ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny NES
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny NES
S DENGAN STROKE DI
RUANGAN JASMINE RUMAH SAKIT ADVENT MANADO
Kelompok 3 :
Egeten, Veronica
Masambe, Osvaldo
Rondonuwu, Chicilia Veronika
Sepang, Melania Evangelin
Sondakh, Safira Grace
Sumanti, Milenia Gabriela
Suwardi, Aditya Junita
Deeng, Kesia
Goni, Melani Jenifer
Mumu, Jordan
Pontororing, Olivia Christina
Warouw, Kyren Tirza
Wongkar, Gloria Hillary Celine
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KLABAT
AIRMADIDI
2019
ii
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................ 4
Definisi ....................................................................................................... 4
Etiologi ..................................................................................................... 14
Komplikasi ............................................................................................... 19
Patofisiologi .............................................................................................. 20
Penatalaksanaan........................................................................................ 23
BAB IV ........................................................................................................ 49
BAB V.......................................................................................................... 55
KESIMPULAN ............................................................................................ 55
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Stroke juga dikenal sebagai Cerebrovaskular Accidents (CVAs) atau
serangan di otak, melibatkan gangguan pada aliran darah otak di mana
terjadi karena adanya iskemia, hemoragi atau emboli (RN Adult Medical
Surgical Nursing). Menurut WHO (World Health Organisation) stroke
merupakan gangguan fungsi otak yang terjadi secara mendadak disebabkan
oleh gangguan vaskuler dan dapat menyebabkan kematian yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih dan akan mengakibatkan gangguan peredaran
darah.
Stroke merupakan penyebab kematian paling utama tersering di
negara maju, setelah penyakit jantung koroner dan kanker (Bartoli et al.,
2013). Berdasarkan data WHO pada tahun 2008, stroke merupakan
penyebab kematian nomor dua di dunia dan merupakan penyakit keenam
yang menjadi penyebab kematian pada negara yang berpenghasilan rendah
dan juga penyebab kematian kedua pada negara berpenghasilan sedang dan
tinggi. Pada kasus yang tidak meninggal dapat terjadi beberapa
kemungkinan seperti Stroke berulang (Recurrent Stroke), demensia, dan
depresi. Kini angka kejadian stroke di Indonesia telah meningkat. Salah
satunya adalah Indonesia yang merupakan negara maju dengan jumlah
penderita stroke terbesar di Asia .Dari data South East Asian Medical
Information Centre (SEAMIC) diketahui bahwa angka kematian stroke yang
terbesar adalah di Indonesia yang kemudian diikuti secara berurutan oleh
Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand (Dinata et al., 2013).
Hasil Riskesdas Kemenkes RI, 2013 menunjukkan bahwa terjadinya
peningkatan prevalensi stroke dari tahun 2007 hingga 2013 yaitu 8,3 per mil
menjadi 12,1 per mil. Prevalensi tertinggi terjadi di daerah Sulawesi utara
(10,8per mil), Yogyakarta (10,3 per mil), Bangka Belitung (9,7 per mil) dan
DKI Jakarta (9,7 per mil) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2014). Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mendapatkan data bahwa
kasus tertinggi stroke terdapat di Kota Semarang sebesar 17,36% yaitu
4.516 (Wurtiningsih, 2012).
Prevalensi penyakit stroke di Indonesia terjadi peningkatan dalam
kurun waktu 6 tahun dari 2007-2013. Hal tersebut terjadi di semua
kelompok usia. Gejala klinis stroke iskemik pada anak tidak berbeda dengan
dewasa, tetapi timbulnya gejala klinis tersebut akan bervariasi menurut usia
(Mallicket et al., 2014). Pada usia dewasa muda, etiologi dari stroke iskemik
berbeda dan sangat bervariasi jika dibandingkan dengan usia lanjut (Dash et
al., 2014). Karakteristik stroke salah satunya adalah adanya progresivitas
yang sangat cepat dari kerusakan di area otak yang terkena. Hal ini dapat
menimbulkan suatu inflamasi dan dapat mengundang sel-sel inflamatori
seperti leukosit. Inflamasi yang terjadi pada fase akut iskemik serebral akan
menambah kerusakan area otak setelah kejadian iskemik. Kadar leukosit
yang lebih tinggi dapat memprediksi presentasi klinis yang lebih buruk dan
luaran fungsional yang buruk (Nardi et al., 2012). Peningkatan yang terjadi
pada angka leukosit dan hitung jenis netrofil adalah salah satu indikator non
spesifik terhadap infeksi, inflamasi, kerusakan jaringan, perdarahan atau
status stress traumatic. Pada penderita stroke iskemik akut akan mengalami
peningkatan angka leukosit pada saat masuk rumah sakit dan sering
mendapatkan outcome klinis yang sangat buruk. Dengan demikian, peran
dan kontribusi angka leukosit pada populasi stroke iskemik sebagai suatu
indikator tingkat keparahan (deficit fungsional neurologis) pada pasien
stroke iskemik tersebut. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
adanya peningkatan leukosit yang signifikan terhadap manifestasi klinis
iskhemi serebral, terkait dengan kerusakan struktural jaringan otak atau
adanya kenaikan aktivitas simpatis dan korteks adrenal. Peranan kadar
netrofil dalam cedera iskhemi reperfusi menunjukkan adanya keterkaitan
antara akumulasi kadar netrofil dan kerusakan pada jaringan (Bednar et al.,
1997). Adanya kontroversi terhadap konsep jumlah leukosit dengan
prognostik stroke iskemik dikemukakan berdasarkan penelitian di Rafsanjan
Iran yang menyatakan bahwa kadar leukosit yang tinggi pada saat masuk
2
rumah sakit tidak memiliki hubungan dengan prognostik pada mortalitas
pasien stroke iskemik akut (Iranmanesh et. al., 2014).
Tujuan Penulisan
Mengetahui definisi dari stroke, Mengetahui penyebab terjadinya
stroke, Mengetahui gejala-gejala dari stroke, Mengetahui patofisiologi dari
stroke, Pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita stroke,
Mengetahui asuhan keperawatan khasus stroke pada Ny. R.E.S di Rumah
Sakit Advent Manado.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
Anatomi dan Fisiologi
Anatomi Vaskular
5
Menurut (Bitsream, n.d.) ada tiga sirkulasi yang membentuk sirkulus
willisi di otak. Ketiga sirkulasi tersebut adalah:
1. Sirkulasi anterior, terdiri dari middle cerebral artery (MCA),
anterior cerebral artery (ACA) dan arteri komunikans
anterior yang menghubungkan kedua ACA
6
Basal ganglia diperdarahi oleh arteri lentikulostriata kecil
percabangan dari MCA, talamus diperdarahi oleh arteri perforating thalamo
geniculata yang merupakan cabang dari PCA. Cabang intrakranial pertama
dari ICA adalah arteri ophtalmika dan cabang pertama dari arteri basilar
adalah AICA.
1. Anterior Cerebral Artery (ACA)
Gambar 2
itu ACA dibagi tiga cabang besar yaitu arteri lentikulostriata media,
percabangan pericallosal ke corpus callosum dan percabangan ke
hemisfer serebri.
Anterior cerebral artery berasal dari ICA, dibagi atas 3 segmen yaitu:
2. A1 berasal dari arteri karotid interna ke anterior
communicating artery
7
Karakteristik klinis pada infark di daerah ACA meliputi defisit
motorik dan sensorik kontralateral dimana bagian lengan lebih ringan
dibanding tungkai, deviasi mata dan kepala kearah lesi, afasia motorik
transkortikal, gangguan prilaku, disartria.
2. Middle Cerebral Artery (MCA)
Middle cerebral artery adalah satu dari 3 pasang arteri terbesar yang
mensuplai darah ke otak. Middle cerebral artery berasal dari arteri karotid
interna yang merupakan arteri terbesar dari 2 percabangan terminal utama
yaitu MCA dan ACA dan berlanjut ke sulkus lateralis dan memberi
percabangan ke korteks serebri. Middle cerebral artery mensuplai sebagian
besar permukaan lateral hemisfer, yaitu bagian superior lobus parietalis dan
bagian inferior lobus temporalis dan lobus oksipitalis, juga mensuplai
kapsula interna dan basal ganglia.
Middle cerebral artery dibagi atas 4 segmen yaitu
1. M1 dari asal ke bifurkasio
3. M3 percabangan opercular
8
saraf okulomotorius dan troklearis, substansia reticular upper
brainstem, fasikulus longitudinal medial dan lemniskus medialis.
3. P3 segmen quadrigeminal P1
Gambar 3
9
1. Susunan saraf somatic
Susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik untuk
mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang.
2. Susunan saraf otonom
Susunan saraf yang mempunyai peranan penting
memengaruhi pekerjaan otot involunter (otot polos) seperti jantung,
hati, pancreas, jalan pencernaan, kelenjar dan lain-lain.
a. Susunan saraf simpatis
b. Susunan saraf parasimpatis
Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari
sebuah tabung yang mulanya memperhatikan tiga gejala pembesaran
otak awal.
a. Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus, serta
hipotalamus.
b. Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus.
c. Otak belakang, menjadi pons varoli, medulla oblongata, dan
serebelum.
Serebrum
Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu:
1. Lobus frontalis, adalah bagian dari serebrum yang terletak di depan
sulkus sentralis.
2. Lobus parietalis, terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakang
oleh korako-oksipitalis.
10
3. Lobus temporalis,
terdapat dibawah lateral dari
fisura serebralis dan di depan
lobus oksipitalis.
4. Oksipitalis yang
mengisi bagian belakang dari
serebrum.
11
3. Pusat menangis, buang air besar, dan buang air kecil.
Batang otak
Batang otak terdiri dari:
1. Diensefalon, ialah bagian otak yang paling rostral, dan tertanam di
antara ke-dua belahan otak besar (haemispherium cerebri). Diantara
diensefalon dan mesencephalon, batang otak membengkok hampir
sembilah puluh derajat kearah ventral. Kumpulan dari sel saraf yang
terdapat di bagian depan lobus temporalis terdapat kapsula interna
dengan sudut menghadap kesamping. Fungsi dari diensefalon:
a. Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah
b. Respiratori, membantu proses persarafan.
c. Mengontrol kegiatan refleks.
Gambar 5
12
inferior. Serat saraf okulomotorius berjalan ke ventral di bagian
medial. Serat nervus troklearis berjalan ke arah dorsal menyilang garis
tengah ke sisi lain. Fungsinya:
a. Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
b. Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
3. Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesensefalon
dengan pons varoli dengan serebelum, terletak di depan serebelum di
antara otak tengah dan medula oblongata. Disini terdapat premotoksid
yang mengatur gerakan pernapasan dan refleks. Fungsinya:
a. Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara
medula oblongata dengan serebelum atau otak besar.
b. Pusat saraf nervus trigeminus.
4. Medula oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling
bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis.
Bagian bawah medula oblongata merupakan persambungan medula
spinalis ke atas, bagian atas medula oblongata yang melebar disebut
kanalis sentralis di daerah tengah bagian ventral medula oblongata.
Fungsi medula oblongata:
a. Mengontrol kerja jantung.
b. Mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriktor).
c. Pusat pernapasan.
d. Mengontrol kegiatan refleks
Serebelum
13
Serebelum (otak kecil)
terletak pada bagian
bawah dan belakang
tengkorak dipisahkan
dengan serebrum oleh
fisura transversalis
dibelakangi oleh pons
varoli dan di atas medula
oblongata. Organ ini
banyak menerima serabut
Gambar 6
aferen sensoris,
merupakan pusat koordinasi dan integrasi.
Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis
dan bagian yang melebar pada lateral disebut hemisfer. Serebelum
berhubungan dengan batang otak melalui pendunkulus serebri inferior
(korpus retiformi) permukaan luar serebelum berlipat-lipat menyerupai
serebelum tetapi lipatannya lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan
serebelum ini mengandung zat kelabu.
Etiologi
Dalam buku (RN Adult Medical Surgical Nursing) ada 3 penyebab
terjadinya stroke yaitu : hemoragik, trombotik dan embolik.
Stroke hemoragik artinya stroke karena perdarahan, terjadi
akibat pembuluh darah yang pecah. Pecahnya pembuluh
darah di otak menyebabkan aliran darah ke jaringan otak
berkurang dan sel-sel otak dapat mengalami kerusakan
bahkan kematian karena kekurangan oksigen dan nutrisi.
14
Stroke embolik atau sroke iskemik terjadi ketika pembuluh
darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak
mengalami penyempitan atau terhambat, sehingga
menyebabkan aliran darah ke otak sangat berkurang.
Stroke hemoragik
Disebabkan oleh perdarahan subaraknoid atau intraserebral dari
kondisi seperti aneurisma yang pecah, malformasi arteriovenosa
(AVM), trauma, infeksi, tumor, atau defisiensi pembekuan darah.
15
3. Haemorhagi Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk
perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak
sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan
hypertensi.
Faktor Resiko
Hipertensi
Obesitas
Hiperkolesterol
Peningkatan hematocrit
DM
Merokok
Alkoholisme
16
kecenderungan keluarga untuk malformasi arteriovenosa (AVM),
aneurisma, usia lanjut atau stroke sebelumnya.
Apatis
Lekas marah
Disorientasi
Kehilangan ingatan
Aphasias
Sakit kepala
Infark batang otak yang membuat pasien lumpuh total dengan fungsi
kortikal yang utuh disebut sindrom terkunci.
Jenis stroke yang berbeda bisa menyebabkan gejala yang sama karena
masing-masing memengaruhi aliran darah di otak Anda. Satu-satunya cara
17
untuk menentukan jenis stroke yang mungkin Anda hadapi adalah dengan
mendapatkan pertolongan medis. Dokter akan menjalankan tes
pencitraan CT-Scan untuk membaca otak Anda.
National Stroke Association merekomendasikan metode FAST untuk
membantu Anda mengidentifikasi tanda-tanda peringatan stroke:
18
Kelemahan yang mungkin memengaruhi salah satu anggota gerak,
setengah bagian dari tubuh, atau keempat anggota gerak (lengan dan
kaki)
Komplikasi
Stroke merupakan penyakit yang mempunyai risiko tinggi terjadinya
komplikasi medis, adanya kerusakan jaringan saraf pusat yang terjadi secara
dini pada stroke, sering diperlihatkan adanya gangguan kognitif, fungsional,
dan defisit sensorik. Pada umumnya pasien pasca stroke memiliki
komorbiditas yang dapat meningkatkan risiko komplikasi medis sistemik
selama pemulihan stroke. Komplikasi medis sering terjadi dalam beberapa
minggu pertama serangan stroke. Pencegahan, pengenalan dini, dan
pengobatan terhadap komplikasi pasca stroke merupakan aspek penting.
Beberapa komplikasi stroke dapat terjadi akibat langsung stroke itu sendiri,
imobilisasi atau perawatan stroke. Hal ini memiliki pengaruh besar pada
luaran pasien stroke sehingga dapat menghambat proses pemulihan
neurologis dan meningkatkan lama hari rawat inap di rumah sakit.
19
Komplikasi jantung, pneumonia, tromboemboli vena, demam, nyeri pasca
stroke, disfagia, inkontinensia, dan depresi adalah komplikasi sangat umum
pada pasien stroke.
Pasien dengan stroke akut berisiko tinggi untuk terjadi infeksi. Infeksi yang
sering terjadi pada pasien stroke pada umumnya adalah pneumonia dan
infeksi saluran kemih. Kajian sistematis yang melibatkan 137.817 pasien
stroke pada Academic Medical Center di Netherland. menunjukkan bahwa
angka kejadian infeksi secara keseluruhan pada pasien stroke sebesar 30%,
angka kejadian pneumonia 10% dan angka kejadian infeksi saluran kemih
sebesar 10%. Pneumonia secara bermakna dapat menyebabkan kematian di
rumah sakit dengan OR 3,62; 95% CI, 2,80-4,68 sedangkan infeksi saluran
kemih tidak menyebabkan kematian di rumah sakit.
Menurut (Purwanto) komplikasi yang mungkin dan bisa terjadi pada pasien
stroke yaitu :
1. Hipoksia serebral
3. Embolisme serebral
4. Pneumonia aspirasi
5. ISK, Inkontinensia
6. Kontraktur
7. Tromboplebitis
8. Abrasi kornea
9. Dekubitus
10. Encephalitis
11. CHF
Patofisiologi
20
Gambar 7 Pathway
21
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan pada pasien stroke
menurut (Purwanto) dalam buku Keperawatan Medikal Bedah II yaitu :
1. CT Scan : Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta
posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau menyebar
ke permukaan otak.
22
protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan
likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
8. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
Gula darah
Urine rutin
Cairan serebrospinal
Biokimia darah
Elektrolit
Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis
sebagai berikut (Purwanto):
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
23
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan
dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Pengobatan Konservatif
Menurut (Purwanto) pengobatan yang bisa dilakukan yaitu :
1. Vasodilator : meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara
percobaan, tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral (Purwanto) :
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
Asuhan Keperawatan
Menurut (Purwanto) dalam buku Keperawatan Medikal
Bedah II, langkah pertama dalam menyusun asuhan keperawatan
adalah mengkaji data pasien meliputi nama, ruangan/tempat tidur,
nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan,
agama, diagnosis medis, serta nama dokter yang menangani pasien.
24
Data-data tersebut di atas dikumpulkan untuk mengetahui informasi
dasar mengenai klien.
25
Genogram. Data yang dikaji adalah silsilah keluarga tiga
generasi yang dimulai dari kakek-nenek kedua belah pihak orang
tua, ayah-ibu, hingga klien itu sendiri. Data ini dimaksudkan untuk
mencari tahu apakah masalah kesehatan klien ada hubungannya
dengan faktor genetik atau adanya infeksi menular dari anggota
keluarga lainnya. Lakukan pengkajian tentang riwayat penyakit
keturunan dan lainnya yang berhubungan dengan gastritis dalam
keluarga. Gastritis sendiri bukanlah penyakit keturunan.
Gaya hidup. Gaya hidup meliputi pola diet, istirahat,
eliminasi, Activity of Daily Living (ADL), hobi dan rekreasi. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kebiasaan klien serta menentukan
apakah masalah kesehatan terjadi akibat pola kebiasaan yang tidak
baik. Menurut Doengoes (2014), tanda dan gejala berhubungan
dengan makanan, cairan, aktivitas, istirahat, dan eliminasi yang
ditemukan pada pasien gastritis adalah anoreksia, mual, muntah,
masalah menelan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, membran
mukosa kering, turgor kulit buruk, kelemahan, kelelahan, takikardia,
takipnea, perubahan pola defekasi, diare, konstipasi, serta haluaran
urine menurun.
Pengkajian Fisik
Menurut Langingi (2012), tujuan dilakukannya pengkajian,
yaitu: Pertama, mendapatkan data mengenai kesehatan klien baik
aktual maupun potensial dan subjektif juga objektif. Kedua, untuk
mengobservasi keadaan klien secara fisik dari kaki sampai kepala.
Ketiga, memvalidasi data subjektif yang didapat melalui wawancara.
Pengkajian fisik yang dilakukan meliputi tanda-tanda vital, Glasgow
Coma Scale (GCS), kepala hingga leher, dada, ekstremitas atas dan
bawah, abdomen, genitalia, data sosial juga spiritual, serta data
psikologis.
Tanda-tanda vital. Meliputi suhu, frekuensi nadi,
pernafasan, tekanan darah (lakukan penghitungan dan interpretasi
26
MAP), berat dan tinggi badan (lakukan penghitungan dan
interpretasi IMT). Tanda dan gejala yang mungkin muncul menurut
Doengoes (2014) adalah hipotensi, takikardia, disritmia
(hipovolemia/hipoksemia), nadi perifer lemah, pengisian kapiler
lambat/perlahan (vasokonstriksi), warna kulit pucat, sianosis
(tergantung pada jumlah kehilangan darah), berkeringat, dan nyeri
akut.
Glasgow Coma Scale (GCS). Meliputi eye opening (skor 4:
spontanously, 3: to speech, 2: to pain, 1: do not open), best verbal
response (skor 5: oriented, 4: confused, 3: inappropriate speech, 2:
incomprehensible sounds, 1: no verbalization), dan best motor
response (skor 6: obeys command, 5: localizes pain, 4: withdraws
from pain, 3: abnormal flexion, 2: abnormal extension, 1: no motor
response), dengan interpretasi sebagai berikut: skor 15: kesadaran
penuh, 7 atau kurang: indikasi koma, 3: koma. Tanda dan gejala
yang mungkin muncul menurut Doengoes (2014) adalah rasa
berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan, tingkat
kesadaran dapat terganggu, disorientasi, hingga koma (tergantung
pada volume sirkulasi/oksigenasi).
Kepala dan leher. Meliputi pengkajian kondisi kulit wajah
dan bibir. Wajah pucat, turgor kulit buruk, dan bibir kering sebagai
indikasi terjadinya kekurangan volume cairan.
Dada. Ketika nyeri terjadi, pola pernafasan akan meningkat.
Ekstremitas atas. Mengetahui kondisi kulit sebagai indikasi
terjadinya kekurangan volume cairan.
Abdomen. Meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi, dan
palpasi.
Pada saat diinspeksi abdomen pasien akan terlihat
mengembung. Ketika diauskultasi terjadi peningkatan atau
penurunan gerakan peristaltik. Saat dipalpasi pasien dengan gastritis
akan merasakan nyeri tekan pada bagian epigastrium. Tanda dan
gejala yang ditemui, yaitu nyeri tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
27
dan dapat disertai perforasi. Nyeri epigastrium kiri sampai tengah
atau menyebar ke pinggul terjadi satu sampai dua jam setelah makan
dan hilang dengan antasida (ulkus gaster). Nyeri epigastrium kiri
sampai menyebar ke punggung terjadi ± empat jam setelah makan
bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida
(ulkus duodenal). Rasa ketidaknyamanan/distres samar-samar
setelah makan banyak (Doengoes, 2014).
Ekstremitas bawah. Meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi
untuk mengetahui kelainan pada kondisi kulit akibat kekurangan
volume cairan.
Data sosial. Meliputi status dan aktivitas sosial. Tanda dan
gejala yang dapat ditemui, yaitu faktor stres akut atau kronis
mengenai keuangan, hubungan kerja, perasaan tak berdaya, ansietas,
pucat, berkeringat, gemetar, perhatian menyempit, dan suara gemetar
(Doengoes, 2014).
Data spiritual. Meliputi kehadiran dalam setiap peribadatan
dan kebutuhun untuk didoakan oleh tokoh agama atau teman.
Data psikologis. Meliputi ekspresi, emosi, dan strategi
koping. Strategi koping yang dimaksud digunakan klien untuk
mengatasi masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan serta
caranya menerima keadaan.
Masalah Keperawatan
Ada beberapa masalah keperawatan yang dapat terjadi pada
pasien dengan stroke yaitu, gangguan mobilitas fisik, gangguan
komunikasi verbal, nyeri akut, gangguan perfusi jaringan serebral,
devisit perawatan diri, gangguan kebutuhn nutrisi.
Data Analisis
Tabel Konsep Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. DS: pasien mengeluh sulit hematoma Gangguan Mobilitas fisik
menggerakkan ekstremitas cerebral
28
DO: Kekuatan otot menurun, ischemic
rentang gerak menurun infark
Defisit
Neurologi
Hemaparese/
plegi
Gangguan
mobilisasi
fisik
DO:
- Pasien afasia Defisit
- KU: Berat Neurologi
- Kes: Coma
- GCS: 3 (E:1, V:1, M:1) Disfungsi
bahasa dan
komunikasi
Disartria,
Afasia,
Apraksia
Gangguan
komunikasi
verbal
29
3. DS: stroke Perubahan perfusi jaringan
- Pasien mengatakan pasien hemmorage serebral
tidak sadarkan diri + 6 jam
SMRS proses
DO: metabolisme
- KU: Berat dalam otak
terganggu
- Kes: Coma
- GCS: 3 (E:1, V:1, M:1)
TTV: penurunan
- Td: 130/60 mmHg suplai darah
dan oksigen
- N: 92 x/m
- R: 26 x/m
Pemeriksaan lab. perubahan
Tgl 30 April 2011 perfusi
jaringan
Cholesterol: 236 mg/dl
serebral
HDL: 49 mg/dl
LDL: 164 mg/dl
Kegagalan
menggeraka
30
n anggota
badan
Gangguan
mobilitas
fisik
Defisit
perawatan
diri
Peningkatan
TIK
Nyeri akut
31
6 DS: Pasien mengatakan susah Stroke hemorage Gangguan kebutuhan
makan,sulit untuk menelan nutrisi
Penurunan fungsi
N. X dan IX
Proses menelan
tidak efektif
Refluks
Disfagia
Gangguan
kebutuhan nutrisi
Diagnosa Keperawatan
Menurut (Purwanto) dalam buku Keperawatan Medikal Bedah II
yaitu :
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau
hemiplagia, kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas.
32
Klien dapat mempertahan atau meningkatkan kekuatan
dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan secar fungsional dengan cara yang teratur
klasifikasikan melalui skala 0-4.
33
3) Mampu menyusun kata-kata
Intervensi :
a. Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti spontan tidak tampak
memahami kata/mengalami kesulitan berbicara atau membuat
pengertian sendri.
34
Klien tidak gelisah
GCS E : 4, M : 6, V : 5
Intervensi :
a. Berikan penjelasan pada keluarga klien tentang sebab-sebab
peningkatan TIK dan akibatnya.
35
Rasional : memperbaiki sel yang masih viable.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0 – 4
untuk melakukan ADL.
36
meningkatkan harga diri klien, memandirikan klien, dan
menganjurkan klie untuk terus mencoba.
d. Rencanakan tindakan untuk deficit pengelihatan dan seperti
tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat,
dekatkan tempat tidur ke dinding.
37
b. Observasi reaksi nonverbal dariketidaknyamanan.
c. Gunakan teknik komunikasiterapeutik untuk menge-
tahui pengalaman nyeri pasien.
d. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
e. Pilih dan lakukan penanganannyeri.
f. Ajarkan tentang tekniknonfarmakologi.
g. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
h. Tingkatkan istirahat.
i. Berikan informasi tentang nyeriseperti penyebab nyeri, be-
rapa lama nyeri akan berkurang danantisipasi ketidaknya-
manan dari prosedur,
j. Kolaborasi dengan dokter jika adakeluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil.
5. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan menelan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak terjadi gangguan nutrisi.
Kriteria hasil : - Turgor kulit baik
- Tidak terjadi penurunan berat badan
- Tidak muntah.
Intervensi :
a. Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan,
dan reflex batuk.
38
Rasional : Menarik minat makan klien
d. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan makanan
melalui selang.
Ds :-
Do : pt tidak mampu berbicara atau mendengar, pt menunjukkan
respon tidak sesuai
39
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
dibuktikan dengan
40
BAB III
TINJAUAN KASUS
Data Demografik
Data Demografik
Nama pasien : Ny. R.E.S
No. Rekam Medis : 11-94-24
Ruangan/ Tempat tidur : Jasmine/ 203 bed 1
Umur : 62 Tahun, 11 bulan , 1 minggu, 6 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Tomohon
Pekerjaan : PNS Daerah
Agama : Kristen Protestan
Status : Menikah
Diagnosa Medis : Stroke Hemmorage dan Hipertensi
Nama Dokter : dr. Billi T.
41
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk UGD RSA Manado pada tanggal 2019 pukul
13.50 diantar oleh keluarga dengan menggunakan mobil, Pasien
masuk Rumah Sakit dengan keluhan utama tidak bisa menggerakan
tangan kiri nya dan nyeri dada, badan lemah. Di UGD pasien
mendapat pemeriksaan tanda tanda vital sebagai berikut T= 36.5 C,
P= 110 x/mnt, R= 27 x/mnt, BP = 150/80 mmHg, dan mendapat
tindakan medis: Pemasangan IV Line di tangan sebelah kiri dengan
RL 20 gtt/mnt. Pada pukul sekitar 15.30 pasien diantar oleh perawat
menggunakan kursi roda di ruangan perawatan Jasmine dan di rawat
di ruangan 203 bed 1.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit yaitu Hipertensi, DM tipe
2, dan Parkinson, Pasien pernah jatuh saat berolahraga dan
mengalami retak pada tulang, Pasien pernah di rawat di RSA
Manado pada Juni 2019 lalu dengan diagnose medis Hipertensi, DM
tipe 2 dan Parkinson.
Riwayat Keluarga (3 Generasi)
Pasien adalah seorang wanita berumur 62 tahun dengan
diagnose medis Stroke Hemorage dan hipertensi. Pasien diketahui
tidak memiliki keturunan keluarga yang mengalami stroke dan
hipertensi .
Gambar 8 Genogram
42
Gaya Hidup
Lifestyle Past Present
Food Amount: 1 porsi Amount: ¼ porsi
Frequency: 3x Frequency: 3x
sehari sehari
Contents: nasi, Contents: Bubur
ikan, sayur,
cemilan
Liquid Amount: 1800 cc Amount: 800 cc
Frequency: 8-9 Frequency: 4-5
gelas gelas
Contents: Air Contents: Air
mineral mineral
Sleep and rest Average sleep Average sleep
pattern duration: 7-8 jam duration:
Sleep quality: kurang dari 7
Sleep well jam
Sleeping position: Sleep quality:
Semi fowler Frequently
awakened (2x)
Sleeping
position: Semi
fowler
43
Color: Bening Color:
Frequency: 3x1 Kekuningan
Odor: Khas Frequency: 2x1
Odor: Khas
Activities of Fulfilled Fulfillled with
Daily Livings Independently assistance
Hobbies and - -
Recreation
Pengkajian Fisik
Wajah
Nadi temporal pasien terabah kuat.
Mulut
Bibir tampak kering, memakai gigi palsu, terdapat caries
gigi, tidak ada perdarahan dan pembekakan gusi.
Dada
Nadi apikal pasein teraba kuat, dada simetris tidak ada
benjolan ataupun bekas luka di sekitar dada.
Abdomen
Tidak ada benjolan disekitar abdomen, umbilicus berada
ditengah, perkusi RUQ = Dullness, RLQ = Timpani, LUQ =
Timpani, LLQ = Timpani, tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas Atas
Nadi brakialis, radialis, dan ulna teraba lemah dan tidak
teratur, pasien tidak bisa melakukan ROM aktif dan pasif, ektrimitas
atas terasat kaku ketika diberikan ROM pasif.
Ekstremitas Bawah
44
Nadi femoral(pt tdk bersedia), popliteal, posterior tibia, dan
dorsalis pedis teraba lemah dan tidak teratur, pasien tidak bisa
melakukan ROM aktif maupun pasif, ekstrimitas bawah terasa kaku
saat diberikan ROM pasif.
Data Psikologikal
Pasien tampak cemas dan mengerutkan dahi. Pasien
memerlukan bantuan.
Pemeriksaan Laboratorium
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Interprestasi
.
1. Natrium 136 – 146 145 mmol/ Natrium
L Normal
2. Kalium 3.50- 5.10 2, 44 Kalium
mmol/ L Kurang
3. Cloride 95 – 110 99 mmol/ Cloride
L Normal
4. Fasting Blood 70 - 110 183 mg/ dl Fasting
Sugar Blood Sugar
Tinggi
5. Cholesterol < 200 219 mg/ dl Cholestrol
Tinggi
6. Triglycerida < 150 116 mg/dl Trigliserida
Normal
45
Terapi Obat
Glimiepiride
Efek samping : pusing, sakit kepala, mual
Kontraindikasi : Diabetes melitus (DM) tipe I yang bergantung pada insulin.
Pasien dengan keadaan ketoasidosis. Pada keadaan prekoma ataupun koma
diabetes. Seseorang dengan gangguan fungsi hati atau gangguan ginjal.
Seseorang yang hipersensitif atau alergi terhadap glimepiride dan obat-obat
dari golongan sulfonilourea lainnya. Sebaiknya tidak digunakan pada wanita
hamil dan menyusui
Indikasi : manajemen DM tipe 2 dgn diet dan olahraga untuk menurunkan
kadar gula darah
Atorvastatin
Efek samping : Hidung tersumbat
Sakit tenggorokan
Nyeri sendi
Nyeri di bagian lengan atau tungkai
Diare
Indikasi: sebagai terapi tambahan pada diet untuk mengurangi peningkatan
kolesterol total, c-LDL, apolipoprotein B dan trigliserida pada pasien
dengan hiperkolesterolemia primer; kombinasi hiperlipidemia;
hiperkolesteolemia heterozigous dan homozigous familial ketika respon
terhadap diet dan pengukuran non farmakologi lainnya tidak mencukupi.
Kontraindikasi: Hamil, wanita usia subur, Menyusui. Penyakit hati aktif
atau peningkatan persisten transaminase serum sebesar > 3 kali batas atas
nilai normal yang tidak diketahui penyebabnya.
Amlodipin
Indikasi: hipertensi, profilaksis angina.
Kontraindikasi: syok kardiogenik, angina tidak stabil, stenosis aorta yang
signifikan, menyusui.
46
Efek Samping: nyeri abdomen, mual, palpitasi, wajah memerah, edema,
gangguan tidur, sakit kepala, pusing, letih
Aspilet
Indikasi
Obat aspilet bisa diberikan kepada konsumen atau pasien yang ingin
mencegah penyakit serebrovaskuler atau infark miokard. Obat aspilet ini
juga bisa dipakai oleh penderita penyakit diabetes mellitus yang ingin
mencegah penyakit kardiovaskular.
Kontraindikasi
Aspilet tidak bisa diberikan kepada anak di bawah 16 tahun. Selain itu,
kontraindikasi obat aspilet juga berlaku bagi ibu menyusui. Ibu menyusui
tidak boleh meminum obat thrombo aspilet. Para penderita tukak peptik
yang aktif juga harus menghindari penggunaan obat aspilet. Hindari pula
pemakaian obat aspilet pada penderita hemofilia.
Efek samping
sakit perut, sakit kepala, mengantuk, bronkospasme, gangguan fungsi ginjal,
perdarahan saluran cerna, dan perdarahan lain seperti subkonjungtiva.
Citicolin
Efek samping : mual, diare , Insomnia, Konnstipasi ,Sakit kepala,
Penglihatan kabur,Nyeri dada, Berdebar-debar,Tekanan darah rendah atau
tinggi,Ruam pada kulit
47
Analisis Data
Hemaparese/
plegi
Gangguan
mobilisasi fisik
DS: “-“ stroke Gangguan
Komunikasi Verbal
DO: Pasien tidak mampu berbicara Defisit
atau mendengar, pasien Neurologi
menunjukkan respon tidak sesuai.
Disfungsi
bahasa dan
komunikasi
Disartria,
Afasia,
Apraksia
48
Gangguan
komunikasi
verbal
49
Rencana Asuhan Keperawatan AM
Nama Pasien: Ny R E S Umur: 62 tahun Kamar: 203/1 Diagnosis Medis: Stroke Hemmorage Dokter: dr. Bill T
1. 29 Oktober Gangguan Mobilitas Setelah 1. Identifikasi 1. Agar tidak At. 10.00 At. 13.00
2019 Fisik b/d gangguan dilakukan adanya nyeri terjadi masalah Mengidentifikasi S: pt mengatakan
neuromuscular tindakan atau keluhan lain adanya nyeri atau pergerakan
dibuktikan dengan: keperawata fisik lainnya 2. Agar pasien keluhan fisik ekstremitas
DS: pt mengeluh sulit n selama 3 2. Identifikasi merasa lainnya (tidak sedang.
menggerakkan jam, toleransi fisik nyaman dalam mampu O: kekuatan otot
ekstrimitas diharapkan melakukan melakukan menggergerakan cukup meningkat
DO: mobilitas pergerakan pergerakan bagian (MMT = 1)
Kekuatan otot fisik 3. Fasilitasi 3. Mencegah ekstrimitas) A: tujuan tercapai
menurun (MMT
meningkat melakukan kekakuan otot At. 10.05 sebagian
ekstrimitas atas = 2,
ekstrimitas bwah = 0) dengan mobilisasi fisik Mengidentifikasi
Rentang gerak toleransi fisik
menurun ( tidak
49
dapat melakukan kriteria (ROM) jika 4. Agar pasien melakukan P: Lanjutkan
fleksi ekstensi)
hasil: perlu lebih pergerakan ( tidak Intervensi 2,3, 4
1. Pergera 4. Libatkan bersemangat mampu dan 6.
kan keluarga untuk 5. Agar pasien menggerakkan
ekstrimi membantu atau relative bagian
tas pasien dalam mengetahui ekstrimitas)
mening meningkatkan apa yang akan At. 10.10
kat pergerakan dilakukan Memfasilitasi
2. Kekuat 5. Jelaskan tujuan 6. Agar tidak aktivitas
an otot dan prsedur mempersulit mobilisasi (Mika-
mening mobilisasi pasien miki, ROM pasif
kat 6. Ajarkan dan bedbath)
Rentang mobilisasi At. 10.13
gerak sederhana yang Melibatkan
(ROM) harus dilakukan keluarga untuk
meningkat (misalnya membantu pasien
duduk di dalam
50
tempat tidur, di meningkatkan
sisi tempat tidur pergerakan (bantu
dan pindah dari mika-mika)
tempat tidur ke At. 10. 40
kursi) Menjelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi (ROM
Pasif)
A16.15
Mengarahkan
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(ROM Pasif)
2 30 Oktober Gangguan komunikasi Setelah 1. Identifikasi 1. Untuk At. 10.00 At. 13.00
2019 verbal b/d penurunan dilakukan perilaku mengetahui S: -
51
sirkulasi serebral tindakan emosional dan faktor-faktor Memonitor O: kemeampuan
dibuktikan dengan: keperawata fisik sebagai yang dapat kecepatan bicara pasien
DS: - n selama 3 bentuk mempengaruhi (berbicara : pasien sudah meningkat,
DO: pt tidak mampu jam, komunikasi pengaruh berbicara tidak kempuan
berbicara atau diharapkan 2. Gunakan bicara jelas (bicara pelo), mendengar pasien
mendengar, Pt komunikasi metode 2. Agar volume (suara meningkat,
menunjukan respon tidak verbal komunikasi komunikasi sangat pelan). kesesuaian
sesuai meningkat alternative bisa At. 10.10 eksoresi wajah
dengan (misalnya, berlangsung Mengidetifikasi atau tubuh pt
kriteria menulis, mata dengan baik perilaku meningkat
hasil: berkedip, papan 3. Komunikasi emosional (raut A; Tujuan
1. Kema komunikasi dan tambahan wajah seperti tercapai sebagian
mpuan gambar atau sangan kebingungan dan P: Lanjutkan
bicara huruf, isyarat membatu cemberut pada Intervensi
pt tangan dan pasien saat diberikan
menin computer) 4. Agar pasien pertanyaan) dan
ggkat bisa mengerti fisik (lemah/tidak
52
2. Kema 3. Sesuaikan gaya dan tidak ada respon fisik)
mpuan komunikasi dan kesulitan sebagai bentuk
mende kebutuhan 5. Agar pasien komunikasi
ngar pt (berdiri di merasa rileks At. 10.15
menin depan pt dan tidak merasa Menggunakan
gkat mendengarkan tertekan metode
3. Kesesu dengan komunikasi
aikan seksama) alternative
ekspre 4. Anjurkan (bahasa isyarat,
si berbicara sentuhan dan
wajah perlahan volume suara
atau ditinggikan)
tubuh At. 10.20
pt Menyesuaikan
menig gaya komunikasi
kat dengan kebutuhan
(menjelaskan
53
dengan perlahan,
jelas dan langsung
ke inti
pembicaraan)
At.10.25
Menganjurkan
berbicara perlahan
3. 31 Oktober Nyeri akut b/d agen Setelah 1. Identifikasi 1. Pengkajian nyeri At 10.00 At 13.00
2019 pencedera fisiologis. dilakukan lokasi, adalah langkah Mengidentikasi S : pasien
tindakan karakterisitik, pertama dalam lokasi (nyeri di mengatakan nyeri
DS: Pasien mengeluh keperawata durasi, merencanakan bagian dada), dada berkurang
nyeri dada. n selama 3 frekuensi. strategi karakterisitik skala nyeri 2
jam 2. Identifikasi manajemen nyeri (seperti ditusuk- O : Tekanan
DO: diharapkan skala nyeri. serta dalam tusuk), durasi (, darah menurun
tekanan darah tingkat 3. Berikan teknik keadaan umum frekuensi, ± 30 130/80 mmHg
meningkat 150/ 90
nyeri nonfarmakologis klien menit ) nyeri
mmHg
Pola napas berubah menurun untuk berkala 6 (0-10).
25 x/mnt.
54
Skala nyeri 6 (0-10). dengan mengurangi rasa 2. Mengetahui At 10.15 Pola nafas
criteria nyeri. tingkat nyeri Mengidentifikasi membaik 20
hasil: 4. Kontrol pasien skala nyeri x/mnt
Keluhan lingkungan yang 3. Penggunaan dengan hasil: 6 (0- A : Tujuan
nyeri memperberat teknik 10). tercapai
menurun , rasa nyeri. nonfarmakologis At 10.20 P: -
tekanan 5. Fasilitasi melibatkan Memberikan
darah istirahat dan penggunaan teknik
membaik, tidur. panca indra dan nonfarmakologis
pola napas 6. Jelaskan strategi otot yang akan (terapi musik).
membaik meredakan berelaksasi At 10.25
nyeri. 4. Lingkungan yang Mengontrol
tenang, ruangan lingkungan yang
yang gelap memperberat rasa
diarahkan untuk nyeri seperti: suhu
memfasilitasi ruangan 20
istirahat derajat,
55
5. Membuat pencahayaan yang
periode istirahat adekuat, terhindar
menjadi lebih dari kebisingan.
optimal At 10.30
6. Meminimalkan Memfasilitasi
rasa nyeri istirahat dan tidur.
At 10.35
Menjelaskan
strategi
meredakan nyeri
(terapi musik).
56
Rencana Asuhan Keperawatan PM
Nama Pasien: Ny R E S Umur: 62 tahun Kamar: 203/1 Diagnosis Medis: Stroke Hemmorage Dokter: dr. Bill T
No. Hari/tanggal Diagnosis Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
1. 29 Oktober Gangguan Mobilitas Setelah 1. Identifikasi 1. Agar tidak At. 15.00 At. 18.00
2019 Fisik b/d gangguan dilakukan adanya nyeri terjadi masalah Mengidentifikasi S: pt mengatakan
neuromuscular tindakan atau keluhan lain adanya nyeri atau pergerakan
dibuktikan dengan: keperawata fisik lainnya 2. Agar pasien keluhan fisik ekstremitas
DS: pt mengeluh sulit n selama 3 2. Identifikasi merasa lainnya (tidak sedang.
menggerakkan jam, toleransi fisik nyaman dalam mampu O: kekuatan otot
ekstrimitas diharapkan melakukan melakukan menggergerakan cukup meningkat
DO: mobilitas pergerakan pergerakan bagian (MMT = 1)
Kekuatan otot fisik 3. Fasilitasi 3. Mencegah ekstrimitas) A: tujuan tercapai
menurun (MMT
meningkat melakukan kekakuan otot At. 15.05 sebagian
ekstrimitas atas = 2,
ekstrimitas bwah = 0) dengan mobilisasi fisik 4. Agar pasien Mengidentifikasi P: Lanjutkan
Rentang gerak menurun ( kriteria (ROM) jika lebih toleransi fisik Intervensi 2,3, 4
tidak dapat melakukan
hasil: perlu bersemangat melakukan dan 6.
fleksi ekstensi) pergerakan ( tidak
57
3. Pergera 4. Libatkan 5. Agar pasien mampu
kan keluarga untuk atau relative menggerakkan
ekstrimi membantu mengetahui bagian
tas pasien dalam apa yang akan ekstrimitas)
mening meningkatkan dilakukan At. 15.10
kat pergerakan 6. Agar tidak Memfasilitasi
4. Kekuat 5. Jelaskan tujuan mempersulit aktivitas
an otot dan prsedur pasien mobilisasi (Mika-
mening mobilisasi miki, ROM pasif
kat 6. Ajarkan dan bedbath)
Rentang mobilisasi At. 15.13
gerak sederhana yang Melibatkan
(ROM) harus dilakukan keluarga untuk
meningkat (misalnya membantu pasien
duduk di dalam
tempat tidur, di meningkatkan
sisi tempat tidur
58
dan pindah dari pergerakan (bantu
tempat tidur ke mika-mika)
kursi) At. 15. 40
Menjelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi (ROM
Pasif)
At. 15.45
Mengarahkan
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(ROM Pasif)
2 30 Oktober Gangguan komunikasi Setelah 5. Identifikasi 6. Untuk At. 15.00 At. 18.00
2019 verbal b/d penurunan dilakukan perilaku mengetahui Memonitor S: -
tindakan emosional dan faktor-faktor kecepatan
59
sirkulasi serebral keperawata fisik sebagai yang dapat (berbicara : pasien O: kemeampuan
dibuktikan dengan: n selama 3 bentuk mempengaruhi berbicara tidak bicara pasien
DS: - jam, komunikasi pengaruh jelas (bicara pelo), sudah meningkat,
DO: diharapkan 6. Gunakan bicara volume (suara kempuan
pt tidak mampu komunikasi metode 7. Agar sangat pelan). mendengar pasien
berbicara atau
verbal komunikasi komunikasi At. 15.10 meningkat,
mendengar,
Pt menunjukan meningkat alternative bisa Mengidetifikasi kesesuaian
respon tidak sesuai dengan (misalnya, berlangsung perilaku eksoresi wajah
kriteria menulis, mata dengan baik emosional (raut atau tubuh pt
hasil: berkedip, papan 8. Komunikasi wajah seperti meningkat
4. Kema komunikasi dan tambahan kebingungan dan A; Tujuan
mpuan gambar atau sangan cemberut pada tercapai sebagian
bicara huruf, isyarat membatu saat diberikan P: Lanjutkan
pt tangan dan pasien pertanyaan) dan Intervensi
menin computer) 9. Agar pasien fisik (lemah/tidak
ggkat 7. Sesuaikan gaya bisa mengerti ada respon fisik)
komunikasi dan
60
5. Kema kebutuhan dan tidak sebagai bentuk
mpuan (berdiri di kesulitan komunikasi
mende depan pt dan 10. Agar pasien At. 15.15
ngar pt mendengarkan merasa rileks Menggunakan
menin dengan tidak merasa metode
gkat seksama) tertekan komunikasi
6. Kesesu 8. Anjurkan alternative
aikan berbicara (bahasa isyarat,
ekspre perlahan sentuhan dan
si volume suara
wajah ditinggikan)
atau At. 15.20
tubuh Menyesuaikan
pt gaya komunikasi
menig dengan kebutuhan
kat (menjelaskan
dengan perlahan,
61
jelas dan langsung
ke inti
pembicaraan)
At.15.25
Menganjurkan
berbicara perlahan
3. 31 Oktober Nyeri akut b/d agen Setelah 7. Identifikasi 7. Pengkajian nyeri At 15.00 At 18.00
2019 pencedera fisiologis. dilakukan lokasi, adalah langkah Mengidentikasi S : pasien
tindakan karakterisitik, pertama dalam lokasi (nyeri di mengatakan nyeri
DS: Pasien mengeluh keperawata durasi, merencanakan bagian dada), dada berkurang
nyeri dada. n selama 3 frekuensi. strategi karakterisitik skala nyeri 2
jam 8. Identifikasi manajemen nyeri (seperti ditusuk- O : Tekanan
DO: diharapkan skala nyeri. serta dalam tusuk), durasi (, darah menurun
tekanan darah tingkat 9. Berikan teknik keadaan umum frekuensi, ± 30 130/80 mmHg
meningkat 150/ 90
nyeri nonfarmakologis klien menit ) nyeri Pola nafas
mmHg.
Pola napas berubah menurun untuk berkala 6 (0-10). membaik 20
25 x/mnt. dengan At 15.15 x/mnt
Skala nyeri 6 (0-10).
62
criteria mengurangi rasa 8. Mengetahui Mengidentifikasi A : Tujuan
hasil: nyeri. tingkat nyeri skala nyeri tercapai
Keluhan 10. Kontrol pasien dengan hasil: 6 (0- P: -
nyeri lingkungan yang 9. Penggunaan 10).
menurun , memperberat teknik At 15.20
tekanan rasa nyeri. nonfarmakologis Memberikan
darah 11. Fasilitasi melibatkan teknik
membaik, istirahat dan penggunaan nonfarmakologis
pola napas tidur. panca indra dan (terapi musik).
membaik 12. Jelaskan strategi otot yang akan At 15.25
meredakan berelaksasi Mengontrol
nyeri. 10. Lingkungan yang lingkungan yang
tenang, ruangan memperberat rasa
yang gelap nyeri seperti: suhu
diarahkan untuk ruangan 20
memfasilitasi derajat,
istirahat pencahayaan yang
63
11. Membuat adekuat, terhindar
periode istirahat dari kebisingan.
menjadi lebih At 15.30
optimal Memfasilitasi
12. Meminimalkan istirahat dan tidur.
rasa nyeri At 15.35
Menjelaskan
strategi
meredakan nyeri
(terapi musik).
64
BAB IV
Stroke Hemoragik
49
National Stroke Association merekomendasikan metode FAST
untuk membantu mengidentifikasi tanda-tanda peringatan stroke dan
tanda ini terjadi pada pasein Ny. R.E.S
- F (face) : saat pasien tersenyum sisi kanan dari pasien terlihat seperti
berbeda dengan sisi kiri. Sisi kanan lebih tinggi dari sisi kiri
- A (arms) : pada saat mengangkat tangan dari pasien, tangan lemah
dan lemas dan tidak ada kontraksi otot dari lengan kiri sedangkan
lengan kana nada kontraksi otot tapi hanya skala 2.
- S (speech) : saat pasien berbicara, ucapan yang dikatakan oleh
pasien tidak jelas dan sulit untuk dimengerti
- T (time) : pasien sering dan selalu diawasi di rumah sakit karena
pasien telah mengalami tanda dan gejala dari stroke hemoregik dan
selalu waspada untuk segera menghubungi dokter ketika pasien
kambuh.
Pemerksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan pada pasien stroke
menurut (Purwanto) dalam buku Keperawatan Medikal Bedah II yaitu :
CT Scan : Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta
posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau menyebar
ke permukaan otak. Dalam kasus ny. R.E.S terdapat infark dibagian
kiri dan kanan pada cerebral dengan kisaran besar seperti bola
pimpong (otak kanan) dan sebedar telur puyuh pada otak kiri.
50
listrik dalam otak sehingga mengganggu aliran listrik atauimplus
saraf keotak tidak berfungsi dengan baik dan terjadi mati rasa pada
beberapa organ tubuh.
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
Gula darah : 183 mg/ dl
Urine rutin
Cairan serebrospinal
Analisa gas darah (AGD)
Biokimia darah
Elektrolit
Penatalaksanaan
51
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan se-
cepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan
latihan-latihan gerak pasif.
Dalam kasus ny. R.E.S sudah dilakukan intervensi keperawatan
dalam menstabilkan tanda-tanda vital menggunakan obat-obat
khususnya dalam memstabilkan tekanan darah dari pasien yang
melebihi batas normal dan memberikan oksigen kepada pasien untuk
memenuhi kebutuhan oksigen didalam darah. Memasangkan kateter
kepada pasien karena terjadi inkontinensia dikandung kemih dan
memberikan popok kepada pasien karena inkontinensia usus. Dan
memberikan posisi yang nyaman dan melakukan ROM pasif kepada
pasien. Dan mencegah terjadinya decubitus dengan mengganti posisi
pasien setiap 3 jam.
Pengobatan Konservatif
Menurut (Purwanto) pengobatan yang bisa dilakukan yaitu :
1. Vasodilator : meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara
percobaan, tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk meng-
hambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi
sesudah ulserasi alteroma.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral (Purwanto) :
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
52
Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma. Pada Ny.
R.E.S tidak dilakukan tindakan pembedahan kepada pasien karena kondisi
pasien yang tingkat kesadaran menurun dan system imun lemah.
Masalah keperawatan
Intervensi
Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuscular,
Menurut Purwanto (2016) Salah satu intervensi yang bisa
dilakukan pada pasien dengan masalah keperawatan gangguan
mobilitas fisik adalah dengan melakukan ROM pada pasien agar
supaya meminimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi dan
mencegah terjadinya kontraktur. Intervensi ROM dilakukan pada Ny.
R.E.S dengan melalkukan ROM aktif dan pasif dengan mika-miki
dan bed-bath.
53
Menurut Gulanick dan Myer (2012), salah satu intervensi yang
bisa dilakukan pada pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut
adalah terapi music. Intervensi terapi music tersebut dilakukan
kepada Nn. N.E.S dan dapat dipraktekkan dengan baik. Teknik ini
berhasil mengurangi skala nyeri pasien dari 6 ke 5 (0-10).
54
BAB V
KESIMPULAN
55
Masalah ini dapat diketahui dari anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang.
56
DAFTAR PUSTAKA
(n.d.).
Ahern, W. &. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. EGC.
Bitsream. (n.d.). Retrieved from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57611/Chapt
er%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
Darmawan, T. (2011, Oktober). Cerebral Infarction. Retrieved from Scribd:
https://www.scribd.com/doc/150125680/Cerebral-Infarction-doc
Doenges, M., Mary, M. F., & Murr, A. C. (n.d.). Nursing Care Plan (9 ed.).
NANDA international 2012. (2012). NANDA International nursing
diagnoses, definitions, and classification 2012-2014. USA:
Blackwell Publishing Ltd.
Perawat Indonesia. (n.d.). Asuhan Keperawatan (Askep) Cerebro Vascular
Accident (CVA) Infark Trombosis. Retrieved from Info Perawat
Indonesia: https://www.infoperawatindonesia.com/2016/10/asuhan-
keperawatan-askep-cerebro_21.html
Prater, D., Lenox, S., Renner, M., Tallmadge, M., & Kelly, L. V. (Eds.).
(n.d.). RN Adult Medical Surgical Nursing (9.0 ed.).
Purwanto, H. (n.d.). In Keperawatan Medikal Bedah II.
Swearingen, P. L. (n.d.). In All In One Nursing Care Planning Resource.
Elsevier.
wilkinson, A. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. EGC.
Wilkinson, A. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. EGC.
57