Anda di halaman 1dari 31

ASAH ASIH ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG

ANAK USIA 36 – 72 BULAN

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini I
Dosen Pengampu :Cucu Sopiah, M.Si

Disusun oleh :

Siti Robiyah : 1326GP0029


Ummaidah : 1326GP0030
Nanik Firnawati : 1326GP0003
Atiek Mardiyani : 1326GP0016- ST
Indriani K : 1326GP0069- ST

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


VETERAN SEMARANG
2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan karunia terbesar dalam kehidupan untuk


melanjutkan siklus keturunan. Hal tersebut merupakan nikmat dari Allah
yang telah diberikan kepada orang tua sebagai amanah yang wajib
disyukuri. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban orang tua untuk selalu
memperhatikan tumbuh kembang anak, sehingga anak pun mendapatkan
haknya untuk mencapai kesehatan yang optimal. Setiap orang tua tentu
ingin agar anaknya dapat tumbuh kembang optimal, sehingga anaknya
dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik. Untuk
mewujudkan hal tersebut orang tua harus memenuhi kebutuhan dasar
anak sejak dini, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan, dengan
memperhatikan, mengawasi, memberikan kasih sayang, gizi, kesehatan,
penghargaan, rasa aman / perlindungan, pengasuhan, partisipasi,
stimulasi, pendidikan dan merawat anak secara seksama (asah, asih,
asuh). Proses tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara alamiah
sesuai dengan potensi genetik yang ada pada diri anak tersebut, akan
tetapi proses tersebut sangat tergantung kepada orang dewasa atau
orang tua. Dengan demikian untuk tercapainya tumbuh kembang yang
optimal tergantung pada potensi biologik seseorang yang merupakan hasil
interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik,
lingkungan bio-fisiko-psiko sosial dan perilaku. Sehingga proses yang unik
dan hasil akhir yang berbeda-beda dapat memberikan ciri tersendiri pada
setiap anak. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa
balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Secara psikologi dan ilmu
pendidikan masa usia dini merupakan masa peletakan dasar atau fondasi
awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa yang diterima anak
pada masa usia dini akan memberikan konstribusi yang sangat besar
pada pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu dan
brerpengaruh besar terhadap pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensial berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada
masa ini. Pada masa periode kritis ini, diperlukan rangsangan atau
stimulasi yang berguna agar potensinya berkembang. Perkembangan
anak akan optimal bila interaksi diusahakan sesuai dengan kebutuhan
anak pada berbagai tahap perkembangannya. Bahkan sejak bayi dalam
kandungan. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat
dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Pendidikan
anak usia dini sangat penting karena pada waktu manusia dilahirkan,
menurut Clark (dalam Yuliani, 2009) kelengkapqan organisasi otaknya
mencapai 100-200 miliar sel otak yang yang siap dikembangkan dan
diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan optimal. Namun
hasil penelitian menyatakan bahwa hanya 5% potensi otak yang terpakai
karena kurangnya stimulasi yang berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi
otak. Temuan neuro-sains yang dimaksud menyatakan bahwa ketika lahir,
sel-sel otak berjumlah sekitar 100 miliar, tetapi belum saling berhubungan
kecuali hanya sedikit, yaitu hanya sel-sel otak yang mengendalikan detak
jantung, pernafasan, gerak reflex, pendengaran, dan naluri hidup. Saat
anak usia 36 bulan (3 tahun), sel otak telah membentuk sekitar 1000 triliun
jaringan koneksi/sinapsis. Jumlah ini 2 kali lebih banyak dari yang dimiliki
orang dewasa. Sebuah sel otak dapat berhubungan dengan 15000 sel
lain. Sinaps-sinaps yang jarang digunakan akan mati,sedangkan yang
sering digunakan akan semakin kuat dan permanen.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud tumbuh kembang anak usia 36-72 bulan ?
2. Apa yang dimaksud dengan asah, asih, dan asuh pada kebutuhan
anak usia 36-72 bulan?
3. Bagaimana syarat-syarat memainkan alat permainan untuk anak
usia 36-72 bulan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud tumbuh kembang anak usia 36-72 bulan
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan asah, asih, dan asuh
pada kebutuhan anak usia dini
3. Untuk mengetahui syarat memainkan alat permainan anak usia 36-
72 bulan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuh Kembang Anak Usia Dini

1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan (growth) adalah proses perubahan dalam besar, jumlah,


ukuran, dimensi sel organ yang dapat diukur dengan berat (gram,
kilogram), panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik
(kalsium, nitrogen tubuh).

Perkembangan (development) adalah proses bertambahnya


kemampuan (skill) dalam struktur dan bertambah sempurnanya fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai prPerkembanoses pematangan. Mencakup perkembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku. Perkembangan lebih menitikberatkan
aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu.
Termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh
lingkungan. (markum, 1991).

B. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak


1. Tumbuh kembang adalah proses yang kotinu sejak dari konsepsi

sampai maturitas atau dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan.

2. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi


kecepatannya berbeda antara anak yang satu dengan yang lain
berbeda.
3. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem
susunan saraf.
4. Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas
5. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
6. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan
menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa
balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Pada masa balita ini kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan
landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta
dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Deteksi dini
perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan
perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau
telah terjadi penyimpangan dari perkembangan normal.

Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak


adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara
spontan).
4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya).

C. Prinsip-Prinsip Tumbuh Kembang

Tumbuh kembang merupakan proses yang dinamis dan terus


menerus.
Prinsip tumbuh kembang

a. Tumbuh kembang terus menerus dan komplek


b. Tumbuh kembang merupakan proses yang teratur dan dapat diprediksi
c. Tumbuh kembang berbeda dan terintegrasi

d. Setiap aspek tumbuh kembang berbeda dalah setiap tahapnya dan


dapat dimodifikasi

e. Tahapan tumbang spesifik untuk setiap orang

Prinsip tumbuh kembang menurut Potter & Perry ( 2005 )


a. Perkembangan merupakan hal yang terartur dan mengikuti rangkaian
tertentu
b. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus
menerus, dalam pola sebagai berikut :

• Cephalocaudal : pertumbuhan berlangsung terus dari kepala ke arah


bawah bagian tubuh

• Proximodistal : perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat


(proksimal) tubuh kea rah luar tubuh ( distal )

• Differentiation : ketika perkembangan berlangsung terus dari yang


mudah kearah yang lebih kompleks.

• Perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat diprediksi , terjadi


dengan pola yang konsisten dan kronologis

Prinsip Perkembangan dari Kozier dan Erb

a. Manusia tumbuh secara terus menerus

b. Manusia mengikuti bentuk yang sama dalam pertumbuhan dan


perkembangan
c. Manusia berkembang menyebabkan dia mendapatkan proses
pembelajaran dan kematangan

d. Masing-masing tahapan perkembangan memiki karakteristik tertentu


selama bayi (infancy) dan balita merupakan saat pembentukan perilaku,
gaya hidup, dan bentuk pertumbuhan.
BAB III

PEMBAHASAN

1. Tumbuh Kembang Anak Usia 36-72

Berdasarkan tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan masa usia


dini merupakan masa peletakan dasar atau fondasi awal bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa yang diterima anak pada
masa usia dini akan memberikan konstribusi yang sangat besar pada
pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu dan berpengaruh
besar terhadap pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.

Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa,


kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensial berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada
masa ini. Pada masa periode kritis ini, diperlukan rangsangan atau
stimulasi yang berguna agar potensinya berkembang.

Perkembangan anak akan optimal bila interaksi diusahakan sesuai


dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya. Bahkan
sejak bayi dalam kandungan. Karena pada masa keemasan (the golden
age) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
menentukan bagi anak di masa depannya.

Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan


kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Pendidikan anak usia dini
sangat penting karena pada waktu manusia dilahirkan, menurut Clark
(dalam Yuliani, 2009) kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100-200
miliar sel otak yang yang siap dikembangkan dan diaktualisasikan untuk
mencapai tingkat perkembangan optimal. Namun hasil penelitian
menyatakan bahwa hanya 5% potensi otak yang terpakai karena
kurangnya stimulasi yang berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi otak.

Temuan neuro-sains yang dimaksud menyatakan bahwa ketika lahir,


sel-sel otak berjumlah sekitar 100 miliar, tetapi belum saling berhubungan
kecuali hanya sedikit, yaitu hanya sel-sel otak yang mengendalikan detak
jantung, pernafasan, gerak reflex, pendengaran, dan naluri hidup. Saat
anak usia 3 tahun (36 bulan), sel otak telah membentuk sekitar 1000 triliun
jaringan koneksi/sinapsis. Jumlah ini 2 kali lebih banyak dari yang dimiliki
orang dewasa. Sebuah sel otak dapat berhubungan dengan 15000 sel
lain. Sinaps-sinaps yang jarang digunakan akan mati,sedangkan yang
sering digunakan akan semakin kuat dan permanen.

Seorang psikolog terkemuka, Howard Gardner menyatakan bahwa


anak-anak pada usia lima tahun (60 bulan) pertama selalu diwarnai
dengan keberhasilan dalam belajar mengenai segala hal. Senada dengan
Gardner, Deborah Stipek(dalam Adi W. Gunawan, 2003) menyatakan
bahwa anak usia enam atau tujuh tahun menaruh harapan yang tinggi
untuk berhasil dalam mempelajari segala hal, meskipun dalam praktiknya
selalu buruk.

Setiap rangsangan atau stimulasi yang diterima anak akan melahirkan


sambungan baru atau memperkuat sambungan yang sudah ada.
Selanjutnya stimulasi kepada anak usia dini dapat diberikan melalui
lembaga-lembaga PAUD akan membuat neuron-neuron berfungsi optimal
sehingga berguna bagi perkembangan sensori anak. Kompleksasi
jaringan neuron antar sel di dalam otak secara otomatis akan memacu
aspek-aspek perkembangan lain, seperti kognitif, sosio-emosional,
kreatifitas, bahasa, dan lain sebagainya. Kurangnya stimulasi akan
menyebabkan perkembangan otak anak tidak optimal.
2. Kebutuhan Asah, Asih, dan Asuh Anak Usia 36-72 bulan

Setiap orang tua tentu ingin agar anaknya dapat tumbuh kembang
optimal, sehingga anaknya dapat mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang terbaik. Untuk mewujudkan hal tersebut orang tua
harus memenuhi kebutuhan dasar anak sejak dini, bahkan sejak bayi
berada dalam kandungan, dengan memperhatikan, mengawasi,
memberikan kasih sayang, gizi, kesehatan, penghargaan, rasa aman /
perlindungan, pengasuhan, partisipasi, stimulasi, pendidikan dan merawat
anak secara seksama (asah, asih, asuh).

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam


besar,jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dari seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual
dan tingkah laku sebagai hasil berinteraksi dengan lingkungannya.
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak, yaitu:
a. Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut.
Kemampuan
anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya.
b. Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada.
Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar
anak untuk tumbuh kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa.
Lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh kembangnya.
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi
menjadi 3 kebutuhan dasar yaitu:
1. Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”)
Meliputi:
- pangan/gizi
- perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI, penimbangan
yang teratur, pengobatan
- pemukiman yang layak
- kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan
- pakaian
- rekreasi, kesegaran jasmani
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (”ASIH”)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat
dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras
baik fisik, mental, atau psikososial.
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”)
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan,
kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas
dan sebagainya.
Anak yang mendapat ASUH, ASIH, dan ASAH yang memadai akan
mengalami tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetik
yang dimilikinya.
e. Jenis –jenis Stimulasi yang dibutuhkan oleh anak
1. Stimulasi aspek fisik
Rangsangan untuk anak usia dini amat diperlukan, karena pada
usia mereka perkembangan syaraf-syaraf motorik sangat pesat.
Melakukan gerakan-gerakan sederhana seperti berlari, berjalan, menari
akan sangat membantu perkembangan mereka.
2. Stimulasi aspek emosi
Kenalkan mereka dengan bentuk emosi dasar, bahagia dan sedih.
Dengan menghiburnya pada saat menangis karena mainannya rusak
akan membantu. Ajari pula mereka untuk berbagi dengan teman
sebayanya, misalnya dengan bernagi mainan, sehingga dapat
menimbulkan kepekaan untuk bertoleransi dan berperilaku
menyenangkan.
3. Stimulasi aspek spiritual
Ajarilah anak untuk berdoa dengan menggunakan kata-kata yang
sederhana, mengucapkan terimakasih kepada tuhan atas makanan, hari
yang indah, dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan hari itu.
Akan membuat anak semakin peka. Ajak juga mereka ke tempat ibadah,
dan membacakan dongeng dan kisah-kisah para nabi juga akan
membantu meningkatkan moral.
4. Stimulasi aspek intelektual
Rangsangan intelektual dapat dilakukan dengan sering
memberikan buku bacaan, mengajak anak melakukan permainan, dan
rekreasi bersama, dan juga dengan rajin menjawab keingintahuan anak.
Jadi sebagai orangtua juga harus rajin belajar agar sanggup memenuhi
dan menjawab keingintahuan anak dengan baik dan benar.
5. Stimulasi aspek sosial.
Anak pun harus diajari untuk peka terhadap lingkungan sekitarnya.
Membantu menjaga adik, membantu orangtua yang sedang sibuk, akan
merangsang kepekaan alaminya.
Agar stimulasi ini dapat menunjukkan hasil yang baik, kita tidak boleh
melupakan istirahat yang cukup dan asupan nutrisinya. Gizi yang baik
amat sangat dibutuhkan oleh anak, karena mereka sedang berada dalam
masa pertumbuhan. Jadi asupan nutrisi tentunya amat dibutuhkan untuk
perkembangan fisik, daya tahan tubuh, pencernaan, dan juga tentunya
untuk perkembangan otak mereka.

4. Alat Permainan yang Tepat untuk Anak Usia 36-72 bulan

Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program untuk anak-


anak prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak
sedini mungkin, dengan menggunakan APE (alat permainan edukatif).
APE adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan
anak disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta
berguna untuk pengembangan aspek fisik (kegiatan-kegiatan yang
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak), aspek bahasa
(dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar), aspek
kecerdasan (dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna.), dan
aspek sosial (khususnya dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu
dan anak, keluarga, dan masyarakat).

Bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang adalah


’makanan’ yang penting untuk perkembangan anak, seperti halnya
kebutuhan makan untuk pertumbuhan badan. Bermain bagi anak tidak
sekedar mengisi waktu luang saja, tetapi melalui bermain anak belajar
mengendalikan dan mengkoordinasikan otot-ototnya, melibatkan persaan,
emosi, dan pikirannya. Sehingga dengan bermain anak mendapat
berbagai pengalaman hidup, selain itu bila dikakukan bersama orang
tuanya hubungan orang tua dan anak menjadi semakin akrab dan orang
tua juga akan segera mengetahui kalau terdapat gangguan
perkembangan anak secara dini. Buku bacaan anak juga penting karena
akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta
menambah wawasan terhadap lingkungannya.

Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot tubuh


diperlukan stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan atau
olah raga. Anak perlu diperkenalkan dengan olah raga sedini mungkin,
misalnya melempar/menangkap bola, melompat, main tali, naik sepeda).
Seorang ahli mengatakan bahwa prioritas untuk anak adalah makanan,
perawatan kesehatan, dan bermain. Makanan yang baik, pertumbuhan
yang adekuat, dan kesehatan yang terpelihara adalah penting, tetapi
perkembangan intelektual juga diperlukan. Bermain merupakan ”sekolah”
yang berharga bagi anak sehingga perkembangan intelektualnya optimal.
Ada beberapa fungsi bermain pada anak yaitu sebagai berikut.
1. Perkembangan Sensorik

Aktivitas motor merupakan bagian yang berkembang pada masa bayi.


Perkembangan sensorik motor ini didukung oleh keterampilan motorik
kasar dan halus seperti stimulus visual,stimulus pendengaran,stimulus
taktil (sentuhan),dan stimulasi kinetik.Stimulus sensorik yang diberikan
oleh lingkungan anak akan direspon dengan memperlihatkan aktivitas-
aktivitas motoriknya.

Stimulasi visual merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap


permulaan perkembangan anak. Anak akan meningkatkan perhatiannya
pada lingkungan sekitar melalui penglihatanny.Oleh karena itu,orang tua
disarankan untuk memberikan mainan warna-warni pada usia 3 bulan
pertama.

Stimulasi pendengaran (stimulasi auditif) adalah sangat penting untuk


perkembangan bahasanya (verbaal),terutama pada tahun pertama
kehidupannya.Memberikan sentuhan (stimulus taktil) yang mencukupi
pada anak berarti memberikan perhatian dan kasih sayng yang diperlukan
oleh anak.Stimulus semacam ini akan menimbulkan rasa aman dan
percaya diri pada anak sehingga anak lebiih responsif dan
berkembang.Stimulasdi kinetik akan membantu anak untuk mengenal
lingkungan yang berberda.

2. Pekembangan Intelektual

Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk


pembelajaran Eksplorasi dan manipulasi bentuk,ukuran,tekstur,warna
pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang konsep abstrak.
Kesempatan untuk mempraktikkan dan memperluas keterampilan
berbahasa. Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa
lalu dalam upaya mengasimulasinya kedalam persepsi dan hubungan
baru. Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan
membedakan antara fantasi

3. Perkembangan Sosialisasi dan Moral

Sejak awal masa anak-anak bayi telah menunjukkan ketertarikan dan


kesenangan terhadap orang lain terutama terhgadap ibu.Dengan
bermain,anak akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi,belajar
untuk mengatasi persoalan yang timbul,mengenal nilai-niali moral dan
etika,belajar mengenai apa yang salah dan benar,serta bertanggung
jawab terhadap sesuatu yang diperbuatnya.

Pada tahun pertama,anak hanya mengamati objek di sekitarnya.Pada


usia 2-3 tahun,biasanya anak suka bermaian peran seperti peran sebagai
ayah,ibu dan lain-lain. Pada usia pra sekolah anak lebih banyak
bergabung dengan kelompok sebayanya (peer group) mempunyai teman
favorit.

4. Kreativitas

Situasi yang lebih menguntungkan/menyernagkan untuk berkreasi dari


pada bermain.Anak-anak dapat bereksperimen dan mencoba ide-idenya.
Sekali anak merasa puas untuk mencoba sesuatu yang baru dan
berbeda,ia akan memindahkan kreasinya kesituasi yang lain.
Memungkinkan fantasi dan imajinasi dan meningkatkan perkembangan
bakat dan minat khusus.Untuk mengembangkan kreasi anak diperlukan
lingkunagan yang mendukung

5. Kesadaran Diri

Dengan aktivitas bermain,anak akan menyadari bahwa dirinya berbeda


dengan yang lain dan memahami dirinya sendiri.Anak belajar untuk
memahami kelemahan dan kemampuannya dibandingkan dengan
anak yang lain.anak juga mulai melepaskan diri dari orang tuanya.
6. Nilai Terapeutik

Bermain dapat mengurangi tekanan atau stres dari lingkungan.Dengan


bermain,anak dapat mengekspresikan emosi dan ketik puasan atas situsi
sosial serta rasa takutnya yang tidak dapat diekspresikan di dunia
nyata.Dengan bermain dapat memudahkan komunikasi verbal dan
ninverbal tentang kebutuhan,rasa takut dan keinginan.

b) Kemampuan Bicara dan Bahasa

Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak
terjalin sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak
sangat besar. Kemampuan bicara bayi masih dalam bentuk pra bicara,
yang diekspresikan dengan cara menangis, mengoceh, gerakan isyarat
dan ekspresi wajah seperti tersenyum. Bahkan pada masa ini lebih sering
muncul senyum sosial sebagai reaksi terhadap rangsangan dari luar .
Ekspresi emosi adalah bahasa pertama sebelum bayi berbicara, sebagai
cara untuk mengkomunikasikan dirinya pada orang tua atau orang lain.

Bayi akan bereaksi pada ekspresi wajah dan tekanan suara,


sebaliknya orangtua membaca ekspresi bayi dan merespon jika ekspresi
bayi menunjukkan tertekan atau gembira. Terkait dengan ekspresi emosi
bayi, yang mudah dikondisikan, maka ekspresi emosi bayi mudah
dikondisikan. Jika orangtua lebih banyak menunjukkan suasana hati yang
positif seperti selalu gembira, santai dan menyenangkan, akan
mempengaruhi pemahaman bayi terhadap sesuatu dan cenderung
menimbulkansuasana hati yang menyenangkan. Sebaliknya jika orang
dewasa mengkondisikan dengan situasi yang tidak menyenangkan maka
suasana emosi bayi cenderung buruk. Kemampuan bicara pada bayi
sebenarnya ada hubungannya dengan perkembangan otak, terutama
pada saat bayi menangkap kata-kata yang diucapkan dan menyampaikan
apa yang ada dalam pikirannya. Pada saat bayi berjalan, berbicara,
tersenyum dan mengerutkan dahi, sebenarnya tengah berlangsung
perubahan dalam otak. Meski keterkaitan sel-sel syaraf (neuron) yang
dimiliki bayi, masih sangat lemah, namun akan sangat mempengaruhi
pada perkembangan sel syaraf pada tahap selanjutnya.

Bayi mengerti dan memahami sesuatu yang berada disekelilingnya,


tidak terbatas dengan melihat serta memanipulasi namun sebenarnya bayi
sudah memiliki kemampuan untuk memberi perhatian, menciptakan
simbolisasi, meniru dan menangkap suatu konsep melalui gerakan sudah
lebih berkembang. Oleh karenanya untuk mengoptimalkan kemampuan
otaknya maka bayi perlu lebih banyak menstimulasi bayi untuk mengenal
benda-benda sekelilingnya sambil terus mengajak berbicara.

c) Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian

Kemampuan sosialisasi dan kemandirian dapat dirangsang dengan


sosialisasi pada masa bayi diawali di dalam keluarga, dimana dalam
keluarga terjadi hubungan timbal balik antara bayi dan pengasuh atau
orangtua. Melalui perhatian dan perilaku orangtua akan memberi
kerangka pada bayi dalam berinteraksi dan pengalaman yang terpenting
bagi bayi karena keluarga adalah melibatkan proses kasih sayang.

Kemampuan bayi untuk bersosialisasi mulai muncul, dasar-dasar


sosial mulai dibentuk, yang diperoleh dengan cara mencontoh perilaku
pada situasi sosial tertentu, misalnya mencontoh perilaku sosial dari kakak
atau orang tuanya, yang akhirnya akan mempengaruhi cara penyesuaian
pribadi dan sosialnya dikemudian hari.

2. Kemampuan Anak di Bawah Usia Lima Tahun (12 – 59 bulan)


Pada masa ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat
kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus)
serta fungsi eksresi/pembuangan. Periode penting dalam tumbuh
kembang masa usia ini akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada usia 3 tahun pertama kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan
tejadi pertumbuhan serabut-serabut syaraf dan cabang-cabangnya,
sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan
pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar
berjalan, mengenal huruf hingga bersosialisasi.

a) Kemampuan Motorik

Masa ini disebut sebagai masa sangat aktif dari seluruh masa
kehidupannya, karena tingkat aktivitasnya dan perkembangan otot besar
mereka sedang tumbuh. Demikian halnya dengan kemampuan motorik
halus anak, sudah mulai meningkat dan menjadi lebih tepat pada saat
berusia 5 tahun. Koordinasi tangan, lengan dan tubuh dapat bergerak
bersama dibawah koordinasi yang lebih baik daripada mata.

Dengan demikian masa ini disebut juga sebagai masa belajar


berbagai kemampuan dan keterampilan, dengan berbekal rasa ingin tahu
yang cukup kuat dengan seringnya anak mencoba hal-hal baru dan
seringnya pengulangan menyebabkan masa ini menjadi masa yang tepat
untuk mempelajari keterampilan baru.

Kemampuan motorik yang dimiliki anak sebagai berikut:


Usia

Gerak Kasar

Gerak Halus

36-48 bulan·

-Menangkap bola kecil dan melemparkan kembali.

-Berjalan mengikuti garis lurus,

-Melompat dengan satu kaki,


-Melempar benda-benda kecil ke atas,

-Menirukan binatang berjalan,

-Berjalan jinjit secara bergantian

-Memotong dengan menggunakan gunting

-Menempel guntingan gambar sesuai dengan cerita.

-Menempel gambar pada karton.

-Belajar 'menjahit' dengan tali raffia

- Menggambar/menulis garis lurus, bulatan,segi empat, huruf dan angka.

-Menghitung lebih dari 2 atau 3 angka.

-Menggambar dengan jari, memakai cat,

-Mengenal campuran warna dengan cat air,

-Mengenal bentuk dengan menempel potongan bentuk.

48-60bulan

-Lomba……...karung

-Main……….engklek

-Melompat….tali.

-Mengenal konsep "separuh atau satu"

- Menggambar dan atau melengkapi gambar

-Menghitung benda-benda kecil dan mencocokkan dengan angka.

-Menggunting kertas (sudah dilipat) dengan gunting tumpul

-Membandingkan besar/kecil, banyak/sedikit, berat/ringan.


-Belajar 'percobaan ilmiah

-Berkebun.

b) Kemampuan Bicara dan Bahasa

Bertambahnya kematangan otak dikombinasikan dengan peluang-


peluang untuk menjelajahi dunia sekelilingnya dan sebagai penyumbang
terbesar untuk lahirnya kemampuan kognitif anak. Sejumlah kemampuan
anak, seperti belajar membaca adalah berkaitan dengan masukan dari
mata anak yang ditransmisikan ke otak anak, kemudian melalui sistem
yang ada di otak, menterjemahkannya kedalam kode huruf-huruf, kata-
kata dan asosiasinya. Akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk bicara.
Bakat bicara anak karena sistem otak diorganisasikan sedemikian rupa
sehingga memungkinkan anak memproses sebagai bahasa.

Anak mulai pandai berbicara, sejalan dengan perkembangannya


memahami sesuatu. Biasanya anak mulai berbicara sendiri, kemudian
berkembang menjadi kemampuan untuk bertindak tanpa harus
mengucapkannya. Dalam hal ini anak telah menginternalisasikan
pembicaraan yang egocentris dalam bentuk berbicara sendiri menjadi
pemikiran anak. Hal ini merupakan suatu transisi awal untuk dapat lebih
berkomunikasi secara sosial.

Kemampuan Bicara dan Bahasa

Usia 36-48 bulan

-Berbicara dengan anak,

-Bercerita mengenai dirinya

-Bercerita melalui album foto,

-Mengenal huruf besar menurut alfabet di koran/majalah.


48-60 bulan

-Belajar mengingat-ingat,

-Mengenal huruf dan simbol,

-Mengenal angka,

-Membaca majalah,

-Mengenal musim,

-Mengumpulkan foto kegiatan keluarga

-Mengenal dan mencintai buku

-Melengkapi dan menyelesaikan kalimat

-Menceritakan masa kecil anak

-Membantu pekerjaan di dapur.

c) Kemampuan Bersosialisasi dan Kemandiria

Dasar-dasar sosialisasi yang sudah diletakkan pada masa bayi,


maka pada masa ini mulai berkembang. Dalam hal ini hubungan keluarga,
orangtua-anak, antar saudara dan hubungan dengan sanak keluarga
cukup berperan. Pengasuhan pada tahun pertama berpusat pada
perawatan, berubah ke arah kegiatan-kegiatan seperti permainan,
pembicaraan dan pemberian disiplin, akhirnya mengajak anak untuk
menalar terhadap sesuatu. Pada masa ini sebagai masa bermain, anak
mulai melibatkan teman sebayanya, melalui bermain, meski interaksi yang
dibangun dalam permainan bukan bersifat sosial, namun sebagai kegiatan
untuk menyenangkan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri. Jenis
permainan yang dilakukan bisa berbentuk konstruktif, permainan pura-
pura, permainan sensori motorik, permainan sosial atau melibatkan orang

lain, games atau berkompetisi


Kemampuan Bersosialisasi dan Kemandirian

Usia 36-48 bulan

-Mengancingkan kancing tarik

-Makan pakai sendok garpu

-Membantu memasak,

- Mencuci tangan dan kaki,

Mengenal aturan/batasan.

Usia 48-60 bulan

-Membentuk kemandirian dengan memberi kesempatan

-mengunjungi temannya tanpa ditemani.

-Membuat atau menempel foto keluarga,

-Membuat mainan/boneka dari kertas

-Menggambar orang,

-Mengikuti aturan permainan/petunjuk

-Bermain kreatif dengan teman-temannya,

-Bermain 'berjualan dan berbelanja di toko"

3. Masa Anak Pra Sekolah (usia 60-72 bulan atau 5-6 tahun)

Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil, aktivitas


jasmani semakin bertambah dan meiningkatnya keterampilan dan proses
berpikir. Anak mulai menunjukkan keinginannya seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini, anak mulai
diperkenalkan dengan lingkungan luar selain lingkungan dalam rumah,
sehingga anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman
bahkan anak banyak keluarga menghabiskan waktunya bermain di luar
rumah, seperti bermain di taman atau ke tempat-tempat yang
menyediakan fasilitas bermain anak.

Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, oleh karenanya


panca indera dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses
memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik.
Proses belajar yang tepat bagi usia ini adalah dengan cara
bermain. Kemampuan yang dimiliki pada anak pra sekolah adalah sbb:
Kemampuan
Keterangan
Gerak kasar

-bermain bola dengan teman sebayanya

-naik sepeda, bermain sepatu roda.

Gerak halus

-mengerti urutan kegiatan,

-berlatih mengingat-ingat

-membuat sesuatu dari tanah liat/lilin,

-bermain "berjualan",

-belajar bertukang, memakai pali, gergaji dan paku,

-mengumpulkan benda-benda

-belajar memasak,

-mengenal kalender

-mengenal waktu

-menggambar dari berbagai sudut pandang,


-belajar mengukur.

Bicara dan bahasa

-mengenal benda yang serupa dan berbeda,

-bermain tebak-tebakan

-berlatih mengingat-ingat,

- menjawab pertanyaan "mengapa ?

-menganal rambut/tanda lalu lintas

-mengenal uang logam

-mengamati/meneliti keadaan sekitar.

-Bersosialisasi dan kemandirian.

-Berkomunikasi dengan anak,

-Berteman dan bergaul

-Mematuhi peraturan keluarga

Di bawah ini ada beberapa contoh alat permainan balita dan


perkembangan yang distimuli:
1.Pertumbuhan fisisk/motoric kasar:

Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik atau didorong


2.Motorik halus: Gunting, pensil, bola, balok, lilin.
3.Kecerdasan/kognitif:
Buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego, boneka, pensil warna, radio.
4.Bahasa:
Buku bergambar, buku cerita, majalah, radio tape, TV
5.Menolong diri sendiri:
Gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki
6.Tingkah laku social:

Alat permainan yang dapat dipakai bersama, congklak, kotakpasir,


bola, tali.

Usia 36 – 72 bulan

Tujuan:

-Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan

-Mengembangkan kemampuan berbahasa

-Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah


mengurangi

-Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-


pura (sandiwara)

-Membedakan benda dengan perabaan

-Menumbuhkan sportivitas

-Mengembangkan kepercayaan diri

-Mengembang kreativitas

-Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari dll)

- Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus

dan kasar

-Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang


diluar rumahnya

-Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan,


misalnya pengertian terapung dan tenggelam
-Mengenalkan suasana kompetisi, gotong royong

Alat permainan yang dianjurkan:

-Berbagai benda dari sekitar rumah, bulu bergambar, majalah


anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air

-Teman-teman bermain: anak sebaya, orang tua, orang lain diluar


rumah

G. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ERIKSON

Menurut Erik Erikson (1963) perkembangan psikososial terbagi


menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap psikososial memiliki dua
komponen, yaitu komponen yang baik (yang diharapkan) dan yang tidak
baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya
tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya.
Adapun tahap-tahap perkembangan psikososial anak adalah sebagai
berikut:

1. Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )

2. Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu ( 1-3 tahun )

3. Inisiatif Vs Rasa Bersalah ( 3-6 tahun )

Pada tahap ini anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi


lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak. Anak mulai menuntut
untuk melakukan tugas tertentu. Anak mulai diikut sertakan sebagai
individu misalnya turut serta merapihkan tempat tidur atau membantu
orangtua di dapur. Anak mulai memperluas ruang lingkup pergaulannya
misalnya menjadi aktif diluar rumah, kemampuan berbahasa semakin
meningkat. Hubungan dengan teman sebaya dan saudara sekandung
untuk menang sendiri.
Peran ayah sudah mulai berjalan pada fase ini dan hubungan
segitiga antara Ayah-Ibu-Anak sangat penting untuk membina
kemantapan idantitas diri. Orangtua dapat melatih anak untuk
menguntegrasikan peran-peran sosial dan tanggungjawab sosial. Pada
tahap ini kadang-kadang anak tidak dapat mencapai tujuannya atau
kegiatannya karena keterbatasannya, tetapi bila tuntutan lingkungan
misalnya dari orangtua atau orang lain terlalu tinggi atau berlebihan maka
dapat mengakibatkan anak merasa aktifitasnya atau imajinasinya buruk,
akhirnya timbul rasa kecewa dan rasa bersalah.

3. Industri Vs Inferioritas ( 6-12 tahun )


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada


potensi biologik seseorang yang merupakan hasil4interaksi berbagai
faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan bio-fisiko-
psiko sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-
beda yang memberika ciri tersendiri pada setiap anak. Dunia anak tidak
dapat dipisahkan dengan dunia bermain. Aktivitas bermain merupakan
salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara optimal.Alat
permainan pada anak hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan
usia anak sehingga dapat merangsang perkembangan anak secara
optimal untuk pengembangan aspek fisik, bahasa, kognitif dan soaial anak
atau disebut dengan alat permainan edukatif (APE).Jenis permainan
disesuaikan dengan usia anak.

B. SARAN
1. Tumbuh kembang harus menjadi perhatian bagi pemerintah, tenaga
kesehatan, dan masyarakat khususnya supaya anak Indonesia dapat
mencapai kesehatan yang optimal.
2. Diharapkan kepada orangtua dan keluarga agar memberi makanan
seimbang kepada bayi dan balita untuk mencegah terjadinya kekurangan
gizi yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan.
3. Dalam memberikan alat permainan pada anak diharapkan kepada
orang tua untuk menyesuaikan dengan umur anak.
DAFTAR PUSTAKA

A.Markum, A.H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.
http://www.4shared.com/document/TEcFZmKj/Makalah_Tentang_Imunisa
si.html
http://www.scribd.com/doc/39819571/MAKALAH-IMUNISASI
http://rahmanbudyono.wordpress.com/2009/01/28/makalah-
kesehataan_imunisasi/
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=15
http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-imunisasi-tujuan-manfaat-cara-
dan-jenis-imunisasi-pada-manusia
http://kameramenrcti.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai