Anda di halaman 1dari 25

Halaman 1

Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci (2015) 4 (7): 815-826


815
Artikel Penelitian Asli
Pengetahuan Ibu tentang Nutrisi Seimbang Terhadap Status Gizi
Anak-anak di Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) Di Kabupaten
Pancoran,
Jakarta Selatan 2014
Carmen M. Siagian
1*
dan Merry Halisitijayani
2
1
Departemen Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Kristen Indonesia
Universitas, Indonesia
2
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia, Indonesia
*Penulis yang sesuai
ABSTRAK
pengantar
Tantangan utama untuk menciptakan
pembangunan bangsa adalah bagaimana mengembangkan
kualitas sumber daya manusia (SDM) yaitu
cerdas
dan
produktifitas.
Itu
pemenuhan untuk pengembangan manusia sebagai
diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) belum menunjukkan dorongan
hasil. Pada 2013 misalnya, Indonesia s
IPM masih berada di peringkat 108 dari 187 negara,
yang tidak berubah dari tahun sebelumnya
2012 [1]. Kondisi Low HDI adalah
sangat dipengaruhi oleh rendahnya nutrisi dan
status kesehatan penduduk. Ini bisa terjadi
diamati dari kematian bayi masih tinggi
tingkat ke 32 / 100.000 kelahiran hidup dan balita
Angka kematian adalah 40 / 100.000 kelahiran hidup, dan
ISSN: 2319-7706 Volume 4 Nomor 7 (2015) hal. 815-826
http://www.ijcmas.com
Nutrisi telah menjadi masalah utama kesehatan di banyak negara, baik dalam
negara maju atau di negara berkembang juga. Terjadinya gizi
masalah pada bayi sebenarnya dapat dihindari jika ibu memiliki tingkat
pengetahuan yang baik
bagaimana mengelola dan menyajikan makanan untuk balita dengan gizi
seimbang. Kurangnya pengetahuan
ibu pada gizi seimbang dapat menjadi faktor utama ketidakmampuan untuk
melayani yang sesuai
makanan sesuai dengan kebutuhan gizi untuk anggota keluarga yang tentunya
menyebabkan
status gizi anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengetahuan ibu
tentang
gizi seimbang untuk status gizi anak di Puskesmas (puskesmas)
di distrik Pancoran , Jakarta Selatan 2014. Penelitian ini menggunakan Korelasi
Penelitian Analitik dengan Desain Cross Sectional. Teknik sampling yang
digunakan adalah
Sampling berurutan dengan mengambil sampel dari 90 pasang ibu dan usia 0 -60
bulan bayi di Puskesmas ( Puskesmas ) di tahun 2014.
Analisis untuk uji statistik adalah Uji Chi-Square menggunakan tingkat kesalahan
5% (= 0,05) dan
95% interval tepercaya. Penelitian dilakukan pada bulan Juni - Juli 2014.
Berdasarkan Chi-
Uji Square ditemukan (p <0,05), sehingga hubungan antara pengetahuan ibu
tingkat gizi seimbang untuk status gizi secara statistik signifikan. Itu bisa
menegaskan bahwa ada hubungan antara derajat pengetahuan ibu terhadap
keseimbangan
nutrisi dengan status gizi anak.
Kata kunci
Pengetahuan tentang
seimbang
nutrisi,
Nutrisi
status,
Balita

Halaman 2
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci (2015) 4 (7): 815-826
816
angka kematian ibu 359 / 100.000 dari
kelahiran hidup. Lebih dari setengah bayi
kematian atau anak balita disebabkan oleh
status gizi buruk anak di bawah 5 tahun
( balita ) [2].
Objektif dan kebijakan untuk kesehatan
peningkatan, termasuk sebelumnya
disebutkan dukungan peningkatan kesehatan
meningkatkan status kesehatan. Salah satu faktornya
yang menentukan tingkat kesehatan dan kesehatan
sedang gizi. Nutrisi itu penting
faktor yang memainkan peran dalam kehidupan manusia
siklus, terutama bayi dan anak-anak yang
akan menjadi generasi masa depan kita [3] .. Untuk melayani
Makanan sehari-hari harus mengandung gizi seimbang
sesuai kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan yang optimal, untuk
hindari penyakit kekurangan, untuk mencegah
keracunan, dan juga untuk mencegah timbulnya
penyakit yang mungkin mengganggu
kelangsungan hidup anak-anak [4].
Nutrisi melibatkan dalam setiap siklus hidup, mulai
di dalam rahim (janin), bayi, anak, dewasa, dan
tua. Periode dua tahun pertama
hidup dianggap sebagai periode kritis,
karena pertumbuhan dan perkembangan terjadi
sangat cepat selama periode ini. Miskin
Nutrisi selama periode ini dapat menyebabkan
malnutrisi yang menciptakan permanen
gangguan, yang artinya, tidak bisa
pulih bahkan jika kebutuhan nutrisi bisa
dipenuhi [5].
Bayi atau balita dengan keinginan malnutrisi
memiliki risiko kematian yang lebih tinggi. Meskipun
mereka bertahan hidup, mereka sering memiliki fisik yang lemah
dan perkembangan mental yang rendah. Nutrisi buruk
penyebab kematian bayi yang tinggi sebesar 60%
kematian balita setiap tahun. Dua pertiganya
kematian-kematian ini terkait dengan tidak pantas
kebiasaan makan yang terjadi pada tahun pertama
umur [6].
Adapun ruang lingkup nasional, prevalensi
kurang gizi dan kekurangan gizi di
Indonesia masih tinggi. Ini bisa dilihat dari
prevalensi berat badan kurang (underweight)
pada tahun 2007 yang mencatat 18,4% dari
penduduk menderita gizi buruk dan
kurang gizi, dan kemudian menurun menjadi
17,9% pada tahun 2010, dan kembali melonjak hingga 19,6
% pada tahun 2013 [7].
Menurut data dari World Health
Organisasi (WHO) pada tahun 2002 menunjukkan
penyebab utama kematian bayi karena
malnutrisi mencapai 54%. WHO (1999)
dikategorikan wilayah berdasarkan tingkat
prevalensi malnutrisi menjadi empat wilayah
kelompok: rendah (di bawah 10%), sedang (10 -
19%), tinggi (20 - 29%), dan sangat tinggi
(30%). Pengelompokan daerah karena prevalensi
tingkat kekurangan gizi oleh WHO , Indonesia di Indonesia
2004 memiliki posisi sebagai negara dengan tinggi
malnutrisi karena 5,119,935 (28,47%) dari
17,983,244 anak balita di Indonesia,
termasuk kelompok kekurangan gizi.
Profil kesehatan Indonesia saat ini masih
kontributor dengan jumlah anak-anak dengan
rendah dan kurang gizi di dunia,
mencapai 165 juta. Anak dengan gizi buruk
bisa dilihat dari ukuran tubuh yang pendek dan rendah
berat. Anak-anak yang kurang gizi adalah
biasanya lahir dengan berat di bawah 2,5
kilogram [8]. Bayi dengan Berat Lahir Rendah
(BBLR) masih tetap masalah dunia,
terutama di negara-negara berkembang. Lebih
dari 20 juta bayi di dunia (15,5%
dari semua kelahiran) menahan BBLR dan 95% di antaranya
terjadi di negara-negara berkembang [9]. Tampaknya,
BBLR diderita oleh ibu hamil dengan
kondisi kronis atau kurang energi (KEK),
dan risikonya lebih tinggi pada wanita hamil
umur 15 - 19 tahun dimana proporsi
ibu hamil berusia 15 - 19 tahun KEK
masih mencapai 38,5% [10].
Menurut data dari Riskesdas
(Penelitian Kesehatan) pada tahun 2013, prevalensi
anak-anak pendek melalui nasional pada tahun 2013
adalah 37,2%, yang berarti meningkat
dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan tahun
2007 (36,8%).

Halaman 3
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci (2015) 4 (7): 815-826
817
Jadi dari uraian yang disebutkan di atas,
masih ada masalah terkait nutrisi
status bayi karena persistensi
malnutrisi dan malnutrisi di
masyarakat. Masalah-masalah ini akan mempengaruhi
peningkatan kualitas sumber daya manusia
di masa depan. Ini menjadi alasan utama
para peneliti tertarik
melakukan penelitian untuk menentukan
hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
gizi seimbang dengan status gizi
anak-anak untuk fokus di Jakarta Selatan
Klinik Kesehatan Kabupaten 2014.
Tujuan obyektif dari penelitian ini adalah untuk
menentukan hubungan antara ibu
tingkat pengetahuan tentang gizi seimbang dengan
status gizi anak-anak di Selatan
Jakarta District health clinic 2014.
material dan metode
Desain yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah a
Penelitian Kooperasional Analitik itu
meneliti hubungan antar variabel.
Studi ko-relasional bertujuan untuk mengungkap
hubungan korelatif antar variabel.
Pendekatan penelitian ini menggunakan Cross
Sectional yang merupakan jenis penelitian itu
menekankan pengukuran waktu pengamatan
pada data variabel independen dan dependen
hanya sekali pada satu waktu [10].
Variabel independen (pengetahuan tentang
ibu pada gizi seimbang) dan
tergantung (status gizi) dikumpulkan
pada saat yang sama dalam penelitian ini dengan menggunakan
kuesioner dan observasi.
Sampel dari penelitian ini adalah semua ibu
yang memiliki anak di bawah 0 - 60 bulan
usia yang tercatat pada layanan IMCI
kunjungan pada Mei 2014 ke Puskesmas di Pancoran
kecamatan ke 431 anak di bawah lima tahun
usia dengan menerapkan pengambilan sampel berturut-turut
teknik. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai
alat ukur untuk meyakinkan para ibu
tingkat pengetahuan tentang gizi seimbang dan
untuk terus menimbang dan tinggi badan balita
untuk mengetahui status gizi anak-anak.
Analisis hipotesis menggunakan Teknik Chi-
Kotak.
Hasil dan Diskusi
Gambar 1 mengilustrasikan bahwa yang tertinggi
distribusi pengetahuan responden tentang
gizi seimbang baik dari 80
responden (89%) dan terendah
distribusi kurang oleh 1 responden (1%).
Gambar 1
Frekuensi distribusi
responden berdasarkan pengetahuan ibu
tingkat gizi seimbang.
Gambar.2 Status Distribusi Gizi dari
bayi (W / A)
Berdasarkan gambar 2 dari status gizi
bayi (Berat / Abad) diilustrasikan bahwa
distribusi tertinggi adalah nutrisi yang baik
85 responden (94%) dan terendah
distribusi malnutrisi, 1 responden
(1%).

Halaman 4
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci (2015) 4 (7): 815-826
818
Gambar.3 Distribusi status gizi
(HA)
Berdasarkan Gambar 3 tentang status gizi
anak-anak (Tinggi / Abad) diilustrasikan
distribusi tertinggi normal sebanyak 86
responden (96%) dan terendah
distribusi sangat pendek seperti 1 responden
(1%).
Gambar.4 Distribusi status gizi
(W / H)
Berdasarkan angka 4 pada gizi
status bayi (Berat / Tinggi) diilustrasikan
distribusi tertinggi normal sebanyak
73 responden (81%) dan terendah
Distribusinya tipis sebanyak 5 responden
(6%) dan sangat tipis sebagai 5 responden (5%).
Tabel.1 Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dengan
balita
status gizi (Berat / Abad)
tingkat pengetahuan ibu
Nutrisi
status
Baik
%
Cukup% Kurang
%
Total
%
P
Nilai
dibawah
1
100% 0
0
0
0%
1
1%
normal
82
95%
2
2% 1
1%
85
95%
0,00
lebih
4
100% 0
0% 0
0%
4
4%
Total
87
97%
2
2% 1
1%
90
100%
Pengetahuan memiliki balita dengan baik
status gizi dari 82 responden, lebih dari 4
responden, dan kurang sebagai 1 responden,
selanjutnya ibu-ibu dengan pengetahuan yang cukup
untuk memiliki anak dengan status gizi yang baik
sebagai responden kedua, dan ibu yang kurang
pengetahuan memiliki anak dengan baik
status gizi sebagai responden pertama. Berbasis
pada analisis ini menunjukkan bahwa semakin baik
pengetahuan ibu akan cenderung
status gizi anak yang lebih baik. (p <0,05).
Kita dapat menyimpulkan bahwa ada a
korelasi antara pengetahuan ibu tentang
gizi seimbang dengan status gizi
anak-anak (H / A) di Jakarta Selatan,
Klinik Kesehatan Kabupaten Pancoran 2014.
Tabel.2 Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dengan
balita
status gizi (Tinggi / Abad)
tingkat pengetahuan ibu
% Total
Status nutrisi
Baik
% Cukup %
Kurang %
Nilai P
Sangat singkat
0 0% 1 100%
0
0%
1 1%
Pendek
3 100% 0 0%
0
0%
3 3%
Normal
84 98% 1 1%
1
1% 86 96% 0,000
Total
87 97% 2 2%
1
1% 90 100%

Halaman 5
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci (2015) 4 (7): 815-826
819
Berdasarkan tabel 2, korelasi antara
pengetahuan ibu tentang gizi seimbang
dengan status gizi (W / A) menjelaskan itu
kebanyakan wanita dengan pengetahuan yang baik miliki
Balita dengan kondisi tubuh normal sedang
84 responden dan badan pendek sebanyak 3
responden, ibu dengan cukup
pengetahuan untuk memiliki balita dengan sangat
kondisi tubuh pendek sebagai 1 responden
dan kondisi tubuh normal sebagai 1 dari
responden, sedangkan ibu dengan kurang
Pengetahuan memiliki balita dengan tubuh yang normal
kondisi sebanyak 1 responden. Berdasarkan
Analisis ini menjelaskan bahwa semakin baik
pengetahuan ibu akan memberikan kecenderungan
untuk kondisi tubuh yang lebih proporsional
balita (p <0,05).
Berdasarkan keputusan tes, kami bisa
menyimpulkan ada hubungan
pengetahuan gizi seimbang ibu
dengan status gizi bayi (W / A) dalam
Klinik kesehatan Kabupaten Pancoran Selatan
Jakarta pada tahun 2014.
Tabel.3 Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dengan
balita
status gizi (Berat / Tinggi)
tingkat pengetahuan ibu
% Total
Status nutrisi
Baik
% Cukup %
Kurang
%
Nilai P
Sangat tipis
3
60% 2 40%
0
0%
5 6%
Tipis
5
100% 0 0%
0
0%
5 6%
Normal
72
99% 0 0%
1
1%
73 81% 0,000
Kegemukan
7
100% 0 0%
0
0%
7 8%
Total
87
97% 2 2%
1
1%
90 100%
Berdasarkan tabel silang 3, korelasi
antara pengetahuan ibu tentang seimbang
nutrisi
dengan
nutrisi
status
(berat / tinggi) menggambarkan bahwa kebanyakan wanita
dengan pengetahuan yang baik memiliki balita dengan
kondisi tubuh normal sebanyak 72
responden, badan kurus sebanyak 5
responden, badan sangat kurus sebanyak 3
responden, dan tubuh gemuk dari 7
responden. Sang ibu sudah cukup
pengetahuan untuk memiliki balita yang sangat kurus
kondisi tubuh dari 2 responden, dan
ibu dengan pengetahuan kurang memiliki balita
dengan kondisi tubuh normal sebanyak 1
responden. Berdasarkan analisis ini menggambarkan
bahwa pengetahuan ibu yang lebih baik, di sana
akan cenderung menjadi tubuh yang lebih proporsional
kondisi balita (p <0,05).
Kami dapat menyimpulkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan ibu tentang seimbang
nutrisi dengan status gizi bayi
(berat / tinggi) di Distrik Pancoran
klinik kesehatan, Jakarta Selatan pada tahun 2014.
Dalam Diskusi, sebuah studi untuk 90 responden di
Klinik Kesehatan Distrik Pancoran di Selatan
Jakarta pada tahun 2014 menggambarkan bahwa sebagian besar
responden berada pada tahap awal
masa dewasa (26 - 35 tahun) sebanyak 52
responden (58%). Menurut Notoatmodjo
(2003), usia dapat memberikan pengaruh dalam
persepsi dan pola pikir seseorang . Itu
peningkatan usia akan mengembangkan
persepsi dan pola konsep, yang
berarti pengetahuan akan berada di tahap yang lebih baik
[11]. Semakin tua orang itu, semakin baik
proses perkembangan mental [12]. Saya t
dapat dinyatakan bahwa usia ibu akan mempengaruhi
pertambahan pengetahuan, jadi ibu di

Halaman 6
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci (2015) 4 (7): 815-826
820
tahap awal masa dewasa (26-35 tahun)
memiliki pengetahuan yang baik untuk merawat anaknya.
Distribusi responden sesuai dengan
tingkat pendidikan tertinggi adalah
lulusan sekolah menengah atau setara dengan banyak
sebagai 45 responden (50%). Hasil
menunjukkan bahwa hampir semua ibu memiliki kebaikan
Latar belakang pendidikan. Semakin tinggi
pendidikan ibu adalah, semakin mudah untuk
menghargai informasi tentang gizi dan
kesehatan. Ini menciptakan hubungan positif dengan lebih baik
konsumsi balita. Kondisi
juga menggambarkan pentingnya pendidikan
latar belakang untuk kualitas gizi anak
oleh ibu. Ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan ibu mempengaruhi
status gizi anak [13]. Itu bisa
jelas menyatakan bahwa semakin tinggi ibu
tingkat pendidikan, atau mereka memiliki lebih baik
tingkat pengetahuan, akan membangun kemampuan yang lebih baik
merawat anaknya.
Distribusi pekerjaan atau pekerjaan menunjukkan
bahwa sebagian besar responden tidak
bekerja sebanyak 68 responden (76%).
Pekerjaan ibu dengan cara alami adalah mengurus
anggota keluarga, tetapi baru-baru ini banyak
wanita rela membantu suami mereka
memenuhi kebutuhan keluarga dengan bekerja
di luar rumah. Ibu yang tidak bekerja
dapat lebih fokus pada perawatan mereka
anak-anak yang terkait dengan pendidikan, makanan
konsumsi dan pengasuhan. Ibu yang melakukannya
tidak bekerja memiliki 24 jam untuk merawat mereka
anak-anak di rumah dibandingkan dengan bekerja
ibu-ibu. Dengan demikian ibu yang tidak bekerja
memiliki lebih banyak kesempatan untuk merawat mereka
anak-anak di rumah. Dalam hal ini dapat mempengaruhi
status gizi anak-anak ke
lebih baik. Seperti yang pernah dikemukakan oleh Suhardjo (2002)
bahwa ibu yang bekerja di luar rumah
akan kurang memperhatikan mereka
anak-anak, sedangkan ibu selalu ada
rumah akan memiliki kesempatan untuk membayar lebih banyak
memperhatikan anak - anak mereka, terutama
masalah gizi anak [14].
Distribusi jumlah anak
menunjukkan distribusi responden
tertinggi di antara responden yang memilikinya
anak sebanyak 40 responden (44%) dan
2 anak-anak dari 32 responden (36%). Itu
Mayoritas responden berada di awal
tahapan usia dewasa yang masih produktif.
Ibu s
pengetahuan tentang seimbang
Nutrisi
Pengetahuan adalah hasil dari mengetahui dan
terjadi setelah seseorang memakai penginderaan objek.
Sebagian besar pengetahuan manusia diterima
melalui mata dan telinga. Dengan melakukan itu
belajar dan dalam proses pembelajaran akan mampu
untuk melakukan perubahan pada perilaku seseorang. Perubahan
dalam perilaku dapat mengarah ke titik yang lebih baik jika
individu menganggap itu bermanfaat, tapi
di sisi lain juga mungkin ada
kemungkinan untuk mengarah pada perilaku yang lebih buruk
berubah jika individu memikirkan objek
belajar tidak cocok dengan nasibnya [15].
Berdasarkan penjelasan hasil penelitian,
dapat diketahui bahwa dari 90 ibu sebagai
sampel yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik,
ada 87 sampel atau 97%, mereka dengan
tingkat pengetahuan yang memadai adalah 2 sampel
atau 2%, dan pengetahuan kurang adalah 1 sampel atau
1%.
Tingkat pengetahuan tentang gizi seimbang
responden yang memiliki balita di
Klinik kesehatan Kabupaten Pancoran Selatan
Jakarta 97% dalam pengetahuan yang baik
tingkat. Rincian tingkat pengetahuannya adalah
berdasarkan sub-variabel berikut:
tingkat pengetahuan ibu tentang
definisi gizi seimbang 87% dalam
tingkat pengetahuan yang baik; ibu
tingkat pengetahuan tentang jenis dan sumber
nutrisi 66% dalam tingkat yang cukup
pengetahuan; tingkat nutrisi
pengetahuan ibu sekitar 96% dalam keadaan baik
tingkat pengetahuan dan pengetahuan ibu
tingkat konsekuensi gizi

Halaman 7
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci (2015) 4 (7): 815-826
821
kekurangan 99% dalam tingkat yang baik
pengetahuan.
Berdasarkan data yang diterima, ibu sebagai
responden dengan tingkat pengetahuan yang baik
pada gizi seimbang. Ibu tahu
akal sehat tentang gizi seimbang, jenis
dan sumber nutrisi, nutrisi untuk bayi
dan kekurangan nutrisi. Pengetahuan tentang ibu
tentang gizi seimbang merupakan aspek dalam
pemilihan dan pasokan bahan makanan untuk
keluarga.
Pengetahuan gizi orang tua tentang
bahan makanan akan mempengaruhi hidangan yang ada
disajikan dalam keluarga. Dengan memadai
pengetahuan ibu akan menyediakan
makanan enak untuk keluarga, terutama anak-anak
balita. Jadi nutrisi yang diharapkan untuk
anak-anak akan terpenuhi sesuai dengan mereka
kebutuhan. Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi
akan mempengaruhi munculnya nutrisi
masalah; mempengaruhi dalam munculnya
masalah gizi akan mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
Data yang diperoleh dari penelitian ini terkait dengan
tingkat pengetahuan ibu berdasarkan usia;
untuk usia 26-35 tahun sebanyak 49
(94%) dengan tingkat pengetahuan yang baik
gizi seimbang. Umur mempengaruhi pola pikir seseorang,
peningkatan usia dan pengalaman meningkat
Sumur individu yang berarti dapat mempengaruhi
sikap dan perilaku individu.
Bertambahnya usia, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang
berpikir dan bekerja.
Meningkatnya kecenderungan untuk menerapkan rasional
berpikir di masa dewasa awal. Resmi
atau latar belakang pendidikan informal,
pengalaman dalam kehidupan sebagai umum, dan
pekerjaan meningkat secara dramatis
konsep inindividual, keterampilan pemecahan masalah
dan perubahan kognitif motorik [17]. Awal
masa dewasa adalah awal yang signifikan dalam kehamilan
sampai rasa kepedulian pada anak dan keluarga. Itu
penjelasan di atas sesuai dengan
hasil penelitian yang ada kecenderungan
untuk menambah pengetahuan bersama dengan
bertambahnya usia.
Data tingkat pengetahuan ibu yang ada
berdasarkan latar belakang pendidikan; 71% dari
responden dari 28 responden yang datang
dari tingkat dasar, memiliki pengetahuan yang baik
tingkat. Dari 45 responden yang ada
pendidikan menengah, 96% sudah baik
tingkat pengetahuan. Dan 17 responden dengan
tingkat pendidikan tinggi, 100% dari mereka miliki
tingkat pengetahuan yang bagus. Tingkat
pendidikan mempengaruhi penerimaan dan
penyerapan informasi. Penelitian Agrina
(2010) menyatakan bahwa responden dengan baik
pengetahuan tentang gizi balita rata-rata
adalah responden dengan pendidikan sekolah menengah
latar belakang [18]. Damanik (2010) menyatakan
latar belakang pendidikan ibu
memainkan peran penting dalam
bayi
kecukupan gizi. Prevalensi
anak stunting adalah indikator
malnutrisi jarang terjadi pada wanita
tingkat pengetahuan yang tinggi [19].
Woge (2007) menyatakan bahwa pendidikan ibu
latar belakang tidak memiliki hubungan yang signifikan
dengan status gizi anak-anak di Sub
Kalimutu Mengakhiri Flores Nusa Tenggara
Tenggara , tapi ini sebaliknya
penelitian Wardaningsih (2001), dalam
penelitian menunjukkan bahwa variabel orang tua '
latar belakang pendidikan merupakan faktor risiko untuk
tidak menyetujui status gizi
anak-anak, seperti terjadi di Sleman,
Yogyakarta, kasus kekurangan gizi pada anak-anak.
Pendidikan adalah proses perubahan sikap
dan perilaku seseorang atau sekelompok orang
orang-orang dalam pria bisnis yang matang karena
upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan bisa
dipertimbangkan baik formal maupun informal.
Studi lain yang dilakukan oleh Mulugeta dan
teman-teman (2005) menyatakan bahwa pendidikan ibu
latar belakang tidak ada hubungannya dengan

Halaman 8
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci (2015) 4 (7): 815-826
822
status gizi anak. Status nutrisi
anak-anak tergantung pada penghasilan dan
kemampuan ibu untuk mengelolanya dengan membuat
keputusan untuk yang terbaik dari anak-anak mereka [20].
Sedangkan penelitian oleh Rayhan (2005)
menyatakan bahwa pendidikan ibu memiliki hubungan
dengan status gizi anggota keluarga,
dan dikaitkan dengan indikator lain
seperti status sosial di komunitas.
Wanita dengan patung sosial tinggi, memiliki
kapasitas untuk memutuskan bagaimana meningkatkan
status gizi anak-anak.
Hasil yang diperoleh oleh para peneliti dan
dibandingkan dengan peneliti lain
menyimpulkan bahwa tingkat rata-rata
pengetahuan responden adalah sekunder
Tingkat Pendidikan. Ini membuktikan bahwa semakin tinggi
tingkat latar belakang pendidikan akan
pengetahuan yang lebih tinggi dalam kepemilikan.
Ini adalah alasan bahwa pola pikir
orang dengan pendidikan dasar tidak akan
sama dengan mereka yang memiliki sekunder atau
tingkat pendidikan tinggi. Pengetahuan itu sendiri bisa
juga diperoleh melalui kegiatan informal
seperti program pendidikan umum dan
media massa.
Tingkat pengetahuan ibu berdasarkan
Status Pekerjaan; Data menunjukkan bahwa
tingkat pengetahuan responden dengan
status pekerjaan adalah 21 (95%) dengan baik
tingkat pengetahuan tentang kerja
responden. Sementara 59 responden (87%)
keduanya berasal dari kerja dan bukan
responden yang bekerja. Berdasarkan data ini, itu
menjadi terlihat bahwa tingkat pengetahuan yang baik
adalah ibu dengan status kerja. Pokoknya itu
tidak dapat digunakan sebagai patokan yang berfungsi
ibu selalu memiliki tingkat pengetahuan yang baik
serta mereka yang berasal dari pendidikan dan kehidupan
pengalaman.
Tingkat pengetahuan ibu berdasarkan
jumlah anak; Data menunjukkan itu
responden dengan 1 anak, 90% memiliki tingkat yang baik
pengetahuan, dan seorang ibu dengan 7 anak
100% memiliki pengetahuan yang baik. Dari seperti itu
Data menunjukkan bahwa responden yang memiliki 7
anak-anak memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada dengan 1
anak. Tetapi tidak dapat diasumsikan bahwa lebih banyak
jumlah anak akan menjamin lebih baik
tingkat pengetahuan, karena pengetahuan tentang
gizi seimbang juga dapat dicapai dari
informasi.
Berdasarkan penelitian oleh Huriah dalam
kabupaten Beji Depok (2006) karena adanya
hubungan antara perilaku ibu dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
status gizi anak-anak. Dalam penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada koneksi antara
jumlah anak dengan perilaku ibu
di nutrition16, namun studi dari
Amsalu dan Tigabu (2008) pernah menyatakan bahwa
jumlah anak yang terhubung dengan
meningkatkan risiko malnutrisi akut. Keluarga
dengan banyak anggota dan kelahiran yang tidak memadai
jarak akan memiliki peluang dalam faktor risiko
malnutrisi akut [21].
Status gizi balita
Berdasarkan riset data, tertinggi
distribusi status gizi (W / A); sebagai
sebanyak 85 bayi (94%) memiliki yang baik
status gizi apakah yang terendah sebagai
sebanyak 1 balita (1%) di kurang gizi
status. Di samping distribusi tertinggi
status nutrisi (W / H); 73 bayi (81%)
dengan kondisi tubuh normal, apakah itu
distribusi terendah 5 anak (6%) dengan kurus
tubuh dan 5 anak (5%) dengan sangat tipis
mayat. Distribusi nutrisi tertinggi
status (H / A); Total 86 anak
(96%) dengan kondisi tubuh normal, 3
anak-anak (3%) dengan tubuh pendek, dan satu
balita (1%) memiliki tubuh yang sangat pendek.
Status gizi dapat didefinisikan sebagai a
kondisi tubuh manusia sebagai akibat dari
konsumsi makanan dan kandungan nutrisi
dari makanan yang membedakan gizi
status dalam lemak, normal, dan kurus [22].

Halaman 9
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci (2015) 4 (7): 815-826
823
Penelitian ini menunjukkan bahwa persistensi
masalah gizi terjadi, mungkin disebabkan oleh
faktor langsung yaitu asupan makanan atau infeksi
penyakit yang mungkin diderita oleh
anak-anak. Tetapi juga faktor tidak langsung dapat mempengaruhi
status gizi anak-anak. Bahkan,
seperti tingkat pengetahuan yang kurang akan mengurangi nya
aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, terlalu dini menyapih,
makan terlalu dini, terlalu banyak anggota keluarga
yang menyebabkan lebih sedikit asupan makanan oleh masing-masing
individu, berat lahir rendah, kesehatan yang ada
layanan, pengasuhan yang salah dan buruk
kesehatan lingkungan sangat sensitif,
anak-anak biasanya sudah mulai bermain di
kotoran, lingkungan kotor sehingga memungkinkan untuk
terjadi infeksi [23].
Hubungan pengetahuan ibu tentang
Nutrisi Seimbang dengan Balita
Status Nutrisi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
antara tingkat pengetahuan ibu tentang
gizi seimbang dengan status gizi
anak-anak di Klinik Kesehatan Distrik Pancoran
Jakarta Selatan, dengan p <0,05.
Penelitian yang dilakukan oleh IKTI SR (2009) dengan
Judul "Hubungan antara ibu
tingkat pengetahuan tentang nutrisi dengan nutrisi
status anak-anak di desa Ngemplak,
Kabupaten Karangpandan Karanganyar "
Metode yang digunakan adalah non eksperimental
korelasi, pendekatan menggunakan cross sectional
waktu. Sampel menggunakan 78 dengan hasil
p = 0,009 (p <0,05). Kemudian secara statistik
mengungkapkan tidak ada hubungan antara level
pengetahuan ibu tentang nutrisi dan
status gizi balita [24].
Sedangkan penelitian korelasi analitik dengan
pendekatan cross sectional yang dilakukan oleh Erni
Kurniawati (2011) dengan judul "The
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
tentang nutrisi
dengan
nutrisi
status anak-anak di
Sub Baledono,
Kabupaten Purworejo, Purworejo " untuk menjadi
disebutkan bahwa ada korelasi antara
tingkat pengetahuan ibu-ibu
nutrisi dengan status gizi
anak-anak balita dengan 257 sampel yang digunakan
oleh hasil nilai p <0,05 [25].
Studi lain yang mendukung adalah penelitian oleh
Sunimah (2012) dengan judul "The
hubungan antara pengetahuan ibu
tingkat gizi seimbang dengan nutrisi
status anak usia 1-5 tahun dalam
Kecamatan Purworejo Semarang Suruh
District " . Metode yang digunakan adalah deskriptif
penelitian korelasi, menggunakan pendekatan
waktu cross sectional. Sampel yang digunakan 71
dengan hasil p <0,05. Kemudian secara statistik
mengungkapkan tidak ada hubungan antara keibuan
pengetahuan tentang gizi seimbang
status gizi Balita [26].
Ini menunjukkan bahwa meskipun pengetahuan bukan a
faktor langsung untuk memberi pengaruh pada nutrisi
status anak balita, tapi pengetahuan
memiliki peran penting. Karena dengan memiliki
pengetahuan yang cukup tentang kesehatan khususnya,
seseorang dapat menemukan berbagai macam
masalah kesehatan yang mungkin timbul untuk menemukan
solusi [11]. Aspek nutrisi
pengetahuan tentang makanan dan nutrisi
(definisi, jenis, fungsi, sumber daya) karena
untuk
kekurangan
dari
makanan
dari
bayi
nutrisi
(menyusui,
makanan pendamping, penyediaan usia,
jenis), makanan dan gizi, makanan
dan nutrisi ibu hamil, tumbuh
anak-anak, kesehatan dan pengetahuan anak
menjadi orang tua. Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi
disebabkan oleh kurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi
dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai salah satu penyebab
gangguan nutrisi [14].
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang,
semakin mudah untuk menerima informasi. Dengan
pola pikir yang relatif tinggi, tingkat
pengetahuan tidak hanya sekedar mengetahui tetapi juga
bisa memahami, bahkan sampai taraf tertentu
aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi

Halaman 10
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci (2015) 4 (7): 815-826
824
yang telah dipelajari dalam situasi aktual atau
kondisi (Notoatmodjo, 2007) . Ini mengarah
untuk lebih efektif sehingga informasinya
dipahami sebagai tingkat yang relatif tinggi
pengetahuan.
Kesimpulan dan saran
Kesimpulan
1. Pengetahuan ibu tentang seimbang
gizi di kesehatan Kabupaten Pancoran
klinik, Jakarta Selatan sebagian besar di Indonesia
kategori bagus, di mana pengetahuan
diperoleh sesuai usia, pendidikan,
pekerjaan dan jumlah yang cukup bagus
anak-anak adalah milik responden.
2. Status gizi anak-anak di bawah
lima di klinik kesehatan Kabupaten Pancoran ,
Jakarta Selatan sebagian besar dalam keadaan baik
kategori, meskipun masih ada
masalah gizi ditemukan.
3. Penelitian menunjukkan bahwa ada relasi
antara pengetahuan ibu tentang
gizi seimbang dengan nutrisi
status anak-anak di Kabupaten Pancoran
klinik kesehatan, Jakarta Selatan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, para peneliti
ingin memberikan beberapa saran yang diharapkan
dapat menjadi masukan dan berguna bagi para pemangku kepentingan
termasuk:
1. Untuk Institusi
Sebuah. Lembaga Perawatan Kesehatan
Hasil penelitian ini bisa
diterapkan pada institusi perawatan kesehatan; di
kasus ini Pusat Kesehatan dan
Departemen Kesehatan dalam rangka
mengembangkan program perencanaan kesehatan untuk
meningkatkan status gizi
anak-anak.
PHC diharapkan menyediakan
pendidikan kesehatan komprehensif di Indonesia
Posyandu untuk lebih meningkatkan
pengetahuan pengunjung Posyandu
ibu dengan gizi seimbang. Kemudian
itu adalah penjangkauan media yang diperlukan
lebih sederhana sehingga lebih mudah dipahami
oleh ibu.
Melakukan
keluarga
kunjungan
malnutrisi di wilayah kerja
pusat kesehatan dan penyediaan
konseling nutrisi untuk komunitas
kelompok kekurangan gizi.
IHC juga diharapkan aktif
balita jaringan yang memiliki lebih sedikit
status gizi sehingga bisa
dilaporkan dan dilakukan tindak lanjut
oleh instansi terkait.
b. Institusi pendidikan
Hasil diharapkan akan diterapkan
ke institusi pendidikan untuk ditambahkan
referensi sumber daya terkait
status gizi anak-anak.
2. Untuk Komunitas
Hasil penelitian ini bisa diterapkan
menuju komunitas, khususnya
ibu, untuk meningkatkan pengetahuan
nutrisi untuk anak-anak mereka, melalui
buku, media, dan pendidikan sehingga
meningkatkan status gizi
anak-anak.
3. Untuk Peneliti Lebih Lanjut
Dalam penelitian ini, ada banyak lainnya
faktor yang memiliki hubungan dengan
status gizi anak-anak, seperti
faktor ekonomi, budaya, dan sebagainya.
Hasil penelitian ini tentu bisa menjadi a

Halaman 11
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci (2015) 4 (7): 815-826
825
referensi ditingkatkan menjadi lebih luas
penelitian.
Referensi
1. Djibril, Muhammad. IPM Indonesia
Tergenang
di
Peringkat
108.
http://www.republika.co.id/berita/nasio
nal / umum / 14/07/24 / n9803q-ipm-
indonesia-stagnan-di-peringkat-108 .
Akses tertanggal 24 Juli 2014
2. Anwar, Azrul. Aspek Kesehatan dan
Nutrisi dalam Ketahanan Pangan. Jakarta:
Nasional
Makanan
dan
Nutrisi
Widyakarya VIII LIPI. 2004.
3. .................. Makro
Nutrisi
Program.Direktorat Jenderal Masyarakat
Kesehatan. Jakarta: Direktorat
Nutrisi Masyarakat, 2002.
4. Soekirman. Ilmu Nutrisi dan Its
Aplikasi untuk Keluarga dan Komunitas.
Jakarta: Direktorat Jenderal Tinggi
Pendidikan, Departemen Pendidikan,
2001 hal.16
5. Jafar, Nurhaedar. 2011. "Asi Eksklusif"
Makalah disajikan di Ilmiah
Program Studi Seminar Fakultas Bahasa Indonesia
Nutrisi Kesehatan Masyarakat. Makassar,
4 Maret
6. WHO. Strategi Global untuk Bayi dan
Muda
Anak.
2003.
http://www.unicef.org/nutrition/files/Fin
alReportonDistribution.pdf.
Mengakses
tertanggal 1 Maret 2014
7. Kementerian
dari
Kesehatan.
RISKESDAS. Riset Kesehatan. 2013.
8. Sufa, Ira Guslina. 8 juta orang Indonesia
Anak
Malnutrisi.
http://www.tempo.co/
baca / news / 2013/07/16/173496930 / 8-
Juta-Anak-Indonesia-Kekurangan-Gizi.
Akses tertanggal 23 Maret 2014.
9. Kawai, Kosuke., Donna Spiegelman,
Anuraj Shankar H & Wafaie W Fawzi.
Nutrisi mikro multipel ibu
suplementasi
dan
kehamilan
hasil di negara berkembang: a
meta-analisis dan meta-regresi,
Buletin Kesehatan Dunia
Organisasi 2011; 89: 402-411B. doi:
10.2471 / BLT.10.083758
10. Nursalam. Konsep dan Aplikasi
Metodologi Penelitian dan Keperawatan.
Medika Salemba, Jakarta, pada tahun 2008.
11. Erfandi. Pengetahuan dan faktor-faktor itu
mempengaruhi. 2009.
12. Suparyanto.
Itu
konsep
dari
pemenuhan.
2010.
http: // dr-
suparyanto.blogspot .com/2010/07/konse
p-kepatuhan.html access on September
2, 2014.
13. Riyadi, et al. Factors that affect the
nutritional status of children under five
in North Central Timor regency, East
Nusa Tenggara. Journal of Nutrition and
Food, 6, 66-73, 2011.
14. Suhardjo. Planning of Food and
Nutrition. Earth Literacy, Jakarta, in
2002.
15. Soediatama,
Achmad
Djaeni.
Nutritional Sciences. Jakarta: Dian
Rakyat. 2000
16. Huriah, T. Relations mother's behavior
in meeting the nutritional needs of
toddler nutritional status in Beji Depok
subdistrict. Faculty of Nursing,
University of Indonesia (Thesis open).
2006.
17. Supariasa, IDN, Bakri, B., & Dawn, I.
Nutritional Status Assessment. Jakarta:
EGC. 2002.
18. Agrina. The level of knowledge of
mothers who have children under five
years of nutritional protein energy in the
city of Pekanbaru. Journal of
Professional Nursing Indonesia, 2, 18-
24, 2010.
19. Damanik, MR, Ekayanti, I., & Hariyadi,
D. Analyst Influence Education
Nutritional Status of Mothers Against
Toddler in West Kalimantan. Journal of
Food and Nutrition, 5, 69-77, 2010.

Halaman 12
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci (2015) 4(7): 815-826
826
20. Mulugeta, A. Factors contributing to
child malnutrition in Tigray, Northern
Ethiopia.
Juni
5,
2012,
http://motherchildnutrition.org/resource
s/pdf/mcn-ctc-field-manual.pdf access
dated October 19, 2014
21. Amsalu, S. & Tigabu, Z. Risk factors
for severe acute malnutrition in children
under the age of five: A case-control
belajar. Ethiop. Dev Health Journal, 22,
21-25, 2008.
22. Almatsier, Sunita. Basic Principles of
Nutrition. Jakarta: Gramedia. 2002
23. Prawirohartono. Nutrition. Subdivision
SMF Child Nutrition Child Health
Hospital DR.Sardjito Yogyakarta. 2000.
24. SR, IKTI. Mother's level of knowledge
on the relationship of nutrition with
nutritional status of children in the
village
Ngemplak,
District
KarangpandanKaranganyar.S1 research
report, University of March. 2009.
25. Kurniawati, Erni. Mother's level of
knowledge on the relationship of
nutrition with nutritional status of
children in Sub Baledono, District
Purworejo, Purworejo. Research reports
S1, Yogyakarta State University. 2011.
26. Sunimah. The relationship between the
level of knowledge of mothers on
balanced nutrition with nutritional status
of children aged 1-5 years in the village
of Tell Purworejo District of Semarang
District. Midwifery DIII research report.
STIKES NgudiWaluyoUngaran. 2012
27. Hien NN,Kam S: Nutritional status and
itu
characteristics
related
untuk
malnutrition in children under five age
in Ngehean, Vietnam. J Prev Med
Public health 2008, 41(4):232-24

Anda mungkin juga menyukai