Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN

PRAKTEK PENGELOLAAN HUTAN


DI UNIT PELAKSANA TEKNIS KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN
WILAYAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA (TTU)
NUSA TENGGARA TIMUR

( TANGGAL 12 AGUSTUS s/d 31 AGUSTUS 2019 )

Oleh

Krisantus Josef Nana


NIM. 172381224

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN


JURUSAN KEHUTANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
KUPANG
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan oleh :

Nama : Krisantus Josef Nana


NIM : 172381224
Program studi : Pengelolaan Hutan
Jurusan : Kehutanan
Judul : Praktek Pengenalan Hutan (PPH)

Laporan praktek pengenalan hutan (PPH) ini telah disetujui oleh dosen
pembimbing pada tanggal 2019

Mengetahui

Pembimbing PPH

(Luisa Moi Manek, S. Hut,. M,Sc )


NIP: 19870320 201903 2 013

Mengesahkan,

Mengetahui Ketua Program Studi

(Yudhistira A.N.R. Ora, S,Hut ., G.Dip.For ., M,For)


NIP: 19780914 200312 2 003

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini tepat pada waktunya yang berjudul Praktek Pengelolaan Hutan (PPH).
Dengan selesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada penulis.Untuk itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Yudhistira A.N.R. Ora, S,Hut ., G.Dip.For ., M,For dan Ibu Luisa Moi
Manek, S. Hut,. M,Sc selaku dosen pengampuh mata kuliah PPH serta dosen
pembimbing mata kuliah PPH.
2. Orang tua saya yang telah mendukung saya.
3. Semua teman–teman yang berkenan saling membantu dalam menyelesaikan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penyusunan laporan ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan saya selaku penulis.

Kupang , Desember 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL .................................................................................................... i
LEMBARAN PENGESAHAN................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan........................................................................................ 2
1.3 Manfaat ...................................................................................... 2
BAB II GAMABARAN UMUM .............................................................. 3
2.1 Profil KPH ..................................................................................... 3
2.1.1 Sejarah Pembentukan Wilayah KPH ..................................... 3
2.1.2 Luas dan Letak Batas-batas Wilayah .................................... 4
2.1.3 Karakteristik Wilayah KPH (biofisik) .................................... 5
2.1.4 Sumberdaya Manusia/Struktur Organisasi …………………. 8
BAB III METODE PELAKSANAAN ..................................................... 9
3.1 Waktu dan Tempat .................................................................... 9
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 9
3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 10
3.3.1 Data Primer………………………………………………….. 10
3.3.2 Data Sekunder………………………………………………. 10
3.4 Prosedur Pelaksanaan…………………………………………. . 10
3.4.1 Manajemen Hutan…………………………………………… 10
3.4.2 Bidang Silvikultur…………………………………………… 11
3.4.3 Bidang Teknologi Hasil Hutan……………………………… 14
3.4.4 Bidang Konservasi/Ekowisata ……………………………… 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 16
4.1 Manajemen Hutan......................................................................... 16
4.2 Silvikultur ...................................................................................... 21
4.3 Teknologi Hasil Hutan ................................................................. 27
4.4 Konservasi dan Ekowisata ..…………………………………… 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 30
5.1 Kesimpulan................................................................................ 30
5.2 Saran .......................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 31
LAMPIRAN ............................................................................................... 32

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Posisi KPH TTU berdasarakan peta penetapan kawasan ......... 4
Gambar 2. Sebaran Kondisi fisiografi lahan di wilayah KPH TTU .......... 6
Gambar 3 .Kondisi sebaran kelas lereng di wilayah KPH TTU ................ 7
Gambar 4. Bagan orgnisasi KPH TTU ...................................................... 8
Gambar 5. Pengambilan data inventarisasi ................................................ 18
Gambar 6. Peta Administrasi Kabupaten TTU .......................................... 20
Gambar 7. Bedeng Kemiri dan proses penyiraman ................................... 22
Gambar 8. Persiapan lahan ......................................................................... 23
Gambar 9. Penggalian lubang tanam dan Penanaman ............................... 24
Gambar 10. Hasil hutan bukan kayu .......................................................... 27
Gambar 11. Perbakain saluran mata air dan pembersihan saluran ............. 29

v
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Waktu dan tempat praktek ............................................................ 9
Tabel 2. Hasil inventarisasi tegakan mahoni di plot 1 ................................ 19
Tabel 3. Hasil inventarisasi tegakan mahoni di plot 2 ................................ 19
Tabel 4. Hasil inventarisasi tegakan mahoni di plot 3 ................................ 20
Tabel 5. Hasil rekapitulasi inventarisasi pada 3 plot .................................. 20
Tabel 6. Alat dan bahan HHK ..................................................................... 25

vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati di dunia,
di mana Indonesia merupakan urutan ketiga dari tujuh negara yang disebut
Megadiversity Country. Hutan Indonesia merupakan rumah bagi ribuan jenis flora
dan fauna yang banyak diantaranya adalah endemik di Indonesia. Dalam
kenyataannya pemanfaatan hutan alam yang telah berlangsung sejak awal 1970-an
ternyata memberikan gambaran yang kurang menggembirakan untuk masa depan
dunia kehutanan Indonesia. Terlepas dari keberhasilan penghasil devisa,
peningkatan pendapatan, menyerap tenaga kerja, serta mendorong pembangunan
wilayah, pembangunan kehutanan melalui pemanfaatan hutan alam menyisakan sisi
yang buram. Sisi negatif tersebut antara lain tingginya laju deforestasi yang
menimbulkan kekhawatiran akan tidak tercapainya kelestarian hutan yang
diperkuat oleh adanya penebangan liar (Illegal Logging).
Hutan yang berada di sebuah desa atau kota harus dilestarikan oleh Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) serta masyarakat setempat. Kesatuan Pemangkuan
Hutan (KPH) memiliki tujuan untuk menjaga, melindungi dan memeriksa kondisi
kawasan hutan. KPH dan masyarakat mempunyai peran penting dalam menjaga dan
melindungi kawasan hutan dari kegiatan illegal logging. Illegal logging dapat
dikatakan sebagai suatu kegiatan penebangan secara berlebihan, pengangkutan dan
penjualan kayu yang tidak memiliki izin dari otoritas setempat.
Ilegal logging menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya kawasan
hutan. Masyarakat sebenarnya memiliki kewajiban untuk menjaga dan melindungi
kawasan hutan. Berdasarkan Pasal 50 ayat (3) Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan, menyebutkan bahwa: Setiap orang dilarang:
a. Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan
hutan secara tidak sah.
b. Merambah kawasan hutan.
c. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau
jarak sampai dengan:
1. 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau.

1
2. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah
rawa.
3. 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai.
4. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai.
5. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang.
6. 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah
dari tepi pantai.
Dalam praktek pengelolaan hutan di Kabupaten Timor Tengah Utara ada empat
bidang kegiatan yang dilakukan yaitu Bidang Manajemen Hutan, Silvikultur ,
Konservasi dan Ekowisata Hutan, serta Teknologi Hasil Hutan. Bidang Manajeman
meliputi kegiatan perencanaan hutan, inventarisasi hutan, pengukuran dan
pemetaan dan perhutanan sosial/agroforesty. Bidang Silvikultur meliputi
persemaian. Bidang Konservasi dan Ekowisata meliputi pemanfaatan dan
perlindungandan ekowisata/wana wisata. Bidang Teknologi hasil hutan meliputi
industri pengelolaan hasil hutan kayu dan non kayu.
Melalui Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) yang diselenggarakan oleh Jurusan
Kehutanan diharapkan mahasiswa mampu menyusun manajemen hutan mulai dari
perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi demi mencapai
hutan yang lestari.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Pengelolaan Hutan (PHH) ini adalah untuk mengetahui
pengelolaan hutan di Kabupaten TTU dari aspek Manajemen, Silvikultur,
Konservasi dan Ekowisata serta Teknologi Hasil Hutan (hasil kayu dan non kayu).
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktek pengelolaan hutan di kabupaten Timor
Tengah Utara adalah:
1. Sebagai sarana pembelajaran dalam pengelolaan hutan di bidang
manajemen, silvikultur, konservasi dan ekowisata dan teknologi hasil hutan
(hasil kayu dan non kayu)
2. Sebagai bahan informasi dalam meningkatkan pengetahuan tentang
pengelolaan hutan.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Profil KPH


2.1.1 Sejarah Pembentukan Wilayah KPH
Berdasarkan PERDA Kabupaten TTU Nomor 8 Tahun 2008 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah maka terbentuklah Dinas Kehutanan
Kab. TTU, selanjutnya dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah maka kewenangan kehutanan dialihkan ke
pemerintah Provinsi. Untuk itu, pemerintah Provinsi NTT menerbitkan PERDA
No. 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi
NTT dan PERGUB No. 90 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan organisasi,
tugas dan fungsi serta tata kerja UPT Dinas dan Badan Provinsi NTT. maka
dibentuklah KPH Wilayah TTU yang merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas
Kehutanan Provinsi NTT. BerdasarkanSurat Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan Republik Indonesia Nomor: SK.3911/MENHUT-VII/KUH/2014
tanggal 14 Mei 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi
Nusa Tenggara Timur, luas kawasan hutan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Timur adalah ± 1.784.751 Hektar. Adapun rincian luas menurut fungsinya adalah
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam seluas ± 516.701 Ha, Hutan
Lindung seluas ± 684.403 Ha, Hutan Produksi Terbatas seluas ± 173.979 Ha, Hutan
Produksi Tetap seluas ± 296.064 Ha serta Hutan Produksi yang dapat dikonversi
seluas ± 113.604 Ha.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
SK. 591/ Menhut-II/ 2010 tanggal 19 Oktober 2010 tentang Penetapan Wilayah
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
Provinsi Nusa Tenggara Timur, selanjutnya penetapan wilayah KPH Lindung dan
KPH Produksi diperbaharui melalui SK. 664/MenLHK tahun 2017 dengan total
luas ± 108.858 Ha, dengan rincian hutan lindung seluas ± 42.012 Ha, hutan
produksi terbatas seluas ± 53.902 Ha dan hutan produksi tetap seluas ± 12.944 Ha.

3
2.1.2 Letak Luas dan Batas-Batas Wilayah
Luas wilayah kerja KPH Timor Tengah Utara (TTU) sebesar 108.858 Ha
atau 40,8 % dari total luas wilayah Kabupaten TTU sebesar 266.970,7 Ha. Secara
astronomis, posisi KPH TTU terletak diantara 9° 02' 48" dan 9° 37' 36" Lintang
Selatan (LS) serta antara 124° 04' 02" dan 124° 46' 00" Bujur Timur (BT). Secara
geografis wilayah Kabupaten TTU pada umumnya tergolong pada dua tipologi
besar, yaitu Tipologi desa daratan (163 desa) dan hanya 11 desa yang termasuk
Tipologi desa kawasan pantai yaitu: Desa Oepuah dan Oepuah Utara di Kecamatan
Biboki Moenleu; Kelurahan Humusu C, Humusu Oekolo dan Desa Oesoko di
Kecamatan Insana Utara; Desa Nonotbatan, Maukabatan, Tuamese, Oemanu,
Motadik dan Kelurahan Ponu di Kecamatan Biboki Anleu.

Gambar 1 Posisi KPH TTU berdasarkan Potongan Peta Penetapan Kawasan

Wilayah kerja KPH Timor Tengah Utara berbatasan langsung dengan wilayah
kerja KPH lainnya sebagai berikut:
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan KPH wilayah Kabupaten Timor Tengah
Selatan dan KPH Wilayah Kabupaten Malaka.
Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah Ambenu-Republik Demokratik
Timor Leste (RDTL) dan Laut Sawu.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan KPH wilayah Kabupaten Kupang, KPH
Wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan dan wilayah
Ambenu-Republik Demokratik Timor Leste (RDTL).

4
Sebelah Timur : Berbatasan dengan KPH wilayah Kabupaten Belu dan KPH
Wilayah Kabupaten Malaka

2.1.3 Karakteristik Wilayah KPH


Secara astronomis, posisi Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) terletak antara
9002' 48" LS - 9037' 36" LS dan antara 124004' 02" BT-124046' 00" BT. Batas-batas
wilayah administratif adalah sebelah Selatan dengan wilayah Kabupaten Timor
Tengah Selatan, sebelah Utara dengan wilayah Ambenu (Timor Leste) dan Laut
Sawu, sebelah Barat dengan wilayah Kabupaten Kupang dan Timor Tengah
Selatan, serta sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Belu.
Wilayah Kabupaten TTU merupakan daerah daratan dengan luas 2.669,70 km2
atau hanya sekitar 5,6 % (persen) dari luas daratan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sedangkan sebagian wilayah TTU yang berbatasan dengan Laut Sawu atau lazim
dikenal dengan sebutan wilayah Pantura memiliki luas lautan ± 950 km2 dengan
panjang garis pantai 50 km.
Wilayah administrasi terdiri dari 9 Kecamatan, dan 140 Desa dan 34 Kelurahan.
Ada 9 Desa diantaranya yang secara geografis letak wilayahnya dikategorikan
sebagai desa/daerah pantai yakni Desa Oepuah (Biboki Selatan), Humusu C dan
Oesoko (Insana Utara) serta Nonotbatan, Maukabatan, Tuamese, Oemanu,
Motadik, dan Ponu (Biboki Anleu), sedangkan sisa 165 desa lainnya yang tersebar
di 24 wilayah kecamatan yang ada merupakan desa/daerah bukan pantai.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari RPJMD Kab. TTU periode 2011-
2015 diketahui bahwa kondisi topografi di wilayah Kabupaten TTU pada umumnya
bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian yang bervariasi yaitu: 177,60
km2 (6,63 %) memiliki ketinggian < 100 m dari atas permukaan laut (dpl); 1.499,45
km2 (56,17 %) memiliki ketinggian 100-500 meter dpl dan 993,19 km2 (37,20 %)
memiliki ketinggian > 500 m dpl. Secara detail kondisi topografi dibagi menjadi 5
(lima) kategori, yaitu:
1. Daerah dengan ketinggian 0-25 m dpl : 6.5189,69 Ha
2. Daerah dengan ketinggian 26-100 m dpl : 11.186,000 Ha
3. Daerah dengan ketinggian 101–500 m dpl : 149.944,935 Ha
4. Daerah dengan ketinggian 501-1000 m dpl : 88.908,875 Ha

5
5. Daerah dengan ketinggian diatas 1000 m dpl : 10.410,500 Ha.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa pada topografi dataran terdapat dua wilayah yang
mencakup beberapa kecamatan, yaitu :

1) Dataran Aroki (Oeroki) di kecamatan Biboki Utara dan Biboki Selatan


seluas 16.300 Ha dan berada pada ketinggian 370 m dpl yang tersusun dari
endapan pasir dan tanah liat dari perbukitan sekitarnya; Sekon di Kecamatan
Insana seluas 2.500 Ha dan berada pada ketinggian 450 – 776 m dpl; Fatuoni
dan Oelolok di Kecamatan Insana, Ponu di Kecamatan Biboki Anleu serta
Mena di Kecamatan Moenleu dengan luas ± 3.700 Ha.
2) Dataran Mamsena, Kecamatan Insana dan Noemuti, Kecamatan Noemuti
seluas ± 20.000 Ha.
Hasil analisis spasial diperoleh gambaran kondisi topografi di wilayah kerja
KPH TTU secara umum didominasi oleh kawasan perbukitan sampai
pegunungan dengan ketinggian di atas 500 m dpl. Kondisi sebaran fisiografi
lahan di wilayah ini disajikan pada gambar berikut:
DATARAN; DATARAN JALUR MEANDER; LEMBAH ALUVIAL;
2.563,49 ALUVIAL; 1.189,70 73,22 23,81
PEBUKITAN;
TERAS; 10.039,22
1.222,64

PERBUKITAN;
11.982,87

PEGUNUNGAN;
78.310,82

Gambar 2. Sebaran kondisi fisiografi lahan di wilayah KPH TTU

Selanjutnya bila ditinjau dari segi kondisi kemiringan lahan (lereng),


kawasan KPH TTU didominasi oleh kelas lereng diatas15% (agak curam sampai
sangat curam) sebagaimana ditunjukkan pada diagram berikut:

6
50000,00

40000,00
HL
30000,00
HP
20000,00
HPT
10000,00

0,00
> 40% 0 - 8% 15 - 25% 25 - 40% 8 - 15%

Gambar 3. Kondisi sebaran kelas lereng di wilayah KPHP TTU

Dari diagram di atas diketahui bahwa lahan-lahan di wilayah KPHP TTU


memiliki resiko ekologis/lingkungan yang cukup tinggi. Bentuk-bentuk
penggunaan lahan memerlukan perhatian secara hati-hati terutama untuk
mengantisipasi erosi dan longsor di musim penghujan.
Berdasarkan peta geologi Lembar Kupang-Atambua, Timor skala
1:250.000, (Suwitodirjo dan Tjokrosapoetro, 1996), Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral,
Departemen Pertambangan dan Energi bahwa pergerakan tektonik di pulau Timor
yang berlangsung sejak Kapur hingga akhir Eosen akibat pergerakan benua
Australia ke utara dengan zona penunjaman condong ke utara. Akibat pergerakan
tersebut terjadi benturan busur kepulauan “Paleo Timor” dengan kerak samudera
Hindia. Pada waktu proses perbenturan inilah, sehingga terjadi pembentukan batuan
campur aduk, pengendapan formasi Noni, Haulasi dan formasi Ofu, penempatan
batuan-batuan basa dan ultrabasa serta peralihan pada formasi Maubisse, Ailieu dan
komplek Mutis.
Secara umum stratigrafi geologi di daerah ini diklasifikasikan ke dalam
empat unit yaitu unit batu karang, liat, batu gamping dan aluvial. Di daerah batu
karang umumnya mempunyai bentuk lahan yang relatif datar sampai berombak,
tetapi dominan ditutupi oleh batuan induk dan batuan lepas dalam luasan yang
cukup besar. Unit liat umumnya dicirikan dengan topografi yang sangat curam
dengan erosi parit yang hebat serta potensi longsor yang besar. Unit batu gamping
mempunyai bentuk permukaan yang relatif lebih landai akibat peresapan (infiltrasi)
air yang lebih baik dari liat. Sedangkan unit aluvial umumnya mempunyai bentuk

7
permukaan yang datar yang terbentuk di pinggiran sungai atau endapan pada muara
sungai.

2.1.4 SDM/ Struktur Organisasi


Struktur organisasi Unit Pengelolaan Terpadu KPH Kabupaten TTU
1. Kepala UPT
2. Kelompok fungsional
3. Kepala sub bagian
4. Kepala seksi perencanaan
5. Kepala seksi perlindungan, Konservasi Sumber Daya Ekosistem dan PM
6. Resort KPH

KEPALA UPT

Kelompok Fungsional Kepala Sub Bagian


Tata Usaha

Kepala Seksi Perencanaan Kepala Seksi Perlindungan,


dan Pengelolaan Hutan KSDAE dan PM

Resort KPH
Gambar 4. Bagan organisasi KPH Timor Tengah Utara

Sesuai dengan peraturan di atas wilayah pengelolaan KPH Timor Tengah


Utara termasuk dalam kategori Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPH)
karena didominasi oleh fungsi Hutan Produksi Terbatas (HPT). Konsekuensi dari
penetapan sebagai KPH adalah pengelolaan hutan yang di titik beratkan pada upaya
optimalisasi hutan produksi untuk usaha skala besar atau kecil, disamping juga
mempertahankan fungsi lindung serta melakukan usaha-usaha produksi pada areal
hutan produksi tanpa mengubah fungsi lindung dari kawasan tersebut.

8
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi Dan Waktu


PPH dilaksakan di Kabupaten Timor Tengah Utara,dimulai pada tanggal 12
Agustus- 31 Agustustus 2019
Tabel 1. Waktu dan Tempat Praktek
No. Hari,/tanggal Kegiatan Lokasi
1. Senin ,12/08/2019 Lapor diri Kantor KPH TTU
2. Selasa,13/08/2019 pengambilan data penataan kawasan Kantor KPH TTU
3. Rabu, 14/08/2019 Kegiatan silvikultur Di desa Saenam, Kecamatan
Miamafo Barat
4. Kamis,15-16/08/2019 Bakti social Kantor KPH TTU
5. Sabtu, 17/08/2019 Upacara HUT RI Kantor KPH TTU
6. Senin, 19/08/2019 Kegiatan Inventarisasi,pengambilan Didesa Bijeli, Kecamatan
data perencanaan hutan, gambaran Noemuti
umum perusahaan
7. Selasa ,20-24 /08/2019 Kegiatan KKBM pengambilan data Didesa Humusu Wini,
konservasi Kecamatan Insana Utara
8. Senin,26 /08/2019 Kegiatan THH (HHK dan HHBK) Didesa Naiola, Kecamatan
Bikomi Selatan
9. Selasa,27-28/08/2019 Kegiatan agoforestry/HKM Didesa Saenam, Kecamatan
Miomafo Barat.
10. Kamis , 29/08/2019 Kegiatan ekowisata Didesa Bijeli, Kecamatan
Naimuti.

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1Alat
Alat yang di gunakan dalam praktikum ini antara lain:
1) Roll meter
2) Haga meter
3) Pita meter
4) General Position Sistem (GPS)
5) Kamera
6) Alat tulis menulis.
3.1.2 Bahan
Bahan yang di gunakan pada praktikum ini antara lain:
1) Buku panduan

9
2) Tally sheet
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara observasi
di lapangan seperti : seperti kegiatan perhutanan sosial, silvikultur, patroli,
inventarisasi dan teknologi hasil hutan (THH)
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
seperti, profil KPH TTU (sejarah, visi dan misi, struktur organisasi,
topografi, letak dan luas, serta aksebilitas)
3.4 ProsedurPelaksanaan
3.4.1 Manajemen Hutan

a. Manajemen Organisasi Perusahaan


- Mengumpulkan data sejarah, visi, misi dan tujuan organisasi
- Mengumpulkan data dan mempelajari kerja perusahaan
- Mengumpulkan data dan mempelajari model pengelolaan perusahaan

b. Manajemen Sumberdaya Manusia


- Mengumpulkan data dan mempelajari struktur organisasi, tugas pokok
dan fungsi jabatan
- Mengumpulkan data dan mempelajari model pengelolaan perusahaan.

c. Perencanaan Hutan
- Mempelajari dan mengumpulkan data struktur organisasi kegiatan
perencanaan hutan serta hubungan kerja dalam organisasi
- Mempelajari dan mengumpulkan data tentang perencanaan hutan
meliputi perencaan hutan yang meliputi perencanaan jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang.

d. Pelaksanaan
1. Inventarisasi hutan
- Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi tentang kegiatan
pembuatan rencana inventarisasi hutam

10
- Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi tentang sasaraan
inventarisasi hutan yang meliputi lapangan, tanah, dan tegakan.
2. Perhutanan sosial
- Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi tentang
perencanaan kegiatan pengelolaan hutan yang berbasis masyarakat
(PHBM).
- Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi tentang penyusunan
program kegiatan pendekatan masyarakat yang disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat sekitar hutan setempat .
- Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi tentang struktur
organisasi kegiatan perhutanan sosial serta hubungan organisasi.
- Mempelajari dan mengumpulkan data serta informasi tentang masalah
kehutanan dan pembinaannya bagi peningkatan masyarakat sekitar hutan
dan peranan kegiatan bagi kelestarian sumberdaya hutan/ keamanan
hutan
- Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam sistem
pengelolaan hutan yang partsipasi masyarakat (social forestry)
3. Monitoring dan evaluasi
- Mempelajari dan mengumpulkan data tentang pelaksanaan monitoring
dan evaluasi berdasarkan tugas dan fungsi.
3.4.2 Silvikultur
a. Perencanaan kegiatan silvikultur.
a. Mempelajari dan mengumpulkan data struktur organisasi kegiatan-
kegiatan silvikultur
b. Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi tentang
penysusnan data rencana kegiatan silvikulur.
b. Perbenihan
a) Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi tentang pembu
atan rencana kegiatan perbenihan.
b) Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi tentang sumber
benih beserta persyaratannya yang dilakukan dilokasi praktek
meliputi tegakan benih teridentifikasi (TBT), Tegakan Benih

11
Terseleksi (TBT), Areal Produksi Benih (APB), Tegakan Benih
Provenan (TBP), Kebun Benih Semai ( KBS), Kebun Benih Klon
(KBK), Kebun Pangkas (KP), MP = Sertifikasi Khusus MPTS
(Multiple Purpose Tree Species).
c) Mempelajari dan mengumpulkan data serta informasi tentang proses
pengunduhan benih.
d) Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi serta melakukan
pengolahan benih (sortasi buah,ekstrasi benih,sortasi
benih,pengemasan dan pelabelan benih penyimpanan benih).
e) Melakukan pengujian benih (pengujian kadar air,pengujian
kemurnian benih, pengujian berat 1000 butir, pengujian daya
berkecambah benih, pengujian kesehatan benih).
f) Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi tentang
sertifikasi benih dan sumber benih.
c. Persemaian
a. Mempelajari dan mengumpulkan data serta informasi tentang
pembuatan rencana kegiatan persemaian (jenis persemaian,
pemilihan lokasi persemaian, kebuthan bahan, peralatan, tenaga
kerja, desain/layout persemaian, dan tata waktu).
b. Mempelajari struktur organisasi kegiatan persemaian serta hubungan
kerja dalam organisasi.
c. Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi serta melakukan
kegiatan persemaian.
d. Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi serta melakukan
kegiatan pemeliharaan persemaian.
d. Persiapan lahan dan penanaman
a. Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi serta melakukan
kegiatan pembuatan rencana kegiatan persiapan lahan (penentuan luas dan
lokasi penanaman, pembersihan lahan, pembuatan larikan tanaman,
pengajiran, pembuatan lubang tanam), tata waktu, tenaga kerja, kebutuhan
alat dan bahan termasuk bibit.

12
b. Mempelajari struktur organisasi kegiatan persiapan lahan dan penanaman
serta hubungan kerja dalam organisasi.
c. Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi serta melakukan
kegiatan penanaman meliputi: penentuan jenis berdasarkan lokasi
penanaman,jarak tanam, pengemasan dan penanaman bibit.
d. Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi serta melakukan
kegiatan penanaman meliputi: tanaman pokok, tanaman pokok, tanaman
tepi, tanaman pengisi, tanaman sela, tanaman sekat bakar, tanaman
pelindung, tanaman penganut, teras dan tanaman semusim.
e. Penjarangan
a. Mempelajari dan mengumpulkkan data dan informasi serta melakukan
kegiatan penjarangan meliputi, perencanaan (penentuan Intensitas
Sampling, penentuan metode sampling, frekuensi penjarangan,
Rencanana Teknik Tahunan (RTT) yang meliputi penyusunan RTT, tata
waktu dan kelengkapan RTT, tata laksanan. Desain blok pembuatan
penjarangan membuat Schedule, pengorganisasian,) rencana jangka
menengah dan jangka panjang.
b. Mempelajari struktur organisasi kegiatan penjarangan serta hubungan
kerja dalam organisasi.
c. Mempelajari peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan
penjarangan.
d. Mempelajari urutan pelaksanaan penjarangan yang meliputi pembuatan
blok, petak, anak petak pelaksanaan pembuatan petak coba penjarangan,
dilapangan, pemetaan blok dan PCP, menentukan pohon yang diamati,
urutan prioritas pohon yang diamati, klaim dan penomoran pohon derjad
kekerasan penjarangan, penentuan bonita, table penjarangan, peralatan,
pemanfaatan CPC, dan data pohon tengah.
e. Melaksanakan penjarangan dan penjarangan tegakan yang terlambat.
f. Mengisi tabel rekapitulasi kegiatan yang telah disediakan.
g. Menghitung taksasi volume kayu hasil penjarangan
h. Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi serta melakukan
kegiatan pengawasan terhadap penjarangan..

13
f. Perlindungan hutan
1. Mempelajari dan mengumpulan data dan informasi serta melakukan
kegiatan pembuatan rencana (jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang) kegiatan dan perlindungan dan pengamanan hutan.
2. Mempelajari struktur organisasi perlindungan dan pengamatan hutan serta
hubungan kerja dalam organisasi (tugas dan tanggung jawab keamanan
hutan)
3. Mempelajari peralatandan bahan yang digunakan dalam kegiatan
perlindungan dan pengamatan hutan
4. Melakukan kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan serta pengisisan
blangko hasil kegiatan pengamatan hutan {sampai pembuatan berita acara
dan pelaporan tentang hasil kegiatan pengamanan hutan}
5. Melakukan kegiatan pengendalian atau penanggulangan kebakaran hutan,
hama dan penyakit tanaman hutan
6. Penganministrasian hasil kegiatan pengendalian atau penanggulangan
kebakaran hutan, hama dan penyakit tanaman hutan sampai dengan
pembuatan berita acara penyerahan hasil kegiatan
3.4.3 Teknologi Hasil Hutan (THH)
A. Pemungutan Hasil Hutan Kayu ( HHK)
- Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi serta
melakukan kegiatan pembuatan rencana ( jangka pendek ,jangka
menengah, dan jangka panjang ) kegiatan pemungutan HHK.
- Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi tentang RTT
teresan , klem dan tebangan( TPn dan TPk).
- Mempelajari struktur organisasi kegiatan pemungutan hasil hutan
serta hubungan kerja dalam organisasi pada kegiatan klem teresan
dan tebangan (tpn dan tpk)
- Mempelajari peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan
penebangan (teresan ,klem dan tebangan)
- Melakukan kegiatan teresan dan klem tebangan serta pengisian Tally
sheet
- Menentukan arah rebah pohon, membuat takik rebah dan takik balas

14
- Mengevaluasi kesesuaian antara takik rebah dengan realisasi arah
serta tonggak rata-rata
- Melakukan cara pembagian batang ( kriteria ) dan menghitung
volume kayu hasil tebangan
- Memberian tanda pengenal/nomor dan informasi lain pada setiap
batang kayu hasil tebangan
- Melakukan penyaradan ( alat ) jarak sarad rata-rata waktu yang di
perlukan ( saat bermuatan dan saat tidak bermuatan )
- Pengangkutan hasil tebangan ( alat milik siapa ) jarak angkutan
kayu terakhir yang diangkut , waktu yang di perlukan
- Pengadministrasian hasil pengumutan HHK sampai dengan
pembuatan berita acara penyerahan hasil pengumutan hasil hutan
kayu ke pihak pemasaran
- Mempelajari struktur organisasi pemasaran dan jalur-jalur
pemasaran hasil hutan
- mempelajari cara pengisian blangko pemasaran kayu
3.4.4 Konservasi dan Ekowisata
1. Mempelajari dan mengumpulkan data dan informasi serta melakukan
kegiatan pembuatan rencana {jangka pendek,jangka menengah, dan jangka
panjang} kegiatan konservasi dan ekowisata.
2. Mempelajari struktur organisasi konservasi dan ekowisata serta hubungan
kerja dalam organisasi.
3. Mempelajari peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan
konservasi dan ekowisata.
4. Melakukan kegiatan konservasi dan ekowisata serta pengisian tally sheet
5. Mengukur dan menghitung daya dukung potensi kegiatan konservasi dan
ekowisata
6. Melakukan kegiatan promosi konservasi dan ekowisata serta jalur-jalur
pemasaran kegiatan.
7. Pengadministrasian hasil kegiatan konservasi dan ekowisata sampai dengan
pembuatan berita acara kegiatan konservasi dan ekowisata

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bidang Manajemen Hutan


Manajemen hutan adalah cabang ilmu kehutanan yangmenghubungkan
aspek administrasi, ekonomi, hukum, dan sosial dengan aspek ilmiah dan teknis
seperti silvikultur, perlidungan hutan, dan dendrologi. Kegiatan–kegiatan dari segi
administrsi dapat berupa gambaran umum perusahaan, letak luas dan batas-batas
wilayah , karakteristik wilayah KPH, sumber daya manusia dan struktur organisasi.
4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan
Kabupaten TTU dibentuk berdasarkan Undang–Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah maka kewenangan kehutanan dialihkan ke
pemerintah Provinsi. Untuk itu, pemerintah Provinsi NTT menerbitkan PERDA No
9 tahun 2016 tentang Pembentukan dan susunan perangkat daerah Provinsi. NTT
dan Peraturan Gubernur No. 90 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja UPT Dinas dan Badan Provinsi NTT
maka di bentuklah KPH Wilayah TTU yang merupakan Unit Pelaksana Teknis dari
Dinas Kehutanan Provinsi NTT. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
dan Perkebunan Republik Indonesia Nomor : SK.3911/MENHUT-VII/KUH/2014
tanggal 14 Mei 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi
Nusa Tenggara Timur, luas kawasan hutan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Timur adalah ± 1.784.751 ha. Adapun rincian luas menurut fungsinya adalah
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam seluas ± 516.701 ha, Hutan
Lindung seluas ± 684.403 ha, Hutan Produksi Terbatas seluas ± 173.979 ha, Hutan
Produksi Tetap seluas ± 296.064 ha serta Hutan Produksi yang dapat di konversi
seluas ± 113.604 ha.
UPT KPH Kabupaten TTU dibentuk pada tahun 2016 memiliki visi misi
sebagai berikut:
1. Visi: Terwujudnya Kelestarian Hutan, Peningkatan Produksi serta
Kesejahteraan Masyarakat melalui Pengembangan HHK, HHBK serta Jasa
Lingkungan.
2. Misi 1. Peningkatan Sumber Daya Manusia Pengelola melalui :

16
1. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dengan instansi terkait baik di
pusat maupun di daerah serta para pihak yang berkepentingan terkait
peningkatan SDM.
2. Pelaksanaan penyuluhan kehutanan dan pemberdayaan masyarakat.

Misi 2. Melakukan Penataan Kawasan Hutan melalui :


1. Tata Batas Kawasan Hutan
2. Inventarisasi Hutan
3. Pembagian wilayah KPH berupa Blok dan Petak.
Misi 3. Pengembangan Potensi Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu
melalui rehabilitasi, reklamasi dan pengkayaan potensi hasil hutan
kayu dan hasil hutan bukan kayu.
Misi 4. Pemanfaatan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu, melalu
1. Peningkatan mutu produk unggulan hasil hutan kayu dan hasil hutan
bukan kayu
2. Fasilitasi pemasaran produk HHK dan HHBK.
Misi 5. Pengembangan Jasa Lingkungan, melalui :
1. Penataan dan Pengembangan lokasi wisata alam dan ekowisata
2. Skema Kemitraan.
Misi 6. Peningkatan pengamanan dan perlindungan hutan melalui :
1. Melaksanakan patroli pengamanan hutan
2. Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan bidang kehutanan
3. Memfasilitasi penanganan konflik tenurial dan kasus kehutanan
4. Membentuk tim pengaman hutan swakarsa masyarakat.
Misi 7. Peningkatan Sarana Prasarana.
4.1.2 Perencanaan hutan
perencanaan hutan di kabupaten TTU menggunakan rencana pengelola jangka
panjang selama 10 tahun, sedangkan jangka pendeknya selama satu tahun ( setiap
tahun ) karena rencana kegiatannya tidak berkelanjutan tetapi refisi kegiatannya
setiap 5 tahun.

17
4.1.1. Inventarisasi Hutan
Hutan Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati di
dunia, di mana Indonesia merupakan urutan ketiga dari tujuh negara yang disebut
Megadiversity Country. Hutan Indonesia merupakan rumah bagi ribuan jenis flora
dan fauna yang banyak diantaranya adalah endemik di Indonesia. Dalam
kenyataannya pemanfaatan hutan alam yang telah berlangsung sejak awal 1970-an
ternyata memberikan gambaran yang kurang menggembirakan untuk masa depan
dunia kehutanan Indonesia.

Gambar 5. Pengambilan data inventarisasi


Inventarisasi hutan yang di lakukan di tegakan mahoni yang berada di Desa
Oeluan memiliki luas yaitu 2 Ha atau sekitar 20.000 m2, luas kawasan yang di
inventarisasi yaitu 1200 m2, dengan intensitas sampling yang di gunakan yaitu 6 %
sehingga jumlah petak ukur yang akan di amati adalah 3 PU metode yang digunakan
dalam inventarisasi ini menggunakan metode line plot sampling. Berikut data hasil
inventarisasi yang dilakukan di Desa

18
Tabel 2. Hasil inventarisasi tegakan mahoni di plot 1

No keliling Diameter Tinggi Volume (M3

1 133 42,36 7,5 1,06


2 278 88,54 3 1,85
3 158 50,32 4,5 0,89
4 126 40,13 9 1,14
5 117 37,26 7 0,76
6 113 35,99 4 0,41
7 150 47,77 3 0,54
8 300 95,54 3 2,15
9 148 47,13 5 0,87
10 200 63,69 6 1,91
11 200 63,69 4 1,27
12 174 55,41 8 1,93
13 102 32,48 7 0,58
14 115 36,62 3 0,32
15 90 28,66 7 0,45
16 178 56,69 2,5 0,63
Total 16,75

Tabel 3. Hasil inventarisasi tegakan mahoni di plot 2.


No Keliling Diameter Tinggi Volume
1 98 31,21 6 0,46
2 66 21,02 7 0,24
3 76 24,20 6 0,28
4 70 22,29 5 0,20
5 73 23,25 7 0,30
6 72 22,93 6 0,25
7 85 27,07 7 0,40
8 101 32,17 8 0,65
9 145 46,18 7 1,17
10 61 19,43 9 0,27
11 80 25,48 5 0,25
12 103 32,80 8 0,68
13 77 24,52 3 0,14
14 110 35,03 3 0,29
Total 5,57

19
Tabel 4. Hasil inventarisasi tegakan mahoni di plot 3.
No Keliling Diameter Tinggi Volume
1 171 54,46 9 2,10
2 220 70,06 9 3,47
3 167 53,18 5 1,11
4 150 47,77 5 0,90
5 99 31,53 8 0,62
6 181 57,64 4 1,04
7 188 59,87 15 4,22
8 166 52,87 4 0,88
9 101 32,17 3 0,24
10 225 71,66 4 1,61
11 104 33,12 8 0,69
12 170 54,14 6 1,38
13 143 45,54 12 1,95
14 101 32,17 11 0,89
15 269 85,67 9 5,19
Total 26,29
Tabel 5. Hasil rekapitulasi inventarisasi pada 3 plot
No PU jmlh pohon vol.tgkan/pu( m3)
1 16 16,75
2 14 5,57
3 15 26,29
JUMLAH 48,61
RATA-RATA 16,2

4.1.2. Pengukuran dan Pemetaan (Penataan Kawasan)

Gambar 6. Peta Administrasi Kabupaten TTU

20
Wilayah KPHP TTU mencakup 23 wilayah kecamatan dan ditinjau dari
keberadaan kawasan hutannya terdiri atas tiga fungsi hutan, yaitu hutan lindung
(HL), hutan produksi tetap (HP) dan hutan produksi terbatas (HPT). KPHP TTU
didominasi oleh areal hutan produksi terbatas mencapai seluas sekitar 53.249 Ha.
4.1.3. Perhutanan Sosial/Agroforestry/HKM
Agroforestry merupakan system penggunaan lahan terpadu yang memiliki
aspek sosial dan ekologi, dilaksanakan melalui pengkombinasian pepohonan
dengan tanaman pertanian dan atau ternak baik secara bersama-sama atau bergiliran
sehingga dari suatu unit lahan tercapai hasil total nabati yang optimal dalam arti
kesinamabungan. Berdasarkan hasil yang didapatkan kegiatan agroforestry dapat
berupa mengamati tanaman agroforestry seperti jagung, bawang merah, bawang
putih, kopi, kacang merah, sayur putih, ubi jalar, dan jeruk. Kegiatan agroforestry
tersebut berada di dalam kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat dalam
bentuk kelompok tani tetapi hasilnya di bagi kepada pemerintah atas dasar
pembayaran pajak setiap tahunnya dipotong 20%. Untuk itu, pemerintah dengan
masyarakat bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat itu sendiri
dalam bentuk kelompok tani. Di samping kerjasama yang telah di bentuk bersama
ada juga hambatan–hambatan terhadap masyarakat dalam mengelola lahan milik
negara diantaranya adalah dalam pengolahan dengan iklim. Dalam hal pengolahan
lahan masih menggunakan secara manual sehingga membutuhkan waktu dan tenaga
kerja yang banyak. Lahan yang yang dikelola oleh masyarakat tersebut termasuk
hutan lindung dengan luas 80 Ha yang dibagi dalam 6 desa.
4.2 Bidang Silvikultur
Silvikultur adalah praktik pengendalian proes permudaan (penanaman), pertu
mbuhan, komposisi, kesehatan, dan kualitas suatu hutan demi mencapai aspek–
aspek ekologi dan ekonomi dapat di sajikan di bawah ini:
4.2.1 Perbenihan
Benih adalah suatu tanaman yang berupa biji tanaman yang sudah mengalami
perlakuan terlebih dahulu agar mampu berkembangbiak dengan baik. Sebelum
melakukan penanaman dilakukan persiapan lahan dari pembersihan gulma ,
pengolaan lahan , pembuatan bedeng tabur hingga penenanaman.

21
Kegiatan perbenihan ini terdapat di Desa Saenam, Kecamatan Miomafo Barat.
Kegiatan perbenihan ini berupa jenis benih kemiri dengan jumlah 15 bedeng dengan
benih yang dibutuhkan 400 kg dengan menggunakan media tanah, kompos, dan
pasir dengan perbandingan 1:2:1. Dalam proses perlakuan benihnya bedengan
ditutupi oleh alang-alang setebal 5 cm agar tetap terjaga kelembabannya dengan
proses penyiramannya dilakukan pada sore hari agar benih tersebut tidak cepat
kering sehingga tetap lembab. Jumlah bedengan sebanyak 15 bedeng dengan luas
bedeng 1 Ha.

A. Bedeng kemiri B. Proses penyiraman


Gambar 7. Bedeng Kemiri dan proses penyiraman
4.2.1. Persemaian
Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih
(bahan lain dari tanaman) menjadi bibit atau semai yang siap ditanam di lapangan.
Berdasarkan hasil yang didapat, proses persemaian dilakukan berupa memindahkan
bibit kemiri dari bedengan untuk siap disemaikan. Dalam proses tersebut, jumlah
polybag yang tersedia sebanyak 22.000 polybag dengan 400 kg benih. Untuk itu,
proses penanamannya setelah pindah dari bedengan menggunakan sepotong kayu
untuk proses penanamannay dengan kedalaman lubang berkisar antara 10-15 cm.
Dengan demikian, luas lahan yang dibutuhkan untuk disemaikan dilapangan adalah
25 Ha untuk 22.000 anakan kemiri. Untuk itu, kegiatan persemaian seta pengisian
polybag dapat dilihat pada gambar 3. dibawah ini.

22
4.2.3. Persiapan Lahan
Kegiatan silvikultur dalam aspek persiapan lahan yang dilakukan di Desa
Saenam, Kecamatan Miomafo Barat. Bersama masyarakat yang tergolong dalam
kelompok usaha tani serta memiliki izin untuk mengelolah lahan milik negara.
Persiapan lahan dapat dilakukan melalui pembersihan lahan dari gulma,
pengolahan lahan, pembuatan bedengan hingga pemasangan mulsa. Persiapan
lahan ini di lakukan di lahan milik Negara yang di kelola oleh masyarakat atas dasar
izin dengan luas lahan 2 Ha jumlah anggota di setiap kelompok 8 orang. Alat-alat
yang di gunakan dalam pengolahan lahan cangkul, parang, linggis. Lebih jelasnya
dapat di lihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 8 . Persiapan lahan

4.2.4 Penanaman
Penanaman adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat penyemaian
kelahan pertanaman untuk didapatkan hasil produk dari tanaman yang
dibudidayakan. Kegiatan penanaman dilakukan di desa Saenam, Kecamatan
Miamafo Barat, kegiatannya dapat berupa menanam jenis tanaman mahoni
disekitar mata air dekat kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat atas dasar
persetujuan dari masyarakat.

23
A. Penggalian Lubang Tanam B. Penanaman
Gambar 9 . Penggalian Lubang Tanam dan Penaman
4.2.5 Penjarangan
Penjarangan adalah suatu tindakan pengurangan banyaknya tanaman untuk
memberi ruang tumbuh bagi tanaman yang tersisa. Dalam penyemaian, biasa
dilakukan penanaman secara agak berlebihan jumlah tanaman untuk
mengompensasi kegagalan perkecambahan. Pada umur tertentu, dilakukan
penjarangan agar kepadatan populasi mencapai tingkat yang paling optimal untuk
mencapai hasil yang maksimum
Penjarangan adalah kegiatan mematikan hama dan penyakit pada tubuhan.
Untuk itu, di Kabupaten TTU tidak dilakukan kegiatan penjarangan. Kegiatan
penjarangan dapat berupa tingkat-tingkat hidup pohon yang berupa pancang.

4.2.6. Pemungutan Hasil Hutan.


Pemungutan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk mengambil hasil hutan
berupa kayu dengan batas waktu, luas dan/atau volume tertentu.kegiatan ini dapat
dilakukan dihutan produksi alam maupun buatan. Sedangkan pemungutan hasil
hutan non kayu adalah kegiatan untuk mengambil hasil hutan non kayu dengan
batas, luas dan/atau volume tertentu. Di kaupaten TTU, pemungutan hasil hutan
berupa kegiatan hasil hutan non kayu seperti asam, gewang, kemiri, pinang.

4.2.7. Perlindungan Hutan Dan Keamanan Hutan.


Perlindungan hutan dan keamanan hutan merupakan kegiatan untuk
menjaga dan mempertahankan keberadaan kawasan hutan serta hak – hak Negara
atas kawasan hutan, mencegah dan membatasi kerusakan kawasan hutan. Untuk itu,
keamanan hutan tersebut dapat berupa kegiatan patroli. Kegiatan patroli di
Kabupaten TTU di lakukan setiap hari pada malam hari mulai dari jam 07:00-12:00

24
WITA pada pos –pos yang sudah ditetapakan oleh kepala KPH TTU. Dalam satu
kali turun lapangan sebanyak 1 regu. Kendala-kendala yang terdapat pada saat turun
lapangan adalah alat-alat kurang lengkap seperti alat komunikasi (HT), sarana dan
prasarana terbatas.

4.3. Bidang Teknologi Hasil Hutan.


4.3.1. Teknologi hasil hutan kayu
Kegiatan teknologi hasil hutan kayu yang dilaksanakan di Desa Naiola,
Kecamatan Bikomi Selatan dapat berupa penggergajian kayu yaitu mebel. Jenis
usaha tersebut berupa jenis usaha kayu jati yang merupakan kayu yang berkualitas
tinggi untuk mendukung usaha yang diinginkan oleh pengusaha. Untuk itu, dalam
proses pengerjaan permebelan tersebut terdapat alat dan bahan yang akan
digunakan sebagai brikut :
Tabel 4. Alat dan bahan HHK
No. Jenis alat/bahan Harga
1. Gergaji mesin Rp 550.000
2. Skap Rp. 800.000
3. Somel Rp . 2.200.000
4. Profil Rp .900.000
5. Amplas Rp . 450.000
6. Hamar Rp. 30.000
7. Gergaji tangan Rp. 35.000
8. Pensil Rp. 3.000
9. Kuas Rp. 10.000
10. Paku Rp. 15.000
11. Fernis Rp. 60.000
12. Cat Rp. 30.000
13. Bor Rp. 350.000
14. Kayu jati 1 lembar = 30.000

Berdasarkan data-data yang telah didata diatas dapat dibahas bahwa dalam
usaha mebel jenis kayu jati dengan harga satu lembar papan Rp.30.000 untuk itu,

25
jenis usaha yang diproduksi dapat berupa jendela, pintu, kursi, meja. Harga 1
jendela 2.000.000, pintu 600.000, kursi 100.000, meja 250.000. data di atas melalui
hasil wawancara

Analisis
Jendela:
Dalam 1 bulan jendela dapat menghasilkan 45 buah dengan harga satu jendela
200.000
Jadi, pendapatan = harga x produk
= 200.000 x 45
= 9.000.000
Keuntungan:
Pendapatan-modal
= 9.000.000-1.000.000
= 8.000.000
Pintu:
Dalam 1 bulan pintu dapat menghasilkan 5 buah pintu dengan harga satu pintu
Rp.600.000.
Jadi, pendapatan = harga x produk
= 600.000 x 5
= 3.000.000
Keuntungan = pendapatan-modal
= 3.000.000-1.000.000
= 2.000.000
Kursi:
Dalam 1 bulan kursi dapat menghasilkan 20 kursi dengan harga 1 kursi Rp.100.000.
Jadi, pendapatan = harga x produk
= 100.000 x 20
= Rp.2.000.000
Keuntungan = pendapatan-modal
= 2.000.000-1.000.000
= 1.000.000

26
Meja:
Dalam 1 bulan meja dapat menghasilkan 25 meja dengan harga 1 meja Rp.250.000
Jadi, pendapatn = harga x produk
= 250.000 x 20
= 5.000.000
Keuntungan = pendapatan-modal
= 5.000.000-1.000.000
= Rp.4.000.000

4.3.2 Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu


Hasil hutan bukan kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati
maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal
dari hutan. Hasil hutan bukan kayu telah lama diketahui menjadi komponen penting
dari kehidupan masyarakat sekitar hutan. Bagi sebagian besar penduduk, hasil
hutan bukan kayu merupakan salah satu sumber daya penting dibandingkan kayu.
Banyak rumah tangga di sekitar kawasan hutan ini, menggantungkan hidupnya
terutama pada hasil hutan bukan kayu sebagai kebutuhan sampingan (subsistem)
dan atau sebagai sumber pendapatan utama.
Kegiatan HHBK dilaksanakan di Kelurahan Bansone, Kecamatan Kota
Kefamenanu. Jenis usaha HHBK berupa asam dengan gewang.

A.Biji Gewang B. Asam


Gambar 10. Hasil hutan bukan kayu
Berdasarkan gambar diatas dapat dibahas bahwa hasil produksi HHBK
yaitu asam dan biji gewang yang merupakan salah satu penghasilan dikelola oleh

27
masyarakat guna memenuhi kebutuhan hidup. Untuk asam harga jual dari
masyarakat 1 kgnya Rp 3.500 dalam sehari usaha dari bapak Segeng Prasetyo
dapat mengkasilkan 5-10 karung dan biji gewang di ekspor langsung ke china
untuk di jadikan bahan kosmetik , obat – obatan. Untuk biji gewang harga jual dari
masyarakat 1 kg Rp 2000 dalam sehari dapat menghasilkan 5-10 karung dan sekali
produksi bapak segeng parsetyo mendapakan keuntungan Rp1.000.000

4.4 Konsevasi dan Ekowisata


Konservasi adalah upaya-upaya pelestarian lingkungan akan tetapi tetap
memperhatikan manfaat yang bisa didapatkan pada saat itu dengan cara tetap
mempertahankan keberadaan setiap komponen-konponen lingkungan untuk
pemanfaatan di masa yang akan datang.

Atau konservasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk
dapat melestarikan alam, konservasi bisa juga disebut dengan pelestarian ataupun
perlindungan. Jika secara harfiah konservasi berasal dari bahasa Inggris yaitu dari
kata “Conservation” yang berati pelestarian atau perlindungan.

Konservasi merupakan pelestarian atau perlindungan. Kegiatan konservasi


di laksanakan di Kabupaten TTU, Kecamatan Insana Utara, Desa Humusu Wini
kegiatannya berupa memperbaiki dan membersihkan saluran mata air yang di
konsumsi oleh masyarakat yang bertempat tinggal disekitarnya sekaligus sumber
mata air tersebut adalah air adat yang dipercaya oleh masyarakat sekitar.
Dalam melakukan pembersihan mata air di lakukan oleh mahasiswa KKBM
dan masyarakat Humusu Wini agar mata air di sekita Desa tetap bersih dan
pengaliran air lancer untuk di konsumsi oleh masyarakat setempat. Sedangkan
untuk kegiatan ekowisatanya di lakukan di Desa yang sama, kegiatan tersebut
berupa pembuatan plang, papan informasi dan larangan yang di lakukan oleh
mahasiswa KKBM jurusan Kehutanan.

28
A. perbaikan saluran mata air B. Pembersihan saluran
Gambar 11. Perbaikan saluran mata air dan pembersihan saluran

29
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Pada Praktek Pengelolaan Hutan ( PPH ) yang dilaksanakan di Kabupaten
Timor Tengah Uatara ( TTU ) selama 1 bulan dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan sumber daya hutan pada mencakup semua bidang mulai dari bidang
manajem ada inventarisasi hutan dan agroforesri/perhutanan social, bidang
silvikultur ada perbenihan dan persemaian, bidang kawasan konservasi dan
ekowisata ada perlindungan kawasan hutan (patroli) dan wisata alam dan bidang
yang terakhir teknologi hasil hutan kayu (mebel) teknologi hasil hutan bukan kayu
(Asam).

5.2 Saran
Diharapkan dengan laporan ini dapat menambahkan wawasan tentang
pengelolaan hutan yang ada di KPH TTU dan laporan ini di masa yang
mendatang dapat digunakan sebagai salah satu sumber data untuk kegiatan
praktek selanjutnya, dihaparakan juga bahwa memperhatikan sarana dan prasaran
dalam kegiatan – kegiatan kedepanya.

30
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/hutan_bakau

Istomo dkk. 2008. Panduan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan. Bogor :


Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan IPB.

Soepardi, Goesnowo. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor.

Soerianegara, I. dan Indrawan. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. FakultasKehutanan,


Institut Pertanian Bogor. Bogor

31

Anda mungkin juga menyukai