(.,!2-I • S2-
··- ,-· _
[J
..._ -----:---
::. c'~.
~~-
'
. -~: .- . i .. 1~· / ),') ~
' ,,/ I.._,.' '_.,· ..., .. ~ ,_.,/· \..._/"
~L,
!_)
cJ- . .,..
. ...)
I
'
') )
DASARPERENCANAAN
DAN PEMILIBAN
ELEMEN NESIN
... ·~
I .'7
ffLY' ~70 I 0
(Q. 2.:J ! 70 Co; <f-7
~''?
UNDANG·UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1987
Tentang
Hak Cipta
pasal 44
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumum·
kan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin
untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan I atau denda paling banyak
Rp 100.000.000,00 (seratus iuta rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan
atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagai mana
dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana pen·
jara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 50.000.000,00 ( limapuluh juta rupiah).
DASAR PERENCANAAN
DAN PEMILIHAN
ELEMEN MESIN
OLEH:
KIYOKATSU SUGA
Professor, Toh-in Gakuen
Technical College. Japan
Cetakan Kesepuluh
PT P1lADNYA mRAMJrA
JAKARTA
Perpustakaan Nasional: katalog dalam terbitan (KDT)
Sularso
621.82
PRAKATA
Dengan berkembangnya segala bentuk industri yang mempergunakan dan meng-
hasilkan mesin di Indonesia, maka semakin banyak diperlukan tenaga trampil yang
mampu mengatasi berbagai masalah perbaikan dan perencanaan mesin. Namun justru
dalam keadaan yang demikian itu akhir-akhir ini dirasakan adanya kelemahan dalam
pengetahuan-pengetahuan dasar mesin pada para teknisi yang berkecimpung dalam
bidang permesinan. Kelemahan ini di .antaranya diakibatkan oleh kurangnya sarana
pendidikan, baik yang formil maupun non-formil, bagi para tenaga teknik di Indonesia.
Salah satu sarana yang penting tetapi langka adalah buku. Maka penulisan buku ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka memperkokoh pengetahuan
dasar dalam Elemen Mesin bagi para teknisi dan tenaga profesionil lainnya.
Sesuai dengan judulnya, buku ini bermaksud memberikan pedoman dalam meren-
canakan dan memilihelemen mesin. Meskipun tujuan utamanya adalah membantu para
mahasiswa tingkat sarjana muda di Perguruan Tinggi, namun uraian-uraian dalam
buku ini diberikan secara praktis sehingga dapat ditangkap juga oleh siswa Sekolah
Lanjutan Atas maupun mereka yang mempunyai dasar pengetahuan sederajat.
Contoh-contoh perhitungan dalam buku ini diberikan secara terperinci disertai
tabel-tabel dan grafik-grafik.Tata cara perhitungan yang pentingjuga dijelaskan dalam
bentuk diagram aliran atau flow chart sehingga para pembaca dapat memperoleh
gambaran menyeluruh tentang langkah-langkah yang perlu dilakukannya. Diagram
aliran ini bila perlu juga dapat dimanfaatkan untuk menyusun program komputer.
· Sebagai standar untuk menyatakan bahan, ukuran, jenis, dll. di dalam buku ini
dipergunakan standar Jepang JIS. Dengan dasar standar JIS ini tidak akan ada
kesulitan mencari ekivalensi atau persamaannya dengan standar lain, terutama standar
internasional ISO dan standar lain yang terkenal di dunia.
Penulis menginsyafibahwa masih ada beberapa hal yang dapat ditambahkan untuk
lebih melengkapi buku ini. Namun untuk itu kami terlebih dahulu akan mengundang
saran dan tanggapan dari para pembaca.
Akhimya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besamya
kepada Dr. Seiji Kaya, Ketua dari The Association for International Technical
Promotion di Jepang atas kerja sama dan bantuan yang diberikan dalam penulisan dan
penerbitan buku ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada Tuan Koichi Fukui dan
Prof. ir. Wiranto Arismoenandar yang telah menjembatani kerja sama ini.
SULARSO
DAFTAR IS I
BAB 4. BANTALAN
4.1 Klasifikasi Bantalan ............................•......................•.. 103
4.2 Perbandingan Antara Bantalan Luncur Dan Bantalan Gelinding ,.... 103
4.3 Klasifikasi Bantalan Luncur. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 104
4.4 Dahan Untuk Bantalan Luncur 105
vi Daftar lsi
1,,ampira.n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . 329
.
Ul!IOJOIJ:lq iiue.( qnl(iiUl!l•IIRl(i!Ul!I Ul!l(ilunqnqtu:iw l(n1un Ul?J!lll S!JllD
·infue1J:,q
iiun.< Ul!J!II! wn1np :ll( unl(nsnw:id mens nn1e ·n.<uinl(!J:,q mun n.<uwn
-1:,q:1s 1ndw:11 :ll( uesn1nd:1l( 1ndw:i1 !Jr.p u11Jnn1:mu:id unl(tnu.<u:iw ~n1un llunqnqlu:,d
0
·u,,iiunw
l!'f!p:,sas ue)(eqesn,p !e)(ed!P Sue.< Sueqwe1 qe1wnr ·ueeue:,u:>J;>d eJe:> Ul'l?l ue!JJ:>Su~
Ue)(qepnwaw )(ntun J:,1ndwo'lf wnwn weJ8oJd we1ep ue'lfeunSJ:>d!P ese,q Bue.< ue8uap
npaqreq ,ie8e 1enq!p mqesrai 8ueqwe1-Sueqwe1 ·,u, qeMeq !P !lJ:>das 8ueqwe1-Sueqwe1
ue}feunSSu:,w ueffu:,p ue)fJeqweff!P !U! n)fnq !Jep !lU! !Pefu:,w Sue.< Ut?J!lt? weJSt?!O
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua
mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam
transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
Dalam bab ini akan dibicarakan hal poros penerus daya dan pasak yang dipakai
untuk meneruskan momen dari atau kepada poros.
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau sproket
rantai, dll.
(2) Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana
beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus dipenuhi poros
ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
(3) Gandar
Poros seperti yang dipasang di antara roda-roda kereta barang, dimana tidak
mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, disebut gandar.
Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula
dimana akan mengalami beban puntir juga.
Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros
engkol sebagai poros utama dari mesin totak, dll., poros luwes untuk transmisi daya
kecil agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah, dan lain-lain.
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan
antara puntir dan lentur seperti telah diutarakan di atas. Juga ada poros yang mendapat
2 Bab 1. Poros Dan Pasak
beban tarik atau tekan seperti poros baling-balingkapal atau turbin, dll.
Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros
diperkecil(poros bertangga) atau bila poros mempunyaialur pasak, harus diperhatikan.
Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban
di atas.
Meskipun sebuah poros mempunyaikekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau
defteksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidak-telitian (pada mesin
perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada turbin dan kotak roda gigi).
Karena itu, disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan
disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat
terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini
dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dll., dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jika mungkin, poros harus direnca-
nakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.
(4) Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros propeler
dan pompa bila terjadi kontak dengan ftuida yang korosif. Demikian pula untuk poros-
poros yang terancam kavitasi, dan poros-poros mesinyang sering berhenti lama. Sampai
batas-batas tertentu dapat pula dilakukan perlindungan terhadap korosi.
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingio
dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang dibasilkan dari
ingot yang di-"kill" (baja yang dideoksidasikandengan ferrosilikon dao dicor; kadar
karbon terjamin) (JIS 03123 Tabet I.I}. Meskipun demikian, bahan ini kelurusanoya
agak kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena tegangao yang kurang
seimbang misalnya bila diberi alur pasak, karena ada tegangan sisa di dalam terasnya.
Tetapi penarikan dingin membuat permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya
bertambah besar. Harga-harga yang terdapat di dalam tabel diperoleh dari batang
percobaan dengan diameter 25 mm; dalam hal ini harus diingat bahwa untuk poros
yang diameternyajauh lebih besar dari 25 mm, harga-harga tersebut akan lebih rendab
dari pada yang ada di dalam tabel lcarenaadanya pengaruh masa.
Poros-poros yang dipakai untuk meneruslcan putaran tinggi dan beban berat
umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap
keausan. Beberapa di antaranya ·adalah baja khrom nikel, baja .khrom nikel molibden,
baja khrom, haja khrom molibden, dll. (04102, 04103, 04104, 04105 dalam Tabel
1.2). Selcalipundemikian pemakaian baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika
alasannya hanya karena putaran tinggi dan beban berat. Dalam hal demikian perlu
dipertimbangkan penggunaan baja karbon yang diberi perlakuan panas secara tepat
untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan. Baja tempa (03201, ditempa dari ingot
1.2 Hal-ha] Penting Dalam Perencanaan Poros 3
Tabel 1.1 Baja karbon untuk. konstruksl mes1n dan baja batang yang diftms
dingin untuk poros.
Perlakuan Kekuatan tarik Keterangan
Standar dan macam Lam bang
panas (kg/mm2)
S30C Penonnalan 48
S35C " 52
n
Baja karbon kens- S40C SS
truksi mesin S4SC II
58
(JIS 04501) S50C II
62
S55C II
66
Batang baja yang S35C-D - 53 ditarik dingin,
difinis dingin S45C-D - 60 digerinda, di-
S55C-D - 72 bubut, atau ga-
bungan antara
hal-hal tersebut
Kekuatan tarik
Standar dan macam Lambamg Perlakuan panas
(kglmm2)
SNC 2 - 85
Baja khrom nikel SNC 3 - 95
(JIS G 4102) SNC21 Pengerasan kulit 80
SNC22 II
100
SNCM 1 - 85
SNCM 2 - 95
Baja khrom nikel molibden SNCM 7 - 100
(JIS G 4103) SNCM 8 - 105
SNCM22 Pengerasan kulit 90
n
SNCM23 100
SNCM25 " 120
SCr 3 - 90
SCr 4 - 95
Baja khrom
(JIS G 4104)
SCr 5 - 100
SCr21 Pengerasan kulit 80
SCr22 " 85
SCM 2 - 85
SCM 3 - 95
SCM 4 - 100
Baja khrom molibden
(JIS G 4105)
SCM 5 - 105
SCM21 Pengerasan kulit 85
SCM22 II
95
SCM23 II
100
4 Bab 1. Poros Dan Pasak
yang dikil dan disebut bahan SF; kekuatan dijamin)juga sering dipakai.
Poros-poros yang bentuknya sulit seperti poros engkol, besi cor nodul atau coran
lainnya telah banyak dipakai.
Gandar untuk kereta rel dibuat dari baja karbon, khususnya yang dinyatakan
dalam E4502(Table 1.3). Demi keamanan, perlu dipertimbangkan secara hati-hati,
Tabet 1.3 Baban poros untuk kendanan rel.
A SFA SSA
Kelas I Poros pengikut 28 SS
B SFA SSB Penormalan atau
celup dingin dan
A SFA 60A pelunakan
Kelas 2 30 60
B SFA 608
Pada umumnya baja diklasifikasikanatas baja lunak, baja liat, baja agak keras,
dan baja keras. Di antaranya, baja liat dan baja agak keras banyak dipilih untuk
poros. Kandungan karbonnya adalah seperti yang tertera dalam Tabet 1.4. Baja
lunak yang terdapat di pasaran umumnya agak kurang homogen di tengah, sehingga
tidak dapat dianjurkan untuk dipergunakan sebagai poros penting. Baja agak keras
pada umumnya berupa baja yang dikil seperti telah disebutkan di atas. Baja macam ini
jika diberi perlakuan panas secara tepat dapat menjadi bahan poros yang sangat baik.
Meskipun demikian, untuk perencanaan yang baik, tidak dapat dianjurkan untuk
memilih baja atas dasar klasifikasi yang terlalu umum seperti di atas. Sebaiknya pe-
1.3 Poros Dengan Behan Puntir 5
SF 40,45
Baja tempa ASTM A105-73
50,55
SNC BS 653M31
Baja nikel khrom
SNC22 BS En36
ST ART a
STOP
4 Momen puntir rencana T (kg mm)
END
tarikan, atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan
pada poros motor, maka kemungkinan adanya pembebanan tambahan tersebut perlu
diperhitungkan dalam faktor keamanan yang diambil.
Tata cara perencanaan diberikan dalam sebuah diagram aliran. Hal-hal yang perlu
diperhatikan akan diuraikan seperti di bawah ini.
Pertama kali, ambill ah suatu kasus di mana daya P (kW) harus ditransmisikan
dan putaran poros n, (rpm) diberikan. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap daya P tersebut. Jika P adalah daya rata-rata yang diperlukan maka harus
dibagi dengan efisiensi mekanis '1 dari sistim transmisi untuk mendapatkan daya peng-
gerak mula yang diperlukan. Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat start,
atau mungkin beban yang besar terus bekerja setelah start. Dengan demikian sering
kali diperlukan koreksi pada daya rata-rata yang diperlukan dengan menggunakan
faktor koreksi pada perencanaan.
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka berbagai macam
faktor keamanan biasanya dapat diambil dalam perencanaan, sehingga koreksi pertama
dapat diambil kecil. Jika faktor koreksi adalah lc (Table 1.6) maka daya rencana Pd
(kW) sebagai patokan adalah
Pd =/cf'(kW) (I.I)
Jika daya diberikan dalam daya kuda (PS), maka harus dikalikan dengan 0, 735
untuk mendapatkan daya dalam kW.
Jika momen puntir (disebutjuga sebagai momen rencana) adalah T(kg·mm) maka
p _ (T/1000)(21tn1/60)
(1.2)
" - 102
sehingga
Bila momen rencana T (kg· mm) dibebankan pada suatu diameter poros d. (mm),
mak.a tegangan geser -r (kg/mm2) yang terjadi adalah
T 5,lT
(1.4)
T = (xd:/16) = d;
Tegangan geser yang diizinkan t., (kg/mm2) untuk pemakaian umum pada poros
dapat diperoleh dengan berbagai cara. Di dalam buku ini 1'., dihitung atas dasar batas
kelelahan puntir yang besarnya diambil 40% dari batas kelelahan tarik yang besamya
8 Bab 1. Poros Dan Pasak.
kira-kira 45% dari kekuatan tarik u8 (kg/mm2). Jadi batas kelelahan puntir adalah 18%
dari kekuatan tarik "•• sesuai dengan standar ASME. Untuk harga 18% ini faktor
keamanan diambil sebesar 1/0,18 = 5,6. Harga 5,6 ini diambil untuk bahan SF dengan
kekuatan yang dijamin, dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa, dan paja
paduan. Faktor ini dinyatakan dengan S/1•
Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau
dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh
kekasaran permukaan juga harus diperhatikan. Untuk memasuklcan pengaruh-pengaruh
ini dalam perhitungan perJu diambil faktor yang dinyatakan sebagai S/2 dengan harga
sebesar 1,3 sampai 3,0.
Dari hal-hal di atas maka besamya 'ta dapat dihitung dengan
(1.5)
Kemudian, keadaan momen puntir itu sendiri juga harus ditinjau. Faktor koreksi
yang dianjurkan oleh ASME juga dipakai di sini. Faktor ini dinyatakan dengan K,,
dipilih sebesar 1,0jika beban dikenakan secara halus, 1,0-1,5 jika terjadi sedikit kejutan
atau tumbukan, dan I ,S-3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan
besar.
Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terdiri atas
momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian dengan
beban lentur di masa mendatang. Jika memang diperkirakan akan terjadi pemakaian
dengan be ban lentur maka dapat dipertimbangkan pemakaian faktor c. yang harganya
antara 1,2 sampai 2,3. (Jika diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur maka
C,, diambil = 1,0).
Dari persamaan (1.4) diperoleh rumus untuk menghitung diameter poros d. (mm)
sebagai
d.
5,1
= [TaK,C,,T
]1/3 (1.6)
Diameter poros harus dipilih dari Tabet 1.7. Pada tempat dimana akan dipasang
bantalan gelinding, pilihlah suatu diameter yang lebib besar dari harga yang cocok di
dalam tabel untuk menyesuaikannya dengan diameter dalam dari bantalan. Dari
bantalan yang dipilih dapat ditentukan jari-jari filet yang diperlukan pada tangga poros.
Selanjutnya ukuran pasak dan alur pasak dapat ditentukan dari Tabet 1.8.
Harga faktor konsentrasi tegangan untuk alur pasak a. dan untuk poros bertangga
{J dapat diperoleh dengan diagram R. E. Peterson (Gambar 1.1, 1.2).
Bila« atau P dibandingkan deogan faktor keamanan S/2 untnk'konsentrasi tegangan
pada poros bertangga atau alur pasak yang ditaksir terdahulu, maka « atau p sering kali
menghasilkan diameter poros yang lebih besar.
Periksalah perhitungan tegangan, mengingat diameter yang dipilib dari Tabel I. 7
lebih besar dari d, yang diperoleh dari perhitungan.
Bandingkan a. and P, dan pilihlah yang lebih besar.
Lakukan koreksi pada S/2 yang ditaksir sebelumnya untuk konsentrasi tegangan,
dengan mengambil 'ta· S/2/(a. atau {J) sebagai tegangan yang diizinkan yang dikoreksi.
Baodingkan harga ini dengan 't' • C,, • K1 dari tegangan geser 't' yang dihitung atas dasar
poros tanpa alur pasak, faktor lenturao c,,,dan faktor koreksi tumbukan K,. dan
tentukan masing-masing harganya jika basil yang terdahulu lebih besar, serta lakukan
penyesuaian jika lebih kecil.
1.3 Poros Dengan Beban Puntir 9
Keterangan: 1. Tanda • menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan
standar.
2. Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan dipasang
bantalan gelinding.
4,1
·-~1
I
>---
-
l,8
-:loo
I • >---
Ill
r ~
c: l.4
I -
r-- >---
.__
~ l,O
\
6 ' :
I
"
-
"'r-,.....
r-
Gbr. I.I Faktor koasentrasi tegangan II untuk
pembebanan puntir stads dari suatu
poros buJat dengan alar pasak persegi
yang diberi filet.
1,4
--
1.0
o o,m o,04 0.(16 o.os 0.10 0,12 0,14
r
rs
10 Bab 1. Poros Dan Pasak
Pcnampang
:
Pcnampang pasalt alur pasak
I
~ ~
~
~
: 14
c
I I~
Utmu
DOlllhial ICandu c r
puat
bxlr
b,11,,
,wab,
Puak prismatll
Puak lwu:ur
Puak
tltu1
,,
SWldu
Puat
prilmatll IWICUr
Puu
IUUI
!WI
'•
IMalcr poros :,&Ill
clapat cllpabl ,r•
2" 2
......
3" 3
2
.s
3
2
3
0,16-
0,25
6-lO
6-36
1,2
1,8
1.0
1,4 o,
0,5 0,()8-
0,16
.
Lcblb clarl
.
6-1
8-10
SxS
4
s -
MS
10-56
2,5
3,0
.. 1,8
2,l
1.2
1,7
------ .. 10-11
12-17
,.,
6x6 6 6 14-10 3,5 2,8 2,2 ll-21
(7 x 7) 7 7 I 7,2
0,25-
0,40 16-80 4,0 3,0 I 3.0
0,16-
0,25 . 2G-1S
.
8x7
IOx 8
8
10
7
8
- ll-90
21-110
4,0
s,o
3J
3,)
2,4
1,4
- ..
21-30
:,0-38
12 x 8
14x9
12
14
8
9
18-140
36-160
5,0
s.s
3,3
3,1
2,4
2, . 38-44
44-SO
.
0,40- 0,25-
(15 x 10) 15 10 I 0-'C)
40-180 s.o 5,0 I s.s S,O
0,40
50-SS
..
1o.2
-
16" 10 16 10 45-180 6,0 4,) 3,4 50-~
------ ..
18 x II 18 II S0-200 7,0 4,4 ' 3,4 58-65
QA x 16) 24 16 I 16,2
G,60-
0,80 70-280 8,0 a,o I a,s a,o
0,40-
0-'C) ~
1S x 14 14 70-180 9,0 5,4 4,4 .. 85-95
.
1S
18 x 16 18 16 80-310 10,0 6,4 S,4 9~110
32 x IS 32 18 90-360 11,0 7,4 6,4 110-130
• I barus dipilih dari anglta-angka berikut sesuai dengan daerah yang bmangkutan dalam tabcl.
6,8,10,12,14,16,18,20,22,2S,'28,32,36,40,4S,SO,S6,63,70,80,90,100,110,12S,140,160,180,200,220,2S0,280,
320, 360, 400.
1.3 Poros Dengao Beban Puntir 11
[Contoh 1.1) Tentukan diameter sebuah poros bulat untuk meneruskan daya 10 (kW)
pada 1450 (rpm). Disamping beban puntir, diperkirakan pula akan dikenakannya
beban lentur. Sebuah alur pasak perlu dibuat, dan dalam sehari akan bekerja selama
8 jam dengan tumbukan ringan. Dahan diambil baja batang difinis dingin S30C.
[Penyelesaian]
Diameter poros motor dengan daya 10 (kW) x 4 kutub adalah lebih besar dari
,J,30, yaitu tf,42.
M1 M1 I0,2M1
a.,~ Z = (rc/32)d: = d: (1.7)
d=
10,2
[-M
]1/3 (1.8)
• '111 I
Dalam kenyataan, gandar tidak hanya mendapat beban statis saja melainkan
juga beban dinamis. Jika perhitungan d, dilakukan sekedar untuk mencakup beban
dinamis secara sederhana saja, maka dalam persamaan (1.8) dapat diambil faktor
keamanan yang lebih besar untuk menentukan a.,. Tetapi dalam perhitungan yang lebih
1.4 Poros Dengan Behan Lentur Mumi 13
teliti, beban dinamis dalam arah tegak dan mendatar harus ditambahkan pada beban
statis. Bagian gandar dimana dipasangkan naf roda disebut dudukan roda. Behan
tambahan dalam arah vertikal dan horizontal menimbulkan momen pada dudukan
roda ini.
Suatu gandar yang digerakkan oleh suatu penggerak mula juga mendapat beban
puntir. Namun demikian gandar ini dapat diperlakukan sebagai poros pengikut dengan
jalan mengalikan ketiga momen tersebut di atas (yang ditimbulkan oleh gaya-gaya
statis, vertikal dan horizontal) dengan faktor tambahan (faktor m) dalam Tabel 1.9.
Tabel 1.9 Faktor tambaban tegangan pada gandar.
Faktor tambahan
Pemakaian gandar tegangan m
Lambang dari masing-masing bagian perangkat roda diberikan dalam Gambar 1.3.
Rumus perencanaan gandar diberikan dalam JIS E4501. Tata cara perencanaan
dengan menggunakan rumus-rumus tersebut ditunjukkan dalam suatu diagram aliran
(Diagram 2). ·
. I
~'r:~
Gbr. 1.3 Godar.
1f ~
R0----·- I ------f.R0
~------}---------.
Rumus-rumus dari JIS E4501 diberikan di bawah ini, sedangkan arti dari Iambang-
lambangnya dapat dilihat di dalam diagram aliran.
( START
• a
I 1 Behan statis pada satu gandar W (kg)
Jaralt telapak roda g (mm) 9 Diameter tumpuan roda tJ. (mm)
Jaralt bantalan radial j (mm)
Tinggi titilt berat H (mm)
Kecepatan kerja malts. V (km/h) 10 Tegangan lentur pada tumpuan
Jari-jari telapak roda r (mm) rods di scbclah dalaJn naf roda 11•
I It mm1)
•
2 Momcn pada tumpuan roda ltarcna 11 Faktor keamanan kelelahan n
bcban statis M1 (kg mm)
l •
Behan tamhahan karcna
getaran vcrtiltal
J I
3 =ex
[Behan statis) '
[Behan horisontal)
[Bcban statis pada] ""«L
I satu nndar
.
4 Momen pada tumpuan roda karcna 13 Diameter tumpuan roda d, (mm)
gaya vertikal tamhahan M 2 (kg mm) Bahan poros
Perlaltuan panas
I
•
S Jarak dari tengah hantalan kc ujung
luar naf roda a (mm)
I
Panjang naf roda I (mm) STOP
J
• END
6 Behan borisontal P (kg)
Behan pada bantalan karena bchan
horisontal Q0 (kg)
Bcban pada telapak roda karena
bcban horisontal R0 (kg)
I
I,,
borisontal M J (kg mm)
I
8 Macam. pcmakaian, bahan, per·
lakuan panas dari roda
Tegangan lentur yang diizinkan
menurut macam roda ow• (kg/mm2)
Faktor tambahan untuk tegangan
menurut pcmakaian roda m
cb
1.4 Poros Dcngao Beban Lentur Murni ts
M3 =Pr+ Q0(a + /) - R0[(a + /) - (j- g)/2) (l.14)
Kelas 1 10,0
Kelas 2 10,S
Kelas 3 11,0
Kelas 4 IS,O
(I.IS)
Setelah d. ditentukan maka tegangan lentur a-,. (kg/mm2) yang terjadi pada dudukan
roda dapat dihitung. Selanjutnya jika a,..,,/a,. sama dengan I atau lebih, maka
(1.16)
(1.17)
[Contoh 1.2) Sebuah kereta tambang beratnya 2,6 ton memakai 2 gandar dengan
4 roda. Gandar tersebut tetap, dan beratnya sendiri 950 (kg). Lebar rel 610 (mm) dan
jarak tumpuan pada gandar dengan penampang pesegi adalah 420 (mm). Berapakah
diameter gandar yang harus diambil pada bantalan rol kerucut yang dipasang pada
jarak 285 (mm) dari tengah gandar? (Gambar 1.4)
[Penyelesaian] Beban pada gandar adalah (950 + 2600)/2 = 1775 (kg). Panjang
lengan momen pada bantalan rol kerucut adalah (610/2) - 285 = 20 (mm). Besamya
momen lentur
950 + 2'00ki
610
(Catatan: Dalam kenyataan perlu dipakai diameter 60 mm sebagai basil dari perhitungan
bantalan yang akan dipergunakan).
[Contoh 1.3] Gandar dari sebuah kendaraan rel seperti diperlihatkan dalam Gambar
1.5, mendapat beban statis sebesar 12000 (kg). Tentukan diameter gandar pada dudukan
roda. Kecepatan maksimum dianggap sebesar 100 (km/h), dan bahan gandar diambil
dari JIS E4502 Kelas 3. ·
0
mo
T' =
Untuk poros pengikut m = 1
® d, ~ [10,2 x 1 x (2,43 + l~,972 + 2,188) x 106 3 173 ((mm)-+ 175 (mm)
Pada poros yang pejal dengan penampang bulat,« = 32 M/xd: dan T = 16 T/xd!,
sehingga
(l.18}
Beban yang bekerja pada poros pada umumnya adalah beban berulang. Jika poros
tersebut mempunyai roda gigi untuk meneruskan daya besar maka kejutan berat akan
terjadi pada saat mulai atau sedang berputar.
Dengan mengingat macam beban, sifat beban, dll., ASME menganjurkan suatu
rumus untuk menghitung diameter poros secara sederhana dimana sudah dimasukkan
pengaruh kelelahan karena be ban berulang. Disini faktor koreksi K, untuk mo men puntir
seperti terdapat dalam persamaan (1.6) akan terpakai lagi. Faktor lenturan C,,. dalam
perhitungan ini tidak akan dipakai, dan sebagai gantinya dipergunakan faktor koreksi
Km untuk momen lentur yang dihitung. Pada poros yang berputar dengan pembebanan
momen lenturyangtetap, besamya faktor Kmadalah 1,5. Untuk beban dengan tumbukan
ringan Km terletak antara 1,5 dan 2,0, dan untuk beban dengan tumbukail berat K,,,
terletak antara 2 dan 3.
18 Bab 1. Poros Dan Pasak
Besamya 'tmu yang dihasilkan harus lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan
i •. Harga-harga K, telah diberikan dalam pasal 1.3.
Ada suatu cara perhitungan yang populer dimana dicari lebih dahulu momen
puntir ekivalen yang dihitung menurut teori tegangan geser maksimum, dan momen
lentur ekivalen yang diperoleh dengan teori tegangan normal maksimum. Selanjutnya
diameter poros ditentukan dengan menganggap bahwa kedua momen di atas seolah-
olah dibebankan pada poros secara terpisah. Dari kedua basil perhitungan ini kemudian
dipilih harga diameter yang terbesar. Namun demildan, pemakaian rumus ASME
lebih dianjurkan dari pada metoda ini.
Dari parsamaan (1.19)
Besamya deformasi yang disebabkan oleh momen puntir pada poros harus dibatasi
juga. Untuk poros yang dipasang pada mesin umum dalam kondisi k.erja normal, be-
samya defteksi puntiran dibatasi sampai 0,25 atau 0,3 derajat. Untuk poros panjang
atau poros yang mendapat beban kejutan atau berulang, harga tersebut harus dikurangi
menjadi l /2 dari harga di atas. Sebaliknya dapat terjadi, pada poros transmisi di dalam
suatu pabrik, beberapa kali harga di atas tidak menimbulkan kesukaran apa-apa.
Jika d. adalah diameter poros (mm), fJ defteksi puntiran (0), I panjang poros (mm),
T momen puntir (kg· mm), dan G modulus geser (kg/mm2), ma.ka
Tl
fJ = 584Gd' (1.21)
•
Dalam hat baja G = 8,3 x 103 (kg/mm2). Perhitungan fJ menurut rumus di atas
dilakukan untuk memeriksa apakah barga yang diperoleh masih di bawah batas harga
yang diperbolehkan untuk pemakaian yang bersangkutan. Bila 8 dibatasi sampai 0.25 °
untuk setiap meter panjang poros, maka dapat diperoleh persamaan
Kekakuan poros terhadap lenturan juga perlu diperiksa. Bila suatu poros baja
ditumpu oleh bantalan yang tipis atau bantalan yang mapan sendiri, maka lenturan
poros y (mm) dapat ditentukan dengan rumus berikut.
Fl~./~
Y = 3,23 x 10-4 cFf (1.22)
•
di mana d. = diameter poros (mm), I = jarak antara bantalan penumpu (mm), F =
beban (kg), /1 dan /2 = jarak dari bantalan yang bersangkutan ke titik pembebanan (mm).
Perlu dicatat bahwa termasuk beban F dalam rumus di atas adalah gaya-gaya luar
seperti gaya dari roda gigi, tegangan dari sabuk dan berat puli beserta sabuk, berat
poros sendiri, dll. Jika beberapa dari gaya-gaya tersebut bek.erja di antara bantalan
atau di luamya, maka perhitungan harus didasarkan pada gaya resultantenya. Bila
gaya bekerja dalam berbagai arah, perlu ditentukan komponen vertikal dan horizontal·
J .S Poros Dengao Beban Puntir Dan Lentur 19
dari resultantenya, dan selanjutnya dihitung lenturan yang akan terjadi dalam arah
vertikal dan horizontal. Jika berat poros sendiri tidak dapat diabaikan, ma.ka pe-
nambahan gaya vertikal dengan 1 /2 berat poros tersebut dapat dianggap cukup.
Bila suatu poros panjang ditumpu secara kaku dengan bantalan atau dengan cara
lain, maka lenturannya dapat dinyatakan dengan rumus berikut.
_4 Fltl~
y = 3,23 x 1 0 d'/l (1.23)
•
Gaya F dihitung dengan cara seperti diutarakan di atas.
Dalam persamaan (1.22) lenturan yang terjadi perlu dibatasi sampai 0,~,35 (mm)
atau kurang untuk setiap I (m) jarak bantalan, untuk poros transmisi umum dengan
beban terpusat. Syarat ini bila dipenuhi tidak akan memperburuk kaitan antara pasangan
roda gigi yang teliti. Bila celah antara rotor dan rumah merupakan masalah, seperti
pada turbin, ma.ka batas tersebut tidak boleh lebih dari 0,03-0,15 (mm/m).
Untuk poros putaran tinggi, putaran kritis sangat penting untuk diperhitungkan.
Pada mesin-mesin yang dibuat secara baik, putaran kerja di dekat atau di atas
putaran kritis tidak terlalu berbahaya. Tetapi, demi keamanan, dapat diambil pedoman
secara umum bahwa putaran kerja poros maksimum tidak boleh melebihi 80(%) putaran
kritisnya.
Misalkan ada suatu beban terpusat yang berasal dari berat rotor, dll. yang bekerja
di suatu titik pada sebuah poros. Jika berat beban tersebut dinyatakan dengan W (kg),
jarak antara bantalan I (mm), dan diameter poros yang seragam d. (mm), serta penumpu-
nya terdiri atas bantalan tipis atau mapan sendiri, maka putaran kritis poros tersebut
Ne (rpm) adalah
d2 fT
s, = 52700 1,i2'1W (1.24)
Perlu diperhatikan bahwa dalam penentuan putaran kritis, gaya yang diperhitungkan
hanyalah gaya berat dari masa berputar yang membebani poros saja, sedangkan gaya
Juar seperti yang terdapat dalam persamaan (1.22) dan (1.23) tidak ada sangkut-pautnya.
Berat poros sendiri dapat diabaikan jika cukup kecil. Tetapi jika dirasa cukup basar
dibandingkan dengan berat masa yang membebaninya, ma.ka 1/2 dari berat poros ter-
sebut dapat ditambabkan pada berat beban yang ada.
Jika bantalan cukup panjang dan poros ditumpu secara .kaku, maka putaran
kritisnya adalah
(l.25)
Bila terdapat beberapa benda berputar pada satu poros, maka dihitung lebih dahulu
putaran-putaran kritis Ne1t Ne2, N,:3, • • ·, dari masing-masing benda tersebut yang seolah-
olah berada sendiri pada poros. Maka putaran kritis keseluruhan dari sistim Neo adalah
(1.26)
Harga N,:0 dari rumus ini kemudian dibandingkan dengan putaran maksimum se-
sungguhnya yang akan dialami oleh poros.
20 Bab 1. Poros Dan Pasak
ST ART a
2 Faktor Koreksi f.
6 Perhitungan bebanhorisontal
Perhitungan beban vertikal
IO Dahan poros
Perlakuan panas
Kekuatan tarik '1• (kg/mm1)
Apakan ada tangga atau alur pasak
Faktor lteamanan Sf., S/2
[Contoh I .4] Sebuah poros ditumpu oleh 2 buah bantalan pada jarak 1 (m). Dua
buah pull sabuk-V dipasang pada jarak 300 (mm) dan 200 (mm) dari masing-masing
bantalan, di mana gaya mendatar dan gaya tegak pada sabuk-V adalah seperti yang
diperlihatkan dalam Gambar 1.6. Hitunglah diameter poros yang diperlukan untuk
meneruskan daya sebesar 18 (kW) pada 300 (rpm). Bahan poros diambil S30C. Jika
defteksi puntiran dibatasi sampai I derajat, berapa besar diameter poros yang dipandang
cukup? Jika berat pull sabuk I adalah 25 (kg), berapakah kecepatan kritis poros?
Apakah poros dalam contoh ini cukup aman?
v, • 403 kg
[Penyelesaian)
<D P =
18 (kW), n1 = 300 (rpm)
(2) /c =
1,4
<ID P,, = 1,4 x 18 = 25,2 (kW)
© T = 9,74 x 105 x 25,2/300 = 81820 (kg·mm)
(5) Behan seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 1.6
(ID H1 = 215 (kg).:_. V1 = 403 (kg)!
H2 = 270 (kg)-+ V2 = 35 (kg)l
,.,... _ 215 x 700 + 270 x 200 _ 205 (k )
\U Rn, - 1000 - g
Rn2 = (215 + 270) - 205 = 280 (kg)
_ 403 x 700 + 35 x 200 _ 289 (k )
Rv, - 1000 - g
Rv2 = (403 + 35} - 289 = 149 (kg)
® Gambarkan diagram momen lentur (Gambar 1.7)
Dari diagram momen lentur, harga-harga momen lentur horizontal clan vertikal
pada posisi puli I dan puli II adalah
Mn, = 205 x 300 = 61500 (kg·mm)
M112 = 280 x 200 = 56000 (kg·mm)
M vi = 289 x 300 = 86700 (kg· mm)
Mv2 = 149 x 200 = 29800 (kg·mm}
@ Momen lentur gabungan adalah
M,u = J(61500)" + (86700)2 = 106300 (kg·mm}
MR2 = J(560CJO)'" + (29800)2 = 63400 (kg·mm)
22 Bab 1. Poros Dan Pasak
111., • 61500(kg·mm)
Oay1 tcplt
I
Pada titik pusat gaya: 300 + !!~ x 500 = 584 (mm), 1000 - 584 = 416 (mm)
Gaya resultante dari komponen vertikal yang bersangkutan: 438 (kg).
Karena gaya ini lebih kecil dari komponen horizontal maka diabaikan.
1.6 Macam-macam Pasak 23
Diameter poros yang direncanakan dengan cara ini akan lebih besar dari basil
yang diperoleh dengan cara perhitungan lain. Hal ini disebabkan oleh faktor konsentrasi
tegangan dari Peterson yang besar pada alur pasak, ASME menganjurkan agar tegangan
puntir yang diizinkan pada permukaan poros yang menggunakan alur pasak diambil
75 (%) dari poros tanpa alur pasak. Dengao lain perkataao, faktor keamanan untuk
ini adalah 1/0,75 = 1,33.
Seperti ditunjukkan dalam contoh ini, bila daya diteruskan oleh sabuk, maka
tumbukan dapat diserap oleh sabuk itu sendiri, sehingga poros dapat dibuat sedikit
lebih kecil, Bila daya diteruskan oleh roda gigi atau rantai, maka tumbukan akan
dikenakan langsung pada poros hingga kondisi pembebanannya lebih berat.
Lu bang
Poros
~ • ~
(a) Alur perscgi
I
Gbr. 1.9 Gerigi (serradon).
I \
Lingkaran dasar )-- •- '~
jarak bagi yang kecil pula. Kedua-duanya dapat digeser secara aksial pada waktu
meneruskan daya.
Dalam pembahasan di sini banya akan diuraikan tentang pasak saja. Pasak pada
umumnya dapat digolongkan alas beberapa macam sbb.: (Gambar 1.10). Menurut
letaknya pada poros dapat dibedalcanantara pasak pelana, pasak rata, pasak benam,
dan pasak singgung,yang umumnya berpenampangsegi empat. Dalam arab memanjang
dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus. Pasak benam prismatis ada yang khusus
dipakai sebagai pasak luncur. Di samping macam di atas ada pula pasak tembereng dan
pasak jarum.
Pasak luncur memungkinkan pergeseran aksial roda gigi, dll. pada porosnya,
seperti pada seplain. Yang paling umum dipakai adalah pasak benam yang dapat
meneruskan momen yang besar. Untuk momen dengan tumbukan, dapat dipakai pasak
singgung.
Pasak singgung
Pasak benam
(c) ~',:
lbl
Pasak rata
Pasalc jarum
~~M
Pasak tcmbereng
' Gbr. 1.10 Macam-macam puak.
I. 7 Hal-hal Penting Dan Tata Cara Perencanaan Pasak 25
T
F = (dJ2) (I.27)
Menurut lambang pasak yang diperlihatkan dalam Gambar 1.11, gaya geser
bekerja pada penampang mendatar b x I (mm2) oleh gaya F (kg). Dengan demikian
tegangan geser T.t (kg/mm2) yang ditimbulkan adalah
F
Ta;= bf
Dari tegangan geser yang diizinkan T.ta (kg/mm2), panjang pasak 11 (mm) yang
diperlukan dapat diperoleh.
(1.28)
Barga T.ta adalah harga yang diperoleh dengan membagi kekuatan tarik a8 dengan
faktor keamanan S/u x SJ,.2• Barga SJ,.1 umumnya diambil 6, dan SJ,.2 dipilih antara
1-1,5 jika beban dikenakan secara perlahan-lahan, antara 1,5-3 jika dikenakan dengan
tumbukan ringan, dan antara 2-5 jika dikenakan secara tiba-tiba dan dengan tumbukan
berat.
Selanjutnya, perhitungan untuk rnenghindari kerusakan permukaan samping pasak
karena tekanan bidang juga diperlukan.
26 Bab I. ·Poros Dan Pasak
START b a
STOP
7 Faktor koreksi untuk puntiran K,
Faktor lenturan C6
END
b
1.7 Hal-hal Penting Dan Tata Cara Perencanaan Pasak 27
Gaya keliling F (kg) yang sama seperti tersebut di atas dikenakan pada luas per-
mukaan samping pasak. Kedalaman alur pasak pada poros dinyatakan dengan t 1t
dan kedalaman alur pasak pada naf dengan 12• Abaikan pengurangan luas permukaan
oleh pembulatan sudut pasak, Dalam hal ini tekanan permukaan p (kg/mm2) adalah
F
p = I x (11 atau 12) (1.29)
Dari harga te.kanan permukaan yang diiziokan Pa (kg), panjang pasak yang diperlukan
dapat dihitung dari
(1.30)
Harga Pa adalah sebesar 8 (kg/mm2) untuk poros dengan diameter kecil, 10 (kg/mm2)
untuk poros dengan diameter besar, dan setengah dari harga-harga di atas untuk poros
berputaran tinggi.
Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya antara 25-35 (%) dari diameter
poros, dan panjang pasak jangan terlalu panjang dibandingkan dengan diameter poros
(antara 0,75 sampai 1,5 d.). Karena lebar dan tinggi pasak sudah distandarkan, maka
beban yang ditimbulkan oleh gaya Fyang besar hendaknya diatasi dengan menyesuaikan
panjang pasak. Namun demikian, pasak yang terlalu panjang tidak dapat menahan
tekanan yang merata pada permukaannya. Jika terdapat pembatasan pada ukuran oaf
atau poros, dapat dipa.kai ukuran yang tidak standar atau diameter poros perlu dikoreksi.
Tata cara perencanaan diberikan di dalam Diagram 4.
[Contoh I .SJ Tentukan bahan dan ukuran suatu pasak untuk poros yang meneruskan
daya sebesar 10 (kW) pada 1450 (rpm). Panjang pasak benam tidak boleh lebih dari
1,3 kali diameter poros.
[Penyelesaian]
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran
dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi
slip). di mana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis lurus atau dapat
sedilcit berbeda sumbunya. Berbeda dengan kopling tak tetap yang dapat dilepaskan
dan dihubungkan bila diperlukan, maka kopling tetap selalu dalam keadaan terhubung.
Alat pengaman
~-=.,...,.,..,.,.,·
.... =·-·31
~~··=
(a-I] Kopling bus
(a-3) Kopling ftcns tcmpa
(a-2) Kopling ftens kaku
Silindcr dalam
Roda rantai
(b-S j Kopling rantai
(b-4) Kopling gigi
Silang Silang
Fffl'\~~~~(' Roi jarum
Kopling ini tidak mengizinkan sedikitpun ketidak lurusan sumbu kedua poros
serta tidak dapat mengurangi tumbukan dan getaran transmisi. Pada waktu pemasangan,
sumbu kedua poros harus terlebih dahulu diusahakan segaris dengan tepat sebelum
baut-baut fl.ens dikeraskan.
Tabel 2.1 menunjukkan bentuk dan ukuran kopling fl.ens kaku.
Tata cara perencanaan disusun sebagai diagram aliran di dalam Diagram 5. Tata
cara ini sudah barang tentu dapat disusun lain, yaitu secara lebih sederhana atau secara
lebih terperinci. Urutannyapun dapat dirubah.
Mula-mula perlu diketahui besarnya daya dan putaran yang akan diteruskan poros
penggerak. Jika diameter poros penggerak sudah tertentu seperti pada poros motor
listrik, periksalah diameter tersebut dan ambit diameter yang sama untuk poros yang
digerakkan.
Menurut tata cara dalam Diagram I, periksalah sifat dari daya yang akan diterus-
kan, tetukan faktor koreksi dan daya rencana, dan hitunglah momen rencana.
Bila bahan poros ditentukan sesuai dengan standar, maka kekuatannya dapat
diketahui dengan jelas. Tetapi jika bahan tersebut ditentukan sebagai baja liat misalnya,
Tabel 2.1 Ukuran kopllng fleas (JlS B 1451-1962).
H H
(Satuan : mm)
G D
Tanpa F H d
A binglcai Diameter Diameter L c B K n
(Hal us Jubang lubang Kasar Hal us Kasar Halw Kasar Hal us
saja) max. min
Keterangan: 1. Jika tidak disebutkan secara khusus, angka-anglca di dalam tabel berlaku umum baik untuk
"halus" maupun untuk "kasar".
2. Pemakaian anglca-angka di dalam kurung sejauh mungkin dihindarkan.
32 Bab 2 Kopling Tetap
ST ART
2 Faktor koreksi !.
b
2.3 Kopling Kaku 33
maka ambillah harga kadar karbon terendah sebesar0,2 (%) dari kadar yang dimungkin-
kan antara 0,2 dan 0,3 (%), lalu kalikan dengan 100 dan tambahkan 20 pada basil
perkalian tersebut untuk memperoleh harga kekuatan tarik <18 dari bahan yang ber-
sangkutan.
Selanjutnya pilih S/1 sebesar 6 atau 5,6, dan tentukan S/2 dengan memperhatikan
apakah ada alur pasak atau tangga pada poros, untuk memperoleh tegangan geser yang
diizinkan 't., (kg/mm2). Kemudian tentukan faktor koreksi K, (lihat 1.3). Jika dapat
dipastikan bahwa nanti tidak akan ada elemen yang dipasang pada poros yang dapat
memberikan momen lentur, maka ambillah faktor koreksi lenturan Cb = l, dan jika
nanti ada kemungkinan mengganti kopling dengan sabuk-V atau alat transmisi
lain yang menimbulkan lenturan maka harga Cb perlu diambil antara 1,2 hingga 2,3.
Diameter poros d, (mm) selanjutnya dapat dihitung dengan persamaan (1.6), dan ukuran
yang diambil dapat diperoleh dari harga-harga dalam Tabel 1.7.
Jika kopling akan dipasang pada poros dengan menggunakan pasak, tentukan
diameter luar kopling sedemikian rupa hingga harga diameter poros yang diperoleh
dari perhitungan terletak antara harga diameter lubang maksimum dan minimum
dari Tabel 2.1. Dengan demikian maka seluruh ukuran kopling dapat ditentukan.
Selanjutnya hanya perlu dilakukan pemeriksaan pada diameter baut serta jurnlahnya,
dan tebal ftens. Dahan kopling dari standar yang ada rnencakup SS41 B untuk baut dan
mur, FC20, SC42, SF45, dsb. untuk ftens, dll. (Tabel 2.2). Dalam hal ini telah diambil
Kckuatan
~I Tipc standar Lam bang Pcrlakuan panas
tarik (kg/mm1)
Keterangan
Pelunakan tcmperatur
Besi cor kelabu
(IlS O SSOI)
FC20
FC2S .
rendah 20
2S
FC30
FC3S .
H
30
3S
Pcnormalan.
i!
Ii:
SC37
.
Pelunakan 37 Kadang,kadang
Baja karbon cor SC42 42 setclah pener-
(JIS O 5101) SC46
SC49 .
" 46
49
malan dilanjut·
kan dcngan
ditcmpcr.
.
Cl
'O
Baja karbon untuk
konstruksi biasa
SS41B
SSSOB
-
-
40
so
; (JIS G 3101)
c!
Baja batang difinis
dingin
S20C-D - so
(JIS G 3123)
S35C-D - 60
34 Bab 2. KoplingTetap
faktor-faktor keamanan yang cukup besar hingga pada umumnya ukuran yang ditentu-
kan secara di atas akan lulus dari hampir semua pemeriksaan. Namun demikian jika
ternyata masih kurang kuat, dapat diambil bahan baut yang mempunyai kadar karbon
yang lebih tinggi, atau ambil bahan lain untuk flensnya.
Untuk dapat menyetel lurus kedua sumbu poros secara mudah, permukaan flens
yang satu dapat dibubut ke dalam dan permukaan flens yang menjadi pasangannya
dibubut menonjol sehingga dapat saling mengepas.
Bagian yang perlu diperiksa adalah baut. Jika ikatan antara kedua ftens dilakukan
dengan baut-baut pas, di mana lubang-lubangnya dirim, maka meskipun diusahakan
ketelitian yang tinggi, distribusi tegangan geser pada semua baut tetap tidak dapat di-
jamin seragam. Makin banyak jumlah baut yang dipakai, makin sulit untuk menjamin
keseragaman tersebut. Sebagai contoh dalam hal kopling yang mempunyai ketelitian
rendah, dapat terjadi bahwa hanya satu baut saja yang menerima seluruh beban transmisi
hingga dalam waktu singkat akan putus. Jika setelah baut ini putus terjadi lagi pem-
bebanan pada satu baut, maka seluruh baut dapat mengalami hal yang sama dan putus
secara bergantian.
Biasanya dalam perhitungan dianggap bahwa hanya 50 (%) saja dari seluruh baut
jang berjumlah n buah menerima seluruh beban secara merata. Jika jumlah baut efektif
jang menanggung beban dinyatakan dengan ne maka, dengan mempergunakan lambang-
lambang dari Diagram 5, besarnya tegangan geser pada baut dapat dihitung sbb.
1t B
T= (2.1)
4di'tr/le2(kg·mm)
8T
'f& =~
n bni:A'
2
0(kg/mm ) (2.2)
T..,adalah suatu harga yang diperoleh misalnya dengan membagi kekuatan tarik
41 (kg/mm2) dari bahan SS41 dengan faktor keamanan Sf,, = 6. Bagian yang mengalami
konsentrasi tegangan seperti bagian ulir harus dijauhkan dari permukaan kontak dari
kopling. Dalam hal ada tumbukan, maka T6 harus dikalikan dengan faktor K,, yang
dipilih antara 1,5 dan 3.
Bagian berikutnya yang memerlukan perhatian adalah ftens. Untuk kopling yang
dipergunakan bagi tugas-tugas penting seperti menghubungkan turbin dengan generator,
pakailah baja tempa untuk menghindari adanya bagian yang keropok. Untuk pemakaian
lain umumnya dipakai besi cor, dan jika dikehendaki bahan yang agak lebih kuat dapat
dipakai baja cor. Karena bagian yang keropok peka terhadap tumbukan, maka faktor
koreksi K, harus diambil sebesar 2 atau 3 dan dikalikan pada -i,.
Dengan memakai Iambang-lambang dalam Diagram 5, rumus perencanaannya
adalah
Maka
2T
(2.4)
"' = 1tC F 2
(2.5)
2.3 Kopling Kaku 35
Jika baut pas dipakai, gesekan atara kedua ftens dapat juga meneruskan momen;
tetapi gesekan ini biasanya diabaikan.
Ada juga flens yang ditempa menjadi satu dengan poros pada ujung poros dan
disebut poros ftens tempa. Keuntungannya adalah diameter flens dapat dibuat kecil
karena tidak memerlukan naf.
[Contoh 2.1) Pilihlah suatu kopling ftens kaku yang dihubungkan dengan poros
baja liat dengan sebuah pasak untuk meneruskan daya sebesar 65 (PS) pada 180 (rpm),
dan periksalah kekuatan baut dan ftens.
[Penyelesaian J
® d, = [
5,1
x 2,0 x 1,0 x 3,10 x 105
1/3 J
= 98,2 (mmj -« 100 (mm)
3033
® Dari Tabet 2.1, A = 355 (mm), B = 260 (mm), C = 180 (mm), L = 125 (mm)
a = 25 (mm), n = 8
© t = 0,5, n. = 0,5 x 8 = 4
8 x 3, 10 x 105 2
® -r,, = 1t x 252 x 4 x 260 = 1•21 (kg/mm )
@ Dengan bahan baut SS41B, tis = 41 (kg/mm2)
Faktor keamanan Sf,, = 6,
Faktor koreksi K,, = 3,0
@ 't1,a = 41/(6 x 3) = 2,28 (kg/mm2)
@ 1,21 < 2,28, baik
@ Bahan ftens FC20, F = 35,5 (mm), tis= 17 (kg/mm2), SfF = 6,
Faktor koreksi KF = 3
@ -rF" = 17/(6 x 3) = 0,94 (kg/mm2)
2 x 3,10 x 105 2
® 'tp = 1t x 1802 x 35,5 = O,J7 (kg/mm )
@ 3,0 · x 0, 17 = 0,51 < 0,94 (kg/mm2), baik
@ Diameter luar kopling A = 355 (mm) kopling standar
d, = 100 (mm), Baut: M25 x 8 (pcs)
Bahan baut: SS41. Baban ftens: FC20
Ujung poros mesin yang digerakkan sering kali lebih pendek dari pada panjang naf
36 Bab 2. Kopling Tetap
kopling standar. Dalam hal demikian ukuran kopling standar harus dirubah. Di sini
perlu diperhatikan bahwa pasak juga akan menjadi lebih pendek,
Di dalam JIS Bl4Sl, diameter luar maksimum kopling standar adalah 3SS (mm).
Diameter poros terbesar adalah 100 (mm). Jika suatu poros harus dibuat lebih besar
dari yang diperlukan, maka kopling perlu direncanakan tersendiri. Untuk melakukan
perencanaan tersebut, pengetahuan dasar dan tata cara standar seperti yang diuraikan
di atas tetap dapat dipergunakan.
Gbr. 2.2 Daerah kesalahan yang dlperbolebkan pada kopling karet ban.
r- -.
-__,,,,,,_.. Logam pcmasang
Gbr, 2.3 Susunan kopling karet ban. Gbr. 2.4 Variasi momen puntir.
kaku. Salah satu dari padanya adalah taksiran variasi momen puntir, sebagai tambahan
atas momen yang dihitung dari daya dan putaran poros.
Misal.kan momen puntir yang diteruskan bervariasi seperti dalam Gambar 2.4.
Garis putus-putus menyatakan momen puntir Tm (kg·mm) yang dihitung dari daya
nominal P (kW) dan putaran n1 (rpm) dari suatu motor listrik. Motor tersebut mampu
memberikan daya tambahan yang cukup besar sesuai dengan permintaan di atas daya
rata-rata yang sesungguhnya.
Bila terdapat sedikit variasi momen, kalikan harga Tm dengan faktor koreksi Jc
untuk tumbukan dan umur ban. (Lihat Tabel 2.3).
Bila variasi momen sangat besar seperti dikemukakan di atas, kalikan harga Tmu
(kg·mm) yang terbesar dalam satu putaran dengan faktor koreksi yang sama j, seperti
di atas.
(2.7)
Pilihlah ukuran sedemikian rupa hingga momen T4 (kg· mm) lebih rendah dari
pada momen normal maksimum dari kopling standar T,, (kg-mm).
Perlu juga diperiksa apakah momen awal yang dikenakan beberapa kali dalam
sehari juga lebih rendah dari harga T4 ini.
Untuk perhitungan diameter poros, faktor koreksi K, untuk poros sudah tercakup
di dalam T4• Faktor koreksi lenturan C,, ditentukan atas dasar perkiraan apakah kopling
tersebut di masa mendatang akan diganti dengan alat lain yang menimbulkan momen
lentur pada poros. Biasanya perhitungan didasarkan atas harga Cb = I, yaitu dengan
anggapan tidak akan ada penggantian kopling dengan alat lain.
Dengan demikian rumus untuk diameter poros adalah
d.s = [ -T
5,l ]1/3 (2.8)
'ta d
Diameter poros dari motor induksi yang tertutup dan didinginkan dengan kipas di-
perlihatkan dalam Tabel 2.4.
Selanjutnya, perhitungan kekuatan geser dari bagian permukaan ban yang menempel
pada logam pemasang diperlihatkan dalam Gambar 2.5.
Bagian yang menempel dapat dibagi atas bagian piringan dan bagian silinder.
Luas tempelan S1 dan S2 (mm2) untuk ukuran-ukuran yang bersangkutan diperlihatkan
38 Bab 2. Kopling Tetap
Table 2.4 Diameter poros motor induksl dga fasa (tertutup seluruhnya, didi-
nginkan dengan ldpas).
(mm)
dalam Tabet 2.5. Jilca diameter luar dari bagian piringan dan silinder adalah d1 dan d2
(mm), malca tegangan geser -r, (kg/mm2) yang timbul pada bagian yang menempel
adalah
(2.9)
Tegangan geser yang diizinkan t,111 antara ban kopling dan logam pemasang adalah
0,04 (kg/mm2).
(2.10)
Pemeriksaan selanjutnya perlu dilakukan pada baut pengikat antara ftens dengan
TabeJ 2.5 Ukman-ukuran dasar dan kapasltas kopUng karet ban.
so
JOO
120
2023
2286
l:2S4
1884
2113
82
99
116
64
83
37
39
45
6$
75
2K
2•
6
6
6 K 1,0
8 • 1,25
84
98
Ill
32
40
45
18
22
25
93
Ill
125
'•
12
10
20
,000
4500
4200
140 3328 96 2• 6 JO• I.S 30
160 4041 2996 121 106 SI as 2• 6 ID K 1,5 125 so 28 141 17 42 4000
JBS 5047 3448 146 122 S8 JOO 2. 6 12 • J,7S 140 64 36 ISi 20 so 3600
210 6681 4333 166 138 67 112 2K 6 12 • J,7S 162 80 45 179 29 72 )200
26S 10287 6180 200 164 82 140 2" 6 12 K J,75 195 100 S6 22, 36 90 MOO
340 20012 12045 267 214 106 180 2• 6 16 K 2,0 264 12S 71 286 Bl 205 2100
44S 41410 17082 )56 272 139 236 2" 6 18" 2.S 3)2 IISD 90 363 160 400 1600
sso 4)633 26376 422 )SO 173 290 2" 8 24 ><3,0 445 232 ISO 473 500 1250 1200
700 72044 43206 526 430 220 370 2• 12 24 • 3,0 Sl5D 310 200 620 1000 2SDD 1000
40 Bab 2. Kopliog Tetap
Jogam pemasang kopling ban. Dalam hal kopling fl.ens kaku yang diikat dengan baut
pas, perhitungan kekuatan didasarkan pada setengah dari jumlah seluruh baut, karena
distribusi gaya geser yang tidak merata. Tetapi pada kopling karet ban, karena flens
diikat dengan baut tanam, maka momen yang diteruskan dapat dianggap terbagi rata
pada semua baut. Dengan pemakaian baut tanam ioi, tegangan geser terjadi pada ulir
baut sehingga konsentrasi tegangan harus diperhatikan. Di sini faktor konsentrasi
tegangan dapat diambil sebesar 3,0. Maka besamya tegangan geser yang diizinkan
pada baut adalah
Akhimya, pada kopling yang dipergunakan untuk meneruskan daya dari suatu
penggerak mula dengan momen puntir yang sangat bervariasi seperti sebuah motor
torak dengan jumlah silinder sedikit, atau kopling untuk menggerakkao mesin dengan
beban yang bervariasi secara periodik, maka getaran puntir perlu diperiksa.
Jika jumlah puncak momen tiap putaran adalah v, dan putaran poros adalah n1
(rpm), maka frekwensi variasi momen puntir adalah vn1• Dalam hal seperti yang di-
tunjukkan dalam Gambar 2.4, besarnya frekwensiadalah 2n1•
Sekarang akan dihitung frekwensi pribadi dari poros. Momen inersia poros yang
digerakkan dinyatakan dengan /1 (kg·cm·s1). Jika GDf (kg·m1) diberikan, maka
11 = 104 x GDl/(4 x 980). Ini adalahjumlah momen inersia beban dan 1/2 dari momen
inersia kopling. Momen inersia dari satu ftens dapat diperoleh dari Tabel 2.6, yang
besarnyaadalah setengahdari selisihantara momen inersia logam pemasang dan momen
inersia badan kopling.
Momen inersia dari motor induksi dapat diperolehdari GD! dari Tabet 2. 7. Jumlah-
an dari 104 x GD;/(4 x 980) dan 1/2 dari momen inersia kopling adalah /.,,..
Jika roda gigi reduksi dipakai antara motor dan kopling, maka G D2 dari motor
dan pinyon harus dikalikan dengan kuadrat dari perbandingan reduksi i(i > 1). Hasil
perkalian tersebut setelah ditambah dengan G D2 dari roda gigi kemudian dikalikan
dengan (104/4 x 980).
Jika konstanta pegas kopling ban adalah k (kg·cm/rad), maka harga ukuran-
ukuran yang bersangkutan adalah seperti yang tertera dalam Tabel 2.6. Dengan sistim
poros seperti yang digambarkan dalam Gambar 2.6, putaran kritisnya n; (rpm) adalah
(2.14}
Adalah suatu hal yang dapat dipandang baik jika frekwensi variasi momen puntir
vn I tidak lebih dari 0,8 n,,.
Suatu diagram untuk pemilihan kopling macam ini diberikan dalam Diagram 6.
[Contoh 2.2] Sebuah kompresor yang menimbulkan variasi momen puntir seperti
dalam Gambar 2.7 dalam satu putaran poros, digerakkan oleh sebuah motor induksi
sebesar 5,5 (kW) pada 960 (rpm). Pilihlah suatu kopling karet ban untuk menghubung-
kan kedua mesin tersebut. Motor tersebut mempunyai poros berdiameter 42 (mm),
GD2 sebesar 0,22 (kg·m2), dan 6 buah kutup, sedangkan kompresor mempunyai GD2
sebesar 0,12 (kg·m2). Ukuran kopling dsb. terdapat dalam Tabel 2.3.
,
t;
·=; 10
Cl.
0 k
5
e0 T. • 5,02kg·m
~
Sisi penggeralt
Sisi yang digerakltan
Gbr. 2.6 Peacleblan saatu sistem poros. Gbr. 2.7 Variasi momen puntir darl contob 2.2.
42 Bab 2. Kopliog Tetap
ST ART
22 Nomor kopling
Diameter poros d1(mm)
Dahan poros
Diameter baut d" (mm)
Jumlah baut 2ni,
Dahan baut
12 Luas tempel S1, S2 (mm2) Tegangan
geser yang diizinkan t. (kB/mm2)
[Penyelesaian)
® d, = [ 3,87
5,1 x 33000]''3 = 35,1 (mm)
Diameter poros sebesar 35 (mm) dapat dipandang cukup. Tetapi karena diameter
poros motor adalah 42 (mm), maka diameter yang sama juga harus diambil untuk
poros yang digerakkan.
© Dengan diameter naf kopling No. 265 sebesar 100 (mm), diameter lubang poros
maksimum adalah 56 (mm). Jadi diameter poros sebesar 42 (mm) adalah cukup
baik.
@ Periksa konsentrasi tegangan pada alur pasak.
Untuk diameter poros sebesar 38 sampai 44 (mm), ukuran pasak adalah 12 x 8.
Jari-jari filet r .. r2 = 0,25 sampai 0,40 (mm)-+ ambil 0,4 (mm). Maka 0,4/42 =
0,0095, IX = 3,2
Konsentrasi tegangan ternyata lebih besar dari taksiran semula yaitu sebesar 2,5.
Karena itu perlu diadakan koreksi.
3,87 x 2,5/3,2 = 3,02 (kg/mm2)
Periksa apakah tegangan geser yang diperoleh dengan mengalikannya dengan
T., = 33000 (kg· mm) untuk poros tanpa pasak adalah lebih kecil dari 3,02 (kg/mm2)
atau tidak,
5, l x 33000/423 = 2,27 < 3,02 (kg/mm2) -+ baik.
@ Luas penempelan antara ban dengan logam pemasang.
Bagian piringan S1 = 10287 (mnr').
Bagian silinder S2 = 6180 (mm2).
d, = 200 (mm), d2 = 164 (mm), T0 = 0,04 (kg/mm2).
200 + 164
@ -r =
33000 10287
/( 4
+ 61802164) = 0,023 (kg/mm2)
® 0,023 < 0,04, baik
@ Dahan baut S20C, u8 = 41 (kg/mm2}.
44 Bab 2. KoplingTetap
Perbedaan putaran ini disebut slip, yang besarnya antara 2 sampai S (%) dari putaran
poros input. Dalam keadaan slip sebesar ini efisiensi kopling mencapai harga maksimum-
nya.
Kopling ftuida sangat cocok untuk mentransmisikan putaran tinggi dan daya
besar. Keuntungan dari kopling ini adalah bahwa getaran dari sisi penggerak dan
tumbukan dari sisi beban tidak saling diteruskan. Demikian pula pada waktu terjadi
pembebanan lebih, penggerak mulanya tidak akan terkena momen yang melebihi
batas kemampuan. Oleh karena itu umur mesin dan peralatan yang dihubungkannya
akan menjadi lebih panjang dibandingkan dengan pemakaian kopling tetap biasa.
Selain hal di atas, diameter poros juga dapat diambil lebih kecil. Start dapat dilakukan
dengan lebih mudah dan percepatan dapat berlangsung dengan halus, karena kopling
dapat diatur sedemilcian rupa hingga penggerak mula diputar lebih dahulu sampai
mencapai momen maksimumnya dan baru setelah itu momen diteruskan kepada poros
yang digerakkan. Jika beberapa kopling ftuida dipakai untuk menghubungkan beberapa
penggerak mula secara serentak, distribusi beban yang merata di antara mesin-mesin
penggerak mula tersebut dapat diperoleh dengan mudah.
Karena sifat-sifat tersebut di atas maka kopling ini banyak dipakai sebagai penerus
daya pada alat-alat besar, lokomotip, dsb., baik yang digerakkan oleh motor listrik
maupun (terutama) oleh motor bakar.
Cara memilih kopling ftuida diberikan dalam Diagram 7 sebagai diagram aliran.
Tentu saja diagram ini dapat dirubah dan disesuaikan dengan kondisi yang ada serta
konsepsi perencananya.
Dengan mengambil konveyor sebagai contoh mesin yang akan digerakkan, kita
akan meninjau perbedaan yang dapat diakibatkan oleh penggunaan kopling kaku dan
kopling ftuida. Cara ini dapat dipakai untuk memilih kopling ftuida yang cocok.
Misalkan mesin yang digerakkan dalam keadaan bekerja dengan kapasitas beban
maksimum. Jika gaya tahanan pada sabuk yang menarik adalah F (kg), diameter puli
adalah D (m), dan kecepatan konveyor adalah V (m/min), maka momen puntir tahanan
T (kg· m) adalah
T = F x (D/2) (2.15)
Dengan efisiensi mekanis sebesar '1, daya rata-rata yang diperlukan adalah
_ T x (2nn,/60) _ T x 21tn,,
(2.17)
p .. - 10211 - 6120,,
Pilihlah untuk sementara daya PM,. (kW) dan jumlah kutup (p) dari suatu motor
standar yang lebih besar dari daya di atas, dan carilah GD2 motor tersebut dari Tabel
2.6.
Bagilah bagian-bagian bergerak yang akan dipercepat dari O hingga mencapai
kecepatan V pada waktu start, atas bagian yang bergerak lurus dan bagian yang ber-
putar. Tentukan harga G D2 (kg· m2} dari masing-masing bagian terse but dalam bentuk
momen inersia sudut untuk menghitung jumlah harga G D2 pada poros puli. Harga
tersebut kemudian dibagi dengan 4 x 9,8 untuk mendapatkan momen inersia ekivalen
I,, (kg·m·s2) dari sistem.
\
46 Bab 2. Kopling Tetap
START
aya mo or yang asums1 an
P,u (kW)
I Tahanan rata-rata F (kg) Jumlah kutup (p) GD1 kopling
Diameter puli penggerak D (mm) ml
Kecepatan V (m/min)
GD2 (kg m1) pada poros puli 16 Tipe kopling ftuida yang
Waktu percepatan ,.. (s) dipilih untuk sementara
GD2 ltopling (kg m1)
2 Momen beban T (kg m)
Putaran nP (rpm) 17 Koreksi rencana roda gigi
reduksi karena slip pada
3 Efisiensi meltanis 'I kopling ftuida
Daya rata-rata P. (kW) Koreksi GD2
STOP
END
2.S KoplingFluida 41
Jika kecepatan sudut ta = 2nnif60 (rad/s) dicapai dalam jangka waktu percepatan
t.•• (s), maka besarnya percepatan sudut w (rad/s2) adalah
W = 2Mi/(60t e) 0
. GD2 2nn1
T. = leru = 4 x 9,8. 601... (2.18)
T., = T + T. (2.19)
Pada beberapa mesin, beban permulaan yang dikenakan tidak berapa besar, dan
beban berat baru dikenakan setelah mesin bergerak. Tetapi, dalam uraian di sini dibabas
keadaan yang paling berat.
Penggerak mula yang umumnya dipakai adalah motor induksi. Motor ini digolong-
kan atas 2 tipe menurut rotomya, yaitu: motor dengan lilitan, dan motor dengan sangkar
pada rotornya. Rotor sangkar selanjutnya dapat dibagi atas rotor sangkar bajing
(squirrel cage), dan sangkar bajing khusus. Macam yang terakhir ini mempunyai arus
awal yang rendah dan momen awal yang besar.
Motor dengan rotor lilitan harus selalu diberi tahanan awal pada sirk.it sekunder.
Pada waktu start, suatu tahanan yang besar ditambahkan untuk memberikan momen
yang besar, dan dengan bertambahnya putaran, tahanan diperkecil sehingga motor
mengalami percepatan hingga tercapai putaran normalnya. Cara semacam ini selain
mahal juga menyulitkan pengendalianjarak jauh.
Pada motor induksi macam sangkar bajing dengan daya kecil kurang dari 3, 7
(kW), tegangan jala dapat dikenakan secara langsung pada waktu start. Dalam hal
ini arus awaJ dapat mencapai 400 sampai 600 (%) arus nominal. Motor dengan kapasitas
sebesar 5,5 sampai 15 atau 20 (kW) menggunakan hubungan bintang-segitiga ( Y - 4).
Jika lilitan primer disusun dalam hubungan bintang pada waktu start, maka masing-
masing lilitan akan mendapat tegangan sebesar 1/../l kali tegangan normalnya, dan arus
yang terjadi hanya sebesar 1/3 dari arus normalnya. Cara ini hanya dapat dipakai untuk
start dengan beban rendah. Motor dengan daya lebib besar dari 1 S (kW) menggunakan
transformator lilitan tunggal tiga fasa yang disebut kompensator start. Cara ini mem-
punyai kelemahan dalam hal faktor daya yang rendah, pemakaian daya yang tinggi,
dan maha) harganya.
Jika output nominal motor adalah PM (kW) pada n1 (rpm), maka besamya momen
pada beban penuh T,, (kg·m) adalah
(2.20)
Sekarang k.ita perhatikan lebih lanjut hubungan antara T,, dengan momen awal.
Motor induksi sangkar bajing khusus seperti telah disebutkan di atas, masih dapat
dibagi lagi atas sangkar bajing ganda dan sangkar bajing alur dalam.
Momen awaJ motor ditentukan dalam standar tidak kurang dari 125 (%) T,, untuk
daya kurang dari 3,7 (kW) (tipe sangkar bajing), dan 150 (%) T,, untuk daya lebih besar
48 Bab 2. Kopling Tetap
dari 5,5 (kW) (tipe sangkar ·bajing alur dalam dengan 4 kutup, dan 6 kutup). Momen
maksimum adalah 175 (%) Tp, ·
Dalam kenyataan momen awal dan momen maksimum dari motor standar dengan
daya kurang dari 37 (kW) adalah kurang lebih 200 (%) Tp, Jika diperlukan momen yang
lebih besar dari momen awal motor standar, pemakaian suatu motor momen besar
dengan tahanan sekunder yang tinggi dapat menghasilkan momen awal sebesar kurang
lebih 300 (%) Tp, dengan mengorbankan sedikit efisiensinya.
Karakteristik suatu motor induksi sangkar bajing menunjukkan momen maksimum
pada 80 sampai 90 (%) putaran sinkronnya. Putaran sinkron n, = 120J7p (rpm), di
mana f = f rekwensi somber listrik (Hz), dan p = jumlah kutup. (Lihat Gambar 2.9).
Karena itu jika momen pada beban puncak lebih besar dari momen maksimum, maka
putaran tidak dapat naik dengan cepat sehingga akan menjadi sangat panas dan dapat
terbakar pada akhimya.
Momcn puntir
l
Momcn awal
0 80-90'1. 100"1.
(start ) Putaran - (Putaran sin
. k ron)
Gbr. 2.9 Kuna momen puntir terbadap putaran clari motor iadaksi dga fasa.
1401--+---t---+---+----1
Jika jumlah start dalam sehari hanya beberapa kali saja maka daya yang diperlukan
adalah
di mana T(kg·m) adalah momen yang diperlukan, n1 (rpm) adalah putaran, dan '1
adalab efisiensi mekanis. Untuk ini harus dipilih suatu motor dengan output nominal
PM (kW) yang lebih besar dari pada P di atas.
Jika motor sering sekali distart, maka T, adalah lebih besar dari pada T. Dengan
menganggap T,, + (1,25 sampai 1,5) ~ TF > T maka daya motor yang dipilih adalah
Sebagai pilihan lain dapat dipakai suatu motor induksi dengan rotor lilitan dan
tahanan awal untuk mengubah tahanan sekunder dalam 5 atau 6 tangga pada waktu
start (Gambar 2.11).
Momen puntir
••I ••
--Slip
O JOO
- Putaran motor (%)
Ada juga suatu cara mengangkat dan melepaskan beban dengan kopling tak tetap
dan rem, di mana motor penggerak dalam keadaan berputar terus. Hal ini akan dibahas
dalam pasal tentang kopling tak tetap dan rem.
Gabungan antara suatu motor induksi sangkar bajing dan sebuab kopling ftuida
tidak memerlukan kompensator start. Cara seperti ini memungkinkan start dengan
menghubungkan langsung padajala serta dapat dipakai untuk pengendalianjarakjauh.
Keuntungan kbusus dari cara ini ialah adanya kemungkinan untuk menstart motor
secara tanpa beban. Kemudian beban dihubungkan setelah motor mencapai momen
yang besar.
Seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.12(a), motor distart dan berputar bingga
mencapai 93 (%) putaran sinkronnya dengan kopling ftuida yang slip 100 (%). Pada
titik ini momen puntir motor mencapai 220 sampai 240 (%) momen nominalnya bingga
beban dapat distart dengan lebih mudah dari pada dengan cara yang terdabulu. Setelah
Bab 2. Kopling Tetap
,~~~F--t---ttt1:-r:: I
,t---f--j-J>UIL.f-~~'-11--'--11--....;;:::i ..........-.---4..i.-+1400 i · -·- 40 S
c
-1--- 20 I
6
20
Pliwu pc11111 -r CIJ
(a) Momcn puntir dan arus bila dihubungkan langsung dcngan motor
80 93"1. 100
--- 0
•b
40 60 80
:J
0
r
l'llluu poroa -or "''
(b) Bila clibubungkan dengan kopling ftuida •
tfIi !i
8
K :,:~-~ :
,001----------l--J---l------l--'M"',4001--- - ..,
Ghr. 2.12 Karakterisdk habmagan laapang deagaa motor dJbarulfngkan dengaa hulla-
ngan melalai kopliag fhdda.
itu putaran poros output akan naik deogan cepat mendelcatiputaran poros input, atau
deogan lain perlcataao, slip.akao turundengan cepat dari 100·(%) hingga mencapai 3
sampai S (%). Harga slip antara 3 sampai S (%) ini adalah umum untuk kopling fluida
pada keadaan bekerja terus-menerus.Jilca dengan pemalcaiankopling fluida dikbawatir-
kan akan mengurangi daya tarik, malca dapat diatur perbandingan diameter puli atau
roda gigi reduksinya pada waktu merencanakanalat yang bersangkutan.
Bennacam-macam kopling ftuida telah dikembanglcanmeourut penggunaannya.
Kopling murah dan sederhana deogan isi mioyak yang tetap sangat banyak dipakai.
2.S KoplingFluida 51
Ada pula kopling ftuida dengan penyimpan minyak di dalam sirkit aliran minyak, serta
kopling kembar yang merupakan gabungan antara dua kopling ftuida dengan sirkit
aliran minyak yang terpisah (Gambar 2.13).
Peros input
000
... I000
GI
300
- - ,, - ,, ,, I Lr
,,
~
" .... ,, / 300
100
1%~ ~· v v v,,.. '/ .I I
A
....
/
f-2oo
I I I
... ,oo
r~
I I -
,
I I ,~
!j)
7~
I I I I
, , r
40 ,' J
/
rr , ~ so J
/
I/ ,~
JO/ / / I ' 1/1/ ~i/J I
40
~JO
!,
20 / / v
'
/ -$1Yo,o, .}_
vv
J j
---
I I I I I I 10
", , , , ,,
I I II
5 I I I I I
I
1, ,
l
s
, "3
I I I I
I
I II I II I
2' J J /
/ I/ / j ~ / / 1/ 2
,'
I / I j J,
0,74 / v v I I ,-II' / I~ I
~~§J§l~l:lj I! !~. . I.I~
Putaran poros input
Gllr. 2.14(a) Diagram kapasitas dari kopling ftaida.
52 Bab 2. Kopling Tetap
Diameter Juar D (mm) 215 248 277 306 360 395 440 498 563 606
Panjang total A (mm) 116 112 145 154 175 190 175 187 224 234
GD2 Bagian luar 0,06 0,09 0,18 0,28 1,8 2,8 4,5 5,5 10,0 15,0
(kgm2) Bagian dalam 0,02 0,02 0,05 0,07 0,2 0,3 1,0 1,5 2,0 5,0
[Penyelesaian]
~
~i--~t--~t--~t--~t-----,f-----,f-----l~---tf-----1~~
Puwananor "''
(a) Kurva karakteristik motor
1, TUIUWI koo"JDf
0
0 CO 60 80 100
P1111ran poros p11li t,'.)
(b) Tahanan konveyor
I 11n111po,os mot«
.,.....,..... -- -----100
I
I -.I
- -- ----· so!
8
M- pu111ir pOIOI oulpul "
\ I_ __ 60 l
\ ., f ·1
40?
1
@' PM = IS (kW)
@' PM = PMA• baik
® PM= IS (kW), 6 (p), adalah motor yang dipilih.
Perhitungan untuk mengoreksi roda gigi reduksi tidak diperlukan karena adanya
slip pada kopling fluida.
@ No. 16.5
Tingkat minyak No. S, jumlah minyak 9,5 (/), 11 (kW), 6 (p)
' l
r
:I
)
a
:
"-----------~'
lOO 400 600 !IOI> 1000 1200
Puwaa ,.,.. "'""' IIPffil
1400 ll!OO 200 400
,.,.,.,._..,...,_,
600 roo 1000 uoo 1400 ll!OO
B.40
5
Gbr. 2.16 ContolM:ontobknna karakteristik
l)O koplingOuida.
to
200 400 1400 ll!OO
57
Sebuah kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros
yang digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran yang sama dalam meneruskan
daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dalam keadaan
diam maupun berputar.
Rem adalah alat untuk menghentikan putaran suatu poros dengan perantaraan
gesekan. Berbeda dengan kopling tak tetap yang membuat kedua poros berputar dengan
kecepatan sama, rnaka rem berfungsi untuk menghentikan poros atau benda yang sedang
berputar. Sering kali penghentian ini harus dilakukan dalam waktu singkat hingga
berhenti sama sekali, dengan cara yang aman. Kadang-kadang rem juga dipergunakan
untuk mengatur putaran suatu poros dengan mengurangi atau membatasi putaran.
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positip (tidak dengan perantaraan
gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar, yaitu kopling cakar
persegi dan kopling cakar spiral.
Kopling ini hanya dapat meneruskan momen dalam satu arah putaran, sehingga
putaran yang berlawanan arahnya akan dicegah atau tidak diteruskan. Cara kerjanya
dapat berdasarkan atas efek baji dari bola atau rol.
S8 Bab 3. Kopling Talc Tetap Dan Rem
Termasuk dalam golongan ini adalab misalnya kopling fluida kering atau kopling
serbuk, yang meneruskan momen dengan perantaraan gaya sentrifugal pada butiran-
butiran baja di dalam suatu rumah, dan kopling ftuida yang bekerja atas dasar gaya
sentrifugal pada minyak pengisinya. Karena kopling tersebut tidak dapat dilepaskan
bubungannya pada waktu berputar, maka dapat digolongkan dalam kopling tetap.
oros pcnggerak
Poros yang digerakkan
(a) (b)
Jika daya yang akan diteruskan adalah P (kW) dan putaran poros adalah n1 (rpm),
serta faktor koreksi le dan bahan poros dipilih, maka diameter poros dapat dihitung
menurut tata cara Diagram I. Sebuab alur pasak untuk menggeserkan cakar tentu saja
barus disediakan.
Diameter dalam D1 (mm), diameter luar D,. (mm), dan tinggi h (mm) dari cakar
untuk suatu diameter poros d, (mm) dapat ditentukan seeara empiris (Gambar 3.2).
D1 = l,2d. + 10 (mm)}
D2 = 2d. + 25 (mm) (3.1)
h = 0,5d. + 8 (mm)
dan jika gaya tangensial F, (kg) bekerja pada jari-jari rata-rata r. (mm), maka
r,,, = (D1 + D2)/4 (3.3)
F, = Tlr« (3.4)
Jika luas akar dari cakar adalah 1/2 dari (,r/4)(D~ - D:), maka tegangan geser
T (kg/mm2) yang timbul pada akar cakar adalah
T = (8/n)F,/(D~ - DD (3.5)
Momen lentur yang bekerja pada cakar adalah (F,/n)·h, jika F, dikenakan pada
ujung cakar, di mana n adalah jumlah cakar.
Alas dari penampang cakar segi empat adalah (D2 - D1)/2, dan tingginya adalah
[(D1 + D2)/4](,r/n), sehingga momen tahanan lenturnya adalah
(3.6)
(3.7)
(3.8)
Jika harga ini lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan, maka dapat diterima.
Tetapi jika lebih besar, maka Di, D2, h, dsb. harus disesuaikan.
Dalam ha) ini perlu ditegaskan bahwa menghubungkan dan melepaskan kopling
harus dilakukan dalam keadaan berhenti.
Kini akan dicoba membuat diagram aliran untuk suatu contob perbitungan (lihat
Diagram 8).
[Contoh 3.1] Sebuah kopling cakar untuk putaran dua arah akan dihubungkan dengan
sebuah poros baja liat untuk meneruskan daya sebesar 1,5 (kW} pada 120 (rpm).
Tentukan diameter luar, diameter dalam dan tinggi cakar dengan mengambil jumlah
cakar 3 buah.
60 Bab 3. Koplins Tak Tetap Dan Rem
8. Dlagnm allran untuk merencanakankopllngcakar
ST ART
3 Faktor koreksi ft
Daya rcncana p (kW)
Momen rcncana T (kg mm)
STOP
END
3.3 Kopling Plat 61
(Penyelesaian]
luncur. Bidang gesek C pada badan B didorong ke badan A hingga terjadi penerusan
putaran dari poros penggerak di sebelah kiri ke poros yang digerakkan di sebelah kanan.
Pemutusan hubungan dapat dilakukan dengan meniadakan gaya dorong hingga gesekan
akan hilang.
D1 adalah diameter dalam, dan D2 adalah diameter luar bidang gesek, Karena
bagian bidang gesek yang terlalu dekat pada sumbu poros hanya mempunyai pengaruh
yang kecil saja pada pemindahan momen, maka besarnya perbandingan D1/ D2 jarang
lebih rendah dari 0,5.
Besamya tekanan pada permukaan bidang gesek adalah tidak terbagi rata pada
seluruh permukaan tersebut; makin jauh dari sumbu pores, tekanannya semakin kecil.
Jika dalam Gambar 3.4 besamya tekanan rata-rata pada bidang gesek adalah p
(kg/mm.2), maka besamya gaya yang menimbulkan tekanan ini adalah
(3.9)
Jika koefisien gesekan adalah µ, dan seluruh gaya gesekan dianggap bekerja pada
keliling rata-rata bidang gesek, maka momen gesekan adalah
(3.10)
Barga µ dan harga tekanan yang diizinkan p0 (kg/mm2) diberikan dalam Tabet 3.1.
Harga-harga koefisien gesek dalam tabel tersebut ditentukan dengan memperhitungkan
keadaan bidang gesek yang sudah agak menurun gesekannya karena telah terpakai
beberapa waktu, serta didasarkan atas harga tekanan yang diizinkan yang dianggap
baik.
Selanjutnya harus diperhatikan pula G D2 dari poros yang digerakkan yang harus
dipercepat pada waktu kopling dihubungkan. Faktor keamanan kopling harus dihitung
dengan memperhatikan macam penggerak mula yang dipakai, variasi beban, besamya
GD2, dan ada tidaknya tumbukan.
3.3 Kopling Plat 63
µ
Dahan permukaan kontak Po (kglmm2)
Kering Dilumasi
[Contoh 3.2) Rencanakan sebuah kopling plat tunggal untuk meneruskan daya sebesar
7,5 (kW) pada 100 (rpm). Anggaplah besamya perbandingan diameter D1/D2 = 0,8,
koefisien gesekan µ = 0,2, dan tekanan permukaan yang diizinkan pada bidang gesek
Pa = 0,02 (kg/mm2).
[Penyelesaian]
508,5
x
10_6
= 523,7 (mm)--. 530 (mm)
® D2 = 530 (mm)
D, = 0,8 x 530 = 424 (mm)
Dalam contoh ini, ukuran kopling hanya ditentukan dari perhitungan momen
saja. Tetapi, dalam praktek karena percepatan dll. turut menentukan, maka perhitungan
seperti di atas tidak cukup. Di bawah ini akan diberikan cara yang lebih lengkap.
I) Mula-mula ditentukan cara pelayanan pada mesin yang akan dipakai seperti:
manual atau otomatik, langsung atau jarakjauh, serta macam pelayanan seperti: manual,
hidrolik, numatik, atau m.agnitik [Gambar 3.5(a), {b), (c)].
2) Tentukan macam kopling menurut besarnya momen yang akan diteruskan,
plat tunggal atau plat banyak.
3) Pertimbangkan macam dan karakteristik momen dari penggerak mula. Jika
64 Bab 3. Kopling Tak Tetap Dan Rem
Macam gigi
(a) Kopling manual
variasi momennya besar, suatu kopliog kering dapat dipakai dengan plat luar macam
roda gigi, atau kopling basah tanpa bentuk plat luar yang demikian. Jilca kopling akan
dikenai beban tumbukan berat, ada baiknya dipakai kopling numatik.
4) Untuk jangka. waktu penghubungan sebesar 0,2 sampai I detik (s), kopling
macam apa saja dapat dipakai. Namun untuk 0,2 (s) atau kurang, kopling basab hanya
dapat dipakai untuk kapasitas kecil. Terutama kopling dengan pelayanan hidrolik barus
dihindari karena kerjanya lebih lambat dari pada yang lain.
3.3 Kopling Plat 65
i) Momen yang dihitung dari daya penggerak mu/a. Jika daya penggerak mula
adalah P (kW), faktor koreksi fc, dan putaran poros kopling n1 (rpm), maka momen
puntir T(kg·m) pada poros kopling adalah
(3.11)
Jika P adalah daya nominal motor, fc = 1 dapat dipandang cukup karena sudah
mencakup beberapa tambahan.
ii) Momen yang dihitung dari beban. Jika gayi yang ditimbulkan oleh beban
adalah F(kg), kecepatan beban adalah V(m/min), putaran poros kopling adalah n1
(rpm), dan efisiensimekanis adalah '1, maka momen beban T, (kg·m) dapat dinyatakan
oleh
FV
T, = 974 6120·n1 .,, (3.12)
Momen ini mencakup dua macam beban: pertama, beban berat sejak dari permulaan
seperti pada konveyor, dan kedua, beban ringan pada permulaan seperti pada pemutaran
cekam mesin bubut bersama benda kerjanya dan kemudian beban penuh setelah pe-
motongan oleh pahat bubut dimulai.
Jika beban berat sudah bekerja sejak permulaan dan harganya tidak diketahui,
maka momen T (kg· m) yang dihitung dari daya motor nominal dapat dipakai secara
efektif. Jika momen start adalah T11 (kg·m), maka
(3.13)
Momen maksimum pada kecepatan penuh kemudian dapat dianggap T12 (kg·m).
Jika efek total roda gaya terhadap poros kopling adalah GD2 (kg·m2), kecepatan
relatif adalah n, = n 1 - n2 (rpm), di mana beban berputar dengan n2 (rpm), dan jangka
waktu penghubungan (dari saat kopling dihubungkan hingga kedua poros mencapai
putaran yang sama) adalah ta (s), rnaka persamaan gerak dari seluruh benda yang
berputar adalah
66' Bab 3. Kopling Tak Tetap Dan Rem
ST ART a
di mana T = momen dari luar (kg·m), J = momen inersia (kg·m·s2), g = 9,8 (m/s.2),
w0 = kecepatan sudut awal (rad/s), w1 = kecepatan sudut akhir (rad/s).
Jika momen percepatan yang diperlukan untuk mencapai jangka waktu penghubu-
ngan yang direncanakan t,, (s) adalah T,, (kg·m), maka karena momen luar T = T,, -
Tu,
GD2·n
T,, = 31St r + Tu (3.16)
"
Bila G D2 dan momen beban adalah kecil pada penghubungan, dan momen beban
berat dikenakan setelah terjadi hubungan, serta jika momen beban maksimum adalah
T121 dimana
(3.17)
maka kopling tersebut dapat dianggap bekerja dengan momen gesekan statis. Dalam
keadaan demikian, pilihlah kopling dengan T10 sebagai kapasitas momen gesekan statis
dalam daerah berikut:
(3.18}
GD2·n1 I
T,, = 31St + Tu > 2 T12 (3.19)
"
dan, bila momen beban berat dikenakan dari permulaan, maka pilihlah kopling dengan
T40 sebagai kapasitas momen gesekan dinamis dalam daerah berikut:
Untuk kopling elektromagnit plat tunggal kering (Gambar 3.6) momen gesekan
statisnya diberikan dalam Tabel 3.2, dan momen gesekan dinamisnya dalam Gambar
3.7. Faktor keamanan/ diberikan dalam Tabet 3.3.
Setelah pemilihan kapasitas momen, perlu dibahas panas gesekan atau kerja
penghubungan oleh slip pada waktu berlangsungproses penghubungan. Untuk kopling
dengan kapasitas momen yang dipilih, kerja penghubungan yang diizinkan diberikan
menurut jumlah penghubungan dalam jangka waktu tertentu. Jika kerja untuk sekali
penghubungan lebih kecil dari pada kerja penghubungan yang diizinkan, maka dapat
diterima.
i) Pada waktu percepatan. Sekarang akan dicari kerja yang dilakukan bila beban
68 Bab 3. Kopling Tak Tetap Dan Rem
Tabel 3.2 Contoh momen pundr gesek stads untuk kopllng elektromagnit plat tunggal kering
(Gambar 3.6).
GD1 sisi rotor (kg· m1) 0,0013 0,0034 0,0089 0,0221 0,0882 0,2192 0,412'4 1,1257
GD1 sisi stator (kg· m1) 0,0022 0,0052 0,0150 0,0322 0,1004 0,2315 O,SOll! 1,0852
yang telah berputar dengan putaran n2 (rpm) dipercepat menjadi n1 (rpm) setelah di-
hubungkan dengan poros penggerak yang mempunyai putaran n1 (rpm) dalam arah
yang sama. Kerja untuk satu kali bubungan dapat dinyatakan dengan satuan (kg· m/hb ).
Kerja yang dilakukao dalam jangka waktu penghubungan yang sesungguhnya ,••
(s) dari kecepatan sudut w2 (rad/s) menjadi w1 (rad/s) dengan kapasitas momen T40
(kg· m) adalah perkalian antara sudut yang ditempuh oleh putarari poros dalam jangka
waktu toe, sebesar (w1 - w2)/2 kali ,.,,, dengan Tdo· Jadi
E = T w, - a>2
40 2
-
lae - tdo
(21tn1
60
- 21tn2)'•11
60 2
= Tdo'nr
19,1 '• (3.21)
GD2 1t GD2·n
t.,,, = T ,
do - Tu 19,6 x 60
(nt - n2) = 31S(T r
110 - T11)
(3.22)
200
I
100 No.1100 -
h.r.; ,n
·-
No. 40
No. lO
No. 10
= '
.!::
:s -
,-... r---- I No. 5 ..._ ..._
c..
e
c )
0
l ... - ~ No. 2,5
~
No.11,2
I
0 i
1000 2000
Putaran relatif (rpm)
Giii'. 3.7 Karakterisdk momen paadr gesek dinamJs terbaup putaru relatif dari kopliag
elektromaga.11 dengan plat twlggal keriag (Gbr. 3.6).
Mesin perkakas
besar, pres kecil, pe-
Frekwensi rendah. 2,0 2,3 2,8 ngerek, mesin pintal,
pompa kecil, kom-
presor.
T T ) GD2 (0 - 002)
- < 40 + fl = 4g • 11 (3.24)
_ GD2 (co1 - 0) .
<T40- T u) - ' (3.25)
4g 12
maka,
GD2;n2 . GD2·n1
(3.26)
11
= 31S(T.,0 + Tu);
12
= 375(T.,0 - Tu)
(3.27)
(3.29)
3.3 Kopling Plat 11
10000 - ..... --.-.....
No. 70
No ..,, "'"" ~
--. r.. ~
e• 2000 No -3n
~ I\ Pl.
"'- ,n I\ ~
~
I I'\ ~ ~ ~~
fa 1000 No. S
.loC ~
ii No. 2,S , ... .... ;,,...
] soo I I'\. l'I
' ' ~
il "' '
I\.
No. 12
"" ',fl-
' ~
l'ii
:aeo 200 ' ""\ I\.
c
:.c ", f\.." '
'\
'\
I\
~~
~
1·
100
.
' ' '
.... ' .... "'
' ' 1\.'
"' " "'
" "['\."' "r-
I'~
GIJr, 3.8 Kerja peaghabangan yang ttiperbolebkan antak kopliag elektromagnit dengan
plat tanggaJ kering (Gbr. 3.6).
ii) Bila sisi beban berputar berlawanan dengan arah putaran poros penggerak
(3.30)
Waktu yang diambil sejak dari permulaan pelayanan hingga tercapai hubungan
adalah waktu penghubungan yang sesungguhnya t,,e seperti tersebut di alas ditambah
waktu t0 yang diambil sejak operator memulai pelayanan sampai saat gaya mulai bekerja
pada badan kopling. Waktu t0 mencakup semua waktu di dalam pelayanan yang
tergantung pada macam kopling, dao perbedaan di aotara operator dalam hal kopling
manual. Besarnya waktu tersebut adalah penting, meskipun harganya tidak tetap.
Kerja penghubungao pada kopling akan menimbulkan paoas karena gesekan hingga
temperatur kopling akan naik. Temperatur permukaan plat gesek biasanya naik sampai
200( C) dalam sesaat. Tetapi untuk seluruh kopling umumnya dijaga agar suhunya tidak
0
Jika kerja penghubungao untuk satu kali pelayanan direncanakan lebih kecil dari
pada kerja penghubungan yang diizinkan, pada dasarnya pemeriksaan temperatur
tidak diperlukan lagi.
persepuluh umur kopling basah. Karena laju keausan plat gesek sangat tergantung pada
macam bahan geseknya, tekanan kontak, kecepatan keliling, temperatur, dll., maka
agak sukar untuk menentukan umur secara teliti. Sekalipun demikian, taksiran kasar
dapat diperoleh dari rumus berikut ini.
£3
N,,,L--- E·w (3.31)
Tabel 3.S S.tu keausan rem dan kopling elektromagnit pelat tuoggal kering.
Batas keausan
2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
permukaan (mm)
[Contoh 3.3) Sebuah mesin yang memberikan beban penuh sejak dari awal, digerakkan
oleh sebuah motor dengan daya nominal sebesar P = 1 (PS) dengan putaran poros motor
n1 = 1450 (rpm) dan putaran poros kopling sebesar 600 (rpm). Dimisalkan efek roda
gaya terhadap poros kopling G D2 = 3,0 (kg· m2), dan frekwensi penghubungan N = 6
(hb/min). Pilihlah sebuah kopling plat tunggal kering yang cocok untuk poros ini.
Taksirlah juga umur plat geselcnya, jika kopling dianggap bekerja 6 jam sehari.
[Penyelesaian]
3 x 600
@ Ta= 375 X 0,3 + 1,19 = 17,19 (kg·m)
Ta·/= 17,19 x 1,7 = 29,2(kg·m)
® Kopling plat tunggal kering dengan pelayanan elektro magnitik(untuk pengendalian
otomatik)
:ff:40, T40 = 32(kg·m) > 29,2(kg·m)
© :ff:40, 6 (hb/min) = 360 (hb/h) E., = 200 (kg·m)
3 x 6002 32
@ E= 7160 32 - 1,19 = 156•7 (kg·m)
@ E/E., = 156,7/200= 0,784 < 1, baik
3 x 600
@
1""
= 375(32 - 1,19) =
0•156 (s)
@ 0,156 (s) < 0,3 (s), baik
® L3 = 91 (cm3)
Jika damar cetak dipilih sebagai bahan gesek, w = 8 x 10-7 (cm3/kg·m)
91
® N.,,.L = 156,7 x x 10 , = 7,26 x 105 = 726000(hb)
8
@ 6 x 60 x 6 = 2160(hb/hari)
Dengan 300 hari tiap tahun, 2160 x 300 = 648000(hb)
N.,r, = 726000/648000= 1,12 (tahun) ... kurang lebih setahun.
@ Kopling plat tunggal kering elektro magnit, No. 40. Plat gesek harus diganti tiap
tahun.
{Catatan): Dalam hat rem cakera yang mirip dengan kopling plat, dipergunakan
konsep yang sama seperti pada penurunan persamaan (3.24), di mana T11 ditambahkan
pada T.,0• Rumus-rumus momen, kerja penghubungan, dan waktu penghubungan dan
pelayanan, yang diperlukan untuk penurunan, adalah rumus-rumus kopling dengan
tanda T11 yang dibalik.
Poros penggerak
Jika daya yang diteruskan dan putaran poros kopling diberikan, maka daya rencana
dan momen rencana dihitung dengan menggunakan faktor koreksi,
Misalkan momen dikenakan pada diameter rata-rata D,,. (mm) dari permukaan
kopling. Sudut kerucut (} tidak boleh lebih kecil dari 8 derajat dan lebih besar dari 1 S
derajat.
Jika gaya tekan normal pada permukaan kontak adalah Q (kg), maka
T = µQ x (D,,./2) (3.32)
Sehingga
Q = 2T/(µD,J (3.33)
Jika tekanan kontak yang diizinkan adalah p,. (kg/mm2) (Tabel 3.1), maka per-
mukaan kontak yang diperlukan A (mm2) adalah
A= Q/p,. (3.34)
b = A/(1tD,,.) (3.35)
Gaya dorong aksial F (kg) adalah sama dengan jumlah dari komponen horizontal
dari gaya tekan normal Q (kg), dan komponen horizontal tahanan gesek yang ditimbul-
kan oleh gaya Q seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.10.
Tata cara perhitungan kopling kerucut diberikan dalam Diagram 10 sesuai dengan
contoh perhitungan di bawah ini.
-
F
[Contoh 3.4] Rencanakan sebuah kopling kerucut untuk meneruskan daya sebesar
37 (kW) pada 1440 (rpm) dengan gaya dorong kurang dari 350 (kg) serta diameter luar
tidak lebih dari 250 (mm).
Jika permukaan gesek terdiri atas baja dan besi cor, sudut kerucut antara 10 dan
1 S derajat, koefisien gesek adalah 0,3, dan tekanan kontak yang diizinkan adalah 0,03
(kg/mm2), berapakah besamya jari-jari kerucut, sudut kerucut, lebar kerucut, dan gaya
dorong?
[Penyelesaian]
START
2 Faktor koreksi f.
10 Sudut kerueut (J ( 0)
Permukaan gesek
Diameter rata-rata o. )( Jebar kontak b (mm)
STOP
END
76 Bab 3. Kopling Tak Tetap Dan Rem
P'atdoroag
Peps
(a)
Jika poros penggerak berputar berlawanan arah jarum jam, atau jika poros yang
digerakkan berputar lebih cepat dari pada poros penggerak, maka bola atau rol akan
lepas dari jepitan hingga tidak terjadi penerusan momen lagi. Kopling ini sangat banyak
gunanya dalam otomatisasi mekanis.
Suatu bentuk lain dari kopling semacam ini, menggunakan bentuk kam (nok)
sebagai pengganti bola atau rot dan disebut kopling kam (Gambar 3.1 l(b)).
/=µQ (3.36)
Jika panjang tuas rem adalah Ii, jarak engsel tuas sampai garis kerja Q adalah /2,
dan gaya yang diberikan kepada tuas adalah F, dan jika garis kerja gaya f melalui
engsel tuas, maka dari keseimbangan momen,
(a)
(b) (C)
Q/2 - F/1 =0
F= Q~ = //2 (3.38)
/1 µ/1
Dalam hal pelayanan manual, besamya gaya F kurang lebih 15 sampai 20 (kg).
Gaya tekan pada blok rem dapat diperbesar dengan memperpanjang / 1.
Suatu hal yang kurang menguntungkan pada rem blok tunggal adalah gaya tekan
yang bekerja dalam satu arah saja pada drum, sehingga pada poros timbul momen lentur
serta gaya tambahan pada bantalan yang tidak dikehendaki. Demikian pula, untuk
pelayanan manualjika diperlukan gaya pengereman yang besar, tuas perlu dibuat sangat
panjang sehingga kurang ringkas .. Karena alasan-alasan inilah maka rem blok tunggal
tidak banyak dipakai pada mesin-mesin yang memerlukan momen pengereman yang
besar.
Jika engsel tuas terletak di luar garis kerja gayaf, maka persamaan di alas menjadi
agalc berbeda. Dalam hal engsel digeser mendekati sumbu poros sejauh c seperti dalam
Gambar 3.13{b), maka untuk putaran searah jarum jam, persamaan keseimbangan
momen pada tuas berbentuk sebagai berikut.
Q/2 - F/1 + Jc =0
_ (f/µ)/2
F -
+ Jc _ I 12 + µc (3.39)
,. - µ1.
(3.40)
Bila engsel menjauhi garis kerja gaya/ dengan jarak c dalam arah menjauhi sumbu
poros, maka untuk arah putaran sesuai dengan jarum jam,
(3.41)
(3.42)
Dari hasil-hasil di atas dapat dilihat bahwa untuk mendapatkan gaya pengereman
yang sama, besamya gaya F berbeda dan tergantung pada arah putaran. Perlu diketahui
pula, bahwa untuk putaran searah jarum jam pada (b), bila rem bekerja, blok rem akan
tertarik ke arah drum, sehingga dapat terjadi gigitan secara tiba-tiba.
Dalam perencanaan rem, persyaratan terpenting yang harus dipenuhi adalah
besarnya momen pengereman yang harus sesuai dengan yang diperlukan. Di samping
itu, besarnya enersi yang dirubah menjadi panas harus pula diperhatikan, terutama
dalam hubungannya dengan bahan gesek yang dipakai. Pemanasan yang berlebihan
bukan hanya akan merusak bahan lapisan rem, tetapi juga akan menurunkan koefisien
gesekannya.
Jika gaya tekan rem per satuan luas adalah p (kg/mm2) dan kecepatan keliling drum
rem adalah v (m/s), maka kerja gesekan per satuan luas permukaan gesek per satuan
waktu, dapat dinyatakan dengan µpv (kg· m/(mm2 • s)). Besaran ini disebut kapasitas
rem. Bila suatu rem terus-menerus bekerja, jumlah panas yang timbul pada setiap
1( mm2) permukaan gesek tiap detik adalah sebanding dengan besarnya µpv. Dalam
satuan panas, besaran tersebut dapat ditulis sebagai µpv/860 (Kcal/(mm2• s)). Bila
besarnya µpv pada suatu rem lebih kecil dari pada harga batasnya, maka pemancaran
panas akan berlangsung dengan mudah, dan sebaliknya akan terjadi bila harga tersebut
melebihi batas, yang dapat mengakibatkan rusaknya permukaan gesek.
Harga batas yang tepat dari µpv tergantung pada macam dan konstruksi rem serta
bahan lapisannya. Namun demikian, pada umumnya kondisi kerja juga mempunyai
pengaruh seperti berikut:
0,1 [kg·m/(mm2·s)J atau kurang, untuk pemakaian jarang dengan pendinginan
radiasi biasa,
0,06 [kg·m/(mm2·s)] atau kurang, untuk pemakain terus-menerus,
0,3 [kg·m/(mm2·s)J atau kurang,jika radiasi panas sangat baik.
Drum rem biasanya dibuat dari besi cor atau baja cor. Blok rem merupakan bagian
yang penting. Dahulu biasanya dipakai besi cor, baja liat, perunggu, kuningan, tenunan
ashes, pasta ashes, serat, kulit, dll., untuk bahan gesek, tetapi akhir-akhir ini banyak
dikembangkan bahan gesek dari damar, serbuk logam, dan keramik. Dahan yang
menggunakan tenunan atau tenunan istimewa terdiri dari tenunan ashes sebagai ke-
rangka, dengan plastik cair atau minyak kering yang diserapkan sebagai perekat, dan
dikeraskan dengan cetak panas atau perlakuan panas. Damar cetak dan setengah logam
umumnya hanya berbeda dalam hal kadar serbuk logamnya. Keduanya dibuat dengan
mencampurkan serat pendek dari ashes, plastik serbuk, dan bahan tambahan berbeatuk
serbuk, kemudian dibentuk. Cara ini mempunyai keuntungan karena susunannya dapat
dirubah sesuai dengan keperluan. Dahan gesek logam, logam-keramik, dan keramik
tidak mengandung asbes sama sekali. Cara membuatnya adalah dengan mengepres
dan memhentuk satu macam atau lebih serbuk logam atau serbuk keramik, dan me-
ngepres dan membentuk satu macam atau lebih serbuk logam atau serbuk keramik, dan
mengeraskannya pada temperatur di bawah titik cair bahan yang hersangkutan.
Dahan rem harus memenuhi persyaratan keamanan, ketahanan, dan dapat me-
ngerem dengan halus. Di samping itu juga harus mempunyai koefisiengesek yang tinggi,
keausan kecil, kuat, tidak melukai permukaan drum, dan dapat menyerap getaran.
Karakteristik gesekan dari beberapa macam bahan gesek diperlihatkan dalam Gambar
3.14.
80 Bab 3. Kopling Tak Tetap Dan Rem
:>
hm& pada hbin gaek.
o.s
...-----4----·-·
l: Damarcetak A (p
0,4 -- --
-==----·. ~ -·-------2
2: Sctcngah logam (p
3: Logam (p rendah)
4: Tenunan (tckstil) khusus
S: Damar cetak B (µ rendah)
g)
6: Karet cetat
7: Roi
0,1
p = Q/(bh) (3.43)
Pada rem dengan sudut ex besar, tekanan sebuah blok pada permukaan drum tak dapat
terbagi secara merata. Namun demikian harga p dalam persamaan (3.43) dapat diambil
sebagai harga rata-rata untuk sementara. Dari tekanan kontak rencana yang diberikan
p,, ditentukan ukuran rem, dan kemudian dihitung tekanan kontak yang sesungguhnya.
Dalam Diagram 11 diperlihatkan contoh tata cara perencanaan rem blok tunggal.
Tabel 3.6 Koeftsiengesek clan lckanan rem.
0,10-0,20 Kering
Besi cor 0,09-0,17
0,08--0,12 Dilumasi
Damar, ashes,
Cetakan (pasta) 0,30-0,60 0,003-0,18
setengah logam
Catalan: Jika lcecepatan slip dan gaya tekan bcrtambah, maka µ bcrkurang.
3. 7 Rem Block Tunggal 81
ST ART a
S Bahan gesek
Bahan drum
Koefisien gcsek µ
Catalan:
Jika urutan 8 dan 9 dibalik, maka 10
adalah F: gaya pclayanan maksimum.
[Contob 3.5] Sebuah drum rem dengan diameter 300 (mm) dlpasang pada sebuah
poros yang mempunyai putaran sebesar 250 (rpm) dengan daya 1,6 (kW). Ukuran yang
diberikan terdapat dalam Gambar 3.16. Berapakah panjang tuas yang diperlukan untuk
menghentikan putaran poros dengan gaya 20 (kg) pada ujungnya? Berapakah ukuran
blok rem untuk menjamin keamanan terbadap panas? Dahan gesek adalah asbes (pasta),
dan panjang tuas tidak Jebih dari 1 meter.
[Penyelesaian]
'
F UplUI
Dalam pembahasan berikut ini hanya akan ditinjau rem blok ganda yang menekan
dari luar, sedang yang menekan dari dalam akan dibicarakan pada pasal 3.9. Mengenai
tabel-tabel dan rumus-rumus, di sini dapat dipakai tabel dan rumus dari rem blok
tunggal.
Karena dipakai dua buah blok rem, maka momen T yang diserap oleh rem dapat
dinyatakan dengan rumus-rumus di bawah ini, dengan catatan bahwa besarnya gaya
rem dari kedua blok harus sama atau hampir sama. Dalam Gambar 3.18, jika masing-
masing gaya rem adalah/danf', dan gaya pada tuas adalah Q dan Q', maka
1~r; Q = Q'
T =f x (D/2) + /' x (D/2) ~ JD (3.45)
atau
(3.46)
.
Gbr. 3.18 Notaai untak rem blok pada.
...
-1---a--+-lt--t
p
84 Bab 3. Kopling Tak Tetap Dan Rem
Jadi, dibandingkan dengan persamaan (3.37), besamya momen T adalah dua kali lipat.
Di dalam Gambar 3.18, Tuas A ditumpu oleh piston B dari silinder numatik. Jika
udara tekan di B dibuang ke atmosfir, A akanjatub karena pemberat F. Dengan demikian
B akan tertarik ke bawah dan memutar tuas C (disebut engkol bel). Gerakan ini akan
. menarik D dan E ke kanan, dan mendorong E ke kiri.
Di sini dianggap bahwa gaya Q yang dikenakan dari drum pada E adalah sama
dengan gaya Q' pada E'.
Q dapat dihitung dengan perbandingan tuas sebagai berikut.
a+a' c e+e'
Q =F x--x-x--
a' c' e'
(3.47)
Momen rem T(kg·mm) dapat diperoleh dari rumus di atas dan persamaan (3.45),
dan daya rem Pa (kW) dapat dihitung dari putaran drum rem n1 (rpm).
Tn1
(4.48)
Pa = 9,74 x 103
Perhitungan kapasitas rem dan blok rem adalah sama seperti pada rem blok tunggal.
Karena sederhananya perhitungan ini, maka di sini tidak akan dibuat diagram aliran.
[Contoh 3.6) Pada rem blok ganda seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 3.18,
dimisalkan a = 520 (mm), a' = 80 (mm), c = 80 (mm), c' = 160 (mm), e = 300 (mm),
e' = 300 (mm), dan D = 600 (mm). Jika berat F adalah 60 (kg) dan putaran drum rem
adalah 100 rpm, berapakah besar daya (kW) yang dapat direm? Dalam hal ini ambil
µ = 0,25.
[Penyelesaian]
(a) (b)
[Contoh 3. 7] Sebuah rem otomobil seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.21 mem-
punyai ukuran sebagai berikut: a= 162 (mm), b = 77 (mm), e =·86 (mm), dengan
µ = 0,38. Tentukan gaya F (kg) untuk mengembangkansepatu rem dan mendapatkan
gaya f = I, + fr = 647 (kg), Gaya I diperoleh dengan perhitungan seperti di bawah
ini.
Pipa rem r
Q
.
Wv2/(2g) = (Fd/D) x S x 4
1320 x 13,92/19,6 =J x (228/562) x 12,4 x 4
I = 13012120,1 = 647 (kg)
[Penyelesaian]
Untuk sepatu depan,
- F x 162 - I, x 86 + (/J0,38) x 77 =0
162
I,= 116,6 F = l,389F
F x 162 - fr x 86 - (f,/0,38) x 77 =0
fr
. .
162
= 288 6
F = 0,516F
Gaya rem tiap roda adalah f = I, + I, = 647 (kg), atau l,389F + 0,561F = 647,
sehingga gaya pada permukaan drum F = 332 (kg).
Menurut perhitungan dari pabrik, gaya rem total adalah 1030 (kg) pada diameter
luar roda, untuk mobil yang sama. Harga ini hampir sama dengan 647 (kg) x 4 x
228/562 = 1050 (kg), dengan dasar, perhitungan di atas. Meskipun demikian, gaya untuk
menekan sepatu satu roda belakang adalah 149 (kg), yang temyata sangat berbeda
dengan 332 (kg) yang didasarkan pada perhitungan di atas •
. Jadi, mempelajari cara perbitungan biasa adalab sangat perlu.
Dalam keadaan darurat, pengereman dilakukan dengan perlambatan sebesar
a.' = eg (m/s2) di mana e = 0,5 - 0,8, g = 9,8 (m/s2).
MisalJcan beban roda depan dalam keadaan jalan biasa adalah WO (kg), beban roda
belakang W8 (kg), jarak sumbu roda depan dan belakang L (mm), dan tinggi titik berat
h (mm). (Gambar 3.22)
Jika pengeremen dilakukan dalam keadaan darurat, gaya inersia sebesar W(a.'/g)
akan timbul pada titik berat. Jika titik singgung antara roda belakang dengan permukaan
jalanan diambil sebagai engsel, maka pertambahan gaya reaksi yang timbul pada roda
depan adalah
Jika titik singgung roda depan dengan jalanan diambil sebagai engsel, maka ~
ngurangan gaya reaksi pada roda belakang adalah Wi, = W·e·h/L, sehingga beban
dinamis roda belakang Wa adalah
Perlambatan a.' yang terjadi pada masa mobil (W/g) adalah disebabkan oleh gaya
gesek µW, sehingga menurut hukum Newton ke dua
µW = (W/g)a'
µ = («'/g) = e (3.51)
Gaya rem BID (kg) yang diperlukan untuk roda depan pada diameter luamya
adalah
(3.52)
Gaya rem B1a (kg) yang diperlukan untuk roda belakang pada diameter luar roda
adalah
(3.53)
Di sini, jika diameter piston silinder hidrolik adalah d.,,D dan d.,,s (mm), maka luas
penampangnya adalah A.,,0 dan A.,,a (cm"), di mana
Jika tekanan minyak adalah p.,, (kg/cm2), gaya tekan A.,,D • p.,, dan A.,,a • p.,, (kg)
akan dikenakan pada masing-masing roda depan dan roda belakang. Harga yang
diperoleh dengan membagi momen rem T (kg· mm) dengan basil perkalian antara gaya
tekan P (kg) yang dikenakan pada ujung-ujung sepatu dan jari-jari drum (mm) disebut
faktor efektivitas rem, yang dinyatakan dengan (FER)D dan (FER)a, berturut-turut
untuk roda depan dan roda belakang.
Tekanan kontak pada lapisan rem tergantung pada letaknya, yaitu
di mana p1 adalah te.kanan kontak pada letak 61 dari sumbu-Y, Pimu adalah tekanan
kontak maksimum, dan o,mu adalah sudut untuk tekanan kontak maksimum.
Tekanan minyak di dalam silinder diperbesar atau diperkecil oleh gaya injakan
pada pedal rem yang menggerakkan piston silinder master rem, baik secara langsung
atau dengan penguat gaya. Pada pengereman dalam keadaan darurat, untuk mencegah
kenaikan gaya rem yang terJaJu melonjak, maka kenailcan tekanan minyak yang di-
timbuJ.kan oleh injakan pedal rem dengan gaya lebih dari J 5-22 (kg) dibuat lebih lunak
dari pada injakan di bawah 15-22 (kg). Gambar 3.23 menunjuk.kan suatu contoh peluna-
.kan gaya tersebut. Dalam hal demikian, perbandingan gaya rem tetap sama. Namun
demikian, pada konstruksi baru, untuk menjaga agar pada waktu pengereman tidak
terjadi slip antara telapak ban dan pennu.kaan jalanan, maka pengurangan kenaikan
te.kanan minyak di atas gaya pedal tertentu seperti dikemukakan di atas hanya dilakukan
pada roda belakang saja, sehingga dalam hat ini, perbandingan gaya rem sedikit berubah.
Untuk gaya rem yang diperlukan dalam persamaan (3.51) dan (3.52), gaya rem yang
sebenamya per gandar B.,0 dan B.,a dapat dinyatakan dengan rumus berikut ini:
so
0-:---~-:--~--~--'~~.._~...,_~~-
o W 20 ~ ~ ~ ~
Ga,a pedal Q Ital
(3.56)
dan
. rs
Ba= 2(FER)s'Pw·Aw8• R (3.57)
Dengan harga e tersebut, jarak rem pada kecepatan V = SO (km/h) atau v = 13,9
(m/s) dapat diperoleh dengan
(3.59)
Faktor efektivitas rem tergantung pada macam dan ukuran drum rem. Koefisien
gesek juga merupakan salah satu faktor penting, di mana hubungannya dengan (FER)
diperlihat.kan dalam Gambar 3.24. Barga ini adalah barga kasar, dan untuk memperoleh
harga yang teliti harus dihitung dari ukuran yang sesungguhnya dengan rumus atau
diagram.
3.9 Rem Drum 89
• Scnopod1
e
e
:g 4
:~
...
..
.!! J
0
Giff. 3.24 Faktor efekdritas rem terbadap
koeftliea gesek laplsaa •
-i
IL,
2
0,2
'
Koefisien gesek
BdB BdB
(BD)o = BdD + B ; (BD)s = B
dB 40
+ B
4B
(3.60)
Gaya rem yang sebenamya dikenakan pada roda depan dan belakang adalah
(3.61)
Titik di mana B10 = B40 dan B18 = 848 disebut titik kunci sinkron (Gambar 3.25).
Jika pada titik ini e dinyatakan dengan e., maka
e• (w D .!!)-
+ W·e ·L-. e ·W·(BD) D
(BD)0 - (W0/W)
e, = h/L (3.62)
Jika waktu rem adalah le = v/a. (s) dan luas bidang lapisan adalah A,.0 dan A,.. (mm2),
besamya kapasitas enersi dari lapisan (yaitu enersi kinetis per satuan luas lapisan dan
satuan waktu, yang berkaitan dengan µpv seperti diuraikan di muka) K,.0 dan K,..
[kg· m/(mm2s)J masing-masing untuk roda depan dan roda belakang dapat dinyatakan
dengan rumus berikut.
Bab 3. Kopling Tak Tetap Dan Rem
OS, I.Pf
0 ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Gaya rem roda depan (kg)
(Berat kotor mobil: 122S kg, beban depan: 640 kg, beban belakang:
585 kg, h/L: 0,22)
Gbr. 3.25 Tidk kuncl sinkron.
(3.64)
Harga-harga KLD dan K,.. diusahakan dapat ditekan sampai sebesar 0,18 [kg·m/
(mm2s)] atau kurang untuk rem drum, dan untuk rem cakera yang sangat baik radiasinya
sampai 0,65 [kg·m/(mm2s)] atau kurang. Perhitungan di sini didasarkan pada kecepatan
kendaraan sebagai berikut:
Lapiun
F F
Remcabn.
Glllr. 3.27 Notai aatuk nm cllkera.
(3.65)
di mana µ adalah koefisien gesek lapisan, F (kg) adalah basil perkalian antara luas piston
atau silinder roda Aw (cm2) dan tekanan minyalc Pw (kg/cm2), sedangkan K1 dan R,..
dihitung dari rumus berikut:
(3.66)
{3.67)
Perhitungan ini dilakukan untuk membuat keausan lapisan yang seragam baik di
dekat poros maupun di luar, dengan jalan mengusahakan tekanan kontak yang merata.
Jika R2 = 1,5 Ra, maka
Satu calcera ditekan oleh gaya P (kg) x 2 dari kedua sisinya. Ji.lea pusat tekanan
ada di K1R,.. = r, maka faktor efektivitas rem (FER) adalah
Dalam hat otomobil, karena satu gandar mempunyai 2 roda dengan jari-jari R,
gaya rem pada diameter luar roda adalah
r
B" = 2(FER)·p w
·A w ·-R (3.69)
12. Diagram aliran unhlk meagb.ltuog faktor efekdvlw rem pada otomobU
( START
.
I
1 Berat total W (kg)
Behan depan WO (kg)
Behan belakang Wa·(kg) Index D untuk roda depan.
Jarak sumbu roda L (mm) Index B untuk roda bclatang.
Tinggi titik bcrat h (mm)
Jari-jari efektif ban R (mm)
'.
rem (BD)a, (80)8
• ( STOP )
11 Gaya rem yang diperlukan pada
gandar belakang 848 (kg)
( END
•
12 Faktor efektivitas rem roda
bclakang (FER)8
©
3.10 Rem Cakera 93
[Contoh 3.8) Diberikan sebuah mobil penumpang dengan berat total 1320 (kg). Beban
roda depan 700 (kg), beban roda belakang 6i0 (kg), jarak gandar 2500 (mm), tinggi
titik berat 550 (mm), dan jari-jari efektif roda 281 (mm). Rem cakera dengan jari-jari
cakera rata-rata 94 (mm) dipakai untuk roda depan, dan rem drum macam muka-
belakang dengan jari-jari drum sebesar 114 (mm) dipakai untuk roda belalcang. Dimisal-
kan pada waktu pedal diinjak dengan gaya Q ~ 30 (kg), akan menimbullcan tekanan
minyak p., (kg/cm2) sebagai berikut:
Diameter silinder untuk roda depan 52,7 (mm), dan untuk roda belakang 19,05 (mm).
Untuk merencanakan rem cakera dengan koefisien gesek lapisan µ0 = 0,38, sudut
kontak lapisan roda belakang 250°, dan perlambatan pada titik kunci sinkron 0,6 g,
berapakah besamya faktor efektivitas rem (FER)8 untuk roda belakang? Tentukan
juga luas rem roda depan dan belakang, serta lebar rem roda belakang.
[Penyelesaian J
@) K
£D
= oss(kg·mm)
' m1·s
< 065(kg·mm)
' m1·s
K = O 12(kg·mm) < O 18(kg·mm)
£B ' m1·s ' m1·s
@ 52050 x 0,662 0 SS :. A£D = 6620 (mm2)
2 x A£D x 4,73 = '
Satu sisi: Au,/2 = 3310 (mm2)
52050 x 0,338 . . 2
2 x Au x 4, 73 0, 12 = • . Au = 15500 (mm )
(n/180°) x 250° x 114 x b8 = 15500 :. b8 = 31 (mm)-+ 35 (mm)
@ (FER)0 = 0,76, (FER)8 = 2,88
A£D = 3310 x 2 (mm2), Au = 15500 (mm2), b8 = 35 (mm)
F
F
F
" "
Jika DR (m) adalah diameter drum rem, maka besamya momen rem adalah
(3.70)
(3.71)
di mana e = 2,718 (bilangan dasar Jogaritma natural), dan µ adalah koefisien gesek, dan
O sudut kontak (rad).
Selanjutnya,
F. = bRt<1,, (3.72)
F. ~ b..(DR/2)p,, (3.73)
F = (b/a)F2 (3.74)
Jika celah antara druin rem dan lapisan rem adalah 6 (mm), maka ujung F2 harus
membuat langlcah sebesar
untuk dapat mengikatkan pita pada drum. Untuk membuat langkah ini, ujung tuas
harus digerakkan sebesar
(Gambar 3.30).
---·---
Gbr. 3.30 Gerakan ujang tau.
96 Bab 3. Kopling Tak Tetap Dan Rem
13, Diagram allran untuk merencanakan rem pita
ST ART
24 Dahan lapisan
Lebar Japisan b (mm)
SudlM kontak 8 (0)
Kelonggaran l, (mm)
13 Kapasitas rem kgm) Langkah tuas & (mm)
µpv--
( Dahan pita
• mm2 s
Lebar pita x tebal pita
Diameter paku xjumlah paku
STOP
END
3.11 Rem Pita 97
F·a - F2·c + F1 ·b =0
• Fz·C- Fi·b
.. F=------ (3.76)
a
Dalam persamaan (3.76), jika F1,c = Fib maka F = 0. Karena itu, se.kalipun tidak ada
gaya yang dikenakan, rem dapat bekerja sendiri menghentikan putaran. Juga dalam
hal F1,c < Fib di mana rem dapat mengunci sendiri, pengereman harus dilakukan
dengan hati-hati,
Rem pita mempunyai beberapa keuntungan seperti luas permukaan lapisan dapat
dibuat besar, pembuatan mudah, pemasangan tidak sukar, gaya rem besar dalam
keadaan berhenti, dll. Tetapi karena sukar dikendalikan, rem ini tidak cocok untuk
putaran tinggi. Karena pita dapat putus, dll., maka dalam penggunaan diperlukan
ketelitian, Rem semacam ini dipandang tidak cocok untuk alat-alat pengangkut manusia.
Rem pita banyak dipakai pada derek, Dalam Diagram 13 diperlihatkan tata cara
perencanaan rem ini. Untuk derek, standar gaya rem dsb. terdapat dalam JIS A8001,
yang mencakup
1) Kapasitas rem tidak boleh kurang dari 150(%) kapasitas angkat.
2) Untuk rem dengan pedal kaki, gaya pedal tidak boleh lebih dari 30 (kg), dan
langkah pedal tidak lebih dari 300 (mm).
3) Untuk rem tangan, besarnya gaya tarik tangan tidak boleh lebih dari 20 (kg),
dan lang.kah tuas tidak lebih dari 600 (mm).
Rem sebuah derek dimaksud untuk menghentikan putaran drum penggulung kabel
dan mencegah beban turun sendiri.
Jika beban angkat derek adalah W (kg), putaran drum n0 (rpm), diameter drum
D (m), efisiensi mekanis '1 (besarnya kurang lebih antara 0,75 sampai 0,85), dan diameter
drum yang dikoreksi (terhadap jumlah lapis lilitan kabel pada drum) D' (m), maka daya
ang.kat P (kW) adalah
W(nD'n0/60) 1t Wn0D'
p = 102,, = 612011 (3.77)
Untuk penggeraknya, diambil motor standar dengan daya nominal dekat di atas
daya angkat tersebut. Jika kapasitasnya adalah P,., (kW), malca momen yang diberikan
kepada drum adalah
Pada diameter drum rem DR (m), maka kecepatan kelilingnya, vR (m/s) adalah
(3.79)
(3.80)
(3.81)
98 Bab 3. Kopliog Tak Tetap Dan Rem
Maka
(3.82)
Lebar rem untuk der.ek kecil diperliharkan dalarn Tabel3.7. Untuk drum rem dengan
diameter yang lebih besar terdapat lebar rem sampai 1 SO'(mm), atau pita dapat dililitkan
dua kali.
---8---< Tabel 3.7 Tebal dan lebar rem.
250 50 40 2
300 60 50 3
350 70. 60 3
400 80 .70 4
450 100 80 4
500 120 100 5
Pilihlah lebar rem, dan tentukan tekanan rem maksimum Pmu (kg/m.m2), tekanan
rem minimum Pmin (kg/mm2), dan tekanan rem rata-rata Pm (kg/mm2) dari rumus-rumus
berikut Ini : · ·
Periksalah apakah Pmu terletak dalam daerah tekanan rem menurut Tabel 3.6, dan jika
ternyata terlalu besar, perbesar lebar re.m bR.
Hitunglah kapasitas rem µpmv [kg· m/(mm2s}], dan periksalah apakah harga ini
lebih rendah dari pada harga batas yang diberikan di dalam bagian rem blok tunggal.
Hitunglah ~c:.!ljangdan langkah tuas, dan periksalah apakah hasilnya sesuai dengan
ketentuan yang diberikan.
Jika hasil-hasil di atas dipaudang cukup memuaskan, selanjutnya rencanakan pita
dan kelingan.
Pilihlah bahan-bahan dan masing-masing kekuatan tariknya. Sebagai faktor
3.11 Rem Pita 99
keamanan, ambillah dasar 75(%) dari batas kelelahan atau batas mulur (aa x 0,45)
untuk tegangan tarik, dan 40(%) dari (as x 0,45) untuk tegangan geser. Besamya faktor
keamanan adalah 1/(0,45 x 0,75)~3 dan 1/(0,45 x 0,4)~5,6. Tetapkan faktor ke-
amanan akhir dengan mengalikan harga di atas dengan 1,2 sampai 2,0 sesuai dengan
kondisi masing-masing,
Setelah tegangan tarik yang diizinkan a. (kg/mm2) dari pita dan tegangan geser
yang diizinkan dari paku keling -r~ (kg/mm2) ditentukan, tetapkan diameter dan susunan
paku keling sedemikian rupa hingga tidak terlalu banyak mengurangi luas penampang
efektif pita. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa lubang paku sedikit lebih besar
dari pada diameter paku. Jika dp adalah diameter paku (mm) dan z adalahjumlah paku,
maka
(3.86)
Karena gaya tidak selalu dapat dikenakan pada z paku keling secara merata, maka
perlu diperhitungkan eftsiensi sambungan keling ,,,, (Tabet 3.8).
di mana d;
adalah diameter lubang paku (mm). Dari persamaan di atas, tebal plat t
(mm) dapat dihitung. Tebal plat ini terletak antara 2 sampai 4 (mm); jika kurang tebal,
dapat dipakai dua plat yang ditumpuk.
Untuk pita dapat dipakai bahan dari baja konstruksi umum yang luwes (SS41)
atau baja pegas (SUP). Dalam hal ini tebal plat juga terletak antara 2 sampai 4 (mm).
Untuk paku, dipakai baja rol untuk paku (SV).
Perhitungan yang sama dapat pula dilakukan untuk sisi F2•
[Contoh 3.9) Rencanakan sebuah rem pita untuk sebuah derek dengan beban angkat
2000 (kg), putaran drum 29 (rpm), diameter drum 400 (mm), diameter drum dengan
lilitan kabel 3 lapis 470 (mm), dan diameter drum rem 720 (mm).
[Penyelesaian]
1t x 2000 x 29 x 0,47
P = 6120 x 0,8 = 17,5 (kW)-+ PM = 22 (kW)
(ID T = 974 x 22/29 = 739 (kg·m)
® DR = 720 (mm) = 0,72 (m), vR = 1r x 0,72 x 29/60 = 1,09 (m/s)
® F. = 739/(0,72/2) = 2053 (kg)
® F11 = 2000 x (0,4/0,72) x 1,5 = 1667 (kg). Ambit F. = 2053 (kg)
(/) Pilih tenunan ashes, µ = 0,3, p., = 0,007 ,.,, 0,07 (kg/mm2)
8 = 270° = (n/180°) x 270° = 4,71 (rad), r, = 3 (mm)
(B) e"' = 4, II
4,11
® Fi= 4,ll _ l x 2053 = 2713(kg)
1
F2 = 4,ll _ l x 2053 = 660(kg)
(D bR =
120 (mm)
@ Pmu = 2713/(720 x 120/2) "':' 0,063 (kg/mm2)
Pmln = 660/(720 X 120/2) = 0,015 (kg/mm2)
BAB 4. BANTALAN
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran
atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsungsecara halus, aman, dan panjang umur.
Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya
bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berf ungsi dengan baik maka prestasi seluruh
sistem akan menurun atau tak dapat bekerja secara semestinya. Jadi, bantalan dalam
permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi pada gedung.
(a) Banta/an luncur. Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan
pelumas.
(b) Banta/an gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang
berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol
jarum, dan rol bulat.
(a) Banta/an radial. Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu
poros.
(b) Banta/an radial. Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
(c) Banta/an gelinding khusus. Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar
dan tegak lurus sumbu poros.
&- + 3
(a)
(b)
(c) (d)
(a) Paduan tembaga. Termasuk dalarn golongan ini adalah perunggu, perunggu fosfor,
dan perunggu timah hitam, yang sangat baik dalam kekuatan, ketahanan terhadap
karat, ketahanan terhadap kelelahan, dan dalam penerusan panas. Kekakuannya
membuat bahan ini sangat baik untuk bantalan mesin perkakas. Kandungan timah
yang lebih tinggi dapat mempertinggi sifat anti las.
(b) Logam putih. Termasuk dalam golongan ini adalah logam putih berdasar Sn (yang
biasa disebut logam habit), dan logam putih berdasar Pb. Keduanya dipakai sebagai
lapisan pada logam pendukungnya.
Dahan bantalan yang konvensionil ini telah mengalami perbaikan dengan memakai
berbagai tambahan sekalipun ketahanannya terhadap temperatur dan kelelahan serta
kekuatannya menjadi berkurang. Sebagai contoh, Sb dan Cu ditambahkan untuk
menaikkan ketahanannya terhadap korosi, atau ditambahkan Pb untuk menambah
kemarnpuan menyesuaikan diri terhadap perubahan bentuk. Aneka ragam bahan ini
mempunyai pemakaian yang paling luas.
(a) Bantalan plastik, Plastik adalah suatu bahan yang mempunyai sifat dapat melurnasi
sendiri deogao baik. Sifatnya yang tahan korosi mernungkinkan bahan ini bekerja di
dalam air atau bahan kimia, Bahan semacam ini mempunyai koefisien gesek yang
rendah, mudah membenamkan kotoran, dan anti las. Plastik, jika diisi dengan bahan
pelurnas padat, serat gelas, alau serbuk logam, akan menjadi sangat kuat dan tahan aus
sehingga dapat dipakai untuk kondisi-koudisi yang cukup berat.
Keburukannya adalah bahwa dalam kondisi pelumasan batas (lapisan pelumas
terlalau tipis) akan terjadi panas gesekan yang mengakibatkan pembesaran koefisien
muainya. Hal ini harus diperhitungkan dalarn menentukan besar celah antara poros
dan bantalan.
(b) Bantalan /ogam yang diresapi minyak, Conteh yang khas dari macam ini adalah
bantalan bcsi cor dan logarn sinter yang diresapi rninyak. Dalam hat besi cor yang
diresapi minyak dipakai besi cor berpori dengan perlakuan panas berulang kali. Bahan
ini mempunyai benluk yang mantap karena kekakuannya yang tinggi dan ketahanannya
terhadap keausan.
Logam sinter dibuat dari serbuk logam yang dipres, dan minyak yang diresapkan
dapat tinggal di dalamnya. Namun demikian, bantalan dengan bahan ini lebib cepat
kehabisan rninyak, dan pada kondisi yang berat lebih cepat aus.
(c) Pelumas padat. Bahan pelurnas macam ini dipakai untuk keadaan khusus
(temperatur tinggi, kena bahan kimia, beban besar) di luar batas pemakaian tertentu,
Bahan bantalan yang dapat dipakai sebagai bahan dasar di mana pelumas padat
dibenamkan adalah: untuk temperatur tinggi, besi cor dan tembaga: untuk bekerja di
dalam bahan kimia, baja tahan karat; beban besar, paduan kuningan kekuatan tinggi.
Pelumas padat berbeda yang saru dari yang lain dalam hat unsur utarna dan tamba-
hannya, tergantung pada penggunnaaonya. Pelumas padat untuk ternperatur tinggi
dapat menahan suhu sarnpai di atas 200°C; sebagai unsur utama terdapar grafit dan
molibden disulfida.
Pilihan Jain untuk bantalan berternperatur tinggi adalab barualan keramik, yang
terdiri atas baja tahan panas dilapisi keramik yang terutarna berupa oksida timah hitam,
Bantalan ini dapat tahan temperatur 500°C sampai 800°C.
Bantalan semacarn ini dipakai sebagai bantalan utama pada rnesin perkakas presisi
tinggi, misalnya pada meja putar mesin bubut vertikal besar. Bahan bantalan dapat
berupa minyak atau udara. Dalam hal ini, minyak atau udara dialirkan dengan tekanan
ke dalam celah bantalan untuk mengangkat beban dan menghindari keausan atau
penempelan pada waktu rnesin berputar dengan putaran sangat rendah atau waktu start
di mana lapisan minyak yang ada tidak atau belum mernpunyai tekanan yang cukup
tinggi, Macam yang rnenggunakan minyakpada saat ini sudah diperdagangkan, sedang-
kan yang menggunakan udara masih dalam pengembaogan.
(a) Banta/an kayu. Bahan yang khas untuk bantalan ini adalah lignum vitae.
Persyaratan yang penting selain ketahanan, juga harus bebas dari zat-zat yang merusak
serta anti las.
4.S Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Bantalan Radial 107
Bantalan lcayu dipalcai dalam mesin pengolahan malcanan dan perusahaan susu.
Juga sering dipergunalcan pada pompa air dan baling-baling lcapal di mana pelumasan-
nya dilakulcan dengan air. Beban rata-rata untuk bantalan lcayu adalah 0,5 (kg/mm2)
atau kurang.
(b) Banta/an karet. Dengan air sebagai pelumas, bantalan karet mempunyai koefisien
gesek yang rendah. Karet mempunyai ketahanan yang baik terhadap keausan. Selain
itu juga dapat meredam bunyi dan getaran. Sebagai bantalan, dapat dipakai karet yang
disemen atau karet melulu. Behan rata-rata yang dapat ditanggung adalah 0,5 (kg/mm2)
atau kurang.
(c) Bantalan grafit karbon. Grafit arang adalah bahan yang sepenuhnya dapat melumasi
sendiri dan dapat bekerja pada temperatur tinggi. Karena secara kimia sangat sulcar
bereaksi malca bahan ini mempunyai pemalcaian yang sangat luas. Penambahan serbuk
habit, perak, atau tembaga, dapat memperbaiki sifat-sifatnya sebagai bantalan. Per-
bedaan antara koefisien gesek statis dan koefisien gesek kinetis (dalam keadaan bergerak)
pada grafit lcarbon adalah kecil.
(d) Banta/an permata. Pada alat-alat ukur banyak dipakai bantalan dari batu akilc
seperti batu delima (ruby), dan batu nilam (sapphire). Batu nilam yang mengalami
perlakuan panas dapat menjadi sekeras intan.
W= wl (4.1)
Besamya momen lentur maksimum yang ditimbulkan oleh gaya-gaya di atas adalah
108 Bab 4. Bantalao
Besamya momen tahanan lentur untuk poros lingkaran pejal adalah Z = 1ed3 /32 dan
M~a.;z di mana "• (kg/mm2) adalah tegangan lentur yang diizinkan. Maka
Wl/2 ~ a,,(1ed3/32)
n a,, 3 I a,, 3
1 ~ I6wd = 5,I wd = 1maa (4.3)
Untuk bantalan radial tengah (Gambar 4.2(b)), ambil L = 1,5 I, dan pandanglah suatu
batang yang ditumpu pada kedua ujungnya. Maka
M = WL/8 = 1,SW//8
(4.5)
(2) Pemilihan1/d
(vii) Untuk menentukan l/d dalam merencana, perlu diperhatikan berapa besar
ruangan yang tersedia untuk bantalan tersebut di dalam mesin.
(viii) Harga 1/d juga tergantung pada kekerasan bahan bantalan. Bahan lunak
memerlukan 1/d yang besar.
Atas dasar hal-hal di atas dapat dipilih 1/d yang akan dipakai. Harga 1/d tersebut
terletak antara 0,4-4,0, atau lebih baik antara 0,5-2,0. Bila 1/d melebihi 2,0 maka
tekanan permukaan terjadi secara lokal (tidak merata) sehingga lubang bantalan perlu
dibuat tirus. Harga yang terlalu kecil sebaliknya akan mengurangi kemampuannya
membawa beban. Untuk 1/d yang kecil, bantalan gelinding Jebih menguntungkan.
Bantalan dapat berbentuk silinder, bola, atau kerucut. Yang paling banyak adalah
yang berbentuk silinder. Yang dimaksud dengan tekanan bantalan adalah beban radial
dibagi luas proyeksi bantalan, yang besamya sama dengan beban rata-rata yang diterima
oleh permukaan bantalan. Jika dinyatakan dengan p (kg/mm2), beban rata-rata ini
adalah
(4.6)
di mana I (mm) adalah panjang bantalan, d (mm) adalah diameter poros. Bila I dan d
dinyatakan dalam cm, satuan p adalah kg/cm2• Untuk bantalan dengan lubang minyak
a tau alur min yak, harga / · d harus dikurangi luas lubang atau alur tersebut untuk
menghitung p,
Barga tekanan yang diizinkan p. tergantung pada bahan bantalan seperti diperlihat-
kan dalam Tabet 4.1, dan dipilih dengan pengalaman menurut macam mesin dalam
Tabel 4.2. Dengan adanya bahan pelumas yang lebih baik dan ketelitian yang lebih
tinggi pada permukaan finis, harga tekanan dapat dipertinggi.
Jika p diganti dengan P« dalam Pers. 4.S dan W dikeluarkan dari pers. 4.4, dapat
diperoleh untuk bantalan ujung
Tallel 4.l Tekanan maksimum yang dllriokaa, dll., dart bantalan radJal.
l/4
dllziDbn
p.
lkl/mm')
)'IDI dllrlDku
C,,•).
(ts/mm. m/1)
pad& Ja•c
z
(cP)
dul
ZN/p
(~)
Olomobil Batalu- 0,1-1,11 0,6+-l.2A 211 2xl0'
M-paawat Pmaaako! 0,7-1,4 Ix +-l.SA 40 7-8 l,blO'
tcrbalq PmalOnt l,S-2,2 l,Sx +-4A - Ix U)•
Ocmnlor,
motor, pompa Banl.ll&D rotor 1.0-2.0 0,1 x -0.2A 0,2-0.l 25 25xl0'
-lrifqal 0,Ux-0,Ux
Catalan: x ... pelumasan tetes atau cincin; + = pelumasan percik; !,. = pelumaaan pompa.
(4.7)
(4.8)
(4) Harp p,
Di celah antara permukaan poros dan bantalan terdapat selaput minyak tipis.
Selaput minyak ini bergerak karena tertarik oleh permukaan yang bergerak serta karena
kekentalannya. Tegangan geser -r (dyn/cm2) dari minyak dapat dinyatakan dengan
persamaan berilcut:
(4.9)
4.S Hal-hal Penting Dalarn Perencanaan Bantalan Radial 111
-r = Fr/A
Jika kecepatan permukaan atas selaput tersebut adalah u (cm/s) dan tebalnya adalah
h, (cm), maka
R = v/h1
v
:. F, = Z1A. h1 (4.10)
Karena peristiwa ini, beban W dapat diangkat oleh tekanan selaput minyak Pr-
Bila poros berputar deogan kecepatan cukup tinggi, selaput minyak yang terbentuk
akan cukup tebal (sampai 0,1 mm) sehingga tidak terjadi kontak antara permukaan
poros dan bantalan yang saling meluncur. Keadaan semacam ini disebut pelumasan
sempuma.
Bila be ban W bertambah a tau kecepatan v dari permukaan luncur berkurang, maka
tebal selaput minyak akan berkurang. Lapisan yang menipis pada suatu batas tertentu
akan mengakibatkan kontak antara permukaan poros dan bantalan. Pada keadaan ini
gesekan tidak lagi terjadi secara hidrodinamis melainkan secara molekuler. Daerah di
mana terjadi gesekan semacam ini disebut daerah gesekan molekuler atau gesekan
campuran, dan terjadi pada tebal selaput kurang dari 0,1 (mikron). Di sini dapat terjadi
deformasi plastis pada permukaan logam yang bergesek, keausan yang cepat, dan
temperatur yang melonjak. Dalam keadaan ekstrim, dapat terjadi pula pengelasan
karena selaput minyak yang terkelupas sama sekali.
Pada bantalan yang menahan beban ringan dan putaran sangat tinggi, poros akan
terangkat oleh selaput minyak sedemikian tinggi hingga sumbunya akan berimpit
dengan sumbu bantalan dan tebal selaput minyak di sekeliling poros akan merata
seperti diperlihatkan dalam Gambar 4.4. Sekarang, untuk keadaan ini, nyatakan putaran
poros dengan n (r/s atau putaran per detik}, kelonggaran (clearance) antara permukaan
bantalan dan poros dengan c (mm), tebal selaput minyak dengan h (cm), diameter dengan
d dan panjang bantalan dengan /. Karena A. = 1rdl/lOO x 10, v = ndn/10, dan h1 =
c/2 x IO maka
Jika viskositas dinyatakan dengan Z (cP atau centi Poise), F: dalam kg, dan putaran
dengan N (rpm) malca
Persamaan ini dikenal sebagai persamaan Petroff. Jika F: (kg) dibagi dengan W (kg) =
pld, diperoleh koefisien gesek.
Harga ZN/p yang muncul dalam persamaan di atas merupakan suatu faktor penting
dalam pemilihan minyak dan barus lebih besar dari pada harga yang terdapat dalam
Tabet 4.2 dan 4.3. Dalam perencanaan, barga tersebut.harus dikalikan dengan faktor
keamanan sebesar 2-3.
Tabel 4.3 ZN/p minimum.
Gaya gesekan F (kg) antara poros dan bantalan dikalikan dengan kecepatan t1
(m/s), yaitu F·v (kg· m/s) adalah daya gesekan. Jika harganya dibagi dengan ekivalen
panas J = 427 (kg·m/Kcal) akan memberikan panas per satuan waktu Q (Kcal/s)
yang timbul dari gesekan.
Q = Fv/J (4.15)
Panas Q ini akan diteruskan ke bantalan, rumah bantalan, dan minyak pelumas. Tinggi
temperatur bantalan atau permukaannya T akan berbanding lurus dengan F· t1.
Tc.o Fv (4.16)
Pada umumnya gaya gesekan diberikan dalam bentuk yang agak berbeda dengan
persamaan Petroff, yaitu
di rnana C1 adalah gaya yang diperlukan untuk menggeser selaput pelumas dan tidak
tergantung pada tekanan bantalan. Bila pelumas yang dipakai adalah minyak, maka
suku ini dapat diganti dengan F, dari persamaan Petroff. C2 adalah koefisien gesek
yang diturunkan dari geseran pada titik adesi antara bahan bantalan dan poros. Pada
bantalan tanpa pelumasan, gesekan kering memegang peranan terpenting, sehingga
suku ini merupakan yang terbesar. Dalam beberapa hal tertentu, suku-suku lain dapat
diabaikan. C3 adalah gaya yang diperlukan untuk memulai gesekan antara permukaan
poros dan bantalan pada saat poros akan berputar.
Tc.o µpt1
Panas gesekan akan dikeluarkan melalui poros, bantalan dan rumah. Jika angka
penerusan panas untuk bantalan dinyatakan dengan k1 dan untuk poros dan rumah
dengan k 2 maka
I I
T ee -·- · µpt1 (4.18)
k1 k2
Persamaan ini menyatakan hubungan antara kerja yang disebabkan oleh tahanan
geser antara bagian-bagian yang meluncur dan temperatur bantalan. Perlu diingat
bahwa jika temperatur T naik melebihi suatu batas tertentu, logam bantalan akan
melunak dan meleleh. Harga pt1 yang terdapat dalam persamaan di atas merupakan
ukuran bagi keamanan terhadap temperatur dan kemampuan menahan beban dari
bahan bantalan. Batas pt1 yang didasarkan atas basil percobaan atau pengalaman
114 Bab 4. Bantalan
disebut faktor tekanan kecepatan maksimumyang diizinkan atau harga pv yang diizin-
kan. Harga ini merupakan suatu patokan yang penting dalam pemeriksaan kekuatan,
dan dapat dilihat dalam Tabel 4.2. Selanjutnyakarena
W rcdN rcWN
(pv)a ~ di • 1000 x 60 = 1000 X 60 x I
maka
re WN
I ~ 1000 x 60 . (p :.. v,. (4.19)
Dalam paragrap (4) dikemukakan anggapan bahwa pada bantalan yang mempunyai
beban ringan dan putaran tinggi, sumbu poros dan sumb¥ bantalan sating berimpit,
dan tebal selaput minyak adalah merata di sekelilingporos. Tetapi dalam praktek, hal
ini tidak benar kecuali untuk beberapa hal khusus. Kasus di mana sumbu bantalan dan
poros tidak saling berimpit sehinggalingkaran poros dan bantalan menjadi konsentris,
telah dianalisa oleh Sommerfeld sebagai berikut.
Dalam Gambar 4.5, diameter dalam bantalan dinyatakan dengan D (mm), diameter
poros dengan d (mm), kelonggaran diametral dengan D - d = c (mm). Harga ke-
longgaran yang dikehendaki kira-kira sebesar 1/1000 diameter. Selanjutnyajarak pusat
dinyatakan dengan e (mm), tebal selaput minyak dengan h (mm), dan eksentrisitas
dinyatakan dengan e = 2e/c. Karena c/2 = h + e maka
h = c/2(1 - e) (4.20)
Jika h menjadi besar pada kecepatan tinggi, maka e akan mengecil; jika h mengecil
pada beban besar, maka e akan membesar.
Kemudian Sommerfeldmenurunkan persamaan-persamaanberikut:
w(~)c = I + 2e2
Ja
(4.21)
ZN)
( p o c
(!f.)2 = (2 + ,z){f-?
12rc
=S (4.22)
di mana (ZN/p)0 = (ZN/p) x 1,7 x 10-u, dan merupakan bilangan tak berdimensi.
Suku (ZN/p)0{d/c)2 = S yang terdapat dalam persamaan di atas disebut variabel
4.S Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Bantalan Radial IIS
/
l.2 /
/
/
c .u.
c
2,8
/
/
0 1p..-~~~~~~~~~~~~ 2,4 /
/
/
/
./
/
./
/
./
/
/
/'-(3)
0.12 0,16 0,20 /
-s /
Gbr. 4.6 Kuna I, dan a terbadap S. 0,04 ope 0,12 0,16 0,20
-s
Gbr. 4.7 Kurva p(tl/c) terbaclapS.
(1) Menurut basil percobaan
(2) S thcoritis
(3) Tbcoritis, mcnurut Petroff
Sommerfeld. S digambarkan terhadap e dalam Gambar 4.6 dan terhadap µ(d/c) dalam
Gambar 4.7. Garis putus-putus adalah dari persamaan Petroff. Harga dari percobaan
terletak di atas harga dari persamaan Sommerfeld. Baik dalam persamaan Petroff
maupun Sommerfeld, panjang bantalan dianggap tak terhingga, atau 1/d = co, Dalam
praktek, 1/d terletak antara 0,2-0,4, dan pengaruh I yang terbatas harus diperhitungkan.
Di bawah ini diberikan persamaan yang memasukkan faktor 1/d dalam perhitungan.
Persamaan di atas akan merupakan persamaan dasar dalam perencanaan yang akan
datang.
Dari viskositas minyak dan kelonggaran diametral, variabel Sommerfeld dapat
diteotukan, yang selanjutnya akan meneotukan pula ekseotrisitas. Jika a kecil, dan
1/e dinyatakao deogan a, maka
s = (2a2 + •>ff:=1
121t ex
(4.24)
Bila a besar, angka I di atas tanda bagi dapat dihilangkan. Dengan demikian persamaan
menjadi
(4.25)
(4.26)
Perlu diperhatikan bahwa harga h dari persamaan 4.20 dan 4.26 harus lebih besar
dari harga minimum yang diizinkan (Tabel 4.4), dan bahwa kekasaran permukaan
poros H,mu ditambah dengan kekasaran permukaan bantalan H,,_ .. harus lebih kecil
dari pada h/3, atau
116 Bab 4. Bantalan
Generator, motor
Logam putih biasa 0,01-0,03
listrik
(4.27)
(Besamya kerja per detik adalah H (kg· m/s) = µ Wv = QJ/60.) Panas yang ditimbuJkan
akan disalurkan ke luar melalui poros, minyak, dan rumah. Bagian-bagian serta minyak
yang menyalurkan panas ini akan mengalami kenaikan temperatur. Jika berat blok
bantalan adalah Wm (kg), dan panasjenisnya Cm (Kcal/kg C) maka panas yang diperlu-
0
(4.29)
Jika dipakai beberapa macam logam pada blok bantalan, maka masing-masing beratnya
dikalikan dengan panas jenisnya untuk mendapatkan jumlah panas total ,yang diperlu-
kan. Untuk pendekatan, harga dari logam yang merupakan bagian terbesar dari bantalan
dapat dipakai sebagai dasar perhitungan. Maka kenaikan temperatur yang akan dialami
oleh blok bantalan karena kerja gesekan per menit adalah
Sebagian dari panas ini akan memancar dari blok ke udara, dan jika poros berputar
terus-menerus, suatu keseimbangan akan tercapai pada suatu titik di mana temperatur
tidak akan naik lagi. Jika putaran poros terputus-putus, maka pada saat-saat berhenti
akan terjadi pemancaran panas yang besar.
Jika poros dianggap berputar terus-menerus dalam suatu sistem pelumasan dengan
aliran minyak, panas yang timbul akan dipindahkan sebagai berikut.
Panas yang timbul di dalam bantalan adalah ekivalen dengan daya yang diperlukan
untuk melawan gesekan yang besarnya dapat dinyatakan sebagai
H
PH = 102 (kW) (4.32)
Panas tersebut akan dipancarkan melalui poros dan bantalan, serta dibawa keluar oleh
aliran minyak. Panas yang dipancarkan sukar ditaksir. Panas yang dibawa oleh minyak,
yaitu sebesar H dikurangi panas yang dipancarkan, besarnya dapat dinyatakan dengan
jH, di mana j disebut perbandingan kerugian daya. Dalam Gambar 4.8 diperlihatkan
hubungan antaraj dengan S. Di sini, jika S mengecilj akan menjadi lebih dari I.
l,61---+4-----4----------1
....
ic:i
., l,41---4--1--4-4---------1
j
:9! 1,21----r---\--+-'..__---+-------I
j
J! Gk. 4.8 Kana} terlwlap S.
Sekarang nyatakan berat janis minyak dengan y0 (.kg/cm3), panas jenis minyak
dengan C0 (Kcal/kg0C), kenaikan temperatur dengan l!.T(0C), dan jumlah aliran
minyak per menit dengan q (cm3 /min). Maka jumlab panas jH yang dibawa keluar oleh
minyak adalah
l!.T = t0 - 11 (4.35)
t1(0C) adalah temperatur minyak masuk, dan t11{0C) temperatur minyak keluar. Harga-
barga ini merupakan patokan dalam menentukan cara pelumasan yang akan diperguna-
kan serta jumlab aliran minyak yang diperlukan.
Temperatur selaput minyak yang diizinkan bervariasi menurut macam minyak
yang dipakai dengan batas maksimum 80°C. Temperatur kerja yang tidak lebih tinggi
dari 38{ C) dapat dianggap pantas. Harga (Zn/p) dalam persamaan Sommerfeld me-
0
rupakan suatu faktor penting dalam pemilihan minyak pelumas. Viskositas Z (cP)
yang sesuai dan harga minimum (ZN/p) yang diizinkan terdapat dalam Tabel 4.2
bersama-sama dengan p,. (pv)0, di mana N dalam (rpm). Minyak pelumas harus mempu-
nyai viskositas kira-kira dua kali harga tersebut.
Ada bermacam-macam satuan viskositas. Hubungan antara viskositas mutlak
118 Bab 4. Bantalan
Z=vxp (4.36)
di mana umumnya dalam daerah 0,89-0,9 (g/cm3). Rumus-rumus untuk merubah satuan-
satuan viskositas yang umum dalam praktek ke dalam satuan viskositas kinematik atau
sebaliknya diberikan dalam Tabet 4.5.
Dalam pemilihan bahan pelumas pada umumnya perlu dipertimbangkan sifat-
sifatnya yang terpenting seperti viskositas, fluiditas, sifat berminyak, stabilitas terhadap
oksidasi, serta barganya. Pernilihan tersebut harus dilakukan dengan h11ti-hati sesuai
dengan pema.kaian yang dituju. Pada umumnya, putaran kerja yang tinggi mengbendaki
minyak pelumas dengan viskositas rendah; jadi memerlu.kan jurnlah aliran rninyak
lebih besar. Behan besar menghendaki viskositas yang besar pula. Pada putaran rendah,
oksidasi terhadap rninyak pelumas tidak seberapa kritis. Meskipun demikian, pada
pelumasan cincin dan pelumasan rendam, perlu dipilih minyak yang tinggi kemumiannya
dan mempunyai stabilitas oksidasi yang baik. Jika diperlu.kan, dapat ditambah.kan
antioksidan. Untuk kecepatan sangat rendah, harus dipakai minyak yang dapat melekat
dengan baik pada permukaan gesek untuk memperkecil gese.kan. Untuk maksud ini,
dapat ditambab.kan suatu perekat atau zat pelicin.
Pada temperatur lingkungan yang tinggi, dipakai minyak dengan viskositas tinggi;
sebaliknya pada temperatur lingkungan yang rendah dipakai minyak dengan titik cair
dan viskositas rendah. Faktor yang lebih menentukan dalam pernilihan minyak pelumas
mesin untuk temperatur rendah bukan titik caimya melain.kan viskositasnya. Pada
temperatur tinggi diperlukan rninyak yang mempunyai kemumian tinggi, stabil terhadap
oksidasi, dengan tambahan antioksidan serta zat pemurni.
Perencanaan bantalan luncur harus didasarkan pada data dan perhitungan empiris.
Pelbagai rumus teoritis diturunkan berdasarkan anggapan-anggapan tertentu, dan
sebagian besar rumus empiris hanya berlaku untuk kondisi kbusus. Dengan demikian
rumus-rumus tersebut tidak dapat berlaku untuk setiap kondisi. Data percobaan, data
koreksi dan koefisien-koefisien yang terdapat di beberapa pei'usahaan, biasanya dapat
dipakai dengan memuas.kan untuk sistim 'mereka sendiri, Untuk keadaan se.karang ini,
menetapkan sistim sendiri selangkah demi selangkab, dipandang sebagai suatu kebijaksa-
naan yang tepat. Pada tahun-tahun terakhir ini, telah terjadi kemajuan pesat dalam
pengetahuan masalah pelumas. Diharapkan ha] ini dapat mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam teknik bantalan.
Pelbagai bahan bantalan macam damar buatan telah dikembangkan. Hal ini akan
semakin memperluas pengetahuan tentang bantalan danpelumasannya.
Di bawah ini akan diberikan contoh perencanaan bantalan dalam suatu diagram
aliran dan perhitungan.
[Contoh 4.1] Rencanakan sebuah bantalan ujung dari perunggu untuk putaran 200
(rpm) dan beban I 500 (kg). Bahan poros adalah baja agak keras dengan tegangan lentur
yang diizinkan "" = 4 (kg/mm2). Dengan mengambil µ ;,,. 0,06, tentukan juga daya
yang terpakai.
[Penyelesaian]
Viskositas dinamis
Viskositas (s)
(10-6 m2/s) (cP)
30 2,08 - 34 - 58 1,13
40 6,11 - 46 - 75 1,47
50 9,57 - 58 - 93 1,81
60 12,74 - 70 - 110 2,14
70 15,75 - 82 - 127 2,48
80 18,66 - 94 - 145 2,82
90 21,49 - 106 - 162 3,16
100 24,29 - 118 - 179 3,50
120 29,77 - 141 - 214 4,18
140 35,18 - 165 - 250 4,86
160 40,53 - 189 - 285 5,55
180 45,85 - 213 - 320 6,23
200 51,14 - 236 28 355 6,92
250 64,31 - 295 34 443 8,64
300 77,43 - 355 40 532 10,36
350 90,51 - 414 46 620 12,09
400 103,57 - 473 52 708 13,81
450 116,62 51 532 58 797 15,53
500 129,66 SS 591 65 885 17,25
600 155,71 64 709 77 1062 20,70
700 181,76 73 827 90 1239 24,14
800 207,79 82 945 103 1415 27,58
900 233,81 91 1064 115 1592 31,02
1000 259,83. 100 1182 128 1769 34,46
1200 311,86 119 1418 153 2123 41,35
1400 363,88 138 1654 179 2477 48,24
1600 415,89 157 1891 204 2831 55,13
1800 467,90 176 2127 230 3185 62,02
2000 519,91 195 2364 255 3538 68,92
2200 571,92 214 2600 281 3892 75,81
2400 623,93 233 2836 306 4246 82,70
2600 675,93 252 3073 332 4600 89,59
2800 727,94 271 3309 357 4954 96,48
3000 779,94 290 3545 383 5307 103,08
120 Bab 4. Bantalan
START
2 Faktor koreksi.f.
4 Bahan bantalan
Tekanan permukaan yang
diizinkan P. (kg/mm2)
(pP). (kg m/mm2s)
8 //d
Hargapv, (--kgm)
mm2 s
STOP
END
4.5 Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Bantalao Radial 121
15. Diagram aliran untuk merencanakan bantalaa luncur secara teHti
START a
19 Variabel Sommerfeld S
Diameter poros d (mm) Koefisien gcsekan µ
Putaran poros N (rpm)
Benban bantalan W0 (kg)
Jangka waktu kerja
2 Faktor koreksi !.
7 1/d
25 Kekasaran pennukaan poros
8 Panjang bantalan I (mm) dan bantalan H1 ..... x Hb .,..(mm)
STOP
END
122 Bab 4. Bantalan
n
1500 x 200
@ I~
1000 60
x
012
•= 18,S (mm) -+ 80 (mm)
Hargapv = 0,197 ( mm
kg·;n )juga
·s
dapat diterima, karena kurang dari 0,2( kg·;n)
mm ·s
@ H = 0,04 x 1500 n
1~:
! 00 = 34,S (kg~m),
34,S
PB = 102 = 0,34 (kW)
@ I = 80 (mm), d == SS (mm), PB = 0,34 (kW)
[Contoh 4.2] Sebuah bantalan ujung untuk kompresor menahan poros berdiameter
100 (mm) pada putaran 250 (rpm), bekerja 12jam/hari\ Beban pada ujung adalah 1200
(kg) dan temperatur ruangan 20(0C). Dahan bantalan adalah perunggu dan temperatur
selaput minyak paling tinggi 50(0C). Rencanakan bantalan luncur yang memenuhi
persyaratan ini. Berat poros dan bantalan yang akan menyalurkan panas yang timbul
adalah 20 (kg), berat jenis minyak adalah 890 (kg/cm3), dan panas jenisnya adalah 0,5
(Kcal/kg 0C).
[Penyelesaian]
<D d = 100 (mm), N = 250 (rpm), W0 = 1200 (kg), 12 Uamfhari), untuk kompresor
® le= 1
® W = 1200 (kg)
© Bahan poros S35C, a8 = 62 (kg/mm2) tanpa pasak
Sfi = 6; untuk kerja 12 (jamfhari), S/2 = 4
@ """ = 62/(6 x 4) = 2,58 (kg/mm2)
@ Bahan bantalan: perunggu, Pa = 0, 7-2,0 (kg/mm2)
4.5 Hal-hat Penting Dalarn Perencanaan Bantalan Radial 123
Karena p" ~ 0,2 (kg/mm2) dari kompresor, ambil p" = 0,12 (kg/mm2)
2•58
(/) Dari 1/d ~ x = 2,05, 1/d = 2,0
51•1 0,12
@ I = 2 x 100 = 200 (mm)
=
<ID p 1200/(100 x 200) = 0,06 (kg/mm2)
© 0,06 (kg/mm2) < 0,12 (kg/mm2). Jadi, dapat diterima.
@ 11 = ,r x 100 x 250/(60 x 1000) = 1,31 (m/s)
@ p11 = 0,06 x 1,31 - 0,079 (kg·m/(mm2·s)]
@ 0,2 - 0,3 [kg·m/(mm2·s)] adalah harga (pv}" dari kompresor yang akan dipakai.
® 0,079 « 0,2
Keamanan yang diperoleh terlalu tinggi. Maka kembali ke <'D.
(/)' Ambil 1/d = 1,2
®' I= 1,2 x 100 = 120 (mm)
®' p = 1200/(100 x 120) = 0,1 (kg/mm2)
©' 0,1 (kg/mm2) < 0,12' (kg/mm2), dapat diterima.
®' 11 = 1,31 (m/s)
@' pv = 0,1 x 1,31 = 0,131 [kg·m/(mm2·s)]
@' 0,131 < 0,2 [kg·m/(mm2·s)], dapat diterima.
@ Pilih minyak dengan viskositas 40 (cP) pada 38 {0C), macam minyak turbin,
dengan penambahan antioksidan.
c = 100/1000 = 0,1 (mm)
@ ZN/p = 40 x 250/0,1 = 100000 [cP·rpm/(kg/mm2)], (ZN/p}0 = 105 x 1,7 x
10-12 = 1,7 x 10-7
@ (ZN/p)m1n = 40000 [cP·rpm/(kg/mm2)]
(~r
@ 40000 x faktor keamanan 2, < 100000, dapat diterima.
8 I =
120 (mm). Pelumas: minyak turbin 40 (cP)
H1iua + H&mu ;i 14 (Jl), q = 60 (cc/min)
(4.37)
Karena jari-jari rata-rata bantalan adalah (d1 + d2)/4 maka besamya momen
tahanan gesek, M1 (kg·m), dapat dinyatakan sebagai
(4.38)
Jika kerja gesekan per satuan Juas per satuan waktu dinyatakan dengan H1dan putaran
poros dinyatakan dengan N (rpm), maka
4.S Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Bantalan Radial 11.S
_ M1(2nN/60)
H1 - (n/4)(df - dn = 30000(d1
µWN
-
. 2•
d2) [kg m/(mm s)] (4.39)
µWN WN
di - d2 =
30000H1
= C (4.40)
. C
d I mana = 30000H
µ
1
(4.41)
Maka
Harga-harga Pa diberikan dalam Tabel 4.6. Untuk macam pelumasan biasa, harga-
harga (pv)m adalah 0,17 [kgm/(mm:i·s)], untuk pelumasan dengan pompa minyak
0,4-0,8 [kg·m/(mm2·s)], untuk pelumasan dengan alat pendingin 0,8 [kg·m/(mm2·s)]
atau kurang.
Bantalan kerah dapat diperlakukan seperti bantalan telapak (Gambar 4.11). Jika
jumlah kerah adalah z, diameter luar kerah d, (mm), diameter poros d(mm), maka
tekanan rata-rata pada ban ta Ian p (kg·mm2) adalah
Dalam praktek, tinggi kerah b (mm) adalah (0,J-0,15) d, dan d, adalah (1,2-1,3) d,
sedangkan tebal kerah t dan jarak kerah t' masing-masing adalah (1-1,S) b.
Tekanan bantalan yang diizinkan Pa adalah 0,028-0,0SS (kg/mm2). Besarnya (pv)a
126 Bab 4. Bantalan
ST ART
2 Faktor koreksi f.
STOP
END
I
4. 7 Cara Pelumasan Untuk Bantalan Luncur 127
tidak boleh lebih dari 0,3 [kg·m/(mm2·s)] pada metal bantalan yang berputar, dan
0,05 [kg·m/(mm2·s)] pada metal bantalan yang diam. Dalam pralctek besarnya C
adalah 1000-2000, dan H, adalah 0,003 [kg·m/(mm2·s)] atau kurang.
Tata cara perencanaan untuk bantalan aksial diberikan dalam contoh dan diagram
aliran berikut ini (Diagram 16).
[Contoh 4.3] Sebuah poros tegak mempunyai telapak berdiameter 130 (mm) dan
berputar pada 200 (rpm). Besarnya gaya aksial adalah 1000 (kg) termasuk berat poros.
Rencanakan bantalannya.
[Penyelesaian]
Cara ini sesuai untuk beban ringan, kecepatan rendah, atau kerja yang tidak
terus-menerus. Kekurangannya adalah bahwa aliran pelumas tidak selalu tetap atau
pelumasan menjadi tidak teratur.
Dari sebuah wadah, minyak diteteskan dalam jumlah yang tetap dan teratur melalui
sebuah katup jarum. Cara ini adalah untuk beban ringan dan sedang.
128 Bab 4. Bantalan
Cara ini menggunakan sebuah sumbu yang dicelupkan dalam mangkok minyak
sehingga minyak terisap oleh sumbu tersebut (Gambar 4.12). Pelumasan ini dipakai
seperti dalam hal pelumasan tetes.
Pelumasan ini menggunakan cincin yang digantungkan pada poros sehingga alcan
berputar bersama poros sambil mengangkat minyak dari bawah (Gambar 4.14). Cara
ini dipakai untuk beban sedang.
Dari sebuah tangki yang diletakkan di atas bantalan, minyak dialirkan oleh gaya
beratnya. Cara ini dipakai untuk kecepatan sedang dan tinggi pada kecepatan keliling
sebesar 1(~15(m/s).
Sebagian dari bantalan dicelupkan dalam minyak. Cara ini cocok untuk bantalan
dengan poros tegak, seperti pada turbin air. Di sini perlu diberikan perhatian pada
besarnya daya gesekan karena tahanan minyalc,kenaikan temperatur, dan kemungkinan
masuknya kotoran atau benda asing.
Di samping hal-hal di atas, terdapat pula pelumasan gemuk dan pelum.asankabut.
4.8 Jenis-jenis Bantalan Gelmding \19
Sudut kon1ak
c,ndn Juat
...-Elcmcn gcllndtna
C,n~,n dolam
-S•ngknr
bantalan aksial yang membawa beban yang sejajar sum bu poros. Menurut bentuk elemen
gelindingnya, dapat pula dibagi atas bantalan bola dan bantalan rol. Demikian pula
dapat dibedakan menurut banyaknya baris dan konstruksi dalamnya. Bantalan yang
cincin dalam dan cincin luamya dapat sating dipisahkan disebut macam pisah.
Menurut diameter luar atau diameter dalamnya, bantalan gelinding dapat dibagi
atas:
Diameter luar lebih dari 800 (mm) Ultra besar
Diameter luar 18~00 (mm) Besar
Diameter luar 80-180 (mm) Sedang
Diameter dalam 10 (mm) atau lebih, dan Kecil
diameter luar sampai 80 (mm)
Diameter dalam kurang dari 10 (mm), dan Diameter kecil
diameter luar 9 (mm) atau lebih
Diameter Juar kurang dari 9 (mm) Miniatur
Menurut pemakaiannya, dapat digolongkan atas bantalan otomobil, bantalan
mesin, dan bantalan instrumen. Bantalan gelinding biasa terdapat dalam ukuran metris
dan inch, dan distandarkan menurut ISO dengan nomor kode intemasional menurut
ukurannya. Namun demikian perlu diketahui bahwa bantalan otomobil dapat mem-
punyai ukuran khusus sesuai dengan pemakaiannya.
Bantalan radial yang mempunyai sudut kontak yang besar antara elemen gelinding
dan cincinnya, dapat menerima sedikit beban aksial. Bantalan bola macam alur dalam,
bantalan bola kontak sudut, dan bantalan rol kerucut merupakan macam bantalan
yang akan dibebani gaya aksial kecil. Bantalan mapan sendiri dapat menyesuaikan diri
dengan defteksi poros. Namun demikian kemampuannya menahan gaya aksial adalah
kecil. Bantalan rol silinder pada umumnya hanya dapat menerima beban radial.
Meskipun demikian di antaranya terdapat pula yang mempunyai konstruksi khusus
untuk dapat menerima gaya aksial.
Diameter poros d (mm) dikalikan dengan putaran per menit n (rpm) disebut harga
d.n. Barga ini untuk suatu bantalan mempunyai batas empiris yang besamya tergantung
pada macamnya dan cara pelumasannya. Tabel 4.7 merupakan suatu pedoman dalam
Tabel 4.7 Barga balas d.n.
perencanaan bantalan. Bantalan bola alur dalam dan bantalan bola sudut serta bantalan
rol silinder pada umumnya dipakai untuk putaran tinggi; bantalan rol kerucut dan
bantalan mapan sendiri untuk putaran sedang; bantalan aksial untuk putaran rendah.
Harga-harga yang diberikan dalam tabel di atas merupakan batas untuk kondisi kerja
terus-menerus dalam keadaan biasa. Untuk bantalan yang diameter dalamnya di bawah
10 (mm), atau lebih dari 200 (mm), terdapat harga-harga yang lebih rendah. Dalam hal
pelumasan dengan gemuk, harga-harga batas tersebut adalah untuk umur gemuk 1000
jam. Untuk pelumasan celup, 2-2,5 kali harga di dalam tabel dapat diterima; untuk
pelumasan dengan pompa, 3-5 kali harga dalam tabel dapat diterima.
Bantalan bola dan bantalan rol silinder mempunyai gesekan yang relatip kecil
dibandingkan dengan bantalan macam lain. Untuk alat-alat ukur, gesekan bantalan
merupakan hal yang menentukan ketelitiannya.
Hal ini dipengaruhi oleh kebulatan bola dan rol, kebulatan cincin, kekasaran
elemen-elemen tersebut, keadaan sangkamya, dan kelas mutunya. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah ketelitian pemasangan, konstruksi mesin (yang memakai bantalan
tersebut), dan kelonggaran dalam bantalan. Bunyi atau getaran adalah pengaruh
gabungan dari pelbagai faktor. Sampai saat ini belum ada pemecahan yang sempuma
dan memuaskan.
Sebagai petunjuk, kelakuan bantalan tersebut di atas ditabelkan seperti diperlihatkan
dalam Tabel 4.8.
Klulfikaai Kantteriltik
Kctlhaa&D Kctclillu
J
• l!lemm~ Bult Tipc Belwlndial Bebanwial Plltuan lcdladap
IUIDbubn
Oaclwi
IIGlat lluispnda Ma,,az, ICZldiri Sanptbcrul Sedaag SeclaDg Tingl Tillai Scdua
Saapl
Konlak llldUI Scdang Apkbent Tillai
Baria tinai
Raidah Rend&h
t1111aal
Bola Mapto .Rinpn Rinpa TmBSi
I
I Buis
pad&
Konlak IUdUI Sedaag Sedans SeclaDg Sedans
Bola Baria tunaal d&n pnda Aaakbcrut Rendab Rcndah RaidAb Tia88i
difinis. Untuk pemakaian khusus, plat .kuningan atau plat baja tahan karat juga sering
dipakai. Untuk bantalan besar dipakai baja karbon rendah atau kuningan berkekuatan
tinggi. Untuk beberapa macam bantalan putaran tinggi dapat dibuat dari plastik.
Sebagai paku keling untuk sangkar dipergunakan baja karbon rendah bermutu baik.
(D 6312 ZZ C3 P6
6 menyatakan bantalan bola baris tunggal alur dalam
3 adalah singkatan dari lambang 03, di mana 3 menunjukkan diameter luar
130 (mm} untuk diameter lubang 60 (mm)
12 berarti 12 x 5 = 60 (mm) diameter lubang
ZZ berarti bersil 2
C3 adalah kelonggaran C3
P6 berarti kelas ketelitian 6
® 22220 K CJ
2 menyatakan bantalan rol mapan sendiri
22 menunjukkan diameter luar 200 (mm) dan lebar 53 (mm) untuk diameter
lubang 110 (mm)
20 berarti 20 x 5 = 100 (mm) diameter lubang
K berarti 1/12 tirus lubang, kelas ketelitian O
C3 kelonggaran C3
Sebagai tambahan, untuk bantalan rol kerucut dalam inch dapat ditemui dalam
standar AFBMA, dan untuk bantalan miniatur dalam USAS. Untuk Perusahaan
Kereta Api Nasional Jepang terdapat nomor nominal dengan lambang-lambang
seperti di atas di samping penomoran menurut JIS.
lain berputar. Jumlah putaran adalah 1.000.000 (atau 33,3 rpm selama 500 jam). Setelah
menjalani putaran tersebut,jika 90(%) darijumlah bantalan tersebut tidak menunjukkan
kerusakan karena kelelahan oleh beban gelinding pada cincin atau elemen gelindingnya,
maka besarnya beban tersebut dinamakan kapasitas nominal dinamis spesifik, dan umur
yang bersangkutan disebut umur nominal.
Jika bantalan membawa beban dalam keadaan diam (atau berayun-ayun), dan
pad a titik kontak yang menerima tegangan maksimum besamya def ormasi permanen
pada elemen gelinding ditambah besamya deformasi cincin menjadi 0,0001 kali diameter
elemen gelinding, maka beban tersebut dioamakan kapasitas nominal statis spesifilc.
Kedua macam beban di atas merupakan faktor dasar yang pertama dalam pemilihan
bantalan. Rumus-rumus perhitungan beban dinamis spesifik dulu belum diseragamkan
di seluruh dunia. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan besamya harga beban dinamis
spesifilc C dari bantalan yang sama ukurannya tetapi dibuat oleh pabrik yang berbeda.
Dalam tahun 1959, persamaan teoritis dari Lundberg dan Palmgrens diterima oleh
ISO, dan dimasukkan dalam JIS B 1518. Pada saat ini, semua produsen bantalan
menggunakan standar perhitungan tersebut sehingga harga C yang terdapat dalam
katalog bantalan dari berbagai pabrik sama besarnya untuk bantalan yang sama ukuran-
nya. Persamaan untuk C pada bantalan bola dan rol radial adalah sebagai berikut.
Untuk diameter bola 25,4 (mm) atau kurang
(4.48)
di mana
Suatu beban yang besamya sedemikian rupa hingga memberikan umur yang sama
dengan umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran sebenamya disebut
beban ekivalen dinamis.
Jika suatu def ormasi pennanen, ekivalen dengan def ormasi permanen maksimum
yang terjadi karena kondisi beban statis yang sebenamya pada bagian dimana elemen
\
4.13 Perhitungan Beban Ekivalen 135
gelinding membuat kontak dengan cincin pada tegangan maksimum, maka beban yang
meni.mbulkan deformasi tersebut dinamakan beban ekivalen statis.
Misalkan sebuah bantalan membawa beban radial Fr (kg) dan beban aksial F.
(kg). Maka beban ekivalen dinamis P (kg) adalah sebagai berikut.
Untuk bantalan radial (kecuali bantalan rol silinder)
(4.50)
Faktor V sama dengan 1 untuk pembebanan pada cincin dalam yang berputar, dan 1,2
untuk pembebanan pada cincin luar yang berputar. Harga-harga X dan Y terdapat
dalam Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Faktor-faktor JI, X, Y, clan X0, Y0•
Be ban Baris
Beban putar Baris gaada
putar pd tunggal
pada cincin Baris Baris
Jenis bantalan cincin
luar e tunggal ganda
dalam F.JVF,>e F.JVF,~eF.JVF,>e
v x y x y x y Xo Yo Xo Yo
Beban radial ekivalen statis PO (kg), dan beban aksial ekivalen statis P 0o (kg)
untuk suatu bantalan yang membawa beban radial Fr (kg) dan beban aksial F. (kg),
dapat ditentukan dengan persamaan berikut.
P0 = XoF, + YoF0 }
Umur nominal L (90% dari jumlah sampel, setelah berputar I juta putaran, tidak
memperlihatkan kerusakan karena kelelahan gelinding} dapat ditentukan sebagai
berikut, ·
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban ekivalen
dinamis, maka faktor kecepatan /,, adalah:
33 3)1'3
Untuk bantalan bola,/,, = (~ · }
untuk bantalan
33 3)3/10
rol, /,, = ( ~
(4.52)
(4.55}
di mana:
a1: adalah faktor keandalan (Tabet 4.10). a1 = I bila keandalan 90(%) dipakai
seperti biasanya, atau 0,21 bila keandalan 99(%) dipakai.
a2: adalah faktor bahan. a2 = I untuk bahan baja bantalan yang dicairkan secara
terbuka, dan kurang lebih = 3 untuk baja bantalan de-gas hampa.
a3: adalah faktor kerja. a3 = 1 untuk kondisi kerja normal, dan kurang dari
I untuk hal-hal berikut ini (karena kondisinya tidak menguntungkan umur
bantalan}:
i. Bantalan bola, dengan pelumasan minyak berviskositas 13 (cSt) atau
kurang.
ii. Bantalao rol, dengan pelumasan minyak berviskositas 20 (cSt) atau
kurang.
iii. Kecepatan rendah, yang besarnya sama dengan atau kurang dari 10000
(rpm) dibagi diameter jarak bagi elemen gelinding.
Jika bantalan tinggal diam, bila cincin dalam, cincin luar, dan elemen gelinding
berputar bersama sebagai satu kesatuan (tidak ada gerakan relatif antara ketiga bagian
tersebut), atau bad'talan berputardengan putaran tidak lebih dari 10 (rpm), atau berayun-
ayun, maka perhitungan L tidak dilakukan. Dalam hal ini keadaan beban dianggap
statis, dan perhitungan hanya didasarkan pada beban ekivalen statis yang barus lebih
4.13 Perhitungan Beban Ekivalen 137
Faktor keandalan
(%) L,. a,
90 Lio l
95 Ls 0,62
96 L4 0,53
97 L3 0,44
98 L1 0,33
99 Li 0,21
I~
2000-4000(jam) SOOC>-J,000 (jam) 20000-30000 (jam) 4800MOOOO (jam)
.
1-1,I Kcrjabalm
taapatum·
Pemabian jatans
budal.u,
Porao tnmmlai
mcmepas
liDai
pcnlWI
- J&IIS
pclllilq.
tiuk1n bbs, pra pulllr, separator -1or-mo1or llslrik )'UI pm·
scnirirusal, sct11riru1 pcmumi liaS
gula, motor listrik
po-
••
1,1-1.l Kcrja Main pcrtanilll Olomobil, Motor tecil, roda meja, Pompa paipru, IJlaliD pabrilt
biala s,eriada taapn mainjahil mcpna piD}OD, roda kaUs,rolblcndcr,~pu•'
redllbl, bffla rd apn, bu, pmasiliq bola,
moto1' - bffla rd lillrit
Jenis dan gabungan bantalan pada prinsipnya harus dipilih sedemilcian hingga
satu beban radial dapat dipikul oleh dua bantalan, dan beban aksialnya ditahan oleh
salah satu dari kedua bantalan tersebut.
Jika terdapat getaran atau tumbukan, perhitungan beban harus dikalikan dengan
faktor beban/w: bila putaran bervariasi atau beban berftuktuasi terhadap waktu, maka
beban rata-rata harus dihitung.
/.,,, = 1-1,l
2) Untuk kerja biasa (seperti pada roda gigi reduksi, roda kereta)
138 Bab 4. Bantalan
t; = 1,1-1,3
3) Untuk kerja dengan tumbukan (seperti 'pada penggiling rol, alat-alat besar)
/w = 1,2-1,5
Jika bebao rnaksimum dapat ditetapkan, maka/. dapat diambil sama dengao 1.
(b) Beban rata-rata Pm. Jika bebao atau putaran bervariasi terhadap waktu, dengan
beban tetap P1 bekerja dalam jangka wakti t1 pada putaran n,. maka beban dan putaran
rata-ratanya adalah
(4.59)
di mana p = 3 untuk bantalan bola, dan 10/3 untuk bantalan rot. Barga p = 3 di atas
diperoleh dari percobaan, sedangkan harga 10/3 ditetapkan atas dasar studi oleh banyak
peneliti.
.I
4.13 Perhituopn Beban Ekivalen ll9
s
rn
Bantalan
Bantalan
dudukan
rol kerucut
bola aksial denpn
rata
Kelas O
Kelas O
Kelas 6
Kelas 6
Kelas S
Kelas S
BAS, Kelas4
Kelas 4
:; M
rii<
, Untuk bantaJan rol, pasan yang ·umum telah distandarkan. Adalah merupakan
langkah yang baik untuk memilih di antara pasan tersebut dengan mengingat pe-
ngalaman serta contoh yang pemah dijumpai. Dalam Tabel 4.13, Gambar 4.16 dan
Gambar 4.17 diperlihatkan berbagai pasan.
Tabel 4.13 Pasao umum untuk. bantalan rot.
(a) Pasan antuk diameter labang balltalan dari butalan radial
Kelas 0,6 r6 p6 n6
ms kS jsS
hS h6
gS
m6 k6 js6 g6
m4 k4
Kclas S,4 - - - mS lcS
js4
jsS - - -
(b) Pua.a untuk diameter luar balltalan dari baDtalan radial (kecuall bantalan magneto)
H7 K6 js6
Kelas 0,6 P6 N6 M6 - J6
HS
07 M7
K7 ·7 P7 N7 M7
,JS
Kelas S,4 - NS MS K6 J6 - - - - - - - -
Untuk poros, standar lubang harus dipakai, sedangkan untuk. rumah harus di·
pergunakan standar poros. Dalam hal cincin dalam yang berputar, dapat dipakai
jenis toleransi poros g sampai r untuk kelas ketelitian bantalan dari O sampai 6; pasan
semakin longgar ke arah g dan semakin sesak ke arah r.
Untuk masing-masingjenis toleransi poros terdapat kelas poros 5 dan 6; semakin
kecil angkanya semakin kecil daerah toleransinya. Dalam hal rumab bantalan, terdapat
jenis toleransi lubang dari G sampai P; pasan semakin Ionggar ke arah G dan semakin
sesak ke arab P. Untuk setiapjenis toleransi terdapat kelas lubang 6, 7, dan 8; semakin
kecil angkanya semakin kecil pula daerah toleransinya.
Dalam hal cincin luar yang berputar, terdapat macam toleransi poros h dan g
untuk kelas ketelitian bantaJan yang sama dari O sampai 6; kelas poros adalah 5 dan
6. Untukrumah,jenis toleransi lubang M, N, dan G dapat dipakai, dengan kelas lubang
7.
Ukuran dan spesifikasibantalan terdapat dalam Tabel 4.14, 4.15, 4.16, dan 4.17.
Di bawah ini diberikan cara pemilihan bantaJan otomobil dengan tiga buah diagram
aliran sebagai penuntun.
(Contoh 4.4) (Lihat Diagram 17) Sebuah roda gigi transmisi untuk truk seperti di-
perlihatkan .dalam Gambar 4.18, mempunyai momen maksimum 15,2 (kg·m), putaran
maksimum 1600 (rpm), putaran poros perantara 760 (rpm), dan jarak poros 96 (mm).
Persyaratan lainnya adalah sebagai berikut:
4.13 Perhitungan Behan Ekivalen 141
Diameter
standar H6 H7 HS
Poros
Jenis pasan ; gg
Lo
ell
Pasan peralihan
ea.
c:
Pasan
longgar Pasan peralihan
!a.
c
.
c: ell
ell gs c:5
c:
ell
"'c
i I
; c 111-
ell O
g,, .!:! ;f
g,,-
g,, 8.
Jenis r
toleransi I h i, k m D P e r I h j, k m II p
• • e r h
Kelas
tuleransi 6 S 6 S 6 S 6 S 6 s 6 6 6 7 6 7 6 6 7 6 7 6 6 6 6 6 6 8 7 8 7 I
-I00+--+-1-t--t--t-+-+-1-+---+-·+-+--+-1-+-+--+-+--1-+-t--t--+-+-if-+-+-+--+--l-il-l
Gbr. 4.16 Stanclar diameter dan pasan (Diameter nominal pdros, tf, 30-50),
(1) Diameter standar (6) Jenis toleransi
(2) Jenis pasan (7) Kelas toleransi
(3) Pasan longgar (8) Ukuran toleransi
(4) Pasan peralihan (9) Toleransi bantalan kelas O
(5) Pasan pres Ukuran toleransi dari diameter dalam tJ, 30-50
Kombi- Proporsi Perbandingan Gaya tangen- Gaya pisah Gaya aksial
nasi frekwensi roda gigi sial K, K. K"
0'-0 20: 42 492(kg) I 95(kg) 209(kg)
m-nr 0,20 34: 23 558 220 231
II-II' 0,05 18: 22 740 287 270
1-1' 0,01 11: 31 1270 342 0
l'letral 0,74
Susunan roda gigi seperti diperlihatkan dalam gambar. Jika diameter poros pada
ujung kiri adalah 30 (mm) dan pada ujung kanan adalah 25 (mm), pilihlah sebuah
bantalan bola yang dapat memberikan umur 5000 (h = jam) dengan keandalan 95(%).
[Penyelesaian]
Tanda untuk menyatakan arah gaya adalah:
® : Dari balaman buku ini ke arah belakang halaman, tegak lurus.
0: Dari belakang halaman tegak lurus ke muka halaman ini.
142 Bab 4. Bantalan
Diameter
b7
standar
!
~
Jenis pasan Pasan e, Pasan Pasan Pas an
Pasan pcralihan
peralihan longgar pres longgar
Jen.is
toleransi H Ja KM N p F 0 H ,. It M N p R S E F H D E F
Ke las
toleransi 6 6 6 6 6 6 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 7 7 7 7 • 7 8 • !I • 9 •
~
~
:g 100
- r,
1111n11~~~~~~~~~~~~~~~~
-oH~U
\ L4ULJ
,
a ~ n ~~~~~~~~~~
II
~~~~~
Toleransi bantalan kelas O -4-+--1- 1-1 ~~1-1+--'--1-~_...--1-~-1-'-.I
H
-50-t---,t--+o-+--+- ....'""1
1 1
J
•
Cl I
IIZZ
(2)
te\'Y
(31 rn
u Utz
(2)
UVY
(3)
C0/F,, 5 10 15 20 25
x I
F,,/VF,~e
y 0
x 0,56
F,./VF,>e
y 1,26 1,49 1,64 1,76 1,85
303 323
T
b
F.,/VF, ~ e F./VF, >e
x Y. x y
1 0 0,4 Y,
Kapasitas Kapasitas
Faktor
nominal nominal
Ukuran luar (mm) beban Konstanta
Nomor din am is statis
aksial
bantalan spesifik (kg) spesifik (kg)
d D T B b r
'• p r, Yo e c Co
30302 IS 42
14,25 13 11 1,5 o.s 3,3 2,1 1,2 0,28 1640 1000
30303 17 IS,25
47 14 12 1,5 o.s 4,6 2,1 1,2 0,28 2030 1280
30304 20 16,25
52 IS 13 2 0,8 4,4 2,0 1,1 0,30 2490 1670
30305 2S 62
18,25 17 15 2 0,8 5,0 2,0 1,1 0,30 3300 2250
30306 30 72 20,75 19 16 2 0,8 S,2 1,9 1,0 0,32 4200 2970
30307 35 80 22,75 21 18 2,5 0,8 6,0 1,9 1,0 0,32 5350 3950
30308 40 90 25,25 23 zo 2,5 0,8 s,o 1,7 0,95 0,35 6100 4750
30309 45 100 27,25 25 22 2,5 0,8 5,9 1,7 0,95 0,35 · 7600 6050
30310 so 110 29,25 27 23 3 l 6,1 1,7 0,95 0,35 8900 7150
30312 60 130 33,S 31 26 3,5 1,2 7,1 1,7 0,95 0,35 11900 9950
t: Ke atas. ! : Ke bawab.
-+' Ke .kanan. ...: Ke kiri.
C0/F. s 10 IS 20 2S -· -
x I I I
F./YF.~e
Y 1,23 1,36 1,43 1,48 l,S2 0,78 o,.ss
x 0,72 0,63 0,57
Fo/YF.> e
Y 1,79 1,97 2,08 2,14 2,21 1,24 0,93
Nomor nominal A menyatakaa r,. = 30", B meayatakan r,. = 40° dan C (ditiadakan dari tabel)
menyatakan r,. = IS"
Kapasitas Kapuitas
Ulturan luar (mm) nominal dina- nominal sta-
Nomor mis spesifilt tis spesifilt
bantalan d D B D. d. r T1 c (kg) Co (kg)
17. Diagram aUran untuk memlllh bantalan gellndlng pada persneleng otomobil
START a
END
a
148 Bab 4. Bantalan
(A) 5140(h)
(B) 7000 (h)
[Contoh 4.5) (Lihat Diagram 18) Sebuah poros pinyon dari sebuah roda gigi diferensial
mempunyai diameter lingkaran jarak bagi di tengah lebar gigi sebesar 54 (mm). Pada
diameter 35 (mm) dan 40 (mm) akan dipasang bantalan bola sudut dan bantalan rol
silinder. Momen maksimum adalah 12 (kg· m) dan putaran maksimum 2000 (rpm).
Ada tiga beban yang bekerja pada roda gigi: sebuah gaya tangensial sebesar 445 (kg),
tegak lurus halaman ini ke belakang; sebuah gaya pemisah sebesar 90 (kg), berlawanan
dengan jarum jam; dan gaya aksial sebesar 320 (kg), searah jarum jam dan ke kiri.
Putaran masing-masing poros adalah 525, 950, 1540, dan 2000 (rpm), dengan proporsi
frekwensi berturut-turut 0,005, 0,03, 0,20 dan 0, 765. Pilihlah bantalan dengan umur
2500 (h) atau lebih dengan keandalan 90 (%).
[Penyelesaian]
<D T = 12000 (kg· mm), nmll& = 2000 (rpm), L"" = 2000 (h)
® n1 = 525 (rpm), 950 (rpm), 1540 (rpm), 2000 (rpm)
ql = 0,005, q2 = 0,03, q3 = 0,20, q4 = 0,765
(3) Bantalan A, B, d,1 = 35 (mm), da = 40 (mm)
© a = 104 (mm), b = 30 (mm), I = 74 (mm)
® K, = 445 (kg) EB, K. = 90 (kg) t, K0 = 320 (kg)+-
® (A) K,: F,, = 445 x 30/74 = 180 (kg) EB
K.: F,. = 90 x 30/74 = 36 (kg) !
K0: Jari-jari jarak bagi r = 54/2 = 27 (mm)
Fro= 320 X 27/74 = 118 (kg)
1S2 Bab 4. Bantalan
18, Diagram aliran untuk pemlllban bantalan gellading pada diferensial olomollil
START a
2 Putaran poros n,
Proporsi fn:ltwcnsi q,
3 Bantalan a, b
Diameter poros dA, d• (mm)
19 Bantalan B
8 Bantalan A
11 Faktor-faktor e; V, X, Y
a
4.13 Perhitungao Beban Ekivaleo 153
'[Contoh 4.6] (Lihat Diagram 19). Roda sebuah otomobil mempunyai bantalan rol
kerucut yang dipasang seperti dalam Gambar 4.20. Behan roda adalah 2200 (kg) dan
jari-jari efektif roda (ban) adalah 521 (mm). Kecepatan pertama (untuk jalanan lurus
dan baik) 70 (km/h), kecepatan kedua (untuk jalan lurus tetapi buruk) 50 (km/h), dan
kecepatan ketiga (untuk tikungan) 40 (km/h); proporsi frekwensinya berturut-turut
adalah 0,50, 0,47, dan 0,03. Pilihlah bantalan dengan diameter lubang untuk bantalan
dalam 60 (mm) dan bantalan luar 40 (mm), serta umur bantalan sebesar 2000 (h) atau
lebih dengan keandalan 90(%).
[Penyelesaian]
( ST ART a
•
I I Beban roda P, (kg) I 14 Faktor putaran/.
Jari-jari arektir ban R (mm) Faktor umur !.
Kocfisicn gcsck antara ban dan ja-
lanan µ
Umur bantalan yang diminta L,.. (h)
I
•
2 Kondisi kerja: i
Kcccpatan V, (km/h)
Putaran roda n, (rpm)
Proporsi frekwcnsiq1
I
•
I
17 keputusan: nomor bantalan
3 Bantalan A, B
Diameter poros dA• d11 (mm)
•
I 18 Bantalan B
7 Bantalan A
•
END
•
• I
\
8 Nomor bantalan, yang dipilih se-
mentara
Kapasitas nominal dinamis spesifik
C(kg)
Kapasitas nominal statis spesifik C0
(kg)
I
•
\ ? Faktor tumbukan r:
•
I
10 Faktor e, V, X. Y
•
11 Beban radial ekivalen dinamis P.,
(kg)
•
12 Putaran rata-rata n. (rpm)
'
13 Beban rata-rata P. (kg)
cb
156 Bab 4. Bantalan
Bila bantalan cukup rapat terhadap kemungkinan masuknya benda asing, umurnya
dapat diharapkan sampai tiga kali harga di atas.
Pelumasan minyak merupakan cara yang berguna untuk kecepatan tinggi atau
temperatur tinggi. Yang paling populer di antaranya adalah pelumasan celup. Pada
cara ini, dengan poros mendatar, minyak harus diisikan sampai tengah-tengah elemen
gelinding yang terendah. Adalah suatu keharusan bahwa temperatur minyak dijaga
tetap. Untuk maksud ini, dapat dipakai pipa pendingin, atau sirkulasi air. Untuk
poros tegak, bila berputar di bawah batas kecepatan, tinggi permukaan minyak harus
sedemikian rupa hingga 30-50(%) dari elemen gelinding tercelup dalam minyak.
Untuk kecepatan tinggi dan beban ringan, seperti pada spindel mesin gerinda,
pelumasan tetes atau lembab sangat efektif. Pada cara ini, minyak diteteskan pada
158 Bab 4. Bantatan
Cincin logam
(b) Sil minyak, Sil minyak merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas karet sintetis
dengan bentuk penampang tertentu, cincin logam, dan cincin pegas (Gambar 4.24).
Sil minyak dapat menyekat lebih rapat dari pada cincin-0, serta dapat dipergunakan
pada poros yang berputar maupun bergerak bolak-balik (Gambar 4.25). Cincin ini
sangat menguntungkan di mana kecepatan keliling bantalan cukup tinggi, tekanan di
sebelah dalam cukup besar, dan lingkungan yang banyak berdebu. Hal yang perlu
mendapat perhatian khusus adalah tahanan gesek dan keausan pada bibir karet yang
menekan rapat pada permukaan poros yang berputar.
Dengan sit minyak, sebaiknya dipakai poros dengan toleransi h9, lubang rumah
HS, dan permukaan poros dibuat keras secukupnya. Kekasaran permukaan yang
difinis didasarkan pada Tabel 4.18.
Sil minyak
Kecepatan
keliling Kekasaran permokaan Cara memfinis (contoh)
(m/sec)
3S dan l,SS adalah sedemikian hingga pcnnukaan referensi dari panjang satu sisi 1 (mm)
mempunyai tinggi maksimum berturut-turut 3 (JJ) dan 1,5 (JJ).
0,8S, 0,4S, 0,2S dan O,IS adalah sedemikian hingga pcnnukaan referensi dari panjang satu sisi
1 (mm) mempunyai tinggi maksimum berturut-turut 0,8 (JJ), 0,4 (JJ), 0,2 (JJ) dan 0,1 (JJ).
(c) Sil mekanis. Sil ini cocok untuk menyekat cairan dengan kemampuan melumas
yang relatif rendah dan gas atau uap, serta dapat dipergunakan untuk tekanan dan
kecepatan tinggi (Gambar 4.26). Sil macam ini terdiri atas cincin diam, cincin berputar,
pegas dan paking. Untuk menjamin kerapatan, bahan untuk cincin diam dan cincin
berputar harus dipilih dari kombinasi antara grafit karbon dan bermacam logam,
menurut kondisi kerjanya.
160 Bab 4. Bantalan
Cl)
(12)
(d) Poking bibir. Paking bibir adalah untuk alat bidrolik atau numatik bertekanan
tinggi. Paking berbentuk V dipakai secara berlapis-lapis, tergantung pada besamya
tekanan. Paking U dapat menahan tekanan yang lebib tinggi tiap lapisnya, meskipun
banya dapat dipakai untuk gerakan bolak-balik.
(e) Cincin lakan. Jika tidak diperlukan sekat yang terlalu rapat, cincin lakan dapat
dipakai sebagai sekat yang murab dan sederbana (Gambar 4.27). Bila kerapatannya
dianggap kurang mencukupi, sebagai pengganti lakan dapat dipakai karet atau kulit,
atau jumlab alur dapat diperbanyak. Kecepatan poros yang diizinkan untuk cincin
ini adalah: lakan, 4 (m/s) atau kurang; kulit, 5-12 (m/s); karet sintetis (karet nitril),
5-12 (m/s), dan karet sintetis (karet taban panas), 1~25 (m/s).
(a) A.fur minyak. Beberapa jajar alur, 3-5 (mm) lebar, 4-5 (mm) dalam, dibuat pada
poros atau pada rumah bantalan atau pada keduanya, seperti ditunjuldcan dalam
Gambar 4.28. Cara ini dipakai untuk kecepatan rendah. Pelumas yang dipakai dapat
berupa minyak atau gemuk. Untuk diameter poros tidak lebib dari 50 (mm), besarnya
kelonggaran harus 0,25-0,4 (mm), dan untuk diameter lebih dari 50 (mm), 0,5-1,0 (mm).
4.1 S Sekat Pelumas 161
(b) Poking labirin. Paking labirin (Gambar 4.29) dapat berfungsi sebagai penyekat
yang baik dan cocok untuk mencegah kebocoran minyak atau gemuk dari poros ber-
keeepatan tinggi. Banyaknya liku-liku pada labirin harus dibuat cukup agar minyak
atau gemuk tidak bocor dan debu tidak masuk. Karena tidak bergesek, maka paking
labirin tidak mengalami bahaya keausan dan kenaikan temperatur. Namun demikian
paking ini relatif sulit membuatnya.
Untuk poros dengan diameter sampai 50 (mm), kelonggaran radial adalah 0,25-
0,4 (mm) dan kelonggaran aksial adalah 1-2 (mm); untuk diameter lebih dari 50 (mm).
kelonggaran radial sebesar 0,5-1,0 (mm), dan aksial 3-5 (mm).
(c) Pe/empar. Pelempar, yang berputar bersama poros, dipergunakan untuk mengibas-
kan min yak dan debu dengan efek sentrifugal, sehingga hilangnya min yak dari bantalan
dan masuknya debu dapat dicegah (Cambar 4.30). Pelempar yang digabungkan dengan
cincin lakan, akan memberikan penyekatan yang lebih baik.
Lakan
(a) (b)
Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan transmrsi
langsung dengan roda gigi, Dalam hal demikian, cara transmisi putaran atau daya
yang lain dapat diterapkan, di mana sebuah sabuk luwes atau rantai dibelitkan sekeliling
puli atau sproket pada poros.
Transmisi dengan elemen mesin yang luwes dapat digolongkan atas transmisi
sabuk, transmisi rantai, . dan transmisi kabel atau tali. Dari macam-macam transmisi
tersebut, kabel atau tali hanya dipakai untuk maksud khusus. Transmisi sabuk dapat
dibagi atas tiga kelompok. Dalam kelompok pertama, sabuk rata dipasang pada puli
silinder dan meneruskan momen antara dua poros yang jaraknya dapat sampai to (m)
dengan perbandingan putaran antara 1/1 sampai 6/1. Dalam kelompok kedua, sabuk
dengan penampang trapesium dipasang pada puli dengan alur dan meneruskan momen
antara dua poros yang jaraknya dapat sampai 5 (m) dengan perbandingan putaran
antara 1 / I sampai 7/I. Kelompok terakhir terdiri atas sabuk dengan gigi yang digerakkan
dengan sproket pada jarak pusat sampai mencapai 2 (m), dan meneruskan putaran
secara tepat dengan perbandingan antara 1/1 sampai 6/1. Sabuk rata yang banyak
ditulis dalam buku-buku lama belakangan ini pemakaiannya tidak seberapa luas lagi.
Namun akhir-akhir ini dikembangkan sabuk rata untuk beberapa pemakaian khusus.
Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk-V karena mudah penanganan-
nya dan harganyapun murah. Kecepatan sabuk direncanakan untuk 10 sampai 20
(m/s) pada umumnya, dan maksimum sampai 25 (m/s). Daya maksimum yang dapat
ditransmisikan kurang lebih sampai 500 (kW).
Karena terjadi slip antara puli dan sabuk, sabuk-V tidak dapat meneruskan putaran
dengan perbandingan yang tepat. Dengan sabuk gilir transmisi dapat dilakukan dengan
perbandingan putaran yang tepat seperti pada roda gigi, Karena itu sabuk gilir telah
digunakan secara luas dalam industri mesin jahit, komputer, mesin fotokopi, mesin
tik listrik, dsb.
Transmisi rantai dapat dibagi atas rantai rol dan rantai gigi, yang dipergunakan
untuk meneruskan putaran dengan perbandingan yang tepat pada jarak sumbu poros
sampai 4 (m) dan perbandingan 1/1 sampai 7/1. Kecepatan yang diizinkan untuk rantai
rot adalah sampai 5 (m/s) pada umumnya, dan maksimum sampai 10 (m/s). Untuk
rantai gigi kecepatannya dapat dipertinggi hingga 16 sampai 30 (m/s).
Dalam bab ini akan dibahas dasar-dasar pemilihan sabuk-V, sabuk gilir, rantai
rol, dan rantai gigi.
I. Terpal
2. Bagian pcnarik
3. Kare: pembungkus
4. Bani:11 karet
10000
7000
-t-1-
6000 I I I
~
-eoe
--- - -- - _! - IJ ----LI- ---- .... ---L .. .! ...
I
3<m / I
, ,I - ---- - .. - - - .... -
2000 ~
V,,
1
A Jlv ·jv' I
_,. v -- -
"~
·- .... B / .(...__
,
LI
II ,.. -! .. --
,__ r:77 ,
, /
,. c ,
,
17 - / .J ~
.,
/ !I I•
/
,
,I E
V,
A~:1
v
~;
~ i~Xl
i,'
,. .11~ ;?
.,'
100 / , ~
t 2 J ~ j 6 1 UH) 10 J-0 40 SO 100 200 JOO -IOO 500100 1000
Daya rcncana (kW)
Gbr. 5.3 Diagram pemilihan sabuk-V.
tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk-V
dibandingkan dengan sabuk rata.
Dalam Gambar 5.2 diberikan berbagai proporsi panampang sabuk-V yang urnurn
dipakai.
Atas dasar daya rencana dan putaran pores pcnggerak, pcnarnpang sabuk-V yang
sesuai dapat diperoleh -dari Garnbar 5.3. Daya rencana dihiumg dengan mengalikan
daya yang akan diteruskan dengan fakier koreksi dalam Tabel 5.1. Diameter nominal
puli-V dinyatakan sebagai diameter dP (mm) dari suatu lingkaran di mana Jebar alurnya
di dalarn Gambar 5.4 menjadi 10 dalam Tabel 5.2. Transmisi sabuk-V hanya dapat
'
Jumlah jam kerja tiap bari Jumlah jam kerja tiap bari
> !!
=
<II
.&J
Konveyor sabuk (pasir, batu bara), pe-
ngaduk, kipas angin (lebib dari 7,5 kW),
.8 1,2 1,3 1,4 1,4 1,5 1,6
·;; mesin torak, peluncur, mesin perkakas,
·5]
> .>C
mesin pereetakan.
=
.!
Konveyor (ember, sekrup), pompa torak,
kompresor, gilingan palu, pengocok, 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8
.8.
:! .i
roots-blower, mesin tekstil, mesin kayu
> i
fd
.&J
Pcnghancur, gilingan bola atau batang,
pengangkat, mesin pabrik karet (rol, ka- 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0
.8
lender)
"ii ...
·5 :!
> .8
'•
....
"ii"
Gbr. 5.4 Profll alur sallllk-V.
I
menghubungkan poros-poros yang sejajar dengan arah putaran yang sama. Dibanding-
kan dengan transmisi roda gigi atau rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan tak bersuara.
Untuk mempertinggi daya .yang ditransmisikan, dapat dipakai beberapa sabuk-V
yang dipasang sebelah-menyebelah.
166 Bab 5. Sabuk Dao Raotai
71 - 100 34 11,95
A 101 - 125 36 12,12 9,2 4,5 8,0 15,0 10,0
126 atau lebib 38 12,30
E
soo - 630 36 36.95
28,7 12,7 19,3 44,S 29,0
631 atau Jebih 38 37,45
Jarak sumbu poros harus sebesar 1,5 sampai 2 kali diameter puli besar. Di dalam
perdagangan terdapat berbagai panjang sabuk-V, Nomor nominal sabuk-V dinyatakan
dalam panjang kelilingnya dalam inch. Tabel S.3(a) dan (b) menunjukkan nomor-
nomor nominal dari sabuk standar utama. Dalam Tabel S.3(c) diperlihatkan panjang
keliling sabuk-V sempit yang akan dibahas kemudian. Diameter puli yang terlalu kecil
akan memperpendek umur sabuk. Dalam Tabel 5.4 diberikan diameter puli minimum
yang diizinkan dan dianjurkan menurut jenis sabuk yang bersangkutan.
Sekarang lihatlah Gambar S.S. di mana putaran puli penggerak dan yang digerakkan
berturut-turut adalah n1 (rpm) dan n2 (rpm), dan diameter nominal masing-masing
adalah dp (mm) dan D~ (mm), sarta perbandingan putaran u dinyatakan dengan n2/n1
atau dpf D,.. Karena sabuk-V biasanya dipakai untuk menurunkan putaran, maka
perbandingan yang umum dipakai ialah perbandingan reduksi t (i > 1 ), di mana
n1 D l 1
-=i=::.l=-;u=- (5.1)
n2 d, u i
(5.2)
v=60xl000
Jarak sumbu poros dan panjang keliling sabuk berturut-turut adalah C (mm)
dan L(mm).
ab=AB=Ccos1=C.Jl-sm.2y~C ( sin2
1--2- y)
5.1 Transmisi Sabuk-V 167
Penampang A Penampang B
13 • 65 117 16 • 68 •120
14 • 66 *118 17 • 69 121
IS • 67 119 18 • 70 •122
16 • 68 •120 19 • 71 123
•17 •·69 121 20 • 72 124
•ts • 70 •122 21 • 73 •12s
•19 • 71 123 22 • 74 126
•20 • 72 124 23 • 15 127
•21 • 73 •125 24 • 16 *128
•22 • 74 126 •25 • 77 129
•23 • 15 127 *26 • 78 •130
•24 • 76 •128 •21 • 79 131
•25 • 77 129 •2s • 80 •132
*26 • 78 •130 •29 • 81 133
•21 • 19 131 •JO • 82 134
*28 • 80 132 •31 • 83 *135
•29 • 81 133 •32 • 84 136
•30 • 82 134 •33 • 85 137
•31 • 83 •135 •34 • 86 *138
•32 • 84 136 •35 • 87 139
•33 • 85 137 *36 • 88 •140
•34 • 86 138 •37 • 89 141
•35 • 87 139 *38 • 90 *142
*36 • 88 •140 •39 • 91 143
•37 • 89 141 •40 • 92 144
*38 • 90 142 •41 • 93 *145
•39 • 91 143 •42 • 94 146
•40 • 92 144 •43 • 95 147
•41 • 93 *145 •44 • 96 *148
•42 • 94 146 •45 • 91 149
•43 • 95 147 *46 • 98 •150
•44 • 96 148 •47 • 99 ISi
•45 • 97 149 *48 •100 152
•46 • 98 •1so •49 101 153
•47 • 99 151 •so •102 154
*48 •100 152 •s1 103 •1ss
•49 101 153 •s2 104 156
•so •102 154 •53 •10s 157
•s1 103 •1ss •54 I06 158
•s2 104 156 •ss I07 159
•53 •10s 157 *56 •10s *160
•54 106 158 •57 109 161
•s5 107 159 •5s •110 162
•s6 *108 •160 •59 111 163
•51 109 161 *60 •112 164
•s8 •110 162 •61 113 •165
•59 111 163 •63 114 166
*60 •112 164 •6J •115 167
•61 113 *165 •64 116 168
*62 114 166 •65 117 169
•63 -us 167 •66 *118 •110
•64 116 168 •67 119 171
168 Bab S. Sabuk Dan Rantai
i------c·----
Gbr. 5.5 Perldhlllpll pan.Jani keliliag sabuk.
S.I Transmisi Sabuk-V 169
3 V 5V
Panjang Panjang
kcliling kcliling
Nomor nominal Panjang padajarak Nomor nominal Panjang padajarak
sabuk kcliling bagi sabuk sabult' kcliling bagi sabuk
(mm) (mm) (mm) (mm)
Tabet 5.4 Diameter minimum pull yang diizlnkan clan dianjmkan (mm).
Penampang A B c D E
Diameter minimum
100 224 360
yang dianjurkan
170 Bab s. Sabuk Dan Rantai
Maka
Oleh karena
1
= 2C + 1t2(d,, + Dp} + 4C(D 11
- d11}
2
(5.3)
Sisi kendor
Bila sabuk-V dalam keadaan diam atau tidak meneruskan momen, maka tegangan
di seluruh panjang sabuk adalah sama. Tegangan ini disebut tegangan awal. Bila sabuk
mulai bekerja mcneruskan momen, tegangan akan bertambah pada sisi tarik (bagian
panjang sabuk yang menarik) dan berkurang pada sisi kendor (bagian panjang sabuk
yang tidak menarik). ·
Jika tarikan pada sisi tarik dan sisi kendor berturut-turut adalah F1 dan F2 (kg),
maka besarnya gaya tarik efektif F. (kg) untuk menggerakkan puli yang digerakkan
adalah
(5.6)
F. adalah gaya tangensial efektif yang bekerja sepanjang lingkaran jarak bagi alur puli.
Jika koefisien gesek nyata antara sabuk dan puli adalah µ', maka
(5.7)
l
oleh satu sabuk P0 (kW) diberikan oleh persamaan berikut ini.
eP 11: e n1
I
Po = Fev/102 = F,, eP'' -'9 1 . 60 xd 102. 1000 = C(d,n)
eP'' 1l
(5.8)
C = F,, ePijj - I . 6120
n,
n = 1000
di mana F,, (kg) adalah gaya tarik yang diizinkan untuk setiap sabuk, dan n1 (rpm)
adalah putaran pull penggerak. Dalam praktek, persamaan di atas harus dikoreksi
terhadap faktor-faktor yang bekerja pada sabuk seperti gaya sentrifugal, lenturan, dll.
Persamaan berikut ini biasanya dipakai untuk sabuk-V standar.
172 Bab s, Sabuk Dan Rantai
Tabel S.S Kapasitas daya yang dltnnsmisikan untuk satu sabuk tunggal, P0 (kW).
Pcnampang·A Pen11mpan1·B
PuWIID
pu1i Mnmcnb Harp l&mbaban tan:aa Harp~brcna
SWldar Mmtmcnh Slalldar
bcil pcrbandiApn JRdanJI pobandiqlm pllUaD
(rpm) 67mm IOOmm 67mm IOOmm l,lS-1,)4 l,JS-1,51 J,52-1,99 2~ 118mm l»mn 118mm 150mm J,lS-l,34 l,JS-J,51 1)2-1,99 2.00.
!
200 0,IS 0,31 0,12 0,26 0.01 0.02 0,02 0.02 O,SI 0,77 0,43 0,67 0,(M O,l)j o.(16 lom
400 0,26 o.ss 0,21 0,48 0,04 0,(M 0,(M o.os 0,90 l,la 0,74 .1,18 0,()9 0,10 0,12 0,13
600 O,JS 0,77 0,27 0,67 o,os 0,06 O,o7 O,o7 1,24 1.93 1.00 1,64 0,13 0,IS 0,18 0,20
800 0,44 0,98 0,33 0,84 0.07 0,08 0,()9 0,10 1,56 2,43 1,25 2/¥1 0,18 0,20 0,23 0,26
1000 O,S2 1,18 0,39 1,00 0,08 0,10 0,11, 0,12 I.SS 2,91 1,46 2,46 0,22 0,26 0,30 0.33
1200 0,59 1,37 0,43 1,16 0,10 0,12 0,13 O,JS 2,11 3,JS 1,6S 2,82 0,26 0,31 O.JS 0,40
1400 0,66 1)4 0,48 1,31 0,12 0,IJ O,lS 0,18 us 3,7S 1,83 3,14 0,31 0,36 0,41 0,46
1600 0,72 1,71 O,SI 1,43 0,13 O,IS 0,18 O,lO 2,67 4,12 1.98 l,42 O,JS 0,41 0,47 O,SJ
Sabuk-V sempit akan menjadi lurus pada kedua sisinya bila dipasang pada alur
pull (Gambar 5.8). Dengan demilcian akan terjadi kontak yang merata dengan puli
sehingga keausan pada sisinya dapat dihindari. Ada tiga macam proporsi penampang
untuk sabuk-V sempit seperti dalam Gambar 5.9.
IS.9mm ,
WJ
1, 1
Kapasitas transmisi daya P0 (kW) untuk satu sabuk dapat dihitung dari
Tabel 5.6 Kapasltas daya yang ditnnsmislkan untuk sabuk-V sempit tunggal. P0 (kW).
JV sv
P'IIIUall
puli Diamcla oomillal Hup wnbahaa bmu, Diamcla aomiGal Harp l&mbalwl bra&
tccil puli kccil pubandiJlpo puWAII puli tecil pubamtillpD puWU
(rpm)
67mm IOOmm 1.27-1,38 l.)9-IJ7 IJS-1,94 l,9S-J.)8 J,39- 180mm :zlAmm 1.27-1.)8 1.)8-11,57 1,58-1,94 J,9S-J,J8 l.)9-
(5.12)
Harga N yang relatif besar akan menyebabkan getaran pada sabuk yang mengakibat-
kan penurunan efisiensinya. Dalam hal demikian perencanaan harus diperbaiki dengan
menggunakan sabuk yang lebih besar penampangnya. Dalam hal transmisi dengan
lebih dari satu sabuk perlu diperhatikan bahwa panjang, mutu, dll., dari masing-masing
sabuk dapat berbeda, sehingga perpanjangan yang berbeda antara satu dengan lain
sabuk akan mengakibatkan tegangan yang berbeda-beda pula.
Untuk dapat memelihara tegangan yang cukup dan sesuai pada sabuk, jarak poros
puli harus dapat disetel ke dalam maupun ke luar (Gambar 5.10). Daerah penyetelan
untuk masing-masing penampang sabuk diberikan dalam Tabel 5.8. Tegangan sabuk
dapat diukur dengan timbangan di mana sabuk ditarik pada titik tengah antara kedua
174 Bab S. Sabuk Dan Rantai
D,-d,
Sudut kontak puli kecil 9(0) Faktor koreksi K9
c
0,00 180 1,00
0,10 174 0,99
0,20 169 0,97
0,30 163 0,96
0,40 157 0,94
o,so ISi 0,93
0,60 145 0,91
0,70 139 0,89
0,80 133 0,87
0,90 127 0,85
1,00 120 0,82
1,10 113 0,80
1,20 106 0,77
1,30 99 0,73
1,40 91 0,70
I.SO 83 0,65
D&erahpcn)'Ctdu11bclahl11&1darilled.adukan
,uacocolt
~ ::..-"-"'''"--·
. Gbr. 5.11 Leataran sabuk.
11-38 280-970 20 2S 25
38-60 970-ISOO 20 25 40 40
60-90 IS00-2200 20 35 40 so
90-120 2200-3000 25 35 40 6S
120-158 3ooo:...iooo 25 35 40 so 75
S.l Transmisi Sabuk-V 175
Tabel S.9 Daerah beban untuk tegangan salluk. yang saual. (Satuan : kg)
Penampang A B c D E
pull seperti dalam Gambar 5.11. Jika beban untuk melenturkan sabuk sebesar 1,6 (mm)
setiap JOO (mm) jarak bentangan terletak antara harga maksimum dan minimum yang
diberikan dalam Tabet 5.9, maka besarnya tegangan sabuk dianggap sesuai.
Jika transmisi sabuk diperlengkapidengan pull pengikut untuk memelihara tegangan
sabuk, maka puii ini harus dipasang di sebelah dalam dari sisi kendor dekat pada puli
besar, seperti dalam Gambar 5.12. Dipandang dari segi ketahanan sabuk, dianjurkan
untuk tidak menekan sabuk dari sebelah luamya.
Sudut antara kedua sisi penampang sabuk yang dianggap sesuai adalah sebesar 30
sampai 40 derajaL Semakin kecil sudut ini, geselcanalcan semakin besar karena efek
baji, sehingga perbandingan tarikan F1/Fz akan lebih besar. Namun demikian, kadang-
kadang sudut yang kecil pada sabuk sempit atau sabuk standar dapat menyebabkan
terbenamnya sabuk ke dalam alur puli. Akhir-akhir ini dalaJn perdagangan diperkenal-
kan sabuk-V dengan sudut lebar, yaitu 60 derajat. Untuk sabuk ini dipakai bahan dengan
perpanjangan yang kecil untuk memperbaiki sifat buruk di atas. Tetapi dengan kondisi
semacam ini, gesekan dan perbandingan tarikan yang dicapai menjadi lebib rendab.
Sifat penting dari sabuk yang perlu diperbati.kan adalab perubahan bentuknya
karena tekanan samping, dan ketahanannya terbadap panas. Dahan yang biasa dipakai
adalah karet alam atau sintetis. Pada masa sekarang, telah banyak dipakai karet neopren.
Sebagai inti untuk menahan tarikan terutama dipergunakan rayon yang kuat. Tetapi
akhir-akhir ini pemalcaian inti tetoron semakin populer untuk memperbaiki sifat
perubahan panjang sabuk karena kelembaban dan karena pembebanan. Dalam proses
pembuatan sabuk, inti tetoron dapat mengerut pada waktu pendinginan, sehingga perlu
proses khusus untuk memperbaikinya. Ada juga proses yang membiarkan pengerutan
tersebut dengan perhitungan bahwa pada waktu dipakai bekerja, sabuk akan menjadi
panas dan memulihkan bentuknya ke keadaan semula.
Pada umumnya puli dibuat dari besi cor kelabu FC20 atau FCJO. Untuk puli kecil
dipakai konstruksi plat karena lebih murah.
Pembatasan ukuran puli sering dikenakan pada panjang susunan puli atau lebar
pull. Panjang maksimum susunan puli L,,_ adalah perlu untuk memenuhi persamaan
berikut ini.
176 Bab S. Sabuk Dan Rantai
ST ART
14 Perhitunpn panjang
Kcliling L (mm)
2 Faktor korcltsif.
IS Nomor nominal dan
panjang sabult dalam
Perdagangan L (mm)
18 Jumlah sabuk N
7 Pemilihan pcnampang sabuk
19 Dacrah pcnyctclan
8 Diameter minimum puli d- jarak poros
(mm) 4C,(mm), 4C, (mm)
9 Diameter linskaran
Juuk bagi puli"d,.. o, <-> 20 Penampang sabuk
Diameter luar puli Panjag keliling L (mm)
'4, O.<-> Jumlah sabuk N
Diameter oaf'• o.<-> Jarak sumbu poros C (mm)
Dacrah pcnyetclan
4C1, 4C, (mm)
10 Keccpatan sabuk 11 (m/s) Diameter luar puli
t(, Dl (mm)
STOP
END
5.1 Transmisi Sabuk-V 177
1
LfflJll -
2(d,. + D,.) ~ C (5.13)
1
C-
2 (dt + DJ > 0 (5.14)
Jika d8 dan D8 berturut-turut adalah diameter hos atau naf puli kecil dan puli besar,
d.1 dan d.z berturut-turut adalah diameter poros penggerak dan yang digerakkan,
maka
(5.15)
Jika naf tidak dapat dibuat cukup besar untuk memenuhi persamaan tersebut, ambillah
bahan poros yang lebih kuat untuk mengecilkan diameternya, atau ambil cara lain untuk
memasang poros pada naf.
Cara pemilihan sabuk-V diberikan dalam Diagram 20 dan contoh berikut.
[Contoh 5.1) Sebuah kompresor kecil digerakkan oleh sebuah motor listrik dengan
daya 3,7 (kW), 4 kutup, 1450 (rpm) dan diameter poros 25 (mm). Diameter poros dan
putaran kompresor yang dikehendaki adalah 30 (mm) dan 870 (rpm). Kompresor
bekerja selama 8 jam sehari. Carilah sabuk-V dan puli yang sesuai.
[Penyelesaian]
<D P = 3,7 (kW), n1 = 1450 (rpm), i::::: 1450/870 ::::: 1,67, C::::: 300 (mm)
e fc = 1,4
@ P4 = 1,4 x 3,7 = 5,18 (kW)
© T1 = 9,74 x 105 x (5,18/1450) = 3480 (kg·mm)
T2 = 9,74 x 105 x (5,18/870) = 5800(kg·mm)
@ Bahan poros S30C-D, a8 = 58 (kg/mm2)
S/1 = 6, S/2 = 2 (dengan alur pasak)
'ta = 58/(6 X 2) = 4,83 (kg/mm2)
K, = 2 untuk beban tumbukan
c,,= 2 untuk lenturan
® d51 = {(5,1/4,83) x 2 x 2 x 3480}1'3 = 24,5 (mm)--. 25 (mm), baik
d.z = {(5,1/4,83) x 2 x 2 x 5800}1'3 = 29,0 (mmj « 30 (mm), baik
cr> Penampang sabuk-V: tipe B
@ dmln = 145 (mm)
(ID d,. = 145 (mm), D,. = 145 x 1,67 = 242 (mm)
dt = 145 + 2 x 5,5 = 156 (mm),
D,. = 242 + 2 x 5,5 = 253 (mm)
5
3d.1 + IO= 52--. d8 = 60 (mm),
178 Bab S. Sabuk Dan Rantai
5
3 da2 + IO = 62,S -+ D8 = 70 (mm)
,ft _ 3, 14 x 1 so x 1450 _ ( I)
\f,jl v- 60xl000 - 11 'ms
4
@ 11,4 (m/s) < 30 (m/s), baik
156 253
@ 300 - ; = 95,5 (mm), baik
@ Dipakai tipe standar.
® 8 = 180° -
57(24 !~8
145)
= 162° -+ Ke = 0,96
5,18
@ N x = 3122
0196
= 1,68-+ 2 buah
@ AC, = 25 (mm), AC, = 40 (mm)
@> Tipe B, No. 48, 2 buah, d1 156 (mm), D1 = = 253 (mm)
Lubang poros 25 (mm), 31,5 (mm)
Jarak sumbu poros 302:!:1g~::::::l
50 50
@ P0 = 2,05 + (2,20 - 2,05) 200 + 0,21 + (0,24 - 0,21)
200
= 2,31 (kW)
(112 - 67)2
® L = 2 x 300 + 1,57(112
4
x
300
= 883(mm)
+ 67) +
@ 3V-355 Panjang keliling kurvajarak bagi sabuk-V L = 898 (mm)
@ b = 2 x 898 - 3,14(112 + 67) = 1234 (mm)
C = 1234 J12342 - 8(112 - 67)2 = 308 (mm)
+
8
e 8 = 180° -
57(ll3~ 67)
= 171°-+ Ke= 0,97
S.2 Transmisi Sabuk Gilir 119
5,18
@ N = 2,31
x 0,97 = 2,3-+ 3 buah
@ t,.C1 = 15 (mm), AC, = 25 (mm)
@I 3V-355, 3 buah, d• = 67 + 1,2 = 68,2 (mm), D• = 112 + 1,2 = 113,2 (mm)
Jarak sumbu poros: 308:rn:::::~
Diameter lingkaranjarak-bagi
10000
7000
6000 ----
DlO
<IOOO lL
J
,
/ /
e 3000
,I
:.
-
/
I
t2000 / 1H /
v lL
]
-;c. ·1 7ClO ,,
I
"v I
/ ,
/ XH
,
j x
"'
I
, , ,
c
,
I I
,
600
i! ,00
J J
~ 40()
/ ~ / /
i:a.. JOO
/ I / /
"v,
,I
vv
200
/
/
/
;
,I
~
100
0,1 .2 ,3 ,4 .S ,6 ,7.1,91 2 J 4 S 10 20 JO 40 50 60 100
Daya rencana P, (kW)
Gbr. 5.14 Diagram pemiliban sabuk gillr.
180 Bab S. Sabuk Dan Rantai
Mesin kantor
XL s.es - T - Mesinjahit
lnstrumen
Komputer
~
I 1,JSmm I
L 9.525
\~
Mesin tekstil
Mesin kompak tugas ringan
~
I 3.2mm I
2\±r-
H 12.70
- T -- Pompa
Mesin tekstil
I •.•- I
XH 22,225
- Kipas angin
Mesin kertas
Mesin tekstil
Alat-alat besar
~
I s.omm I
.
"Cl
c
nominal (inc:h) (mm) nominal (inch) (mm)
...
;;
:,
oso
01S
o.so
0,7S
12,7
19,0
...;;
:,
015
100
0,15
1.00
19,0
25,4
a .
,Q ,Q
100 1,00 25,4 :g ISO l,SO 38,1
J ISO 1,50 38.1
.! 200
300
2,00
3,00
S0,8
76,2
.!S .!S
Nomor PanjDng jarak bDgi Nomor Panjang jarak bagj
Jumlah gigi Jumlah gigi
nominal sabuk (mml nominal sabuk (mm)
..
JOO L 80 762,00 :,
,Q 410H 82 1041,40
·1 322 L 86 819,15 :I 420 H 84 1066,80
·c
337 L 90 857,25 c 430 H 86 1092,20
~ 34S L 92 876,30 4SO H
'i;' 90 1143,00
367 L 98 933,4S l. 465 H 93 1181,10
37S L 100 952,50 480 H 96 1219,20
390 L 104 990,00 490H 98 1244,60
420 L 112 1066,80 SIO H 102 1295,40
427 L 114 1084,58 540 H 108 1371,60
4SO L 120 1143,00 S60H 112 1422,40
480 L 128 1219,20 510 H 114 1447,80
510 L 136 1295,40 600 H 120 1524,00
540 L 144 1371,60 630H 126 1600,20
600 L 160 IS24,IO 6SO H 130 1651,00
630 L 168 1600,20 660 H 132 1676,40
680 H 136 1727,20
Sabuk gilir dibuat dari karet neopren atau plastik poliuretan sebagai bahan cetak,
dengan inti dari serat gelas atau kawat baja, serta gigi-gigi yang dicetak secara teliti
di permukaan sebelah dalam dari sabuk. Karena sabuk gilir dapat melakukan transmisi
mengait seperti pada roda gigi atau rantai, maka gerakan dengan perbandingan putaran
yang tetap dapat diperoleh.
Untuk meneruskan beban berat atau untuk kondisi kerja pada temperatur tinggi
(sampai 120°C), lingkungan asam, basa, atau lembab, dapat dipakai sabuk dari karet
neopren. Sabuk poliuretan digunakan untuk transmisi beban ringan, dengan lingk.ungan
berminyak, serta mesin kantor dan alat-alat listrik yang harus kelihatan indah, Serat
gelas umum dipakai sebagai inti. Jika diperlukan kekuatan khusus, dapat dipergunakan
kawat baja.
Batas maksimum kecepatan sabuk gilir kurang lebih 35 (m/s), yang berarti lebih
tinggi dari pada sabuk-V, dan daya yang dapat ditransmisikan adalah sampai 60 (kW).
Sabuk gilir dibuat dalam dua tipe, yaitu jenis jarak bagi lingkaran dan jenis modul.
Jarak bagi dinyatakan dalam inch, sedangkan modul dalam milirneter. Di sini akan
diuraikan jenis jarak bagi lingkaran.
Untuk transmisi sabuk gilir, ketiga gaya seperti yang terdapat pada sabuk-V juga
sangat penting, yaitu gaya tarik efektif Fr (kg), gaya sentrifugal Fe (kg). dan tegangan
182 Bab S. Sabuk Dan Rantai
awal F0 (kg). Berbeda dengan sabuk-V, gaya tarik pada sisi kendor sabuk gilir kira-
kira besamya sama dengan gaya Fe pada puli penggerak. Besamya gaya tarik pada
sisi tarik F1 (kg) adalah
(5.16)
Jilca daya yang akan ditransm.isikanadalah P (kW}, kecepatan sabuk v (m/s), berat
per satuan panjang sabuk w (kg/m},dan konstanta yang tergantung pada ukuran dan
tipe sabuk adalah C, maka Fa dan Fe dapat ditulis sebagai
F. = 102P/v (5.17)
Fe= (w/9,8)v2 (5.18)
Tata cara di atas sama dengan tata cara pemilihan sabuk-V, dan faktor koreksi le
tergantung pada keadaan P atau kondisi kerja. Harga-harga la terdapat dalam Tabel
5.1, dan/; dalam Tabel 5.11. Kapasitas daya yang ditransmisilcanper inch lebar sabuk
tergantung pada tipe sabuk dan dihitung dari
(5.20)
di mana F,, (kg) adalah tarikan yang diizinkan, d, (mm) diameter pull penggerak, n =
putaran poros penggerak n1 (rpm)/1000.
Perbandingan peningkatan
Putaran
1;
1-1,25 0
1,2S-1,75 0,1
l,7S-2,5 0,2
2,S-3,5 0,3
3,S- 0,4
Persyaratan kerja 1;
Lebih dari 10 jam kerja/hari 0,1.
Lebih dari 20 jam kerja/hari 0,2
Untuk semua penganggur · 0,2
Kerja terputus-putus atau musiman (kurang -0,2
dari 500 jam tiap tahun) ·
S.2 Traosmisi Sabuk Gilir 183
Kapasitas daya yang ditransmisikan untuk berbagai macam sabuk telah dihitung
dan diberikan dalam katalog produsen yang bersangkutan. Tabel 5.12 memberikan
kapasitas ini untuk tipe XL, L, dan H, dan untuk puli dengan jumlah gigi 20 sampai 30.
Dahan pull dan profit gigi harus tahan pada tarikan maksimum. Desi cor kelabu
{FC 20-30), paduan sinter dalam kelompok tembaga-besi, atau baja karbon konstruksi
mesin, umumnya dipakai sebagai bahan puli, Baja rot konstruksi umum, dapat dipakai
untuk puli berukuran besar. Datam hat ini, baja harus mempunyai kekerasan lebih dari
SO skala Drinell.
Jumlah gigi puli yang terlalu sedikit dapat mengurangi umur sabuk. Jumlah
minimum yang diizinkan untuk pelbagai tipe diberikan datam Tabel 5.13. Jika sudut
kontak sabuk adalah 9, maka jumlah pasang gigi yang terkait (JGT = Jumlah Gigi
Terkait) dapat dihitung sebagai berikut:
Tabel 5.12 Kapasltas daya yang ditransmlsikan sedap inch (25,4 mm) lebar
salluk gilir, P0 (kW),
[Penampang L]
Jumlah gigi
Putaran 20 22 24 26 28 30
puli kecil
Diameter puli (mm)
[Penampang HJ
Jumlah gigi
Putaran 20 22 24 26 28 30
puli kecil
Diameter puli (mm)
3500 12' 16 20
1750 10 14 18 26 26
1160 10 12 16 24 24
870 22 22
0
JGT = 360 "Z1 (5.22)
di mana
ex: Sudut kontakan sabuk pada puli kecil (0).
D,,: Diameter lingkaran jarak bagi puli besar (mm).
d,,: Diameter lingkaran jarak bagi puli kecil (mm).
C: Jarak sumbu poros (mm).
z1: Jumlah gigi puli kecil.
Jika JGT besarnya kurang dari 6, perlu dilakukan koreksi. Faktor koreksi/, diberi-
kan dalam Tabel 5.14 untuk berbagai harga JOT. Harga JGT yang kecil akan mem-
perkecil umur sabuk serta dapat mengikis bahan dasar dan mengeluarkan intinya hingga
mengakibatkan suara. Besamya P4, P0, dan /,, memberikan faktor Iebar /w sebagai
berikut:
(5.23)
Dengan menggunakan harga /; dari perhitungan tersebut, lebar sabuk standar dapat
diperoleh dari Gambar 5.15.
J.G.T. /,
6- 1,0
5-6 0,8
4-S 0,6
3--4 0,4
2-3 0,2
Untuk menjaga agar sabuk tidak bergeser keluar dari puli, salah satu puli harus
diberi flens. Jika poros yang dihubungkan dengan sabuk gilir letaknya tegak, maka
kedua pulinya harus diberi flens. Penggunaan puli pengikut sebaiknya dihindari, kecuali
jika memang perlu, karena dapat mengurangi umur sabuk.
Persamaan untuk menghitung panjang sabuk gilir adalah sama deogan rumus
S.2 Transmisi Sabuk Gilir 18S
.ei
!
• 600t--t--+-+--t----t---t-t--+-+--+~-t-----t
"O
j 500
-)( Gll--1--+-+--+-=---+---t~l--+-+---+~--t----t
~ lOOt--t--+--+--t----t---1~1--+-~--;--;---;
i3 ~l--l--+-+--t---;--11-1--+--t---t---t-----t
100
.: 07511--t--+--+--t-----t-il-l--+-+---t----+----t
$ 0»11--t--+-+--+----t-i-l--+-+---t-~--+----t
rA 037 Gllr. 5.15 Lebar sabak aillr staadar.
l m5t--+-+-+--+----t-il-l--+-+---t----+----t
~
0,15 0.28 0,42 11.71 1,0 1,56 2.14 2.72 3,36 4,76 6,15 7.5
I.
untuk rantai, dan agak berbeda dengan rumus sabuk-V. Jika jarak sumbu poros dibagi
dengan jarak bagi gigi dinyatakan dengan Cp, jadi
cp = -p
c (5.24)
di mana CP dapat berupa pecahan, maka panjang sabuk yang diperlukan (dalam jumlah
jarak bagi) LP adalah
z1 + z2 [(z1 - z2)/6,28]2
LP= 2 + 2C ,+ C , (5.25)
di mana
z1: Jumlah gigi puli kecil
z2: Jumlah gigi puli besar
Jika putaran masing-masing puli dinyatakan dengan n1 dan n2, maka
(5.26)
di mana z2 adalah bilangan bulat. Untuk z2 ambillah jumlah gigi sesuai dengan standar,
jika mungkin. Seperti juga dalam roda gigi, diperlukan suatu daerah pemilihan untuk
ni/n2• Karena basil perhitungan LP biasanya berupa bilangan pecahan, maka perlu
disesuaikan dengan harga standar dengan jalan menaikkan atau menurunkan. Misalkan
harga yang telah disesuaikan dan ditetapkan adalah L, maka C, perlu dihitung kembali
dengan
c = c,·p (5.28)
Seperti pada sabuk-V, suatu daerah penyetelan juga diperlukan, baik ke dalam
maupun ke luar, untuk memudahkan pemasangan, pembongkaran, dan pengaturan
186 Bab S. Sabuk Dan Rantai
Tabet 5.15 AC, clan AC, untuk sabuk gillr. (Satuan: mm)
XL L H XH XXH
Nomor
nominal
!!.Ci sc, !!.Ci sc, sc, llC, sc, l!.C, sc, llC,
60-300 3 3 s s 6 6
301-1000 4 3 6 s 7 6 20 10 30 10
tegangan pada waktu operasi. Daerah penyetelan standar ke kedua arah ll.C,, dan ll.C,
diberikan dalam Tabet 5.15. Tegangan yang terlalu besar akan membuat pennukaannya
aus dan intinya terkupas keluar, yang selanjutnya akan memperpendek umumya.
Sebaliknya, jika sabuk terlalu kendor sabuk akan bekerja dengan tumbukan yang terus-
menerus antara gigi sabuk dan gigi pull. Tegangan yang sesuai dapat diperoleh dengan
menimbang, di mana gaya tarik tertentu (yang besamya tergantung pada tipe dan lebar
sabuk) dikenakan pada tengah-tengah rentangan sabuk, dan disetel lenturannya sebesar
1,6 (mm) untuk tiap 100 (mm) panjang rentangan.
Di luar sabuk-sabuk yang telah diuraikan di atas, dalam Gambar 5.16 diperlihatkan
bermacam-macam sabuk untuk transmisi daya.
Cara pemilihan sabuk gilir diberikan dalam Diagram 21, dengan contoh di bawah
ini.
[Contoh 5.2] Sebuah mesin gerinda digerakkan oleh sebuah motor listrik dengan
daya 2,2 (kW), 4 kutup, 1450 (rpm), dan diameter poros 24 (mm). Diameter poros yang
digerakkan adalah 28 (mm), dan berputar pada 1000 (rpm). Jarak sumbunya adalah
430(mm).
Pilihlah sabuk gilir dan pull yang sesuai, jika mesin dianggap bekerja 8 jam sehari.
Karena ruangan yang terbatas, maka diameter luar dan lebar pull kecil berturut-
turut harus lebih kecil dari 100 (mm) dan 35 (mm).
[Penyelesaian]
(D)
• ..J
.
~ ~.- .
~ NI/II
(I) IJ) (K) (L)
START
I Daya yang
(ltW) 18 Lebar gigi puli w. (mm)
Putaran poros n1 (rpm)
Perbandingan putaran i
Jaralt sumbu ros C mm 19 Batas lebar gigi puli
w.u .. (mm)
2 Falttor ltorcltsif.
STOP
7 Pemilihan penampang sabuic
)2,7 x )8 .
<ID dP = 3,14
= 72,77 (mm}, diameter naf = 58 (mm}
Daerah .. diameter poros = 15-38 (mm}, . ·. 24 (mm) baik
12,7 x 26 .
DP=
3,14
= 105,11 (mm}, diameter naf 60 (mm)
Daerah diameter poros = 20-40 (mm), :. 28 (mm) baik
~ L = 18 + 26 430 [(26 - 18)/6,28)2 =
89 77
,u P 2 + 2 )2,7 + (430/12,7) '
@ L = 90, No. 450H
@ c, = ~(90 -
18; 26)
+ J(90 - 18; 26 )2 - 9,~6(26 - 18)2} = 33,98
C = 33,98 x 12,7 = 431,55 (mm)
@ llC1 = 7 (mm}, AC, = 6 (mm)
® Dari Tabel 5.12, sabuk gilir tipe H
z1 = 20, P0 = 3,60 (kW) untuk 1400 (rpm),
P0 = 4,11 (kW} untuk 1600 (rpm),
z1 = 22, P0 = 3,95 (kW} untuk 1400 (rpm},
P0 = 4,51 (kW} untuk 1600 (rpm)
Maka, taksiran yang lebih mendekati adalah
z1 = )8, P0 = 3,25 (kW} untuk 1400 (rpm),
P0 = 3,71 (kW} untuk 1600 (rpm}
sehingga
50
P0 = 3,25 + 0,46 x (PS) = 3,36 (kW)
200
""' 6 800 - 57(105,11 - 72,77) = 175 70
~ = I 431,55 '
175,7
JOT = 18 x
360
= 8,8 > 6 :. I, = J,00
3,96
@) fw = 3,36 X 1,00 = J,l8-+ l,5
@ Wb = J,5 (in) = 25,4 x 1,5 = 38,1 (mm)
@) Lebar gigi puli Ww = 38,1 x 1,3 = 49,5 (mm)
@ Wwum = 35 (mm)
@ 49,5 (mm} > 35 (mm}, tidak dapat diterima.
@' z, = 22
1450
Z2 = 22 X lOOO = 31,9 -+ Z2 = 32
D,, = 32 3,14
x 12,7 = 129,36 (mm } , diiameter n af 64( mm } ,
diameter poros 2~2; :. 28 (mm) baik.
190 Bab S. Sabuk Dan Rantai
NII' L _ 22 + 32 430
2 12,7
[(32 - 22)/6,28)2 = 94 79
'61' p - 2 + + (430/12,7) I
@' L = 96
@' c' = !
4
{(96
2
- 22 +
32) + J(96 - 22 + 32)1 -
2 9,86
(32 - 22)2} ...!... = 34,46
C = 34,46 x 12,7 = 437,64 (mm)
@' l!C1 = 7 (mm), l!C, = 6 (mm)
174,5
JGT = 22 x
360
= 10,7 > 6,0 :. I, = 1,0
,;,., /, 3,96 0 97
~ w = 4,09 x 1,00 = '
@' W11 = I"= 25,4 (mm)
@' Lebar gigi puli 25,4 x 1,3 = 33,0 (mm)
@' 33 (mm) < 35 (mm), baik
@ Sabuk 480H 100, 25,4 (mm)
Puli 22H: 32H
Jarak sumbu poros 437,64!~~=~
Rantai dapat dibagi atas dua jenis. Yang pertama disebut rantai rol, terdiri atas
pena, bus, rol dan plat mata rantai. Yang Jain disebut rantai gigi, terdiri atas plat-plat
berprofil roda gigi dan pena berbentuk bulan sabit yang disebut sambungan kunci
(Gambar 5.19). Dalam pembahasan di bawah ini lebih dahulu akan dibicarakan hat
rantai rol.
m
Ap
.
.
..
Glir. 5.19 Rantai gigf.
Rantai rol dipakai bila diperlukan transmisi positip (tanpa slip) dengan kecepatan
sampai 600 (m/min), tanpa pembatasan bunyi, dan murah harganya. Untuk bahan pena,
bus, dan rol dipergunakan baja karbon atau baja khrom dengan pengerasan kulit. Rantai
dengan rangkaian tunggal adalah yang paling banyak dipakai. Rangkaian banyak,
seperti dua atau tiga rangkaian dipergunakan untuk transmisi beban berat. Ukuran
dan kek.uatannya distandarkan seperti dalam Tabel 5.16. Dengan kemajuan teknologi
yang terjadi akhir-akhir ini, kekuatan rantai semakin meningkat. Dalam Gambar 5.20
dapat dilihat bahwa kurva batas kelelahan dari plat mata rantai macam yang baru
lebih tinggi dari pada macam yang lama. Basil penelitian terakhir menunjukkan bahwa
suatu daerah yang dibatasi oleh dua kurva, yaitu kurva batas ketahanan terhadap
tumbukan antara rol dan bus, dan kurva batas las (galling) karena kurang pelumasan
antara pena dan bus, adalah sangat penting untuk menentukan kapasitas rantai. Kurva
kapasitas baru yang diperoleh berbentuk seperti tenda, sehingga disebut "kurva tenda",
Dalam Gambar 5.21 diperlihatkan kurva tersebut yang merupakan diagram pemilihan
rantai rol. Untuk memudahkan pemiliban, kurva tenda tersebut diberi nama menurut
nomor rantai dan jumlah gigi sproket, dengan putaran (rpm) sproket sebagai sumbu
mendatar dan kapasitas transmisi sebagai sumbu tegak.
192 · Bab S. Sabuk Dan Rantai
(Ukuran indiYiduil)
...
-~
Ill 40 I 18,2 8,25 9,95 18,0 Kcling 1420 l!ISO 300 0,64
lfl 40-2 2 32,6 15,45 17,IS 33.' 2840 3900 510 1,27
,fl 40-3 3 46,8 22,6S 24,IS 47/J 4260 S8SO 750 1,90
..
14,4 240
,fl 40-4 4 61,2 1.9:J 31,3 62,3 5680 7800 990 2,53
lfl 40-S s 75,1 37,1 38,6 76,8 7100 97SO 1170 3,16
6 90,I 44,3 4S,8 91,2 8520 11700 1380 3,79
[Ukuran umum]
(Ukuran incfiYiduil)
,fl
" 60-2
60 1
2
28,1
51,0
12,85 IS,2S
24,25 26,75
28,2
52,6 ..
Kellog 3200
6400
44SO
8900
740
1260
1,S3
3,()4
# 60-3 3 73,8 35,65 38,15 75,S
22,8 . 9600 13350 18SO 4,54
160
# 60-4 4 96,6 47,0S 49,SS 98,3
. 12800 17800 2440 6,()4
# 60-S
" 60-6
s
6
119.S
142,4
58,S 61,0
69:J 12.S
121,2
144,0 . 16000
19200
22250
26700
2880
3400
7,54
9,05
5.3 Transmisi Rantai Roi 193
(Ukuran umum]
(Ukuran individuil]
II'
II'
so
S0-2
1
2
22,3
40,S
10.3
19.)S
12,0
21,lS
22,S
41,8 ..
Keling 2210
4420
3200
6400
520
880
1,04
2,07
II'
II'
S0-3
50-4
3
4
S8,6
76,7
28,4
37,4S
30,2
39,2S
S9,9
78,1
18,l .. 6630
8840
9600
12800
1300
1710
3,09
4,11 192
II'
#
so-s
S0-6
s
6
94,8
113,0
46,S
SS,6
48.3
S1,4
96,2
114,4 . llOSO
13260
16000
19200
2020
2390
S,14
6,16
:;
I
·i
~
It-~~~~~~~~~~~~-'-
Putaran sprokct kccil (rpm)
Gbr. 5.20 Kapaitasrantairol.
Sproket rantai dibuat dari baja karbon untuk ukuran kecil, dan besi cor atau baja
cor untuk ukuran besar. Untuk perhitungan kekuatannya belum ada cara yang tetap
seperti pada roda gigi. Adapun bentuknya telah distandarkan. Dalam Gambar 5.22
ditunjukkan dua macam bentuk gigi, di mana bentuk-S adalah yang biasa dipakai.
Tata cara pemilihan rantai dapat diuraikan menurut Diagram 22. Daya yang
akan ditransmisilcan(kW), putaran poros penggerak dan yang digerakkan (rpm), dan
jarak sumbu poros kira-kira (mm), diberikan lebih dahulu. Daya yang ditransmisikan
perlu dilcoreksi menurut mesin yang akan digerakkan dan penggerak mulanya, dengan
faktor koreksi dalam Tabel 5.17.
Momen lentur akan selalu terjadi pada poros. Karena itu periksalah kekuatan lentur
poros bila diametemya telah diberikan. Dengan menggunakan putaran (rpm) dari
poros yang berputaran tinggi dan daya yang telah dilcoreksi(kW), carilah nomor rantai
dan jumlah gigi sproket kecil yang sesuai dari Gambar 5.21. Jumlah gigi ini sebaiknya
merupakan bilangan ganjil dan lebih dari 15. Jumlah gigi minimum yang diizinkan
adalah 13. Jumlah gigi untuk sproket besar juga dibatasi, maksimum 114 buah. Per-
bandingan putaran dapat diizinkan sampai 10/1. Sudut kontak antara rantai dan sproket
kecil harus lebih besar dari 120 ", Transmisi rantai akan lebih halus dan kurang bunyinya
194 Bab S. Sabuk Dan Rantai
300
300 100
100
100
100 'IO / i, ,/UV/Vi,', ,-.
t..'\.,
~' ,.
,0
70
,0
JO } ..
30 ~
....
20
20 ~
~ 10 " ,, ,,
] 10 7
e 0 7 s
.a.I
:a s
i
)
;.
DO
2
g
<II
I 0,1 ..
0,7
0,$
0,5
'
.
0,3
0,3
C),1
.
'
0,2
0,1
.
0,1
0,07 0,07
..
2000 ,000 1 0000
3000 'IOOO
Putanm sproket kecil-(rpm)
Gllr.5.21 Diagram pemililum raatai roL
(1) tiga rangkaian
(2) dua rangkaian
(3) satu rangkaian
ST ART
b
a
2 Falttor ltorcksi /,
a
196 Bab 5. Sabuk Dan Rantai
Motor torak
Penggerak
Motor
Tumbukan Dengan Tanpa
listrik
Pemakaian transmisi transmisi
atau
hidrolik hidrolik
turbin
Konveyor sabuk dan rantai
dengan variasi beban kecil,
Transmisi pompa sentrifugal dan
1,0 1,0 1,2
halus blower, mesin tekstil umum,
mesin industri umum dengan
variasi beban kecil
jika dipakai rantai dengan jarak bagi kecil dan jumlah gigi sproket yang banyak.
Rangkaian banyak dipakai bila rangkaian tunggal tidak mempunyai kapasitas cukup.
Perlu diperhatilcan bahwa kapasitas rangkaian banyak tidak sama dengan kelipatan
kapasitas satu rangkaian. Dalam hal demikian harus diperhitungkan dengan faktor
perkalian seperti dalam Tabet 5.18. Dipandang dari segi pembagian beban di antara
rangkaian, pembebanan pada masing-masing rangkaian a.lean semakin efekt.if bilajumlah
rangkaian semakin kecil; efektifitas terbesar diperoleh dengan satu rang.kaian.
Periksalah apakah oaf sproket cukup besar untuk lubang poros yang diperlukan
dengan atau tanpa pasak. Sering kali nomor rantai yang akan dipilih juga tergantung
pada pemeriksaan ini. Nomor rantai maupun jumlah rangkaian dapat berubah sesuai
dengan ruangan yang tersedia.
Pengerasan gigi sproket dengan pencelupan dingin lebih diutamakan untuk sproket
dengan jumlah gigi kurang dari 24, sproket kecil di mana perbandingan putarannya
melebihi 4/1, sproket besar dan sproket kecil dari transmisi yang mempunyai putaran
rendah tetapi bebannya berat, dan sproket-sproket yang harus bekerja dalam lingkungan
yang abrasiv. Sebagai bahan sproket biasanya dipakai besi cor kelabu (FC25), baja
karbon rot konstruksi umum (SS4 l ), baja karbon konstruksi mesin (S35C), dan baja
cor(SC46).
Diameter lingkaran jarak bagi dp dan DP (mm), diameter luar d,. dan D,. (mm)
untuk kedua sproket dapat dihitung dengan rumus berikut:
S.3 Transmisi Rantai Roi 19'1
Jumlah
Faktor
rangkaian
2 1,7
3 2,5
4 3,3
5 3,9
6 4,6
dp = p/sin (180°/z1}}
(5.29)
DP = p/sin (180°/z2}
Telah disinggung di atas bahwa pemeriksaan diameter bos atau naf d8, dan D8
(mm}, adalah penting untuk lubang poros. Diameter naf yang diberi alur pasak dapat
dihitung dari Persamaan 5.15. Sebaliknya, jika jarak bagi rantai dan jumlah gigi sproket
diketahui, diameter naf maksimum dapat dihitung dengan rumus di bawah ini.
Z1 + z2 [(z2 - z1)/6,28]2
L,, = 2 + 2C P + Cp (5.32)
di mana
L,,: Paojang rantai, dinyatakan dalam jumlah mata rantai.
z1: Jumlah gigi sproket kecil.
z2: Jumlah gigi sproket besar.
C: Jarak sumbu poros, dinyatakan dalam jumlah mata rantai (dapat berupa
bilangan pecahan).
Bila L,, ternyata merupakan bilangan pecahan, maka perlu dibulatkan ke atas untuk
mendapatkan bilangan bulat, yang selanjutnya disebut L (dalam jumlah mata rantai).
Periksalah apakah C dapat disetel untuk mengatur tegangan rantai. Jika jumlah mata
rantai merupakan bilangan ganjil, maka perlu dipakai satu mata rantai khusus yang
198 Bab s. Sabuk Dan Rantai
disebut mata rantai ofl'set. Pemakaian mata rantai ini sebenamya tidak dikehendaki
untuk transmisi yang aman.
Jika jumlah mata rantai dan jumlah gigi kedua sproket sudah lebih dahutu ditentu-
kan, maka jarak sumbu poros dapat dihitung dengan rumus-rumus di bawah ini.
C II
=
4llJ(L - z, +
2
z1) +J(L - z, +2 z1)1 -~(z1
9,86
- z,>1} (5.33)
c = c,,·p (5.34)
di mana
p: Jarak bagi rantai (mm).
z;: Jumlah gigi sproket kecil, dalam hat reduksi putaran.
n1: Putaran sproket kecil, dalam hat reduksi putaran.
Be ban yang bekerja pada satu rantai F (kg) dapat dihitung seperti pada sabuk dengan
rum us
1 - COS (n/z)
= VmuVrata•rata
- Vmln
= -7t . -.,....-,--- (5.37)
.
B
2 sin (n/z)
Dalam Gambar S.24 diperlihatkan hubungan antara e dengan jumlah gigi. Baik dari
___ , __ _,
S.3 Traosmisi Rantai Roi
6 I
199
\ <,
0
10
~
20
...__
JO
-
40
Jumlah gigi
gambar maupun dari persamaan dapat dilihat bahwa makin besar jumlah gigi sproket,
ma.kin kecil perbandingan variasi kecepatannya, yang berarti ma.kin halus jalannya.
Rantai kadang-kadang bergetar dengan hebat karena fluktuasi kecepatan, variasi
beban, dll. Untuk menghindari hal ini dapat dipakai alat penegang, sproket pengikut,
atau peredam dari karet,
Sekarang akan ditinjau perpanjangan rantai karena keausan. Sebelum aus, rot
rantai akan mengait pada permukaan dasar kaki gigi. Setelah terjadi keausan dan
perpanjangan, rol akan naik sampai ke puncak gigi. Hal ini akan membawa akibat
buruk pada transmisi terutama jika jumlah giginya besar, sehingga rantai dapat meloncat
keluar dari sproket. Batas perpanjangan rantai telah ditemukan secara empiris sebesar
I sampai 2(%) panjang mula-mula, Atas dasar angka inilah jumlah gigi terbanyak pada
sproket besar dibatasi sampai 114.
Sebagai pelumas, minyak bermutu baik, seperti minyak roda gigi yang mengandung
ramuan penahan tekanan, umum dipakai. Minyak berat dan gemuk tidak sesuai untuk
rantai. Dalam Tabet 5.19 dapat ditemui viskositas dan cara pelumasan yang cocok,
Untuk kecepatan tinggi, harus dipakai minyak dengan viskositas rendah, sedangkan
viskositas tinggi dipakai untuk temperatur lingkungan yang tinggi. Sebagai patokan
kasar, SAE 20-30 (65-130 cSt, 300-600 SUS pada 37,8°C) dapat dipergunakan untuk
temperatur normal, dan SAE 3~ (130-200 cSt, 600-900 SUS pada 37,8°C) untuk
Cara pelumasan
Teko atau sikat pelumas, pelumasan
Pelumasan pompa
tetes atau rendam
temperatur lebih dari 40°C; viskositas rendah untuk jarak bagi kecil, dan viskositas
besar untuk jarak bagi besar.
Untuk transmisi dengan kondisi kerja seperti dalam lingkungan zat kimia, obat-
obatan, korosi, dan temperatur tinggi, terdapat rantai rol dari baja tahan karat.
[Contoh 5.3) Sebuah mesin pertanian digerakkan oleh motor bensin dengan daya
6 (PS) pada 1800 (rpm). Putaran tersebut direduksi dengan sabuk-V menjadi 918 (rpm)
pada tingkat pertama, dan pada tingkat berikutnya menjadi 530 (rpm) dengan rantai
rol. Jarak sumbu sproket adalah 200 (mm), dan panjang seluruh alat reduksi ini (ukuran
luar) 400 (mm). Rencanakan rantai dan sproket yang cocok,
[Penyelesaian]
@ F = I02
3~~·17
= 173 (kg)
® Sf= 3200/173 = 18,S
@ 6 < 18,S, baik.
173 (kg) < 520 (kg), baik.
@ Akhirnya dipilih rantai No. SO, rangkaian tunggal.
IS + 26 200 ((26 - IS)/6,28)2
@ LP= 2 + 2 x IS,875 + (200/15,875) = 45•95-+ 46
L = 46, No. SO
C =
12,63 x 15,875 = 200,5 (mm)
@ Cara pelumasan tetes.
@I Nomor rantai No. 50, rangkaian tunggal, 46 mata rantai.
Jumlah gigi sproket 15 dan 26
Diameter poros: ef,28 and ef,35,5 (mm)
Jarak sumbu poros: 200,50 (mm)
Pelumasan: pelumasan tetes dengan SEA 20 (65 cSt), dengan tambahan zat penahan
tekanan tinggi.
Dahan poros: SNCM-1 dan S40C-D
rupa hingga memperkecil efek busur. Sekalipun demikian, perbandingan variasi ke-
cepatan tidak berubah.
Karena hal-hal di atas, maka bunyi akan sangat berkurang dan tidak akan ber-
tambah keras sekalipun kecepatan bertambah tinggi. Terhadap toleransi pada pe-
masangan, rantai gigi tidak memerlukan ketelitian setinggi pada roda gigi.
Sebagai basil dari penelitian khusus, bahan sambungan kunci diberi perlakuan
. panas sehingga pennukaan yang relatip kecil itu dapat menahan tekanan besar dari
kontak gelinding.
Beban maksimum yang diizinkan untuk rantai HY-VO diambil lebib kecil dari 1/13
kali batas kekuatan rata-ratanya Fa (leg). Harga ini harus semakin diperkecil pada
kecepatan yang semakin tinggi. Pada rantai gigi konvensionil, besar faktor keamanan
(faktor keamanan lama) diambil lebih dari SO. Beban maksimum yang diizinkan F Sii
(kg) diberikan oleh persamaan
di mana p = jarak bagi rantai (mm), dan w. = lebar rantai (mm). Ukuran-ukuran
Tabel S.20 Vkana atama dan kelwataa rantal glgl (raatal HY-VO).
Tabel S.21 Kapasitas daya yang ditransmisikanP0 pada rantai gigl (kW setiap 25,4 mm lebar
rantai).
Jumlab
aiai 1•1 (Juu "-ai 9,51S) Putuan aprokct kcicil (rpm)
1proktt
kecil 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2400 2800 3200 3600 4000 4400 4800 5200 5600 IIClOO 6800 7400 8000 8a>o
21 6,66 8,31 9,94 11,5 13,1 14,7 16,3 19.4 22,3 15,1 27.8 30,3 32,7 34,8 36,7 38,4 39,8 41,8 42,S 42,4 41,5
23 7:l9 911} 10,6
12,6 14,3 16,1 17,8 21,1 JQ 27,2 30.0 32,6 34,9 37.0 38,7 40,2 41,3 42,S 42.3 41.1 38.S
15 7,92 9,37 11,8 13,7 U,S 17,4 19,2 26,I
22.7 29,2 32.0 34,6 36,9 38.S 40,4 41,S 42,3 42,3 41,0 38,4 34,3
27 8,54 10,6 12,7 14,7 16,7 18,7 20,6 24,3
27.8 31.0 33,9 36,5 38,6 40,3 41,6 42,3 42,S 41,2 38,4 34,0
29 9,17 11,4 13,6 u.s 17,9 20.0 Ts:9 29,5
22,0 32.8 3S,6 38,1 40,0 41,5 42,3 42,5 42,1 38,9 34,S
31 9,79 12,1 14,S 16,8 19,1 21,3~ 27,4 31,1 34,4 37,2 39,S 41,2 42,2 42,5 42,1 40,8 35,6
33 10,4 12,9 15;4 17,8 20,2 22,5 24,7 28,9 32,7 3S,9 38,6 .C0,6 42,0 42,5 42,2 41.0 38,8
35 11.0 13,7 16,3 18,9 21,3 .Bz. 26,1 30,3 34,I 37,3 39,8 41,5 42,4 42,4 41,3 39,2 35,8
• Jika dipabl anau-anglta di sdJmb DUD pm tcbal bawlgg9, lllUa pcrl11 dipcrlimbanatanJlCIUbia,I pcaceph gctuul, CU'& pelmnum, pdwnu,
dsb.
Jumt.h
(bl (Jank baai 12,70) Putaran lptOkct kcicil (rpm)
aiai
1proltt1
kedl 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3200 3600 4000 4400 4800 5600 IIClOO 6400
21 8,88 11,8 14,7 17,5 20,3 23,1 15,8 28,5 ~ 33,5 35,9 38,3 40,S 42,6 46,4 49,8 52,S 54,7 56,8 56,6 55,7
23 9,72 12,9 16.0 19,I 22,2 25,2 28,1 30,9 33,7 36,3 38,8 41,2 43,S 4S,6 49,3 52,4 54,7 56,2 56,4 54,9 52,3
15 10,5 14.0 17,4 20,7 24.0 27,2 ~ T3J 36,2 38,9 41,5 44,0 46,l 48,4 Sl,9 54,7 56,4 S7J 55.0 51,9 47,4
27 11,l IS,I 18,7 22,l 25,8 29,2 32,5 35,6 38,6 41,4 44,l 46,5 48,7 S0,7 54.0 56,2 57,1 56,7 51,S 46,4
46,4 48,8 52,8 55,6 51,0 56,9 SS,2 46,l
29 12,2 16,2
17,l
20.1
21,4
23,9
1S,5
27,6
29,4
W.l 34,6 37,9 40,9 43.S
33,1 36,7 40.0 43,I 46.0 48,6 S0,9
51.0
52,9 54,5 56,6 57,l SS,8 52,4
31 13.0
33 13,8 18,3 22,7 27.0 .lL!. 3S.0 38,6 47.0 45,2 48.0 SO,S 52,7 54,4 55,8 57,1 56,S 53,6 48,l
JS 14,7 19,4 24,0 28,5 32,7 36,8 40,5 44.0 47,I 49,9 52,3 54,2 55,7 56,7 51,0 55.0 S0,3
• Jib dlpabl anglta-angka di oebmb tan.n pm 1ebal ben1111gg9, mllka perludlperlimbanabn JlCIUbia,I pcaceph gctuaD, car. pelwmwi, pelumu,
d1b.
Jumlah
(;) (Jank bagl 1905) Putaran aproltet kecil (rpm)
aiai
sproket
kCICi.l 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2IIOO 3000 3200 3400 3600 3800 14000 4200 4400
21 13,3 19,8 26,3 32,6 38,8 44,7 S0,3 55,7 '41,7 65,4 69,7 73,5 76,8 79,7 81,9 IJ,6 84,7 as,1 84,9 83,8 82,l
23 14,S 21,7 28,7 35,6 42,2 ~ 54,4 '41.0 65,2 69,8 74.0 77,S 80,S 82,7 84,3 85,1 85.0 84,l 82,3 79,S 75,7
15 15,8 23,6 31,1 38,5 45,5 52,2 58,4 64,1 69,3 73,8 77,7 80,8 83,1 84,6 85,1 84,7 83,2 80,6 76,8 71,7 65,4
27 17,0 15,4 33,5 41,l ~ 55,7 62,I 67,9 73.0 77,l 80,7 83,2 84,7 85.l 84,4 82,4 79,0 74,3 68,l
29 18,l 27,2 35,9 44,1 .Sl,9 59,1 65,6 71,3 76,2 80,l 83.0 84,7 85,l 84,2 81,8 77,9 72,4 65,1
31 19,S 29,0 38,2 46,9 54,9 62,3 68,9 74,5 79,0 82,4 84,5 BS.I 84,l 81,7 77,4 71,3
33 20,8 30,8 40,5 ~ 57,9 65,4 71,9 77,3 81,3 84,0 U,I 84,5 82,l 77,6 71,0
35 22,o 32,6 42,7 52,2 '4),7 68,l 74,6 79,7 83,I 84,9 84,9 82,7 18,4 71,7
204 Bab S. Sabuk Dan Rantai
23. Diagram allran untuk memlllb rantai gigi
START
b a
I Daya yang akan ditransmisikan p (kW) 13 Kapasitas transmisi daya per 25.4
Putaran poros n1 (rpm) (mm) P0 (kW)
Perbandinp.n reduksi putaran I
Jarak sumbu poros C (mm)
14 Faktor lebar rantai/,.
Lebar rantai W6 (mm)
2 Faktor koreksi/,
IS Kekuatan batas rata-rata
F8 (kg)
3 Daya rencana P4 (kW)
END
5.4 Transmisi Rantai Gigi 205
Perlu diperhatikan bahwa dalam persamaan ini faktor tumbukan telah diperhitungkan
dalam Pd dan /e, tetapi tidak pada Sfc. Barga lc terdapat dalam Tabel 5.17, yang berlaku
juga untuk rantai rol.
Tata cara pemilihan rantai gigi seperti diperlihatkan dalam Diagram 23 tidak
banyak berbeda dengan pada rantai rol. Bedanya pada rantai gigi, lebar rantai W,,
(mm) ditentukan dengan memakai faktor lebar rantai/w yang diperoleh dari daya yang
diteruskan P0 (kW) per 25,4 (mm) lebar rantai (Tabel 5.21) dan Pd seperti dalam cara
memilih sabuk gilir. Arti dari faktor tersebut adalah
I; = P.,/Po (5.40)
Jarak sumbu poros maksimum yang diizinkan adalah 60 kali jarak bagi rantai,
dan besarnya sudut kontak harus lebih besar dari 120°. Jumlah minimum gigi sproket
adalah 21, namun jumlah dalam angka ganjil seperti 27 adalah lebih baik. Perbandingan
putaran ditentukan oleh jarak sumbu poros dan sudut kontak. Untuk menghitung
panjang rantai dapat dipergunakan Persamaan (5.32)dari rantai rol. Hasil perhitungan
yang didapat perlu dibulatkan ke alas menjadi bilangan genap yang menyatakan
jumlah mata rantai. Dengan memakai harga ini untuk L (jumlah mata rantai), CP
dapat dihitung dengan Persamaan 5.33.
Jarak sumbu poros untuk rantai gigi harus lebih tepat dari pada rantai rol, dan
dapat dihitung dengan menggunakan faktor koreksi K (Tabet 5.22), menurut persamaan
berikut:
Ce x p
C= K (5.41)
Kekendoran yang diizinkan adalah kurang dari 2(%) dari jarak rentang rantai.
Susunan poros yang dianggap baik adalah seperti pada rantai rol.
Cara pelumasan pada umumnya menggunakan pelumasan celup untuk kecepatan
kurang dari 600 (m/min), dan pelumasan pompa untuk kecepatan rantai lebih dari 600
(m/min). Dahan pelumas harus mempunyai mutu baik seperti minyak turbin yang diberi
4,00 1,00000 1,49 1,00065 1,340 1,00138 1,275 1,00210 1,240 1,00272
3,00 1,00001 1,46 1,00071 1,335 1,00142 1,270 1,00218 1,238 1,00276
2,50 1,00002 1,44 1,00079 1,330 1,00146 1,265 1,00226 1,236 1,00280
2,00 1,00010 1,42 1,00087 1,325 1,00151 1,260 1,00234 1,234 1,00284
1,80 1,00018 1,40 1,00097 1,320 1,00156 1,258 t·,00237 1,232 1,00289
1,70 1,00025 1,39 1,00103 1,315 1,00161 1,256 1,00241 1,230 1,00293
1,65 1,00031 1,38 1,00109 1,310 1,00166 1,254 1,00245 1,228 1,00298
1,60 1,00038 1,37 1,00115 1,305 1,00172 1,252 1,00248 1,226 1,00303
1,58 1,00041 1,365 1,00119 1,300 1,00177 1,250 1,00252 1,224 1,00308
1,56 1,00045 1,360 1,00122 1,295 1,00183 1,248 1,00256 1,222 1,00312
1,54 1,00049 1,355 1,00126 1,290 1,00190 1,246 1,00260 1,220 1,00318
l,52 1,00053 1.3~0 1,00130 1,285 1,00196 1,244 1,00263 1,218 1,00323
1,50 1,00059 1,345 1,00134 1,280 1,00203 1,242 1,00267
206 Bab 5. Sabuk Dan Rantai
zat pencegah oksidasi atau karat, dan mempunyai viskositas lebih rendah dari pada
minyak untuk rantai rol. Sebagaipatokan adalah SAE 10 (43 cSt, 200 SUS pada 37,8°C)
untuk transmisi pada temperatur normal, dan SAE 20 (65 cSt, 300 SUS pada 37,8°C)
untuk temperatur 30 sampai 60°C.
Bila pusat-pusat lengkungan sambungan kunci sating dihubungkan dalam keadaan
rantai sedang membelit sproket akan terbentuk sebuah segi banyak seperti dalam
Gambar 5.25. Garis-garis yang menghubungkan pusat-pusat lengkungan sambungan
kunci disebut garis dasar rantai, yang merupakan dasar dari analisa gerakan rantai.
Jika diameter jarak bagi didefinisikan sebagai dua kali jarak antara titik sudut segi
banyak dan pusatnya maka dapat diperoleh
dP = p/sin (l80°/z1)}
(5.42)
D,, = p/sin (180°/z2)
Tmggi plat mata rantai dari garis dasar diberikan dalam Tabel 5.20. Jika sudut
plat-plat mata rantai berbentuk bulatan dan besamya diameter jarak bagi + 2H1
menyatakan lingkaran luar rantai yang terbelit pada sproket, maka
(5.43)
Diameter luar sproket d1dan D1 (mm) berturut-turut lebih kecil dari pada d.c dan D .c,
dan dalam Tabel 5.23 diperlihatkan bersama-sama dengan diameter naf d8 dan Da,
serta daerah diameter poros.
Bila perhitungan percobaan untuk menentukan diameter poros atas dasar suatu
bahan tertentu menghasilkan ukuran yang lebih besar dari pada harga dalam daerah
yang diberikan dalam Tabel 5.23, maka bahan tersebut perlu ditinjau kembali termasuk
perlakuan panasnya.
[Contoh 5.4] Sebuah motor bensin dengan daya SO (PS) dan putaran 8600(rpm) yang
dipasang pada sebuah sepeda motor, barus diturunkan putarannya menjadi 7300
(rpm) dengan sebuah rantai gigi, sebelumdihubungkan dengan persneleng, Jarak sumbu
poros, ukuran luar keseluruhan transmisi rantai, dan lebar rantai berturut-turut tidak
lebih besar dari 120 (mm), 210 (mm), dan 50 (mm). Rencanakanlah rantai tersebut
beserta sproketnya.
S.4 Transmisi Rantai Gigi
[Penyelesaian]
21 63,66 60,47 16 27 48 40 45 SS
23 69,73 66,64 16 34 S4 40 45 SS
25 75,79 72,79 16 38 60 40 45 SS
27 81,86 79,01 16 44 67 40 45 SS
29 87,92 85,16 16 48 73 40 45 SS
31 93,98 91,28 16 51 79 40 45 SS
33 100,05 97,38 16 56 85 40 45 SS
35 106,11 103,10 22 56 85 40 45 SS
(b) Untukjankbagi 12,70 (Saluan: mm)
21 84,89 80,64 16 41 65 45 60
23 92,97 88,84 16 48 73 45 60
25 101,06 97,0S 22 52 81 45 60
27 109,14 105,38 22 59 89 45 60
29 117,23 113,53 22 64 98 45 60
31 125,31 121,71 22 65 100 45 60
33 133,40 129,84 22 74 llO 45 60
3S 141,48 137,99 22 74 110 4S 60
102 x 58,8
@ F4 = 31,0
=
193,5 (kg)
@ Sfc = 5100/193,5 = 26,4
@ 13 < 26,4, baik.
@ 193,5 (kg) < 1,055 x 9,525 x 38,I = 383 (kg), baik.
Jika Sfc dikurangi menjadi 13, rantai dengan batas kekuatan 2550 (kg) dan lebar
3/4" = 19,1 (mm) dapat dipergunakan.
Tetapi rantai ini tidak diambil.
23 + 27 115 [(27 - 23)/6,28]2
@ LP= 2 + 2 x 9,525 + (115/9,525) = 49•18-+ 50
27) 2
® c = ~1 f (50 - 23
+
2
27)
+ J(5o -
23
+
2
- ...!.. c21 -
~~
23)2} = 12 48
'
< 60
L - Z1 50 - 23 6 75 K= I
Zz - Z1 27 - 23 = ' '
12'48
C= (./•525 = 118,87 (mm)
@ Dari V = 60 x 31 = 1860 (m/min) > 600 (m/min), diperlukan cara pelumasan
pompa dengan minyak SAE 10(43 cSt), yang mengandung pencegah oksidasi.
@ Rantai: HV 306, p = 9,525 (mm), w. = 38,l (mm).
Sproket: Jumlah gigi 23: 27.
Diameter poros: 34 (mm): 35,5 (mm).
Jarak sumbu poros: 118,87 (mm)
Pelumasan: Pelumasan pompa dengan minyak SAE 10 (43 cSt) yang mengandung
pencegah oksidasi.
' I
211
Jika dari dua buah roda berbentuk silinder atau kerucut yang sating bersinggungan
pada kelilingnya salah satu diputar maka yang lain akan ikut berputar pula. Alat yang
menggunakari cara kerja semacam ini untuk mentransmisikan daya disebut roda gesek.
Cara ini cukup baik untuk meneruskan daya kecil dengan putaran yang tidak perlu
tepat.
Guna mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat tidak dapat dilakukan
dengan roda gesek. Untuk ini, kedua roda tersebut harus dibuat bergigi pada kelilingnya
sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang sating berkait. Roda
bergigi semacam ini, yang dapat berbentuk silinder atau kerucut, disebut roda gigi.
Di luar cara transmisi di atas, ada pula cara lain untuk meneruskan daya, yaitu
dengan sabuk atau rantai. Namun demikian, transmisi roda gigi mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan sabuk atau rantai karena lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan
tepat, dan daya lebih besar. Kelebihan ini tidak selalu menyebabkan dipilihnya roda gigi
di samping cara yang lain, karena memerlukan ketelitian yang lebih besar dalam
pembuatan, pemasangan, maupun pemeliharaannya. Pemakaian roda gigi sebagai
alat transmisi telah menduduki tempat terpenting di segala bidang selama 200 tahun
terakhir ini. Penggunaannya dimulai dari alat pengukur yang kecil dan teliti seperti
jam tangan, sampai roda gigi reduksi pada turbin besar yang berdaya puluhan megawatt.
Dalam bah ini, akan dibahas lebih dahulu penggolongan roda gigi, dan kemudian
akan diuraikan nama setiap bagian roda gigi, cara menyatakan ukuran roda gigi, dan
peristilahan, untuk roda gigi lurus yang merupakan roda gigi paling dasar di antara
yang lainnya. Dalam hal profil gigi, di sini hanya akan dibicarakan profil gigi involut
atau evolven saja, karena profil ini hanya satu-satunya yang dipakai secara umum.
Dalam hal "roda gigi dengan perubahan kepala" (atau modifikasi kepala) dan per-
hitungan kekuatan roda gigi, akan diperkenalkan metoda perencanaan terbaru secara
terperinci, dengan bantuan diagram aliran.
Dalam hal roda gigi kerucut, kita hanya akan membatasi pada roda gigi kerucut
lurus dengan gigi tirus Gleason. Sedangkan untuk roda gigi cacing, akan diuraikan
metoda perencanaan pada roda gigi cacing silinder, yang merupakan bentuk paling
dasar.
Di samping hal-hal di atas, akan diberikan pula cara pemilihan roda gigi reduksi
"cyclo" yang pemakaiannya telah diperkenalkan baru-baru ini,
Roda gig miring (b) mempunyaijalur gigi yang membentuk ulir pada silinder jarak bagi.
Pada roda gigi miring ini, jumlah pasangan gigi yang sating membuat kontak serentak
(disebut "perbandingan kontak") adalah lebih besar dari pada roda gigi lurus, sehingga
pemindahan momen atau putaran melalui gigi-gigi tersebut dapat berlangsung dengan
halus. Sifat ini sangat baik untuk mentransmisikan putaran tinggi dan beban besar.
Namun roda gigi miring memerlukan bantalan aksial dan kotak roda gigi yang lebih
kokoh, karena jalur gigi yang berbentuk ulir tersebut menimbulkan gaya reaksi yang
sejajar dengan poros. Dalam hal roda gigi miring ganda (c) gaya aksial yang timbul
pada gigi yang mempunyai alur berbentuk V tersebut, alcan saling meniadakan.
Dengan roda gigi ini, perbandingan reduksi, kecepatan keliling, dan daya yang diterus-
kan dapat diperbesar, tetapi pembuatannya sukar. Roda gigi dalam (d) dipakai jika
diingini alat transmisi dengan ukuran kecil dengan perbandingan reduksi besar, karena
pinyon terletak di dalam roda gigi. Datang gigi (e) merupakan dasar profit pahat pembuat
gigi. Pasangan antara batang gigi dan pinyon dipergunakan untuk merubah gerakan
putar menjadi lurus atau sebaliknya.
Dalam hal roda gigi kerucut, bidang jarak bagi merupakan bidang kerucut yang
puncaknya terletak di titik potong sumbu poros. Roda gigi kerucut lurus (f) dengan gigi
6.1 Klasifikasi Roda Gigi 213
(a) Roel.a gig! lurw (bl Roda pgi mlnns Id) Roda elgi dal>m
(cl l'ln,on dan batons gigi (al Roda gigi tcrucut 11'1•~1
fi) Rod• ,1111 miring ulug bl Rod• g,gi C.lcins .!lindm tk) Roda g,gi cacing globoid (fl Roda a,a, hipoul
lurus, adalah yang paling mudah dibuat dan paling sering dipakai. Tetapi roda gigi ini
sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang kccil.Juga konsrruksinya tidak
rnernungkinkan pernasangan bantalan pada kedua ujung poros-porosnya. Roda gig]
kerucut spiral (g), kareua mernpunyai perbandingan koruak yang lebih besar, dapat
meneruskan putaran tinggi dan bcban besar. Sudut pores kcdua roda gigi kerucut ini
biasanya dibuat 90°.
Dalarn golongan roda gigi dcngan poros bersilang, terdapat roda gigi miring silang
(i), roda gigi cacing (j and k), roda gigi hipoid (i), an. Roda gigi cacing meneruskan
putaran dengan perbandingan reduksi besar. Roda gigi rnacam (j) rnernpunyai cacing
berbentuk silinder dan lcbih urnum dipakai. Tetapi untuk .bcban besar, eacing
globoid atau cacing selubung ganda (k) dcngan pcrbandingan kontak yang lebih bcsar
dapat dipcrgunakan. Roda gigi hipoid adalah seperti yang dipakai pada roda gigi
diferensial oremobil. Roda gig! ini rnernpunyai jalur gigi bcrbentuk spiral pada bidang
kerucut yang surnbunya bersilang, dan pernindahan gaya pada pcrmukaan gigi bcr-
langsung sccara meluncur dan mcnggelinding.
Roda-roda gigi yang telah disebut di atas se.rnuanya mcmpunyai perbandingan
kecepatan sudut tetap antara kcdua porns. Tetapi di sarnping itu tcrdapat pula roda
gigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat bervariasi, scperti rnisalnya roda gigi
eksentris, roda gigi bukan Iingknran, roda gigi lonjong sepcrti pada metcran air, dll,
Ada pula roda gigi dengan puraran yang terputus-putus dan roda gigi Geneva, yang
dipakai misalnya unruk menggcrakkan film pada proyektor bioskop.
Dalarn teori roda gigi pada umumnya dianut anggapan bahwa roda gigi merupakan
benda kaku yang harnpir tidak rncngalarni perubahan bentuk untuk jangka waktu
214 Bab 6. Roda Gigi
lama. Namun pada apa yang disebut transmisi harmonis, dipergunakan gabungan
roda gigi yang bekerja dengan deformasi elastis dan tanpa deformasi.
Jika diameter lingkaran jarak bagi dinyatakan dengan d (mm), dan jumlah gigi
dengan z, maka jarak bagi lingkar I (mm) dapat ditulis sebagai
nd
l=- (6.1)
z
Jadi, jarak bagi lingkar adalah keliling lingkaran jarak bagi dibagi dengan jumlah
gigi. Dengan demikian ukuran gigi dapat ditentukan dari besamya jarak bagi lingkar
tersebut. Namun, karena jarak bagi lingkar selalu mengandung faktor n, pemakaiannya
sebagai ukuran gigi dirasakan kurang praktis. Untuk mengatasi hal ini, diambil suatu
ukuran yang disebut .. modul" dengan lambang m, di mana
d
m=- (6.2)
z
Dengan cara ini, m dapat ditentukan sebagai bilangaan bulat atau bilangan pecahan
0,5 dan 0,25 yang lebih praktis. Juga karena
nxm=t
· z
DP= d'" in
(1) (6.3)
Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa jika DP kecil, berarti giginya besar. Sebagian
besar gigi dari Amerika atau Eropa dinyatakan dengan harga DP tersebut. Adapun
hubungan antara DP dan m adalah sebagai berikut:
25,4
m=DP (6.4)
0,1 3,5
3,75
0,15 4
0,2 4,5
0,25 5
0,3 5,5
0,35 6
6,5
0,4 7
0,45 8
0,5 9
0,55 10
0,6
0,65
11
0,7 12
0,75 14
0,8 16
0,9 18
1 20
1,25 22
1,5 25
1,75 28
2 32
2,25 36
2,5 40
2,75 45
3
3,25
so
Keterangan: Dalam pemilihan utamakan seri ke-I ; jika terpaksa baru dipilih dari seri ke-2 dan
ke-3.
u-----------
n d
n, d
m·z
2
m·z
z
z
1
2
1
2
1
2
I
i
{6.5)
Z2/Z1 = t {6.6)
Barga i, yaitu perbandingan antarajumlah gigi pada roda gigi dan pada pinyon, disebut
perbandingan roda gigi atau perbandingan transmisi. Perbandingan ini dapat sebesar
4 sampai S dalam hal roda gigi lurus standar, dan dapat diperbesar sampai 7 dengan
perubahan kepala. Pada roda gigi miring dan miring ganda, perbandingan tersebut dapat
sampai 10.
Roda gigi biasanya dipakai untuk reduksi (u < I atau i > I); tetapi kadang-
kadang juga dipakai untuk menaikkan putaran (u > I atau i < I).
Jarak sumbu poros a (mm) dan diameter Iingkaran jarak bagi d1 dan d2 (mm)
dapat dinyatakan sebagai berikut:
.
·_ep-.
Gbr. 6.3 Leng)umganinvolat.
Keliling lingkaran dasar dapat dibagi oleh jumlah gigi tanpa memberikan sisa.
Masing-masing kurva involut bermula dari titik bagi tersebut. Jarak t, (mm) antara
dua kurva yang berdekatan (Gambar 6.1 la) disebut jarak bagi normal. Jika diameter
lingkaran dasar dinyatakan dengan d,, (mm) dan jumlah gigi z, maka t, dapat ditulis
sebagai
'· = 5z (6.8)
Sudut a( yaitu sudut kemiringan garis tekanan, disebut "sudut tekanan," yang
0),
merupakan arah tekanan pada permukaan gigi. Jika sudut tekanan besar, maka ha) ini
218 Bab 6. Roda Gigi
berarti bahwa gigi mempuoyai penampaog yang gemuk dan kuat, tetapi gaya yang
akan memisahkan pasangan roda gigi tersebut juga bertambah besar. Hal ini akan
berakibat diperlukannya baotalan yang lebih besar.
Hubungan antara diameter lingkaran dasar d. (mm) dan diameter lingkaran jarak
bagi d (mm) adalah sebagai berikut:
d, = dcosa: (6.9)
10 = nd
-z COS a: = I cos a: (6.10)
Jikajumlah gigi bertambah mendekatitak berhiogga, kurva profil gigi akan menjadi
garis lurus dan tegak lurus pada garis tekanan. Roda gigi semacam ini disebut batang
gigi. Pinyon dan batang gigi yang dibuat dengan pahat potong yang bentuk profilnya
sama dengan profil batang gigi tersebut, dapat saling berpasaogan. Hal ioi meojadi
dasar dari teori berikut: "roda gigi dapat dibentuk deogan cara di mana benda kerja
untuk roda gigi dikerjakao pada pemegaog yang berputar dan pahat yang berbentuk
batang gigi digeralckansecara lateral sedemikianrupa hiogga lingkaran jarak bagi roda
gigi tersebut menggelinding pada garis jarak bagi atau datum pahat batang gigi,"
6.4 Profit Roda Gigi Dan Kelakuan 219
(Gambar 6.6). Dalarn dunia industri, roda gigi involut dipandang lebih menguntungkan
dari segi perubuatannya karena alasan-alasan berikut. Pahat pembuat gigi yang
berbentuk batang gigi dengan profit garis lurus, lebih mudah untuk mernbuatnya, rnudah
rnemeriksa ketelitiannya, dan mudah rnemperbaiki kesalahannya dengan gerinda.
Selain itu, kaitan antara gigi yang berpasangan dapat berlangsung secara benar, se-
kalipun terjadi kesalahan pada jarak surnbu pores. Hal ini disebabkan oleh watak dari
kurva involut itu sendiri, Pernbuatan roda gigi involut dapat dilakukan secara ccpat
dengan rnesin fris roda gigi yang rnenggunakan pahat berbentuk ulir dengan profil
batang gigi (disebut hob) di rnana benda kerjanya dipotong sarnbil berputar. Karena
pahat batang gigi maupun hob sangat mahal harganya, maka rncmbuat roda gigi dengan
bentuk yang tidak standar, akan sangat tidak ekonomis.
Profil batang gigi standar rnernpunyai tebal gigi mn/2 (mm), lebar ruang mn/2
(mm) pada garis datum; sudut kerniringan gigi 20 ° (pad a gigi kuno 1.4,5° a tau 15 °),
tinggi kepala h,, = k·m (mm), tinggi kaki h1 = k·m + Cit (mm), di mana k adalah faktor
tinggi kcpala yang besarnya biasanya = I dan kadang-kadang = 0,8, I ,2, dsb., dan
kelonggaran puncak c,. (mm) biasanya =0,25 x modul atau lcbih, Batang gigi yang
mernpunyai tinggi kepala ht= m, k = I dan tinggi kaki hf= 1,25 m, k = 1 seperti
dalam Gambar 6.7(a), merupakan batang gigi, dasar yang paling umum.
Agar profil pahat dapat rnernotong kelonggaran puncak, harus dipertinggi dengan
c,.. = 0,25 rn dibandingkan dengan baiang gigi dasarnya. Dengan dernikian tinggi kepala
pahat menjadi h11c = h1,. + c1 =
m + 0,25.m. Untuk gigi gernuk, dipakai batang gigi
dasar dalam Gambar 6.7(b), dan untuk gigi berkedalarnan lebih (pada roda gigi .kapal)
dipakai batang gigi dalam Gambar 6.7(c).
Roda gigi yang disebut roda gigi lurus standar, dibentuk pada posisi di rnana
lingkaran jarak bagi yang berdiarneter z.m. menggelinding tanpa slip pada garis datum
batang gigi dasar. Roda-roda gigi yang dihasilkan, karena mempunyai sudut tekanan
dan modul yang sama, dapat sating bekerja sarna, tanpa tergantung pada jurnlah giginya.
Roda gigi semacam itu disebut roda gigi yang dapat saling dipertukarkan.
Ukuran proporsionil roda gigi lurus standar yang didasarkan atas moduJ diberikan
dalam Tabel 6.3. Di antaranya, diameter luar d,.. (mm) dan tinggi gigi atau kedalaman
pernotongan gigi H (mm) dapat ditulis sebagai berikut:
H = 2m + c,.. (6.12)
(a) Batang gigi dasar untuk gigi berkeda- (b) Batang gigi dasar untuk sisi gemuk
laman penuh. dcngan sudut tekanan besar.
t • lffll
S .,.11
i ~
~ ~
(c) Batang gigi dasar untuk gigi berkedalaman lcbih.
Tabel 6.3 Ukaran roda gigi lurus standar berkedalaman penuh. (Satuan : mm)
Keterangan: Jika kedalaman pcmotongan akan diatur agar masing-masing gigi yang bcrpasangan
mcmberikan setcngah kclonggaran c, dalam arah jarak bagi normal, maka dapat
dipakai rumus berikut:
Roda gigi lurus dan roda gigi miring melakukan kontak dengan pasangannya
menurut suatu garis kontak, Tetapi, pada roda gigi yang dikembangkan oleh Novikov
(Gambar 6.9), giginya rnelakukan kontak menurut suatu titik (atau, sebenarnya bidang
elips kecil) yang bergerak sepanjang lebar sisi gigi miring. Roda gigi ini kemudian
diperbaiki oleh Honobe. Ioi juga merencanakan profit untuk pompa. Profit gigi-gigi
tersebut umumnya berbentuk lingkaran dan sangat sukar membuatnya, dan hanya
dipergunakan bila diperlukan kelakuan khusus.
Adapun kelakuan roda gigi dapat digambarkan dengan besaran atau harga-harga
yang menunjukkan wataknya, yaitu perbandingan kontak, luncuran spesifik, perbandi-
ngan laju luncuran relatip, dan interferensi.
4,a) Pengikut
Ghr. 6.8 ProfiJ roda gigi jam. Gbr. 6.9 Proftl roda gigi Novikov.
Agar roda gigi dapat berputar dengan halus, harus dipenuhi suatu persyaratan di
mana sebelum suatu pasangan gigi sating melepaskan kaitannya, pasangan beri.kutnya
sudah harus mulai sating berkait. Untuk mempelajari hat ini, perhatikan letak C1
dan C2 (Gambar 6.10), yaitu titik-titik jarak bagi pada sisi kedua gigi di mana kaki
gigi pinyon sedang mulai mengait ujung gigi pasangannya. Pinyon menggerakkan roda
gigi besar, dan titi.k C1 dan C2 mencapai titik jarak bagi P. Sudut C101P dan C202P
disebut sudut datang. Selanjutnya kedua titik jarak bagi tersebut meninggalkan P, dan
pada saat kedudukannya mencapai Ci dan c;, kedua gigi yang berpasangan tadi sating
melepaskan kaitannya. Maka sudut Ci01P dan sudut Ci02P disebut sudut undur.
Dalam hal roda gigi involut, titik kaitan bergerak sepanjang garis tekanan atau
garis singgung bersama dari kedua lingkaran dasar roda gigi, Titik kaitan permulaan
pada posisi C1 dan C2 adalah K2, yang merupakan titik potong antara lingkaran kepala
roda gigi dan garis tekanan. Titik akhir kaitan pada posisi Ci dan Ci adalah K1, yaitu
titik potong antara lingkaran kepala pinyon dan garis tekanan. Panjang lintasan K2K1 =
Z disebut "panjang lintasan kontak.
Menjelang akhir kaitan pasangan gigi yang pertama, pasangan berikutnya telah
mulai berkait, sehingga pada saat tersebut terdapat dua pasang gigi yang meneruskan
momen. Ketika pasangan baru membuat kontak permulaan di titik K2, pasangan yang
pertama telah berada di depan sejauh jarak bagi normal t, = ndb1 cos exb/z1 (mm) pada
garis tekanan (Gambar 6.11). (Tentang db1 dan exb akan diterangkan kemudian). Setelah
pasangan pertama melepaskan kaitannya, maka pasangan berikutnya tadi bekerja
222 Bab 6. Roda Gigi
(I)
Isl
(bl
(ml
PinJOll
(a) Jaralt bagi normal (b) Panjang lintasan ltontalt
(!
Gbr. 6.11 Jarak bagi normal dan panjang llntasan kontak.
saris tckanan
(d lingkaran dasar
(ii(j Jarak
pris tckanan
bagi normal
(c panjang lintaaan kontalt (It lingkaran kcpala
( lingkaran dasar (I linjkaran jaiak bagi
(g lingltaran .iaralt bagi (m) linskaran dasar
(b lingkaran ltcpala
a=-
z (6.13)
t,
6.4 Profil Roda Gigi Dan Kelakuan
Arti e dapat diterangkan demikian. Misalkan suatu pasangan roda gigi mempunyai
harga s = 1,4 seperti diperlihatkan dalam Gambar 6.12. Titik K2 merupakan titik
permulaan kontak, dan K1 adalah titilc akhir kontak, sehingga K3K1 merupakan
panjang lintasan kontak atau Z. Bila suatu pasangan gigi mulai melakukan kontak di
K2, maka pasangan yang terdahulu masih melakukan kontak di M1• Jarak K2M1 =
M2K1 = ,•. Jadi pada saat titik kontak pasangan gigi yang terdahulu bergerak menjalani
M1Ka, pasangan yang terakhir menempuh K3M2, yang jaraknya masing-masingsama
dengan 0,4 t., sehinggadalamjangka waktu tersebut ada dua pasang gigi yang berkaitan.
Setelah jangka waktu tersebut, yaitu pada lintasan titik kontak M2Ma, pasangan yang
terdahulu telah melepaskan kaitannya, sehingga tinggal satu pasangan saja, yaitu
pasangan terakhir, yang masih melakukan kontak. Dalam Gambar 6.12, jumlah gigi
yang berkait sepanjang lintasan kontak digambarkan dengan diagram (c).
Jika harga e = 2, maka pada saat suatu pasangan gigi melepaskan kaitannya,
pasangan berikutnya sudah mulai membuat kontak. Jadi jumlah pasangan yang berkait
selalu ada dua buah. Dalam keadaan demilcian, roda gigi menjadi lebih tahan dan
berkurang bunyinya asalkan dibuat dengan ketelitian yang baik. Tetapi, jika diingini
harga s = 2 pada waktu merencanakan roda gigi, maka karena adanya kemungkinan
kesalahanpembuatan serta perubahan bentuk dsb., harga tersebut perlu diambil sebesar
2,07 atau 2,08. Pembesaran perbandingan kontak selalu diikuti dengan pengurangan
kekuatan gigi (masing-masinggigi).
Dalam hat roda gigi lurus, harga s minimum adalah 1,1; tetapi sebaiknya dipilih
antara 1,4 dan 1,6. Untuk mencapai harga lebih dari 2,0, beberapa cara dapat dianjurkan,
misalnya dengan memperkecilsudut tekanan (umpamanya 17,5°), memperbesarjumlah
gigi, memakai roda gigi miring, dsb. Namun, harga tersebut sebaiknya dibatasi sampai
2,5 atau 2,7, karena perbandingan kontak yang terlalu besar cenderung untuk memper-
besar bunyi.
Persamaan perbandingan kontak roda gigi lurus involut dapat diturunkan dari
Gambar 6.13 sebagai berikut.
(6.14)
di mana
d,,1: diameter lingkaran dasar pinyon (mm),
224 Bab 6. Roda Gigi
81
_ K1P = (d,1/2) tan «u - (d,1/2) tan«,,
- ,. (nd,i/z1)
82
= K2P = (d,,2/2) tan a:u - (d,2/2) tan «6
'" (nd,2/z2)
atau
Z1
81 =
2n
(tan a:111 - tan «11)
(6.16)
Seperti diperlihatkan dalam Gambar 6.14, dimisalkan sisi kaki pinyon dan sisi
6.4 Profit Roda Gigi Dan Kelalcuan 225
.,,
o,
kepala roda gigi besar yang berkait di C berputar dengan d,J, 1 dan d,J, 2 (rad), di mana
d,J,i/d,J,2 = i, dan saling membuat kontak baru di titik C'. Untuk masing-masing profil
gigi yang berpasangan, lintasan yang ditempuh oleh titik yang tadinya membuat kontak
di C adalah C1C' = ds, dan C2C' = ds2• Perbandingan selisih lintasan terhadap masing-
masing lintasan adalah
(6.17)
a 1 dan a1 disebut luncuran spesifik dari pinyon dan luncuran spesifik dari roda gigi
besar. Jika CC' = r, dan bila d,J,1 dan d,J,2 sangat kecil, maka ds, dapat dipandang
sebagai busur lingkaran yang berpusat di I1 dengan jari-jari (Rg1 tan ixb + r) dan sudut
pusat d,J, 1; demikian pula ds2 dapat dipandang sebagai busur lingkaran dengan pusat I2,
jari-jari (R,,2 tan ixb - r) dan sudut pusat d,J,2• Di sini R,,1 = d,,i/2, dan R,,2 = d,,2/2.
Dari persamaan (6.17), persamaan berikut ini dapat diturunkan.
Luncuran spesifik maksimum pada kaitan datang terjadi dimana puncak gigi dari
roda gigi besar membuat kontak dengan sisi kalci pinyon. Jika harga u2 maksimum
dinyatakan dengan y2, maka dengan perhitungan yang sama dapat diturunkan
(6.21)
Harga u1 dan u2 yang dianjurkan, diberikan dalam Gambar 6.15 (diambil dari buku
pedoman yang diterbitkan oleh Maag Gear Wheel Company).
Dari persamaan (6.19), (6.20), dan (6.21) dapat diturunkan persamaan
(6.22)
Dahulu, luncuran spesifik dipandang sebagai suatu faktor penting pada keausan
profil gigi, di mana untuk pinyon dan roda gigi besar yang dibuat dari bahan dan
dengan perlakuan panas yang sama, keausannya akan berbanding lurus dengan luncuran
spesifiknya. :N11mun, basil penelitian yang dilakukan kemudian menunjukkan bahwa
luncuran spesifik tidak memberikan pengaruh yang berarti pada keausan. Analisa pada
banyak roda gigi yang bailc menunjukkan bahwa harga luncuran spesifiknya tidak
seberapa besar (kurang lebih 1,5-3,5), dan perbandingan antara luncuran spesifik pinyon
dan roda gigi besar juga tidak besar, yaitu antara 1,0-3,0.
6.4 Profil Roda Gigi Dan Kelakuan 227
-- -
I I I I
i "" l I ; - l.S
-- --
0,7 I_-
f 0,6 ' I
•I o., ~
--- ---
I
0,4 I
·- ._
__ .,,_ __. ,_
I
0,3 I
0,4 o.s 0.6 0,7 0,4 o.s 0,6 0,7
I I I I
i"' 3
~,- .l·,:..:,.;. I
I
--u,---
0,4
I
o,s
-- ... -
0,6 O,l
= . .4---+--+--+--
0.11-.:..i ... . .........-~~e-- 1--c....' =-=-t,-1---·- ·---1--4--· --·- ·--
t- 0,6 ~ -, '·.·
~:;::···
.-.,:-.::-: .. ·:-::.,.·.· . ··.
..
i : : ·.~·:, .:
_/·. ·::.:··
.. ··~ ~:·· :_.:.·.,~
•=- .·.·-~
~.....-
1 ~·:
-ce'' I ... -. .
0,3_.--
0,4
--··-
0,5 0,6 0.7 0,4 OJ
__ .,,_ 0,6 0,7
Perbandingan laju luncuran relatip ini dipandang lebih penting untuk diperhatikan
sebagai pengganti luncuran spesifi.k. Konsep tersebut dikemukakan oleh Gabrilenco
dalam tahun 1962, dan dikukuhkan dengan percobaan oleh K.argin. Percobaan tersebut
membuktikan bahwa untuk perbandingan laju luncuran relatip yang sama, keausan
pada pinyon dan roda gigi besar kurang lebih sama, bila dipakai bahan dan perlakuan
panas yang sama.
Perbandingan laju luncuran relatip adalah perbandingan dif erensial dari rr I dan
a~ (dari persamaan 6.18) terhadap waktu. Jadi
R,z tan ab (I + i) dr
). _ (dat/dt) (R12 tan ab - r)2 dt
1
- ("'11/dt) = R,,
tan «11
(R,1 tan ab + r)2
(i + !)"'
i dt
(6.23)
Pada puncak gigi pinyon dan sisi kaki gigi roda gigi besar, perbandingan tersebut
adalah
Untuk puncak gigi roda gigi besar dan sisi kaki gigi pinyon, harga tersebut adalah
(6.25)
Jilca ingin direncanakan roda gigi dengan keausan yang sama untuk bahan dan
perlakuan panas yang sama, maka dengan menganggap bahwa keausan berbanding
lurus dengan perbandingan laju luncuran relatip, harus dipenuhi persyaratan J.1 = Az,
atau
1 1
(I - u1) i = (I - u2) 2
Jadi: u1 = u2; dan dari persamaan (6.22): ')'1 = ')'z, Ini adalah batas atas dari harga
u1 dan u2 yang dianjurkan oleh Maag Gear Wheel Company dalam Gambar 6.15.
Telah diuraikan di muka bahwa titik kaitan gigi involut bergerak sepanjang garis
singgung bersama dari lingkaran dasar dan memotong garis yang menghubungkan pusat
roda gigi. Garis singgung tersebut dinamakan garis tekanan. Titik I1 dan I2 merupakan
titik antara garis tersebut dengan lingkaran dasar seperti dalam Gambar 6.14. Lingkaran
kepala pinyon dan roda gigi besar biasanya memotong garis tekanan tersebut di sebelah
dalam titik 11 dan 12, dan hampir tak pernah di luarnya. Tetapi dalam hal jumlah gigi
sedikit, atau khususnya kepala yang panjang, lingkaran kepala kadang-kadang
memotong garis tekanan di luar 11 dan I2 (Gambar 6.16). Juga dalam hal kaitan antara
pinyon dan batang gigi, garis puncak gigi dari batang gigi memotong garis tekanan pada
perpanjangan garis PI 1, seperti terlihat dalam Gambar 6.17.
Dalam hal-hal yang baru saja dikemukakan di atas, puncak gigi dari roda gigi
besar atau batang gigi, akan memotong bagian dalam dari garis lurus yang menghubung-
kan titik permulaan kurva involut pada lingkaran dasar dengan titik pusat roda gigi,
setelah puncak tersebut melewati posisi I1• Juga bagian dari kurva involut di dekat
lingkaran dasar akan sedikit terpotong. Hal ini semua mengakibatkan kaki gigi menjadi
lemah, dan bentuk gigi menjadi seperti kepala ular. Peristiwa demikian lazim disebut
gangguan profil atau interferensi profil. Interferensi ini tidak terjadi selama lingkaran
kepala tidak keluar dari 1112• Jika lingkaran kepala menjadi sedikit lebih besar dari
0112 dan 021" interferensi akan terjadi. Karena itu, titik 11 dan 12 disebut titik interfe-
rensi.
Dipandang dari segi kekuatan gigi dan kaitan yang halus, interferensi harus di-
hindari. Dalam pembuatan roda gigi dengan pahat batang gigi, atau hob, interferensi
profit akan mengakibatkan terkikisnya sisi kaki gigi oleh ujung pahat. lnterferensi yang
terjadi pada waktu pembuatan gigi disebut pemotongan bawah. Sedikit pemotongan
bawah yang terjadi pada waktu pembuatan gigi kadang-kadang diperbolehkan dalam
beberapa hal. Tetapi jika pemotongan bawah terlalu banyak, maka kesulitan akan
timbul karena kekuatan gigi menjadi berkurang atau perbandingan kontak dapat
menjadi lebih kecil dari 1,0. Meskipun lingkaran kepala dari suatu pasangan roda gigi
tidak keluar dari titik interferensi, pada waktu pembuatan masih ada kemungkinan
pemotongan bawah. Dalam perencanaan, hal ini perlu diperhatikan.
Roda gigi yang dibentuk dengan pahat batang gigi dasar yang mempunyai tinggi
gigi 2m + c1, dan tebal gigi dengan kelonggarannya pada lingkaran jarak bagi sebesar
1tm/2, disebut roda gigi standar. Jumlah gigi minimum roda gigi standar tanpa pemoto-
ngan bawah dapat ditentukan sebagai berikut.
Dalam Gambar 6.17, PH~ PJ = m, PO= mz11/2. sehingga
ysin2cx0 sm
2
Zg ~-:-.--- (6.26)
- sin"cx0
Bila cx0 = 20 °, jumJah gigi minimum menjadi z11 = 17, l ; jadi batas gigi minimum adalah
17 buah. Dalam hal cx0 = 14,5°, yang banyak dipakai pada waktu lampau, z11 = 32.
Dalam standar Jerman kuno dengan cx0 = 15°, z11 = 30.
Namun, dalam praktek pengurangan sampai 20% dari jumJah gigi minimum,
masih dapat diterima, sehingga jumlah gigi minimum praktis adalah 14 untuk 20°, 26
untuk 14,5°, dan 24 untuk 15°.
Pemakaian batang gigi dasar sebagai bentuk pahat pada umumnya didasarkan atas
pertimbangan ekonomi. Tetapi, untuk membuat roda gigi dengan jumJah gigi kurang
dari 17 yang lebih kuat tanpa pemotongan bawah, perlu dipergunakan pahat dengan
ukuran khusus.
230 Bab 6. Roda Gigi
n { CB - (cs - l)K }
Xi = Ktan « (c + l)s - (cs - l)K
Xz
n { CB - (cs - 1)
= K tan e (c + l)s _ (cs _ l)
}
x [-s +
J e2 + K(K + 28) sm• 2 «] (6.29)
I1 = (1r/z1){lI ++ X1(21t/z1)
x (2n/z 1 1)
- W1}
[·
lDV COS
{ -i( I +
cos e
X1(21r/z1)
)} -
•
lDV «] (6 . 30J:1.
= I - 11 (6.31)
6.S Persamaan Umum Untulc Pereneenaan Roda Gigi Lurus Involut 231
matematis juga dipergunakan dalam studi roda gigi. Beberapa pengilcut Naruse kemudi-
an memperluas studi tersebut pada roda gigi kerucut dan roda gigi dengan poros silang,
serta roda-roda gigi lain yang mempunyai kelakuan sangat baik.
Naruse tidak hanya mengembangkan teori roda gigi, tetapi juga metoda pembuatan-
nya, yang beberapa di antaranya telah dipergunakan dalam industri. ·
(a) Roda gigi dengan perubahan kepala (b) Roda gigi standar
Telah diuraikan di muka, bahwa pemotongan bawah terjadi ketika ujung pahat
batang gigi memotong garis l1H yang ditarik tegak lurus pada OP dari titik interferensi
11 (Gambar 6.17). Dalam hat demikian, jumlah gigi harus dibuat lebih dari pada z.=
(2/sin2 «0) untuk roda gigi standar. Jika jumlah gigi harus dipilih kurang dari pada
z,, maka pemotongan bawah dapat dihindari dengan jalan memotong gigi sedemikian
rupa hingga ujung batang gigi mencapai 11H atau di atasnya. Jadi
6.6 Roda Gigi Dengan Perubahan Kepala 233
zm .
xm ~ u =m- 2sm
2
a0 (6.32)
a tau
z . 2
e1: 1 - «o (6.33)
X
2 SID
Jilca benda kerja mempunyai diameter luar yang sama dengan roda gigi standar, maka
kelonggaran puncak akan menjadi lebih besar. Dengan demikian diameter benda kerja
dapat diperbesar sedikit, sehingga lintasan kontak menjadi lebih panjang. Dalam hal
jumlah gigi sedikit dan perubahan kepala cukup besar, maka puncak gigi dapat menjadi
terlalu sempit dan menjadi lemah.
Di bawah ini akan diberikan cara-cara melakukan perubahan kepala.
Misalkan sepasang roda gigi akan dikerjakan oleh pahat dengan sudut tekanan
a0(0) dari sebuah batang gigi dasar (di mana sudut tekanan tersebut dinamakan "sudut
tekanan dasar ..). dan dengan modul m. Jika jumlah gigi dari pasangan roda gigi yang
bersangkutan adalah z1 dan z2, koefisien perubahan kepala adalah x1 atau x2• maka
sudut tekanan kerjanya dapat diperoleh dari persamaan berikut:
.
mv «,, = mv «o
.
+ 2 tan «o X1 ++ Xz
(6.34)
Z1 Zz
Persamaan (6.35) dapat pula ditulis dalam bentuk lain sebagai berikut:
a=
(z1 +
2
Zz)m
+
(z1 +
2
Zz)(cos a.0
--- e,
cos
i)m= (z1 + z2)m
2 +ym (6.36)
(z1 + z2)m/2 adalah jarak sumbu poros roda gigi standar, dan ym adalah pertambahan
jarak tersebut karena perubahan kepala.
= Z1 + Zz(COS «o _ •) (6.37)
Y 2 cos a,,
Dalam hal demikian, kedalaman pemotongan atau tinggi gigi H (mm) adalah
H = 2m + c1 untuk (6.38)}
(6.40)
= (2m + cJ - (x1 + x2 -
l
H y)m untuk (6.39)
Diameter lingkaran dasar pinyon adalah = z1m cos «o}
. : d,1
(6.41)
Diameter lingkaran d~r roda gigi besar adalah: d,2 = z2m cos «0
Diameter lingkaran jarak bagi kerja pinyon adal~:
· · · d,,1 = 2z1a/(z1 + z2) ·
(6.42)
Diameter lingkaran jarak bagi kerj, roda gigi besar adalah:
·· · du = 2z1a/(z1 + z2)
Kontak antara satu gigi dengan gigi pasangannya pada waJctu memindahkan
momen, dilak.ukan hanya oleh sisi depannya (yaitu sisi yang searah dengan putaran,
pada roda gigi penggerak). Pada sisi belak.ang, profit tidak. melakukan kontak karena
ada kelonggaran yang disebut "kelonggaran belak.ang" atau "backlash". Kelonggaran
belalcang sengaja dibuat karena tanpa kelonggaran ini roda gigi tidak. akan dapat
bergerak jika terjadi perubahan bentuk gigi karena beban atau kesalahan pembuatan,
lenturan atau kesalahan jarak poros, atau selaput minyak pelumas yang terlalu tebal.
Kelonggaran belakang, yang diukur pada lingkaran jarak bagi dinyatakan dengan
C0 (mikron, µ), dan yang diukur pada garis tekanan 1; 12 untuk putaran yang berlawanan
dan memotong garis I1I1, dinyatakan dengan Cn {p). Hubungan antara keduanya adalah
Untuk kelonggaran belak.ang C0, terdapat batas harga maksimum dan minimum yang
besarnya t~rgantung pada kelas ketelitian roda gigi (Tabet 6.4). W (µ) yang terdapat
dalam tabei tersebut, dinyatakan dalam persamaan berikut ini:
DalaJn perencanaan roda gigi, kelonggaran belalcang dianggap nol lebib dahulu
6.6 Roda Gigi Dcnpn Perubahan Kepala 235
0 2S w 10 W s 4SW 10 W
I 28 w 10 W(l2,S W) 6 sow 10 W
2 31,5 W 10 W(l2,5 W) 7 63 W 10 W
3 35,S W 10 W 8 90 W lOW
4 40 w 10 W
demi memudahkan perhitungan. Tetapi pada akhimya harus dihitung dengan mem-
perbatikan kelas ketelitiannya. Ada dua macam perhitungan, yaitu, yang pertama,
denganjalan meoetapkanjarak sumbu poros sedikit lebib besar, dan yang kedua, dengan
melakukan pemotongan secara agak berlebihan dalam pembuatan.
Jika pengaruh kelonggaran belakang normal c.
(mm) akan diperhitungkan untuk
menentukan sudut tekanan kerja cxb, maka dapat dipakai rumus berikut ioi, di mana
harga cxb yang dihasilkan akan sedikit lebih besar dari pada yang diperoleh dengan
persamaan (6.34).
. . x1 + x2 I CJm
mv ex& == inv cx0 + 2 tan cx0 Z1 + Zz + cos
-- «o · Z1 + Zz (6.45)
(a) Cara lama· menurut DIN 870, dengan perubahan kepala untuk menghindari
pemotongan bawah.
Dengan mempergunakan persamaan (6.26)
• 2
z sm a:0
x~l-
- 2
= 1 --z,z (6.46)
bila cx0 = 20°, dan dengan mengabaikan desimal dari bilangan z, = 17,1, maka di-
peroleh
z
x~ 1-- (6.47)
17
(b) Cara menurut standar lnggris (BS.973-1952) cx0 = 20°. Gigi kedalaman penuh.
236 Bab 6. Roda Gigi
i)Z1 + Z2 ~ 60
Ambillah harga terbesar x 1 dari antara dua persamaan:
iii) Untuk roda gigi dalam, tidak tergantung pada jumlah gigi,
(d) Cara mernilih berdasarkan parameter u1 dan u2 yang erat hubungannya dengan
luncuran.
Telah diuraikan di mulca bahwa u1 dan u2 dalam Gambar 6.15 dianjurkan untuk
masing-masing perbandingan transrnisi. Dari persamaan (6.21)
I+ i
(6.49)
x1 =I+ t{
21
(1 + i) --
cos a0 -
cos a•
1 - 1• cos a0 J +(
1
1 +
I +
. i
1 - u2
)2 tan 2 «•}
(6.50)
x2 = I + z-2{(2 I + -:-Il)cos
-- a0 -
COS«.
I
I - -:-cos a01
I
J +( 1 +
I .+ i . )2 tan 2 «. }
I - IU1
(6.51)
Jilca z., I, «o, u., dan u2 diberilcan, «. dapat dihitung dari persamaan (6.52). Suatu
6. 7 Kapasitas Beban Roda Gigi 23'1
cara yang praktis untuk memecahkan persamaan tersebut ialah dengan jalan
menggambarkan fungsi di sebelah kiri dan di sebelah kanan tanda sama dengan; maka
titik perpotongan antara kedua lengkungan terse but adalah <X• yang dicari. x 1 dapat
diperoleh dari persamaan (6.SO), dan x2 dari (x1 + x2) dalam persamaan (6.34) atau
(6.51).
Metoda dengan standar Inggris umumnya dapat dianjurkan untuk dipakai. Jika
roda gigi dibuat dengan batang gigi berkedalaman pennh dengan sudut «o = 20°,
adalah sangat perlu mencoba merencanakan roda gigi dengan perubahan kepala untuk
memperbaiki kekuatan dan kelakuannya, meskipun jumlah gigi lebih besar dari 17
dan tidak ada kemungkinan pemotongan bawah. Dengan teknologi yang telah berkem-
bang hingga saat' ini, dapat dihasilkan roda gigi berketahanan tinggi dan berumur
panjang tanpa perubahan bahan dan harganya.
Perencanaan roda gigi atas dasar pahat potong batang gigi yang mempunyai sudut
tekanan 14,5° atau 15° umumnya dilakukan bila diingini roda gigi yang kurang berisik
dengan perbandingan kontak yang lebih besar. Tetapi kemungkinan diperlukannya
roda gigi semacam ini sedikit sekali. Pada saat ini, lebih diperlukan roda gigi yang
berketahanan tinggi dari pada yang kurang berisik.
(a) Perhitungan lenturan. Karena besarnya perbandingan kontak adalah 1,0 atau
lebih, maka beban penuh tidak selalu dikenakan pada satu gigi. Tetapi, demi keamanan,
perhitungan dilakukan atas dasar anggapan bahwa beban penuh dikenakan pada titik
perpotongan A antara garis tekanan dan garis hubung pusat roda gigi, pada puncak
gigi sperti dalam Gambar 6.21. Jika tekanan normal pada permukaan gigi dinyatakan
dengan Fn, maka gaya F11, (tegak lurus OA} dalam arah keliling atau tangensial pada
titik A adalah
Gaya F, yang bekerja dalam a rah putaran roda gigi pada titik jarak bagi adalah
(6.53)
238 Bab 6. Roda Gigi
di mana a,, adalah sudut te.kanan kerja. Untuk pendekatan dapat dituliskan:
(6.54)
Hubungan antara daya yang ditransmisi.kan P (kW), gaya tangensial F, (kg), dan
kecepatan keliling v (m/s) adalah
r»
p = 102 (6.55)
Dalam hal ini, daya P perlu diperiksa lebih lanjut mengenai keadaannya. Ji.lea P menyata-
.kan daya rata-rata ma.lea perlu ditaksir besamya daya pada beban puncak dan waktu
start. Dalam perencanaan, dapat dianjurkan pemakaian faktor koreksi le pada daya
rata-rata demi keamanan, meskipun dapat juga dilakukan koreksi pada beban dengan
menggunakan faktor tumbu.kan dan faktor beban. Namun bila daya yang ditransmisi.kan
merupakan daya nominal dari sebuah motor listrik, dapat dipilihfe =
I.
Meskipun harga v dalam persamaan (6.52) pada ling.karan jarak bagi lebih kecil
dari pada kecepatan keliling titik A, tetapi v tersebut dipa.kai karena akibatnya a.lean
membesar.kan F,. Dalam bal ini barus diperguna.kan daya rencana Pd (kW).
Karena ·
(6.56)
(6.57)
maka
F. = I02P, (6.58)
t v
6.7 Kapasitas Behan Roda Gigi 239
Dalam keadaan sebenarnya, pada waktu terjadi peralihan jumlah pasangan yang
terkait dari satu menjadi dua atau dari dua menjadi satu pasang, timbul gaya yang lebih
besar. Karena dalam perhitungan hanya satu pasang gigi saja yang dianggap meneruskan
momen, maka pembebanan yang diperhitungkan pada gigi menjadi lebih berat dari
pada keadaan sebenamya. Dalam Gambar 6.22, bentuk penampang gigi yang akan
dipakai sebagai dasar perhitungan kekuatan lenturnya, didekati dengan bentuk parabola
dengan puncak di titik A dan dasar di B dan C yang merupakan titik singgung antara
parabola dengan profit kaki gigi. Dengan demikian maka gigi tersebut dapat dipandang
sebagai balok kantilever yang mempunyai kekuatan seragam.
----b----
Gbr. 6.22 Gigi dipandang sebagal balok kandlever dengan kekuatan seragam.
Jika b (mm) adalah lebar sisi, BC = h (mm). dan AE = I (mm). maka tegangan
lentur ab (kg/mm2) pada titik B dan C (di mana ulcuran penampangnya adalah b x h),
dengan beban gaya tangensial F, pada puncak balok, dapat ditulis sebagai
F,I
a,= bh1/6
Besarnya h2 /6/ ditentukan dari ukuran dan bentuk gigi. Besaran ini mempunyai dimensi
panjang. Jika dinyatakan dengan perkalian antara Y dan modul m maka
h2/(6/)= mY
:. Y = h /(6/m) 2 (6.59)
F, = a.hmY (6.60)
Persamaan ini disebut "persamaan Lewis.. , dan Y dinamakan "faktor bentuk gigi."
Persamaan yang diperkenalkan oleh Lewis dalam tahun 1893 itu merupakan persamaan
yang sangat berharga, dan sampai sekarang masih dipakai dalam bentuk yang telah
dikoreksi. Di antara koefisien-koefisien profil roda gigi, dalam Tabel 6.5 diberikan
harga-harga untuk profil roda gigi standar dengan sudut tekanan 20°.
Koreksi pertama pada persamaan di atas dilakukan pada kecepatan keliling roda
gigi. Semakin tinggi kecepatannya, semakin besar pula variasi beban atau tumbukan
yang terjadi. Koreksi karena pengarub kecepatan ini diberikan dalam bentuk "faktor
dinamis" f,,, yang tergantung pada kecepatan keliling dan ketelitian, seperti diperlihat-
kan dalam Tabet 6.6. Maka persamaan (6.60) yang telah dikoreksi berbentuk
240 Bab 6. Roda Gigi
Kecepatan
5,S
"= 20-50 m/s !..-5,s+Jv
-
F, = u,,bmYf,, (6.61)
Tegangan lentur yang diizinkan u,, (kg/rnm.2), yang besamya tergantung pada macam
bahan dan perlakuan panas, dapat diperoleh dari Tabet 6.7. Besamya beban lentur yang
diizinkan per satuan lebar sisi F;,
(kg/mm) dapat dihitung dari besamya modul m,
jumlah gigi z, faktor bentuk gigi Y dari roda gigi standar dengan sudut tekanan 20°,
dan faktor dinamis !,, sebagai berikut:
b = F,JF;
Pada umumnya harga b ditetapkan antara (6-lO)m ((mm), dan untuk daya besar antara
(10-16),n (mm). Roda gigi dengan sisi yang sangat lebar cenderung mengalami de-
formasi, khususnya jika bekerja ~bagai pinyon, terutama jika ketelitiannya rendah
dan mempunyai kesalahan da1aJn pemasangan, sehingga distribusi tekanannya pada
sisi gigi tidak merata, Jika dari suatu perhitungan kekuatan temyata diperlukan lebar
sisi yang besamya di luar daerah tersebut di atas, maka perlu dilakukan perhitungan
6.7 Kapasitas Beban Roda Gigi 241
Tabel 6,7 Teganpn leatur yang diizinkan a. pada baban roda gigi.
Tegangan
Kekuatan Kekerasan
Kelompok Lam bang lentur yang
tarik (Brinell)
bah an bahan diizinkan
a8 (kglmm2) Ha a. (kglmm2)
FC 15 15 140-160 7
FC20 20 160-180 9
Besi cor
FC 25 25 180-240 11
FC30 30 190-240 13
SC42 42 140 12
Baja cor SC46 46 160 19
SC49 49 190 20
400 (dicelup
SIS CK so dingin dalam 30
Baja paduan minyak)
dengan pengerasan
kulit 600 (dicelup
SNC 21 80 3~
dingin dalam
SNC22 100 40-SS
air)
SNC I 15 212-255 3~
Baja khrom nikel SNC 2 85 248-302 40-60
SNC 3 95 269-321 40-60
Perunggu 18 85 5
Logam delta 35-60 - 10-20
Perunggu fosfor
(coran)
19-30 80-100 5-1
Perunggu nikel
64-90 180-260 20-30
(coran)
kembali dengan mengambil bahan lain termasuk perlakuan panasnya atau merubah
modul. Untuk ketelitian dan pemasangan yang baik, roda gigi dengan bantalan pada
satu ujung poros dapat mempunyai le bar sisi b ~ 0, 75 d01, dan roda gigi dengan bantalan
pada kedua ujung porosnya dapat mempunyai b ~ 1,2 d01• Di sini d01 = mz1 dan
d02 = m z2 berturut-turut adalah diameter lingkaran jarak bagi roda gigi standar untuk
pinyon dan roda gigi besar. Selanjutnya, koreksi pada permukaan sisi gigi akan diperlu-
kan jika lebar sisi yang direncanakan lebih besar dari pada ketentuan di atas.
(b) Perhitungan beban permukaan. Jika tekanan antara sesama permukaan gigi terlalu
besar, gigi akan mengalami keausan atau menjadi bopeng dengan cepat. Selain itu,
permukaan gigi juga akan mengalami kerusakan karena keletihan oleh beban berulang.
Dengan demikian maka tekanan yang dikenakan pada permukaan gigi, atau kapasitas
242 Bab 6. Roda Gigi
"n = Fn(
0,35 - -1 + -P21 ) . ( E,
-1 + -E21 )- = 0 35 F. (l/p) = 0,175 F..£
L P, ' L (2/E) Lp
(6.63)
di mana
I
"gi bcsar
la
Garis tckanan
Selanjutnya F« dari persamaan (6.63) dapat diganti dengan F,/cos cx0, dan L diganti
dengan lebar sisi b (mm). Untuk pasangan roda gigi dari baja atau besi cor, E, ~ E2 =
E. Sekarang, dengan mengingat hal-hal tersebut, persamaan (6.63) dapat dirubah
menjadi:
(F,/cos
0,175 _..:.......;.;. cx0)E
_ __;;,; __
b z1z2 m sin a0
z1 + z2 2
F. _ 2_1_b z1z2 msina0coscx0
' - aH 0,175 z1 + z2 2E
(6.64)
Dalam persamaan tersebut di atas, k11 disebut .. faktor tegangan kontak", dan mem-
punyai hubungan erat dengan bahan, sudut tekanan kerja, dan kekerasan permukaan
gigi. Barga k8 untuk berbagai gabungan bahan dan kekerasan, diperlihatkan dalam
Tabel 6.8. Barga kekerasan dalam Tabel 6.8 merupakan harga rata-rata dari harga dalam
Tabel 6.7.
Baja (150) Baja (150) 0,027 Baja (400) Baja (400) 0,311
,, ,, ,,
,,"
(200) (150) 0,039 (500) (400) 0,329
,, ,,
.
u
(250) (150) 0,053 (600) (400) 0,348
,, ,,
",, (200) (200) 0,053 (500)
,,
(500.) 0,389
(250) " (200) 0,069 " (600) (600) 0,569
,,
(300) " (200) 0,086 " (150) Desi cor 0,039
,, ,, ,,
(250) (250) 0,086 " (200) 0,079
,, ,, ,,
(300) (250) 0,107 " (250) 0,130
,, ,,
" (350)
,, (250) 0,130 ",, (300) 0,139
" (300) (300) 0,130 (150) Perunggu rosror 0,041
,,
"
.
" (350)
(400)
"
"
(300)
(300)
0,154
0,168
,,
(200)
(250)
,, 0,082
0,135
. (350) " (350) 0,182 Desi cor Desi cor 0,188
,, ,,
Desi cor nikel
(400) (350) 0,210 Desi cor nikel 0,186
,,
(500)
,, (350) 0,226 Desi cor nikel Perunggu rosror 0,155
Dalam praktek, harga k8 dihitung dari persamaan (6.64) yang telah dikalikan
dengan faktor dinamis seperti di bawah ini:
(6.65)
i
F, = Kbd01 I + i (6.66)
di mana
K adalah faktor tegangan kontak yang diizinkan, dan dapat diperoleh dari Tabet 6.9.
Seperti pada perhitungan lenturan, beban permukaan yang diizinkan per satuan
lebar Fi, (kg/mm), dapat diperoleb dari k, d0a, z .. z2, dan/., dalam persamaan
(6.67)
Maka, Jebar sisi yang diperlukan, atas dasar perbitungan kekuatan terhadap tekanan
permukaan, adalah b = F,/F;,. Lebar sisi yang diperoleh di sini harus dibandingkan
dengan lebar yang diperoleh dari perhitungan lenturan, serta diperiksa perbandingannya
terhadap modul.
Scrmpm Scrmpm
575
J,O
575
JOO
5
s ..
Normal 0,26--0,SJ
0,18-0,23
Roda Bisi 11111uk 210 180 s O,o9-0.ll
pemakaian umum
575 m IS
.
Normal 0,25--0,39
Scrasmm Scrlpm 530
210
JOO
ISO
15
IS . 0,14-0,20
0.ll'-0,11
Rodi Pai Scrmpm Tumbvkln scdmns 225 ISO Kurugdari5 Rodi sisl O,G4-0P5
bcrukuran beur yans diba11uk
(lllln, sllinsan,
JICIIPllpal) Scrapm Tumbuku eedaa1 2'° 210 - Roda aili
yang dibcaluk
Ol17--0P9
Koreksi pada harp K di alas dalam hal·hal tertcntu perlu dilakutan sbb.
1. Kalikan dcngao 1/1,2S jika bekcrja terus-mcncrus.(Harp K di atas diperhituogtao atas dasar anggapao 10 jam
kerja tiap hari.)
2. Kalikan paling sedikit dcngan 1/1.S jika ada tumbukan yang cutup keras.
Adapun tata cara perencanaan roda gigi lurus, dapat digambarkan sebagai berikut.
Misalkao daya yang akan ditransmisikan, putaran poros, perbandingan reduksi,
dan jarak sumbu poros diberikan. Maka, setelah dila.kukan koreksi pada daya yang
ditransmisikan, diameter lingkaran jarak bagi dapat ditaksir. Selanjutnya, modul dapat
dipilih untuk sementara dari diagram pemilihan modul. Diagram ini diperoleh dari
lenturan gigi dengan lebar sisi IO kali modul pada bahan baja karbon. {Gambar 6.24).
Perhitungan selanjutnya dilakukan seperti urutan dalam diagram aliran (Diagram 24).
Pemilihan bahan dan perlakuan panasnya barus dila.kukan dengan hati-hati. Untuk
ini dapat dipergunakan Tabet 6.10 sebagai pedoman. Sesuai dengan uraian yang telah
diberikan, dua macam perbitungan-yaitu perhitungan leaturan dan tekanan per-
mukaan-perlu dilakukan. Bila beban yang diizinkan per satuan lebar sisi telah di-
peroleh, maka lebar sisi yang diperlukan dihitung atas dasar beban per satuan lebar
6.7 Kapasitas Beban Roda Gigi 145
yang terkecil. Dari harga ini, lebar sisi sementara dapat dipilih. Kemudian periksalah
perbandingannya dengan modul atau diameter lingkaranjarak bagi pinyon. Jika temyata
tidak. cocok, gantilah dengan bahan lain beserta perlakuan panasnya, dan ulangilah
perhitungan sampai diperoleh ukuran yang sesuai.
[Penyelesaian]
ST ART b a
S Modul pahat m
Sudut tckanan pahat «o (") 17 Dahan poros dan perlaltuan
panasnya
Dahan pasak dan perlaltuan
6 Jumlah gigi z1, z2 ·panasnya
Perbandingan gigi I
STOP
END
6. 7 Kapasitas Behan Roda Gigi 141
Memerlukan kekuatan sedang S35C-45 Setelah dicelup dingin dan ditemper, dicelup
dan ketahanan terhadap keau- dingin frekwensi tinggi, pengerasan per-
san mukaan pada ujung gigi, kekerasan kurang
lebih HaC 48-56.111
i
SCr21 yang dikeraskan It.I. 0,6-1,0 mm)
c: Memerlultan ketahanan ter- S40C-45C Selelah dic:elup dingin dan ditemper, lakukan
•
.B hadap kelelahan pencelupan dingin frekwensi tinggi. Lapisan
yang dikeraskan harus agak lebih tebal. La-
kukan pencclupan dingin pada kepala. Ke-
kerasan permukaan pada ujung gigi kurang
lebih HaC 48-56111
Memerlukan ketahanan khusus SNC22 Sementasi, c:elup dingin dan temper. Ke-
terhadap tumbukan SNCM23 kerasan permukaan It.I. HaC 58-64
SNCM25
Memerlukan ketahanan ter- SNCM23 Sementasi, celup dingin dan temper. Ke-
j hadap keausan SCM23 kerasan permukaan lebih dari HaC 62.
SCM24
j
di Memerlukan ketahanan ter- S45C Setelah dicelup din gin dan ditemper, lakukan
hadap keausan dan kelelahan S48C penc:elupan dingin frekwensi tinggi.lJI La-
kukan penc:elupan dingin sampai dengan
dasar kaki. Kekerasan kepala It.I. HaC
56--60.111
Memerlukan ketahanan ter- Baja nitrik Dinitrid setelah dicelup dingin dan ditemper.
hadap goresan
!
Cl
Memerlukan ketahanan ter- Baja tahan karat Harusdipilih perlakuan panas yang optimum
hadap karat seri austenit, dengan memperhatikan sifat-sifat yang perlu
ferit, dan mul· disamping sifat tahan karat.
tainsit.
Cata tan: (1) Pada permukaan gigi di dekat dasar kalti, kekerasannya harus lcbih rendah sebanyak HaC S-10.
(2) Dcngan cara MG (cara Motor-generator), dianjurkan pcmakaian frckwcnsi rendah. Perlakuan
ini terutama sangat sesuai untuk roda gigi berukuran besar.
(
, 2 x 107
F8 = 0,079 x 81 x
27
+ 107 = 5,05 (kg/mm)
Harga minimum F;.,1n is 5,05 kg/mm of F11•
@ b = Fa/F;.,1n = 182/5,05 ~ 36 (mm)
e Dahan poros: S30C-D
"• = 58 (kg/mm2), S/1 = 6, S/2 = 2, T0 = 58/(6 x 2) = 4,83 (kg/mm2)
Dahan pasak: S40C
@) T1 = 9,74 x 105 x (11/1450) = 7390 (kg·mm)
T2 = 9,74 x 105 x (11/1450/3,96) = 29260(kg·mm)
K, = 1,5, c,,
= 2
@I 1t x 80 x 1450 _ 6 07 (k / )
u= 60xl000 -, gm
102 x II
F, = 6,07
= 184 (kg)
, 2 x 81
FH = 0,079 x 80 x 20 + 81 x 0,497 = 5 (kg/mm}
F~,n = 5 (kg/mm)
@' b = 184/5 = 36,8 (mm) -+ 40 (mm)
@' b/m = 40/4 = 10, baik
d/b = 80/40 = 2, baik
S1ii/m = ((68/2) - (30/2) - 3,3)/4 = 5,2, baik
@ m = 4, «o = 20 (0)
z 1 = 20, z2 = 81, i = 3,96, roda gigi standar
a= 202(mm)
d1 = 80 (mm), d2 = 324 (mm)
d1i1 = 88 (mm), du = 332 (mm), H = 9 (mm)
d/1 = 68 (mm), d12 312 (mm) =
Pinyon: S35C, roda gigi besar: F30.
Poros: S30C-D, d.i = 30 (mm),
d.z = 48(mm)
Banyak metoda baru yang telah diusulkan dan digunakan dalam perhitungan
kekuatan roda gigi. Beberapa di antaranya adalah: AGMA, BS, DIN, Standar Swedia,
JSME, dll. Dalam buku ini terutama akan diuraikan metoda yang terdapat dalam
"Handbook for Mechanical Engineering" edisi ke-6 yang telah direvisi, diterbitkan
oleh JSME Inc., Jepang. Metoda tersebut adalah metoda yang paling praktis di antara
yang lainnya.
(a} Perhitungan lenturon. Persamaan untuk menghitung beban lentur yang diizinkan
per satuan lebar, ekivalen dengan persamaan (6.62) dari metoda dasar, adalah
, 0'110 cos e, 1 1 1 1 1
F11 =- x m x-- x-x -x-x-x- (6.68)
S11 Y,, Y, K. K,. K0 K11
Di sini u110 (kg/mm2) disebut "harga dasar tegangan lentur gigi". Sebagai pedoman
untuk menentukan harga tersebut bagi berbagai bahan, dapat dipergunakan Gambar
6.25 dan Tabel 6.11, sehingga harga kekuatan tarik pada bagian dalam gigi dapat
diperoleh. Barga s,, ditentukan deogan memperhatikan pembebanan yang tak diharap-
kan atau tidak seragamnya bahan, dan besarnya antara 1,5-4,0. Jadi, (uto/S11) dapat
dipersamalcan dengan tegangan lentur yang diizinkan menurut metoda yang terdahulu.
Karena profit roda gigi tidak terbatas pada gigi standar saja, maka sudut tekanan kerja
a,, juga muncul dalam rumus. Faktor bentuk gigi Y,, agak berbeda dengan yang ter-
dahulu. Dalam hal ini, seperti diperlihatkan dalam Gambar 6.26, penampang yang
terjadi oleh titik kontak garis singgung yang membuat sudut 30° pada garis sumbu
profit gigi dan kontak pada lengkungan filet, diambil sebagai penampang yang paling
kritis terhadap lenturan. Panjang tali busur dinyatakan dengan s, dan jarak dari titik
pusat ke garis tekanan bila beban dikenakan pada puncak gigi, dinyatakan dengan
I. Faktor bentuk gigi dari profil batang gigi dasar, dengan sudut tekanan a0 = 20°,
kedalaman penuh sebesar 2,25 m, dan jari-jari filet sisi r = 0,375 m, diperlihatkan dalam
6. 7 Kapasitas Beban Roda Gigi 251
511 -:: ·:.:v,
I ,::·.;:
. .-
J
l
40
j
khlll\ll)
.,,,,,_ :·..
20
J
L..,11• ·~·., »> ••• .,,
I'/•,, "'· ,:.· ,y
I JO
1--+--+--+--'--+--+--+-t~~-~-~:··~·,,.~·-+-+··~,.-t--+--+--t--+--t-·-
l_~
!Jo
I
Gbr. 6.25 Harp dasar tegaDpa leatar gigi.
o~:=.::~':::;::::::t;:::::::::::::::::::=.=:=::.::::;:::::;:::;::::.:;::--"
20 lO 40 SO 100
ICalaaWI wit ~ "• (tl{mm11
............. Kcbnw1H0
,..........
ltd:uatan
I
Kctualan
Kdompot bahan Lambana DIN Sllnd&r lclllur
--
denpn 115 A•rika a.,;.n ..... pct•
Ptrmvkun lka/.....,'I
lmph rnvkaan (kalmm1)
---__
0amat ainEctd - 4,9 0.)6
- 4,9 0,46
Baja IIJllu1
konouvui-
St 50.11
St 60.11
St i0.11
150
180
2118
17
II
21
.,,.
0.72
1,40
··~~
c 22 S22e AISl 102) 140 17 0,46
Bajadicelup e4S S4Se-41C AISI 1015 180 20 OM>
C60 ssse AISI IOSS 210 22.S 1.02
dinsi• don
dil<apa >4Cr4 sc,, AISISUS 260 26
)7MaSiS 260 27,7 1,40
-
SCM4 AISI Sl40 .ICII 11.1
...
42CrM°'
"' 1.6
Baja dicclvp dinaln eK4S S4SC AISl 1045 220 27,7
J7Mn5iS 270 S60 )0 7,4
r..t"1111i tiaaal
S,Mn$14 27' 61$ )I 9.0
&l&u Cll)'lla api
a2e,M°' SCM4 AISI mo 27S 61S JI 9.0
.joclinilrid
4:!CrMot SCM4 AISI Sl40 660
"
llCrMoV9 700 J9,6 1.0
dalaiapa
252 Bab 6. Roda Gigi
l,6ttt-t-l-\'l'lr'r\-~~~-"(,--
;..."
·- '8 ttt-t-;rttYT,CTT'r't-"1-'r-!'c-,
•~ ~
~ ~.Y!)..J-+-L:>-.b-~+"'.>.rl"'---t---""-!--~:::::;i,--=::.--t--~~---j~-->o~~ct----1
~ J,Ofl+-'1-1-1-.........,1...,._,._,,...,._
..8
_g J,l•H->->-+---1-1~
~ J.• ~~:tt:='s:2t'.td'.:ts~~~:2:~~==~~t:~~cs~~~~~~~1:::l
11+-l-!l-l---h_µ.~+;~+l,J-\--'t+-11<++-~-+~Yr'\t-::.....-:=r-~+-n
Gambar 6.26. Besaran cos ab/ Yb adalah faktor bentuk gigi, seperti rnetoda yang ter-
dahulu. Bila cos ab/ Yb dibandingkan deogan Y yang dahulu, akan terdapat sedikit
perbedaan, Harga Y-c disebut "faktor perbandingan kontak". Momcn lentur yang
dikenakan pada profil gigi menjadi rnaksimum bila kaitan beralih dari dua pasang
menjadi satu pasang gigi, sehingga pada titik ini perhitungan harus dilakukan deogan
rncnggunakan faktor bcntuk gigi. Dalam hal ini Y, berfungsi sebagai Iakror koreksi
pada faktor bentuk gigi Yb. Untuk roda gigi dcngan ketelitian tinggi, Y. = +le; dan
pada roda gigi dengan kesalahan cukup besar, Y. = I, karena kaitan antara dua pasang
gigi tidak dapat diharapkan.
Fakior Ks disebut "faktor konsentrasi tegangan", yang dipergunakan untuk me-
ncntukan pengaruh bent uk kurva k.aki gigi dan bahan berdasarkan harga dasar tegangan
lentur gigi. Jika jari-jari kurva kaki lebih besar dari 0,2 m, rnaka K, = I. Jadi, pada roda
gigi umum yang dikerjakan dengan pahat batang gigi dengan jari-jari puncak pahat
sebcsar 0,375 m, tidak perlu dikoreksi terhadap konsentrasi tegangan, terkecuali untuk
roda gigi khusus. Faktor ini dalarn metoda yang terdahulu tidak ada.
K,. disebut "Iaktor variasi beban", dan dipakai untuk memperhitungk.an pengaruh
variasi rnornen terteniu, bcban turnbukan, dll., rnenurut macam rnesin penggerak dan
yang d.igerakkan. Harga-harga K,. diberikan dalarn Tabel 6.12.
K» dinamakan "faktor kecepatan". Dengan faktor ini, beban dinarnis tarnbahan
yang tirnbul .karena kesalahan profil gigi atau variasi elastisitas gigi diperhitungkan.
Dalam AG MA, faktor keceparan keliling pad a lingkaran ja rak bagi ditentukan menu rut
cara pembuatan dan kctclitian roda gigi. Jadi,/v dalam metoda yang terdahulu adalah
6. 7 Kapasitas Beban Roda Gigi 253
Penggerak
Mesin yang digerakkan
Turbin, mesin torak
Motor listrik
bersilinder banyak
sama dengan I/ K0• Cara yang paling sederhana diberikan oleh Maag Gear Wheel
Company di mana diambil K0 = I untuk pasangan roda gigi yang digerinda secara
teliti, K0 = I, I untuk pin yon yang digerinda dan dengan roda gigi besar yang dipotong
dengan pahat. Ada perbedaan yang agak besar antara j, dari metoda AGMA di mana
kecepatan keliling diperhatikan, dan l/K0 dari cara Maag. Namun perbedaan tersebut
dapat diimbangi dengan adanya faktor-faktor lain seperti K~, KA, atau S,,.
Yang terakhir, yaitu K,,, adalah faktor yang mencakup pengaruh berkurangnya
luas permukaan gigi yang menerima tekanan karena terjadinya tekanan permukaan
yang tidak merata. Adapun sebab-sebabnya, seperti telah diterangkan di muka ialah
keasalahan bentuk profil gigi, kesalahan dalam pemasangan, dan lenturan pada poros
atau pinyon. Faktor terse but dinamakan "faktor pembebanan permukaan gigi". Dalam
pembahasan yang terdahulu tentang/perhitungan lenturan, harga-harga standar telah
diberikan. Di sini pengaruh lebar sisi dicakup oleh faktor K,, yang besarnya antara
I dan 2. Untuk lebar normal sebesar {6-IO)m, K,, = I, dan semakin lebar, K,, semakin
mendekati 2. Dalam metoda yang terdahulu, faktor ini tidak ada karena lebar sisi
dianggap normal.
Di samping metoda-metoda yang telah dibahas di atas, ada beberapa cara lain yang
menggunakan faktor keandalan, sisi yang bekerja (satu sisi, dua sisi atau bergantian),
jaminan umur, kesalahan memanjang atau kesalahan lingkaran jarak bagi, dll. Tetapi
metoda ini tidak akan diuraikan dalam buku ini.
, d, i
Fu= K x ,,. I + i (6.69)
K-
_ ("no)
S
2 sin 2a,,
14 x
E1 + E2
EE
_I_ _I_ ..!._
xexK AOxK xK b (6.70)
H • 12
Persamaan (6.70) adalah ek.ivalen dengan harga K dari persamaan (6.66), dan Tabel
6.9 (Barga Kini berasal dari Register of Shipping dari Lloyd). Barga <180 (kg/mm2)
adalah batas kelelahan dari tegangan Hertz, dan ditentukan menurut Maag Gear
Wheel Company sebagai berikut. Besi cor, baja liat, baja celup dingin dan temper:
254 Bab 6. Roda Gigi
Di siniH8 adalah kekerasan Brinell, dan HaC adalah kekerasan Rockwell C. Sebagai
bahan, dapat dianjurkan pemakaian kombinasi seperti dalam Tabel 6.13. Kekerasan
permukaan gigi dapat berbeda-beda menurut perlakuan paoasoya. Dalam Tabel 6.14
dan 6.15 diberikan harga-harga terse but untuk beberapa bahan sebagai pedoman.
Untuk memperoleh harga kekerasan Shore (HJ dan kekerasan Vickers(Hv) dari H8
HaC, dapat diperguoakan rumus-rumus konversi di bawah ini.
Hs = 0,IHB + 12}
Rs= HaC + 15 (6.71)
HB~Hv
Pada umumnya pinyon dibuat lebih keras dari pada roda gigi besamya. Dalam hal
demikian maka aHo dihitung sebagai harga rata-rata dari kedua harga kekerasan
pasangan roda gigi tersebut.
Faktor keamanan SH biasanya dipilih aotara 1,0-2,5, deogan memperhatikan
tegangan tak diharapkao yang mungkio timbul, ketidak seragaman bahan, a tau pengaruh
pelumasan.
Dalam metoda yang terdahulu, persamaan-persamaan diturunkan dengan me-
ngambil perbandingan kontak sebesar 1. Tetapi, dalam metoda ini, L dalam persamaan
aH = .J0,115FnE/(L.p)diganti dengan «b, dan sudut tekanao kerja oc,, akan diperguna-
kan.
Jari-jari lengkung relatip p dapat ditentukan sebagai berikut. Karena 11M2 = pp
dao I2M2 = a sin ex,. - Pr pada titik di maoa kaitan beralih dari dua pasang menjadi
satu pasang (Gambar 6.23), maka
a sin e,
p--.,........,,.....-------....,.. (6.72}
- pp(a sin ex,. - Pr}
a sin«,,
p---------
- p0(a sin «,, - Po)
(6.73)
Baja dicelup dingin dan ditemper Baja cor atau besi cor
Baja dicelup dingin dan ditemper Baja dicelup dingin dan ditemper
Baja dikeraskan pennukaannya Baja dicelup dingin dan ditemper
Baja dikeraskan pennukaannya Baja dikeraskan pennukaannya
6. 7 Kapasjtas Behan Roda Gigi 2SS
Tabet 6.14 Contoh kekerasan roda gigi yang mendapat perlakuan panas.
Kekcrasan
Kekerasan Kekerasan Kekerasan basian
Kckcrasan
dengan dengan permukaan tcngah
Lam bang dengan
Kclompok celup dinsin celup dinsin dcngan dcngan
bahan celup dingin
bahan seluruh per· rrckwcnsi celup dinsin eel up
fJIS) dan temper
mukaan lingsi111 sementasi dingin
(Hsi (Hsi (H1C) (H1C) scmenlasi
(He)
{
n
Pencelupan dingin nyala
( " ) ,,
api dan penemperan
Meskipun harga tegangan Hertz menjadi lebih besar pada titik ini, persamaan
(6.69) di atas diperoleh dengan menghitung tegangan Hertz pada titik jarak bagi, dan
cara inilah yang biasanya dipakai.
Semua harga KA, Ka, dan Kb adalah sama dengan pada perhitungan lenturan.
Demikian pula ada cara untuk memperhitungkan keandalan, pengaruh pelumas, dan
jaminan umur, secara terperinci. Tetapi cara-cara tersebut tidak akan dibahas di sini.
(c) Perhitungan goresan. Goresan pada roda gigi adalah suatu kerusakan yang disebab-
kan oleh kontak langsung antara dua permukaan gigi karena pecahnya selaput minyak
pada waktu kaitan berlangsung, di mana terjadi pengelasan lokal yang kemudian pada
saat yang hampir bersamaan dipisahkan kembali. Kerusakan semacam ini termasuk
kerusakan karena pemanasan dan dapat terjadi pada kecepatan tinggi dan beban besar.
Berbagai faktor di samping beban dan kecepatan keliling permukaan gigi mempunyai
peranan dalam masalah terjadinya goresan. Tetapi karena hubungan antara faktor yang
satu dengan lainnya sangat sulit, maka persamaan teoritis yang diturunkan biasanya
tidak dapat berlaku untuk setiap hal. Beberapa cara perhitungan yang dapat disebutkan
di antaranya ialah: dengan menggunakan harga PV, dengan metoda Almen yang
menetapkan batas harga PVT, dan dengan persamaan temperatur nyala pada permukaan
gigi menurut Kelly. Dalam buku ini akan dibahas persamaan yang dikemukakan oleh
Widler.
Behan gores yang diizinkan per satuan lebar dapat dituliskan sebagai berikut:
Di sini Tsp, yaitu temperatur nyala yang diizinkan untuk pelumas, dapat dihitung
dengan persamaan berikut ini. ·
C = l,SE (6.76)
" 2 +E
1,9 + Sm
(6.77)
4s,,.
di mana C,, adalah koefi.sien viskositas, yang dapat dihitung jika viskositas pelumas
dalam derajat Engler pada 50°C diberikan. Hubungan antara derajat Engler dan
viskositas kinematis v(cSt) adalah sebagai berikut: untuk derajat Engler E = 1,35-3,2,
viskositas kinematis adalah v(cSt) = SE-{8,64/E), dan bila E ~ 3,2, v = 7,6E-{4/E).
Harga viskositas minyak yang biasa dipakai pada transmisi roda gigi adalah sebagai
berikut:
i) Untuk roda gigi dengan bantalan gelinding, dengan kondisi kerja sedang:
putaran sampai 1500 (rpm), v = 53-76 (cSt); lebih dari 1500 (rpm), v = 37-60
(cSt). Dengan kondisi kerja kasar dengan tumbukan serta variasi momen
puntir: v = 68-90 (cSt). ·
ii) Dalam hal transmisi roda gigi dengan bantalan luncur, dan pada roda gigi
planiter: v = 45-68 (cSt) untuk putaran rendah, v = 34-48 (cSt) untuk putaran
sedang, dan v = 25-37 (cSt) untuk putaran tinggi.
Harga-harga viskositas tersebut di atas semuanya pada temperatur 50°C. Minyak
6. 7 Kapasitas Beban Roda Gigi 257
pelumas untuk roda gigi sebaiknya mengandung zat tambahan untuk menahan tekanan
tinggi.
CR adalah faktor kekasaran permukaan, dan harga rata-rata sm = 2s1s2/(s1 + s2)
dapat diperoleh dari kekasaran s1 dan s2 (mikron, µ) dari permukaan yang bersangkutan.
Gigi yang digerinda dan dihaluskan dengan baik, dapat mempunyai harga s = 0,25-
0,5 (µ), dan roda gigi bermutu baik dalam perdagangan, mungkin mempunyai harga
s = 0,6-0,9 (µ).
Selanjutnya, f adalah fungsi pembantu yang dapat diperoleh dari parameter u1
dan u2 yang merupakan fungsi perbandingan gigi dan luncuran spesifik. Persamaannya
tidak akan dituliskan di sini, tetapi harga-harga j', uotuk pioyon dan/2 untuk roda gigi
besar berturut-turut diberikan dalam Gambar 6.27 dan 6.28.
Lambang-lambang s, cxb, a, dan v dalam persamaan (6. 74) menyatakan perbandingan
kontak, sudut tekanan kerja, jarak sumbu poros, dan kecepatan keliling pada lingkarao
jarak bagi.
Tata cara perencanaan dengan metoda ini diberikan dalam bentuk diagram aliran
(Diagram 25). Diagram ini dapat lebih disederhanakan jika metoda dasar telah dikuasai.
Setelah diameter lingkaran jarak bagi ditentukan dari daya yang ditransmisikan,
putaran poros, perbandingan reduksi, dan jarak sumbu poros, pemilihan modul per-
cobaan dilakukan tanpa menggunakan Gambar 6.24. Untuk ini perlu dilakukan tiga
kali perhitungan kekuatan untuk tiga modul percobaan yang dipilih.
Jika diperlukan roda gigi dengan perubahan kepala untuk mendapatkan kekuatan
dan kelakuan yang lebih baik, maka jumlah gigi perlu diambil cukup besar, mungkin
lebih dari 17. Jumlah gigi yang dianjurkan untuk roda gigi berkecepatan rendah dan
beban besar adalah lebih besar dari 12, untuk putaran di atas 1400 (rpm) lebih dari 16,
untuk putaran tinggi dan beban besar lebih dari 23, dan untuk roda gigi kapal yang
digerakkan dengan turbin lebih dari 30.
3,0
--
2,8
2,6 -0~....:__
i II\
i----i _.,. 1.,L._
2,4 _o~
__,,,,, ~
~ lo~
2,2 _.,. __,,,,, ~o=' _, ,
__,,,. ~
-- v J,'>~
-- _.., -
2,0
~ ~I"'/'
tz -
[/'"
~
-
_J)""
~ 1,1 I/" ~
__.,. ~ ~ __.,. !__.,.
___,,,,,,,,,,,,-,!
1,6 __...,. _.,. _, ~ Jl,'/,) ~
1,4
v
__,,,. _,...... __,,,.
_,
/
I,;'"
~
.....
~
.... - ......~ ~•'>
_:;z:....
-----
1,0 ,.,.,... .... __.,. __.... -0~-
~ _.. o:J.'>...::::::::::
0,8
0,6
~
__,,,.
~
~
.,...,.
,.,.,...
...
....
--__,........
.......
--.-
----- II -o,20-
·-
0,4
~
.--::::::. I
6 8
-i
Gbr. 6:J.7 Fungsi pembantu/1 terbadap parameter luncuran u1•
2S8 Bab 6. Roda Gigi
-- -- ---
/ / ......
/
.,,/ v
/
..,,,...,1.......-
1,8 I/ _ ....
/ /
/ / ./ .....
,-
~!,~
--
1,6
~"' ~
II" /
,.,,
- -- -- - ----
1,4
I/
/
~
./
~"' ~
........- o.'1---
I
~
o.•s-:-_
I
"' /
v _,,. ~ __..fl)--
.........
---- ---
IJ)
~ ~ A,1s::::::::::
.--
'--"'""
--- --
_.- ~
:_..o,;.,-
....--- -ll.2S-
--
L.--"
0,6
~ ~ ..... 0,20-
o., I ·-
'
I 2 3 5 6 7 8
_;
Gllr. 6.28 Fungsi pembaata/2 terlladap panmetel' bmcuranu2•
Setelah tiga perhitungan kekuatan dikerjakan, S buah kurva beban yang diizinkan
per satuan lebar sisi untuk setiap modul kemudian digambarkan. Diagram ini disebut
diagram gabungan -. Selanjutnya, dari diagram ini dipilih modul, yang letaknya di bawah
titik-titik potong kurva beban lentur yang arahnya ke atas dan kurva . beban gores
yang arahnya ke bawah. (Gambar 6.29). Arab kurva beban permukaan, hampir merupa-
lcan garis mendatar.
80
6
•
Modul
10
6. 7 Kapasiaas Beban Roda Gigi 259
25, Diagram a1iran untuk merencanakan roda gjgi dengan perubahaa depala (1)
ST ART b
(:)
1 Daya yang akan ditransmisikan P 11 Sudut tekanan kerja czb (0)
(kW) Jarak sumbu poros a (mm)
Putaran poros penggerak n1 (rpm) Jarak sumbu poros roda gigi
Perbandingan reduksi ; standar a0 (mm)
Jaralt sumbu pores a (mm) Koefisien perubahan jarak sumbu
porosy
Diameter ling karan jarak bagi
kerja dbl• du (mm)
2 Faktor koreksi f.
.I
ch
b
.r
25. Diagram aliran untuk merencanakan roda glgi dengan perubaban depala (2)
a' a
22 Harga-K
Bcban permukaan yang diizinkan
per satuan lebar F;, (ks/mm) STOP
26 l=l+t
28 Diagram gabungan
29 Penentuan modul m
[Contoh 6.2] Rencanakan roda gigi berikut ini: Daya yang akan ditransmisikan 142
(kW), putaran poros penggerak 870 (rpm), perbandingan reduksi antara 2.5-2.6, jarak
sumbu poros antara 350-360 (mm), sudut tekanan pahat 20°. Bahan pinyon: baja
karbon konstruksi mesin, dicelup dingin frekwensi tinggi. Bahan roda gigi besar: baja
celup dingin dan ditemper. Ketelitian tinggi, dengan pinyon yang digerinda dan roda
gigi besar dipotong (dipahat).
[Penyelesaian J
t = 81 + Bz = 1,624
@ v = ,r x 198 x 870/(60 x 1000) = 9,02 (m/s)
F, = 102 x 170,4/9,02 = 1927 (kg)
@ Y111 = 2,35, Y112 = 2,08
® Dari JISG4051, Lampiran (I)
S45C(H), u8 = 10 (kg/mm2)
S40C(H), u8 = 62 (kg/mm2)
Dari Tabet 6.11, S4S (CK4S dan C4S)
u,,0 = 27,7 (kg/mm2) dicelup dingin frekwensi tinggi
u60 = 20 (kg/mm)2 dicelup dingin dan ditemper
Pinyon: S40C, dicelup dingin frekwensi tinggi
262 Bab 6. Roda Gigi
27,7
a6o = 62 x
70
= 24,5 (kg/mm 2 )
Roda gigi besar: S40C, baja dicelup dingin dan ditemper
20
=
a•o 62 x
70
= 17,7 (kg/mm2),
s. = 2,0
@ Ks= 1, K,. = 1,25, K0 = 1,1, K6 = 1,2
, 24,5 0,93969 1 1 I 1
@ F,,1 = 2 x 6 x
2,35
x 1,624 x
Ix 1,25 x D
x 1,2 = 28,9 {kg/mm)
, 17,7 0,93969 1 1 I 1
F62 =
2 x 6 x 2,08 x 1,624 x Ix 1,25 x D x 1,2 = 23,6 (kg/mm)
@ Pinyon: Kekerasan permukaan S40C yang dicelup dingin frekwensi tinggi adalah
HR.C = SO rata-rata.
Maka
O'so1 = 2,5 x SO= 125,0 (kg/mm2)
Roda gigi besar: Kekerasan permukaan S40C yang dicelup dingin dan ditemper
adalah: HR.C = 28.
Maka
aHoz = 2,5 x 28 = 70 {kg/mm2),
O'uo = (a Hot + aHoz)/2 = 97,5 {kg/mm2)
S8 = 1,5, or6 = 20 (0), E = 21000 {kg/mm2)
@ K,. = 1,25, K0 = 1,1, K,, = 1,2
@ K=(
97,5)2
1,5
x
sin 40°
~ x
2
21000
I
x 1,624 x 1,25 x
I
U x
1
1•2 = 0,182 (kg/mm z ),
F8, = 0,182 ~ffl
+ 2,516 = 26,0 (kg mm)
x 198 x I
1
@ Viskositas minyak pada S0°C: E = S
v = 7,6 x 5 - (4/5) = 37,2 (cSt)
Kekasaran permukaan
St = 0,5 (µ), Sz = 0,8 (µ),
U1 = (I + 33)
85 I
( 0,36397)
- 0,49855 = 0,375
Uz = ( 1 + 85)( 0,36397)
33 1 - 0,43173 = 0,557
/1 = 0,9,
/z = 1,14,
c., = 1,5 x 5/(2 + 5) = 1,07,
1,9 + 0,61 ,.., l O
4 x 0,61 "" '
Tap == 140 x 1,07 x 1,0 ~ 150°C
6. 7 Kapasitas Beban Roda Gigi 263
354 200
@ F;1 = 3~ x ~~ x 1,624 cos 20° x
4
9:~~
= 70,4 (kg/mm)
354 200
F;2 = 3~ x 11.~~ x 1,624 cos 20° x 4
/~~ = 55,6 (kg/mm)
f) =2 j
@ 2<3
Cl)' j = 2, m = 8, z1 = 200/8 = 25, Z2 = 510/8 63,8 - 64, I= 64/25 = 2,56 =
@' z1 = 25 < 30, z2 = 64 > 30, dipakai roda gigi dengan perubahan kepala
(ID' Z1 + Z2 = 89 > 60,
=
®' x 1 = 0,4{ 1 - (25/64)} 0,244, x 1 = 0,02(30 - 25} = O, IO, : . x 1 0,244 =
X2 = -0,244,
@' «,, = «o = 20 ( d,,1 = 8 x 25 = 200 (mm}, du = 8 x 64 = 512 (mm)
0),
y 2
= (25 +
cos 20°
64) x (cos20° _
0 i) =
@' j=3
@' 3=3
(!)" j = 3, m =
10, z1 = 200/10 = 20, z2 = 510/10 = 51, i = 2,SS
<ID" z1 = 20 < 30, z2 = 51 > 30, dipakai roda gigi dengan perubaban kepala
®" Dari z1 + z2 = 71 > 60
@" x. = 0.4{1 - (20/51)} = 0,243, x, = 0,02 (30 - 20) = 0,20, x. = 0,243
X2 =
-0,243, X1 + X2 = 0, Y = 0, OCb = «o
@" «11 =
«o = 20°, d,,1 =
200 (mm), du = 510 (mm), a 355 (mm) = ao, Y 0= =
@" c" = 0,25 x 8 = 2,0(mm), C0 = 0
@" du = 22 x 10 + 2 x 0,243 x 10 = 224,86 (mm)
du = 53 x 10 + 2 x ( -0,243) x IO = 525,14 (mm)
H = 2 x 10 + 0,25 x IO= 22,5(mm)
®" tan «1:1 = 0,65690, tan au = 0,44801
e1 = 0,932, e2 = 0,682, e = 1,614
@" sama dengan @'
@" Yb, = 2,30, Yu = 2,34
@" dan @" sama seperti yang terdahulu
, 24,S 0,93969 1 1 1 I
@" Fbl =
2 x 10 x
2,30
x 1,614 x x
1 1•25
x x
1•2
TJ
= 48,9 (kg/mm)
, 17,7 0,93969 I l 1 I
Fb2 = 2 x 10 x 2•34 x 1,614 x 1 x 1•25 x TJ
x l,2 = 34,8 (kg/mm)
~,, dan @" sama dengan yang terdahulu
@" K = 0, 181 (kg/mm2),
F8 = 0,181 1
_;5 55
x 200 x J = 26,0 (kg/mm)
@" sama dengan yang terdahulu
'°'"
,e,
( 20) (
u, = l + SI I
0,36397)
- 0,65690 = 0•620
SI)( 0,36397)
U2 = ( I + 20 1 - 0,44801 = 0,667
/1 = 1,40, /2 = 1,53,
c., = 1,07, CR = 1,0. TBP = 150 (0C).-......---,.
I 150 355 sin 20°
x 1,614cos20 0 x
GA• , 4
'(;# Fs1 =- x - = 44,9(kg/mm)
30 1,40 911
,
.-....-----,
F' I 150 1614 200 4 355 sin20o = 41 I (k 8I m)
a2 = 30 x 1,53 x ' cos x 9,11 • m
@" i=»
@• 4>3
@ Jika masing-masing lengkungan digambar, titik perpotongan antara F&, dan F;,
terletak pada modul m = 9,6, dan perpotongan antara F&2 dan F;2 pada modul
m = 10,9 (Gambar 6.29)
@ Ditetapkan m = 10
® F,/F8 = 1908/26 = 73,4 (mm). Ambil b = 75 (mm).
Maka 75/10 = 1,S < 10, baik. Jadi ditetapkan: lebar sisi b = 75 (mm).
6.9 Roda Gigi Kerucut 265
Roda gigi dengan diameter besar dapat dibuat dari satu benda cor, atau dapat
pula terdiri atas roda dari benda cor atau konstruksi plat yang dilas, di mana di luamya
dipasang bingkai baja yang dilas pada roda sebagai bagian yang akan dipotong menjadi
gigi, Konstruksi semacam ini yang terdiri dari naf, jari-jari, dan bingkai dibuat untuk
memperoleh kekuatan dan kekakuan yang diperlukan serta untuk mengurangi beratnya.
Gambar 6.31 memperlihatkan beberapa contoh roda gigi besar di mana (a) adalah untuk
beban kecil, (b) dan (c) untuk beban sedang, dan (d) untuk beban besar. Proporsi atas
dasar modul kurang lebih adalah sebagai diperlihatkan dalam Gambar 6.32 dan dinyata-
kan di bawah ini.
Bingkai: Tebal a= (1,5 - 2,2)m.
Naf (hos): Panjang I= (l,2-2,2)d.
Diameter d0 = I ,Sd + S (mm).
Tebal naf dikurangi kedalaman alur pasak
l> = O,Sd untuk beban besar,
{) = 0,44d untuk beban sedang, dan
l, = 0,4d untuk beban kecil.
Kekuatan jari-jari atau rusuk dapat ditentukan atas dasar gaya tangensial F, (kg)
yang bekerja pada gigi. Roda gigi dengan diameter besar dapat memakai 4 sampai 8
buah jari-jari, Momen lentur pada akar jari-jari adalah F, • /11 (kg· mm). Jika dimisalkan
ada J jari-jari yang menahan momen, maka
di mana ,. (mm) adalah jarak dari akar jari-jari sampai ke diameter jarak bagi, u.
(kg/mm2) adalah tegangan lentur jari-jari yang diiz.iokan, dao Z (mm.3) adalah momen
tahanan lentur,penampang jari-jari pada akamya. .
Lehar akar jari-jari h (mm) adalah: h = 6m (mm) untuk beban kecil, dan h = Sm
(mm) untuk beban sedang atau besar. Penampang jari-jari harus dibuat mengecil ke
arah bingkai dengan kemiringan 1/40-1/16.
· Sebagai pedoman yang lebih terperinci untuk menentukan jumlah jari-jari, dapat
dipakai standar sebagai berikut. Untuk diameter lingkaran jarak bagi kurang dari 500
(mm), J = 4-5; untuk diameter 500-1500 (mm), J = 6; untuk 1500-2400 (mm), J = 8;
dan untuk diameter lebih besar dari 2400 (mm),J =
1~12.
Ukuran yang lebib terperinci untuk bagian-bagian roda gigi dapat ditemukan dalam
standar Rusia, GOST.
Sepasang roda gigi kerucut yang saling berkait dapat diwakili oleb dua bidang
kerucut deogan titik puncak yang berimpit dan saling menggelinding tanpa slip. Kedua
6.9 Roda Gigi Kerucut 267
bidang kerucut ini disebut "kerucut jarak bagi", Besarnya sudut puncak kerucut ter-
sebut merupakan ukuran bagi putaran masing-masing porosnya. Roda gigi kerucut
yang alur giginya lurus dan menuju ke puncak kerucut dinamakan roda gigi kerucut
lurus. Dalam Gambar 6.33 diberikan nama bagian-bagian roda gigi kerucut .
•
(a) Jarak sisi belakang
(b) Sudut kerucut kaki
(c) Sudut kaki
(d) Kerucut jarak bagi
(e) Sudut kepala
(f) Sudut kerucut jarak bagi
(g) Sudut kerucut kepala
(h) Sisi kerucut
(i) Sudut poros
0) Lubang poros
(k) Lehar muka
()) Kepala
IIICllal
(m) Lubang poros
(n) Kalti
(o) Diameter lingkaran jarak bagi
(p) Diameter lingkaran kepala
(q) Kerucut belalcang
(r) Jarak kerucut belakang
(s)(t) Jarak dari puncak kerucut sampai
puncak luar gigi
Sumbu poros roda gigi kerucut biasanya berpotongan dengan sudut 90°. Bentuk
khusus dari roda gigi kerucut dapat berupa "roda gigi miter" yang mempunyai sudut
kerucut jarak bagi sebesar 45°, dan "roda gigi mahkota" dengan sudut kerucut jarak
bagi sebesar 90°, seperti terlihat dalam Gambar 6.34.
Dalam Gambar 6.35 diperlihatkan cara menggambarkan profil roda gigi kerucut.
Dari titik 01 di belakang roda gigi kerucut, dibuat bidang kerucut dengan puncak 01
dan memotong tegak lurus bidang kerueut jarak bagi yang berpuncak di 0. Kerucut
01 disebut "kerucut belakang". Jika profil gigi pada ujung luar roda gigi digambarkan
pada bidang kerucut 01, dan kemudian bidang ini dibentangkan, maka akan diperoleh
gambar profil "roda gigi lurus ekivalen" dari ujung luar roda gigi kerucut tersebut.
Profil yang diperoleh dari pembentangan kerucut belakang tersebut sebenamya hanya
merupakan pendekatan saja pada bentuk profil yang sesungguhnya. Profil yang
268 Bab 6. Roda Gigi
sesungguhnya pada ujung. Juar roda gigi kerucut yang dibentuk dengan pahat lurus
berbentuk apa yang disebut "profil oktoid". Profil ini merupakan profil pada bidang
bola yang berpusat di O dengan jari-jari OA. Bentuknya sedikit berbeda dengan profil
involut bola ideal yang tak dipengaruhi oleh kesalahan sudut poros. Jadi, profil roda
gigi kerucut biasa tidak dapat menghasilkan perbandingan kecepatan sudut yang tetap
secara tepat.
Jika kerucut belakang dari masing-masing roda gigi dibentangkan, maka bentuk
yang dihasilkan tidak merupakan bentuk roda gigi yang melingkar penuh. Namun,
sebagai dasar arialisa theoritis hal tersebut tidak menjadi masalah, dan pasangan roda
gigi basil pembentangan kerucut belakang tersebut dapat dianggap sebagai sepasang
roda gigi lurus yang berkaitan. Roda gigi ini dinamakan "roda gigi lurus khayal", yang
merupakan suatu cara pendekatan menurut Tredgold.
Jika R adalah panjang sisi kerucut jarak bagi, cS adalah sudut kerucut jarak bagi,
d1 dan d2 (mm) adalah diameter lingkaran jarak bagi pada ujung luar masing-masing
roda gigi kerucut, maka hubungan antara jumlah gigi yang sebenamya dari roda gigi
kerucut z dan jumlah gigi dari roda gigi lurus khayal z,, adalah sebagai berikut:
d1 = 2R sin cS = zm
di = 2R tan cS = z,.m (6.79)
sin cS z
--=-
tan l, z,,
z .. =--z
cos l, (6.80)
Perbandingan putaran i dari roda gigi kerucut maupun dari roda gigi lurus khayal adalah
sin l:
= ----
i:
tan "2 (6.81)
z, + cos l:
Z2
6.9 Roda Gigi Kerucut 269
Demikian pula
sin I
e,
£
tan = ---- (6.82)
Zz + cos I
Z1
I
tan b1 = Z1
-Zz =-:,tan
I
b2 = Z2
-z1 = i (6.83)
(6.84)
Sisi kerucut:
(6.85)
Dalam beberapa roda gigi, tinggi gigi semakin kecil dari ujung luar kc ujung dalam,
dan dalam beberapa roda gigi lain tinggi gigi tetap sama. Yang pertama disebut "gigi
tirus" dan yang terakhir disebut "gigi seragam". Gigi tirus lebih sering dipakai dari
pada gigi seragam.
Dalam hal gigi tirus, kepala gigi pinyon dibuat lebih tinggi dari pada kepala roda
gigi besar. Maka perubahan kepala yang diperlukan dapat dilakukan dengan koefisien
rnasing-masing sebagai berikut:
(6.86)
Karena itu, jika c,. ~ 0, 188 m adalah kelonggaran puncak, maka untuk pinyon:
H= 2m + c,. (6.89)
I
270 Bab 6. Roda Gigi
(6.92)
(6.93)
X1 = (d2/2) - hu s'.n 81 }
(6.95)
X2 =- (d,/2) - h,.2 Sill 82
Ji.lea sudut te.kanan adalah cx0, dan kelonggaran belakang dianggap nol, ma.lea tebal
gigi (tebal lingkar) adalah:
'·
s1 = (0,Sn + 2x1 tan cx0)m}
s2 = (0,Sn - 2x1 tan cx0)m (6.96)
Si+ .f2 = 1tm
Lebar sisi gigi b sebaiknya diambil tidak lebih dari 1 /3 sisi kerucut, atau kurang
dari 10 .kali modul pada ujung luar. Pada pasangan roda gigi kerucut hampir tidak
pemah dijumpai pema.kaian bantalan pada ke dua ujung poros pinyon maupun roda
gigi besar. Biasanya hanya salab satu saja yang mema.kai bantalan pada kedua ujung
poros, atau kedua-duanya mema.kai bantalan pada satu ujung saja. Dengan demikian
beban pada permu.kaan gigi tidak dapat dibuat merata .karena lenturan pada poros atau
gigi. Karena itu pemilihan lebar sisi perlu diusahakan sekecil mungkin.
Untuk menentu.kan lebar sisi, mula-mula dihitung kekuatannya terhadap beban
lentur. Beban lentur yang diizinkan dibagi dengan lebar sisi F,, (kg/mm}, untuk gigi
dengan penampang yang merupakan harga rata-rata dari penampang ujung luar dan
ujung dalam, adalah:
F: 1 = t101mK,,11/(K K,,K,J
0 }
(6.97}
Fb2 = a.2mK,,l2/(K0K,,K,J
di mana a611 dan a02 (kg/mm2) adalah tegangan lentur yang diizinkan, seperti diberikan
6.9 Roda Oigi Kerucut 271
Tabel 6.16 T egangao lentur yang dilriukan dan tegangan koutak yang diizinhn
(roda gigi kerucut).
~
O 10 U 20 25
Kec:epatan kcliling (m/s)
Gbr. 6.36 Faktor dlnamls roda gigi kerucut.
dalam Tabet 6.16. K,, adalah faktor dinam.is(Gambar 6.36) yang mirip dengan faktor
dinamis pada roda gigi lurus. J1 dan J2 adalah faktor geometri (Gambar 6.37), dan Ko
ialah faktor beban lebih (Tabet 6.17). K, merupakan faktor ulcuran, yang besamya
ditentukan sebagai K, = (t/m/2,24) untuk m ie; 1,5, dan K, = 0.5 untuk m < 1,5.
272 Bab 6. Roda Gigi
I I t,I Oil/
II '/ /1 1//
I
80 '/
,/ J I /1 /J I 70 II I
I
VJ VJ I I
11 II
60
I J ) 'III
I
j
I I I I VJ VJ
~ ~
I
10
I
I
. /, ~~
~
~ ~ ~
Krn adalah fa.kt or distribusi be ban yang harganya ditentulcan oleh letak bantalan terhadap
roda gigi {pada satu ujung atau ke dua ujung poros). Harga-harga K,. diberilcan dalam
Tabel 6.18.
Perhitungan beban permukaan F~ (kg/mm), juga didasarlcan pada ukuran pe-
nampang rata-rata gigi, dilakukan menurut rumus berikut:
, 2 d1 C,,·l
(6.98)
Fn = "ecJc
, o ·C ·C I III
di mana "e (kg/mm2) adalah tegangan kontak yang diizinlcan, seperti diberikan dalam
Tabel 6.16. Dalam hal ini, jika harga tegangan tersebut berbeda untuk pinyon dan
roda gigi besar, malca harus diambil harga yang terkecil.
CP (v'kg/mm) adalah koefisien elastis menurut Tabet 6.19; ·C, adalah faktor dinamis
(Oambar 6.36); C0 merupakan fa.ktor beban lebih (Tabel 6.17); C,. ialah fa.ktor distribusi
beban (Tabet 6.19); c., adalah faktor kondisi permukaan, yang besamya biasanya = I;
dan I adalah faktor geometri menurut Gambar 6.38.
Di antara harga-harga F;,, F;2, dan F;,, dipilih yang terkecil dan selanjutnya disebut
F:,,,n. Lehar gigi yang diperlukan dapat dihitung dari gaya tangensial F, (kg) = 102 P/v
dibagi dengan F:n10 (kg/mm). Jika lebar tersebut tidak lebih dari 1/3 sisi kerucut atau
kurang dari 10 kali modul ujung luar gigi, maka dapat ditetapkan sebagai harga yang
akan dipakai.
Tata cara perencanaan roda gigi kerucut, selanjutnya akan disajikan dalam Diagram
26 dan contoh di bawah ini.
[Contoh 6.3) Rencanakan roda gigi kerucut lurus di bawah ini. Daya yang akan
ditransmisikan 7,3 (kW), putaran pinyon 1000 (rpm), perbandingan putaran 1/3-1/2,1,
sudut poros 90°,jarak bagi diametral pada ujung luar 5, sudut tekanan 20°, sisi kerucut
130 (mm). Dahan pinyon: baja dengan pengerasan kulit ; bahan roda gigi besar: S45C.
[Penyelesaian]
02 = 90° - o, = 71,67 ( 0)
( START ) a
--..-
I I Daya yang akan ditransmisikan P
IS Faktor dinamis K.
(kW)
Putaran poros pcnggerak n1 (rpm) · Faktor geomctri 11, lz
Perbandingan reduksi i Faktor beban lebib K0
Sudut poros l: (0)
;
Faktor distribusi beban K.
Sisi kerucut R (mm) t:aktor ukuran K,
...
I
\ 2 Faktor koreksi f.
•
I 16 Bcban lentur yang diizinkan per
satuan lebar pada pcnampang rata-
3 Daya reneana P. (kW) rata F;., Fti (kg/mm)
b
\ S Modul m (mm)
Sudut tekanan 1Xo 1°) I Faktor distribusi beban c.
Faktor kondisi permukaan CI
6 Jumlah gigi z,, Zz
Perbandingan gigi i
• JI Bcban per mukaan yang diizinkan
7 Sudut kerucutjarak bagi 6,, 61 (0)
per satuan lebar pada pcnampang
Diameter lingkaranjarak bagi d1, d1 (mm)
.- rata-rata Fi, (kg/mm)
8 Kccepatan keliling 11 (m/s)
Oaya tangensial F, (kg) 19 Barga terkecil dari antara F:,, F,i,
• Fi,,F.1n (kg/mm)
\ 9 Kelonggaran puntak c, (mm)
Kclonggaran belakang Co (mm)
. I 20 Lebar sisi b (mm)
©
6.9 Roda Gigi Kerucut 275
Pada roda gigi kerucut juga terdapat gaya aksial. Perhitungan gaya ini dapat
dilihat dalam bab yang terdahulu tentang bantalan.
l:io)
Gbr. 6.39 Nama bagian-bagian roda gigi cacing.
(a) Diameter luar cacing (i) Tinggi kaki
(b) Diameter jarak bagi cacing (j) Jarak sumbu
(c) Diameter inti cacing (k) Diameter lingkaran kaki dari roda cac-
(d) Sudut kisar ing
(e) Jarak bagi (1) Diameterejarak bagi dari roda cacing
(f) Kisar (m) Diameter tenggorok roda cacing
(g) Tinggi gigi (n) Diameter luar roda cacing
(h) Tinggi kepala (o) Lehar roda cacing
(6.99)
,.__
6.10 Roda Gigi Cacing 277
di mana z2 adalahjumlah gigi pada roda cacing dan z, jumlah ulir cacing.
Antara cacing dan rodanya terjadi gesekan besar sehingga menimbulkan banyak
panas. ltulah sebabnya mengapa kapasitas transmisi roda gigi cacing sering dibatasi
oleh jumlah panas yang timbul. Dalam praktek, roda gigi cacing sering mempergunakan
cacing dari baja paduan dengan pengerasan kulit dan roda cacing dari perunggu.
Permukaan gigi harus difinis dengan baik, dan pelumasan harus sesuai serta dijaga
kelangsungannya. Konstruksi rumah dan poros serta pemasangannya harus kokoh
untuk menghindari lenturan dan pergeseran aksial poros cacing.
Tata cara perencanaan roda gigi cacing dapat diringkas dalam bentuk Diagram 27,
di mana sebagai contoh perhitungan diambil roda gigi cacing dari suatu derek kapstan.
Di bawah ini akan diberikan rumus dan persamaan roda gigi cacing.
Jika m; adalah modul normal, m, adalah modul aksial, dan y adalah sudut kisar,
maka
m, = m,Jcos y (6.100)
Rumus untuk menentukan harga taksiran kasar m, dari jarak sumbu poros a dan
jumlah gigi z2 adalah
2a - 12,7
mI ~--....,.....,~ (6.101)
Z2 + 6,28
Proporsi bagian-bagian roda gigi cacing adalah sebagai berikut. Untuk cacing,
= m,., h1 = l,157mn,
h11. c = 0,157 m,., H = 2,157m.,
(6.104)
du = da + 2h", dr1 = d, - 2h1
(6.105)
Jika sudut yang dibeotuk oleh lengkungan gigi roda cacing adalah (/,, maka lebar
roda cacing dapat dipilih di sekitar harga yang ditentukan menurut rumus berikut:
Jari-jari lengkuogan puncak gigi roda cacing ,, dan diameter luar roda cacing
d112 adalah
d,
r f =--h.
2 A
(6.108)
-'·
ST ART
. } a
. I
18 Beban permukaan gigi yang diizin·
kan F., (kg)
8 Diameter poros drum d01 (mm)
Diameter poros cacing d.z (mm) 19 Fm1n (kg)
., 1
• 20 'Beban statis gigi w.(kg)
1 I Beban tangensial F, (kg)
9 Jumlah ulir (Bigi) cacing z1
Jumlah gigi roda cacing Zz
Sudut ltisar y (0)
©
6.10 Roda Gigi Cacing 279
(6.109)
Tentang penentuan tegangan lentur yang diizinkan u,,. (kg/mm 2) dan faktor bentuk
Y dari roda cacing. Tabet 6.20 dan 6.21 dari Buckingham dapat dipergunakan sebagai
pedoman.
Tabel 6.20 Tegangan lentur yang dilzfnkan O'a., (k&"mm2).
Bahan roda gigi cacing Pembebanan satu arah Pembebanan dua arah
14,5° 0,100
20° 0,125
25° 0,150
30° 0,175
(6.110)
dan beban permukaan gigi yang diizinkan F" (kg) diberikan oleh persamaan
(6.111)
di mana ~ adalah faktor ketahanan terhadap keausan menurut Tabel 6.22, dan K.,
adalah faktor sudut kisar menurut Tabet 6.23. Harga terkecil di antara F.,, dan Fu
diambil sebagai Fmtn·
/
/
Sudut kisar K1
Tetapi dalam hal mesin khusus seperti derek kapstan, daya dikalikan hanya dengan
efisiensi roda cacing ,,._. sehingga
F, = 102PM'1wfV (6.112)
[Contoh 6.4) Sebuah derek kapstan mempunyai beban gulung 6000 (kg), kecepatan
gulung 4,8 (m/min), dan diameter druin 1300 (mm). Reduksi putaran pada tingkat per-
tama dilakukan oleh roda gigi miring ganda dengan efisiensi mekanis 95%, dan tingkat
kedua oleh roda gigi lurus dengan efisiensi mekanis 85%, Pada tingkat terakhir, terdapat
roda gigi cacing dengan efisiensi mekanis 57%. Jarak yang dikehendaki antara poros
cacing dari poros roda cacing adalah 800 (mm). Rencanakan pasangan roda gigi cacing
yang memenuhi persyaratan di atas.
[Penyelesaian]
51
d.z =
3
® J,JJ x 12,4 x 106 = 267 {mm)
6.10 Roda Gigi Cacing 281
=
102 x 15 x 0,57 = 10318 (k )
F.
' x 1368 x l, 18
1t g
60 x 1000
@ 10532 (kg) > 10318 (kg) > 6842 (kg), baik
@ z1 = 1, z2 = 40, m11 = 33,867 (DP = 0,75), y = 8 (0)
Cacing: SF50; bersatu dengan poros
Roda cacing: FC19
d1 = 243,345 (mm), d2 = 1368 (mm), b = 240 (mm), q, = 90 (0)
j
i = i1 x 12 x i3 = ~~ x ~ x ~ = 5,625
Rangkaian jenis ini mempunyai keuntungan dibandingkan dengan yang lain
karena bantalan-bantalannya terpasang dengan kokoh sehingga getaran lebib kecil.
Dengan demikian kerusakan akibat dari kelelahan dapat dihindari. Namun, rangkaian
semacam ini kurang ringkas dan memakan ruangan lebih besar dibandingkan dengan
yang berjenis planiter, lebih-lebih jika perbandingan reduksinya besar.
Jenis rangkaian roda gigi yang mempunyai poros berputar adalah roda gigi planiter.
Dalam Gambar 6.41 dan 6.42 diperlihatkan bagan rangkaian tersebut dengan 3 tipe
sebagai contoh. Tipe 2K-H mempunyai dua buah "roda gigi matahari", satu di tengab
berbentuk roda gigi luar A dan satu di luar berbentuk roda gigi dalam C. Sebuah "roda
gigi planit" B mengait pada kedua roda gigi matahari dan dihubungkan dengan poros
tengah oleh sebuah lengan atau pembawa H. Roda gigi matahari luar C diam (tidak
6.11 Rangkaian Roda Gigi 283
K
K K K
c c
c (a) c
C=O
I
-~ (c)----tA
B t--------ru (b) .c:
__£._
B
:
:
----, ---
~-1
~
A A -----· ---~ B
-(~A + 1) __ .,:
HcO H -1
(d) ~)
Gbr. 6.43 Cara menghltung perbandingan putaran pacla roda gigi planiter.
(a) Satu putaran
(b) B berputar ke arah yang sama dengan (C/8) putaran
C B
(c) A berputar ke arah yang berlawanan dengan (8 x A) putaran
(d) Pembawa ditetapkan lebih dahulu. Salah satu diputar satu kali. Ini
adalah cara memulai yang umum untuk semua kasus
(e) Tarik satu garis sejajar dari pangkal vektor roda gigi tetap ke HC, dan
jadikan garis ini sebagai ordinal yani baru. Vektor yang digambar
dengan garis putus-putus menyatakan Jumlah putaran dan arahnya
Karena A adalah poros input dan ff adalah poros output, sedangkan arahnya sama,
maka perbandingan putaran merupakan harga yang positip dan besamya sama dengan
perbandingan panjang masing-masing velctor tersebut. Jika arahnya berlawanan, maka
harga perbandingan putaran tersebut menjadi negatip.
Perbandingan putaran antara pores input A dan poros output H dengan roda gigi
C yang diam, dapat dinyatakan dengan lambang i~s, dan besamya dapat diperoleh dari
persamaan
-c
'AH -
_
+
(C/B)(B/A)
I
+ I_ (C/A)
- +
I (6.113)
Roda gigi planiter mempunyai keuntungan berupa perbandingan reduksi yang besar,
lebih ringkas dibandingkan dengan rangkaian roda gigi yang lain, dan sumbu poros
input yang segaris dengan sumbu poros outputnya. Tetapi sebaliknya, kadang-kadang
sangat sukar untuk memperoleh kaitan roda gigi yang baik serta pembebanan yang
merata pada permukaan gigi, karena ada bantalan yang dipasang pada pembawa
yang berputar. Hal ini menimbulkan getaran clan suara. Patut diperhatikan pula
bahwa eftsiensi roda gigi planiter dengan gabungan roda gigi dasar dapat menjadi
sangat reodah.
6.11 Rangkaian Roda Gigi 28S
Roda gigi ini merupakan suatu bentuk dari roda gigi planiter tipe K-H-V. (Gambar
6.44) Perbandingan reduksi rangkaian tersebut dapat dihitung sebagai berikut. Mula-
mula, gambarkan sebuah diagram vektor putaran dari roda gigi planiter tipe K-H-V,
seperti dalam Gambar 6.45. Pada garis tegak H = 0, tctapkan titik H, A, B, dan C, dan
tariklah garis mendatar sepanjang I (cm) dari C ke kanan. Selanjutnya tariklah garis
mendatar dengan panjang C/B (cm) dari B dalam arah yang sama. Jilca sebuah garis
tegak yang baru ditarik melalui ujung kanan dari vektor I (cm) tersebut di atas, maka
akan diketemukan bahwa B berputar ke kanan sebanyak (C/B) - 1 = (C - B)/B
putaran, untulc satu putaran H ke kiri.
Jika B dan C merupakan sepasang roda gigi involut luar dan involut dalam, C -
B = 3 adalah minimum, tidak perduli berapa besar perubahan kepala yang diberikan.
Jadi, untuk memperoleh perbandingan putaran yang besar, harus dipakai gabungan
antara roda gigi sildoida dan roda gigi jarum. Dengan gabungan ini dapat diperoleh
harga C - B = I. Antara C dan B tidak akan terjadi interferensi puncak gigi. Perbandi-
ngan kontak juga bagus, dan roda gigi B yang lengkungannya halos mempunyai ke-
Cao
C +I
a
I
I
I
---'-+t8.c- a -1
f\.
: i-·-~
I
-l
:--,.. Ordinal buu
------ ... •
I
kuatan yang cukup besar. Dengan demikian,momenyang cukup besar dapat ditransmisi-
kan asal diameter dan kekerasan jarum C diambil cukup baik. Karena eksentrisitasnya
sangat kecil, GD2 juga kecil. Namun, tanpa teknik yang tinggi, sukar untuk mempe-
roleh profit yang baik.
Untuk meneruskan putaran roda gigi planit ke poros output dapat dipergunakan
kopling Oldham atau kopling universal.
Dalam roda gigi reduksi biasa, dapat diperoleh perbandingan transmisi I /6 dengan
satu tingkat, tetapi pada cara reduksi ini, perbandingan reduksi yang dapat dicapai
antara 1/11 sampai 1/87.Selain itu dapat pula dibuat susunan sampai 6 tingkat, sedang-
kan pada roda gigi reduksi biasa, umumnya hanya sampai 3 tingkat.
Putaran standar untuk satu tingkat adalah 1500 (rpm) jika daya motor adalah 11
(kW), antara 1500-1000(rpm) jika daya antara 15-22 (kW), dan 1000 (rpm) jika daya
lebih dari 30 (kW). Daya yang termasuk besar untuk transmisi ini adalah S0-75 (kW).
Dalam hal reduksi dua tingkat, momen nominal untuk pemakaian universil yang
standar adalah antara 1,5 sampai 5000(kg·m), Reduksi tiga sampai enam tingkat
khusus direncanakan untuk putaran ultra rendah, lebih reodah dari pada yang tersebut
di atas.
287
Untuk memasang mesin, berbagai bagian harus disambung atau diikat untuk
menghindari gerakan terhadap sesamanya. Baut, pena, pasak, dan paku keling banyak
dipakai untuk maksud ini. Ada pula cara menyambung dengan pengelasan, pasan kerut
atau pres dan peralihan, dll.
Tentang pasak telah dibahas bersama-sama dengan poros. Dalam bab ini akan
diuraikan hal ulir yang dipakai sebagai pengikat. Adapun jenis ulir yang dipergunakan
sebagai penggerak atau pengubah gaya seperti pada dongkrak, tidak akan dibahas
secara khusus di sini.
Selanjutnya, dalam bab ini juga akan diberikan uraian tentang pegas. Adapun
fungsi pegas adalah memberikan gaya, melunakkan tumbukan dengan memanfaatkan
sifat elastis bahannya, menyerap dan menyimpan enersi dalam waktu singkat dan
mengeluarkannya lagi dalam jangka waktu yang lebih panjang, serta mengurangi
getaran.
Di antara berbagai bentuk pegas, di sini akan dibahas pegas ulir yang paling banyak
dipakai.
Ulir disebut tunggal atau satu jalan bila hanya ada satu jalur yang melilit silinder,
dan disebut dua atau tiga jalan bila ada dua atau-tiga jalur (Gambar 7.3). Jarak antara
puncak-puncak yang berbeda satu putaran dari satu jalur, disebut "kisar", Jadi, kisar
pada ulir tunggal adalah sama dengan jarak baginya, sedangkan untuk ulir ganda dan
tripel, besamya kisar berturut-turut sama dengan dua kali dan tiga kali jarak baginya.
Ulir juga dapat berupa ulir kanan dan ulir kiri, di mana ulir kanan akan bergerak
maju bila diputar searah jarum jam, dan ulir kiri akan maju bila diputar berlawanan
denganjarumjam, seperti diperlihatkan dalam Gambar 7.4. Umumnya ulir kanan lebih
banyak dipakai.
Penggolongan ulir menurutjenis, kelas, bahan, dan fungsinya, akan diuraikan seperti
di bawah ini.
p
Jaralt bagi • ltisar Kisar Kisar
(a) Ulir tunggal (b) U!ir ganda (c) Ulir 1ripel
Isatu jalan) [dua jalan) (liga jalan)
Ulir dalam
H = 0,866025P,dl = d - 0,64951P,D = d
Ha = 0,541266P, da = d - l ,082532P, D2 = d2, Da = d1
Garis tebal menyatakan profil patokan dari ulir
Ulir luar
Ulir Metris
(Satuan: mm)
Ulirdalam
Tabel 7.1 (b) Ukuran standar ullr kasar metris (JIS B 0205).
Ulir dalam
Ulir
Diameter Diameter Diameter
Jarak Tinggi luar D efektif D2 dalam D1
bagi kaitan
p ii. Ulir luar
1 2 3
Diameter Diameter Diameter
luar d efektif d2 inti d1
Catatan: (I) Kolom I merupakan pilihan utama. Kolom 2 atau ltolom 3 hanya dipilib jllta terpaksa.
7.1 Hal Umum Tentang Ulir 191
Ulir dalam
,,_ lS,4
d• (ti)" lS,4
"
H • ~WOlS >< 25,4 da • (d- 0.64:511') ,c 25,4 Da•da
n
:tt• : ..; ..;
Ulir luar j I H, • 0,5-61266 >< 25,4 d, -(d- 1,08:532)" lS,4
Ulir UNC "
Garis tebal menyatakan proftl patokan dari ulir
Ulir dalan
Catamn: (2) Kolom 1 merupakan pilihan utama. Kolom 2 hanya dipilih jika terpaksa.
/
2,S I
::3 ~j
Ulir kasar metris
Gbr. 7.5
Ulir lembut mctris
Perbamtingan antara ullr kasar dan ullr lembut.
~--;)
Penggolonganulir menurut kekuatannya distandarkan dalam JIS seperti diperlihat-
kan dalam Tabet 7.3. Arti dari bilangan kekuatan untuk baut dalam tabel tersebut
adalah sebagai berikut: Angka di sebelah kiri tanda titik adalah 1/10 harga minimum
kekuatan tarik a8 (kg/mm2), dan di sebelahkanan titik adalah 1/10(t1r/t18). Untuk mur,
bilangan yang bersangkutan menyatakan 1/10 tegangan beban jaminan.
7.1 Hal Umum Tentang Ulir 293
Bilangan kekuatan 3,6 4,6 4,8 5,6 5,8 6,6 6,8 6,9 8,8 10,9 12,9 14,9
Bilangan kekuatan 4 5 6 8 10 12 14
Mur
(IlS B 1052) Tegangan beban yang di-
40 50 60 80 100 120 140
jamin (kg/mm2)
(c) Baut mata atau baut kait, dipasang pada badan mesin sebagai kaitan
untuk alat pengangkat.
{d) Baut T, untuk mengikat benda kerja atau alat pada meja atau dasar
yang mempunyai alur T, sehinggaletaknya dapat diatur.
(e) Baut kereta, banyak dipakai pada badan kendaraan. Bagian persegi di
bawah kepala dimasukkan ke dalam lubang persegi yang pas sehingga baut
tidak ikut berputar pada waktu mur diketatkan atau dilepaskan. ·
(f) Di samping baut khusus yang telah disebut di atas, masih banyak jenis
yang lain. Tetapi di sini tidak akan dikemukakan semuanya.
2 3
(a) Bentuk kepala
(b] Dalam keadaan terpasang
4 5 6 7 8
(e) Bentuk ujung
-'----------·· -- ·- --rdi Mur mahkota cmur beralar] (cl Mur kuping (murkupu-kupuj
Gbr. 7.10 Macam-macam mur.
296 Bab 7. Ulir Dan Pegas
Uotuk meoentukan ukuran baut dao mur, berhagai faktor harus diperhatikan
seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan bahan, kelas ketelitian,
dll.
Ada pun gaya-gaya yang bekerja pada baut dapat berupa:
i) Behan statis aksial murni.
ii) Behan aksial, bersama dengan beban puntir.
ill) Behan geser.
iv) Beban tumbukan aksial.
Pertama-tama akan ditinjau kasus dengan pembebanan aksial murni. Dalam hat
ini, persamaan yang berlaku adalah
w w (7.1)
a, = A= (n/4)d~
di mana W (kg) adalah beban tarik aksial pada baut, a, adalah tegangan tarik yang
terjadi di bagian yang berulir pada diameter inti d1 (mm). Pada sekrup atau baut yang '
mempunyai diameter luar d ~ 3 (mm), umumnya besar diameter inti d1 ~ 0,8 d,
sehingga (dif d)" ~ 0,64. Jika <10 (kg/mm") adalah tegangan yang diizinkan, maka
w
a, = (1t/4)(0,8d)2 ~ a. (7.2)
d ':2:
-
J 4w
na0 x 0,64
atau d {2w
-'VU.
';2: (7.3)
Barga a0 tergantung pada macam bahan, yaitu SS, SC, atau SF. Jika difinis tinggi,
faktor keamanan dapat diambil sebesar 6-8, danjika difinis biasa, besarnya antara 8-10.
7.2 Pemilihan Baut Dan M.ur 291
Untuk baja liat yang mernpunyai kadar karbon 0,2-0,3(%), tegangan yang diizinkan
<10 umumnya adalah sebesar 6 (kg/mrn2) jika difinis tinggi, dan 4.,8 (kg/mm2) jika di finis
biasa.
Dalarn hal mur, jika tinggi profil yang bekerja rnenahan gaya adalah h (mm),
seperti dalarn Garnbar 7.12, jurnlah lilitan ulir adalah z, diameter efektif ulir luar d2,
dan gaya rarik pada baut W (kg), maka besarnya tekanan kontak pada permukaan
ulir q (kg/mm2) adalah
(7.4)
~~--11,
µ.Lj.+---dl
di mana q adalah tekanan komak yang diizinkan, dan besarnya tergantung pada kelas
0
ketelitian dan kekcrasan permukaan ulir seperti diberikan dalam Tabel 7.4. Jika persya-
ratan dalarn persarnaan (7.4) tcrsebut dipenuhi, maka ulir tidak akan rnenjadi lurnur
arau dot. Ulir yang baik mcmpunyai harga h paling sedikit 75(%) dari kedalaman ulir
penuh ; ulir biasa, mempunyai I, sekitar 50(%) dari kcdalaman penuhnya.
Jumlah ulir z dan tinggi mur H (mm) dapat dihitung dari persamaan
z ~ W/(nd2hq0) (7.5)
fl = zp, p = jarak bagi (7.6)
Meuurut standar: H = (0,8-1,0)d (7.1)
Dalam Garnbar 7.13 diperlihatkan bahwa gaya W juga akao menimbulkan tegangan
geser pada luas bidang silindcr (rrd1 ·k·p·z) di rnana k·p adalah tebal akar ulir luar.
Bcsar tegangan geser ini, r, (kg/mm2) adalah
-rb ---
w (7.8)
- 1rd1kpz
Jika tebal akar ulir pada mur dinyatakan dcnganj·p, maka tegangan gesernya adalah
T =--
w (7.9)
n nDjpz
Untuk ulir rneiris dapat diambil k ~ 0,84 dan j ~ 0,75. Uotuk pembebanan pada
seluruh ulir yang dianggap mcrata, -rb clan T,. harus lebih kecil dad pada harga yang
diizinkan ro.
298 Bab 7. Ulir Dan Pcgas
If)
Bila beban yang bekerja pada baut merupakan_.gabungan antara gaya tarik aksial
dan momen puntir, maka sangat perlu untuk menentukan cara mernperhitungkan
pengaruh puntiran tersebut. Jika gaya aksial dinyatakan dengan W {kg), maka harus
ditambahkan W/3 pada gaya aksial tersebut sebagai pengaruh tambahan dari rnomen
puntir. Cara ini merupakan perhitungan kasar, dan dipakai bila perhitungan yang lebih
teliti dianggap tidak diperlukan.
7.2 Pernilihan Baul Dan Mur 299
Bila terdapat gaya gescr murni W (kg), tegangan gcser yang tcrjadi masih dapat
diterirna selarna tidak rnelebihi harga yang diizinkan, Jadi ( W/(rr/4)d2) ~ 1' untuk satu
0,
penampang yang mendapat beban geser. Seperti telah diuraikan di muka, tcgangan
geser yang diizinkan diarnbil sebesar 1'0 = (0,5 - 0,75)u4, di mana (14 adalah tegangan
tarik yang diizinkan. Perlu diperhatikan bahwa bcban gcscr harus ditahan oleh bagian
badan baut yang tidak berulir, schingga gaya geser yang ada dibagi oleh luas penarnpang
yang berdiameter d.
Baul yang mendapat beban turnbukan dapat putus karena adanya konsentrasi
tcgangan pada bagian akar profil uli'r. Dengan dernikian diameter inti baut harus diambil
cukup besar untuk mempcrtinggi faktor kearnanannya. Baut khusus untuk mcnaban
tumbukan biasanya dibuat panjang, dan bagian yang tidak berulir dibuat dengan.
diameter lebih kecil dari pada diameter intinya, atau diberi Jubang pada sumbunya
sepanjang bagian yang tak berulir, seperti dalam Garnbar 7.14.
~~ ctJ:i
I Gbr. 7.14 Baut untuk beban tumbukan.
(7.10)
di mana q adalah tekanan perrnukaan yang diizinkan seperti dalam Tabel 7.4.
30
Baut atau rnur dapat mcnjadi kendor atau lepas karena getaran. Untuk mengatasi
hal ini perlu dipakai penjamin. Di bawah ini diberikan beberapa comoh yang umum
dipakai.
I) Cincin pcnjarnin (Garnbar 7.15) yang dapat berbentuk cincin pegas, cincin
bergigi luar, cincin cekarn, dan cincin berlidah.
2) Mur penjarnin (Gambar 7.16) yang mcnggunakan dua buah mur, yang bentuk-
nya dapat berrnacam-macam. Dalarn hat Gambar 7.16(a), mur A akan mencegah
mur B menjadi kendor.
3) Pena penjamin, sekrup mesin, atau sekrup pcnctap (Gambar 7.17).
4) Macarn-rnacam penjamin lain (Gambar 7.18) sepcrti dengan cincin nilon yang
disisipkan pada ujung mur untuk rnemperbesar gcsekan dengan baut; rnenipis-
kan dan mernbelah ujung mur yang bcrfungsi sebagai penjepit baut, dll.
300 Bab 7. Ulir Dan Pegas
(a) (b)
t @
"
(5)
(4)
Cincin nilon
Di bawah ini akan diberikan cara merencanakan ulir dan mur sedcrhana dengan
menggunakan contoh dan diagram (Diagram 28).
[Conteh 7.1] Rencanakan ulir dan mur untuk scbuah kait dengan beban 5 (ton)
seperti dalarn Gamber 7.19. Kait dan mur kedua-duanya dibuat dari baja liat dengan
kadar karbon 0,22(%).
IV
•
[Penyelcsaian]
CD w O = sooo (kg)
e fc = 1,2
® W = 1,2 x 5000 = 6000 (kg)
@} Bahan baut: baja liat dengan 0,22 (%)C
a8 = 42 (kg/mm.2), Sf= 7, a0 = 6 (kg/mm2), r = 0,5
J
0 x 6 = 3 (kg/mm2)
6000
@ d 1- ~
4 x
n:x6
= 35' 8 (mm)
® Dipilih ulir metris kasar
d, = 37, 129 (mm).> 35,8 (mm), d = 42 (mm), p = 4,5 (mm)
(!) Bahan mur: baja liat deogan 0,22 (%)C
a8 = 42 (kg/mm2), t = 0,5 x 6 = 3 (kg/mm2),
0 = 3 (kg/mm2) s,
<ID D = 42 (mm), D2 = 39,077 (mm), H1 = 2,436 (mm)
6000
® z ~ 1t x 39,077 x 2,436 x 3 = 6•69 -+ 7
© H ~ 7 x 4,5 = 31,5 (mm), H ~ (0,8 - l,O)d = 35,6-+ 42 (mm)
H = 42 (mm) akan dipakai
@ z' = 42/4,5 = 9,33
6000 2
® "b = 3,14 x 37,129 x 0,84 x 4,5 x 9,33 = 1•46 (kg/mm)
6000 ~
T" 3,14 x 42 x 0,75 x 4,5 x 9,33 = 1•44 (kgjmm")
=
@ Harga di atas dapat diterima karena masing-masiog lebih rendah dari 3,0 (kg/mm2).
® Bab an baut dan rnur: baja liat dengan 0,22 ( %)C:
Baut: M42. Mur: M42; tinggi mur = 42 (mm)
302 Bab 7. Ulir Dan Pegas
28. Dlagram aliran untuk merencanakan baut dan mur kait
( START )
•
I I Beban W (kg)
I
\ 2 Faktor korcksi !.
I
3 Beban rencana W, (kg)
.I 14 Bahun baut
' Buban mur
I
4 Bahun baut: kekuatan tarik OB
I Diameter nominal ulir
(kgjmm2) Tinggi mur
Faktor kearnanan S1
Tcgaogan geser yang diizinkan t.
(kg/mm.:_) . I STOP
•
S Diameter inti yang diperlukan di
(mm) END
'
6 Pernilihan:ulir standar
Diameter luar d (mm)
Diameter inti d, (mm)
Jarnk bagi p (mm)
I
I
7 Bahan mur
Kekuatan tarik 08 (kg/mm2)
Tcgangan geser yang_ diizinkan t.
(kg/mm1)
Tekanan permukaan yang diizinknn
q. (kg/mm1)
•
8 Diameter luar ulir dalam D (mm)
Diameter cfcktifulir dalam D2 (mm)
Tinggi kaitan gigi dalam H1 (mm)
•
9 Jurnlah ulir mur yang dipcrlukun ;:
I
'
IO Tinggi mur H (mm)
I
b 0
7.2 Pemilihan Baut Dan Mur 303
29. Diagram allran untuk merencanakan baut dan mur dengan beman berulang
ST ART a
2 Bohan baut
Golongan bahan 16 Amplitudo tcgangan "- (kg/mm2)
Kekuatan rarik a. (kg/mm2)
Batas mulur or (kg/mm2)
Modulus elastisitas E (lcg/mm2) 17 Cara bernbuatan ulir baut
a
304 Bab 7. Ulir Dan Pegas
Dalam praktek, pengetahuan tentang tata cara perhitungan ulir yang dikenai beban
dina.mis atau beban berulang adalah sangat penting. Sebagai contoh pada kasus ini
adalah baut yang dipakai untuk menjepit kepala silinder motor bakar torak di mana
tekanan di dalam sllinder selalu berubah-ubah antara harga nol dan maksimumnya.
Di bawah ini akan diuraikan tata cara perencanaan yang paling baru.
Misalkan dua buah plat seperti dalam Gambar 7.20 dijepit oleh sebuah baut dengan
gaya awal P0 (kg}. Karena gaya tersebut, baut akan mengalarni perpanjangan sebesar
,lb (mm) dan plat akan mengalami pengurangan pada tebalnya sebesar J,. (mm) karena
elastisitas, Perpanjangan dan penipisan tersebut berbanding lurus dengan gaY,a jepit
yang bekerja. Jika konstanra pegas dari baut dan pelat berturut-turut dinyatakan
dengan C,, (kg/mm) dan CP (kg/mm), rnaka gaya jepit awal dapat dinyatakan sebagai
(7.11)
Gbr. 7.20 Dua buah plat dijepit dengan baut dan mur.
Persarnaan tersebut dapat digambarkan seperti dalarn Garnbar 7.2l(a). Jika ~OPP'
digeser kc kanan dan ~OSS' digeser ke kiri hingga PP' dan SS' berimpit, akan diperoleh
Gambar 7.2l(b). Besarnya konstanta pcgas dari baut dan pelat juga dapat dinyatakan
sebagai tangen sudut ex dan p sebagai berikut:
Jika E,, (kg/mm2) menyatakan modulus elastisitas baut, I (mm) panjang ekivalen baut,
A1c (mm2) diameter inti baut, IP (mm) tebal plat, dao H (mm) tinggi mur, maka
(7. l3)
Untuk baut dengan bagian yang tak berulir sepanjang /1 dao yang berulir /2 seperti
dalam Garnbar 7.22, maka ·
1 1(/1
Cb= Eb A4 + Ak
'1) (7.15)
Konstanta pegas dari plat, sangat sukar dihitung karena luasnya, kecuali untuk
bentuk-bentuk tertentu. Dalarn hal ini, beberapa rumus telah diajukan untuk menaksir
7.3 Ulir Dengan Beban Berulang 305
(Ayajepit
~=
p s
I:
Po ',.
Gbr. 7.21 Gaya jeplt serta perpanjangaii pada -- ~-
baut dan pacla plat ataa
J P': '------9'
(a)
bagiaa yang kat.
.,.1 .... s·
0 :
I- "· -..!----
I
A,,-----i I
--r- l'erpanjaDpD MUI
Pcnipiwl (perpcndckaa)plat ,
S.P
(b)
luas bagian plat yang terpengaruh oleh jepitan baut. Di sini hanya akan dipakai rumus
Fritsche sbb.:
(7.17)
di mana
B: adalah jarak antara dua sisi segi enam yang sejajar (dari mur atau kepala
baut, (mm)
D: adalah diameter lubang baut, (mm)
k: konstanta bahan yang besarnya antara 1/3-1/5
Dengan demikian maka konstanta pegas dari plat dapat ditulis sebagai
Cr -": A E E ·-
I'p = ::t
:.:!::£
Ip 4
1t[( B + /)
k :I.
2
2 - D2 ] (7.18)
Jika kemudian ada gaya luar yang mencoba sating memisahkan kedua plat tersebut
dalam arah sumbu baut, maka gaya aksial pada baut akan bertambab sehingga lebih
besar dari P0• Misalkan gaya pemisah tersebut besamya P (kg) dan bekerja pada bagian
peoampang pelat seperti dalam Gambar 7 .23. Maka bagian yang diarsir dengan garis
mendatar, yaitu luas (I - n)I,,, akan mengalami peoambahan kompresi, sedangkan
nt,
_l
Gbr. 7.23 Pengarab titik kerja pya luar.
p
306 Bab 7. Ulir Dan Pegas
bagian penampang yang diarsir dengan garis tegak, yaitu luas nip, akan mengalami
pengurangan kompresi. Akibatnya ialah bahwa plat akan cenderung untuk kembali
kepada tebal semula. Harga n pada umumnya diambil sebesar 1, 3/4, atau 1/2.
Misalkao dari gaya luar P, bagian P,, mengakibatkan perpanjangan baut sebesar
A,,1 dan penipisan plat sebesar Apa·· Misalkan pula bahwa modulus elastisitas baut E,,
sama dengan modulus elastitisas plat E,. Maka
(7.19)
Penipisan bagian plat yang tebalnya nip akan berkurang ekivalen deogan A. Pe-
ngurangan kompresi pada bidang kontak antara kedua plat adalah
(7.20)
P,, C,,
tan Y = T=1+ (C,,/C,)(l - n) < c,, = tan ex :. "I < ex
P,, C,,
tana=-=.....i;,>C
). n , =tanP
Gaya luar P = P, + P,, digambarkan dengan garis tegak yang kedua ujungnya berada
di garis titi-titik. Sekarang, jika digunakan notasi
(7.21)
Gay a
Perpanjangan; penipisan
maka
(7.22)
Perbandingan antara gaya jepit awal P0 dan P, disebut faktor pelepasan L. yang
dapat ditulis sebagai
(7.23)
Dalam Tabel 7 .5 diberikan harga-harga L tersebut. Notasi I OK, I 2K, 6G, dan 8G dalam
tabel tersebut berhubungan dengan sistim pembagian kekuatan ulir atau kekuatan bahan
menurut standar DIN. Sifat-sifat mekanisnya diberilcandalam Tabel 7.6.
Setiap distribusi gaya jepit harus dikoreksi dengan menggunakan faktor pengetatan
a dari Tabel 7. 7 sebagai berikut:
Penambahan gaya jepit PT karena adanya kenaikan temperatur pada waktu operasi,
dapat ditambahkan. Dengan demikian maka gaya jepit maksimum adalah
Dengan mempergunakan harga batas mulur "r (kg/mm3) dalam Tabel 7.6, perlu
diperiksa apakah Pma• memenuhi persamaan berikut:
(7.26)
1 P,. cJ> P
(1 ---=-·-
- -2A1: 2 A1:
(7.27)
Besarnya amplitudo ini tidak boleh melebihi batas kelelahan ulir luar menurut Tabel
7.8.
Tekanan dudukan kepala baut atau mur dapat dihitung dengan rumus
(7.28)
Dalam bal ini perlu diperiksa apakab harga tersebut tidak melebihi harga yang ada
dalam Tabel 7.9.
Jika diberikan beban dinamis dan statis aksial, beban statis dan dinamis radial
atau lintang, atau gaya jepit awal, maka untuk menaksir diameter nominal baut yang
sesuai (sebagai taksiran pertama), dapat dipergunakan Tabet 7.10.
[Contoh 7.2) Rencanakan sebuah baut dan mur untuk beban luar berulang yang
bervariasi antara O sampai 1500 (kg). Tebal benda yang akan dijepit adalah 60 (mm)
dan terbuat dari baja SS. Pengetatan mur akan dilakukan dengan tangan.
,, J
308 Bab 7. Ulir Dan Peps
I
Tarikan
I 3 5 ~ 3.S
- i.s ~ ._
Baut pendek 2 2 l,S
~ 2 ~
3 2 3 3 4 2,S
~ ~
4 4
Baul sedans 5 r.s 1,3 2 1,4 - 1,6 ~ 2,0 1,6
6 2,S
~
7 4 1,2
Baut B 1,4 1,3 l,6 1,3 2 1,4 1,6
panjang 9 3
10
Beban dinamis
Tarikan
Pennukaan kon-
tak kasar
;S 3 plat
Catalan: Daerah yang diarsir memerlukan cara khusus untuk mencegah pelepasan
7.3 Ulir Dengan Beban Berulang 309
Perpanjangan
(min.)%
30 25 - 14 22 10 18 8 12 12 8 8
Percobaan
Kekerasan Brinell
98-
98-160
us- 14S-20S 17S-235
23S- 293- 350-
kekerasan 120 160 293 350 405
1,25 Kunci
Tabel 7 .8 Batas kelelabau ullr luar yang dlkomblnaslkan dengan mur yang
dipres.
Ulir dirol 6G 6 s 4
Ulir dirol 6G, 80 6 s 4
Ulir dibubut/dipotong
di temper
IOK, 12K 7 6 s
Ulir dirol 25 6G 13 12 11
Ulir dirol setelah 60, 80 13 12 11
25
ditemper lOK, 12K IS 14 13
Ulir dirol 70 6G 10 9 8
Ulir dirol setelah 60, 80 10 9 8
70
di temper IOK, 12K 11 10 9
[Penyelesaian]
~~r-
Konstanta pegas benda yang dijepit CP
c, =
2•1
:0
la4·i[(19 + 132] = 11,75 x 104(kg/mm)
3 3,22
® cz, = 4. 3,22 + 11,75 = 0•161
® 16/d = 60/12 = S, 8G. Untuk permukaan kasar L = 1,6
@ a = 1,4, L = 1,6
@ P0 = 1,4 x 1,6(1 - 0,161) x 1500 = 2819 (kg)
@ Pm,..,.= 2819 + 0,161 X 1500 = 3061 (kg)
® arA, = 64 x 80,2 = 5133 (kg)
@ 5133 > 3061 (kg), baik
CZ, P 0,161 1500
@ a,,,,,= 2·A,= -2- x 80,2 = l,5(kg/mm2)
@ Ulir yang dirol, 8G, Ml0-16
@) Batas kelelahan a1 = S (kg/mm2),
@ 1,5 (kg/mm2) < 5 (kg/mm2), baik
@ Diambil: M12
® B = 19(mm)
3061
@ p. = (,r/4)(192 _ 132) = 20,3 (kg/mm )
2
Pegas dapat digolongkan atas dasar jenis beban yang dapat diterimanya seperti
diperlihatkan dalam Gambar 7.25 sebagai berikut:
(a) Pegas tekan atau kompresi.
(b) Pegas tarik,
(c) Pegas puntir.
Menurut coraknya dapat dibedakan antara:
(a, b, c) Pegas ulir.
(d) Pegas volut.
(e) Pegas daun.
(f) Pegas piring.
(g) Pegas cincin.
312 Bab 7. Ulir Dan Pegas
rr·
Ii.. ..
(d) (e)
(r)
(g) (h)
Pegas dapat dibuat dari berjenis-jenisbahan seperti diberikan dalam Tabel 7.11
menurut pemakaiannya. Bahan baja dengan penampang lingkaran adalah yang paling
banyak dipakai. Di sini akan dikemukakan S macam.baja dan beberapa jenis logam
bukan besi.
Pegas 'untuk pemakaian umum dengan diameter· kawat sampai 9,2 (mm) biasanya
dibuat dari kawat tarik keras yang dibentuk dingin, atau kawat yang ditemper dengan
minyak. Untuk diameter kawat yang lebih besar dari 9,2 (mm) dibuat dari batang rol
yang dibentuk panas. Pada pegas yang terbuat dari kawat tarik keras, tidak dilakukan
perlakuan panas setelah dibentuk menjadi pegas.
Di antara kawat tarik keras yang bermutu paling tinggi adalah kawat untuk alat
musik atau kawat piano (SWP). Kawat baja keras {SW) dengan mutu lebih rendah
dari pada kawat musik dipakai untuk tegangan rendah atau beban statis. Harganya
jauh lebih rendah dari pada kawat musik. Harga-harga modulus geser bahan ini di-
berikan dalam Tabel 7.12.
7.4 Hal Umurn Tetang Pegas 313
Pemakaian Bahan
Barga G
Dahan Lambang
(kglmm1)
Kawat yang ditemper dalam minyak diberikan perlakuan panas pada waktu proses
pembuatan kawat berlangsung untuk memperoleh sifat fisik yang ditentukan; atau
digulung dalam keadaan lunak lalu diberi perlakuan panas. Pegas dari bahan macam
ini agak mahal harganya.
Baja yang paling umum dipakai untuk pegas yang dibentuk panas adalah baja
pegas (SUP). Karena pembentukannya dilakukan pada temperatur tinggi, maka perlu
diberi perlakuan panas setelah dibentuk.
Baja tahan karat (SUS) dipakai untuk keadaan lingkungan yang korosiv. Terdapat
dalam ukuran diameter kecil dan harganya sangat mahal.
Perunggu fosfor (PBW) merupakan bahan yang anti magnit dan mempunyai daya
konduksi listrik yang baik.
lnconel dipakai untuk keadaan temperatur tinggi dan korosiv. Harganya beberapa
kali lipat harga baja tahan karat. Harga modulus gesernya juga diberikan dalam tabel.
314 Bab 7. Ulir Dan Peps
ST ART
S Bahan peps
Tepnpn pser maks. yang diizin-
kan ,. (kg/mm.1)
Modulus geser G (kg/mm1)
Tegangan rencana t., (kg/mm1)
STOP
11 Behan awal terpasang W0 (kg)
l..endutan crcktip h (mm)
Tinggi pada lendutan maks. H1 END
(mm)
a
1.S Perencannan Pegas Ulir 315
T = (D/2)W1 (7.29)
Jika diameter kawat adalah d (mm), maka besarnya momen tahanan puntir kawat
adalah Z11 = (1t/16)d3, dan tegangan gesemya -r (kg/mm2) dapat dihitung dari
T 16 DW1
T=-=::;JX-
z, nd 2
. 8DW1
.. T=-r (7.30)
Tegangan maksimum yang terjadi di permukaan dalam lilitan pegas ulir adalah:
(7.31)
1t-rd3
w. =m (7.32)
Jika -r dalam persamaan (7.31) diganti dengan -r.,, diameter kawat dan diameter lilitan
rata-rata dapat ditentukan. Diameter kawat d (mm) dapat dipilih dari Tabet 7 .13. Faktor
316 Bab 7. Ulir Dan Pegas
Tabel 7 .13 Diameter standar dari kawat baja keras clan kawat musik, (mm)
K disebut faktor. tegangan dari Wahl, yang merupakan fungsi indeks pegas c = D/d
menurut persamaan
(7.33)
atau dapat dicari dengan Gambar 7.26. Pada pegas ulir, harga D/d terletak antara 4
sampai 10.
1,7
1,6
l,J \
lo( 1,4
\
!c 1,3
I".
.......
I
-
<,
.
,9
1.2
1,1
r- r-- Gllr. 7.26 Faktor tegaagan dari Wahl.
-=
i.. 1.0
3 4 S 6 1 8 9 10 II 12 13
lndeks pegas (c.- .. D/d)
r--~i---t-11-1 .......
~--t-t-,t-t-~-t-~-t-~-t-~-t--~+---1d ....
318 Bab 7. Ulir Dan Pegas
{> _ 8nD3W1
(7.34)
- d4G
Gd4
k = 8nD3 (7.35)
Pegas yang mendapat beban dengan getaran besar, sering patah karena ada cacat
atau takik sedikit pada permu.kaannya. Untuk mempertinggi ketahanannya terhadap
kelelahan, permukaan .kawat dapat diberi perlakuan dengan metoda "shot peening"
di mana kawat dihujani dengan temba.kan bola-bola kecil dari baja dengan kecepatan
tinggi. Pegas-pegas untuk roda otomobil dan .katup motor bakar torak juga diberi
perlakuan demikian.
», = aJk·g
W
=a~@.
MD \}y
1
(7.36)
di mana
a: Konstanta yang besamya = 1/2 jika kedua ujung pegas tetap atau bebas,
dan = 1 /4 ji.ka satu ujung bebas dan ujung yang lain tetap.
d: Diameter .kawat (mm).
D: Diameter lilitan rata-rata (mm).
n: Jumlah lilitan yang aktif.
G: Modulus geser; untuk baja = 8000 (kg/mm2).
y: Berat jenis pegas; untuk baja = 7,85 x 10-6 (kg/mm3)
Dalam hat pegas katup, W, harus diambil cukup besar sehingga batang .katup tidak
sampai terlepas dari kamnya pada putaran tinggi.
Di bawah ini akan diurailcan hal pegas .kawat musik dan kawat baja biasa yang
bebas atau tetap pada ke dua ujungnya. Dalam hal demikian dapat diambil a=
1/2,
G = 8400 (kg/mm2) untuk kawat musik dan 8000 (kg/mm2) untuk kawat baja biasa,
dan y = 7,85 x 10-6 (kg/mm3). Maka frekwensi pribadi pegas, dalam jumlah getaran
per menit adalah
Selanjutnya
Karena
Jika Ii W (kg) adalah pertambahan beban pegas karena katup diangkat maksimum
setinggi h (mm), dan jika lit (kg/mm2) adalah pertambahan tegangan gesemya, maka
G = 8000 (kg/mm2)
N)K
lit = 8360 (7.44)
Jadi, untuk tegangan geser yang diizinkan -c., maka pertambahan yang diperbolehkan
pada tegangan geser 11-r.. adalah
{7.46)
Pada motor berputaran tinggi, biasanya diperlukan dua atau tiga pegas ulir yang
dipasang secara konsentris untuk masing-masingkatup, karena satu pegas tidak cukup.
Jika panjang pegas dinyatakan dengan Hr {mm), panjang terpasang dinyatakan
dengan H. {mm), beban awal terpasang dinyatakan dengan W0 {kg), dan lendutan
320 Bab 7. Ulir Dan Pegas
(7.47)
Jika h (mm) adalah lendutan efektif (lendutan pada pembukaan katup maksimum),
W1 (kg) adalah beban pada lendutan maksimum, dan H, (mm) adalah tinggi pegas
pada lendutan maksimum, maka
Jika pegas dimampatkan hingga menjadi padat, maka panjang padat pegas He, untuk
jumlah lilitan mati (untuk dudukan) pada ujung-ujungnya sebanyak 1 atau 1,5 lilitan,
adalah
Jika jumlah lilitan mati adalah 1, maka kelonggaran kawat C, (mm) untuk keadaan
awal terpasang, dan C1 pada lendutan maksimum adalah
Untuk pegas katup di sini dapat diambil C, = 1,0-2,0 (mm) dan C, = 0,2-0,6 (mm),
meskipun sebenamya kelonggaran tersebut juga tergantung pada besamya diameter
kawat dan diameter lilitan rata-rata.
Pegas tekan pada dasamya merupakan kolom yang sangat lunak. Jika pegas cukup
ramping, maka akan mudah terjadi tekukan. Hal ini tidak akan terjadi jika panjang
bebasnya tidak lebih dari 6 kali diameter lilitan rata-ratanya, dan lendutannya tidak
lebih dari 40(%) panjang bebasnya, atau, jika panjang bebasnya adalah 8 kali diameter
lilitan rata-ratanya dan lendutannya tidak lebih dari 20(%) panjang bebasnya.
Pegas yang cenderung akan mengalami tekukan, meskipun memenuhi persyaratan
di atas, harus diberi batang atau pipa penjaga. Dalam hat demikian perlu diperhatikan
keausan dan perubahan konstanta pegas yang dapat terjadi.
Temperatur yang tinggi atau rendah dapat memberi pengaruh yang merugilcan pada
pegas. Pada temperatur lebih rendah dari 46 °C di bawah nol, ada bahaya kegetasan pada
baja. Dalam hal demikian beban tumbukan harus dihindari, kecuali untuk pegas dari
logam bukan besi. Temperatur kerja maksimum untuk baja pegas adalah 150°C, asalkan
tegangan yang diizinkan diambil 80(%) dari harga pada temperatur ruangan. Untuk
pegas inconel, temperatur kerja maksimumnya adalah 370°C dengan kondisi seperti di
atas, sedangkan untuk pegas perunggu fosfor adalah 75 °C, dan untuk pegas baja tahan
karat 260°C. Temperatur tinggi akan mengurangi modulus gesernya, sedangkan
temperatur rendah akan memperbesamya. Dalam perhitungan, perbedaan tersebut tidak
perlu diperhatikan.
Dalam contoh berikut ini, serta dalam Diagram 31, akan diberikao tata cara
perencanaan pegas katup.
7 .6 Pegas Ulir Dengan Beban Berulang 321
31. Diagram alirao untuk merencanakan pegas ulir dengan beban berulang (I)
ST ART
17 Untuk masing-masing D:
4 Faktor tegangan Wahl K lndeks pegas c
Faktor tegangan Wahl K
Tegangan geser t (kg/mm2)
5 Dahan kawat
Batas mulur geser tr (kg/mm2)
Modulus geser G (kg/mm2)
Keadaan kerja
Tegangan rencana t4 (kg/mm2)
b' a'
30 Keputusan: D (mm)
31 Periksa: H1/D
STOP
END
1·.6 Pegas Ulir Dengan Beban Berulang 113
[Contoh 7.3] Rencanakan scbuah pegas ulir tekan yang dapat menerima beban
maksimum W = 100 (kg), dengan lendutan 18-20 (nun), panjang bebas 70 (mm), dan
panjang pada awal terpasang 66 (mm). Diameter lilitan rata-rata adalah 50 {mm), bahao
yang dipakai adalah baja pegas dengan modulus geser 8000 (kg/mm2)
[Penyelesaian]
[Penyelesaian]
Perhitungan pendahuluan
T == 1,18 8 x 21,;;
13 = 47,8 (kg/mm2)
x • 1t
@ 45,9 < 47,7, baik; 46,7 < 47,7, baik; 47,8 > 47,7, tidak baik
@) D = 20,5, 21,0 (mm), harus dipertajam
8400 x 2,64
® k == 8 x 5 x 20,53 == 1•11•
8400 x 2,64
k == 8 x 5,5 x 20,53 == l,Ol
7.6 Pegas Ulir Dengan Beban Berulang 325
8400 x 2,64
k = 8 x S x 213 = 1 •03
8400 x 2,64
k =8 x s.s
x 213 = 0•94
@ W0 = W1 - kh = 13 - 5k
1) n= S )
D = 20,5 ; W0 = 7,45 (kg)
2>
~:
52~.5); w0 = 7,85 (kg)
3)
; : ;1); W0 = 7,85 (kg)
4>
~:
5 2D; Wo = 8,30 (kg)
@ Dapat diterima karena masing-masing lebih besar dari 6,5 (kg).
@ 1) H1 = 34,7 (mm), 2) H1 = 35,8 (mm)
3) H1 = 35,6 (mm), 4) H1 = 36,8 (mm)
@ Misalkan jumlah lilitan mati pada masing-masing ujung berturut-turut adalah I
atau 1,5.
@ n = 5, Jumlah lilitan mati 1,0, H" = (5 + 1,5) x 2,6 = 16,9 (mm)
n = 5,5 Jumlah lilitan mati 1,0, He = (5,5 + 1,5) x 2,6 = 18,2 (mm),
n = 5, Jumlah lilitan mati 1,5, He= (5 + 2,3) x 2,6 = 19,0 (mm),
n = 5,5, Jumlah lilitan mati 1,5, He = (5,5 + 2,3) x 2,6 = 20,3 (mm)
@ Kelonggaran kawat, pada awal terpasang dan pada lendutan maksimum: Jika
n = 5 dan jumlah lilitan mati 1,0
28 - 16,9 23 - 16,9
C, = 5 + 1,5 = 1,55, c, = 5,5 + 1,5 = 0,87
Jika n = 5,5 dan jumlah lilitan mati 1,0
28 - 18,2 C _ 23 - 18,2 = O 69
C, = 5 + ) ,5 = l ,40, I - 5,5 + 1,5 '
Jika n = 5 dan jumlah lilitan mati 1,5
28 - 19,0 23 - 19,0
C, = 5 + 2,3 = 1,23, C1 = 5,5 + 2,3 = 0,51
Jika n = 5,5 dan jumlah lilitan mati 1,5
28 - 20,3 23 - 20,3
C, = 5 + 2,3 = 1,05, C, = S,5 + 2,3 = 0,35
@ Dipertimbangkan untuk mengambil harga C, dan C yang tidak terlalu besar. Maka
dipilih n = 5,5 dan jumlah lilitan mati 1,5.
@ Dari N, = 2,19 x 107 x d/(nD2)
D = 20,5 (mm), N. = 24630 (I/min)
D = 21,0 (mm), N. = 23480 (I/min)
@ D = 20,5 (mm), N,/N = 6,16; D = 21,0 (mm), NJN = 5,87 > 5,5
® Ambil NJN = 6,16, D = 20,5 (mm), sebagai harga yang ditetapkan
@ H1/D = 35,8/20,5 = 1,75, tidak akan terjadi tekukan
326 Bab 7. Ulir Dan Pegas
@ d = 2,6 (mm), SWP V D = 20,5 (mm), n = 5,5, Jumlab lilitan mati 1,5
W0 = 7,85 (kg), W1 = 13 (kg), H1 = 35,6(mm), He= 20,3 (mm)
Cs= 1,05 (mm), C1 = 0,35 (mm)
(a) Pegas karet (Gambar 7.28) mempunyai sifat menyerap getaran dengan amplitudo
kecil karena elastisitasnya yang sangat besar. Pegas ini juga tidak cenderung untuk
memperbesar getaran seperti pada pegas logam pada frekwensi pribadioya. Dengan
dikembangkannya karet sintetis yang tahan minyak dan tahan panas serta kemajuan
dalam teknik pengelasan karet pada permukaan logam, maka kini dapat dihasilkan
karet pencegah getaran untuk tumpuan mesin. Karet sangat baik untuk mencegah
penerusan getaran dan bunyi dari sumbernya. Namun, karet mempunyai kelemahan
karena menjadi lapuk dalam waktu yang relatip pendek dibandingkan dengan logam, dan
kurang tahan terhadap minyak, asam, dan panas.
(b) Pegas udara (Gambar 7.29) memanfaatkan sifat kompresibilitas udara yang
dikurung dalam suatu bellows. Pegas ini umumnya dipakai pada kendaraan karena
dapat menyerap getaran kecil-kecillebih baik dari pada pegas logam. Keuntungannya
yang lain adalah bahwa tinggi pegas dapat dibuat tetap meskipun bebannya berubah,
dengan jalan mengatur tekanan udara di dalam bellows. (Bellows atau ububan ber-
dinding tipis dan bergelombangseperi harmonika, sehingga mudah mengembang atau
mengempis menurut tekanan yang ada di dalamnya.) Meskipun sifatnya sangat baik,
pegas udara merupakan alat yang rumit dan hanya dibuat dalam ukuran yang relatip
besar.
(c) Peredam fluida umumnya berbentuk silinder dengan torak dan berisi cairan yang
umumnya berupa minyak. Silindertersebut tertutup seluruhnya dan pada torak terdapat
lubang tembus sempit yang menghubungkan ruangan di kedua sisi torak tersebut.
Jika torak bergerak, maka minyak akan berpidah melalui lubang sempit tersebut dengan
tahanan besar, hingga gerakan torak akan terbambat. Semakin besar kecepatan torak,
semak.inbesar pula gaya yang menghambatnya.Dalam Gambar 7.30 diperlihatkan suatu
alat penggetar yang ditahan dengan pegas ulir dan peredam fluida. Peredam ini banyak
dipakai, terutama pada kendaraan. Perlu dikemukakan pula bahwa peredam macam
ini hanya dapat meredam gerakan, tetapi tak dapat mengbentikannya tanpa pembatas
lain.
7. 7 Alat Pencegah Peredam Getaran 321
2 3
e: Keadaan eksentrik
2
Gbr. 7.30 Keadaan eksentrik yang ditlmbul-
kaa oleb gerakan bolak ballk atau
berputar yang tak balans, daa per-
edaman getaraa.
l. Pegas dari logam
2. Peredam minyak
LAMP IRAN
Lampiran ini berisi bahan-bahan dari JIS (Standar Industri Jepang) yang
dikutip dalam buku ini
s JS c 0,32--0.38
s 40 c 0,37--0,43
O,IS--0,35 0,6(H),90 0,030 0,035
s 45 c 0,42--0,48
s so c 0,47-0,SJ
s SS c 0,52--0,58
(b) Ukann standar bllja batug yang dlrol pams (Ukuran dalam kunmg seapat 1111111gkln dlhluclari
pemakalannya)
L1mbllns Penormalan Celup dinain Temper Perl•· Batas mulur Kekuatan Kekeraun
A,f'CI A,l'CI (NI (HJ
kuan (kg.lmm'I Wik (Hal
IHI
panu (k8/mm1J
2 JIS G 3123. Bataag baja karbon dlfals dlagln (Sering dlpakai uatuk poros).
Kekuatan Kekerasan
Perlakuan Diameter
Lam bang tarik
pan as (mm)
(kg/mm2) Ha.C (Ha.Bl Ha
Dilunakkan
20 atau kurang 58-79 (84)-23 -
21-80 53-69 (73)-17 144-216
S35C-D
Tanpa 20 atau kurang 63-82 (87)-25 -
dilunakkan 21-80 58-72 (84)-19 160-225
Dilunakkan
20 atau kurang 65-86 (89)-27 -
21-80 60-76 (85)-22 166-238
S45C-D
Tanpa 20 atau kurang 71-91 12-30 -
dilunakkan 21-80 66-81 (9d)-24 183-253
Dilunakkan
20 atau kurang
21-80
72-93
67-83
14-31
10-26
-
188-260
S55C-D
Tanpa 20 atau kurang 80-101 19-34 -
dilunakkan 21-80 75-91 16-30 213-285
SNC22 0,12-0,18
. 3,00-3,SO 0,70-1,00
Lampiran 331
820-880 550-650
SNC2 Pendinginan Pendinginan 70 85 248-302
minyak cepat
820-880 550-650
SNC3 Pendinginan Pendinginan 80 95 269-321
min yak cepat
Primer 850-900
Pendinginan minyak
Sek under 740- 790 150-200 Untuk
SNC21 Pendinginan air Pendinginan - 80 235-341 pengerasan
(780-830) udara kulit
Pendinginan
minyak
Primer 830-880
Pendinginan
150-200
minyak
SNC22
Sekunder 750-800
Pendinginan - 100 285-388
"
udara
Pendinginan
min yak
Unsur kimia
Lam bang
c Si Mn p s Ni Cr Mo
Pcndinginan Pcndinginan
SNCMI 820-870 570-670 70 BS 248-302
min yak cepat
SNCM2 820-870
. 570-670 . BS 9S 269-321
SNCM7 820-870
. 580-680
. 90 100 293-352
SNCMS 820-870
. 580-680 . 90 100 293-352
SNCM22
Primer 850-900 .. 150-200
Pendingi-
- 90 255-341
Untuk
pengera-
Sek under 780-830 nan udara
san kulit
SNCM23
Primer 850-900 .. lS0-200 . - 100 293-375
.
Sek under 770-820
. .
SNCM2S
Primer
Sek under
830-880
750-800 . 150-200 . - 110 311-375
550-650
830-880
SCr3 Pendinginan 75 90 255-311
Pendinginan minyak
eepat
SCr4 830-880
" . 80 95 269-321
SCr22
Primer 850-900
Sckunder 800-850
.. - 85 235-321 .
(pendinginan air)
"
Lampi ran 333
SCM2 0,28--0,33
SCM3 0,33--0,38
SCM4 0,38-0,43
SCM22 0,18--0,23
SCM2 830-880
Pcndillpw, s~so Ptndinpw, 70 85 241-293
mill,ak czpat
Tekukan
Unsur Kimia Batas Kekuatan
Lam bang Pengujian mulur tarik Jari-jari
p s (kglmm2) (kglmm2) sudut dalam
(mm)
334 Lampiran
O,o3S 0,040
SFA 60A atau atau .
kurang kurang
30 60 22
0,04S 0,04S
SFA 60B a tau a tau "
kurang kurang
180°
0,035 0,040
SFA 65A a tau 4tau .
kurang kurang
35 65 16
0,045 0,045
SFA 658 atau atau n
kurang kurang
O,o35 0,040
SFAQA a tau atau "
kurang kurang
30 60 22
0,045 0,045
SFAQB atau atau "
kurang kurang
Tekukan
Unsur Kimia Batas Kekua tan
Lambang mulur tarik Jari-Jari
p s (kg/mm1) {kg/mm1) Sudut dalam (mm)
SF40 20 4<h-SO 6
SF45 23 4S-SS 12
SF60 30 ~70 44
Lampi ran 335
4-8 28 269 ..
8-15 26 248 .,
FC 25 24l ..
15-30 25
30-50 22· 229 ..
8-15 31 269 .•
FC 30 15-30 30 262 ..
J0-50 27 248 ..
15-30 35 27"1 H
FC 35 32 269"
30-50
FCD40 26 40
FCD 45 30 45
FCD SO 35 50
FCD 60 40 60
FCD 70 45 70
Keterangan
I
Lam bang Batas rnulur (kg/mm2) Kekua tan tarik (kg/mm:)
-
WJ 1
WJ2 .. S - 7
3 -10
3 -S
S -6
-
- -
-
-
WJ2B
WJJ . 1,S- 9,S
II -12
7,S-8,S.
4 -S
-
3 atau
-
-
-
-
..
,, kurang
WJ4 II -13 j -S 13-IS - -
WJS - 2 -3 - 2&-29 -
WJ6
WJ7
44 -46
II -13
II -13
13 -IS
I -3
I ..
Sisanya -
-
-
-
-
WJ8
WJ9
6 - 8
S - 7
16
9
-18
-11
I
- .. -
-
-
WJ 10 O,&- 1,2 14 -IS,S 0,1--0.S - 0,7S-1,2S
Pb Fe Zn Al Bi As Cu
WJ I O,S atau 0,08 atau 0,01 atau 0,01 atau 0,08 atau 0,1 atau -
WJ2
kurang
ns ..
0,08
kurang
.. O,lll ..
kurans
0,01
kurans
.. 0,08 ..
kurans kurang
0,1 u
.. -
-
WJ 28 o,s
WJ3 -
0,08
0,1 .. 0,01
0,01
.. 0,01
0,01
...
0,08
0,08
.. 0,1
0,1
. -
WJ4 - 0.1
.. 0,01 0,01 0,08 0,1 -
- -
WJS 0,1
.. .. 0,01
.. -
- .- -
WJ6
WJ7
-
0,1
-
0,1
o,os
o.os
..
0,01
0,01
.. -
0,2
0,2 .. -
-
-
WJ8
WJ9 -
0,1
0,1 . o,os
ons
0,01
0.01
-
-
0,2
0,2 . -
0,3 atau
Cu Sn Pb Ni Zn Fe Lain-Lain (ff9)
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30
(31) 32 33 34 (35) 36 37 38 (39) 42 44
40 46 (48) 49 (50)
51 (54) 55 60 (64) 65 (66) 70 15 (76) 80 83 (84) (88) 90 93
99 104 114 (119) 124 (130)
(c) Kekerasan
c Si Mn p s Cr Mo
Lambang
Kekua tan Batas•
Kekerasan
tarik mulur
Bentuk (Ha)
Bentuk poros Bentuk cincin (kg/mm1) (lcg/mm1)
cakera
• Batas mulur ini merupakan harga terendah, di mana besarnya tergantung pada ukuran sampel.
c Si Mn p s Ni Cr Mo
o.so 0,030
a tau 0,15--0,35 O,JS-1,00 atau 0,030 0,40-3,SO 0,40-3,SO 0,15--0,70
kurang kurang
• Batas mulur ini merupakan harga terendah, di mana besarnya tergant~ng pada ukuran sampel.
Lampiran
SS34 34--44 18
• Balas mulur ini merupakan harga terendah, dan besamya tergantung pada tebal, diameter, dll
19 JJS G 3108. Baja karbon rol untuk batang baja finis dingin.
(a)
Kckcrasan ....
Lambana c Mn p s (kglmm11 mulur Lambana Kckuatan
(kg/mm') larik HoB Ho
(tglmm'I (HoCJ
0.()4S 0,04S
SODA - - atau a.tau 30-40 - SSJOB-D 3S-6S ~ 90-204
kurana kurana
0.()4S 0,04S
SOOD - - atau
lturana
a tau
tunas
41-S2 22 55418-D 46-77
69-100
(22)
121-
240
• Di antara SOD A, SOD 8, SOD l, SOD 2, SOD 3, dan SOD 4, banya diberikan dua tipe yang
pertama saja.
•• Di sini diberikan harga terendah, di mana harga tersebut tergantung pada diameter, panjang
sisi, tebal, dll.
••• JIS O 3123
•••• Di sini diberikan harga terendah, di mana batas tertinggi dan batas terendab kekuatan tarik
dan kekerasan tergantung pada diameter.
S 6 7 8 9 10 II 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 2& 30 32 35 36 38 40 42 45 48
SO SS 60 65 10 1s so·
340 Lampi ran
0.0005
SUP II .0,50-0,60 0,15-0,35 0,65-0,95 0,65-0;95 - atau
lebih
(b} Ka-t baja tarik keras dlgoloagkan aw 3 jeuls meaurut kekaatanaya sebagai: SW A. SWB, daa SWC.
(b) Kawat piano dlgolongkan atas 3 jenis menurut kekuatannya sebagal: SWP A, SWP B, dan SWP V,
Untuk pegas
Cata tan Terutama untuk pegas Catalan Terutama untuk pegas
katup
Lampi ran 343
Austenit
SUS 302 O,IS 81~+,.oo 81811 2,00 8t811 0,040 atau l>,o30 8tau 8.~ 17.~
- -
kurang I kurang lcur8ng kuran1 kurang 10,00 19,00
Pengerasan pmipitasi
(b) Kant peps baja taban karat dlgolongkan atas 3 jeuls menurut kek1111tannya sebagal berikut.
PBW 2-H 85
BeCuW
40-55 112-135
2-0
0,5
BeCuW
BeCuW2 1,8-2,0 0,2 0,6 99,5 63-81 123-145 a tau
2-l/2H
lebih
BeCuW
85-109 133-162
I 2-H
Lampi ran 345
/
DAFTAR ISTILAH
Di bawah ini diberikan terjemahan dalam bahasa Inggris dari beberapa istilah
penting yang dipakai di dalam buku ini.
INDONESIA INGGRIS
(A)
alur groove
alur dalam deep grove
anti las weld resistance
awal, start initial, start
(B)
bahan gesek friction material
bahan liat ductile material
baja bantalan yang dicairkan open melt bearing steel
secara terbuka
baja tempa forged steel
baji wedge
bantalan bearing
bantalan aksial thrust bearing
bantalan gelinding rolling bearing
bantalan kerah collar bearing
bantalan luncur plain bearing, journal bearing
bantalan radial radial bearing
bantalan ujung end journal bearing
batas kekuatan ultimate strength
batas kelelahan endurance limit
batas mulur yield limit
batang gigi rack
batang gigi dasar basic rack
baut bolt
baut kereta carriage bolt
baut pas reamer bolt
baut penjepit clamping bolt
baut pondasi foundation bolt
besi cor cast iron
bulan sabit crescent
bus bush
(C)
cacing (roda gigi) worm
celup dingin quench, quenching
cincin dalam (bantalan gelinding) inner race
cincin lakan, cincin laken felt ring
348 Daftar lstilah
(D)
damar resin
daya rencana design power
defleksi, lendutan deflection
derek kapstan capastan winch
dicelup dingin quenched
dicil chilled
dikeraskan hardened
dilunakkan annealed
dirim reamed
dudukan seat
(E)
efek baji wedge effect
efek roda gaya fly wheel effect
ekivalen panas mekanik mechanical equivalent of heat
engsel tuas fulcrum of lever
(F)
faktor efektivitas rem, FER brake effectiveness factor
faktor bentuk form factor
faktor dinamis dynamic factor
faktor pelepasan loosening factor
faktor pengetatan fastening factor
filet, pembulatan fillet
finis, memfinis finish, finishing
frekwensi pribadi natural frequency
(G)
gandar axle
gaya ikat fastening force
gayajepit tightening force
gaya jepit awal initial tightening force
gaya pedal pedal force
gaya pengetatan fastening force
garis kaitan, garis tekanan meshing line
garis kerja line of action
garis referensi datum line
gemuk grease
gilir, giliran timing
gores an scoring
(H)
hipoid hypoid
(I)
impeler, kipas impeller
Daftar Istilah 349
ingot ingot
ingot yang dikil killed ingot
interf erensi profil profile interference
involut, evolven invilute
(J)
jarak bagi pitch
jarak bagi diametral diametral pitch
jarak bagi lingkar circular pitch
jarak bagi rantai chain pitch
jarum needle
(K)
kaitan meshing
kaki gigi deddendum
kam, nok cam
keandalan reliability
kecepatan kritis critical speed
kedalaman gigi, tinggi gigi depth of tooth
kejutan, tumbukan shock
kekuatan tarik tensile strength
kelakuan, prestasi performance
kelas kasar coarse class
kelas teliti precision class
kelelahan, keletihan fatigue
kelonggaran (pada kaitan gigi) backlash
kendali control
kepala gigi addendum
kerah collar
kerapatan density
kereta rel, kendaraan rel railway rolling stock
kerja penghubungan engaging work
kisar lead
kopling cakar jaw clutch
kopling Ouida fluid coupling
kopling friwil overrunning clutch
kopling kering dry clutch
kopling kerucut cone clutch
kopling manual manual clutch
kopling tak tetap clutch
kopling tetap shaft coupling
kopling universal, kopling kardan universal coupling
(L)
lakan, laken felt
lebar sisi (dari roda gigi) cace width
lekuk dent
lendutan, defteksi deflection
lenturan bending
.../
liat ductile
lingkaran dasar base circle
lingkaran jarak bagi pitch circle
logam sinter sintered metal
luncuran sliding
luncuran relatip relative sliding
luncuran spesifik specific sliding
(M)
mapan sendiri self aligned
mata rantai chain link
mesin giling baja rolling mill
momen awal starting torque
momen puntir torque
motor jenis rotor sangkar cage rotor type motor
mur nut
(N)
naf hub
nitrid, dinitrid nitrid, nitrided
nominal rated, nominal
numatik (dengan tekanan udara) pneumatic
(P)
paduan alloy
paking labirin labyrith packing
panjang bebas (dari pegas) free length
pasak key
pasan, penyesuaian fit; bhs. Belanda: passing
pasan longgar clearance fit, loose fit
pasan peralihan, pasan sesak interference fit, transition fit
pasan pres tight fit
pegas, per spring
pegas tekan, pegas kompresi compression spring
pegas ulir helical spring
pelumasan celup bath oiling
pelumasan sumbu lampwick oiling
pelubang, plong punch
pelunakan annealing
pembawa carrier
pemotongan bawah (pada gigi) undercutting
pen a pin
penganggur idler
pengendalian jarak jauh remote control
pengerasan kulit case hardening
penggerak mula prime mover
penghubungan (pada kopling) engagement
penormalan normalizing
perbandingan kontak contact ratio
Daftar Istilah 351
(R)
raner, roda gerak turbin runner
rangkaian roda gigi gear train
rangkaian tunggal (pada rantai) single strand
rantai gigi silent chain
rantai rol roller chain
rem blok block brake
rem cakera disk brake
rem drum drum brake
rem pita band brake
rencana design
rimer, dirim reamer, reamed
roda gaya fty wheel
roda cacing worm wheel
roda gigi gear
roda gigi cacing worm gear
roda gigi cacing silinder cylindrical worm gear
roda gigi dalam internal gear
roda gigi dengan perubahan kepala addendum modificated gear
roda gigi kerucut bevel gear
roda gigi luar external gear
roda gigi mahkota crown gear
roda gigi miring helical gear
roda gigi miring ganda double helical gear
roda gigi miter miter gear
roda gigi reduksi siklo cyclo reduction gear
rotor sangkar cage rotor
ruang gerak, ruang bebas play
,i
·" ·._,.·"-...~~.,.
352 Daftar Istilah
(S)
sabuk belt
sabuk gilir timing bell
sabuk-V V-belt
sambungan kunci locker joint
sangkar bajing alur dalam deep slot squire! cage
sekat. sil seal
sepatu rem brake show
seplain, pores biniang spline
setel ajust
sikloida cycloid
sil, perapat , pcnyekat seal
sil mekanis mechanical seal
sil minyak oil seal
sinter Genis logam). sintered
sisi (dar.i gigi) face
start, awul start
spindel spindle
sproket sprocket
sudut datang angle of approach
sudut kisur lead angle
sudut konrak contact angle
sudut undur angle of recess
(T)
iegangan Hertz Hertzian stress
tekanan permukaan bearing pressure
teliti precise, precission
ternpa forge
temper tempering
titik interfcrcnsi interference point
titik kaiian meshing point
tolcransi tolerance
tuas lever
turnbukan, kejutan shock
(U)
umur jarninan guaranteed life
undur recess
(W)
waktu penghubungan engaging time
watak characteristic, behavior