Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 SKENARIO

Pasien perempuan 24 tahun datang ke praktek dokter gigi dengan keluhan

gigi geraham kiri bawah sakit dan bengkak. Dokter gigi tersebut langsung

melakukan tumpatan permanen. Sehari kemudian pasien tersebut datang lagi

dengan kondisi tambah bengkak dan sakit sampai tidak bisa tidur. Pasien

komplain pada dokter gigi dan menuduh dokter gigi tersebut melakukan

kesalahan dalam perawatan serta berencana melakukan tuntutan hukum. Dokter

gigi baru menyadari adanya kesalahan diagnosa dan kesalahan dalam

tindakannya yang bisa berimbas ke ranah hukum.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Kasus apa yang terjadi pada skenario?

2. Apa tindakan awal yang harus dilakukan dokter gigi terhadap pasien?

3. Sanksi apa yang dapat didapatkan oleh dokter gigi tersebut?

4. Apakah ada UU yang melindungi dokter gigi pada kasus tersebut?

5. Apakah ada perlindungan terhadap dokter gigi tersebut? Bagaimana dan

dimana?

6. Bagaimana mencegah kasus ke ranah hukum?

7. Apakah ada tindakan lain dokter gigi yang dapat dituntut ke rana hukum?

8. Barang bukti apa saja yang dapat memperkuat dokter gigi di mata hukum?

1
1.3 ANALISIS MASALAH

1. Malpraktek merupakan suatu bentuk kelalaian dokter gigi dalam tugas

akibat kurang berhati-hati.

2. Secara kekeluargaan, bernegosiasi dan mau bertanggung jawab atas yang

dilakukannya, menjelaskan bahwa dokter gigi bertujuan baik, kondisi

pasien diperbaiki.

3. Ringan- berat, STR dicabut, penjara, denda, teguran PDGI dan cacat dimata

masyarakat.

4. UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.

5. Ada bukti kuat berupa informed consent dan PDGI melindungi.

6. SOAP yang baik, penyelesaian secara kekeluargaan, adanya informed

consent, diagnosis yang tepat, adanya perjanjian yang harus ditepati dan

terapi ditanggung sampai selesai.

7. Anamnesa yang kurang, etika dokter gigi kurang.

8. Informed consent, rekam medik dan rekaman CCTV.

2
1.4 PROBLEM TREE

1.5 SASARAN BELAJAR

1. Definisi malpraktek

2. Jenis malpraktek

3. Landasan hukum malpraktek

4. Kriteria malpraktek

5. Sanksi malpraktek

6. Lembaga terkait malpraktek

7. Upaya pencegahan malpraktek

8. Penyelesaian malpraktek

9. Akibat malpraktek

10. Prinsip etika kedokteran

11. Kapan STR dicabut

12. Kapan dokter gigi dipenjara

13. Kapan dokter gigi didenda

14. Jenis informed consent

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Malpraktek

Malpraktik: “mal” yang berarti buruk, “pratice” yang berarti suatu tindakan

atau praktik. Jadi, suatu tindakan medik yang “buruk” yang dilakukan dokter dalam

hubungan dengan pasien.1

Malpraktik adalah perbuatan atau tindakan yang salah yang menunjukkan

pada sikap tindakan yang keliru atau cara pengobatan pasien yang salah. Adapun

ruang lingkupnya mencakup kurangnya kemampuan untuk melaksanakan

kewajiban-kewajiban profesional atau didasarkan kepada kepercayaan (Wiriadinata

W, 2014). 1

2.2 Jenis Malpraktek

Malpraktek dalam kedokteran gigi terbagi menjadi dua, yaitu malpraktek etika

dan malpraktek yuridis. Pada malpraktek etika, tenaga kesehatan melakukan

tindakan yang bertentangan dengan etika profesinya sebagai tenaga kesehatan.

Sedangkan malpraktek yuridis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu perdata, pidana

dan administratif. Malpraktek yuridis perdata terjadi bila Ada hal-hal yang

menyebabkan tidak terpenuhinya isi perjanjian didalam transaksi dan melanggar

hukum sehingga menimbulkan kerugian kepada pasien. Malpraktek yuridis pidana

terjadi bila pasien meninggal dunia atau mengalami cacat akibat dokter yang

kurang hati-hati. Sedangkan malpraktek administratif Terjadi bila dokter melakukan

4
pelanggaran terhadap hukum administrasi negara yang berlaku misalnya

menjalankan praktek dokter tanpa izin praktek.3

2.3 Landasan Hukum Malpraktek

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana4

KUHP Tentang hukum pidana malpraktek ada 12 pasal yaitu :

 Pasal 267 KUHP yang mengatur tentang Pemalsuan SK dokter.

 Pasal 322 KUHP tentang rahasia kedokteran

 Pasal 351 KUHP tentang penganiyayaan yang merusak kesehatan

 Pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang menyebabkan kematian

 Pasal 360 KUHP tentang kelalaian yang menyebabkan luka

 Pasal 361 KUHP tentang pemberatan pidana dan pidana tambahan

2. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen4

3. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran4

(1) Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas

tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran

dapat mengajukan secara tertulis kepada ketua Majelis Kehormatan Disiplin

Indonesia.

(2) Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat:

a. Identitas pengadu

b. Nama dan alamat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu

c. alas an pengaduan

5
(3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak

menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak

pidana kepada pihak yang berwenang dan /atau menggugat kerugian

perdata ke pengadilan.

4. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit4

Tertuang dalam Bab VIII tentang Kewajiban dan Hak, Pasal 29 tentang

kewajiban rumah sakit:

 Menyelenggarakan rekam medis

 Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi

dan etika serta peraturan perundang-undangan

 Menghormati dan melindungi hak-hak pasien

 Melaksanakan etika rumah sakit

 Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1

sebelumnya dikenakan sanksi administratif berup teguran, teguran

tertulis, atau denda dan pencabutan izin rumah sakit

5. UU No. 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan4

Dalam Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan,

beberapa ketentuan diatur sebagai berikut:

• Berkaitan dengan Kelalaian

Pasal 29 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009: Dalam hal tenaga

kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya,

kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.

• Berkaitan Dengan Perlindungan Pasien

6
Dalam Pasal 56 huruf a disebutkan bahwa setiap orang berhak

menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan

yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami

informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.

 Mengenai Ganti Rugi

Pasal 58 (1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap

seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang

menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam

pelayanan kesehatan yang diterimanya. (2) Tuntutan ganti rugi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga

kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau

pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.

6. UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

2.4 Kriteria Malpraktek

Malpraktek yang dilakukan oleh dokter ada 4 unsur yang menonjol, yaitu:3

1. Dokter telah melakukan kesalahan dalam melaksanakan profesinya

2. Tindakan dokter tersebut dilakukan karena kealpaan atau kelalaian

3. Kesalahan tersebut akibat dokter tidak mempergunakan ilmu pengtahuan

dan tingkat keterampilan yang seharusnya dilakukan berdasarkan standar

profesi

4. Adanya suatu akibat yang fatal yaitu meninggalnya pasien atau pasien

menderita luka berat.

7
2.5 Unsur Malpraktek

Dalam malpraktek kedokteran, ada dua hal yang penting, yaitu unsur

kesengajaan dan pelanggaran. Contoh perbuatan unsur kesengajaan diantaranya

adalah melakukan hal yang tidak benar, menahan-nahan pasien, membuka rahasia

kedokteran tanpa hak, euthanasia, memberikan keterangan palsu dan melakukan

praktek tanpa izin. 4

Unsur pelanggaran terbagi menjadi beberapa poin, yaitu negligence

(kelalaian), malfeasance (pelanggaran jabatan), misfeasance (ketidakhati-hatian)

dan lack of skill (kurang keahlian). Tindakan negligence adalah melakukan

kelalaian sehingga mengakibatkan kerugian pada pasien. Adapun contohnya yaitu

kesalahan pemeriksaan, kekeliruan dalam memberikan penilaian penyakit, salah

menulis dosis resep, dan kesalahan dalam tindakan. Malfeasance berarti melakukan

tindakan yang melanggar hokum atau tindakan yang tidak tepat dan layak,

contohnya adalah melakukan tindakan pengobatan tanpa indikasi yang jelas, dan

mengobati pasien dengan coba-coba tanpa dasar yang jelas. Misfeasance,

melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat

(improper performance). Contohnya melakukan tindakan medis dengan menyalahi

prosedur. Yang terakhir adalah lack of skill, melakukan tindakan diluar kemampuan

atau kompetensi seorang dokter, kecuali pada situasi kondisi sangat darurat. Contoh

tindakannya berupa melakukan pembedahan yang bukan dokter bedah, dan

mengobati pasien diluar spesialisasinya. 4

8
2.6 Sanksi Malpraktek

Bagi tenaga medis yang melakukan malpraktek, maka akan terjerat

pelanggaran Pasak 1365 &1366 KUH Perdata.5

 Pasal 1365 KUH Perdata: Tiap perbuatan melangar hukum yang

membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena

salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti rugi tersebut.

 Pasal 1366 KUH Perdata: Setiap orang bertanggung jawab tidak hanya

atas kerugian yang dia sebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk

kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.

Disamping pasal diatas, tenaga medis yang melakukan malpraktek juga

terjerat pasal 360 ayat (1) dan (2). 5

 Pasal 360 ayat (1): barang siapa karena kesalahannya menyebabkan

orang luka berat, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya

lima tahun atau hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun.

 Pasal 360 ayat (2): barang siapa karena kesalahanya menyebabkan

orang luka sedemikian rupa sehingga orang itu menjadi sakit

sementara atau tidak menjalankan jabatan atau pekerjaannya

sementara, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya

sembilan bulan atau kurungan selama-lamanya enam bulan atau

hukuman denda setinggi-tingginya Rp 4.500-.

Menurut UU RI no. 29 tahun 2004, pasal 69 ayat 3 sanksi disiplin dapat

berupa:

9
 Pemberian peringatan tertulis

 Rekomendasi pencabutan STR atau SIP

 Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi

pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.

2.7 Pencegahan Malpraktek

Adapun dalam mencegah terjadinya malpraktek, sebaiknya dokter gigi jangan

menjanjikan garansi akan keberhasilan upayanya. Mencatat semua tindakan yang

dilakukan dengan rekam medik, dan menjalin komunikasi yang baik dengan pasien,

keluarga dan masyarakat sekitar. Tindakan yang perlu dilakukan dokter gigi yaitu5:

1. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.

2. Mencatat semua tindakan dalam rekam medis.

3. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.

4. .Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala

kebutuhannya.

5. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat

sekitarnya.

10
2.8 Lembaga Terkait Malpraktek

o MDKI adalah lembaga negara yang berwewenang untuk menentukan ada

atau tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter/dokter gigi dalam penerapan

disiplin ilmu kedokteran atau kedokteran gigi dan menetapkan sanksi bagi

dokter atau dokter gigi yang dinyatakan bersalah6

o KKI adalah lembaga yang bertanggung jawab melindungi masyarakat jasa

pelayanan kesehatan dari dr/drg6

o BPPA adalah lembaga pelaksana tugas pembelaan dan pembinaan

pelaksanaan etik kedokteran gigi6

o MKEKI/MKGKG adalah lembaga yang menangani pelanggaran yang

berhubungan dengan kode etik kedokteran6

o PDGI adalah lembaga yang melindungi dan membela drg6

o MPA dan MPD adalah lembaga yang memeriksa keabsahan aduan atau

bukti, menetapkan pelangganan etik/disiplin dan meminta keterangan

tenaga ahli6

2.9 Penyelesaian Malpraktek

Berdasarkan PERMA No. 1 tahun 2008, Mahkamah Agung mendorong

mediasi di Pengadilan menjadi kewajiban bagi para pihak sebelum pemeriksaan

sengketa medis dimulai, hal ini untuk mengurangi penumpukan perkara di

pengadilan. Mediasi dapat menyelesaikan masalah dengan cepat, efektif dan

11
efesien.7,10 Penyelesaian secara mediasi ini dapat dilakukan oleh BPPA, sebagai

usaha melakukan pembelaan terhadap anggota PDGI. 6

Perkara yang ditangani oleh penyidik berkaitan dengan kelalaian berat dan

bersifat kriminal atau ada kesengajaan yang dilakukan oleh dokter gigi dalam

pelayanan kesehatan. 6

Untuk membuktikan adanya kelalaian ada 4 alat bukti yang harus

diperhatikan7 : a) Apakah tindakan medis tersebut sudah sesuai dengan standar

profesi, b) Bagaimana data medis yang tertuang dalam rekam medik pasien

tersebut, c) Apabila telah dibuat visum et repertum, d) Bagaimana pendapat ahli

yang mempunyai keahlian dalam bidang tersebut dengan masalah yang terjadi.5

Pihak penyidik akan mengeluarkan SP3 (Surat Perintah Penghentian

Penyidikan) dan masalah dianggap selesai apabila masalah tersebut telah ditangani

oleh penyidik dan ternyata tidak ada bukti kuat adanya kelalaian. 5

Penasehat hukum yang paham dengan hukum kesehatan diperlukan bilamana

masalah sengketa medis menjadi perkara hukum sampai di sidang pengadilan.

Disamping itu diperlukan juga saksi ahli dan saksi a de charge (yang meringankan)

agar tercapai keputusan yang seadil-adilnya. 5

MKDKI merupakan badan yang ditunjuk oleh KKI untuk menangani kasus-

kasus dugaan pelanggaran disiplin kedokteran atau kedokteran gigi dan menetapkan

sangsi. 5

Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan atau

ketentuan penerapan keilmuan, yang pada hakekatnya dapat dikelompokkan dalam

12
3 hal,2 yaitu: 1) Melaksanakan praktik kedokteran yang tidak kompeten, 2) Tugas

dan tanggung jawab professional pada pasien tidak dilaksanakan dengan baik, 3)

Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan profesi kedokteran. 5

2.10 Akibat Malpraktek

Akibat dari tindakan malpraktek, maka dokter sebagai tenaga medis

mendapatkan konsekuensi terhadap tanggungjawab atas profesinya, baik berupa

tanggungjawab terhadap etik kedokteran maupun berupa tanggungjawab hukum

baik secara pidana, perdata dan administrasi. Dari sisi pasien, merasa dirugikan

akibat kesalahan atau kelalaian dari dokter. 4

2.11 Prinsip Etik dalam Kedokteran Gigi

Dalam kedokteran gigi, ada empat prinsip etik yang berlaku, yaitu prinsip

otonomi, beneficence, maleficence dan justice. Prinsip otonomi merupakan prinsip

moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien. Adapun

bentuk penerapannya adalah dengan menyampaikan kebenaran atau berita yang

sesungguhnya, menghormati hak pribadi orang lain, melindungi informasi yang

bersifat rahasia, mendapat persetujuan untuk melakukan tindakan terhadap pasien

dan membantu pasien dalam membuat keputusan yang penting. Prinsip

beneficience merupakan prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang

ditujukan pada kebaikan pasien. Adapun bentuk penerapan dari prinsip ini adalah

dengan melindungi dan menjaga hak orang lain, mencegah bahaya yang dapat

menimpa orang lain, meniadakan kondisi yan dapat membahayakan orang lain,

13
membantu orang dengan berbagai keterbatasan dan menolong orang yang dalam

bahaya. Prinsip non maleficience yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang

memperburuk keadaan pasien. Yang terakhir prinsip justice, merupakan prinsip

moral yang mementingkan fairness dan keadilan.3

2.12 Jenis Informed Consent

Jenis informed consent ada tiga, terdiri dari persetujuan tertulis, persetujuan

lisan dan persetujuan dengan isyarat. Pada persetujuan tertulis biasanya diperlukan

untuk tindakan medik yang menyangkut risiko besar setelah sebelumnya pihak

pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis serta

risiko yang berkaitan dengannya. Persetujuan lisan diperlukan diperlukan untuk

tindakan medis yang bersifat non-invasif dan tidak mengandung risiko tinggi yang

diberikan leh pihak pasien. Yang terakhir persetujuan isyarat diakukan melalui

isyarat. 3

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Malpraktik merupakan perbuatan atau tindakan yang salah yang

menunjukkan pada sikap keliru terhadap cara pengobatan pasien. Malpraktek

banyak jenisnya antara lain adalah malpraktek etik, yuridis, pidana, dan

administratif yang masing-masing akan diatur sanksinya menurut hukum yang

terkait. Adapun landasan hukum yang paling mendasari malpraktek adalah UU

RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Dalam upaya pencegahan

dan penyelesaian malpraktek, semuanya sudah diatur sesuai dengan hukum-

hukum dan lembaga-lembaga yang nantinya akan terlibat.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca yang sifatnya membangun untuk hasil yang lebih baik dari makalah

ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiriadinata W. Dokter, Pasien dan Malpraktik. Mimbar Hukum. 2014 ;

26(1) : 43-53.

2. Pontoh MR. Penegakan Hukum Pidana terhadap Resiko Medik dan

Malpraktek dalam Pelaksanaan Tugas Dokter. Lex Crime. 2013 ; 11(7) :

74-83.

3. Sariona JN. Akibat Malpraktek dalam Profesi Kedokteran. Jurnal

Perspekif. 2001 ; 6(2) : 92-106.

4. Sugandhi, 1981, KUHP dan Penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya

5. Mangkey MD. 2014. Perlindungan Hukum terhadap Dokter dalam

memberikan Pelayanan Medis. Lex et Societis. Vol 11 (8). P14-21

6. Budi A. Upaya Bantuan dokter gigi dalam menghadapi sengketa medis.

Jurnal PDGI. 2010

16

Anda mungkin juga menyukai