POST PARTUM
3. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi plasenta. Pada hari-hari
pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat pelepasan desidua dan selaput janin
4. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
a. Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel dari desidua,
verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
b. Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca
persalinan
c. Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
5. Sistem Endokrin
Terjadi penurunan kadar HPL (Human Plasental Lactogen), estrogen dan kortisol serta
plasenta enzyme insulinase sehingga kadar gula darah menurun pada masa puerperium. Kadar
estrogen dan progesteron menurun setelah plasenta keluar. Kadar terendahnya dicapai kira-kira 1
minggu post partum. Penurunana ini berkaitan dengan pembengkakan dan diuresis cairan
ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama hamil. Pada wanita yang tidak menyusui estrogen
meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui
pada post partum hari ke- 17.
b. Perubahan Psikologis
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu sebagai berikut
:
1. Periode Taking In
a. Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
b. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang baik.
c. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatru kebutuhan dapat
dipenuhi orang lain.
d. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
e. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara berulang-ulang
f. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk memulihkan
keadaan tubuhnya seperti sediakala.
g. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan kurangnya nafsu makan
menandakan ketidaknormalan proses pemulihan.
3. Periode Letting Go
a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
b. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
c. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya
d. Keinginan untuk merawat bayi meningkat
e. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya, keadaan ini
disebut baby blues
4. Etiologi
1. Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
a. Atonia Uteri
b. Retensi Plasenta
c. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
§ Pelekatan yang abnormal (plasenta akreta dan perkreta).
§ Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia).
d. Trauma jalan lahir
§ Epiostomi yang lebar
§ Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim.
§ Rupture uteri.
e. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia / hipofibrinogenemia. Tanda yang
sering dijumpai yaitu :
§ Perdarahan yang banyak,
§ Solusio Plasenta,
§ Kematian janin yang lama dalam kandungan,
§ Pre eklampsia dan eklampsia.
§ Infeksi, hepatitis dan syok septic.
f. Hematoma
g. Inversi Uterus
Kekurangan :
Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang
baik.Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan dengan luka SC
profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan,
sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.
Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah
mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun.
Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka
dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
6. Manifestasi klinis
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (>
500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi
syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera
setelah anak lahir (perarahan postpartum primer). Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok
(tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-
lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir,
kontraksi uteru baik, plasenta baik.. Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera,
kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan,
inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah)
tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik
tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio Uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat
(jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.Gejala yang kadang-
kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat.
Komplikasi dari sasio sesaria
a. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina ikut
terbuka atau karena atonia uteri
Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih
banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
7. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal
ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan
penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara
nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta
lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks
agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi
dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal
2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3
minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan
dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul
sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami
imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
8. Pathway
9. Pemeriksaan medis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki
“bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of
labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang disebut
“false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur darah
(bloody shoe).
10. Komplikasi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1) Atonia Uteri
2) Retensi Plasenta
- Rupture uteri
5) Penyakit darah
Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasie sesio sesaria adalah seperti kenaikan suhu
selama beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis
dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala
infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu
(partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi
dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali,
terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan bekas luka post op sc
b. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada kandung kemih
c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan
ketahanan, ketidaknyamana fisik
d. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap
bakteripembedahan
3. Intervensi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri hilang, berkurang
Kriteriahasil:
-Klienmengungkapkannyeriberkurang
-Klien tampak tenang
Intervensi Rasional
a. Kaji karakteristik, skala nyeri a. untuk mengetahui skala nyeri dan
memberikan tindakan selanjutnya
b. Motivasi untuk mobilisasi sesuai b. memperlancar pengeluaran
indikasi lochea, mempercepat involusi dan
mengurangi nyeri secara bertahap.
c. Untuk mengatur rasa nyeri luka
c. Anjurkan penggunaaan teknik post op
relaksasi. d. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyer
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, ibu tidak mengalami
gangguan eliminasi (BAK)
Kriteria Hasil : ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat BAK,
jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi Rasional
a. Kaji dan catat cairan masuk dan a. mengetahui balance cairan pasien
keluar tiap 24 jam. sehingga diintervensi dengan tepat.
b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post b. melatih otot-otot perkemihan.
partum. c. agar kencing yang tidak dapat
c. Berikan teknik merangsang keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak
berkemih seperti rendam duduk, alirkan ada retensi.
air keran. d. mengurangi distensi kandung
d. Kolaborasi pemasangan kateter. kemih.
c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan
ketahanan, ketidaknyamana fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan ibu dapat
memenuhi ADLnya dengan mandiri
Kriteria hasil :
- Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya
- Kebutuhan ADL terpenuhi
Intervensi Rasional
a. Bimbing dan demonstrasikan pada ibu
a. Bimbingan dan demonstrasi yang
tentang bagaimana cara melakukan benar dapat memberi contoh bagi ibu
perawatan diri untuk dapat melakukannya dengan baik
bila telah pulang dari rumah sakit
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan
menyusui.
Kriteria hasil : ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervensi Rasional
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan a. membantu dalam mengidentifikasi
pengalaman ibu tentang menyusui kebutuhan saat ini agar
sebelumnya. memberikan intervensi yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang
teknik menyusui
b. posisi yang tepat biasanya mencegah
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting luka/pecah putting yang dapat merusak
setelah menyusui dan mengganggu.