Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan

berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk

pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk

mengisi kehidupan mereka kelak. Rasa ingin tahu dari remaja kadang-kadang

kurang di sertai pertimbangan rasional dan pengetahuan yang cukup akan akibat

lanjut dari suatu perbuatan. Selain itu, kurangnya informasi mengenap seks dari

sekolah atau lembaga formal serta berbagai informasi seks dari media massa

yang tidak sesuai dengan norma yang dianut menyebabkan keputusan-

keputusan yang diambil mengenai masalah cinta dan seks begitu kompeks dan

menimbulkan gesekan-gesekan dengan orang tua dan lingkungan. Cinta dan

seks merupakan sala satu problem terbesar dari kaum remaja dimana pun di

dunia ini. Kehamilan usia muda, penceraian, pengguguran kandungan,

terputusnya sekolah, perkawinan usia mudah, penceraian, penyakit kelamin,

penyalagunaan obat, merupakan akibat buruk petualangan cinta dan seks yang

salah di usia remaja (Arif Gunawan, 2011).

Pada usia remaja seorang anak belum dapat bertangguang jawab

sepenuhnya terhadap hal-hal yang mereka lakukan merupakan kesenangan

sesaat karena tidak adanya kejelasan pendidikan seks dari berbagai pihak akan

1
menimbulkan berbagai masalah seksual, di usia remaja dorongan seks yang

timbul akan semakin meluap atau semakin liar jika tidak diberi bimbingan

dalam hal ini pendidikan seks yang di berikan sepatutnya berkaitan dengan

norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang di larang, apa yang lazim

dan bagaimana melakukanya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di

masyarakat (sarwono, 2010).

Pendidikan seks yang hanya berupa larangan atau berupa kata-kata “tidak

boleh” tanpa adanya penjelasan lebih lanjut sangat tidak efektif, kenapa tidak

efektif karena pendidikan seperti ini tidak cukup untuk mempersiapkan remaja

dalam menghadapi kehidupannya yang semakin sulit, ditambah lagi pengaruh

lingkungan seperti tekanan dari teman, obat-obatan terlarang, minuman keras

atau patah hati akibat hubungan cintanya akan semakain menjerumuskan

mereka pada aktivitas seksual lebih dini yang bisa berdampak pada

meningkatnya berbagai masalah seksual, salah satunya adalah peningkatan

insiden penyakit menular seksual (Ajen Dianawati, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan reproduksi adalah

keadaan sehat secara fisik, mental dan social secara utuh tidak semata-mata

babas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan

proses reproduksi (WHO, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO) setengah dari infeksi (HIV) di

seluruh dunia terjadi pada orang mudah yang berusia dibawah 25 tahun. Di

seluruh dunia anak-anak remaja baik laki-laki maupu perempuan mengalami

berbagai masalah kesehatan reproduksi seperti : kehamilan yang tidak

2
dingiinkan, penyakit menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS dan masalah

kesehatan reproduksi serius lainya. Sampai dengan juni 2015 terdapat sekitar

34,3 juta orang dewasa dan anak mengidap HIV/AIDS yang meninggal ternyata

95% dari jumlah tersebut berada di negara berkembang, 52000 kasus terjai di

Indonesia. Dari kasus HIV/AIDS di Indonesia tersebut,70 persen adalah ibu

rumah tangga (WHO 2015).

Lingkungan remaja saat ini mendapat sorotan yang utama karena pada masa

sekarang pergaulan remaja sangat mengkawatirkan di karenakan perkembangan

modernisasi yang mendunia serta menipisnya moral keimanan sesorang

khususnya remaja pada saat ini.

Hasil penelitian penilitian terbaru oleh Synovate Research di Indonesia yaitu

pada 450 responden dari kota dengan kisaran rentang usia 15-24 tahun,

mengungkapakn bahwa 44% respoanden mengaku sudah punya pengalaman

seks di usia 16-18 tahun, sementara 16% lainya mengaku pengalaman seks itu

sudah mereka dapat antara usia 13-15 tahun.

Untuk menghindari terjadi hal-hal tersebut diperlukan suatu pencegahan

yang tepat di mana pencegahan yang tepat dimana yang tepat dituntut suatu

tingkat pengetahuan atau pemahaman yang baik tentang pendidikan seks terkait

dengn pengetahuan akan bahaya seks bebas di kalangan remaja dengan tidak

mengesampingkan faktor pendukung lainya seperti lingkungan, sosial dan

ekonomi.

Remaja sebagai aset sumber daya masa depan bangsa, diharapkan memiliki

keunggulan kompetensi untuk pembangunan sebab keberadaan remaja sebagian

3
besar masih berada dalam insitusi pendidikan dan keagamaan. Sudah saatnya

remaja diajarkan pengetahuan seks sesuai dengan perkembangan umurnya yang

dapat diberikan oleh orang tua ataupun oleh guru di sekolah, juga oleh para

ulama atau pemuka agama lainnya, yang perlu menjadi perhatian adalah

pendidikan seks yang harus diajarkan dalam koridor nilai-nilai agama dimana

program pendidikan seksual yang menghargai perbedaan nilai dan keyakinan

yang ada dalam masyarakat akan menyempurnakan serta menambah pendidikan

seksual yang telah diperoleh di keluarga (Irianto K, 2010).

SMP Satap 6 Makale Selatan adalah salah satu SMP yang ada di Kabupaten

Tana Toraja Sulawesi Selatan. Sekolah ini memiliki jumlah siswa sebanyak 125

orang dengan jumalah siswa perempuan 50 dan siswa laki-laki sebanyak 75

orang. Siswa kelas VII 50 orang di bagi 2 kelas 25 orang dalam satu

ruangan,kelas VIII berjumlah 40 orang dan IX berjumlah 35 orang.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan pengetahuan

dan lingkungan pergaulan dengan sikap remaja terhadap seks bebas di SMP

Satap 6 Makale Selatan .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah adakah hubungan pengetahuan dan lingkungan

pergaulan dengan sikap remaja terhadap seks bebas di SMP Satap 6 Makale

Selatan.

C. Tujuan Penilitian

1. Tujuan Umum

4
Mengetahui hubungan pengetahuan dan lingkungan pergaulan

dengan sikap remaja terhadap seks bebas di Smp Satap 6 Makale Selatan.

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMP Satap 6

Makale Selatan

2. Mengetahui lingkungan pergaulan remaja DI SMP Satap 6 Makale

Selatan

3. Mengetahui sikap remaja terhadap seks bebas DI SMP Satap 6 Makale

Selatan

4. Mengetahui hubungan pengetahuan dan lingkungan pergaulan dengan

sikap remaja terhadap seks bebas di SMP Satap 6 Makale Selatan

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini akan menambah litelatur dalam ilmu pengetahuan

khususnya bidang keperawatan serta dapat di gunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam penyusunan proposal selanjutnya.

2. Manfaat Bagi Sekolah

Memberikan konstribusi berharga bagi pembinaan kesiswaan melalui

bimbingan konseling dengan melahirkan program yang memberi kesadaran

bagi siswa agar mengetahui dan menjauhi atau tidak melakukan seks bebas.

3. Manfaat Bagi Siswa

5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menembah wawasan siswa

tentang bahaya dan dampak seks bebas sehingga mereka menghindari hal

tersebut.

4. Manfaat Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan untuk memberikan masukan kepada

insitusi pendidikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

5. Manfaat Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menembah pengetahuan,

keterampilan serta memperluas wawasan peneliti dalam menganalisa

tentang bagaimana hubungan pengetahuan dan lingkungan pergaulan

dengan sikap remaja terhadap seks bebas

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Tentang Pengetahuan

1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginraan terhdap suatu objek tertentu. Penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancainra

manusia , yaitu pancainra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan di peroleh melalui mata dan telinga.

(Nototmodjo 2010 dalam budiman, 2013).

2. Tahapan Pengetahuan

Pada aplikasinya. Pengetahuan memiliki tahapan-tahapan. Tahapan

menurut (Benjamin S. Bloom, 1996) terdiri dari enam tahapan (Budiman,

2013) meliputi

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya. Pengetahun tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

b) Memahami (comprehension)

7
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang di ketahui, dan dapat

menginterprestasiakn materi tersebut secara benar.

c) Aplikasih (apliication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menjabarkan materi yang telah

di pelajari pada suatu kondisi real (sebenarnya).

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen , tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi, dan masih ada kaitanya suatu sama lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau objek.

Penelitian tentang efektiftas pendidikan seks mempunyai hasil beragam .

Umumnya pendidikan seks telah berhasil meningkatkan pengetahuan remaja

tentang masalah-masalah seksual, termasuk cara mengembangkan

kemampuan interpersonal yang berkaitan dengan perilaku seksual . Penelitian

yang dilakukan oleh Sumarini (2009) menunujukkan bahwa pendidikan seks

8
akan sangat efektif bila orangtua dan sekolah menyampaikan pesan-pesan

yang sama mengenai seksualitas remaja.

Pengaruh informasi global yang semakin mudah akses justru memancing

anak dan remaja untuk mengdaptasi kebisaan-kebiasaan tidak sehat seperti

merokok, minum minuman berakohol, penyalagunaan NAZPZA perkelahian

antar remaja atau tawuran. Pada akhirnya secara kumulatif kebiasaan-

kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal seksual yang beresiko

tinggi, karena kebanyakan remaja tidak memiliki akses terhadap informasi

dan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi(Arif Gunawan,

2011).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan(Budiman,2013)

a) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untk mengembangkan kepribadain

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun non

formal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses

pengubahan sikap dan tatalaku sesorang atau kelompok dan juga

mendewasakan manusia melalui pengajaran dan penelitian. Pengetahuan

sangat erat kaitanya dengan pendidikan , dimana diharapkan seseorang

dengan pendidikan tinggi. Orang tersebut akan semakin luas

pengetahuanya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpendidikan rendah pula.

b) Informasi/media Massa

9
Informasi adalah”that of which one is apprised or told: intelligence,

news ”(oxford English dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa

informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang

menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu,

informasi juga dapat didefenisikan sebagai suatu teknik untuk

mengumpulkan, menyimpan memenipulasi, mengumumpukan, dan

menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu

(undang-undang Teknologi Informasi) dalam penyampaian informasi

sebagai tugas pokoknya, media juga membawa pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarakan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal memberiakan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya pengetahaun terhadap hal tersebut.

c) Social Budaya Dan Ekonomi

Kebisaan tradisi yang di lakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakuakn baik atau buruk. Dengan demikian,

Seseorang akan bertambah pengetahuaanya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang di perlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status social

ekonomi ini juga akan memepengaruhi pengetahaun seseorang.

d) Lingkungan

10
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik , biologis, maupun social. Lingkungan berpengaru

terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interakasi

timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh

setiap individu.

e) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh pengetahaun dengan mengulangi kembali pengetahaun

yang memperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam

masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangakan akan

memeberikan pengetahuan dan ketermapilan professional, serta dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan

manisfestasi dari keterpaduan menelar secara ilmia dan etik yang

bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f) Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola piker sesorang semakin

bertambah usia akan berkembang pula daya tangkap dan pola pikiranya

sehingga pengetahuan yang diperolanya semakin membaik. Pada usia

madya, individu akan berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan

social, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksenya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua. Kemampuan intelektual, pemecahan

11
masalah , dan kemamapuan verbal pada usia ini dilaporkan hampir tidak

ada penurunan. Dua sikap tradisianal mengenai jalanya perkembangan

selama hidup adalah sebagai berikut;

1) Semakin tua semakin bijaksana. semakin banyak informasi yang di

jumpai dan semakin banyak hal yang di kerjakan sehingga

menamba pengetahuanya.

2) Tidak dapat mengajarkan kepandain baru kepada orang yang sudah

tua karena telah mengalami kumunduran fisik maupun mental.

4. Konsep Pendidikan dan Seksualitas

a) Konsep Pendidikan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah

suatu proses perubahan sikap dan tingkalaku seseorang atau

sekelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan latihan. Proses pembuatan dan cara mendidik

(Budiman,2013).

Ditinjau dari segi mendapakanya, pendidikan terdiri dari

pendidikan formal dalam usaha mendewasakan manusia memlalui

upaya pengajaran dan latihan, proses , pembuatan dan cara mendidik

(budiman 2013).

Ditinjau dari segi mendapatkanya,pendidikan terdiri dari

pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan formal

mempunyai struktur pendidikan tertentu yang harus dilalui seperti

SD, SMP, SMA, perguruan tinggi/Akademi, dengan jejang dan

12
masa belajar tertentu. Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang

di peroleh sesorang secara teratur, terarah, disangaja, tetapi tidak

mengikuti peraturan misalnya kursus . pendidikan formal adalah

pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari

dengan sadar-atau tidak sadar, sejanak sesorang lahir sampai mati,

di dalam keluarga, pekerjaan dan pergaulan.

b) Konsep Seksualitas

Pengertian seksualitas secara umum adalah suatu yang berkaitan

dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan yang

berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-

laki dan perempuan.

Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-

laki yang sering di sebut jenis kelamin. Seksualitas telah menjadi

suatu hal yang sangat melekat pada manusai. Seksualitas tidak bias

dihindari oleh makluh hidup dapat terus bertahan kelestaraian

keturunanaya, di mulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang

kehidupan, dimana seksual membantu pembuntukan respon fisik,

social, emosional, dan intelektual ( Mu’tadin, 2010).

5. Pendidikan Seksual

13
Pendidikan seksualitas adalah pendidikan yang sangat mengurangi

kehamilan remaja, meredakan masalah social dan ekonomi yang di

tuduhkan pada aktivitas seksual (Halstead&Reis, 2007).

Masyarakat (orang tua ) khusunya peradaban timur, belum

memberikan ruang cukup luas bagi pendidikan seksualitas. Hal ini di

sebabkan oleh beberapa alasan yaitu: oarng tua tidak mempunyai

inforamasi yang adekuat, oarng tua mungkin merasa tidak nyaman

dengan topik seks bebas dan remaja mungkin tidak merasa nyaman

ketika orang tua mendiskusikan tentang seks (Bobak,2007).

Pendidikan seksual sangat diperlukan anak-anak sejak dini. Tidak

saja hal ini berdampak pada perkembangan umur mereka baik orang

tua mereka maupun guru-guru di sekolah. Walupun demikian,

pendidikan seksualitas tersebut harus diajarkan dalam koridor ideologi

dan ajaran –ajaran agama (Ahmad Fanni,2004).

Pendidikan seksual yang benar lebih dari sekedar kajian tentang

seksualitas dalam pelajaran atau ilmu social. Tujuan untuk mempelajari

seksualitas manusia adalah agar siswa mengetahui lebih banyak

tentang seksualitas manusia mendorong semacam keterampilan atau

kecakapan,sikap , kecenderungan, perilaku dan refleksi kritis terhadap

pengalaman pribadi (Halsted&Reiss,2007).

6. Tujuan Pendidikan Seksual.

14
Tujuan utama dari pendidikan seks di sekolah adalah perkenalan

pada kesehatan seksual. Untuk mencapai tujuan ini kebanyakan

program menyediakan informasi yang akurat tentang seksualitas

manusia, kesempatan informasi yang akurat tentang seksualitas untuk

mengembangkan hubungan interpersonal dan bantuan dalam

mewujudkan kehidupan seksual yang bertanggung jawab, termasuk

penerapan perilaku dan sikap yang sehat yang berhubungan dengan

perilaku seksual.

Secara umum tujuan pendidikan seks di sekolah sebagai berikut:

a. Membantu remaja mengetahui tentang topik-topik biologis

misalnya pertumbuhan, puberitas dan kehamilan.

b. Mencegah anak-anak dari tindakan yang

menyimpang/kekerasan seksual.

c. Mengurangi rasa bersalah. Rasa malu dan kecemasan akibat

tindakan seksual.

d. Mencegah remaja dibawah umur dari kehamilan.

e. Mengurangi indikasih penularan penyakit lewat seks (PMS)

Healstead &Reiss,2007).

Keingin tahuan remaja tidak boleh diabaikan,namun juga harus

dijawab tidak dengan cara yang akan mendorong remaja terlibat

aktifitas seks melainkan dengan cara yang menjadikannya dengan

pengetahuan yang memadai, menghormati perilaku seks sebagai suatu

anugra Allah Yang Maha Suci (Athar,2010).

15
B. Tinjaun Tentang Kesehatan Reproduksi

1. Pengertian

Batasan kesehatan reproduksi menurut ICPD (international

Conferennce On Population and Development) adalah keadaan sehat

jasmani, dan rohani dan buakn hanya terlepas dari ketidak hadiran

penyakit dan kecacatan mata, yang berhubungan dengan sysistem fungsi

dan proses reproduksi.

Batasan kesehatan reproduksi menurut Rai dan Nassim mencakup

kondisi dimana wanita mengalami menjalini kehamilan dengan aman,

melahirkan anak yang sehat serta dalam kondisi siap merawat anak yang

di inginkan.

Dari kedua defenisi kesehatan reproduksi tersebut ada beberapa faktor

yang berhubugan dengan reproduksi dengan kesehatan reproduksi

sesorang yaitu social, ekonomi, budaya dan perilaku lingkungan yang

tidak sehat, dan tidak adanya fasilitas yang mampu mengatasi gangguan

jasmani dan rohani. Dan tidak adanaya akses informasi merupakan factor

tersendiri yang juga mempengaruhi kesehatan reproduksi.

Beberapa factor yang berhubungan dengan status kesehatan

reproduksi seseorang yaitu:

a. Factor social ekonomi

Factor ini merupakan dengan kemiskinan, tingkat pendidikan yang

rendah, dan tidak tahuan mengenai perkembangan seksual dan proses

reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil.

16
b. Fakyor budaya dan lingkungan, antara lain adalah praktek

tradisioanal yang berdampak buruk terhadap kesehatan repoduksi,

keyakinan banyak anak banyak reseki dan informasi yang

membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses

reproduksi

c. Factor psikologis: keretakan orang tua akan memberikan dampak

pada kehidupan remaja, depresi yang disebsbakan oleh ketidak

seimbangan hormonal , rasa tidak berharga wanita dimata pria

d. Factor biologis, antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran

reproduksi (Soekidjo 2016)

2. Remaja Dan Permasalahanya

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan

manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi perubahan

psikologik, dan perubahan social. Disebagain besar masyarakat dan

budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan

berakhir pada usia 18-22 tahun. Sedangkan menurut Word Health

Rganzation (WHO). Remaja merupakan individu yang sedang mengalami

masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan

seksual, mengalami perubahan jiwa dari kanak-kanak menjadi dewasa,

dan mengalami perubahan keadan ekonomi dari ketergantungan menjadi

relative mandiri.

17
Aspek perubahan pada remaja, Yakni perubahan fisik atau biologis

dan perubahan psikologis.

1. Perubahan Fisik (pubertas)

Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat biasanya di

sebut pubertas . Perubahan fisik yang dapat diamati seperti pertambahan berat

badan dan tinggi badan biasanya disebut pertumbuhan dan kematangan seksual

sebagianu hasil dari perubahan hormonal.

Bagi anak-anak laki-laki perubahan itu di tandai oleh perkembangan pada

organ seksual, mulai tumbunya rambut kemaluan, perubahan suara, dan jugaa

ejakulasi pertama melalui wet dream (mimpi basa). Sedangkan pada putri

pubertas ditandai dengan menarche (haid pertama), perubahan pada dada

(mamae), tumbuh rambut pubis (kemaluan) dan pembesaran panggaul, usia

menarche rata-rata 10-16,5 tahun. (Soekidjo,2007).

2. Perubahan psikologis

Pada masa remaja, labilnya emosi erat kaitanya dengan perubahan

hormone dalam tubuh. Ketidakakstabialn emosi menyebabkan rasa ingin tahu

dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan intelektual pada

remaja cenderung membuat mereka kritis, tersalur melalui perbuatan-perbuatan

yang sifatnya eksperimen dan ekplolariif.tindakan dan sikap seperti ini jika

dibimbing dan diarakan dengan baik tentu berakibat konstruktif dan

berguna.tetapi faktor di luar diri remaja,sepeti peer group juga dapat

mempengaruhi remajatersebut untuk melakukan perbuatan yang

negative,tidakbermanfaat,berbahaya bahkan destruktif(merusak)

18
Masa remaja merupakan masa dimana banyak terjadi perubahan fisik sebagai

akibat dari berfungsinya kelenjar endoktrin yang menghasilkan berbagai hormone

yang akan mempengaruhi pertumbuhan secara keseluruhan dan pertumbuhan seks

secara khusus. Masa remaja sering di sebut juga sebagai masa pancaoba , masa

krisis, dan masa pencarian identitas . Kenakalan remaja sering terjadi pada

umumnya Karena tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka seperti kebutuhan

akan prestasi, kebutuhan akan seksual kebutuhan yang berhubungan dengan

kehidupan keluarga dan kebutuhan akan identitas diri, remaja mulai membanta

orang tuanya karena ia mulai mempynya pendapat-pendapat sendiri. Sebenarnya

meraka belum cukup mampu untuk berdiri sendiri oleh karena itu sering terjerumus

kedalam kegiatan –kegiatan yang menyimpang dari aturan atau disebut dengan

kenalan ramaja. Bentuk kenakalan remaja itu adalah perilaku seks remaja pranikah

(seks bebas)

Perilaku seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan oleh remaja

berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya

maupum dari luar dirinya.adapun penuerunan usia rata-ratapubertas mendorong

remaja untuk aktif secara seksual lebih dini.Dan adanya persepsi bahwa dirinya

memiliki risiko lebih rendah atau tidak beresi kosama sekali yang berhubungan

dengan perilaku seksual, semkain mendorog remaja memenuhi dorongan

seksualnya pada saat sebelum nenikah . Anak remeja mengira bahwa kehamilan

tidak akan terjadi pada sanggama yang pertama kali atau merasa bahwa dirinya tidak

akan pernah terinfeksi HIV/AIDS karena pertahanan tubunya cukup kuat. (Soekidjo

2007).

19
3. Dampak Perilaku Seksual Praremaja Terhadap Kesehatan Reproduksi

Dampak perilaku seksual remaja pranikah terhadap kesehatan reprodusi

(Soekidjo), yaitu:

a. Hamil yang tidak di kehendaki

b. Penyakit menular seksual(HIV/AIDS)

c. Psikologis misalnya perasaan terpojok yang sangat dilimatis, hamil sabagai aib

dalam keluarga, perasaan bersalah, cemas dan malu serta persaan deprisi ,

pesimis terhdap masa depan dan kadang di sertai perasaan marah dan benci pada

diri sendiri maupu pada pasangan dan kepada nasibnya.

C. Tinjauan tentang Lingkungan Pergaulan

a. Defenisi

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita dan mempengaruhi

perkembangan manusia seperti sekitar, situasi, ekonomi, perumahan, makan,

pakain, manusia lain dan lain-lain.menurut Zoer’aini (2003). Lingkungan adalah

suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan organisme. Nglim (2004), menyatakan

lingkungan social adalah semua orang manusia lain yang mmempengaruhi kita.

Pengaruh lingkungan social tersebut ada yang kita terima secara langsung dan

tidak langsung. Pergaualan adalah kontak langsung antara satu individu lain

(Ahmadi dan Uhbiyati, 2001). Lingkungan pergaulan adalah tempat

berkembangnya jiwa sesorang . Hal-hal yang tidak baik yang diterimanya dalam

interaksi menjadi hal yang biasa baginya. Lingkungan dan pergaulan yang tidak baik

20
dapat mempengaruhi seseorang untuk melanggar norma-norma yang ada di dalam

masyarakat (Yunita 2009).

b. Macam –Macam Lingkungan Pergaulan

Masa remaja memangg masa yang penuh dengan bergaul.Remaja biasanya

lebih suka dengan pergaulan bebas dengan teman sebaya,karena teman sebaya dapat

di jadikan teman akrab dan teman curhat (curahan hati).Walaupun orang tua

dijadiakan teman untuk bicara, tetapai remaja lebih suka bercerita dan bergaul

dengan teman-temanya , sehingga para remaja harus lebih berhati-hati dalam

memilih teman-teman (Putera, 2008) Menurut Ahmad dan Uhbiyati (2001)

pergaualn dapat dibedakan dalam berbagai dasar:

1. Menurut siapa yang terlibat dalam pergaulan itu, maka pergaualan dibedahkan

menjadi:

a) Pergaulan anak dengan anak

b) Pergaulan yang bersifat seni

c) Pergaualan orang dewasa dengan orang dewasa

2. Dipandang dari bidangnya, maka pergaulan dapat di bedahkan

a) Pergaualan yang bersifat ekonomis

b) Pergaualan yang bersifat seni

c) Pergaulan yang bersifat padagogis

3. Ditinjau dari pergaulan itu, dapat digunakan rentang-rentang untuk

membedahkan meliputi,:

a) Pergaulan ekonomis dan tidak ekonomi

b) Pergaulan seni dan bukan seni

21
c) Pergaulan yang bersifat pedagogis

c. Aspek Lingkungan Pergaulan

Aspek lingkungan pergaulan remaja menurut Hadi (2005) yaitu meliputi;

1. Lingkungan keluaga

Dalam keadaan normal, maka lingkungan pertama yang berhubungan

adalah orang tuanya, saudaranya atau mungkin kerabat dekat yang tinggal

serumah, lingkungan keluaraga merupakan miniature dari masyarakat dan

kehidupannya , sehingga pola keluarga akan berpandangan anak terhadap hidup

di masyarakat, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam lingkungan keluarga

adalah status social ekonomi, suasana keluarga adalah status social ekonomi,

suasana keluarga, pola asu orang tua dan dukungan keluarga.

2. Lingkungan sekolah

Sekolah merupakan tempat dimana anak melakukan kegiatan belajar secara

terarah dan terpogram dengan baik. Pergaulan sekolah berarti segala kegiatan

antara guru dengan siswa yang meliputi: kegiatan pembelajaran, interaksi

social, serta komunikasih personal antar warga sekolah.

3. Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang berada di sekitar

individu yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja.

Remaja yang tinggal bersama orang tua maupun dikos-kosan tidak lepas dari

interaksi dengan lingkungan masyarakat.

a. Pola kehidupan masyarakat

b. Teman bergaul

22
c. Midia massa

D. Tijaun Tentang Sikap

1. Defenisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Keadaan mental dam syaraf dari kesiapan, yang

diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaru dinamikah atau terarah

terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya

(Natoatmodjo 2007, dalam budiman, 2013)

Komponen utama sikap menurut Breckler (dalam budiman, 2013) adalah

sebagai berikut

a. Kesadaran

b. Perasaan

c. Perilaku

Allpor (dalam Budiman, 2013) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga pokok

yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-asam membentuk sikap yang utuh (total

attude). Sikap mempuyai tingkatan yakni:

a. Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatiakn stimulus yang

diberikan (objek)

23
b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, Mengajarkan, dan menyelsaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sautu masalah

adalah suatu indikasih sikap tingkat tiga

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuau yang telah dipilinya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

2. Komponen Sikap

Sikap remaja adalah kecenderungan yang relative stabil yang dimiliki sesorang

dalam bereaksi(positif atau negative)yang merupakan suatu produk pengamatan dari

pengalaman individu unik terhadap diri sendiri, orang lain, benda, situasi atau

kondisi sekitarnya.

Sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang (Budiman, 2013) yaitu

a. Komponen Kognitif

Merupakan kepercayaan seseorang mengenai apa yang benar atau berlaku

bagi objek sikap. Komponen kognitif dalm sikap terhadap hubungan seksual

secara bebas adalah apa yang dipercaya seseorang mengenai hubungan seksual

secara bebas tersebut. Berdasarkan apa yang kita lihat atau apa yang telah kita

ketahui kemudian terbentuklah suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau

karakterristik umum tentang hubungan seksual secara bebas.

b. Komponen afeksi

24
Merupakan pengertian perasaan yang mengandung emosional. Pengertian

perasaan sesorang individu sering diartikan bereda perwujutanya bila dikaitkan

dengan sikap. Umumnya reaksi emosional di tentukan oleh kepercayaan atau

apa yang kita percayai sebagai seuatu yang mempunyai arti benar bagi objek

sikap tersebut. Setiap oarng mempunyai alasan berbeda-beda tentang mengapa

meraka bersikap atau tidak bersikap, kasusnya terhadap hubungan seksual

sacara bebas.

c. Komponen konatif

Komponene ini sering pula disebut dengan komponen perilaku, yang mana

komponen ini menunjukkan bagaimana kecenderungan untuk melakukan

sesuatu dalam diri seseorang individu sangat berkaitan dengan objek sikap yang

mengenainya.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor sikap menuerut Middle brook (Azwar,2007) adalah pengalaman

pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media masa, institusi atau

lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor-faktor emosi individu, antara

lain:

a. Pengalaman pribadi

Kesan yang kuat dapat menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pada

individu. Oleh karena itu akan lebih mudah terbentuknya faktor emosional

terlibat dalam pengalaman tersebut. Namun pengalaman tunggal jarang sekali

menjadi dasar pembentukakan sikap, Pengalaman akan lebih mudah mendalam

25
dan lebih lama membekas jika situasinya sangat melibatkan emosi dan benar-

benar dihayati oleh diri individu yang bersangkutan.

b. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan yang ada dimna seseorang itu tinggal dan dibesarkan memiliki arti

yang sangat mendalam pada pembentukan sikap sesorang tersebut. Disadari

atau tidak kebudayaan telah menanamkan rasa sikap sesorang terhadap berbagai

masalah yang dihadapinya.

c. Pengaru Orang Yang Dianggap Penting

Orang lain yang hidup dan berada di sekitar kita merupakan bagian dari

komponen social yang sedikit lebih banyak dpat mempengaruhi sikap individu

dalam bersikap. Pada masyarakat Indonesia cenderung mempunyai sikap yang

terarah atau kompromis kepada orang yang dianggap penting.kecenderungan

seperti ini lebih di pengaruhi oleh motivasi berafiliasi dan keinginan untuk

menghindari konflik orang yang dianggap penting oleh individu tersebut.

d. Media Massa

Sebagai saran komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti: televise,

radiao, surat kabar. Majalah,dan lain-lain mempunyai pangaru dalam

pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa membentuk perilaku

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengartikan opini individu. Adanya

informasi baru mengenai suatu hal akan memberiakan landasan kognitif bagi

terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh

informasih yang cukup kuat akan memberikan dasar efektif dalam menilai

sesuatu hal sehingga terbentuk arah sikap tertentu.

26
e. Tingkat pendidikan

Prestasi belajar yang didapatkan oleh sesorang individu untuk mengetahui taraf

kemampuanya, Dari individu tersebut masuk sekolah sehingga tingkat

pendidikan terakhir yang dicapai. Dengan pendidikan memungkinkan sesorang

mendapatkan pengalama, pengetahuan yang baik secara teoritis maupu praktis

mengenai objek sikap yang menngenai individu tersebut.

f. Pengaruh Emosional

Emosional berfungsi sebagai penyaluran pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego, dengan mengetahui sikap seseorang akan memprediksikan

reaksi atau tindakan yang akan di ambil oleh seseorang.

E. Tinjauan Tentang Remaja

1. Defenisi Remaja

Menurut WHO, remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari

saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia

mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis

dan pola indentifikasi dari msa kanak-kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan

dari ketergantungan social ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative

lebih mandiri.

Masalah remaja merupakan masa dimana banyak terjadi perubahan fisik

sebagai akibat dari berfungsinya kelenjar endokrin yang menghasilkan

berbegai hormone yang akan mempengaruhi pertumbuhan secara keseluruhan

27
dan pertumbuhan organ seks secara khusus. Masa remaja sering juga sebagai

masa pancaroba, masa krisis, dan masa pencarian identitas diri. Kenakalan

remaja terjadi pada umumnya karena tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan

mereka sepeti kebutuhan akan prestasi, kebutuhan seksual, kebutuhan yang

berhubungan dengan kehidupan keluaraga dan kebutuhan yang berhubungan

dengan kehidupan keluaraga dan kebutuhan akan indentitas diri serta kebutuhan

akan popularitas. Dalam usaha untuk mencari identitas diri , remaja mulai

membantah orang tuanya karena ia mulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita

serta niali sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Sebenarnya mereka belum

mampu untuk berdiri sendiri oleh karena itu sering terjerumus ke daam kegiatan-

kegiatan yang menyimpang dari aturan atau di sebut dengan kenakalan

remaja. Salah satu bentuk kenakalan remaja itu adalah perilaku seks remaja

pranikah( seks bebaS)

Sering kali mendefenikan remaja sebagai periode transisi antaramasa

kanak-kanak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun, di mana masa

remaja juga merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood

(suasana hati beruba secara cepat, perubahan mood ( swing) yang drastic

yang terjadi pada remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan

rumah, pekerjaan sekolah , atau kegiatan sehari-hari di rumah.Perubahan

ini hanya merupakan suatu tanda –tanda fisik dan bukan sebagai

pengesahan akan keremajaan sesorang. Namun hal yang pasti,konflik yang

dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada

berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka (arif Gunawan, 2011)

28
Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan

perubahan pada dimensi-dimensi (Soetjiningsih,2004) yaitu:

a. Dimensi Biologis

Pada periode ini seorang anak memasuki masa pubertas yang

ditandai dengan mestruasi, pembesaran payudara, pantat membesar,

indung telur membesar, kulit dan rambut berminyak, tumbuh jerawat,

vagina mengeluarkan cairan, tubuh bertambah tinggi serta tumbuh

bulu di ketiak dan sekitar vagina yang terjadi pada remaja putri

sedangkan pada remaja putera perubahan suara,tumbuh

kumis,tumbuh jakun,mengalami mimpi bawasa,penis dan buah zakar

membesar ,pundak dada bertambah besar dan bidang serta tumbuh

bulu di ketiak dan sekitar alat kelamin pada remaja putera, secara

biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar, sehingga

menjadikan seorang anak memiliki kemamapuan untuk bereproduksi.

b. Dimensi Kiognitif

Pada periode ini merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam

pertumbuhan operasi formal (period of foermal operations), pada

periode ini remaja sudah memiliki pola piker sendiri dalam usaha

memecahkan maaah-masalah yang kompleks dan abstrak.

Kemampuan berfikir remaja berkembang sedemikian rupa sehingga

mereka dengan mudah dapat membahayakan alternative pemecahan

masalah bersera kemungkinan akibat atau hasilnya, serta mampu

berfikir multidimensi, dan mampu mengintegrasiakn pengalamna

29
masa lalu dan sekarang untuk diteranfoemasikan menjadi konklusi,

prediksi dan rencana untuk masa depan.dengan kemampuan

operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri

dengan lingkungan di sekitar meraka.

Di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia ) masih sangat

banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenunya

mencapai tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional kokrit,

dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum

mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini biasa saja

diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak

menggunakan metode belajar mengajar satu arah (cerama) dan

kurangnya perhatian pada perkembangan cara berfikir anak. Penyebab

lainya juga diakibatkan oleh pola asuh orang tua yang cenderung

masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak

tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembanganya

sesuia dengan usia dan mentalnya.

c. Demensi moral

Periode selama seseorang mulai bertanya –tanya mengenai

berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan selalu

ingin mencoba fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan

selalu ingin mencoba sesuatu hal berdasarkan fenomena tersebut

sebagai dasar bagi pembentukan nilia mereka. Elliot Turiel (1978)

dalam (Arif Gunawan, 2011), menyatakan bahwa para remaja mulai

30
membuat penilain tersendiri dengan lingkungan mereka, misalnya:

Politik, kemanusiaan, perang, keadaan social, dan sebagainya. Remaja

tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan

absolut yang diberikan pada mereka tanpa bantahan, remaja mulai

bertanya tentang keabsahan pemikiran yang ada dan

mempertimbangkan lebih banyak alternartif lainya. Secara kritis

,remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan

membandingkan dengan hal-hal yang selama ini dijarlan dan

ditamankan kepadanya.

Kemamapuan berfikir dalam dimensi moral (moral reasoning)

pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya

kejanggalan dan ketidaksimbangan antara yang mereka percayai

dahulu dengan kenyataan yang ada disekitarnya. Mereka lalu merasa

perlu mempertanyakana dan merekontruksikan pola fikir dengan

‘kenyataan’ yang baru. Perubahan inilah yang mendasari sikap

”pemberontakan” remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama

ini diterima misalnya, saat kecil anak diterapkan nilai moral yang

mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik, pada masa remaja ia akan

mempertanyakan mengapa dunia disekitarnya membiarkan korupsi

tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi dinilai sangat baik

dalam kondisi tertentu. Hal ini akan menimbulkan konflik nilai bagi

remaja. Konflik nilai dalam diri remaja akan menjadi masalah besar,

jika tidak menemukan masalah besar, jika tidak menemukan jalan

31
keluarnya, sehingga remaja tidak mempercayai nilai-nilai yang

ditanamkna oleh orang tua atau pendidik saat kanak-kanak akan

sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan

penjelasan yang logis, jika lingkungan tidak mendukung penerapan

nilai-nilai tersebut.

Orang tua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak

dan bersifat kaku akan membuat remaja sangat bingung, ramaja

tersebut akan mencari jawaban diluar lingkaran orang tua dan nilai

yang dianutnya.

d. Dimensi Psikologis

Pada masa remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam

kesadaran diri mereka (self –awareness). Mereka sangat rentan

terhadap pendapat orang lain karena mereka mengganggap bahwa

orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti

mereka seperti mereka mengagumi atau selalu mengkritik diri mereka

sendiri. Masa ini juga merupakan masa di mana ia ingin menemukan

jati diri atau identitasnya sendiri, ia tidak mau menurut begitu saja

keinginan orang tuanya tanpa pemikiran lebih jauh. Salah satu upaya

lain para remaja untuk mengetahui diri mereka sendiri adalah melalui

tes –tes psikologis, atau dikenal dengan tes minat dan bakat, tes ini

meliputi tes kepribadain, Intelegensi, dan tes minat.

WHO membagi batas usia remaja didasarkan pada usia kesuburan

(Fertilitas) perempuan yang juga berlaku untuk laki-laki yaitu remaja

32
awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun sedangkan persalinan

bangsa-bangsa (PBB) menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia

pemuda (youth) pada tahun 1985 (sanderowitz) & paxman, dalam

Sarwono, 2004). DiIndonesia diguanakn batasan 11-24 tahun dan

belum menikah untuk remaja dengan pertimbnagan-pertimbangan

sebagai berikut.

a. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda

seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik)

b. Usia 11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat

maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan

mereka sebagai anak-anak (kriteria social)

c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan

perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego

identity) tercapainya fase genital dari perkembangan dan

tercapainya puncak perkembangan kognittif maupun moral,

Batasan usia 24 tahun merupakan batas usia maksimal yaitu untuk

memberi peluang bagi mereka yang sampai pada usia tersebut

masih menggantungkan diri pada orang tua. Belum mencapai

hak-hak sebagai orang dewasa (secara adat /tradisi) dan belum

bias memberikan pendapat sendiri dan sebagainya

2. Tahap Perkembangan Remaja

33
Masa remaja ditandai dengan awitan perubahan fisik pada masa

pubertas dan perkembangan psikososial yang membantu individu

memahami diri sendiri (Bobak ddk,2007).

Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa berdasarkan kematangan

psikososial dan seksual (Soetjiningsih,2004), semua remaja akan melewati

tahap berikut

a. Masa remaja awal/ dini (early andolescence); usia11-13 tahun

b. Masa remaja pertengahan (midlle adolescence); usia 14-16 tahun

c. Masa remaja lanjut (Late adolescence); 17-20 tahun

Secara garis besar perkembangan masa remaja berlangsung dalam

empat masa yaitu:

a. Masa peural

Yaitu bagian akhir dari masa anak sekolah, anak yang tidak suka

lagi deperlakukan sebagai anak, tetapi ia belum termasuk orang

dewasa. Masa ini berlangsung sangat singkat dalam diri remaja,

sebagai contoh anak pria badanya bertambah kuat dari keadaanya

sebelumnya.pertambahan kekuatan jasmani diikuti oleh tumbuhnya

sikap berani, senang beramai-ramai suka menggangu orang lain, suka

perselisihan dan perkelaihan.

b. Masa Pra-pubertas

Masa ini masih tergolong kedalam masa peralihan.masa ini dialami

anak wanita lebih singkat waktunya dibandingkan dengan anak pria.

Pada masa ini juga kedua jenis kelamin mulai berangsur-angsur

34
melepaskan diri dari ikatan orangtuanya untuk mengungkapkan

mereka dapat berfikir dan bertindak lebih bebas.

c. Masa Pubertas

Masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditunjukkan

kepada pengembangan pribadi sendiri. Sifat-sifat yang muncul pada

masa ini adalah meninggalkan pendapat lama, keseimbangan jiwa

terganggu, suka menyembunyikan isi hati, tumbunya perasaan

kemasyarakatan, perbedaan sikap yang mencolok antara pria dan

wanita.

d. Masa Adolesen

Masa ini berada pada usia 17-20 tahun. Sifat dan perilaku yang

terjadi antara lain, mulai Nampak garis perkembanganya yang diikuti

dikemudian hari, mualai jelasnya sikap terhadap nilai-nilai hidup,

kejiwaan mulai tenang. Adanya ksesadaran mengkritik itu mudah

tetapi melaksanakanya itu sukar. Menunjukkan pergantian kepada

masalah kehidupan yang sebenarnya, bersatunya erotis dan

seksualitas, menghargai nilai-nilai lepas dari orang yang memilikinya

(Koes Irianto,2010).

3. Karakteristik Masa Remaja

Sebagai periode yang paling penting,masa remaja ini memiliki

karakteristik yang khas jika dibandingkan dengan periode-periode

35
perkembangan lainya (arif Gunawan, 2011). Adapun rinciaanya adalah

sebagai berikut:

a. Masa Remaja Adalah Periode Yang Penting

Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak

langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang terjadi pada masa

ini. Periode ini pun memiliki dampak penting terhadap perkembangan

fisik dan psikologis individu.kondisi ini yang menuntuk individu untuk

biasa menyesuaikan diri secara mental dan melihat pentingnya

menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan minat yang baru.

b. Masa Remaja Adalah Masa Peralihan

Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat

kekanakanya dan harus mempelajari pola perilaku sebelumnya. Selama

peralihan dalam periode ini, sering kali sesorang merasa bingung dan

tidak jelas mengenai peran yang menuntut oleh lingkungan.

c. Masa Remaja Adalah Periode Perubahan

Perubahan yang terjadi pada periode ini terjadi secara cepat,

perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya

perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima

karakteristik perubahan yang dalam periode ini yaitu: (1) peningkatan

emosional, (2) perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual,

(3) perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh lingkungan

yang menimbulkan masalah baru, (4) karena perubahan minat dan pola

36
perilaku maka terjadi pula perubahan nilai, (5) kebanyakan remaja

merasa amivalent terhadap perubahan yang terjadi.

d. Masa Remaja adalah Usia Bermasalah.

Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani baik

bagi anak pria maupun anak wanita. Hal ini disebabkan oleh dua alasan

yaitu: pertama, pada saat anak-anak paling tidak sebagian masalah

diselesikan oleh orang tua atau guru, sedangkan individu dituntut untuk

bisa menyelesikan masalahnya sendiri, kedua karena mereka dituntut

untuk mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu oleh oarng tua

dan guru, sehingga menimbulkan kegagalan-kegagalan dalam

menyelesaikan persolaan tersebut.

e. Masa Remaja Adalah Masa Pencarian Identitas Diri

Pada periose ini, konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki

peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri

dengan berpakaian, berbicara dan berpilaku sebisa mungkin sama

dengan kelompoknya. Salah atu cara remaja untuk menyakinkan

dirinya yaitu dengan mengguanakn simbol status, seperti mobil,

pakaian, dan benda lainya yang dapat dilihat oleh orang lain.

f. Masa Remaja Adalah Masa Yang Ditakutkan

Masa remaja ini seringkali diikuti oleh individu itu sendiri dan

lingkungan. Gambaran-gambaran negative yang ada dibenak

masyarakat mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara mereka

berinterksi dengan remaja. Hal ini membuat para remaja itu sendiri

37
merasa takut untuk menjalankan perannya dan enggan meminta

bantuan orang tua dan guru untuk menyelesikan masalanya.

g. Masa Remaja Adalah Masa Yang Tidak Realistik

Remaja memiliki kencenderungan untuk melihat hidup secara

kurang realistic, mereka memandang dirinya dan orang lain

sebagaimana yang mereka inginkan dan bukan sebagai dia sendiri. Hal

ini terytama terlihat pada aspirasinya yang tidak realistis ini tidak

sekedar untuk dirinya namun bagi keluarga dan teman. Semkin tidak

realistic aspirasi mereka maka akan semakin marah dan kecewa apabila

aspirasi tersebut tidak dapat mereka capai

h. Remaja Adalah Ambang Dari Masa Dewasa

Pada masa remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa

secara hukum, mereka merasa cemas dengan srereotype remaja dan

menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka

beranggapan bahwa berpakain dan berpilaku seperti Orang dewasa

seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatiakn

perilaku atau simbol yang berhubungan dangan status orang dewasa

seperi merokok, minuman keras, menggunakan obat-obat terlarang

bahkan melakukan hubungan seksual.

Gunarsa (1989) dalam ( arief Gunawan,2011) merangkum beberapa

karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan

pada diri remaja, yaitu:

a. Kecangguangan dalam pergaulan dan kekeakuan dalam gerakan

38
b. Ketidakstabialan emosi

c. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan

petunjuk hidup.

d. Adanya sikap menentang dan menentang orang tua

e. Pertentangan dalam dirinya sering menjadai pangkal penyebab

pertentangan-pertentangan dengan orang tua

f. Kegelisahan karena banyak hal yang diinginkan tetapi remaja

tidak sanggup memenuhi semuanya.

g. Senang berekperimentasi

h. Senang berekpplorasi

i. Mempunyai banyak fantasi

j. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan

kegiatan berkeompok.

4. Sikap Remaja Terhadap Seks Bebas

Sikap remaja terhadap seks bebas adalah kecenderungan pada para

remaja untuk menyetujui atau menolak adanya peilakau seks bebas.

Menurut teori psikodinamika freud menyatakan bahwa seorang anak

dilahirkan dengan dua macam kekuatan biolagis, yaitu eros dan nafsu

tanatos. Kekuatan ini ”menguasai” semua orang atau semua benda yang

berarti bagi anak (Monks,2011),

Sependapat dengan teori psikodinamika Freud, menurutt Supardi (2005),

perkembangan perilaku seksual pada masa dewasa berawal dari potensi-

potensi yang tidak terdiferensiasi yang terjadi sejak masa kanak-kanak

39
sebagai suatu proses yang kompleks. Perkembangan tahapan seksual pada

laki-laki dan perempuan dinyatakan sebagai momen-momen kontributif

dalam pemahaman seksualitas manusia.

Pada masa pubertas, kelenjar hormone seksual berkembang dan

membuat dorongan seksual menjadi lebih kuat dan sering mengancam

keutuhan ego seseorang. Bila Oedipus complex tidak teratasi, maka remaja

akan selalu dihadapakan pada keterikatan seksual dengan orang tua dan

jenis kelamin yang berbeda. Remaja laki-laki terhadap ibunya remaja

perempuan terhadap ayahnya sehingga remaja tersebut mengalami kesulitan

dalam menjalani hubungan heterososial dengan kelompak sebayanya. Hal

semacam ini merupakan pangkal dari peluang perkembangan disfungsi dan

deviasi seksual pada masa dewasa kelak, yang mana keduanya ini

merupakan gangguan perkembangan psikoseksual (Pramita,2017).

F. Tinjaun Tentang Seks Bebas

1) Defenisi Seks Bebas

Dengan pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula

perkembangan remaja-remaja di Indonesia.ada yang menjerumus ke hal

positif dan juga ke hal negative, dampak negative salah satunya adalah

seks bebas, tidak dapat di pungkir , seks bebas tidak banyak dilakukan oleh

remaja.

Seks bebas secara umum adalah hubungan seks yang dilakukan diluar

ikatan perkawinan yang berdampak bagi diri pelaku maupun lingkunagn

serta menyebabkan kehamilan di luar nikah, aborsi kelahiran tanpa ayah

40
dan pembunuhan bayi akibat hubungan di luar nikah, terkena penyakit

kelamin termasuk HIV/AIDS, stress pasca trauma serta bunuh diri (dadang

Hawari, 2009). Seks bebas dikalangan remaja dapat digambarkan

berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20

hingga 30% remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Penelitian

yang dilakukan pada tahun 2006 tercacatat sekitar 18% remaja melakukan

hubungan seks pranika, kelompok remaja yang masuk dalam penelitian ini

rata-rata berusia 17-20 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat

SMA dan Mahasiswa. Adapun hasil penelitian yang dilakukan Annisa

Foundation pada tahun 2011 yang melibatkan mahasiswa SMP dan SMA

di cianjur terungkap 42,3% pelajar telah melakukan hubungan seks yang

pertama saat duduk di bangku sekolah. Pola hidup seks bebas remaja

secara umum baik pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang

semakin serius (Gunawan arief, 2017).

2) Penyebab Perilaku Seks Bebas

Pada dasarnya sebagian remaja justru ingin menikmati seks yang

seharusnya belum boleh di lakukan. lebih memprihatinkan jika keinginan

ini berhasil diwujudkan oleh pasangan yang telah mabuk cinta. Hal ini

dapat terjadi karena tidak adanya orang yang dapat membantunya untuk

mencari alasan yang tepat, biasanya alasan-alasan yang didengarnya hanya

terpusat pada masalah dosa dan status social semata. Akibatnya, dengan

41
alasan “alasan cinta harus rela menyerakan segalanya”,seorang perempuan

tidak dapat menolak ajakan kekasinya (Gunawan Arif,2011).

Remaja memiliki emosi yang luar biasa besar, cenderung

menginginkan perhatian yang lebih, jika dalam keluarga tidak memperoleh

perhatian yang diinginkan dan cenderung mencari di luar lingkunan

keluarga. Dalam lingkungan pergaulan remaja ada istilah yang mengarah

ke hal negative dari padahal yang positif yaitu istilah”anak gaul”. Istilah

ini menjadi ikon bagi dunia remaja masa kini yang ditandai dengan

nongkrong di kafe, mal, fun, berpakain serba sempit dan ketat kemudian

memamerkan lekuk tubuhnya yang seksi. Akibatny, remaja anak gaul

inilah yang menjadi korban dari pergaulan bebas dan terjebak dalam

pergaulan bebas. Jika peran orang rua lebih memberikan perhatian pada

anaknya maka mereka tidak akan terjerumus dalam pergaulan bebas,

narkoba, dugem, alcohol dan lain-lainya, sehingga permasalahanya remaja

tidak lepas dari peran orang tua dan keluarga (arif Gunawan,2011).

Menurut para ahli,alasan seorang remaja melakkan seks bebas terbagi

dalam beberapa faktor(Nitya 2009,dalam nurjayati 2013), antara lain:

a) Tekanan yang datang dari teman pergaulanya

Lingkungan pergalan yang telah dimasuki oleh seorang anak

remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan temanya yang belum

melakukan hubungan seks. Bagi remaja tersebut, tekanan yang dapat

dari pacarnya sendiri. Keinginan untuk dapat diterimah oleh

lingkungan pergaulannya begitu besar, sehingga dapat mengalakan

42
semua nilia yang didapat, baik dari orang tua maupun dari sekolahnya.

Pada umunya, remaja tersebut melakukanya hanya sebatas ngin

membuktikan bahwa dirinya sama dengan teman-temanya, sehingga

dapat di terima menjadi bagian dari anggota kelompoknya seperti

yang di inginkan.

b) Adanya tekanan dari pacarnya

Karena kebutuhan sesorang untuk mencintai dan dicintai,

seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasanganya, tanpa

memikirkan resiko yang nanti di hadapinya. Dalam hal ini yang

berperan bukan hanya nafsu seksual mereka, melainkan juga kerena

sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih

membutuhkan suatu bentuk hubungan, penerimaan, rasa aman, dan

harga diri sebagai layaknya sebagai manusia dewasa. Jika dalam

lingkungan keluarga tudak dapat membicarakan masalah yang

dihadapinya, remaja tersebut akan mencari solusinya di luar ramuh.

begitu juga jika remaja tersebut tidak mendapat cinta dan perhatian

yang cukup dari orang tuanya, dia akan mencarinya di luar rumah

melalui lingkungan pergaulanya.

Adanya perhatian dan cinta yang cukup dari orang tua dan anggota

keluarga terdekatnya memudahkan remaja tersebut memasuki masa

pubertas. Dengan demikian, dia dapat melawan tekanan yang datang

dari lingkungan pergaualan dan pasanganya. Selain itu, kemampuan

dan kepercayaan diri untuk memegang teguh prinsip hidupnya sangat

43
penting. Pandangan ini tidak sebatas masalah seksual, tetapi juga

dalam masalah segala hal, baik tentang apa yang seharusnya dilakukan

maupun tentang apa yang seharusnya tidak dilakukan.

c) Adanya kebutuhan badaniah.

Seks menurut beberapa ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak

dapat di pisahkan dari kehidupan sesorang, jadi, wajar semua oarng

tidak terkecuali remaja menginginkan seks ini, sekalipun akibat dari

perbuatanya tersebut tidak sepadan dibandingkan dengan resiko yang

akan mereka hadapi.

d) Rasa penasaran

Pada usia remaja, rasa kengintahuannya begitu besar terhadap seks.

Apalagi jika teman-temanya mengatakan bahwa seks terasanikmat,

ditambah lagi adanya segala informasi yang tidak terbatas masuknya.

Maka, rasa penasaran tersebut semakin mendorong merekah untuk

lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan

yang di harapkanya.

e) Pelampiasan diri

Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri. Misalnya karena

terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat

bahwa sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggkan dalam dirinya.

Maka, dengan pikiranya tersebut, ia akan merasa putus asa lalu

mencari pelampiasan yang akan semkain menjerumuskan ke dalam

pergaulan bebas.

44
f) Bacaan/film pornografi.

Membaca buku adalah hal yang baik. Namun sebuah penelitian

menemukan bahwa buku remaja popular terkadang memuat kisah-

kisah seksual yang ekspilit. Artinya, orang tua perlu memantau bahan

bacaan anak remajanya karena tidak semua bahan bacaan baik untuk

dibaca.

g) Pergaulan bebas

Bergaul bebas tanpa terkendal yang baik, dapat berakibat fatal.

Umum, remaja yang melakukan seks bebas dan aborsi adalah korban

dari pergaulan bebas yang dilakukan dengan sangaja. Perilaku ini

menimbulkan dampak negative terhadap perkembangan iman, moral,

dan secara jasmaniah, remaja dapat tertular penyakit kelamin.

3) Penyimpangan seks bebas

Bagi seorang remaja, mungkin atauran yang diterapakan oleh kedua

orang tuanya tidak di buat berdasarkan kepentingan kedua belah pihak

(orang tua dan anak). Akibatnya, remaja tersebut merasa terakan, sehingga

ingin membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai pemberontak

yang salah satunya dalam masalah seks.

Ada berbagai sebab yang menjadikan remaja melakukan

penyimpangan dan kejahatan seks (QayyimMunarka,2004) diantanya:

45
a) Kerisaun seksual pada diri anak, tanpa disertai perasaan heteroseksual

yang sejati, sehingga keinginannya untuk melakukan hubungan

seksual senantiasa berkobar.

b) Kurangnya kemampuan anak untuk mengontrol dan mengendalikan

diri terutama emosi-emosinya.

c) Adanya konflik-konflik interen yang sangat kaut sehingga mendorong

dirinya untuk melakukan keinginan terhadap perbuatan negative. Hal

ini sebagai pelampiasan dirinya dari segala problem yang menghimpit

jiwanya,

d) Adanya ketidakstabilan psikis

e) Kebimbangan-kebimbangan pada dirinya karena belum dapat

menemukan norma yang mantap yang bisa dijadiakn pegangan

hidupnya, karena itu tingkalakunya seringkali bertentangan dengan

norma-norma susila dan agama

4) Dampak Seks Bagi Remaja

Menurut kebisaan yang terjadi bahwa pengalaman seksual yang

pertama kali terjadi secara main-main, kebetulan dan tidak sengaja.

Sehingga hal ini akan menyebabakan perbuatan seksual yang berulang-

ulang. Kebebasan seks yang dilakukan itu secara berangsur-angsur

mengarah pada tingkalaku tuna susila dan amoral lainya. Sebagai akibat

lebih jauh dari tangka laku seks bebas, maka akan terjadi hal-hal berikut.

(Soetjiningsih,2004):

46
a) Maraknya pelajuran yang dilakukan oleh gadis-gadis remaja.

b) Semakin meluasnya penyakit menular seksual yang dideritanya

remaja termasuk penyakit HIV/AIDS

c) Semakin banyak anak yang dilahirkan tanpa ayah,masalah ini semakin

menambah kompleknya masalah social ditengah masyrakat.

d) Konsumsi terhadap penggunaan ganja, morfin, minum minuman keras

dan obat-obat terlarang lainya semakin banyak dikalangan remaja,

sebagai salah satu cara untuk menghilangkan sters, konflik dan

berbagai problem yang mereka hadapai.

e) Berkembangya perilaku remaja sebagai pekerja seks tanpa bayaran

dan praktek berhubungan seks tanpa aturan dan kendali.

f) Timbulnya bencana social lainya, sebagai akibat dari tingkalaku

remaja yang tidak dapat mengendalikan nafsu birahinya,misalnya

kejahatan seksual, pemekorsaan dan bentuk-bentuk criminal lainya.

g) Banyaknya peristiwa bunuh diri yang dilakuakn oleh gadis-gadis

remaja akibat dari rasa frustasinya dan problem-problem kejiwaan,

terutama yang berkaitan dengan seks (Arif Gunawan,2011).

5) Pencegahan Seks bebas Pada Remaja

Adapun beberapa upaya untuk mencegah perilak seks bebas pada

remaja (Soetjiningsih,2004) adalah sebagai berikut

a. Hindari melakukan hubungan seks

b. Bertanggung jawab atas diri sendiri dan jangan biarkan orang lain

memaksa

47
c. Melindungi kesehatan dan emosi apabila ada yang mengajak

berhubungan seks bebas dengan menyatakan “tidak, bukan sekarang”

d. Pasangan yang benar-benar menyyangi dan menghormati tidakakan

memeinta berhubungan seks sebelum menikah

e. Menghindari membaca atau menonton hal-hal yang berbau

pornografi.

f. Melibatkan diri dalam aktifitas yang positif dan bermanfaat.

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN

HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Setiap penelitian membentuk kerangka konsep. Kerangka konsep

penelitian merupakan suatu untaian dan visualisasi hubungan atau kaitan

antara suatu konsep terhadap konsep lain, atau antara suatu variabel dengan

varieabel yang lainya yang ingin diteliti (Notoatmodjo 2013).

48
Dari hasil uraian yang telah dikemukakan pada tujauan pustaka yang

merupakan landasan teori dalam penyusunan kerangka konsep, maka telah

diidentifikasi beberapa varibel yang terlibat dalam kerangka konsep yang

disusun baik variabel yang bersifat independen maupun variabel yang bersifat

dependen sebagai berikut.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang/individu melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengetahaun akan pendidikan ini akan menghindari seks bebas

tersebut karena mereka sudah mengetahui dampak dari seks bebas.

2. Lingkungan pergaulan bebas

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita dan

mempengaruhi keseimbangan manusia seperti sekitar, situasi, ekonomi,

perumahan, makan, pakain, manusia lain dan lain-lain.

3. Sikap Remaja Terhadap Seks Bebas

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Setiap orang mempunyai alasan

berbeda-beda tentang mengapa mereka bersikap atau tidak bersikap,

khususnya terhadap hubungan seksual secara bebas.

Variable Indenprnden variable Dependen

PENGETAHUAN

49
SIKAP REMAJA
TERHADAP
SEKS BEBAS

LINGKINGAN
PERGAULAN

Keterangan:

: Variabel indenpenden

:Variabel dependen

: Arah hubunga

B. Hipotesis Penelitian

Dari kerangka konseptual di atas maka hipotesisnya adalah hubungan

pengetahuan dan lingkungan pergaulan dengan sikap remaja terhadap seks

bebas di SMP Satap 6 Makale Selatan

50
BAB 1V

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian

atau untuk menguji kesahan hipotesis (sudigdo Sastroasmoro 2008, dalam

Nurjayati 2013)

Jenis desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survei analitik

yang mencari hubungan antara pengetahuan dan lingkungan pergaulan

dengan sikap remaja terhadap seks bebas dengan menggunakan pendekatan

“cross sectional study” yaitu rancangan penelitian dengan melakukan

51
pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan dengan menggunakan

instrument kuesioner.

Melalui metode ini setelah dilakukan uji statistic diharapkan dapat

mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengetahuan dan lingkungan

pergaulan dengan sikap remaja terhadap seks bebas.Variabel independen

adalah pengetahuan dan lingkungan pergaulan sedangkan dependen adalah

sikap remaja terhadang seks bebas

B. Kerangka Kerja (Frame work)

Surat izin

Pengambilan data

Populasi :semua siswa-siswi SMP Satap 6 Makale Selatan

Menentukan besarnya sampel dengan teknik total sampling

Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan informed


concet

Pengambilan data dengan kuesioner

52
Variabel Indenpenden:Pengetahuan,Kesehatan Variabel Dependen: Sikap Remaja
Reproduksi Dan Lingkungan Pergaualan Terhadap Seks Bebas

Pengolahan data: Editing,coding,dan tabulating data

Analisa data:chi square

Penyajian data dan hasil

Kesimpulan dan saran

C. Identifikasi variabel

Variabel adalah konsep yang mempunyai variabilitas. Konsep

merupakan penggambaran/abstraksi dari suatu fenomena tertentu, sehingga

pada akhirnya variabel merupakan segala sesuatu yang bervariasi. Variabel

merupakan ciri atau sikap yang dikaji, suatu sifat yang dimiliki bermacam-

macam nilai. (Suryono, 2012).

1. Variabel independen (terikat)

Variabel indenpenden adalah variabel yang mempengaruhi atau

dianggap menentukan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang di teliti

53
variabel indenpendenya adalah hubungan antara pengetahuan dan

lingkungan pergaulan.

2. Variabel dependen(bebas)

Variabel dependen adalah variabel yang berubah akibat variabel

independen. (Notoatmodjo,2011). Dalam penilitian ini variabel

dependenya adalah sikap remaja terhadap seks beba

D. Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional adalah merupakan penjelasan semua variabel dan

istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga

mempermudah pembaca daam mengartikan makna peneliti. Dalam defenisi

operasional akan di jelaskan secara padat mengenai unsur penelitian yang

meliputi bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu

variabel (setiadi,2013)

Defenisi operasional

NO Variabel Defenisi oprasional Kriteria Alat ukur skala

objektif

1 Variabel Merupakan segala sesuatu -Baik jika Kusioner Guttman

indenpenden: yang mungkin di ketahui oleh responden terdiri dari

pengetahuan responden tentang seks bebas mendapat 25 soal

skor ≥ 13

54
- kurang jika

responden

mandapat

skor <13

2 Variabel Sesuatu yang ada di sekitar -baik jika Kuesioner likert

indepennden: dapat memmpengaruhi responden terdiri dari

lingkungan perkembangan responden mendapat ≥ 10 soal

pergaulan 25

-kurang jika

responden

mendapat<25

3 Variabel Reaksi atau respon yang di -positif jika Kuesioner likert

dependen: sertai kecenderungan untuk responden terdiri dari

Sikap remaja bertindak dari seorang remaja mendapat 15 soal

terhadap seks terhadap hal-hal yang skor ≥ 35

bebas berhubungan dangan seks - negatif jika

bebas responden

mendapat <

35

E. Sampling Desain

55
1. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek atau objek yang di

teliti (Natoatmodjo,2010)

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja di smp

satab 6 makale kelas VII dan VIII

2. Sampel

Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang di teliti. Dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2010), sampel dalam

penelitian ini adalah remaja di SMP Satap 6 Makale Selatan 48 orang .

a) Kriteria inklus

Kriteria iklus yang digunakan adalah :

1) Kelas VII dan VIII

2) Bersedia untuk menjadi respoden

b) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah sebagian subjek yang memenuhi kriteria

inklus harus dikeluarkan karena berbagai sebab:

1) Mengundurkan diri menjadi responden.

2) Kondisi fisiknya lemah

c) Besar Sampel

Sampel adalahs ebagian dari populasi yang mewakili populasi

(Suryono,2010 hal 48). Sampel dalam penelitian ini adalah remaja

yang berjumlah 48 orang,yang memenuhi kriteria untuk diteliti.

Adapun rumus untuk menetapkan rumus sampel dalam penelitian ini

56
(Sumber:Nursalam, konsep dan penerapan metediologi penelitian,

2008).

Pengambilan sampel adalah nonprobability sampling yaitu

dengan purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel

dengan cara rumus slovin memilih sampel diantara populasi sesuai

dengan yang di kehendaki penelitian.

Sampel diketahui dengan rumus:

N
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑)2

93
𝑛 = 1+93

93
𝑛 = 1+9 (0,01)2

= 48

jadi jumlah responden dalam penelitian ini adalah 48 orang

Keterangan :

N =jumlah populasi(93)

n = Besar sampel(48)

d =tingkat signifikan (0,1)

Dari rumus tersebut diperoleh sampel sebagai berikut

3. Teknik sampling

Teknik samling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlah

sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya

dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar di peroleh

57
sampel yang respresentative ( Margono,2012). Teknik sampling dalam

penelitian ini menggunakan Blaces ti cluster sampling

F. Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Satap 6 Makale Selatan

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal

G. Metode pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakter subjek yang di perlukan . Dalam penelitian ini, ada dua

data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Setelah

mendapat izin pelaksanaan penelitian dari pihak terkait, kemudian meminta

izin kepada Kepala Sekolah atau pihak SMP Satap 6 Makale Selatan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari responden melalui kusioner tentang

pengetahuan dan lingkungan pergaulan dengan sikap remaja terhadap

seks bebas di Smp Satap 6 Makale Selatan.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari literature terkait, serta Tata Usaha SMP Satap 6

Makle Selatan. Data ini digunakan sebagai data lengkap untuk data

primer yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

58
H. Instrument Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan

menggunakan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan penelitian, dimana

pertanyaan tersebut mengacu pada konsep atau teori yang telah diuraikan

pada pada tijauan pustaka. Pada penelitian ini, kuesioner untuk pengetahuan

menggunakan skala Guttman yang hasil ukuranya baik jika responden

mendapat skor ≥ 13 dan kurang jika responden mendapat skor< 13. Kuesioner

untuk lingkungan pergaulan dan sikap remaja terhadap seks bebas

menggunakan skala likert yang hasil ukurnya positif jika responden mendapat

skor ≥ 25 dan negative jika responden mendapat mendapat skor < 25 , sikap

remaja terhadap seks bebas ukuran positifnya mendapat skor≥ 35 dan

negative jika responden mendapat < 35

I. Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah:

1. Editing

Setelah kuesioner diisi kemudian di kumpulkan dalam bentuk data,

data dilakukan pengecekan dengan memeriksa kelengkapan,

kesinambungan dan keseragaman data.

2. Koding

Untuk memudahkan pengolahan data semua jawaban atau data

disederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol tertentu untuk

setiap pertanyaan , nomor pertanyaan.

59
3. Tabulasi

Pengelompokan data kedalam table-tabel sesuai dengan sifat-sifat

dan kriteria.

J. Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan computer

dan dianalisis dengan uji statistic sebagai berikut:

1. Analisa Univariat

Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara

mendiskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu

distrubusi frekuensinya.

2. Analisa Bivariat.

Analisa data ditunjukkan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu

melihat hubungan variabel independen dan variabel denpenden. Untuk

maksud tersebut, uji statistic yang akan digunakan adalah uji chi –

square dengan tingkat keamanan (@) <0,05 dengan menggunakan

program SPSS.

K. Etika Penelitian

Etika penelitian ini bertujuan untuk melindungi hak –hak subjek antara

lain menjamin kerasihaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya

ancaman terhadap responden.

1. Lembar Persetujuan (infonrmant consent)

Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar

reponen mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang

60
akan terjadi selama proses pengumpulan data. Jika responden bersedia di

teliti mereka harus menandatangani lembar persetujaun tersebut. Jika

tidak peneliti harus menghormati hak-hak responden.

2. Tanpa Nama (Ananymity)

Untuk menjaga kerasiahan identitas untuk menjaga kerahasiaan identitas

subjek, peneliti tidak akan mencamtumkan nama subjek pada lembar

pengumpulan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasian informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.

61
DAFTAR PUSTAKA

Ajen (2003). Pendidikan Seks Untuk Remaja.kawan pustaka : Jakarta

Arif Gunawan (2011).Remaja Dan Permasalahanya.Yogyakarta :Hanggar

Kreator

Athar, S (2003).Bimbingan Seks Bagi Remaja Muslim. Jakarta : Pustaka Zah

Bobak,Lowdermik,Jensen, (2007). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi

Empat.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Budiman dan Riyanto,Agus (2013).Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan

sikap dalam

penelitian.jakarta:Salemba Medika

Fanani Ahmad (2009).Pendidikan Seks Untuk Keluarga Muslim .Jakarta :

Penerbit Orchid

Gunawan,Arif (2011). Remaja Dan Permasalahanya.Hanggar Kreator:

Yogyakarta

Halstead,Mark & Reiss,Mechael(2007). Nilai dalam Pendidikan Seks Bagi

Remaja Dari Prinsip Ke Praktek .Alamia Press: Jakarta.

Hawari Dadang (2009) .Seksualitas pada Remaja.Jakarta : Salemba Madika

Kusuma Budi (2013). Seks dan Remaja.http://Wikipedia.org.id diakses 18 April

2019

Naoatmodjo S,(2012).Metediologi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta : Jakarta

Soetjiningsih (2008).Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahanya,Jakarta

:Sagung Seto

62
63

Anda mungkin juga menyukai