Desi Lisma Yenti 170910305
Desi Lisma Yenti 170910305
PENGANTAR BISNIS
KUALITAS JASA
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I P PENDAHULUAN
1.1.Kesimpulan .......................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
menghadapi lebih banyak alternatif produk, dengan harga dan pemasok yang
berbeda. Hal ini menjadi sebuah persoalan yang harus diperhatikan perusahaan,
terutama dalam hal penentuan pilihan produk yang akan dibeli konsumen.
2
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
1. Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui,tetapi sullit
didefinisikan dan dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam
seni musik,drama,seni tari,dan seni rupa. Selain itu perusahaan dapat
mempromosikan produknya dengan pernyataan-pernyataan seperti tempat
berbelanja yang menyenangkan(supermarket),elegan(mobil),kecantikan
wajah(kosmetik),dll..Dengan demikian fungsi perencanaan,produksi,dan
pelayanan suatu perusahaan sulit sekali menggunakan definisi seperti ini sebagai
dasar manajemen kualitas.
3
3. User-based Approach
Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada
orang yang memandangnya,dan produk yang paling memuaskan preferensi
seseorang merupakan produk yang berkualitas tinggi. Persfektif yang subjektif
dan demand-oriented ini juga menyatakan bahwa pelanggan yang berbeda
memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula,sehingga kualitas bagi
seseirang adalah sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakannya.
4. Manufacturing-based Approach
Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-praktik
perekayasaan dan pemanukfaturan,serta mendifinisikan kualitas sebagai sama
dengan persyaratannya. Dalam sektor jasa,dapat dikatakan bahwa kualitasnya
bersifat operation-driven . Jadi,yang menentukan kualitas adalah standar-standar
yang ditetapkan perusahaan,bukan konsumen yang menggunakannya.
5. Value-based Approach
Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan
mempertimbangkan trade – off antara kinerja dan harga,kualitas didefinisikan
sebagai “affordable excellence”. Kualitas dalam perspektif ini bersifat
relatif,sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk
yang bernilai. Tetapi yang palingbernilai adalah produk/jasa yang paling tepat
dibeli(best-buy).
4
menandakan efisiensi produksi semakin tinggi. Peningkatan dan penurunan
produktivitas erat kaitannya dengan efisiensi. Karena untuk mengetahui
produktivitas, diperlukan perbandingan antara efektivitas dan EFISIENSI.
Semakin rendah input yang digunakan proses produksi, semakin besar nilai
efisiensinya, sehingga semakin besar nilai produktivitasnya.
b. Kualitas (Quality)
Kualitas (Quality) atau Mutu adalah tingkat baik atau buruknya suatu
produk yang dihasilkan apakah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan
ataupun kesesuaiannya terhadap kebutuhan. Pada dasarnya standar Kualitas akan
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dari pihak yang membutuhkannya.
Kualitas (Mutu) tentunya bukan hanya pada produk atau barang, tetapi juga
diaplikasikan pada sektor Jasa atau pelayanan.
5
Selanjutnya menurut Gerson (2001) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan
adalah perasaan yang dimiliki oleh pelanggan jika kebutuhannya secara nyata atau
hanya anggapan terpenuhi atau melebihi harapannya.
Kepuasan pelanggan yaitu bila sebuah produk atau jasa memenuhi atau
melampaui harapan konsumen, biasanya pelanggan merasa puas.
Kotler (2000) menyatakan bahwa apakah pembeli puas sesudah membeli
tergantung pada tampilan pelayanan dibandingkan atau dihubungkan dengan
harapan yang semula dimiliki oleh pembeli.
6
menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa
dengan cepat. Menurut Parasuraman dalam Tjiptono, atribut dari daya tanggap ini
ada empat, yaitu:
1. Menginformasikan kepada pelanggan tentang kepastian waktu
penyampaian jasa.
2. Layanan yang segera atau cepat bagi pelanggan.
3. Kesediaan untuk membantu pelanggan.
4. Kesiapan untuk merespon permintaan pelanggan.
d. Jaminan (assurance)
perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan
terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para
pelanggannya. Jaminan ini juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap
sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
menangani setiap partanyaan atau masalah pelanggan. Menurut Parasuraman
dalam Tjiptono, atribut dari jaminan ini ada empat, yaitu:
1. Karyawan yang menumbuhkan rasa percaya para pelangga.
2. Membuat pelanggan merasa aman sewaktu melakukan transaksi.
3. Karyawan yang secara konsisten bersikap sopan.
4. Karyawan yang mampu menjawab pertanyaan pelanggan.
e. Empati (emphaty)
Berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak
demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para
pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman. Menurut Parasuraman
dalam Tjiptono, atribut dari empat ini ada lima, yaitu:
1. Memberikan perhatian individual kepada para pelangga
2. Karyawan yang memperlakukan pelanggan secara penuh perhatian.
3. Sungguh-sungguh mengutamakan kepentingan pelanggan.
4. Karyawan yang memahami kebutuhan pelanggan.
5. Waktu operasi (jam kantor) yang nyaman.
7
2.1.5. Prinsip Kualitas dan Manajemen Jasa
Dalam menentukan tingkat kepuasan, seorang pelanggan sering kali melihat
dari nilai lebih suatu jasa maupun kinerja pelayanan yang diterima dari suatu
proses pembelian jasa. Besarnya nilai lebih yang diberikan leh sebuah produk jasa
kepada pelangan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaan tentang mengapa
seorang pelanggan menentukan pilihannya. Pelanggan pada dasarnya mencari
nilai terbesar yang diberikan suatu jasa. Kepuasan (kebahagiaan) pelanggan
merupakan perbandingan antara layanan yang diterima (perceived service) dengan
layanan yang diharapkan (expected service). Bila hasilnya mendekati satu maka
pelanggan akan puas, begitu juga sebaliknya bila harganya jauh lebih kecil dari
satu maka pelanggan semakin tidak puas.
Strategi Manajemen Kualitas Jasa Prioritas utama dalam strategi manajemen
kualitas jasa adalah memenuhi dan memuaskan keinginan konsumen.
Langkah dalam menerapkan strategi manajemen kualitas jasa yaitu :
8
c. Quality control strategy. Yang dimaksud adalah suatu strategi untuk
mengetahui seberapa jauh pencapaian target pemuasan keinginan
konsumen dengan cara membandingkan realisasi dengan target. Apabila
ternyata realisasi masih berada dibawah target, maka dilakukan upaya-
upaya perbaikan dimasa yang akan datang.
9
Sumber daya si pemberi jasa (Service people). Orang yang berinteraksi
langsung maupun tidak langsung dengan pelanggan harus memberikan
pelayanan secara tulus (empathy), responsif, ramah, fokus dan
menyadari bahwa kepuasan pelanggan adalah segalanya. Untuk itu
perusahaan perlu juga menciptakan keadaan yang nyaman bagi para
karyawan dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang kondusif,
rasa aman dalam bekerja, upah yang layak, manusiawi dan sistem
penilaian kinerja.
Sistem pelayanan (Service system) adalah prosedur pelayanan kepada
pelanggan yang melibatkan seluruh fasilitas fisik termasuk sumber
daya manusia yang di miliki perusahaan.
2. Model Kualitas Jasa Terpadu (Total Quality Service)
Model kualitas jasa terpadu atau disebut Total Quality Service adalah
kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan berkualitas kepada
orang yang berkepentingan dengan pelayanan, yaitu pelanggan,pegawai dan
pemilik. Ada lima elemen penting yang saling terkait dalam model pelayanan
mutu terpadu, antara lain:
Penelitian pasar dan pelanggan. Elemen pertama ini merupakan
penelitian untuk mengetahui dtruktur pasar, segmen pasar, demigrafis,
analisis pasar potensial analis kekuatan pasar, mengetahui harapan dan
keinginan pelanggan atas pelayanan yang di berikan
Penyusunan Strategi. Elemen kedua yang merupakan petunjuk arah
dalam memberikan pelayanan berkualitas kepada pelanggan sehingga
perusahaan dapat mempertahankan pelanggan bahkan memperoleh
pelanggan baru.
Pendidikan, Pelatihan dan Komunikasi. Merupakan elemen ketiga
yang berbentuk tindakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia agar mampu memberikan pelayanan berkualitas.
Proses perbaikan adalah desan ulang berkelanjutan untuk
menyempurnakan proses pelayanan konsep P-D-C-A dapat di terapkan
dalam perbaikan proses pelayanan berkelanjutan ini.
10
Penilaian. Pengukuran dan Feedback. Elemen yang merupakan
rangkaian kegiatan yang terdiri dari penilaian dan pengukuran kinerja
yang telah di capai karyawan atas pelayanan yang di berikan kepada
pelanggan.
3. Model Konseptual Kualitas Jasa (Conceptual Model of Service Quality)
Model konseptual kualitas jasa atau dalm bahasa kerennya conceptual model
of service quality merupakan model penciptaan kualitas yang dimulai dari
mengenali kesenjangan (gap) pelayanan yang terjadi sampai dengan mencari
jalan keluar untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan tersebut.
Yang dimaksud kesenjangan atau gap di sini adalah ketidaksesuain antar apa
yang menjadi harapan konsumen dengan apa yang telah diterimanya dari
pemberi jasa. Ada dua kategori kesenjangan, yaitu:
Kesenjangan yang muncul dari dalam perusahaan
Merupakan kesenjangan yang disebabkan oleh hal-hal yang ada di
dalam perusahaan misalnya pengetahuan manajemen, cara kerja,
kemampuan sumber daya manusia termasuk teknologi dan fasilitas
lain. Hal-hal tersebut dapat menciptakan kesenjangan yang oleh
Parasuraman dkk diidentifikasi menjadi empat jenis kesenjangan yaitu:
Kesenjangan pertama (GAP 1) yang timbul karena manajemen tidak
memiliki data informasi dan pengetahuan yang cukup mengenai siapa
yang dilayani sehingga manajemen memiliki pemahaman yang tidak
tepat mengenai apa yang diharapkan konsumen, atau lebih parahnya
lagi manajemen sama sekali tidak mengetahui apa sebenarnya yang
diharapkan konsumen. Kesenjangan kedua (GAP 2) adalah
kesenjangan yang disebabkan oleh tidak dimilikinya disain dan standar
pelayanan yang tepat sehingga jasa yang dihasilkan memiliki variasi
yang sangat tinggi. Variasi ini lebih disebabkan oleh tidak adanya
pedoman tata kerja atau standard kerja dalam proses penciptaan jasa.
Selanjutnya, Kesenjangan ketiga (GAP 3) adalah kesenjangan yang
timbul karena perusahaan tidak memberikan pelayanan berdasar
standar kerja yang telah ditentukan. Ini terjadi karena petugas pemberi
11
jasa kurang memahami prosedur, tata cara atau standard kerja yang
telah ditetapkan. Bisa saja karena kurangnya sosialisasi mengenai hal
tersebut. Kesenjangan keempat (GAP 4) adalah kesenjangan yang
timbul karena pemberi jasa tidak memberikan pelayanan yang sesuai
dengan apa yang dijanjikannya. Artinya pemberi jasa tidak memiliki
komitmen tuntuk memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan baik
melalui komunikasi lisan langsung maupun melalui media periklanan.
Kesenjangan yang muncul dari luar perusahaan
Maksudnya adalah ketidaksesuaian antara apa yang diharap konsumen
dengan apa yang diterima dari pemberi jasa yang timbul karena hal-hal
di luar perusahaan dan tidak ada kaitannya dengan kemampuan,
sumber daya yang dimiliki oleh pemberi jasa. Kesenjangan yang
semata-mata timbul karena hal-hal yang bersifat perseptual subyektif
dari konsumen. Kesenjangan jenis ini sering disebut sebagai
kesenjangan kelima atau disebut GAP 5, yakni kesenjangan karena
adanya perbedaan persepsi antara apa yang dirasakan dan apa yang
diharapkan oleh konsumen. (Hendra Poerwanto G)
12
dihasilkan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya antara lain: upah
rendah (umumnya karyawan yang melayani atau berinteraksi langsung
dengan pelanggan memiliki tingkat pendidikan dan upah yang paling rendah
dalam sebuah perusahaan), pelatihan yang kurang memadai bahkan tidak
sesuai dengan kebutuhan organisasi, tingkat perputaran karyawan terlalu
tinggi, dan lain-lain.
d. Gap komunikasi
Di satu sisi, mengintroduksi jasa baru atau menyempurnakan jasa lama dapat
meningkatkan peluang pertumbuhan bisnis dan menghindari terjadi layanan
yang buruk. Di sisi lain, bila terlampau banyak jasa baru dan tambahan
terhadap jasa yang sudah ada, hasil yang didapatkan belum tentu optimal,
bahkan tidak tertutup kemungkinan timbul masalah-masalah seperti seputar
standar kualitas jasa.
13
misalnya, orientasi pada pencapaian target penjualan dan laba tahunan,
penghematan biaya sebesar-besarnya, peningkatan produktivitas tahunan, dan
lain-lain, bisa merusak kualitas jasa yang sedang dibentuk untuk jangka
panjang.
14
Membantu pelanggan dalam memahami sebuah jasa merupakan upaya positif
untuk mewujudkan proses penyampaian dan pengkonsumsian jasa secara
efektif dan efisien.
e. Menumbuhkembangkan budaya kualitas
Budaya kualitas merupakan sistem nilai organisasi yang menghasilkan
lingkungan yang kondusif bagi proses penciptaan dan penyempurnaan
kualitas secara terus-menerus.
f. Menciptakan automating quality
Otomatisasi berpotensi mengatasi masalah variabilitas kualitas jasa yang
disebabkan kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki organisasi. Akan
tetapi, sebelum memutuskan akan melakukan otomatisasi, penyedia jasa
wajib mengkaji secara mendalam aspek-aspek yang membutuhkan sentuhan
manusia dan elemen-elemen yang memerlukan otomatisasi.
g. Menindaklanjuti jasa
Penindaklanjutan jasa diperlukan dalam rangka menyempurnakan atau
memperbaiki aspek-aspek jasa yang kurang memuaskan dan mempertahankan
aspek-aspek yang sudah baik
h. Mengembangkan sistem informasi kualitas jasa
Sistem informasi kualitas jasa merupakan sistem yang mengintegrasikan
berbagai ancangan riset secara sistematis dalam rangka mengumpulkan dan
menyebarluaskan informasi kualitas jasa guna mendukung pengambilan
keputusan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Kualitas jasa (service quality) adalah salah satu faktor yang penting dalam
usaha mencapai keunggulan bersaing (competitive advantage).
2. Prioritas utama dalam strategi manajemen kualitas jasa adalah memenuhi
dan memuaskan keinginan konsumen, dengan penerapkan strategi
manajemen kualitas jasa yaitu : Customer focus strategy, Quality culture
establishment strategy, Quality control strategy dan Continuous
improvement strategy.
3. Adapun faktor yang diperhatikan dalam strategi meningkatkan kualitas
jasa adalah:
- Mengidentifikasi detrminan utama kualitas jasa
- Mengelola ekspektasi pelanggan
- Mengelola bukti kualitas jasa
- Mendidik pelanggan tentang jasa
- Menumbuhkembangkan budaya kualitas
- Menciptakan automating quality
- Menindaklanjuti jasa
- Mengembangkan sistem informasi kualitas jasa
16