Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL

PERENCANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

“DIARE”

PENYUSUN :

1. Rumi Gunawan KP.13.00979


2. Siti Alifah Yuliana KP.13.00983
3. Bambang Prayogo KP.13.00931
4. Wayan Melly Febrianti KP.13.00984
5. Samuel Dapa Tadi KP.13.00980
6. Maria Venesia Seran KP.13.00956
7. Merlinanda Mirawati Sai KP.13.00963
8. Yulita Abuk Selan KP.13.00988

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
WIRA HUSADA YOGYAKARTA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Penulismemanjatkan puji dan syukuratas kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya lah sehingga proposal pendidikan

kesehatan yang membahas tentang “DIARE”dapat selesai tepat pada waktunya

sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Komunitas.

Penulis menyadari proposal pendidikan kesehatan ini masih jauh dari

harapan pembaca yang mana di dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik

dari sistem penulisan maupun isi.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun sehingga dalam proposal berikutnya dapat

diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal

pendidikan kesehatan ini.Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 13Mei 2016

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO (1980), Diare adalah buang air besar encer atau cair

lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak

dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari.

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk

cairan atau setengah cairan (setengah padat), dengan demikian kandungan air

pada tinja lebih banyak dari biasanya (normal : 100-200 ml/jam tinja) (Ilmu

Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Penerbit FKUI, Jakarta, 1998).

Di Indonesia, angka kematian bayi akibat diare masih cukup tinggi.

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, diare merupakan

penyebab nomor tiga kematian pada bayi, setelah gangguan perinatal dan

penyakit sistem pernapasan sedangkan pada balita, diare merupakan

penyebab kematian nomor dua setelah penyakit sistem pernapasan (Tin

Afifah dkk,2003).

Terjadinya diare disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan satu

sama lain, antara lain faktor lingkungan, gizi, kependudukan, keadaan sosial

ekonomi, dan faktor perilaku masyarakat. Penatalaksanaan yang efektif dan

rasional dapat memperkecil angka kematian penderita diare dengan harapan

tumbuh kembang yang optimal.


B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, diharapkan siswa/siswi dapat

memahami dan mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat dalam

kehidupan sehari-hari terutama bagaimana cara mencuci tangan yang

benar.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan ini siswa/siswi dapat :

a. Menyebutkan pengertian diare

b. Menyebutkan faktor penyebab diare

c. Menyebutkan tanda dan gejala diare

d. Menyebutkan bagaimana pencegahan diare

e. Mempraktikkan cara mencuci tangan yang benar

C. Manfaat

Promosi atau Pendidikan Kesehatan di Sekolah apabila dilakukan secara

kontinyu dan berkesinambungan akan sangat bermanfaat dalam rangka

merubah perilaku dari yang kurang baik kepada yang lebih baik. Satu hal lagi

anak sekolah adalah sebagai agent of change (agen perubahan) yang

diharapkan dapat memberikan motivasi terhadap para orang tua serta anggota

keluarga yang lainnya, cepat atau lambat maka program kesehatan ini akan

dapat dipahami oleh masyarakat luas.Sebagaimana tujuan Promosi Kesehatan

adalah “Knowledge, Attitude, Practice” agar Tahu, Mau dan Mampu


melaksanakan program kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal

ini jajaran/praktisi kesehatn dituntut untuk tidak bosan-bosannya melakukan

Promosi Kesehatan kepada siapapun, dimanapun dan kapanpun.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

 Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali

dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih.

Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga

menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat

berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada

anak dan orang tua. (USAID, 2009).

 Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi

defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi

tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lender. (Suraatmaja,

2007)

 Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal

dalam usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang

menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada

anak yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan diare serta

dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus

(gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (colitis) atau kolon dan usus

(enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare akut dan

kronis (Wong, 2009).


 Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbs dan fungsi sekresi.

(Wong, 2001).

 Diare merupakan masalah yang sangat sering terjadi pada anak-anak.

Diare adalah pola buang air besar yang sering dan tidak padat, yang

berbeda dari pola normal anak. Terkadang diare juga bisa mengandung

darah atau lendir. (Eleana, & Deborah 2013& Neil, 2011).

 Diareadalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal > 3

kali/hari, serta perubahan isi/volume (>200 gr/hari) dan konsistensi feses

cair (Brunner dan Suddarth, 2002).

 Diareadalah defekasi encer >3 kali /hari dengan atau tanpa darah dan atau

lendir dalam tinja (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).

 Diareadalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang

terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan

bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2001).

 Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung

selama <7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Kapita

Selekta Kedokteran, 2000).

 Diare melanjut atau berkepanjanganadalah episode diare akut yang

melanjut hingga berlangsung selama 7-14 hari (Kapita Selekta

Kedokteran, 2000).

 Diare persisten atau kronikadalah episode diare yang mula-mula bersifat

akut namun berlangsung selama 14 hari atau lebih (Kapita Selekta

Kedokteran, 2000).
 Disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinja (Kapita Selekta

Kedokteran, 2000).

B. Klasifikasi

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi

empat kelompok yaitu:

1. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari

(umumnya kurang dari tujuh hari).

2. Disentri: yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.

3. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari

secara terus menerus.

4. Diare dengan masalah lain: anak yang menderita diare (diare akut dan

persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan

gizi atau penyakit lainnya.

Menurut Suraatmaja, (2007) dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Berdasarkan lamanya diare:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

Diare akut dapat mengakibatkan:

 Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang

menyebabkan dehidrasi, asidosis ocialc dan hipokalemia,

 Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik

sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah,


 Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan

karena diare dan muntah (Soegijanto, 2002).

b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan

kehilangan BB atau BB tidak bertambah (failure to thrive) selama masa

diare tersebut.

2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:

a. Diare sekresi (secretory diarrhea)

b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)

C. Etiologi

2. Infeksi virus(Rotavirus, Adenovirus), bakteri (E. Colli, Salmonella,

Shigella, Vibrio dll), parasit (protozoa: E. hystolitica, G. lamblia; cacing:

Askaris, Trikurus; Jamur: Kandida) melalui fekal oral : makanan,

minuman,yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja

penderita.

3. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.

4. Makanan : alergi makanan, basi atau keracunan makanan.

5. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : AIDS.

6. Faktor lingkungan dan perilaku.

7. Psikologi : rasa takut dan cemas (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)


D. Patofisiologi / Pathway

Spesies bakteri tertentu menghasilkan eksotoksin yang mengganggu

absorbsi usus dan dapat menimbulkan sekresi berlebihan dari air dan

elektrolit. Ini termasuk baik enterotoksin kolera dan E. Coli. Spesies E. Coli

lain, beberapa Shigella dan salmonella melakukan penetrasi mukosa usus

kecil atau kolon dan menimbulkan ulserasi mikroskopis. Muntah dan diare

dapat menyusul keracunan makanan non bakteri.Diare dan muntah

merupakan gambaran penting yang mengarah pada dehidrasi, akibat

kehilangancairan ekstrvaskuler dan ketidakseimbangan

elektrolit.Keseimbangan asam basa terpengaruh mengarah pada asidosis

akibat kehilangan natrium dan kalium dan ini tercermin dengan pernafasan

yang cepat.(Sacharin, R.M, 1996).

Patogen usus menyebabkan sakit dengan menginvasi mukosa usus,

memproduksi enterotoksin, memproduksi sitotoksin dan menyebabkan

perlengketan mukosa yang disertai dengan kerusakan di menbran

mikrovili.Organisme yang menginvasi sel epitel dan lamina propria

menimbulkan suatu reaksi radang local yang hebat.Enterotoksin

menyebabkan sekresi elektrolit dan air dengan merangsang adenosine

monofosfat siklik di sel mukosa usus halus.Sitotoksin memicu peradangan

dari sel yang cedera serta meluaskan zat mediator radang.Perlengketan

mukosa menyebabkan cedera mikrivili dan peradangan sel bulat di lamina

propria. Bakteri yang tumbuh berlebihan di usus halus juga mengganggu

mukosa usus. Bakteri menghasilkan enzim dan hasil metabolisme untuk


menghancurkan enzim glikoprotein pada tepi bersilia dan menggangggu

pengangkutan monosakarida dan elektrolit. Cedera vili menyebabkan lesi

mukosa di sana sini yang disertai dengan segmen atrofi vili subtotal dan

respon radang subepitel yang mencolok. (Wahab, A Samih, 2000).


E. Manifestasi klinis

1) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer : Tinja

mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah

kehijauan karena bercampur dengan empedu. Daerah anus dan sekitarnya

timbulluka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat

laktosa yang tidak diabsorbsiusus selama diare.

2) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas

kulitmenurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa

kering.Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, napsu

makan berkurang kemudian timbul diare.

3) Mual dan muntah:Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare

dan dapat disebabkan karenalambung turut meradang atau akibat

gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

4) Kram abdominal, demam, menurun atau tidak ada pengeluaran urine :

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,

tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat

paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang

adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan

hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang

berlanjut.

5) Anoreksia,lemah,pucat, Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan

pernapasan cepat :Bila dehidrasi terus berlanjut dapat terjadi renjatan

hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi


cepat dan lemah bahkan tidak teraba, tekanan darah menurun, klien

tampak lemah dengan kesadaran menurun. Karena kekurangan cairan.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan

asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang

merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat

dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul).

Tabel 1.1 Penilaian Derajat Dehidrasi (Mansjoer, 2000).

Penilaian Ringan Sedang Berat

Lesu, lunglai atau tidak


Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel
sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Tidak ada Kering

Mulut dan lidah Basah Kering Tidak ada, sangat kering

Minum biasa, Haus, ingin minum


Rasa haus Malas
tidak haus banyak

Turgor kulit Kembali kembali lambat Kembali sangat lambat

Dehidrasi ringan, bila


Hasil Bila ada satu tanda ditambah
Tanpa dehidrasi ada tanda ditambah satu
pemeriksaan satu atau lebih tanda lain
atau lebih tanda lain
F. Komplikasi

 Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic

 Syok

 Kejang

 Sepsis

 Gagal Ginjal Akut

 Ileus Paralitik

 Malnutrisi

 Gangguan tumbuh kembang

G. Prognosis

Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan

terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya

sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal.Seperti

kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan kepada anak-anak

dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare

infeksius < 1,0%. Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas

1,2% yang berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.


H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai

berikut :

1. Leukosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal

terhadap diare kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi

intestinal. Kultur Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk

menentukan adanya infeksi. Jika pasien dalam keadaan

immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma yang tidak biasa

seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium Intracellulare. Pada pasien

yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle harus diperiksa.

2. Volume Feses : Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit,

infeksi enteric atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab

diare. Feses 24 jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian.

Sekali diare harus dicatat (>250 ml/day), kemudian perlu juga ditentukan

apakah terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi lemak.

3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat

feses >300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari

1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari

10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.

4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan

suatu steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak

merah orange per ½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah

positif. False negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test
standard untuk mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya dilakukan

pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat disebabkan

malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.

5. Osmolalitas Feses: Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare

osmotic atau diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus

diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah –290 mosm. Osmotic gap

feses adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces

(Na&K) dimana nilai normalnya <50 mosm. Anion organic yang tidak

dapat diukur, metabolit karbohidrat primer (asetat,propionat dan butirat)

yang bernilai untuk anion gap, terjadi dari degradasi bakteri terhadap

karbohidrat di kolon kedalam asam lemak rantai pendek. Selanjutnya

bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul dalam suatu tempat. Jika

feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas diperiksa, osmotic gap

seperti tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah

biasanya menunjukkan diare sekretori.

6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses: Untuk menunjukkan adanya

Giardia E Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan

cyclospora yang dideteksi dengan modifikasi noda asam.

7. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED

yang meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan

mengesankan suatu protein losing enteropathy akibat inflamasi

intestinal.Skrining awal CBC,protrombin time, kalsium dan karotin akan

menunjukkan abnormalitas absorbsi. Fe,VitB12, asam folat dan vitamin


yang larut dalam lemak (ADK). Pemeriksaan darah tepi menjadi

penunjuk defak absorbsi lemak pada stadium luminal, apakah pada

mukosa, atau hasil dari obstruksi limfatik postmukosa. Protombin

time,karotin dan kolesterol mungkin turun tetapi Fe,folat dan albumin

mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah mukosa primer dan normal

jika malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau obstruksi limfatik.

8. Tes Laboratorium lainnya: Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat

diperiksa seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison

Syndrome), calcitonin (medullary thyroid carcinoma), cortisol

(Addison’s disease), anda urinary 5-HIAA (carcinoid syndrome).

9. Diare Factitia: Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi

feses dengan NaOH yang kan berubah warna menjadi merah. Skrining

laksatif feses terhadap penyebab lain dapat dilakukan pemeriksaan

analisa feses lainnya. Diantaranya MgSO4 dan PO4 dapat mendeteksi

katartik osmotic seperti MgSO4, Mgcitrat Na2SO4 dan Na2PO4.

I. Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan

mengobati dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat

kerusakan mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta

mengobati penyakit penyerta.Untuk memperoleh hasil yang baik pengobatan

harus rasional.
J. Pencegahan Diare

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat

dilakukan adalah: (Kementrian Kesehatan RI, 2011)

1. Perilaku Sehat

a. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi.Komponen zat makanan

tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan

diserap secara optimal oleh bayi.ASI saja sudah cukup untuk menjaga

pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang

dibutuhkan selama masa ini.

b. Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap

mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian

makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap

kapan, apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.

Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan

pendamping ASI, yaitu:

 Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat

teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak

berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x

sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang

dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI

bila mungkin.
 Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-

bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan,

daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau

ke dalam makanannya.

 Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi

anak dengan sendok yang bersih.

 Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang

dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

 Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

 Ambil air dari sumber air yang bersih.

 Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan

gayung khusus untuk mengambil air.

 Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi

anak-anak.

 Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih).

 Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang

bersih dan cukup.


c. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.Mencuci

tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah

membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum

menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam

kejadian diare (Menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%).

d. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya

penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

risiko terhadap penyakit diare.Keluarga yang tidak mempunyai jamban

harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

 Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat

dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

 Bersihkan jamban secara teratur.

 Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

e. Membuang Tinja Bayi Yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya.Hal ini

tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada

anak-anak dan orang tuanya.Tinja bayi harus dibuang secara benar.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga:

 Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban


 Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di

jangkau olehnya.

 Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti

di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.

 Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan

dengan sabun.

f. Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah

agar bayi tidak terkena penyakit campak.Anak yang sakit campak

sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat

mencegah diare.Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera

setelah bayi berumur 9 bulan.

2. Penyehatan Lingkungan

a. Penyediaan Air Bersih

Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan

melalui air antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit

kulit, penyakit mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan

air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam

memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga

kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit

tersebut, penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah tangga

harus tersedia.Disamping itu perilaku hidup bersih harus tetap

dilaksanakan.
b. Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya

vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb.Oleh karena itu

pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan

penyakit tersebut.Tempat sampah harus disediakan, sampah harus

dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan

sementara.

c. Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus

dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan

penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat

akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi

tempat perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat

berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk

daerah yang endemis filaria.


BAB III

PERENCANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

A. SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN

Pokok Bahasan :Diare

Sub Pokok Bahasan :

1. Pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

pencegahan, pengobatan penyebab Diare.

2. 7 langkah cara mencuci tangan yang benar.

Waktu : 30 Menit

Sasaran : Siswa SD Kelas 3

Hari / Tanggal : Sabtu, 12 Mei 2016

Tempat : SDNegeri1 Brengosan

Pelaksana : Rumi Gunawan


Siti Alifah Yuliana
Bambang Prayogo
Wayan Melly Febrianti
Samuel Dapa Tadi
Maria Venesia Seran
Merlinanda Mirawati Sai
Yulita Abuk Selan
Tujuan Instruksional Umum :

Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan siswa/i di

SDNegeriBrengosan 1dapat menjelaskan kembali tentang penyakit diare, dan

dapat mengubah perilaku mereka menjadi seorang siswa yang lebih bersih

dan sehat, serta dapat mendemonstrasikan 7 langkah cara mencuci tangan

yang benar.

Tujuan Instruksional Khusus :

a. Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan dan

pengobatan dari penyakit Diare?

b. Menyebutkan dan mendemonstrasikan 7 langkah cara mencuci tangan

dengan benar?

Metode :

Ceramah, demonstrasi, tanya jawab

Media :

Laptop, Power Point, LCD, dan Leaflet.


Materi :

A. Definisi

Diare adalah buang air besar lebih dari 3x dalam sehari dan cair.

B. Faktor Penyebab

 Virus dan bakteri

 Makanan yang kurang bersih dan pedas

 Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan maupun BAB

 Tidak menggunakan air yang bersih

 Tidak menggunakan jamban yang sehat

 Keadaan yang stress dan cemas

 Membuang sampah disembarang tempat

C. Tanda dan Gejala

1) Sering BAB dan bentuknya cair

2) Sakit perut

3) Demam

4) Mual dan muntah

5) Nafsu makan menurun

6) Kulit dan bibir kering, mata cekung dan terlihat lemas dan pucat

7) Nadi dan pernapasan cepat

D. Pencegahan

1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan maupun BAB

2) Biasakan BAB dijamban yang bersih

3) Hindari makanan yang pedas dan makanan yang kurang bersih


4) Minum air yang sudah direbus

5) Buanglah sampah pada tempatnya

E. 7 Langkah Mencuci Tangan yang Benar

1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air

yang mengalir, ambil sabun kemudian sap dan gosok kedua telapak

tangan secara lembut.

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.

3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari sampai bersih.

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan.

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.

7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara

memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan

dengan air bersih yang mengalir lalu dikeringkan menggunakan

handuk atau tisu.

F. Pengobatan Diare di Rumah

Pengobatan sederhana diare di rumah bisa diberikan larutan gula garam

(oralit). Manfaatnya yaitu :

1. Untuk penanganan pertama terjadi diare di rumah.

2. Agar buang air besar (BAB) tidak cair lagi.


Kegiatan Belajar :

TAHAP
KEGIATAN PELAKSANA KEGIATAN KLIEN WAKTU
KEGIATAN

1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam

2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan


Pendahuluan 5 Menit
3. Apersepsi 3. Mendengarkan

4. Menjelaskan tujuan 4. Memperhatikan

1. Penyampaian Materi 1. Mendengarkan

a. Pengertian diare

b. Penyebab diare

c. Tanda dan gejala diare

d. Pencegahan diare

Penyajian e. Cara mencuci tangan yang


15 Menit
Materi benar

f. Pengobatan diare dirumah

2. Memberi kesempatan untuk 2. Bertanya

audien untuk bertanya dan

mencoba melakukan

demonstrasi

1. Menyimpulkan Materi 1. Mendengarkan

2. Memberikan pertanyaan 2. MenjawabPertanyaan


Penutup 10 Menit
evaluasi

3. Mengucapkan salam 3. Menjawab salam


Pertanyaan Evaluasi :

1. Apa yang dimaksud dengan diare?

2. Apa saja faktor penyebab dari diare?

3. Apa saja tanda dan gejala dari diare?

4. Bagaimana pencegahan diare?

5. Bagaimana 7 langkah mencuci tangan yang benar?

Sumber Kepustakaan :

1. Budi Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006,

Prima Medika.

2. Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

3. Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)

Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River.

4. The Ohio State University Medical Center. 2006. Diarrhea. Diakses pada

www.healthinfotranslations.com.

5. Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-

2006. Jakarta: Prima Medika.

6. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

2008. Buku Saku Petugas Kesehatan LINTAS DIARE. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.
B. SETTING TEMPAT KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

PAPAN TULIS

Keterangan :

: Penyaji terdiri dari 3 orang pemateri teori dan 2 orang sebagai peraga (demonstrasi)

: Moderator / notulen

: Dokumentasi / observer

: Peserta (Murid SD Kelas 4) terdiri dari 20 siswa


DAFTAR PUSTAKA

1. Budi Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Prima

Medika.

2. Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

3. Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)

Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River.

4. The Ohio State University Medical Center. 2006. Diarrhea. Diakses pada

www.healthinfotranslations.com.

5. Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.

Jakarta: Prima Medika.

Anda mungkin juga menyukai