula. Kemudian biarkanlah semuanya berangin-angin begitu saja
selama tiga minggu.
Lubang tanaman harus digali kira-kira satu bulan sebelum bertanam.
Begitu lubang selesai digali, cobalah menuangkan air, sampai penuh ke dalam
lubang tadi. Apabila sebentar kemudian air becek sudah hilang lagi merembes
ke bawah, maka ini berarti suatu tanda bahwa tanah tadi memang sudah bagus.
Namun apabila sampai lama sekali tergenang dalam kubangan, maka tempat itu
tidak bagus untuk menanam, karena pembentukan akar akan terhambat
sirkulasi udaranya (air conditioning) macet, dan daunnya akan kuning-kuning
rontok, nanti kesulitan ini dapat diatasi dengan menggali selokan pengeringan
buntu.
Namun, apabila tanahnya memang bagus, maka lubang tadi tetap harus
betul-betul dibiarkan berangin dulu selama tiga minggu. Setelah itu, tanah
galian yang tadinya ditumpuk, dikembalikan lagi ke dalam lubang menurut
susunan semula, yang bawah kembali ke bawh yang atas kembali ke atas.
Tanah atas ini dicampur terlebih dahulu dengan pupuk kandang kering yang
sudah dingin, sebanyak dua kaleng minyak tanah, sebelum dimasukkan ke
dalam lubang lagi. Dan memang nantinya bakal penuh sampai melending ke
atas.Tunggulah dua minggu lagi Tunggu ambles lagi. Barulah bibit boleh
ditanam.

5
B.2. Penyiapan Bibit
Bibit biasanya diperoleh dengan jalan mencangkok, menempel atau
mengokulasi. Waktu penanaman bibit yang tepat adalah pada permulaan musim
hujan, supaya nanti pada akhir musim kalau sudah kekurangan air, bibit itu
sudah kuat dan tahan menghadapi kekeringan musim kemarau, karena saat-saat
ini sudah banyak membentuk akar.
B.3. Pemindahan Bibit Ke Tempat Penanaman.
Bibit yang biasanya berupa puteran dalam keranjang yang tidak dipotong
daun-daun dan ujung akarnya, ditanam dengan menggali lubang dulu di atas
gundukan tanah melending yang agak ambles tadi yang besarnya harus sesuai
dengan lingkaran keliling yang ditempati akar-akar samping dari bibit tadi.
Menanam bibit tidak boleh terlalu dalam. Tempatkan batang tanaman itu persis
di tengah-tengah lubang supaya akar-akarnya mengembang ke daerah
seputarnya dapat sama rata menemukan tanah gembur yang sudah diberi pupuk
kandang tempo hari. Mengisikan tanah diantara susunan akar-akar tadi harus
hati-hati dan sedikit-sedikit. Apabila sudah tertimbun sebagian tekanlah sedikit
dengan tangan, sebelum ditimbuni tanah lebih lanjut sapai penuh. Apabila
sudah penuh, barulah boleh diinjak-injak dengan kaki supaya bibit itu lebih
kuat menancap di atas tanah.
Apabila ingin menanam lebih dari satu batang di pekarangan yang agak
luas, jarak tanam antara yang satu dengan yang lain minimal enam meter.
B.3. Pemeliharaan Tanaman.
Pada hari-hari pertama sesudah ditanamkan, bibit tadi harus dilindungi
dengan atap rumbia atau daun kelapa. Bibit yang ditanam demikian sudah dapat
berbunga dan berbuah setelah berumur tiga sampai empat tahun dan
berbuahnya tidak terikat kepada sesuatu musim tetapi setiap waktu sepanjang
tahun dapat saja berbunga dan berbuah. Namun, sejak berumur satu tahun,
harus diberi pupuk tambahan yang banyaknya sesuai dengan kebutuhan.
Terutama umur satu sampai sepuluh tahun pertama, pohonnya harus mendapat
pupuk yang cukup, supaya di kemudian hari tidak terlanjur menderita
kekurangan makanan. Semakin cukup mendapat makanan pada masa

6
pertumbuhan, maka makin besarlah daya tahan pohon terhadap serangan hama
penyakit.
Hama yang terkenal adalah lalat buah Dacus pedestris (Docus dorsalis)
yang suka menyerang buah-buah di waktu muda. Hama ini menyerang dan
menghabiskan pucuk-pucuk daun sehingga pohon itu dapat gundul. Apabila
hama merajalela, dan daun-daun jadi gundul semua, pembentukan buah dapat
terganggu karena buah yang menempel pada batang dan cabang memerlukan
naungan. Ulat-ulat harus diberantas dengan semprotan larutan 0,2 % tepung
DDT.
C. Pasca Panen
Seusai panen belimbing perlu penanganan pascapanen lebih lanjut,
terutama bila jumlahnya melimpah (banyak). Tahapan penangan pascapanen
buah belimbing adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan
Kumpulkan buah belimbing di suatu tempat atau ruangan yang teduh.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Pilih buah bedasarkan tingkat kematangan dan ukuran yang seragam. Pisahkan
(buang) buah yang rusak, cacat atau diserang hama dan penyakit. Bersihkan
buah dari kotoran yang mungkin menempel dengan alat bantu kuat lembut
(halus).

3. Penyimpanan
Simpan buah belimbing dalam wadah dan ruangan (tempat) yang dingin untuk
persediaan keluarga, atau simpan kotak karton berisi buah belimbing di
ruangan pendingin bersuhu antara 5-20 derajat C.
4. Pengemasan dan Pengangkutan
1) Bungkus tiap buah atau beberapa buah dengan plastik regang atau kertas tissue
atau polysterene net.
2) Masukkan buah belimbing ke dalam wadah (kontainer) berupa kotak karton
yang bagian dasar dan dindingnya dialasi (dilapisi) busa. Tiap kotak karton
berisi maksimal 3 lapis buah belimbing dengan posisi buah bagian pangkalnya
berada di bawah. Buah belimbing yang sudah dikemas siap diangkut ke tempat
penjualan/penampungan.

7
Penanganan pasca panen buah yang tidak dilakukan secara hati-hati akan
mengakibatkan perubahan fisiologis, kimiawi, atau mikrobiologis yang
menyebabkan bahan pangan tidak dapat dimanfaatkan lagi. Cara penanganan
pasca panen yang dapat dilakukan adalah dengan mengelola buah menjadi
suatu olahan pangan (Muchtadi, 2000). Kombinasi pengolahan buah belimbing
wuluh pada masyarakat Indonesia masih rendah seperti sebagai bumbu dapur,
bahan pengawet makanan dan obat batuk tradisional karena buah belimbing
wuluh mempunyai rasa yang sangat masam, sehingga orang enggan memakan
langsung atau diperas airnya (Ashari 1995). Pengolahan buah belimbing wuluh
menjadi berbagai olahan pangan diharapkan dapat mendorong masyarakat
untuk meningkatkan pemanfaatan buah lokal ini dan mengurangi kehilangan
hasil pertanian serta memperpanjang masa simpan (Muchtadi, 2000).

Pengolahan belimbing wuluh menjadi serbuk minuman instan dilakukan


dengan penambahan filler (bahan pengisi) maltodekstrin. Maltodekstrin adalah
senyawa turunan pati hasil hidrolisis pati melalui proses hidrolisis parsial oleh
enzim α-amilase (Kennedy dkk., 1995). Maltodekstrin memiliki kelarutan
dalam air yang sangat tinggi, sedikit larut dalam etanol, dan kelarutannya akan
meningkat seiring dengan kenaikan DE (Dextrose equivalent). Bahan pengisi
ini juga dapat mengalami reaksi Maillard dengan asam amino pada kondisi
tertentu yang akan menyebabkan timbulnya warna kuning atau coklat (Wade
dan Weller, 1994). Penambahan maltodekstrin bertujuan untuk meningkatkan
daya kelarutan dan sifat organoleptik minuman serbuk instan belimbing wuluh.
Optimasi penambahan maltodekstrin dalam pembuatan minuman belimbing
wuluh perlu dilakukan untuk mendapatkan produk minuman instan yang
berkualitas baik secara fisik, kimia maupun organoleptik.

8
BAB III
METODE

A. Nur Anggraini dan Oktadoni Saputra |Khasiat Belimbing Wuluh


(Averrhoa bilimbi .L) terhadap Penyembuhan Acne Vulgaris
Majority | Volume 5 | Nomor 1 | Februari 2016 |77
Ekstrak daun belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin,
triterpenoid dan tanin.Flavanoid merupakan senyawa yang mudah larut
dalam pelarut polar seperti etanol, butanol, dan aseton. Flavanoid golongan
terbesar dari senyawa fenol, senyawa fenol mempunyai sifat efektif
menghambat pertumbuhan virus, bakteri dan jamur

B. Jurnal Riset Kesehatan, 6 (2) 2017, 62 - 65 Pengaruh Sari Belimbing


Wuluh (Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Daya Hambat Bakteri
Staphylococcus Aureus
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Jurusan Analis
Kesehatan, kampus 3 Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental yang
digunakan untuk menguji hipotesis yang ada sehingga diketahui pengaruh
antar variabel, dengan menguji sampel menggunakan metode difusi.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan variabel bebas yaitu sari belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L) dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%,
sedangkan variabel terikatnya yaitu daya hambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan dengan tiga kali pengulangan
menggunakan rumus Gomez and Gomez. Untuk pembuatan sari belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi L) dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
100% Data dari hasil penelitian dikumpulkan, ditabulasikan, dan dianalisis
menggunakan program SPSS 17.0 for Windows, untuk mengetahui adanya
pengaruh sari belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus maka dilakukan uji kenormalan

9
data dengan melakukan uji Shapiro Wilk. Data berdistribusi normal (P> 0,05)
maka uji yang digunakan adalah uji Anova dengan derajat kepercayaan 95%.

C. Pengaruh Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap


Penurunan Tekanan Darah
Penelitian ini bersifat eksperimental semu. Analisis data memakai uji t
berpasangan dengan α=5%. Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini
berupa sphygmomanometer air raksa untuk mengukur tekanan darah sistol dan
diastol, stopwatch, gelas kaca, gelas ukur, dan belimbing wuluh. Subjek penelitian
terdiri dari 30 orang pria usia 18-28 tahun. Subjek penelitian diistirahatkan 10
menit, kemudian diukur tekanan darahnya dua kali dengan jeda 5 menit dan
dirata-rata. Kemudian, subjek penelitian diberikan 250 ml belimbing wuluh yang
harus dihabiskan sekaligus. Tunggu kembali 15 menit, kemudian tekanan darah
diukur kembali dengan jeda 5 menit sampai dua kali berturut-turut sama atau
terjadi peningkatan kembali.

D. Pengaruh Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.)


Dalam Penurunan Tekanan Darah Ibu Hamil Penderita Hipertensi
Jenis penelitian ini adalah experimental, rancang bangun yang
digunakan adalah one-shot case study, peneliti mengadakan treatment selama 2
kali dalam seminggu, selama 1 bulan. Konsumsi yang rutin selama 1 bulan
diperkirakan dapat menurunkan tekanan darah ibu hamil yang hipertensi.
Variabel perlakuan dalam penelitian ini adalah pemberian air rebusan daun
belimbing wuluh sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah
hipertensi pada ibu hamil. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik non probability sampling secara purposive sampling.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan keluhan
hipertensi didesa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto
sebanyak 20 orang. Dari 20 responden dibagi menjadi 2 kelompok responden,
1 kelompok diberikan air rebusan daun belimbing wuluh untuk diminum dan
satu kelompok tidak diberikan air rebusan daun belimbing wuluh (diberi
placebo).

10
Instrument penelitian ini menggunakan lembar observasi. Untuk
mengetahui adanya peningkatan atau penurunan status hipertensi rebusan daun
belimbing yang diberikan sebanyak 2 kali dalam seminggu secara rutin selama
1 bulan dan pada setiap akhir minggunya dilakukan pemeriksaan tekanan darah
mencatat hasil pemeriksaan. Hasil penelitian diolah dan dianalisis dengan
menggunakan uji Friedman dan Mann Whitney untuk melihat perbedaan
tekanan darah antara kelompok kontrol dan eksperimen sehingga bisa diketahui
pengaruh air rebusan belimbing terhadap tekanan darah ibu hamil.

11
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Nur Anggraini dan Oktadoni Saputra |Khasiat Belimbing Wuluh


(Averrhoa bilimbi .L) terhadap Penyembuhan Acne Vulgaris
Majority | Volume 5 | Nomor 1 | Februari 2016 |77
Acne vulgarismerupakan penyakit peradangan menahun unit pilosebasea,
dengan gambaran klinis biasanya polimorfik yang terdiri atas berbagai kelainan
kulit berupa: komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut. Penatalaksanaan
acne vulgarisdibagi menjadi dua yakni terapi famakologi dan nonfarmakologi.

Dalam terapi nonfarmakologi belimbing wuluh dapat diikutsertakan, hal


ini dikarenakan komposisi dari belimbing wuluh seperti senyawa flavonoid,
tannin, saponin dan triterpenoid yang memiliki kemampuan membentuk
kompleks dengan protein bakteri melalui ikatan hidrogen yang menyebabkan
struktur dinding sel dan membran sitoplasma bakteri menjadi tidak stabil
sehingga sel bakteri menjadi kehilangan aktivitas biologinya. Hal ini membuat
fungsi permeabilitas sel bakteri akan terganggu dan sel bakteri akan mengalami
lisis yang berakibat pada kematian sel bakteri. Hal inilah yang menjadikan
ektrak belimbing wuluh sebagai salah satu alternatif yang bisa digunakan
dalam penyembuhan acne vulgaris.

• Ekstrak daun belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin,


triterpenoid dan tanin.
• komposisi dari daun belimbing wuluh memiliki kemampuan membentuk
kompleks dengan protein bakteri melalui ikatan hidrogen yang
menyebabkan struktur dinding sel dan membran sitoplasma bakteri
menjadi tidak stabil sehingga sel bakteri menjadi kehilangan aktivitas
biologinya.
• Hal ini membuat fungsi permeabilitas sel bakteri akan terganggu dan sel
bakteri akan mengalami lisis yang berakibat pada kematian sel bakteri. Hal
inilah yang menjadikan ektrak belimbing wuluh sebagai salah satu
alternatif yang bisa digunakan dalam penyembuhan acne vulgaris.

12
Kritik: jurnal ini cukup bagus sebagai rujukan sebagai Salah satu cara dalam
untuk menanggulangi penyakit acne vulgaris dikarenakan isi kandungan
belimbing wuluh adalah senyawa tanin, saponin, triterpenoid dan
flavonoidyangmemiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri dengan
mekanisme yang berbeda-beda.

B. Jurnal Riset Kesehatan, 6 (2) 2017, 62 - 65 Pengaruh Sari Belimbing


Wuluh (Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Daya Hambat Bakteri
Staphylococcus Aureus
Proses penghambatan bakteri Staphylococcus aureus ini disebabkan
oleh adanya kandungan – kandungan yang terkandung dalam buah beimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi L), salah satunya yang dimungkinkan adalah
senyawa flavanoid. Flavanoid memberikan respon terhadap infeksi mikroba,
dan secara in vitro, flavanoid menjadi senyawa antimikroba yang efektif
terhadap berbagai macam mikroorganisme, termasuk bakteri gram positif dan
gram negatif (Ciocan & Bara 2007).

Besarnya daya hambat yang terbentuk juga bergantung pada kepekaan


bakteri terhadap zat antimikroba yang digunakan. Pada penelitian ini,
kepekaan atau resistensi bakteri didasarkan pada konsentrasi yang digunakan.
Hal ini dibuktiksn dengan konsentrasi 20% sudah terbentuk zona hambat
sebesar 8,05 mm dan zona hambat tertinggi pada konsentrasi 100% sebesar
18,05 Hasil pengukuran daya hambat sari belimbing wuluh terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus terjadi peningkatan mulai dari
pengulangan I hingga pengulangan III pada masing-masing konsentrasi.

 Untuk alternatif pengobatan alami dapat menggunakan konsentrasi 100%


dari belimbing wuluh murni dengan cara ditumbuk lalu diperas dan
diambil sarinya. Kemudian dari sari dapat dioleskan pada permukaan kulit
yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus, seperti jerawat.
 Proses penghambatan bakteri Staphylococcus aureus ini disebabkan oleh
adanya kandungan – kandungan yang terkandung dalam buah beimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi L), salah satunya yang dimungkinkan adalah
senyawa flavanoid.

13
Kritik : jurnal ini berhasil menghambat pertumbuhan bakteri dengan
menggunakan konsentrasi 100% dari belimbing wuluh murni. Bagi peniliti
selanjutnya dapat mengembangkan penelitian mengenai sari belimbing wuluh
terhadap bakteri lain, dan dapat dikembangkan menjadi produk seperti cream
jerawat.

C. Pengaruh Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap


Penurunan Tekanan Darah

Tabel 1 Tekanan Darah Rerata Sistol dan Diastol Sebelum dan Setelah
Mengonsumsi Belimbing Wuluh

Std.
N Rerata Uji t
Deviasi
Pre 30 120,53 6,463 p
Sistol

Post 30 111,50 7,798 <0,01

Pre 30 82,03 7,645 p


Diastol

Post 30 77,67 6,764 <0,01

Tabel 1 : Rerata tekanan darah sistolik setelah mengonsumsi belimbing wuluh


sebesar 111,50 mmHg (SD = 7,798) lebih rendah dibandingkan rerata tekanan
darah sistolik sebelum mengonsumsi belimbing wuluh sebesar 120,53 mmHg
(SD = 6,463) dengan perbedaan sebesar 9,03 mmHg (p<0,01). Sedangkan
rerata tekanan darah diastol setelah mengonsumsi belimbing wuluh sebesar
77,67 mmHg (SD = 6,764) lebih rendah dibandingkan rerata tekanan darah
diastol sebelum mengonsumsi belimbing wuluh sebesar 82,03 mmHg
(SD7,645) dengan perbedaan sebesar 4,36 mmHg (p<0,01).

 Penelitian ini dilakukan pada 30 orang pria dewasa usia 18-28 tahun,
dilakukan pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik dalam satuan
mmHg setelah dan sebelum mengonsumsi 200 ml jus belimbing wuluh
pada posisi duduk dan kaki menyentuh lantai dengan menggunakan

14
sphygmomanometer air raksa. Analisis menggunakan uji t berpasangan
dengan α=0,05.
 Hasil percobaan menunjukkan bahwa rerata tekanan darah sesudah
mengonsumsi jus belimbing wuluh sebesar 111,50/77,67 mmHg lebih
rendah dibandingkan tekanan darah rerata sebelum mengonsumsi jus
belimbing wuluh yaitu sebesar 120,53/82,03 mmHg (p<0,01)**.
 Kesimpulan penelitian ini adalah jus belimbing wuluh menurunkan
tekanan darah.

Kritik : Belimbing wuluh terbukti menurunkan tekanan darah sehingga sebaiknya


penderita hipertensi mengonsumsi belimbing wuluh sebagai terapi
pelengkap/tambahan. Perlu dilakukan penelitian lagi mengenai dosis belimbing
wuluh yang diperlukan untuk dapat dijadikan terapi alternatif pada penderita
hipertensi. Penilitian juga perlu dilakukan untuk menguji efek lain dari belimbing
wuluh selain untuk menurunkan tekanan darah.

D. Pengaruh Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.)


Dalam Penurunan Tekanan Darah Ibu Hamil Penderita Hipertensi

Hasil penelitian menunjukan pengaruh yang signifikan penggunaan air


rebusan daun belimbing wuluh dengan frekuensi 2 kali seminggu selama 1 bulan
terhadap tekanan darah ibu hamil yang hipertensi.Hasil ini sejalan dengan
penelitian Hernani, et al (2005) dengan menggunakan hewan uji kucing
teranestesi diketahui bahwa penggunaan ekstrak daun belimbing wuluh pada dosis
37.5 mg/kg BB dapat menurunkan tekanan darah kucing sebesar 75.88 mmHg.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hutahaean (2003) terhadap hewan uji
tikus putih galur wistar jantan, hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuntikan
dengan ekstrak daun belimbing wuluh secara intraperitoneal dapat menurunkan
tekanan darah tikus dari tekanan darah normal (hipotensif).

Daun belimbing wuluh mengandung zat kalium sitrat yang berfungsi untuk
melancarkan keluarnya air seni, sehingga dapat menurunkan tekanan darah tinggi
selain itu ada senyawa kimia p-nitro-mmethylphenyl benzenesulfonate, acetic acid
ethyl ester, acetic acid prophyl ester, butyl ethyl ether, methyl benzene dan 1,2-

15
benzenedicarboxylilic acid diethyl ester yang diketahui dapat menurunkan
hipertensi. Cara kerja air rebusan daun belimbing wuluh mirip dengan tablet
hydrochlorithiazide ( HCT ) ataupun furosemide ( lasix ). Namun kerja air
rebusan daun belimbing dalam menurunkan tekanan darah tinggi yang tinggi
terbatas, karena itu sebaiknya menggunakan pada hipertensi ringan yaitu tekanan
sistolik 140 – 159 mmHg dan tekanan diastolik 90 – 99 mmHg.

 Daun belimbing wuluh mengandung zat kalium sitrat yang berfungsi


untuk melancarkan keluarnya air seni, sehingga dapat menurunkan
tekanan darah tinggi
 Hasil penelitian menunjukan pengaruh yang signifikan penggunaan air
rebusan daun belimbing wuluh dengan frekuensi 2 kali seminggu selama
1 bulan terhadap tekanan darah ibu hamil yang hipertensi.
 Hasil ini sejalan dengan penelitian Hernani, et al (2005) dengan
menggunakan hewan uji kucing teranestesi diketahui bahwa penggunaan
ekstrak daun belimbing wuluh pada dosis 37.5 mg/kg BB dapat
menurunkan tekanan darah kucing sebesar 75.88 mmHg.
 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hutahaean (2003) terhadap
hewan uji tikus putih galur wistar jantan, hasil penelitian menunjukkan
bahwa penyuntikan dengan ekstrak daun belimbing wuluh secara
intraperitoneal dapat menurunkan tekanan darah tikus dari tekanan darah
normal (hipotensif).
 Namun kerja air rebusan daun belimbing dalam menurunkan tekanan
darah tinggi yang tinggi terbatas, karena itu sebaiknya menggunakan pada
hipertensi ringan yaitu tekanan sistolik 140 – 159 mmHg dan tekanan
diastolik 90 – 99 mmHg.
Kritik : jurnal ini sangat bagus untuk rujukan ibu hamil dengan menggunakan
obat tradisional untuk meringankan efeksamping obat kimia. Selain itu ibu hamil
dan keluarga hendaknya mengaplikasikan penggunaan obat alternatif ketika
mengalami gangguan selama kehamilan seperti hipertensi agar tidak mengalami
eklampsia

16
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Belimbing wuluh dapat digunakan untuk obat antihipertensi, juga


memiliki potensi menurunkan glukosa darah. Secara farmakologi telah terbukti
bahwa rebusan daun belimbing wuluh dengan pemberian secara oral pada dosis
500 mg/kg tidak memberikan efek hipotermia tetapi memberikan efek
antipiretik dan dapat mengurangi efek inflamasi. Ekstrak khloroform daun
belimbing wuluh sangat efektif membunuh pertumbuhan bakteri
Staphyllococcus aureus, Bacillus cereus dan Corney bacterium diphteria karena
mengandung senyawa flavonoid tipe luteoin dan apigenin. Selain itu daun
belimbing wuluh secara tradisional dimanfaatkan untuk mengobati sakit perut,
encok, demam gondok, buahnya untuk gejala darah tinggi, sariawan obat batuk,
mengobati sakit perut, gondongan (parotitis), gusi berdarah, sakit gigi
berlubang, jerawat, panu, kelumpuhan, memperbaiki sistem pencernaan dan
radang rektum.

B. SARAN
Perlu adanya pemahaman tentang konservasi tumbuhan, sehingga
kelangsungan hidup dari tumbuhan akan maksimal dan berlangsung
sustainable mengingat dan menimbang begitu banyak manfaat dari tanaman
ini,. Dan pada akhirnya sumber daya alam hayati (tumbuhan) akan dapat
dinikmati oleh manusia sebagai penghuni yang memiliki derajat paling
tinggi di muka bumi ini.

17

Anda mungkin juga menyukai