Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS TERHADAP KEMAMPUAN PEMBIAYAAN DAERAH GORONTALO

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

Disusun oleh:

Frans obed sembai

I0617045

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2018

i
a) Pendahuluan
Pinjaman daerah sebagai alternatif pembiayaan bagi Pemerintah Daerah dilakukan ketika sumber-
sumber keuangan seperti PAD, dan dana perimbangan tidak mencukupi untuk menutup pembiayaan
yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah. Namun ketika hendak melakukan pinjaman
Pemerintah Daerah terikat dengan syarat yang harus dipenuhi sesuai dengan PP. No. 54 tahun 2005
tentang pinjaman daerah. Syarat tersebut sebagai dasar untuk mengetahui kemampuan keuangan
Pemerintah Daerah dalam melakukan pelunasan kembali pinjaman. Perlunya kajian mendalam
mengenai kemampuan keuangan Pemerintah Kota Gorontalo sebagai daerah yang menggunakan
pinjaman daerah, agar nantinya dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah Kota Gorontalo dalam
melakukan pinjaman yang saat ini sedikit menjadi polimek antara pemerintah kota gorontalo dan
provinsi Gorontalo yang berimplikasi pada evaluasi APBD kota gorontalo oleh pemda Provinsi Gorontalo.
Kajian ini dilakukan supaya pemda Kota gorontalo tidak terjebak utang (debt trap) dan mengetahui
kemampuan keuangannya. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui kemampuan keuangan
pemerintah Kota gorontalo dalam pelunasan pinjaman sebagai akibat pinjaman daerah yang telah
dilakukan dengan pendekatan DSCR.Dandari segi kemandirian fiskal Kota Gorontalo untuk menunjang
Kemampuan keuangan dalam melakukan pelunasan pinjaman, serta dasar pengambilan keputusan
pemerintah Kota Gorontalo dalam melakukan pinjaman daerah.

ii
b) Isi
 APBD Provinsi Goronttalo
APBD Provinsi Gorontalo tahun 2018 yakni sebesar 1,8 Trilyun Rupiah. Angka tersebut
antara lain diperoleh dari pendapatan asli daerah untuk tahun 2018 sebesar 362 Milyar
Rupiah, naik dari tahun 2017 sebesar 356 Milyar. Pendapatan pajak daerah dari
sebelumnya 326 Milyar menjadi 330 Milyar. Hasil retribusi daerah tahun 2017 senilai 6
miliyar, naik menjadi 7 miliyar pada 2018. Sedangkan untuk Dana Alokasi Umum tahun
2017 senilai 1 Triliyun 19 Milyar, pada tahun 2018 hanya 1 Triliyun 16 Miliyar atau
turun sebesar 1,26% .

Adapun metode kajian analisis yang digunakan yaitu analisis domain menyangkut PAD,DDF
dan kemandirian Keuangan Daerah dan nilai DSCR sebagai dasar untuk mengetahui kemampuan
keuangan Kota Gorontalo dalam melakukan pelunasan pinjaman. Dari hasil kajian penulis,
Pemerintah Kota Gorontalo dari segi kemampuan keuangan dalam rangka pelunasan kembali
pinjaman daerah yang diukur dengan beberapa alat analisis dinyatakan mampu dan tidaknya
dapat dilihat dari beberapa kajian Berikut:
a) PAD (Pendapatan Asli Daerah)

Sumber Data: Hasil Analisis Tim B3WP Prov. Gorontalo dari dok LHP-BPK
Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa tingkat Pendapatan Asli Daerah Kota Gorontalo dalam
empat tahun terakhir fluktuatif baik dari sisi pendapatan nominal maupun dari tren pertumbuhan
dimana untuk tahun 2010 PAD Kota Gorontalo 25,28 Milyar sedangkan pada tahun 2011
mengalami peningkatan menjadi 31,64 Milyar atau mengalami pertumbuhan 25% dari PAD
tahun sebelumnya.

iii
b). DDF ( Derajat Desentralisasi Fiskal)
Derajat Desentralisasi Fiskal gunanya untuk mengukur anggaran yang diserahkelolakan oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

Sumber Data: Hasil Analisis Tim B3WP Prov. Gorontalo dari Dok LHP-BPK
Pada grafik diatas dapat diukur kemampuan pemerintah daerah kota gorontalo dalam mengelola
anggaran yang diserahkelolakan oleh pemerintah pusat, dari empat tahun terakhir mengalami
penurunan yang sangat signifikan dimana tahun 2009 kemampuan pengelolaan keuangan
pemerintah kota gorontalo masih berkisar 12,83%, namun pada tahun 2010 turun menjadi 5,42%
dan pada tahun 2011 menjadi 6% atau mengalami kenaikan hanya 0,58%. Dari kecenderungan
yang ada dapat disimpulkan bahwa dari sisi desentralisasi kota agar lebih efektif dan efesien
dalam membelanjakan anggaran.

iv
C) KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

Sumber Data: Hasil Analisis Tim B3WP Prov. Gorontalo dari dok. LHP-BPK
Dari grafik kemandirian keuangan daerah kota gorontalo diatas dapat kita lihat bahwa tingkat
kemandirian keuangan kota gorontalo pada tahun 2008 dan 2009 diatas 10% akan tetapi pada
tahun 2010 dan 2011 mengalami penurunan menjadi 7%, hal ini menunjukkan tingginya tingkat
ketergantungan pemerintah kota gorontalo terhadap dana dari pusat.
D).PERHITUNGAN PROYEKSI DSCR
Perhitungan Proyeksi Debt service Coverage Ratio(DSCR), sebagai mana dimaksud pada PP 54
Tahun 2005,pasal 19 ayat (1) huruf C, dimana pemerintah daerah yang akan melakukan
pinjaman harus melakukan perhitungan proyeksi DSCR sebagi dasar dalam menilai kemampuan
daerah didalam mengembalikan atau membayar pinjaman. Adapun rumus DSCR adalah sbb:
DSCR=(PAD+(DBH-DBHR)+DAU)-BW ≥ 2,5
APP + BP + BL
PAD : Pendapatan asli Daerah
DBH : Dana Bagi Hasil
DBHR : Dana Bagi Hasil Reboisasi
BW : Belanja Wajib
APP : Angsuran Pokok Pinjaman
BP : Bunga Pinjaman
BL : Belanja Lain-Lain

v
c) Kesimpulan
 Dari hitungan terhadap nilai DSCR Kota Gorontalo nilai yang ditunjukkan melebihi
batas minimal yang disyaratkan oleh PP. No. 54 tahun 2005 tentang pinjaman daerah,
yaitu 2,5 point. Namun ketika dalam perhitungan nilai DSCR menghilangkan unsur
DAU sebagai salah satu komponen dalam perhitungannya ternyata nilai DSCR yang
ditunjukkan adalah negatif. Rasionalisasi yang muncul adalah Pemerintah Kota
Gorontalo tidak mempunyai kemampuan mengembalikan pinjaman dan tidak
diperkenankan melakukan pinjaman. Ekspektasi yang muncul ketika Pemerintah Kota
Gorontalo tidak dapat melakukan pinjaman, sementara dibutuhkan dana mendesak untuk
pembangunan, maka Pemerintah Kota Gorontalo mengurangi, menunda bahkan
menghapus program yang dirasa kurang mendesak untuk dikerjakan. Sementara itu jika
dilihat dari kemandirian fiskal, Kota Gorontalo dinyatakan kurang, hal tersebut
dikarenakan kecilnya PAD.

 Dampak yang ditimbulkan adalah besarnya ketergantungan terhadap pusat dan


perhitungan nilai DSCR merupakan nilai semu sebagai akibat adanya DAU sebagai
penopang penerimaan terbesar dalam penerimaan Daerah Kota Gorontalo. Saran yang
diberikan yaitu: 1) Kota Gorontalo hendaknya bisa mengoptimalkan PAD sehingga
kemandirian fiskalnya besar dan Kota Gorontalo tidak perlu melakukan pinjaman. 2)
Kota Gorontalo hendaknya bisa menekan biaya belanja rutin khususnya belanja
perjalanan dinas, mengingat PADnya kecil dan masih harus melakukan pelunasan
pinjaman. 3). Besarnya DAU sebagai penopang terbesar penerimaan menyebabkan
Pemerintah Kota Gorontalo hendaknya hati-hati ketika hendak mengambil keputusan
untuk mengambil pinjaman daerah sehingga tidak terjebak dalam debt
trap(Terjebak Hutang) karena nilai DSCRnya merupakan nilai yang semu.

vi

Anda mungkin juga menyukai