Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Populasi merupakan keseluruhan objek/subjek penelitian, sedangkan sampel


merupakan sebagian atau wakil yang memiliki karakteristik representasi dari
populasi. Untuk dapat menentukan atau menetapkan sampel yang tepat diperlukan
pemahaman yang baik dari peneliti mengenai sampling, baik penentuan jumlah
maupun dalam menentukan sampel mana yang diambil. Kesalahan dalam
menentukan populasi akan berakibat tidak tepatnya data yang dikumpulkan
sehingga hasil penelitian pun tidak memiliki kualitas yang baik, tidak
representatif, dan tidak memiliki daya generalisasi yang baik. Pemahaman
peneliti mengenai populasi dan sampel merupakan hal yang esensial. Populasi
yang tidak pernah diketahui dengan pasti jumlahnya disebut “Populasi Infinitif”
atau tidak terbatas dan populasi yang diketahui dengan pasti jumlahnya (Populasi
yang dapat diberi nomor identifikasi, misalnya murid sekolah, pasien rumah sakit,
disebut “Populasi finit”.
Suatu kelompok objek yang berkembang terus (Melakukan proses sebagai
akibat kehidupan atau proses kejadian) adalah populasi infinitif. Misalnya
penduduk suatu negara adalah populasi infinit karena setiap waktu terus berubah
jumlahya. Apabila penduduk tersebut dibatasi dalam waktu dan tempat, maka
populasi yang infinit bisa berubah menjadi populasi yang finit. Misalnya
penduduk suatu negara adalah populasi yang infinit karena setiap waktu terus
berubah jumlahnya. Apabila penduduk tersebut dibatasi oleh waktu dan tempat,
maka populasi yang infinit bisa berubah menjadi populasi yang finit.
Umumnya populasi yang infinit adalah teori saja, sedangkan kenyataan
dalam prakteknya semua benda hidup tergolong populasi yang finit. Bila
dinyatakan bahwa 60% penduduk Indonesia adalah petani, ini berarti bahwa
dalam 100 orang penduduk Indonesia, ada 60 orang petani. Hasil pengukuran atau
karakteristik dari populasi itu disebut “Parameter”. Jadi, populasi yang didapat

1
harus didapat harus didefinisikan dengan jelas termasuk didalamnya ciri dimensi
waktu dan tempat.
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (menurut
arti kata sampel berarti contoh)
Pengambilan sampel dilakukan dalam rangka
1. Penghematan biaya, tenaga, dan waktu.h mudah
2. Memberi informasi yang lebih banyak dan mendalam
3. Lebih cepat dan lebih mudah
4. Dapat ditangani lebih teliti
Pengambilan sampel merupakan satu-satunya jalan yang harus dipilih,
(tidak mungkin mempelajari seluruh populasi) misalnya :
1. Mencicipi duku yang dibeli
2. Mencicipi garam di dapur,

1.2 Tujuan
Agar sampel yang diambil dari populasinya “representatif” atau mewakili
agar diperoleh informasi yang cukup untuk mengestimasi populasinya.
Tujuan pengambilan sampel
1.2.1 Tujuan umum :
1. Dalam rangka menarik kesimpulan dalam populasi, oleh karena itu,
sampel yang diambil harus dapat mewakili (representatif) populasi.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Untuk memudahkan proses penelitian. Karena populasi terlalu banyak
2. Menghindarkan terjadinya bias, kesalahan dalam proses penelitian.
3. Untuk menghemat biaya dan tenaga serta waktu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING)

Penentuan sampel merupakan langkah penting dalam penelitian kuantitatif,


konsep dasar dari penentuan sampel adalah bahwa agregasi dari orang, rumah
tangga atau organisasi yang sangat besar dapat dikaji secara efektif dan efisien
serta akurat melalui pengkajian yang terinci dan hati-hati pada sebagian agregasi
yang terpilih. Agregasi (Keseluruhan) disebut populasi atau universe yang terdiri
dari unit total informasi yang ingin diketahui. Dari populasi yang ingin dikaji
kemudian ditentukan sampelnya, melalui prosedur sampling yang sesuai dengan
karakteristik populasinya.

Penelitian bidang sosial dan Pendidikan banyak dilakukan dengan


menggunakan sampel (Sampling Methods), hal ini tidak hanya karena alasan biaya
dan waktu, tapi juga untuk menghindari kekeliruan akibat pengumpulan,
pemrosesan dan penganalisaan data dari agregasi yang sangat besar. Dengan
penarikan sampel maka estimasi dapat dilakukan serta hipotesis dapat diuji yang
hasilnya dapat berlaku terhadap populasi darimana sampel itu diambil. Pengkajian
terhadap sampel pada dasarnya dimaksudkan untuk menemukan generalisasi atas
populasi atau karakteristik populasi (Parameter), sehingga dapat dilakukan
penyimpulan (inferensi) tentang universe, oleh karena itu penarikan sampel
jangan sampai bias dan harus menggambarkan seluruh unsur dalam populasi
secara proporsional, hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan kesempatan
yang sama pada seluruh elmen dalam populasi.

Adapun langkah-langkah dalam penentuan sampel adalah :

1) Mendefinisikan populasi yang akan dijadikan obyek penelitian


2) Menentukan prosedur sampling
3) Menentukan besarnya sampel

pendefinisian populasi merupakan langkah pertama yang sangat penting,


dari sini dapat tergambar bagaimana keadaan populasi, sub-sub unit populasi,
karakteristik umum populasi serta keluasan dari populasi tersebut. Dalam

3
hubungan ini perlu dibedakan antara populasi target (Target/actual population)
dan populasi terjangkau (Accessible population), populasi target adalah populasi
yang ingin digeneralisasi oleh peneliti, sedangkan populasi terjangkau adalah
populasi yang dapat digeneralisasi oleh peneliti, target populasi merupakan
pilihan ideal dan populasi terjangkau merupakan pilihan yang realistis. Sesudah
diperoleh gambaran tersebut kemudian ditentukan prosedur apa yang akan diambil
dalam penentuan sampel, sesudah langkah ini baru kemudian ditentukan besarnya
sampel yang akan dijadikan obyek penelitian.

Penentuan prosedur sampling (Sampling Method) yang akan dipergunakan


pada dasarnya sebagian besar tergantung pada ada tidaknya kerangka sampel
(Sampling Frame : daftar unit-unit analisis dari populasi yang akan diambil
sampelnya)) yang lengkap dan akurat, jika tidak demikian maka diperlukan
pembaruan daftar tersebut agar sampel dapat benar-benar menjadi representasi
dari populasi

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah bahwa


semakin sempit (sedikit) peneliti mendefinisikan (membatasi) populasi semakin
efisien dalam waktu dan dana, namun semakin terbatas kemampuan melakukan
generalisasi, untuk itu peneliti harus mencari jalan yang efisien dalam waktu dan
dana serta kemampuan generalisasi yang lebih luas, dan untuk menghindari
kekeliruan pembaca, maka peneliti perlu menggambarkan populasi dan sampel
secara rinci, sehingga orang yang membaca hasil penelitian dapat menentukan
daya terap (Aplicability) penemuan hasil penelitian terhadap situasi yang berbeda.

Sebagaimana diketahui bahwa terdapat banyak metode pengambilan sampel


yang dapat dilakukan dengan caranya sendiri-sendiri, namun dalam prakteknya
cara pengambilan sampel campuran (Multistage sampling) banyak juga
dipergunakan dalam penelitian, karena masing-masing cara terkadang diperlukan
dalam tahap-tahap tertentu. Untuk tujuan-tujuan penyimpulan (inference)
persyaratan yang paling penting adalah perlunya sampel diambil secara random
(Probability samples), dimana setiap elemen populasi punya kesempatan yang
sama (Fair Chance) untuk terpilih menjadi sampel (Nonzero probability of
selection), sifat random bermakna penggunaan metode probabilitas yang tidak
bias dalam memilih sampel.

4
2.1.1 Random Sampling
1) Pengambilan sampel secara acak sederhana (Simple random
sampling)

Pengambilan sampel secara acak sederhana adalah pengambilan sampel


sedemikian rupa sehingga sehingga setiap unit dasar (individu) mempunyai
kesempatanyangsamauntukdiambilsebagaisampel.
Prosedur yang cukup akurat untuk pengambilan sampel secara acak adalah
dengan menggunakan tabel angka acak (Table of random numbers), disamping itu
dapat pula dilakukan dengan cara mengundi.Pengambilan sampel acak yang
dilakukan sesuai prosedur sama sekali bukan jaminan bahwa suatu sampel akan
menjadi representasi sempurna dari populasi, karena bisa saja terjadi pengambilan
sampel secara random dalam kenyataannya menghasilkan suatu sampel yang unik,
akan tetapi perlunya pengambilan sampel secara acak harus dipahami dalam
konteks proses kemungkinan, apabila sampel acak diambil dari suatu populasi
secara berulang-ulang, maka secara umum seluruh sampel tersebut akan mampu
memberikan estimasi yang lebih akurat terhadap populasi, demikian juga
variabilitas atau kekeliruan dapat diestimasi dan uji signifikansi statistik juga
menunjukan probabilitas hasil dengan mempertimbangkan kekeliruan
pengambilan sampel (Sampling Error).
Syarat :

 Harus mempunyai unit dasar atau sampling


 Populasi tersebar

Keuntungan :

Pengambilan sampel acak sederhana mempunyai beberapa keuntungan


antara lain :

 Ketepatan yang tinggi artinya setiap unit sampel mempunyai


probabilitas yang sama untuk diambil sebanyak untuk diambil sebagai
sampel
 Kesalahan sampling dapat ditentukan secara kuantitatif.
 Dapat dilakukan pada populasi yang besar.

Kelemahan :

5
Pengambilan sampel secara acak sederhana membutuhkan waktu, tenaga,
biaya yang sangat besar.

Cara pengambilan sampel tergantung besar populasi


 Bila populasi kecil (dilakukan secara lotre) dibuat daftar semua unit
sampel
 Beri nomor secara berurutan
 Semua unit sampel di tulis pada gulungan kertas

Sedangkan pengambilan sampel dengan populasi besar dilakukan dengan


menggunakan tabel bilangan random dengan cara sebagai berikut :

 Tentukan besarnya populasi studi


 Buat daftar unit sampling (sampling frame)
 Semua sampling unit diberi nomor urut agar mudah dalam
mencocokkan
 Pengambilan sampel pertama, tentukan sembarang angka yang terdapat
pada tabel nomor random kemudian ambil kolom sebelahnya yang
sesuainya dengan banyaknya digit populasi.

Contoh :

Contoh acak sebanyak n=9 catatan rekening pasien yang dimiliki Rumah
Sakit AAA diambil untuk menduga rata-rata jumlah uang dari N=484 rekening
yang ada. Contoh-contoh yang terambil ada pada tabel berikut:

Objek Jumlah Uang


Y1 33.5
Y2 32.0
Y3 52.0
Y4 43.0
Y5 40.0
Y6 41.0
Y7 45.0
Y8 42.5
Y9 39.0

Dugalah μ, rata-rata jumlah uang dan hitung bound of error pada penduga
tersebut.

Jawab :

6
∑9𝑖=1 𝑦𝑖 368
𝑦̅ = = = 40,89
9 9
Untuk mencari bound of error dari penduganya, kita terlebih dahuluharus
menghitung 𝑠 2

∑9𝑖=1 𝑦𝑖2 − (∑9𝑖=1 𝑦𝑖 )2⁄


2
∑9𝑖=1(𝑦𝑖 − 𝑦̅) 2
9 = 1 [15332,50 − 368 ] = 35,67
𝑠 = =
𝑛−1 8 8 9

bound of error pada penduga μ

𝑠2 𝑁 − 𝑛 35,67 484 − 9
2√𝑉̂ (𝑦̅) = 2√ ( ) = 2√ ( ) = 3,94
𝑛 𝑁 9 484

2) Pengambilan Sampel Acak Stratifikasi (Stratified Random Sampling)

Populasi dibagi-bagi menjadi beberapa bagian/ subpopulasi/ stratum.


Angota-anggota dari sub-populasi (stratum) dipilih secara random, kemudian
dipilihsecara random, kemudian dijumlahkan

Pengambilan sampel dilakukan dengan membagi populasi ke dalam


beberapa strata, dimana setiap strata adalah homogen. Antar strata ada sifat yang

Berbeda kemudian dilakukan dengan pengambilan sampel pada setiap


strata yang berbeda

Ciri-ciri:

Deviasi standar lebih kecil dibandingkan dengan pengambilan sampel acak


sederhana. Hal ini dapat terjadi bila pengelompokan dilakukan sedemikian rupa
sehingga dalam satu kelompok mempunyai perbedaan yang sangat kecil mungkin,
sedangkan perbedaan antarkelompok yang sebesar mungkin dan pengambilan
sampel dilakukan secara proposional.

Pengambilan sampel acak dengan stratifikasi akan lebih efekti bila dalam
distribusi populasi terdapat nilai ekstrim dianrtara kelompok itu sendiri.Setiap unit
mempunyai peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel.

Keuntungan :

7
Keuntungan menggunakan pengambilan acak dengan stratifikasi adalah
ketepatan yang lebih tinggi dengan simpangan baku

Proportionate stratified random sampling

Suatu cara pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasi tidak
homogen yang terdiri atas kelompok homogen atau berstrata yang kurang secara
proporsional.

Dispropotinate stratified random sampling

Suatu cara pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasi tidak
homogeny terdiri atas kelompok homogen atau berstrata kurang secara
proporsional.

Misalkan kita bermaksud memperkirakan penghasilan rata-rata pertahun


dari (N = 30.000) kepala keluarga yang bermukim di suatu wilayah pedesaan atau
pertanian. Perkiraan penghasilan rata-rata ini akan didasarkan pada sebuah sampel
berukuran (η = 60). Misalnya populasi itu dapat dibagi-bagi menjadi beberapa
strata, yakni : petani, buruh tani, dan lain-lain.

Stratum Macam Pekerjaan Banyaknya

1 Petani 15.000

2 Buruh Tani 10.000

3 Lain-lain 5.000

Jumlah 30.000

Dari stratum pertama kemudian diambil sebuah sampel random, dari statum
kedua juga diambil sebuah sampel random demikian juga pada stratum ke tiga.
Hasilnya kemudian digabungkan menjadi sebuah sampel yang diperlukan untuk
memperkirakan penghasilan rata-rata pertahun.

Apabila pengambilan banyak individu dari setiap stratum ditentukan


sebanding dengan ukuran-ukuran tiap stratum dan pengambilannya dilakukan
secara random, dinamakan (Proportional Random Sampling). Misalnya dari
contoh tersebut populasi sebanyak 30.000 akan diambil sebuah sampel berukuran
60. Anggota sampel sebesar 60 ini adalah 1/5 % dari ukuran populasi. Maka dari
stratum petani perlu diambil secara random sebanyak 1/5% dari 15.000 atau 30
orang, dari stratum buruh tani sebanyak 1/5% dari 10.000 atau 20 orang dan dari
stratum lain-lain sebanyak 1/5% dan dari stratum laim-lain sebanyak 1/5 % dari
sebanyak 1/5 % dari 5000 orang atau 10 orang. Jumlah seluruhnya 60 orang,
sebanyak sampel yang dikehendaki (Djarwanto, 1985 : 86).

8
Misalnya kita menghendaki sebuah sampel berukuran 85 dari sebuah
populasi yang berukuran 850. Setelah setiap individu dari populasi itu diberi
nomor urut 001 sampai dengan 850. Maka bagilah individu menjadi 85 kumpulan
(sub-populasi) dimana setiap kumpulanSub-populasi pertama berisi individu
bernomor 001 sampai dengan 010 sampai dengan 010, sub populasi kedua berisi
individu dengan nomor 011 sampai dengan 020 dan seterusnya sampai sub
populasi yang ke-85 berisi individu dengan nomor 841 sampai dengan 850. Dari
subpopulasi pertama kita gunakan “tabel bilangan random” untuk mendapatkan
sebuah anggota dari sampel yang dikehendaki. Misalkan jatuh pada nomor 005,
maka dari subpopulasi kedua diambil individu dengan nomor 005 + 010 = 015,
dari kumpulan ketiga individu bernomor =015 + 010 = 025 dan seterusnya.

Jika dari subpopulasi pertama, individu yang diambil secara random jatuh
pada nomor 003, maka individu berikutnya perlu diselidiki untuk sampel itu
adalah yang bernomor 013, 023, 033….dan seterusnya.

Contoh :

Sebuah perusahaan periklanan ingin mengadakan survei untuk menduga


rata-rata jumlah jam per minggu yang dihabiskan oleh suatu rumah tangga untuk
menonton televisi. Survei dilakukan di tiga kota yang memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Kota A disekelilingnya terdapat pabrik-pabrik, dan kebanyakan
penduduknya bekerja sebagai pegawai pabrik, dan kebanyakan terdapat anak-anak
usia sekolah. Kota B merupakan sub urban eksklusif yang penduduknya
kebanyakan orang lanjut usia dengan sedikit sekali anak-anak. Sedangkan Kota
B merupakan daerah pedesaan. Jumlah penduduk di kota A, kota B, dan kota C
masing-masing 155, 62, dan 93 jiwa. Perusahaan iklan tersebut ingin mengambil
sampel sebanyak 40 rumah tangga dengan nA=20, nB=8, dan nC=12. Hasil
surveinya adalah sebagai berikut:

Tabel 1. waktu menonton televisi (jam/minggu)

KOTA A KOTAB KOTA C


35 28 26 41 27 4 49 10 8 15 21 7
43 29 32 37 15 41 25 30 14 30 20 11

36 25 29 31 12 32 34 24

39 38 40 45
28 27 35 34
Dugalah rata-rata jumlah menonton televisi untuk semua rumah tangga di ketiga
kota tersebut dan hitung bound of errornya

9
Jawab :

Kota A Kota B Kota C

n 20 8 12
y 33.900 25.125 19.000

2
S1 35.358 232.411 87.636

N1 155 62 93

1
𝑦̅𝑠𝑡 = [155(33900) + 62(25125) + 93(19000)] = 27,7
310

𝐿
1 𝑁𝑖 − 𝑛𝑖 𝑠12
̂
𝐵 = 2√𝑉 (𝑦̅𝑠𝑡 ) = 2√ 2 ∑ [𝑁𝑖2
]
𝑁 𝑁𝑖 𝑛𝑖
𝑖=1

1 (0,871)(35,358) (0,871)(232,411) (0,871)(87,636)


𝐵 = 2√ 2
[1552 + 622 + 932 ] = 2,8
310 20 8 12

3) Cluster random sampling

Pengambilan sampel acak dengan kelompok dilakukan apabila kita akan


mengadakan suatu penelitian dngan mengambil kelompok unit dasar sebagai
sampel.

Cluster sampling dapat dilakukan dengan membagi populasi menjadi


bebeapa blok sebagai cluster dan dilakukan pangambilan sampel kelompok
tersebut.

Misalnya kita akan mengadakan penelitian tentang status gizi anak Sekolah
Dasar di suatu kotaa maka diambil sampel sekolah sebagai unti sampel. Bila
seluruh murid SD sampel diteiliti status gizinya maka disebut one stage Simple
Cluster Sampling. Namun, bila diperoleh sampel sekolah dilakukan pengambilan
sampel lagi maka disebut Two Stage Simple Cluster Sampling.

Sampel yang diperlukan terdiri atas individu-individu (anggota) yang berada


dalam kelompok yang terpilih itu. Jika kelompok-kelompok tersebut merupakan
pembagian daerah-daerah geografis, maka cluster sampling ini disebut juga area
sampling (Djarwanto, 1985 : 87).

10
Misalkan kita ingin memilih sebuah sampel berukuran 100 kepala keluarga
dengan cara cluster sampling dari populasi dari poopulasi tentang perumahan

Pengambilan sampel dengan cara yang sudah disebutkan di atas umumnya


dilakukan pada populasi yang bersifat terbatas (Finit), sementara itu untuk
Populasi yang jumlah dan identitas anggota populasinya tidak diketahui (Infinit)
pengambilan sampel biasanya dilakukan secara tidak acak (Non random
Sampling). Adapun yang termasuk pada cara ini adalah :

 Quota Sampling : yaitu penarikan sampel yang hanya menekankan


pada jumlah sampel yang harus dipenuhi.
 Purposive Sampling : pengambilan sampel hanya pada individu yang
didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu.
Contoh :

Ada 500 kotak telur, setiap kotak berisi 12 butir telur. Dari 500 kotak ini
dipilih secara acak 5 kotak, kemudian setiap butir telur dari 5 kotak ini ditimbang.
Jumlah bobot dari seluruh telur dari 5 kotak ini adalah 2900 gram. Berdasarkan
data bobot setiap telur dari 5 kotak yang terpilih ini dapat diperoleh tabel analisis
ragam sebagai berikut:

Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat

Antar Kotak 4 40.16

Dalam Kotak 55 743.05

Total 59 783.21

a) Berikan nilai dugaan bagi rata-rata bobot sebutir telur dari 500 kotak telur itu.
b) Dari tabel analisis ragam, berikan nilai dugaan bagi ragam dari rata-rata bobot
sebutir telur pada bagian (a).
c) Apakah penarikan contoh gerombol lebih efisien bila dibandingkan dengan
penarikan contoh acak sederhana (dengan ukuran contoh yang sama) pada
kasus ini? Berikan efisiensi relatif penarikan contoh gerombol terhadap
penarikan contoh acak sederhana dengan menggunakan informasi yang
tersedia.

Jawab :

11
Penentuan Ukuran Contoh

Tentukan dulu nilai bound on the error estimation, misalkan sebesar B.

𝑁𝜎2
𝑍 √𝑉̂ (𝑦̅) = 𝐵
𝛼 𝑛= 𝐵2 𝑀
̅̅̅2
2 𝑁 +𝜎𝑐2
𝑍2


2
∑𝑛𝑖=1(𝑦𝑖 − 𝑦̅𝑚𝑖 )2
𝑠𝑐 =
𝑛′ − 1
Nilai 𝜎𝑐2 dan M ditentukan berdasarkan informasi awal, atau melakukan survei
pendahuluan terlebih dahulu dengan mengambil contoh awal berukuran 𝑛′

Pendugaan Proporsi Populasi

Jika, ai = banyaknya yang menjawab “Ya” dalam gerombol ke-i

mi = banyaknya elemen dalam gerombol ke-i, maka:

∑𝑛𝑖=1 𝑎𝑖
𝑝̂ = 𝑛
∑𝑖=1 𝑚𝑖

𝑁 − 𝑛 ∑𝑛𝑖=1(𝑎𝑖 − 𝑝̂ 𝑚𝑖 )2
𝑉̂ (𝑝̂ ) = ( )
𝑁𝑛𝑀̅2 𝑛−1
Penduga yang baik bagi V(p) jika 𝑛 ≥ 20

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada populasi yang diteliti itu adalah sampel (bagian yang diteliti dari

populasi). Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses dan penyimpulan data

penelitian dan meringankan biaya penelitian. Sampling adalah cara dalam

pengambilan sampel.

Dalam random samping (Symple Random Sampling, Stratified Random

Sampling, Systimatic Random Sampling, Cluster Random Sampling, Cluster

Random Sampling). Besar sampel didapat ditentukan dengan rumus besar sampel

berdasarkan teknik pengambilan sampel. Selain itu juga tergantung pada jenis data

yaitu data proporsi dan data kontinu.

Saran

Diharapkan kesalahan dalam penelitian diminimalisir atau penyimpangan-

penyimpangan diperkecil. Oleh karena itu, kesalahan diperkecil dengan

pemakaian metode pengambilan sampel yang tepat, sedangkan kesalahan

nonsampling dapat diperkecil dengan perencanaan dan pelaksanaan penelitian

yang hati-hati dan teliti.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta.

Sevilla, C.G., dkk, 1993, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: Universitas


Indonesia.

Furchan, A., 2004, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Hadi, A. dan Haryono, 2005, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung:


Pustaka Setia.

Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta.

Nazir, 2005, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Riduan, 2002, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Bandung: Alfabeta.

Sudjana, N. dan Ibrahim, 1989, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung:


Sinar Baru.

Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta., 2001,


Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S., 1999, Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja


Rosdakarya.

14

Anda mungkin juga menyukai