Anda di halaman 1dari 21

THERAPETIC APPROACH ( PSIKODINAMIK THERAPY, BEHAVIOR

THERAPY) DALAM ASUHAN KEPERAWATAN


(MAKALAH)

Disusun Oleh :
1. Dwi Ari Novitasari : 1814401056
2. Nadila Hidayah : 1814401063
3. Sisi Faradina : 1814401119

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN DIII KEPERAWATAN TJK

TA. 2018/2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta nikmat sehat, sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata
kuliah “Psikologi” ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh
pada sunnahnya.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah wawasan khususnya mengenai
pengembangan kepribadian untuk mahasiswa dan adapun metode yang kami ambil dalam
penyusunan makalah ini adalah berdasarkan pengumpulan sumber informasi dari berbagai
karya tulis yang berkompeten dengan tema makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan sebagai sumbangsi pemikiran
khususnya untuk para pembaca dan tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran
sangat kami harapkan demi kebaikan untuk kedepannya.

Bandar Lampung, 9 april 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………...1
C. Tujuan ………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Psikodinamika…………………………………………………………3
B. Pencetus Teori Psikodinamika……………………………………………….3
C. Teori Psikodinamik…………………………………………………………..4
D. Pengertian dan Konsep Utama Behavior Therapy…………………………..9
E. Tujuan Behavior Therapy…………………………………………………....11
F. Fungsi dan Peran Terapis…………………………………………………….
G. Pengalaman Klien dalam Therapy…………………………………………...10
H. Hubungan antara Terapis dan Klien………………………………………….10
I. Karakteristik Behavior Therapy………………………………………………11
J. Ciri Ciri Behavior Therapy…………………………………………………...11
K. Kegunaan Behavior Therapy……………………………………………….…11
L. Teknik Teknik Behavior Therapy……………………………………………..11
M. Kelebihan dan Kekurangan Behavior Therapy………………………………..13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………………………………….….14
B. Saran …………………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Peradaban kehidupan manusia tidak boleh dipisahkan dari perkembangan ilmu
pengetahuan. Peradaban kehidupan manusia diiringi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan ke arah progresif. Salah satu ilmu pengetahuan yang terus berkembang
adalah psikologi.
Behavior Therapy/Corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi
antara berfikir dan akal sehat (Rational Thingking), Berperasaan (emotion), dan
berperilaku (acting), Serta sekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang
mendalam dalam cara berfikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara
berperasaan dan berperilaku. Pendekatan Behavior Therapy adalah pendekatan
behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku
dan pikiran. Pandanagan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu
memiliki tendensi untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar
social. Di samping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk
berpikir rasional. pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu mengubah
pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1 Siapa tokoh yang berperan dalam teori perkembangan psikodinamika?
2 Bagaimana fase-fase perkembanganan menurut teori yang dikemukakan
oleh Sigmund Freud?
3 BagaimanaTeori Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Erikson?
4 Apa Pengertian dan Konsep Utama Behavior Therapy?
5 Apa Tujuan dari Behavior Therapy?
6 Bagaimana Hubungan antara Terapis dan Klien?

1
1.3 TUJUAN
1 Untuk mengetahui tokoh yang berperan dalam teori perkembangan
psikodinamika
2 Untuk mengetahui fase-fase perkembanganan menurut teori yang
dikemukakan oleh edmund freud.
3 Untuk mengetahui Teori Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Erik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Psikodinamika

Adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembagan


kepribadian. Teori ini di dasarkan pada asumsi bahwa prilaku berasal dari gerakan
dan interaksi dalam fikiran manusia, kemudian pikiran merangsang prilaku dan
keduanya saling mempengaruhi dan di pengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Setiap
tindakan kita merupakan hasil interaksi dan pergerakan dalam fikiran kita. Kunci
utama untuk memahami manusia menurut paradigma psikodinamika adalah
mengenali semua sumber terjadinya prilaku, baik itu berupa dorongan yang di
disadari maupun yang tidak di sadari.

2.2 Pencetus Teori Psikodinamika


1 SIGMUND FREUD
Sigmund Freud lahir, 6 Mei 1856 di Freiberg, dan meninggal di London, 23
September 1939 pada umur 83 tahun. Sigmund Freud adalah seorang Austria
keturunan Yahudi dan pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi.
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni
sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Konsep
dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar
yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan
pernyataan bahwa perilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas yang pada
awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
Metode Freud yang digunakan untuk menyembuhkan penderita tekanan
psikologis yaitu asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode
tersebut adalah dari konsep alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang
digunakan untuk mengungkap masalah – masalah yang ditekan oleh diri
seseorang. Sedangkan analisis mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya

3
bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam
sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas
emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga
metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar
atau permasalahan terpendam. Ketika permasalahan alam bawah sadar ini
terungkap, maka untuk penyelesaianselanjutnya akan lebih mudah untuk
diselesaikan.

2. ERIK ERIKSON
Erik Erikson lahir di Frankfurt-am-Main, Jerman, 15 Juni 1902 –
meninggal di Harwich, Amerika Serikat pada umur 91 tahun.Erik Erikson adalah
seorang psikolog Jerman yang terkenal dengan teori tentang delapan tahap
perkembangan pada manusia. Erikson menjadi terkenal karena upayanya dalam
mengembangkan teori tentang tahap perkembangan manusia yang dirintis oleh
Freud.

2.3 Teori Psikodinamik


1. Teori Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Freud

Freud berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau kepribadian seseorang di


tentukan oleh komponen dasar yang bersifat sosio-efektif, yakni ketegangan yang
ada pada diri seseorang itu ikut menentukandinamika di tengah-tengah
lingkungannya. Sehingga Freud membagi struktur kepribadian atau jiwa
seseorang menjadi tiga yaitu:

a. Id (das es nafsu, keinginan, atau hasrat. Sejak lahir kita telah memiliki
keinginan atau hasrat dan dorongan atas keinginannya.
b. Ego (das ich bisa di sebut juga dengan akal.
c. Superego (das uaber es hati nurani

4
Selajutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kpribadian berlangsung
melalui lima fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah
erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitive terhadap rangsangan. Kelima
fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut:

a. Fase oral (oral stage: O sampai kira-kira 18 bulan


Pada tahap oral, sumber utama bayi berinteraksi terjadi melalui mulut,
sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat
penting untuk makan, dan bayi merasakan kesenangan dari rangsanga oral
melaui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi
sepenuhnya bergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk
member makan bayi, bayi juga mengembangkanrasa kepercayaan dan
kenyamanan melalui setimulusi oral. Konflik utama pada tahap ini adalah
prioses penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada para
pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya induvidu akan
memiliki maslah dengan ketergantungan atau agresi. Fiksasi oral dapat
mengakibatkan maslah dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku.

b. Fase anal (anal stage: kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun


Pada tahap anal, Freud percaya bahwa focus awal dari libio adalah
pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik untama pada
tahap ini adalah pelatihan toilet. Anak harus belajar untuk mengendalikan
kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan control ini menyebabkan rasa prestasi
dan kemandirian. Menurut Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada
cara di mana orang tua melakukan pendekatan pelatihan toilet. Orang uyang
memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat
yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu
an produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap
ini menjadikan dasar seseorang menjadi orang dewasayang kompeten,
produktif, dan kreatif. Namun, tidak semua orangtua memberikan dukungan

5
kepada anak-anak mereka selama tahap ini.Menurut Freud, pada fase ini
apabila pengontrolan orangtua pada anak yang terlalu longgar akan
mengakibatkan anak itu menjadi seorang yang boros dan memiliki
kepribadian yang berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau terlalu dini
memulai toilet traning kepada seorang anak maka kepribadian kuatlah yang
akan berkembang di mana seorang anak akan menjadi tertib, kaku, dan obseif.

c. Fase falis (phallic stage: kira-kira usia 3 samapai 6 tahun


Pada tahap falis, focus utama dari libido adalah pada alat klamin.
Anak-anak mulai menemukan antara pria dan wanita. Freud juga percaya
bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sabagai saingan untuk
memperoleh kasih sayang ibu. Kompleks Oedipus menggambarkan perasaan
ini ingi memiliki ibu dan ada keinginan untuk menggantika ayah. Namun,
anak juga merasa khawatir bahwa ia akan di hokum oleh ayah untuk perasaan
ini, ketakutan ini di sebt Freud sebagai pengebirian kecemasan.

d. Fase laten (latency stage: kira-kira 6 sampai pubertas


Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energy seksual tetap ada,
tetapi di arahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi
social. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan ketrampilan social,
komunikasi dan kepercayaan diri.

e. Fase genital (genital stage: pubertas dan selanjutnya


Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, induvidu
mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Di mana pada
tahap-tahap awal hanya focus pada kebutuahan induvidu, kepentingan
kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah
selesai dengan sukses, induvidu sekaranga harus seimbang, hangat dan peduli.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbanagan antara
berbagai bidang kehidupan.

6
2. Teori Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Erikson

Menurut erikson ada delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita


melalui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang
khas dan mengedepankan induvidu dengan suatu krisis yang harus di hadapi. Bagi
Erilson krisis inibukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan
kerentanan dan peningkatan potensi. Semakin berhasil induvidu menghadapi krisis,
akan semakin sehat perkembangan mereka. Berikut adalah tahapan krisis
perkembangan menurut erik Erikson:

a. Kepercayaan vs ketidak percayaan12-18 bulan


Adalah suatu tahap psikososial pertama yang di alami dalam tahun
pertama kehidupan. Rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan
sejumlah kecil kekhawatiran akan masa depan. Kepercayaan pada bayi
menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan
menyenangkan.
b. Autonomy vs rasa malu dan ragu (12-18 bulan hingga 3 tahun)
Adalah tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada masa bayi
dan baru mulai berjalan (1-3tahun). Setelah memperoleh rasa percaya kepada
pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa prilaku mereka adalah atas
kehendknya. Mereka menyadari kemauan mereka dengan rasa mandiri dan
otonomi mereka. Bila bayi cenderung di batasi maka mereka akan cenderung
mengembangkan rasa malu dan keragu-raguan.
c. Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)
Merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun
sekolah. Ketika mereka masuk dunia sekolah mereka lebih ditantang di
banding ketika masih bayi. Anak-anak di harapkan aktif untuk menghadapi
tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas prilaku mereka, mainan
mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak bertanggung jawab
meningkatkan prakarsa. Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak
tidak di beri kepercayaan dan di buat mereka sangat cemas.

7
d. Industri vs inverioritas (6 tahun-pubertas)
Berlangsung salama tahun-tahun sekolah dasar . tidak ada masalah lain
yang lebih antusis dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh
imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka
mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan
intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten
dan tidak produktif.
e. Identitas vs kekacauan identitas (pubertas dewasa awal)
Adalah tahap kelima yang di alami individu selama tahun-tahun masa
remaja. Pada tahap ini mereka dinhadapkan oleh pencarian siapa mereka,
bagaimana mereka nanti, dan kemana mereka akan menuju masa depannya.
Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan alternatif
terhadap peran penjajakan karir merupakan hal penting. Orang tua harus
mengizinkan anak remaja menjajaki bayak peran dan berbagai jalan. Jika anak
menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif maka ia akan
mencapai identitas yang positif. Jika orang tua menolak identitas remaja
sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak di jelaskan
tentang jalan masa depan yang posotif maka ia akan mengalami kebingungan
identitas.
f. Imitasi vs isolasi (dewasa awal)
Tahap ke enam yang di alami pada masa-masa dewasa. Pada masa ini
induvidu di hadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan
orang lain, keintiman akan di capai, kalau tidak, isolasi akan terjadi.
g. Produksivitas vs staknasi (dewasa tengah)
Tahap ketujuh perkembangan yang di alami pada masa pertengahan
dewasa. Persoalan pertama adalah membantu generasi muda mengembangkan
dan mengarahkan kehidupan yang berguna (generality). Perasaan belum
melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya. Adalah stagnation.

8
h. Integritas evo vs putus asa (dewasa akhir)
Tahap kedelapan yang di alami pada masa dewasa akhir. Pada tahun
terakhir kehidupan lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia
menganggapselama kehidupan lalu dengan cara negative maka akan
cenderung merasa bersalah dan kecewa.

2.4 Pengertian dan Konsep Utama Behavior Therapy

Behavior Therapy (behavior modification) merupakan sebuah pendekatan


psikoterapi didasarkan pada teori pembelajaran yang bertujuan untuk menyembuhkan
sakit kejiwaan (psikopatologi) dengan teknik-teknik yang dirancang untuk
memperkuat perilaku yang diinginkan dan menyingkirkan perilaku yang tidak
diinginkan (Wikipedia, 2011).

Selain itu Terapi perilaku adalah istilah yang mengacu, baik itu pada psiko,
perilaku analitis, atau kombinasi dari dua terapy. Dalam arti luas, metode yang
terfokus pada salah satu perilaku adil atau kombinasi dengan pikiran dan perasaan
yang mungkin jadi penyebab.

Menurut Marquis, terapi tingkah laku adalah suatu teknik yang menerapkan
informasi-informasi ilmiah guna menemukan pemecahan masalah manusia. Jadi
tingkah laku berfokus pada bagaimana orang-orang belajar dan kondisi-kondisi apa
saja yang menentukan tingkah laku mereka.

Istilah terapi tingkah laku atau konseling behavioristik berasal dari bahasa
Inggris Behavior Counseling yang untuk pertama kali digunakan oleh Jhon D.
Krumboln (1964). Krumboln adalah promotor utama dalam menerapkan pendekatan
behavioristik terhadap konseling, meskipun dia melanjutkan aliran yang sudah
dimulai sejak tahun 1950, sebagai reaksi terhadap corak konseling yang memandang
hubungan antar pribadi, antara konselor dan konseling sebagai komponen yang
mutlak diperlukan dan sekaligus cukup untuk memberikan bantuan psikologis kepada

9
seseorang. Aliran baru ini menekankan bahwa hubungan antar pribadi itu tidak dapat
diteliti secara ilmiah, sedangkan perubahan nyata dalam prilaku konseling
memungkinkan dilakukan penelitian ilmiah.

Behaviorism melihat gangguan psikologis sebagai hasil pembelajaran


maladaptive, sebagai manusia kita dilahirkan memiliki prinsip tabula rasa (kertas
kosong). Mereka tidak menganggap bahwa set-gejala mencerminkan penyebab
tunggal.

Behaviorisme mengasumsikan bahwa semua perilaku yang dipelajari dari


lingkungan dan gejala diperoleh melalui pengkondisian klasik dan operant
conditioning.

Pengkondisian klasik melibatkan belajar dengan asosiasi dan biasanya


merupakan penyebab paling fobia. Pengkondisian operan melibatkan belajar dengan
penguatan (misalnya penghargaan) dan hukuman, dan dapat menjelaskan perilaku
abnormal harus sebagai gangguan makan.

Konsep utama terapi tingkah laku ini adalah keyakinan tentang martabat
manusia, yang sebagai bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis, yaitu :
a. Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek.
Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat
atau salah berdasarkan bekal keturunan dan lingkungan (nativisme dan
empirisme), terbentuk pola-pola bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri
khas kepribadiannya.

b. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri,


menangkap apa yang dilakukannya dan mengatur serta mengontrol
perilakunya sendiri.

10
c. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola
tingkah laku yang baru melalui suatu proses belajar. Kalau pola-pola lama
dahulu dibentuk melalui belajar,pola-pola itu dapat diganti melalui usaha
belajar yang baru.

d. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya dipengaruhi


oleh perilaku orang lain.

Terapi perilaku menyelesaikan analisis fungsional atau penilaian fungsional yang


dilihat dari empat bidang penting, seperti:
 Stimulus adalah kondisi atau pemicu lingkungan yang menyebabkan perilaku.
 Organisme melibatkan respon internal seseorang, seperti respon fisiologis,
emosi dan kognisi.
 Respon adalah perilaku seorang pemeran.
 Konsekuensi adalah hasil dari perilaku.
Sebagai contoh, tanpa perlu diberi tahu alasannya, pegawai terlambat hadir disuruh
“push-up” , pegawai rajin diberi ganjaran. Meskipun berakar dari teori yang berbeda
kedua tradisi memiliki persamaan platform, yaitu keduanya memfokuskan pada
masalah sekarang dan mengurangi gejala dan keluhan client.

2.5 Tujuan Behavior Therapy

 Untuk menyembuhkan sakit kejiwaan (psikopatologi) dengan teknik-teknik


yang dirancang untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dan
menyingkirkan perilaku yang tidak diinginkan.
 Pemeliharaan perubahan perilaku
 Menciptakan proses baru bagi proses belajar, karena segenap tingkah laku
adalah dipelajari.
Ada beberapa kesalahpahaman tentang tujuan terapi tingkah laku, antara lain :

11
 Bahwa tujuan terapi semata-mata menghilangkan gejala suatu gangguan
tingkah laku dan setelah gejala itu terhapus, gejala baru akan muncul karena
penyebabnya tidak ditangani.
 Tujuan klien ditentukan dan dipaksanakan oleh terapi tingkah laku

2.6 Fungsi dan Peran Terapis


Terapis behavioristik harus memainkan peran aktif dan direktif dalam
pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian
pemecahan masalah-masalah manusia, pada kliennya. Terapis tingkah laku secara
khas berfungsi sebagai guru, pengarah dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku
yang maladaptif dana dalam menentukan prosesdur-prosedur penyembuhan yang
diharapkan, mengarah pada tingkah laku yang baru dan adjustive. Goodstein
menyebut peran terapis sebagai pemberi perkuatan. Dan fungsi lainnya adalah peran
terapis sebagai model bagi klien. Bandura menunjukkan bahwa sebagian besar proses
belajar yang muncul melalui pengalaman langsung juga bisa diperoleh melalui
pengamatan terhadap tingkah laku orang lain.

2.7 Pengalaman Klien dalam Terapi

Salah satu sumbangan yag unik dari terapi tingkah laku adalah suatu system
prosedur yang ditentukan dengan baik yang digunakan oleh terapis dalam hubungan
dengan peran yang juga ditentukan dengan baik. Terapi tingkah laku juga
memberikan kepada klien peran yang ditentukan dengan baik, dan menekankan
pentingnya kesadaran dan partisipasi klien dalam proses terapeutik.

Keterlibatan klien dalam proses terapeutik karenanya harus dianggap sebagai


kenyataan bahwa klien menjadi lebih aktif. Satu aspek yang penting dari peran klien
dalam terapi tingkah laku adalah klien di dorong untuk bereksperimen dengan tingkah
laku baru dengan maksud memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptif.

12
2.8 Hubungan antara Terapis dan Klien

Ada suatu kecenderungan yang menjadi bagian dari sejumlah kritik untuk
menggolongkan hubungan antara terapis dengan klien dalam terapi tingkah laku
sebagai hubungan yang mekanis, manipulative, dan sangat impersonal. Peran terapi
yang esensial adalah peran sebagai agen pemberi perkuatan. Para terapis tingkah laku
tidak dicetak untuk memainkan peran yang dingin dan impersonal yang mengerdilkan
mereka menjadi mesin-mesin yang deprogram yang memaksakan teknik-teknik
kepada para klien yang mirip robot. Bahwa factor-faktor seperti kehangatan, empati,
keotentikan, sikap permisif, dan penerimaan adalah kondisi-kondisi yang diperlukan,
tetapi tidak cukup bagi kemunculan perubahan tingkah laku dalam proses terapeutik.

2.9 Karakteristik Behavior Therapy

 empirical (data-driven),
 contextual (focused on the environment and context),
 functional (interested in the effect or consequence a behaviour ultimately has),
 probabilistic (viewing behaviour as statistically predictable),
 monistic (rejecting mind–body dualism and treating the person as a unit),
 relational (analysing bidirectional interactions).

2.10 Ciri-Ciri Behavior


TherapyAdapun ciri-ciri terapi tingkah laku itu sendiri adalah :
a. Pemusatan perhatian pada tingkah laku yang tampak dan spesifik
b. Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment
c. Perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah
d. Penaksiran obyektif atau hasil-hasil terapi.

13
2.11 Kegunaan Behavior Therapy

Terapi tigkah laku dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai gangguan


tingkah laku dari yang sederhana hingga yang kompleks, baik individu atau
kelompok. Di samping itu terapi tingkah laku dapat dilaksanakan oleh guru, pelatih,
orang tua atau pasien itu sendiri.

2.12 Teknik-teknik Behavior Therapy

Terapi perilaku didasarkan pada teori pengkondisian klasik. Premis adalah


bahwa semua perilaku dipelajari, faulty learning/ pembelajaran yang salah (yaitu
conditioning) merupakan penyebab perilaku abnormal. Oleh karena itu individu harus
belajar perilaku yang benar atau diterima. Sebuah fitur penting dari terapi perilaku
adalah fokus pada masalah saat ini dan perilaku, dan upaya untuk menghapus
perilaku bermasalah pasien.

Ada lima macam teknik terapi tingkah laku, yaitu :


1) Desensitisasi Sistematik
Teknik ini digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat
secara negative dan menyertakan pemunculan tingkahlaku yang hendak
dihapus.
2) Teknik Inflosif dan Pembanjiran
Teknik ini berlandasakan kepada paradigma penghapusan
eksperimental. Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus dalam kondisi
berulang-ulang tanpa memberikan penguatan.
3) Latihan Asertif
Teknik ini diterapkan pada individu yang mengalami kesulitan
menerima kenyataan bahwa menegaskan diri adalah tindakan yang layak
benar. Latihan atau teknik ini membantu orang yang :
 Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung

14
 Memiliki kesulitan untuk mengatakan tidak
 Dan bentuk lainnya
4) Teknik Aversi
Teknik ini digunakan untuk meredakan gangguan behavioral yang
spesifik dengan stimulus yang menyakitkan sampai stimulus yang tidak
diinginkan terhambat kemunculannya. Stimulus aversi ini biasanya berupa
hukuman dengan kejutan listrik atau pemberian ramuan yang memualkan.
5) Pengkondisian Operan
Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang
mencari ciri organisme yang aktif, yang beroperasi di lingkungan untuk
menghasilkan akibat-akibat.

2.13 Kelebihan dan Kekurangan Behavior Therapy

a. Kelebihan

 Pendekatan ini menekankan bahwa proses konseling dipandang sebagai


proses belajar yang akan menghasilkan perubahan perilaku konseli secara
nyata.
 Pendekatan ini menunjukkan fleksibilitas yang besar, karena tujuan konseling
dan prosedur yang diikuti untuk sampai pada tujuan tersebut disesuaikan
dengan kebutuhan konseli.
 Pendekatan ini akan membantu individu untuk bisa membekali dirinya untuk
mencegah timbulnya persoalan kejiwaan.

b. Kelemahan
Pendekatan ini kurang bermanfaat untuk kasus-kasus yang berkaitan
dengan kehilangan makna dalam hidup. Dengan kata lain, konseling ini hanya
menangani kasus berupa cara bertingkah laku yang salah/tidak sesuai.

15
BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat
dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini
adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini
mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik
dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-
anak dini. Teori psikodinamika dicetuskan oleh Sigmund Freud. Dia
berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau kepribadian seseorang ditentukan
oleh komponen dasar yang bersifat sosio-efektif, yakni ketegangan yang ada
di dalam diri seseorang itu ikut menentukan dinamikanya ditengah-tengah
lingkungannya.
Fase-fase inilah yang menjadi dasar perkembangan manusia bagi teori
psikodinamika. Dalam aplikasi teori, ada lima teori yang bisa menjadi
pengelolaan pendidikan yaitu, Pertama, konsep kunci bahwa manusia adalah
makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan. Kedua, konsep teori
tentang kecemasan yang dimiliki seseorang. Ketiga, konsep teori psikoanalisis
yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan
manusia. Keempat, teori freud tentang tahapan perkembangan kepribadian
individu. Kelima, konsep freud tentang ketidaksadaran.
3.2SARAN
a. Bagi Penulis
Hendaknya memanfaatkan makalah ini sebagai bahan untuk
dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih dalam
mengenai materi yang dibahas.

16
b. Bagi Pembaca
Hendaknya dapat menjadikan makalah ini sebagai salah satu
sumber informasi sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan para pembaca mengenai materi yang dibahas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Latipun. (2015). Psikologi Konseling, edisi keempat. Malang: UMM Press.

Nelson-Jones, R. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi, edisi keempat.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Abu Ahmadi,. Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Boeree, C. George. 2005. Sejarah Psikologi: dari masa kelahiran sampai masa
modern, (diterjemahkan oleh Abdul Qodir Shaleh). Jogjakarta: Prismasophie.

F.J. Monks,. A.M.P. Knoers. 2004. Ontwikkelings Psychologie (diterjemahkan oleh


Siti Rahayu Haditomo). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

18

Anda mungkin juga menyukai