EFFUSI PLEURA
Disusun oleh :
MUSLIHATUS SA’ADAH
62019040041
Website : http://www.stikesmuhkudus.ac.id
LAPORAN PENDAHULUAN
EFFUSI PLEURA
A. PENGERTIAN
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. (Amin Huda,
2015)
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul dirongga
pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya.
(Muralitharan, 2015)
B. ETIOLOGI
Efusi pleura disebabkanoleh:
1. Peningkatan tekanan pada kapiler sub pleura atau limfatik
2. Peningkatan permeabilitas kapiler
3. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
4. Peningkatan tekanan negative intrapleura
5. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
1. Tuberculosis
2. Pneumonitis
3. Emboli paru
4. Kanker
5. Infeksi virus, jamur, dan parasite
C. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan
pleura vicelaris, karena diantara pleura tersebut terdapat cairan antara 1-20 cc yang
merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.Cairan yang sedikit ini
merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser
satu sama lain. Diketahui bahwa cairan diproduksi oleh pleura parietalis dan
selanjutnya di absorbs tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada
pleura perietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis. Cairan
kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil diabsorbsi
oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan yang pada
pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar sel-sel mesofelial.
Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap. Karena adanya keseimbangan antara
produksi dan absorbs. Keadaan ini bias terjadi karena adanya tekanan hidrostatik
sebesar 9 cm H2O dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm H2O.keseimbangan
tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya adalah infeksi
tuberkulosa paru.
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil mikobakterium masuk
melalui saluran nafas menuju alveoli, terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini
akan timbul peradangan saluran getah bening menujuhilus (limfangitis local) dan
juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus (limphadinitis regional).
Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permeabilitas
membrane. permeabilitas membrane akan meningkat yang akhirnya dapat
menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi
pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus sub pleura yang robek atau melalui
aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya pengkejuan kearah saluran
getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columnavetebralis.
Adapun bentuk cairan effuse akibat tuberkolusa paru adalah merupakan
eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena
kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang-kadang
bias juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung leukosit antara
500-2000. Mula-mula yang dominan adalah sel-sel polimorfonuklear, tapi kemudian
sel limfosit, cairan effuse sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya
cairan effuse bukanlah karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya
effuse pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain: irama
pernapasan tidak teratur, frekuensi pernapasan meningkat, pergerakan dada
asimetris, dada yang lebih cembung, fremitus teraba melemah, perkusi redup. Selain
hal-hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh effuse pleura yang
diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan
menurun.
D. PATHWAY
EFFUSI PLEURA
Dispneu Batuk
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto toraks dada
Foto toraks dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasinya menunjukkan adanya cairan.
2. USG dada
USG bias membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
jumlahnya sedikit, sehingga bias dilakukan pengeluaran cairan.
3. Pungsi pleura (Torakosentesis)
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan
diantara sela iga kedalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan local).
(Chris Tanto, 2014)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptic (betadine)
2. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya legiefusi pleura setelah aspirasi
3. Drainase cairan (water seal drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif
seperti nyeri, dyspnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1-1,2 liter perlu dikeluarkan
segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih
banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam
kemudian.
4. Antibiotika jika terdapat empyema
5. Operatif
H. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian primer
a) Airway
a. Ada atau tidak penumpukan secret
b. Reflex batuk menurun
c. Reflex makan menurun
d. Wheezhing
e. Edema tracheal/faringeal
b) Breathing
a. Sesak nafas
b. RR >20 x/menit
c. Menggunakan otot bantu pernafasan
d. Retraksi dinding dada asimitris
e. Irama nafas tidak teratur
f. Pernafasan cepat dan dangkal
c) Circulation
a. Nadi cepat
b. TD meningkat atau hipotensi
c. Disritmia
d) Disability
a. Kesadaran GCS
b. Pupil
c. Mual/muntah
d. Gelisah
e. Nyeri dada
2. Pengkajian sekunder
Pola fungsional menurut Gordon
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan dirumah sakit mempengaruhi
perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan
persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan, kemungkinan
adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan penggunaan
obat-obatan bias menjadi factor predisposisi timbulnya penyakit.
2. Pola nutrisi dan metabolism
Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi
pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum
sebelum dan selama MRS pasien dengan effuse pleura akan mengalami
penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas.
3. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang
lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan
konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltic otot-otottractus degestivus.
4. Pola aktivitas dan latihan
Karena adanya sesak nafas klien akan cepat mengalami kelelahan pada
saat aktivitas. Pasien juga akan mengurangi aktivitasnya karena merasa
nyeri di dada.
5. Pola tidur dan istirahat
Klien menjadi sulit tidur karena sesak nafas dan nyeri. Hospitalisasi juga
dapat membuat pasien merasa tidak tenang karena suasananya yang
berbeda dengan lingkungan dirumah
6. Pola hubungan dan peran
Karena sakit, klien akan mengalami perubahan peran. Baik peran dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat. Contohnya: karena sakit pasien
tidak lagi bias mengurus anak dan istrinya.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi klien terhadap dirinya akan berubah. Klien yang tadinya sehat,
tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang
awam, klien mungkin beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit
berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini klien mungkin akan kehilangan
gambaran positif terhadap dirinya.
8. Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga
dengan proses berpikirnya.
9. Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual klien dalam hal ini hubungan seks akan terganggu
untuk sementara waktu karena klien berada dirumah sakit dan kondisi
fisiknya masih lemah.
10. Pola koping
Klien bisa mengalami stress karena belum mengetahui proses
penyakitnya. Mungkin klien akan banyak bertanya pada perawat dan
dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu
mengenai penyakitnya.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Kehidupan beragama klien dapat terganggu karena proses penyakit.
B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan Pola nafas (00032)
Domain 4, aktivitas/istirahat , kelas 4, respon kardiovaskuler/pulmonal
2. Gangguan pola tidur (00198)
Domain 4, aktivitas/istirahat. Kelas 1, tidur/istirahat
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Domain 2, nutrisi . Kelas 1, makan
C. Intervensi keperawatan
N Diagnose NIC NOC
o
1 Ketidakefektifan Pola Setelah dilakukan tindakan Monitor pernafasan
nafas keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor pola
Definisi: inspirasi dan/ diharapkan pola nafas efektif napas
atau ekspirasi yang tidak dengan KH: (missal:
memberi ventilasi 1. Menunjukkan pola bradipneu,
adekuat nafas normal takipneu,
Batasan karakteristik: 2. TTV normal hiperventilasi,
- Pola nafas pernafasan
abnormal kusmaul dll)
- Perubahan 2. Beri posisi
ekskursi dada semifowler
- Dispnea 3. Ajarkan
Factor yang tehnik nafas
berhubungan: dalam
- Ansietas 4. Ciptakan
- Hiperventilasi lingkungan
yang nyaman
5. Batasi
aktivitas klien
6. Kolaborasi
pemberian
O2 dan
bronkodilator
Daftar pustaka
Chris, tanto dkk.2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV. Jakarta: Essentials
Medicine
Heradman, dkk. 2018. NANDA-I diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi
2018-2020. Jakarta: EGC
Gloria M, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Jakarta:
Mocomedia
Soe Moorhead, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Jakarta:
Mocomedia