Anda di halaman 1dari 8

Pada hari senin tanggal 14 februari 2014, masyarakat di desa terang bulan dikejutkan dengan ibu bersalin

meninggal ditangan dukun. Ketika proses persalinan tersebut bidan sedang mengikuti seminar dan tidak
dihubungi oleh keluarga pasien.

Bu tuti :”heh ibu-ibu kasihan ya si budi, dia ditinggal sama ani. Padahal baru menikah beberapa
bulan, tapi untung anak nya masih bias diselamatkan.”

Bu ana :”benar sekali bu tuti, kalau saya jadi si budi, mungkin saya bias gila, ditinggal istri yang
sangat cantik.”

Bu tuti :”ngomong-ngomong, kenapa si ana bisa meninggal, padahal kan dia sering periksa
kebidan.”

Bu ana :”iya ya, tapi yang saya dengar, kemaren yang menolong melahirkan bukan bu bidan tapi
mbah tukiyem.”

Tiba-tiba lewat bu bidan santi yang baru saja pulang dari kota.

Bidan :”eh ibu-ibu. Ngerumpiin apa nih, kayaknya seru benar.”

Bu tuti :” bu bidan dari mana aja, kok beberapa hari gak kelihatan.”

Bidan :”saya dari kota ibu-ibu, ada acara seminar dikota, sekalian mampir kerumah saudara.”

Bu ana :”oh, bu bidan tau enggak. Si ani istrinya budi telah meninggal dunia sewaktu melahirkan
kemaren.”

Bidan :”inalilahi, ya allah kalau boleh tau siapa yang membantu bu ani melahirkan ibu-ibu?”
Bu tuti :”mbah tukiyem bu bidan.”

Bidan :”oh iya terima kasih, ibu-ibu kalau begitu saya pamit dulu.”

Bidan pun pulang kerumah dengan tergesa-gesa dan kemudian bersiap-siap untuk berkunjung kerumah
budi yang baru saja mendapat musibah.

Bidan :”permisi pak buk,,,,,”

Ibu ani :”masuk bu bidan.”

Bidan :”saya turut berduka cita, atas meninggalnya anak ibu, saya juga mau meminta maaf bu,
karena pada saat persalinan saya tidak berada didesa ini. Karena ada kegiatan dikota”

Ibu ani :”iya bu bidan, kemaren yang membantu melahirkan mbah tukiyem. Tapi anak saya
meninggal. Tidak tau apa penyebabnya, tiba-tiba mbah dukun mengatakan anak saya tidak tertolong.”

Bidan :”yang sabar ya bu, semoga diberikan kekuatan. Maaf bu sebelumnya, kenapa ibu atau
keluarga yang lain tidak menghubungi saya.”

Ibu ani :”itulah kesalahan kami bu bidan, kami terlalu percaya kepada dukun, terlebih anak
menantu saya, dia tidak mau kalau istrinya tidak dibantu dukun dengan berbagai alasan yang terkadang
tidak masuk akal.”

Bidan :”baiklah bu saya mengerti,bu saya boleh melihat bayinya mbak ani. Saya mau lihat
keadaannya.”
iBu ani :”boleh bu bidan, mari kita kekamar, bayinya sedang tidur, sekalian minta tolong
diperiksakan cucu saya.”

Bidan pun langsung melihat keadaan bayinya ani sekaligus melakukan pemeriksaan dan setelah diperiksa
bayinya cukup sehat.

Bidan :”bu saat ini bayinya sehat, susunya jangan telat diberikan ya bu, nanti kalau terjadi sesuatu
cepat hubungi saya ya bu.”

iBu ani :”baiklah bu bidan, terima kasih telah berkunjung.”

Bidan :” sama-sama bu sudah kewajiban saya saling membantu, oh ya mas budinya sekarang lagi
dimana ya bu.”

Ibu ani :”dia hamper gila kehilangan istrinya, sekarang dia lagi menuju kerumah mbah tukiyem,
mau membunuh sih mbah itu, katanya mbah itu yang menyebabkan kematian pada istrinya.”

Bidan :”masyaalah, kenapa seperti itu bu, bu kalau begitu saya pamit dulu bu.”

Bidan pun meninggalkan rumah budi, dan segera mengejar budi yang sedang marah dirumah mbah
dukun. Sesampai disana warga dan kepala desa sedang berkerumun.

Budi :”heh tukiyem, keluar kamu dukun gadungan, gara-gara kamu istri saya meninggal.( sambil
memegang parang).

Kepala desa :”apa yang kamu lakukan budi, sebaiknya kita selesaikan masalah ini secara kekeluargaan,
tidak baik seperti ini.”

Budi :”saya tidak peduli, pokoknya nyawa harus dibayar dengan nyawa.”
Budi pun mendobrak rumah mbah dukun, dan ternyata si dukun sedang tidak ada dirumah.”

Budi :”kali ini kamu selamat tukiyem, tapi awas kalau ketemu.”

Budi pun meninggalkan rumah tukiyem dan kembali kerumah. Warga dan kepala desa tidak dapat
mencegah budi karena senjata tajam yang dipegang budi.

Bidan :”maaf pak, bagaimana keadaannya.”

Kepala desa :”begini bu bidan, saya mau minta tolong sama bu bidan sebelum kita menyerahkan kasus
ini ke pihak yang berwajib, sebaiknya bu bidan menyelidiki mencari data atau informasi yang benar
kenapa warga yang melahirkan bisa meninggal. Dan ini terjadi sudah beberapa kali, selama ini kami
menganggap hal ini biasa tetapi kali ini tidak. Karena sudah banyak korban.”

Bidan :”baiklah pak saya akan melakukan penelitian terhadap kasus ini, tetapi saya minta bantuan
bapak untuk menghubungi bidan senior sebelumnya dan tega kesehatan lainnya, dan saya juga akan
berkunjung ke puskesmas, karena saya baru disini. Saya minta bantuan bapak.”

Kepala desa :”baiklah bu bidan.”

Bidan pun melakukan penelitian, mengumpulkan data warga yang meninggal saat melahirkan, bayi yang
meninggal, dan siapa saja yang membantu persalinan. Dengan mengunjungi puskesmas, dan melakukan
wawancara terhadap keluarga yang meninggal.

3 hari kemudian, bidan pun dipanggil keluarga budi, karena anak sih budi mengalami kejang-kejang.
Bidan pun sesegera mungkin pergi kerumah budi.
Bidan :”ibu bapak, izinkan saya membantu anak bapak, bapak ibu siapkan kendaraan untuk
dibawa kerumah sakit”

Bidan pun melakukan pertolongan penatalaksanaan pada bayi yang mengalami kejang. Tapi sayang bayi
telah meninggal. Bayi tidak bisa tertolong.

Bidan :”maaf pak bu, bayinya tidak bisa diselamatkan, kondisi bayi sangat tidak baik.”

Keluarga pun histeris menangis meratapi buah hati si budi yang sudah pergi menyusul ibunya.

Berdasarkan kasus tersebut bidan telah mengambil kesimpulan penyebab kematian ani dan bayinya.
Keesokan harinya bidan pun mengajak pak kades berkunjung kerumah dukun. Dan kebetulan mbah
dukun sudah pulang kerumah.

Kepala desa :”maaf mbah, kedatangan kami kesini adalah untuk meminta penjelasan dari mbah terkait
masalah pertolongan persalinan, kami meminta penjelasan dari mbah.”

Mbah dukun pun bersujud

Mbah dukun :”ampun…. Maafkan kan saya pak kades. Saya mengaku salah, jangan laporkan saya, saya
ini sudah tua.”

Bidan :”karena masalah ini sudah menjadi topic perbincangan warga desa. Yang kami lakukan
adalah melindungi mbah, jika mbah mau dilindungi dari kejaran warga, maka mbah harus mengakui apa
yang telah mbah lakukan selama ini.”

Mbah dukun :”baiklah saya mengaku, pada saat saya membantu si ani saya mengaku salah. Saat itu si
ani melahirkan sangat lama, saya tidak tau kenapa bayinya itu susah sekali keluar dan saya coba
melakukan penarikan untuk mengeluarkan bayi itu dengan segera. Setelah bayi itu lahir tiba-tiba keluar
banyak darah, dan belum lama kemudian si ani meninggal. Saya sadar saya melakukan kesalahan
walaupun biasanya saat saya melakukan kesalahan pasti saya bisa mengatasi tapi saat itu saya benar-
benar bingung bu bidan.”

Bidan :”baiklah ibu, terima kasih.”

Beberapa menit kemudian, datang 2 orang polisi.

Polisi :”maaf mbah, mbah harus segera ikut kami kekantor polisi, atas tuduhan melakukan aborsi
pada remaja.”

Kedua polisi itu langsung menangkap dan mengamankan mbah tukiyem. Dan bidan pun meminta
bantuan kepada kepala desa untuk mengumpulkan warga karena akan mengadakan suatu penyuluhan
dibalai desa.

2 hari kemudian kepala desa berhasil mengumpulkan warga dibalai desa.

Kepala desa :”asalamualaikum, bapak –ibu sekalian baiklah pada kesempatan ini bidan santi akan
menjelaskan tentang kesehatan didesa kita terkait masalah yang sedang dialami desa kita yang tercinta
ini.”

Bidan :”ass, langsung saja pak bu, saya akan menjelaskan bagaimana cara kita untuk mengurangi
angka kematian ibu melahirkan di desa ini. Kasus ibu ani, ibu mengalami pendarahan saat melahirkan
karena pertolongan persalinan yang tidak aman. Terdapat robekan pada jalan lahir ibu, sehingga ibu
mengalami pendarahan dan syok sehingga meninggal”

Warga 1 :”kenapa itu bisa terjadi bu bidan?”

Bidan :”itu disebabkan karena kecerobohan si penolong, salah mengajarkan mengedan dan
kurangnya pengetahuan tentang prinsip pertolongan persalinan yang aman.”
Warga 2 :”lalu kenapa bayinya meninggal bu bidan?”

Bidan :”pada saat persalinan, karena pertolongan menggunakan alat yang tidak steril, tempat
yang kotor, sehingga bayi tersebut mengalami infeksi atau sering disebut dengan tetanus. Suhu bayi
meningkat sehingga demam dan terjadilah kejang yang tidak bisa diselamatkan.”

Warga 3 :”lalu apa yang harus dilakukan bu bidan?”

Bidan :”yang harus kita lakukan adalah pertama anjurkan istri atau keluarga kita untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan, kemudian memilih penolong yang sudah mampu dan mempunyai pengetahuan
tinggi, dan yang terakhir tanggap atau cepat menghubungi tenaga kesehatn jika terjadi sesuatu yang
mengancam keluarga kita.”

Warga 4 :”baiklah bu bidan, selain itu apa lagi bu bidan?”

Bidan :”dan saran saya kebiasaan atau adat istiadat yang bertentangan dengan kesehatan
sebaiknya kita tinggalkan dulu demi kesehatan keluarga kita, bapak ibu boleh nanya sama saya.”

Warga 5 :”oh ya bu bidan, katanya mbah tukiyem sudah ditangkat.”

Kepala desa :”benar pak, bu. Mbah sudah mengakui semua kesalahannya dan sekarang sudah
diamankan pihak yang berwajib. Mbah juga sudah melakukan kesalahan, dia melakukan aborsi anak
remaja kota.”

Bidan :”ini yang harus kita waspadai pak bu, untuk memperhatikan anak-anak kita jangan sampai
terjerumus kejalan yang salah. Apalagi sampai menggugurkan kandungan, ini sangat berbahaya bagi
keselamatan nyawa nya. Disini saya meminta kepercayaan kepada bapak ibu, jika ada masalah atau
keluhan tentang kesehatan, bapak ibu sesegera mungkin menghubungi saya atau tenaga kesehatan
lainnya. Demi keselamatan kita bersama.”
Warga :”iya bu bidan… kami mengerti.”

Bidan :”terima kasih pak bu, kalau begitu saya tutut. Terima kasih atas perhatiannya.”

Kepala desa :”itulah tadi penyampaian dari bu bidan, semoga bisa bermanfaat untuk kita semua.”

Penyuluhan berjalan lancar, akhirnya warga pun mulai mempercayai bidan dan sedikit demi sedikit
meninggalkan kebiasaan yang bertentangan dengan kesehatan. Warga mulai memeriksakan kehamilan
dal keluhan lainnya kepada bidan. Sehingga angka kematian desa pajar bulan menurun. Bidan pun
berhasil memecahkan masalah dan mencari solusi masalah yang menimpa desa pajar bulan, dan bidan
pun mendapat penghargaan dari dinas kesehatan yang ada dikota.

Anda mungkin juga menyukai