Anda di halaman 1dari 23

A.

ANATOMI

Gambar 1. Organ interna wanita

Alat kelamin dalam wanita terdiri dari beberapa bagian antara lain :
1. Liang Senggama (vagina)
Merupakan suatu saluran yang menghubungakan rahin dengan
aurat.Terletak antar kandung kemih dan poros usus (rektum). Dinding depan
liang senggama (9 cm) lebih pendek dari dinding belakang (11 cm). Pada
puncak liang senggama menonjol leher rahim (servim uteri) yang disebut
porsio uteri. Fungsi dari liang senggama yaitu
a. Sebagai alat persetubuhan
b. Sebagia saluran keluar dari rahim, merupakan jalan keluar dari darah
haid dan getah dari rahim
c. Sebagai jalan lahir pada waktu persalinan
2. Rahim (uterus)
Merupakan alat yang berongga dan berbentuk seperti bola lampu yang pipih.
Pada wanota dewasa belum pernah melahirkan ukuranya seperti berikut :
a. Panjang : +7,5 cm
b. Lebar : +5 cm
c. Tebal : +2,5 cm
d. Berat : +50 gr

Rahim terletak diantara kandung seni dan poros usus.Terdiri dari badan
rahim (korpus uteri) dan leher rahim (servik uteri). Bagian-bagian dari rahim
antara lain :
a. Dasar rahim
Bagian dari badan rahim yang terletak antar kedua pangkal saluran telur.
b. Rongga rahim (kavum uteri)
Berbentuk segituga, lebar didaerah dasar rahim dan sempit kearah leher
rahim.Diliputi oleh selaput lendir yang dinamakan endometrium.
c. Saluran leher rahim (kanalis servikalis)
Hubungan antar rongga rahim dan saluran leher rahim disebut rahim
dalam (ostium uteri infernum).Muara saluran leher rahi kedalam vagina
disebut mulut rahim luar (ostium uteri eksternum).
d. Dinding rahim
Terutama terdiri dari otot polos yang disusun sebegitu rupa hingga dapat
mendorong isinya keluar pada waktu persalinan.
3. Saluran telur (tuba falopi)
Ada dua saluran telur kiri dan kanan.Berjalan dari tanduk rahim kanan kiri
(kornu uteri) ke arah sisi (lateral).Panjangnya 12 cm. Ujung dari saluran telur
berumbai disebut umbai (fimbria).Faal utama saluran telur adalah untuk
membawa telur yang dilepaskan oleh indung telur ke jurusan rongga
rahim.Umbai berperan dalam menangkap telur yang dikeluarkan oleh indung
telur.
4. Indung telur (ovarium)
Ada 2 indung telur, kanan dan kiri.Berbentuk seperti kemiri yang pipih.Indung
telur mengandung sel-sel telur muda, folikel primordial, folikel deegraf, badan
kuning (korpus luteum), badan putih (korpus albikans). Indung telur
membentuk zat-zat hormon : estrogen dan progesteron, yang berperan
dalam peristiwa haid.
5. Sel trofoblas
Sel trofoblas merupakan sel yang sangat unik dalam tubuh manusia.Setelah
spermatozoa dan ovum menyatu, melalui pembelahan berbentuk
blastoksia.Lapisan luar blastoksia adalah lapisan trofoblastik, selnya disebut
sel trofoblas, selular dan trofoblas sinsitial.Karakteristik biologis paling
menonjol dari sel trofoblas adalah kemampuannya menginfiltrasi tubuh
maternal, dan dapat memproduksi gonadotropin korionik humanus (Wan
Desen, 2008).

B. DEFINISI
Trofoblas gestasional adalah sekumpulan penyakit yang berkaitan dengan vili
korialis, terutama sel trofoblas dan berasal dari suatu kehamilan.Pada umumnya,
setiap kehamilan berakhir dengan anak cukup bulan dan tidak cacat, namun hal
inoi tidak selalu terjadi demikian kadang-kadang terjadi kegagalan dalam
kehamilan hal ini bergantung dari bentuk gangguan yang dialami salah satunya
bentuk kegagalan kehamilan yaitu vili korialis yang seluruhnya atau sebagian
berkembang tidak wajar berbentuk gelembung-gelembung seperti
anggur.Kelainan ini disebut mola hidatidosa.15-20 % penderita mola hidatidosa
dapat berubah menjadi ganas dan ini dikenal sebagai tumor trofoblas
gestasional (sastrawinata, 2014).

C. KLASIFIKASI
a. MH komplet(MHK)
Kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruhnya vili korialis mengalami
degenerasi hidropik menyerupai anggur.Mikrofilik tampak edema stroma vili
tanpa vasikularisasi disertai hyperplasia dari kedua lapisan trofoblas. MHK
bersifat heterozigot, tetapi tetap androgenetik dan bias terjadi walaupun
sangat jarang terjadi hamil kembar dizigotik yang terdiri dari satu bayi normal
dan satu lagi MHK
b. MH parsial (MHP)
Seperti pada MHK tetapi disini masih ditemukan embrio yang iasanya mati
pada masa dini. Degenerasi hidropik dari vili bersifat setempat dan yang
mengalamihyperplasia hanya sinsitio trofoblas saja. Pada MHP ,embrio
biasanya mati sebelum trimester pertama. Walaupun permah dilaporkan
adanya MHP dengan bunyi alerm(sastrawinata, 2004).

D. STADIUM
System staging secara anatomi untuk penyakit trofoblas ganas telah ditetapkan
oleh international federation of gynecology and obstetric (FIGO), yaitu:
a. Stadium I : bila proses msih terbatas di uterus, disertai peningkatan kadar
HCG yang persisten
b. Stadium II : bila sudah ada metastasis diluar uterus namun masih terbatas
pada organ genetalis (anexa, vagina,ligamentum, broard)
c. Stadium III : bila sudah ada metastasis ke paru-paru dengan atau tanpa
melibatkan traktus genetal
d. Stadium IV : bila sudah ada metastasis ke otak, hati, saluran pencernaaan
dan ginjal
Stadium I Tumor masih terbatas di uterus
1a Tumor masih terbatas di uterus, tanpa factor
Resiko
1b Tumor masih terbatas di uterus, dengan 1 faktor
resiko
1c Tumor masih terbatas di uterus, dengan 2 faktor
resiko
Stadium II Tumor dengan mestastastasis diluar uterus
namun masih terbatas pada oragan genetalia
(admexa, vagina, ligamentum, broad
II a Tanpa faktor resiko
II b Dengan 1 faktor resiko
II c Dengan 2 faktor resiko
Stadium III Tumor dengan mestastasis ke paru-paru
dengan atau tanpa melibatkan traktus genital
III a Tanpa faktor resiko
III b Dengan 1 faktor resiko
III c Dengan 2 faktor resiko
Stadium IV tumor dengan metastasis ke otak, hati,
saluran pencernaan
IV a Tanpa faktor resiko
IV b Dengan 1 faktor resiko
IV c Dengan 2 aktor resiko
Table 1.stadium penyakit trofoblas ganas

Faktor resikoyang dapat mempengaruhi stadium penyakit trofoblas ganas


antara lain :
a. Kadar HCG > 100.000 miu /mil
b. Lama perjalanan penyakit lebih dari 6 bulan terminasi kehamilan.
Hal-hal lain yang perlu di perhatikan antara lain yaitu
a. Riwayat kemoterapi untuk penyakit trofoblas ganas.
b. Placental site trophoblatic tumor, di laporkan terpisah
c. Tidak di haruskan vertifikasi dengan pemeriksaan histologi

E. ETIOLOGI
1. Usia ibu
Risiko terjadi PTG paling besar didapat pada populasi berumur <15 tahun
dan >40 tahun
2. Kehamilan sebelumnya
Risiko PTG meningkat apabila sang ibu pernah memiliki riwayat mengalami
PTG sebelumnya yaitu 20-40 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan
populasi umum.
3. Etnik
Secara umum, risiko terjadinya PTG lebih sering pada etnik asia, afrika dan
afrika tengah.
4. Genetik
Terjadinya kasus PTG rekuren yang bersifat familial telah dilaporkan.Ini
menandakan bahwa terdapat dasar genetic untuk terjadinya PTG.
5. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang diduga mendukung terjadinya PTG adalah merokok,
menggunakan kontrasepsi oral, herbisida tertentu (agen orange) dan radiasi.

F. PATOFISIOLOGI
Terdapat berbagai macam faktor risiko penyenbab PTG antar lain : usia ibu,
kehamilan sebelumnya, diet, genetik, faktor limgkungan. tetapi bagaimana
faktor-faktor terlibat dan mempengaruhi PTG belum diketahui secara pasti.
Usia ibu <15 tahun dan >40 tahun meningkatkan risiko PTG. Risiko meningkat
jika ibu pernah mengalami PTG pada kehamilan sebelumnya, kehamilan ganda
dan inseminasi buatan juga meningkatkan risiko PTG. Selain itu defisiensi
karoten juga meningkatkan risiko PTG. Penelitian menemukan suatu efek gen
pada kromosom 13q 13,4 yang diberi nama NLRP7, yang merupakan bagian
dari keluarga gen CATERPILLAR. NLRP7 berperan dalam oogenesis atau
endometrium pada saat invasi trofoblas dan pembentukan lapisan desidua.
Merokok dan radiasi berperan dalam peningkatan risiko PTG, karena kedua hal
dapat menyebabakan mutasi gen (Smith HO, 2009).
Berikut beberapa uraian tentang jenis PTG :
1. Mola didalam cavum uteri
Didalam cavum uteri terdapat jaringan vesikuler berukuran bervariasi, yang
kecil sebesar kacang hijau, yang besar berdiameter hingga 1-3 cm,
dindingnya tipis, didalam vesikel terdapat cairan jernih tak berwarna atau
kuning muda. Diantar jaringan vesikuler terdapat serat halus saling
berhubungan, bentuknya seperti untaian anggur. Pada mola hidatidosa
parsial terdapat korion dan jaringan normal fetal lain.
Karakteristik histologinya adalah sel trofoblas mengalami hiperplasia
bervariasi derajatnya, edema interstisial vili, vaskular interstisial hilang atau
sangat sedikit.Sel trofoblas mengitari vili, sel trofoblas sinsitial dilapisan luar,
sel situtrofoblas di lapisan dalam.Vili tidak menginvasi lapisan otot uterus,
tapi dapat menginvasi vaskular.
2. Mola hidatidosa invasif
Karakteristik mola invasif adalah jaringan mola menginvasi lapisan otot
uterus atau timbul metastasis ke bagian lain. Dasar diagnosis patologi
adalah pertama, harus menemukan korion atau bayangan korion ynag
sudah regresi, sel trofoblas dapat mengalami hiperplasia bervariasi : kedua,
terdapat invasi lapisan otot uterus atau metastasis ekstrauterina. Metastasis
ekstrauterina terjadi sekitar 60-65%, paling sering ke paru (52,2%), lalu ke
vagina (15,9%), parametrium (11,8%), juga dapat terjadi ke otak, medula
spinalis, hati, otot rangka dll. Temuan patologik di lesi metastastik pada
dasarnya menyerupai lesi primer dan lesi metastastik memiliki manifestasi
berbeda, umumnya dianggap bila disuatu lokasi ditemukan korion, maka
harus dimasukkan dalam statik mola invasif.

Menurut cunningham dalam buku obstetri, dalam stadium pertumbuhan mola


yang dini terdapat ciri kahs yang membedakan dengan kehamilan normal,
namun pada stadium lanjut trimester pertama dan selama trimester kedua sering
terlihat perubahan sebagai berikut :
a. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai
dari spoting sampai perdarahan yang banyak.Perdarahan ini dapat dimulai
sesaat sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten
selama berminggu-minggu atau setiap bulan.Sebagai akibat perdarah
tersebut gejala anemia ringan sering dijumpai.Anemia defisiensi besi
merupakan gejala yang sering dijumpai.
b. Ukuran uterus
Uterus yang lebih sering tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang
sebenarnya. Mungkin uterus lewat palpasi sulit dikenali dengan tepat pada
wanita nullipara, khususnya pada konsistensi tumor yang lunak dibawah
abdomen yang kenyal.Ovarium kemungkinana mempunyai konsistensi yang
lebih lunak.
c. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secara
khas tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test dengan
alat yang sensitiv sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta kembar pada
kehamilan mola hidatidosa komplit.Pada slah satu plasentanya sementar
plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri terlihat normal.Demikian pula
sangat jarang ditemukan perubahan mola inkomplit yang luas pada plasenta
dengan disertai dengan janin yang hidup.
d. Embolisasi
Trofoblas dengan jumalh yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus
dapat keluar dari dalam uterus dan masuk ke dalam aliran darah
vena.Jumlah tersebut dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan
gejala serta tanda emboli pulmuner akut bahkan kematian. Keadaan fatal ini
jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma vilus
yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil untuk
menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmuner namun lebih lanjut
trofoblas ini dapat menginvasi parenkim paru.Sehingga terjadi metastase
yang terbukti lewat pemeriksaan radiografi.Lesi tersebut dapat terdiri dari
trofoblas saja (corio carsinoma metastatik) atau trofoblas dengan stroma
vilus (mola hidatidosa metastatik).Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa
diramalkan dan sebagian terlihat menghilang spontan yang dapat terjadi
segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan
kemudian.Sementara sebagain lainnya mengalami proloferasi dan
menimbulkan kematian wanita tersebut bila tidak mendapatkan pengobatan
yang efektif.
e. Disfungsi thyroid
Kadar tiroksi plasma pada wanita dengan kehamilan mola biasanya
mengalami kenaikan yang cukup tinggi, namun gambaran hipertiroidisme
yang tampak secara klinik tidak begitu sering dijumpai. Amir dkk (1984) dan
curry dkk (1975) menemukan hipertiroidisme pada sekitar 2% kasus
kenaikan kadar tiroksin plasma, bisa merupakan efek primer estrogen
seperti halnya pada kehamilan normal dimana tidak terjadi peningkatan
kadar estrogen bebas dan presentasi trioditironim yang terikat oleh resin
mengalami peningkatan. Apakah hormon tiriksin bebas dapat meninggi
akibat efek mirip triotropin yang ditimbulkan oleh orionik gonadotropin atau
apakah varian hormon inikah yang menimbukan semua efek tersebut masih
merupakan masalah yang kontroversial (Amir dkk 1984 dan Man dkk 1986).
f. Ekspulsi spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum
mola tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat
tindakan.Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya pada kehamilan
sekitar 16 minggu.Dan jarng lebih dari 28 minggu.
3. Kariokarsinoma
Karikarsinoma merupakan tumor sel trofoblas yang sangat ganas.
Karakteristiknya adalah sel trofoblas tidak membentuk korion atau mola
hidatidosa, tapi secara sporadis menginvasi lapisan otot uterus,
menimbulkan ddestruksi hebat dan dari itu bermetastasis ke jaringan atau
organ lain. Progresi penyakit sangat cepat, dan dapat membawa kematian
cepat.
Kariokarsinoma dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu jenis gravidarum dan jenis
gravidarum. Koriokarsinoma gravidarum terjadi menyusul kehamilan normal
ataupun abnormal, umumnya timbul pada usia reproduktif, dapat dipandang
sebagai suatu tumor transplantasi alogenik. Kariokarsinoma nongravidarum
tergolong berciri teratoma, berasal dari jaringan tubuh pasien sendiri,
prognosisnya buruk.
Bentuk tumor trofoblas yang sangat ganas ini dapat dianggap sebagai suatu
karsinoma dari epitel korion, walaupun perilaku pertumbuhan dan
metastasisnya mirip dengan sarkoma.Faktor-faktor yang berperan dalam
transformai keganasan korion tidak ketahui.Pada kariokarsinoma,
kecenderungan trofoblas normal untuk tumbuh secara invasif dan
menyebabkan erosi pembuluh darah sangatlah besar. Apabila mengenai
endometrium, akan terjadi perdarahan, kerontokan infeksi permukaan. Masa
jaringan yang terbenam di miometrium dapat meluas keluar, muncul di
uterus sebagai nodul-nodul gelap irreguler yang akhirnya menembus
peritoneum.
Gambaran diagnostik yang penting pada koriokarsinoma, berbeda dengan
mola hidatidosa atau mola invasif adalah tidak adanya pola vilus.Baik unsur
sitotrofoblas maupun sinsitium terlibat, walaupun salah satunya mungkin
predominan. Dijumpai naplasia sel, sering mencolok, tetapi kurang
bermanfaat sebagai kriteria diagnostik pada keganasan trofoblas
dibandingkan dengan pada tumor lain. Pada pemeriksaan hasil kuretase
uterus, kesulitan evaluasi sitologis adalah salah satu faktor penyebab
kesalahan diagnosis koriokarsinoma.Sel-sel trofoblas normal ditempat
plasenta secara salah diagnosis sebagai koriokarsinoma. Metastasis sering
berlangsung dini dan umumnya hematogen karena afinita trofoblas terhadap
pembuluh darah
Koriokarsinoma dapat terjadi setelah mola hidatidosa, abortus, kehamilan
ektopik atau kehamilan normal.Tanda tersering, walaupun tidak selalu ada,
adalah oerdarah irreguler setelah masa nifas dini disertai sub subinvolusi
uterus.Perdarahan dapat kontinue atau intermitten, dengan perdarahan
mendadak dan kadang-kadang masif.Perforasi uterus akibat pertumbuhan
tumor dapat menyebabkan perdarahan intraperitonium.Pada banyak kasus,
tanda pertama mungkin adalah lesi metatatik.Mungkin ditemukan tumor
vagina atau vulva.Wanita yang bersangkutan mungkin mengeluh batuk dan
sputum berdarah akibat metastasis di paru.Pada beberapa kasusu, di uterus
atau pelvis tidak mungkin dijumpai kariokarsinoma karena lesi aslinya telah
lenyap, dan yang tersisa hanya metastasis jauh yang tumbuh aktif. Apabla
tidak diterapi, kariokarsinoma akan berkembang cepat dan pada mayoritas
kasusu pasien biasnaya akan meninggal dalam beberapa bulan. Kausa
kematian tersering adalah perdarahan di berbagai lokasi.
Pasien digolongkan beresiko tinggi jika penyakit lebih dari 4 bulan, kadar
gonadotropin serum lebih dari 40.000 Miu/ml, metastasis ke otak atau hati,
tumor timbul setelah kehamilan aterm, atau riwayat kegagalan kemoterapi,
namun menghasilkan angka kesembuhan tertinggi dengan kemoterapi
kombinasi yaitu menggunakan etoposid, metotreksat, aktinomisisn,
sikofosmaid, dan vinkristin (schorage et al, 2000).
4. Tumor trofoblastik situs plasenta
Tumor trofoblastik situs plasenta (PSST = placental site trofoblastic tumor)
sangat jarang ditemukan, dalam belasan tahun terkhir baru secara resmi
istilah ini dipakai, merupakan penyakit trofoblastik jenis keempat selain mola,
mola invasif dan karikarsinoma.
Uterus membesar, tumor tumbuh polipoid, berwarna kuning keputuhan,
konsistensi lunak, menonjol kedalam rongga uteri, atau menembus tunika
serosa, diarea lesi terdapat fokus perdarahn kecil.Tumor terutama terbentuk
dari sel trofoblas intermediet, bentuk sel bundar, poligonal atau spindel,
sitoplasma banyak, metakromatik.Inti sel umumnya tunggal, bervariasi
ukuran dan bentuknya, mitosis jarang ditemukan, rata-rata 2 buah per 10
lapang pandang besar. Invasi tumor ke lapisan otot memiliki kekhasan, yaitu
sel tumor tempak berbentuk sebaran tunggal, korda atu folium kecil
menginfiltrasi menelusuri interfasikuli otot uteri, serabut otot polos umumnya
intak, diantara sel tumor timbul zat fobrinoid homogen atau terdapat invasi,
vaskular bervariasi, dapat ditemukan fokus kecil perdarahn. Endometrium
tampak bereaksi desidual, tak tampak struktur vili. Pemeriksaan histokimia
atau sel tumor posistif terhadap Hpl, Hcg, dan SP1, khususnya Hpl positif
bermakna penting untuk diagnosis dan tindak lanjut.
G. PATHWAY Usiaibu,
kehamilansebelumnyadefesiensikaroten
,genetik, faktorlingkungan

Kekurangan protein Immunoselektifdantrofoblas Efek genpada 13 q 3x4 (ml RP 2)

Human chorionicsomatomamtropin Proliferasitrofoblast NLRP7


berperandalamoogenesisat
Viliberisicairanjernih aumpadasaatinvasitrofobla
Pertumbuhandanperkembanganjaninterganggu
sdanpembentukanlapisand
Tidakadapembuluhdar esidua
MK ah
:gangguanpertumbuhandanperkembanganjanin
Pembentukanplasentagagal
Mengalamimutasi

Cavum uteri
syok
Jonjotchoriantumbuhberganda
Keatianpada
janin
Jonjotchoriontumbuhberganda

Kistakecilmiripbuahanggur

Tidakberisiembrio

molahitatidosa
Koriokarsinoma
Tindakaninvasif Perdarahan Menurunyatekananpengisiansirku
lasi
MK : anemia
Aliranbalik
Kuranginformasib Jaringanterd Kuret
Mualdanmuntah vena
erkaitandenganp apatulkus
enyakit
Perdarahan
MK: Curahjantung
MK Bakterimudah ketidakseimbangan
:kurangpenget masuk hipovolemi nutrisikurangdarike
ahuan k butuhantubuh MK
:gangguanperfusijari
MK :restiinfeksi MK
ngan
:ketidakseimbang
annutrisikurangd
arikebutuhantub
uh
H. Manifestasi klinis
Manifetsta seseorang yang mendersi yang mucul pada seseorang yang menderita trofoblas
ganas di bagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Keluhan utama yaitu amenore dan perdarahan pravagina
2. Perubahan yang menyertai :
a. Perdarahan uterus pada trismester pertama
b. Hilangnya denyut jntung fetus (bayi) dan strutur tubuh fetus
c. Pecahnya vesikal
d. Mual muntah saat kehamilan
e. Uterus lebih besar dari tuanya kehamilan
f. Kadar hCG yang jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa, kadar hCG darah paling
tinggi dari kehamilan biasa . pada kehamilan biasa kadar hCG dah paling tinggi
100.000 IU/L, sedangkan pada mola hidatidosa bias mencapai 5000.000 IU/L
g. adanya kisata lutein , haik unilateral maupun bilateral
3. adanya penyulit lain, seperti :
a. preeklamsi
b. tirotoksikosis
c. emboli paru
Di samping hal ini , manifestasi klinis lainya yang biasa muncul adalah mual, muntah,
dan jarang makan . MHK mempunyai keluhan dan penyulit yang lebih besar di
bandingkan dengan MHP (sastrawinara, 2004).

I. Pemeriksaan diagnoostik
Alat diagnosis terpenting adalah pemeriksaan fisik yang seksama . karena tumor itu
biasanya solid, transiluminasi tomografi koputasi(CT) di gunakan untuk menilai adanya
penyakit mestastasis. pemeriksaan ini di ikuti segera tindakan bedah ( biasanya
orkhidektomi inguinal))dan pemeriksaan hystologi . pemeriksaan usg untuk mengetahui
keberadaan dan lokasi suatu masa harus diikuti dengan CT dada, perut dan pelvis untuk
menentukan stadium tumor. Pemeriksaan pencitraan setiap penderita dengan tanda gejala
tumor sel benih harus meliputi radiografi polos,CT scan dada dan scan tulang radionuklida
untuk mengenali penyakit mestastasis. Untuk penderita dengan tumor sakrokosigeal, MRI
lebih jitu dari CT scan dalam mengidentifikasi ekstensi tumor local ke dalam tulangyang
berdekatan satu saluran intraspinal .diagnosis pasti dikonfirmasikan secara hystologi
setelah eksisi bedah atau biopsy . kadar AFP DAN B-HCG serum harus di ukur waktu
penderita di temukan dan di pantau selama terapi .petanda biologic ini amat berguna
dalam proses diagnosis dan pada evaluasi efektivitas terapi .

J. PENATALAKSAAN
Tatalaksana PTG adalah berdasarkan staging dan scoring . kemoterapi adalah modalitas
utama pada pasien demngan PTG. Angka keberhasilan terapi pada PTG risiko rendah
adalah 100% dan lebih dari 80% pada PTG risiko tinggi. Andrijono melaporkan
keberhasilan terapi pada PTG nonmestastasis 95,1%, risiko rendah 83,3%. Risiko tinggi
hanya 50% dengan angka kematian karena berkisar 8-9% kemoteraapi pada PTG risiko
rendah adalah kemoterapi tunggal, dengan pilihan utama methorexate . kemoterapi tunggal
lain yang dapat di gunakan adalah dactinomycin sedangkan pada PTG risiko tinggi
menggunakan kemoterapi kombinasi di berikan kombinasi FMA-CO (ETOPOSIDE,
methorexate, actynomycin cylophosphamaide dan oncuvin )sebagai terapi primer atau
menggunakan kombinasi MF (methorexate, etoposide ), EP ( ETOPOSIDE CISPLATINUM )
evakuasi molahidatidosa di lakukan sesaat setelah dilakukan sesaat setelah diagnosis ,
ditegakan, hal di dasarkan perhitungan bahwa evakuasi di lakukan untuk menhindari
abortus mola sehingga perlu indakan akut, menghindari komplikasi hipertiroid atau perforasi
serta untuk memperoleh jaringan untuk mempunyai angka keberhasilan terapi yang tinggi,
kuretase cukup di lakukan satukali histerektomi di laporkan di lakukan pada kasus
molahidatidosa usia tua dan terbukti mengurangi angka kematian dari koriokarsinoma
histerektomi juga di lakukan pada keadaan darurat pada kasus perforasi pada kasus
metastasis liver, otak yang tidak respon terhadap kemoterapi serta pada kasus PSTT.
Penyakit trofoblas gestasional adalah radiosensitive karena radiasi mempunayi efek
tumorsidal se`rta hemostatik, radioterapi dapat dilakukan pada mestastasis otak atau pada
pasien yang tidak bia di berikan kemoterapi karena alas an medis .

K. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit trofoblas ganas antara lain :
a) perfurasi uterus saat melakukan tindakan kuretase (suction curettage ) terkadang terjadi
karena uterus luas dan lembek (boggy). Jika terjadi perforasi, harus segera diambil
tindakan dengan bantuan laparoskop
b) perdarahan (hemorrhage) merupakan komplikasi yang sering terjadi saat pengangkata
(evacuation ) mola . oleh karena itu oksitosin intravena harus di berikan sebelum
evakuasi mola. Methergine dan atau hemahate juga harus bersedia . selain itu, darahh
yang sesuai dan cocok dengan pasien juga haeus tersedia
c) penyakit trofoblas ganas m(alignant trophoblastic disease)berkembang pada 20 5
kehamilan mola . oleh karena itu quantitative HCG sebaiknya di monitor selama 1 tahun
setelah evakuasi (postevacuation)mola sampai hasilnya negative
d) pembebasan faktor-faktor pembekuan darah oleh jaringan mola memiliki aktivitas
fibrinolisis, oleh karna itu semua pasien harus diskrining untuk disseminated
intravascular coagulopathy ( DIC ) .
e) emboli trofoblas di percaya menyebabkan acute respiratory insufficiency.faktor risiko
terbesar adalah ukuran uterus yang lebih besar di bandingkan usia kehamilan
(gestational age) 16 minggu kondisi ini dapat menyebabkan kematian

L. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas
Mengkaji identitas klien meliputi : nama, usia, alamat, pekerjaa, pendidikan, agama,
dll.
b. Keluhan utama
Mengkaji adanya menstruasi yang tidak lancar dan adanya perdarahan pervagina
berulang
c. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien sampai klien sampai dirumah sakit atau pada saat
pengkajian dilakukan seperti perdarahan [ervagina di luar siklus haid, pembesaran
uterus lebih besar dari usia kehamilan.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Mengkajia apakah klien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan
sistem reproduksi dan penyakit lain
e. Riwayat kesehatn keluarga mengidentifikasi apakah ada anggota keluarga lain yang
pernah menderita penyakit seperti ini. Dapat dikaji melalui genogram sehingga dapat
dikaji mengenai penyakit keturunan dan penyakit menular dalam keluarga
f. Riwayat pembedahan
Mengkaji adanya pembedahan yang pernah dilakukan klien, jenis pembedahannnya,
kapan, dimana, dan oleh siapa pembedahan dilakukan.
g. Riwayat kesehatan reproduksi
Mengkaji tentang menorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darahnya,
baunya, warnanya, dan adanya disminorhoe (waktu dan gejala.
h. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Mengkaji keadaan dan kesehatan anak klien mulai dari kandungan sampai saat
sekarang
i. Riwayat seksual
Mengkajia aktivitas seksual klien, apakah menggunakan kontrasepsi dan jenis
kontrasepsinya serta keluhan yang muncul dengan pemasangan kontrasepsi
j. Riwayat konsumsi obat
Mengkajia pemakaina obat-obatan oleh klien seperti oabta kontrasepsi oral, obat
digitalis, dan obat lainnya.
k. Pola aktivitas
Mengkaji nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi, pola istirahat, dan gygiene.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
 Mengobservasi warna kulit dan perubahannya
 Mengkaji adanya lesi, drainase
 Mengobservasi pola pernafasan, kedalaman nafas, dan kesimetrisan gerak
dada
 Mengkajia bahasa tubuh, pergerakan, postur tubuh klien, dan adanya
keterbatasan fisik
b. Palpasi
 Merasakan suatu pembengkakan, tektur kulit.
 Menetukan kekuatan kontraksi uterus
 Menentukan karakter nadi
 Mengevaluasi edema
 Mengamati turgor dengan cara menekan atau mencubit
 Menentukan tagangan tonus otot/respon nyeri yang abnormal
c. Perkusi
 Mengetuk dengan jari dan mendengarkan bunyi apakah menunjukan ada
tidaknya cairan, massa atau konsolidasi
 Mengetuk dengan palu perkusi dan mengamati ada tidaknya refleks gerakan
pada kaki bawah
 Memeriksa reflek kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
d. Auskultasi
 Mendengarkan diruang antekuiditi untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung atau paru, abdomen untuk bising ususu atau denyut jantung janin
3. Pemeriksaaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain adalah pemeriksaan darah,
pemeriksaan urin dan pemeriksaan lain seperti rotgen, USG, serta biopsi.

M. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan perdarahan, proses penjalaran
penyakit
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervagina
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
5. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
6. Ketidakefektifan pola seksualitas berhubungan dengan ketakutan terkait perdarahan
pervagina

N. Intervensi dan rasional


1. Nyeri berhubungan dengan perdarahan, proses penjalaran penyakit
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri klien berkurang atau
hilang.
Kriteria hasil :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
b. Ekspresi wajah klien tenang
c. TTV dalam batas normal

Intervensi Rasional
a. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan a. Mengetahui tingkat skala nyeri klien
skala nyeri yang dirasakan sehingga dapat menentukan intervensi
oleh klien. yang akan dilakukan selanjutnya.
b. Observasi tanda-tanda b. Perubahan tanda-tanda vital merupakan
vitalsesering mungkin ± 8 jam salah satu tanda peningkatan nyeri yang
sekali. dirasakan oleh klien.
c. Ajarkan teknik relaksasi c. Teknik relaksasi dapat membuat klien lebih
kepada klien. nyaman dan dapat mendistraksi perhatian
d. Beri posisi yang nyaman klien terhadapnyeri.
e. Kolaborasi :pemberian d. Posisi yang nyaman dapat menghindarkan
analgetik. penekanan pada bagian atau area tertentu.
e. Obat-obatan analgetik dapat memblok
reseptor nyeri.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan per vagina
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam , klien dapat mempertahankan
keseimbangan cairan.
Kriteria hasil :
a. Perdarahan tidak ada
b. Tidak terdapatnya tanda-tanda kekurangan cairan.
c. Turgor kulit membaik.

Intervensi rasional
a. Monitor tanda-tanda vital klien a. Sebagai pengawasan terhadap adanya
sesering mungkin. perubahan keadaan umum pasien
b. Awasi turgor kulit klien. sehingga dapat dilakukan penanganan dan
c. Monitor intake dan output perawatan secara cepat dan tepat.
klien. b. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda
d. Tingkatkan dan pantau dehidrasi.
keseimbangan cairan c. Mengetahui dengan segera cairan yang
elektrolit masuk dan keluar baik lewat peroral
e. Kolaborasi : pemberian terapi maupun parenteral.
obat-obatan. d. Menghindari keadaan dehidrasi dan
kekurangan cairan.
e. Mencegah terjadinya kekurangan cairan
lebih lanjut.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, tingkat kecemasan klien
berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
a. Ekspresi wajah klien tenang.
b. Klien mampu menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
c. Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.

Intervensi rasional
a. Kaji tingkat kecemasan klien a. Mengetahui seberapa jauh kecemasan
b. Pantau respon verbal dan klien sehingga dapat menentukan
non verbal klen intervensi yang dilakukan selanjutnya
c. Beri kesempatan pada klien b. Respon tersebut merupakan indicator
untuk mengungkapkan tingkat pemahaman dan ansietas yang
perasaan nya dirasakan klien.
d. Mendengarkan keluhan klien c. Ungkapan perasaan dapat memberikan
dengan empati rasa lega sehingga mengurangi
e. Jelaskan kepada klien kecemasan
tentang penyakit dan d. Klien akan merasa diperhatikan
pengobatan yang sedang e. Menambah pengetahuan klien sehingga
dilakukan klien tahu dan mengerti tentang
f. Beri dorongan penyakitnya
spiritual/support f. Sehingga dapat mengurangi
kecemasan.

4. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, nutrisi klien dapat terpenuhi
dengan baik.
Kriteria hasil :
a. Klien menunjukkan nafsu makan yang meningkat.
b. Porsi makan klien habis.
c. Klien tidak menunjukkan kelemahan.
Intervensi rasional
a. Kaji status nutrisi klien. a. Untuk mengetahui status nutrisi klien
b. Anjurkan makan sedikit tapi sehingga dapat menentukan intervensi
sering. selanjutnya.
c. Anjurkan makan makanan b. Mampu m embantu meminimalankan
dalam keadaan hangat dan anoreksia
bervariasi. c. Dapat membankitkan nabsu makan klien
d. Anjurkan orang terdekat d. Meningatkan nabsu makan
klien untuk membawakan e. Memaksimalakan inteka makan ketubuh
makanan kesukaan klien. klien dan mengurangi anoreksia
e. Berikan suasana yang f. Mendorong klien untuk menghabiska
nyaman saat klien makan porsi makan klien
f. Beri penjelasan pada klien g. Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh klien
tentang pentingnya asupan h. Mengevaluasi tindakan keperawatan
gizi bagi tubuh kklien. yang sudah dilakukan
g. Kolaborasi : tetapkan
asupan nutrisi klien dengan
ahli gizi.
h. Pantau porsi makan klien.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan tindaka kuretase


Tujuan:
Klien terbebas dari infeksi
kriteria hasil:
a. Tidak muncul tanda tanda infeksi
b. Tanda tandavital klien dalam rentang normal

intervensi Rasional
a. Kaji tanda tandavital infeksi a. Perubahan vital segn merupaan salah satu
b. Obsservasi tanda tnada vital indicator terjadinya infeksi
klien b. Perubahan vital sign merupakan salah satu
c. Observasi daerah kuliat yang indicator dari terjadinya proses infeksi
mengalami kerusakan( luka, dalam tubh
garis jahitan) didaerah yang c. Deteksi dini,perkembngan infeksi
terpasang alat infaksif9 memungkinkan untuk memungkinkan untuk
insuse, kateter) melakukan tindakan dengn segera dan
d. Kolaborasi : beri obat anti pencegahan komplikasi selanjutnya
biotic d. Dapat menghambat bakteri penyebab
proses infeksi

6. Ketidakefektifan pola seksualiatas berhubungan degan ketakutan terkait perdarahan


pervagina
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperwatn selama 1x 24 jam klien mengetahui kapan saja
boleh melakukan ubungan seksua
Keretia hasil :
a. Pola sekseual klien nomal
b. Klien tidak cemas terkaitan aktifitas seksualnya
c. Klien menggunakan mekanisme koping yng adaftif.

intervensi rasional
a. Identifikasi penyebab a. Mengetahui sebab ketidakefektifan pola
ketidakefektifan pola seksual seksual klien sehingga dapat menentukan
klien intervensi selanjutnya
b. Kaji tingkat kecemasan klien b. Mengetahui seberapa jauh kecemasan
c. Jelaskan pada klien waktu klien berpengaruh terhadap aktivitas
untuk melakukan hubungan seksualnya
seksual sesuai kondisinya c. Menghindari efek samping yang
d. Beri edukasi tentatng merugukan status kesehatan klien dan
keadaan klien apabila agar pasien tenagng dalam menjalani pola
berhubungan seksual aktifitas seksualnya
d. Meningkatkan pemahaman klien

Anda mungkin juga menyukai